Anda di halaman 1dari 16

“KONSEP KEBUDAYAAN PADA PENDIDIKAN

MULTIKULTURAL”
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan
Multikultural
Dosen Pegampuh : Bambang Irawan, M.Pd

Disusun Oleh:
(Kelompok 1)
Ahmad Nurhuda 2018510058
Amin Sutrisno 2018510082
Shellajuliasia 2018510038

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat rahmat dan nikmat Allah SWT.
yang telah diberikan kepada kita. Dan atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga pembuatan makalah ini selesai tepat pada waktunya.

Shalawat dan salam kita sanjungkan kepada Nabi besar kita, Muhammad
SAW. yang telah membawa kita dari zaman kebodohan ke zaman yang penuh
dengan ilmu pengetahuan. Dan kami ucapkan terimakasih kepada dosen
pengampu “Mata Kuliah Pendidikan Multikultural” yang telah membimbing
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini.

Harapan penulis semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga dalam proses pembutannya lebih baik lagi
kedepannya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu, kiranya pembaca bisa memberikan kritik dan sarannya.

Wallahul muwwafiq illa aqwamit-thoriq.


Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Tangerang Selatan,
Senin, 30 September 2020

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. Konsep Kebudayaan Dan Multikultural.......................................................3
B. Relevansi atau Hubungan Kebudayaan Dalam Menjadi Dasar Pendidikan
Multikultural................................................................................................6
C. Urgensi Pendidikan Multikultural.................................................................9
BAB III..................................................................................................................11
PENUTUP..............................................................................................................11
A. Kesimpulan.................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kebudayaan pada hakikatnya adalah cermin dari sekumpulan


manusia yang ada di dalamnya. Indonesia merupakan salah satu negara di
dunia yangmempunyai kekayaan nasional berupa keanekaragaman budaya.
Sebagai kekayaan nasional yang sangat berharga, kebudayaan haruslah
lebih dikembangkan dan dilestarikan. Masyarakat dahulu melihat
kebudayaan sebagai suatu hal yang terdiri dari segala manifestasi dari
kehidupan manusia yang berbudi luhur dan bersifat ruhani, seperti agama,
kesenian, filsafat, ilmu pengetahuan, tata negara, dan sebagainya.

Sedangkan konsep pendidikan multikultural adalah untuk


memahami pelajar, mahasiswa, dan semua warga agar memperoleh
inspirasi pengetahuan, sikap dan tindakan yang diperlukan dalam
menjalankan peran-peran kemanusiaannya pada masyarakat demokrasi-
pluralistik serta diperlukan untuk berinteraksi, bernegosiasi, dan
komunikasi dengan warga dari kelompok beragam agar tercipta sebuah
tatanan masyarakat etis dan bermoral yang berjalan untuk kebaikan
bersama. Prinsip multikulturalisme mengajarkan kepada kita untuk
mengakui berbagai potensi dan legitimasi keragaman dan perbedaan
sosiokultural tiap kelompok etnis. Berangkat dari prinsip demikian maka
individu maupun kelompok dari berbagai etnik dalam pandangan ini bisa
bergabung dalam masyarakat, terlibat dalam societal cohesion tanpa harus
kehilangan identitas etnis dan budaya mereka, sekaligus tetap memperoleh
hak-hak mereka untuk berpartisipasi penuh dalam berbagai bidang
kegiatan masyarakat. Sehingga keberagaman budaya yang ada di
belakang, di depan dan di sekeliling kita bisa memberikan sumbangan
yang paling berharga bagi semua orang.

B. Rumusan Masalah

1
Dari latar belakang di atas, pemakalah merumuskan beberapa
rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa itu konsep kebudayaan dan multikultural ?


2. Bagaimana hubungan konsep budaya dalam menjadi dasar pendidikan
multikultural ?
3. Bagaimana urgensi pendidikan multikultural ?
C. Tujuan
1. Agar para pembaca dapat mengetahui konsep kebudayaan dan
pendidikan multikultural.
2. Agar para pembaca dapat mengetahui bagaimana hubungan konsep
kebudayaan dalam menjadi dasar pendidikan multikultural.
3. Agar para pembaca dapat mengetahui urgensi pendidikan
multikultural.

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Konsep Kebudayaan Dan Multikultural
1. Konsep Kebudayaan

Kata dasar kebudayaan adalah budaya. Budaya adalah segala


hasil pikiran, perasaan, kemauan dan karya manusia secara individual
atau kelompok untuk meningkatkan hidup dan kehidupan manusia.
Atau secara singkat adalah cara hidup yang telah dikembangkan oleh
masyarakat. Maka dari kata “budaya” terbentuk kata “kebudayaan”.

Sedangkan pengertian kebudayaan menurut para ahli sebagai


berikut. Menurut Taylor, kebudayaan adalah totalitas kompleks yang
mencangkup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral,
kemampuan dan kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota
masyarakat. (H.A.R. Tilaar, 1999:39). Hassan mengemukakan bahwa
kebudayaan adalah keseluruhan dari hidup manusia dalam
bermasyarakat, yang berisi aksi-aksi terhadap dan oleh sesama
manusia sebagai anggota masyarakat yang merupakan kepandaian,
kepercayan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan lain-lain.
Kneller menegaskan bahwa kebudayaan adalah cara hidup yang telah
dikembangkan oleh anggota-anggota masyarakat.

Berdasarkan pandangan tersebut dapat disimpulkan beberapa


hal yang menjadi hakikat kebudayaan, yaitu sebagai berikut :

a. Hakikat dan inti dari kebudayaan adalah manusia. Dengan kata


lain, kebudayaan adalah khas insani. Hanya manusia yang
berbudaya dan membudaya.
b. Kebudayaan merupakan suatu “pencapaian” manusia yang bukan
bersifat material. Bentuk-bentuk pencapaian manusia tersebut

3
dapat berbentuk seperti ilmu pengetahuan, kepercayaan, ekonomi,
dan seni.
c. Kebudayaan dapat pula berbentuk kelakuan-kelakuan yang terarah,
seperti hukum dan adat istiadat yang berkesinambungan.
d. Kebudayan diwariskan dalam proses transformasi dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Proses transformasi kebudayaan
terjadi melalui pendidikan karena kebudayaan berkaitan erat
dengan pendidikan. Hal tersebut disebabkan karena pendidikan
adalah bagian dari kebudayaan dan perkembangan kebudayaan pun
dipengaruhi oleh pendidikan.1

Dengan demikian, kebudayaan merupakan proses


permanusiaan, artinya dalam kehidupan berbudaya terjadi perubahan,
perkembangan, dan motivasi. Budaya dicapai manusia melalui proses
Panjang, melalui pendidikan, melalui sosialisasi sehingga diperoleh
internalisasi menjadi kebiasaannya, menjadi miliknya yang
diaktualisasi secara spontan dalam kehidupan nyata.

2. Konsep Multikulturalisme
Secara etimologis banyak digunakan sekitar tahun 1950-an di
Kanada. Multikulturalisme ini berakar kata dari istilah multikultural.
Sebagai sebuah ide, pendidikan multikultural dibahas dan diwacanakan
pertama kali di Amerika dan negara-negara Eropa Barat pada tahun
1960-an oleh gerakan yang menuntut diperhatikannya hak-hak sipil
(civil right movement). Tujuan utama dari gerakan ini adalah untuk
mengurangi praktik driskriminasi di tempat-tempat publik, di rumah,
di tempat-tempat kerja, dan di lembaga-lembaga pendidikan, yang
dilakukan oleh kelompok mayoritas terhadap kelompok minoritas.
Selama itu, di Amerika dan negara-negara Eropa Barat hanya dikenal
1
Suryana, Yaya dan Rusdiani. 2015. Pendidikan Multikultural. Bandung. Penerbit : CV
PUSTAKA SETIA. Hal 84-85

4
adanya satu kebudayaan, yaitu kebudayaan kulit putih yang Kristen.
Golongan-golongan lainnya yang ada dalam masyarakat-masyarakat
tersebut dikelompokkan sebagai minoritas dengan pembatasan hak-hak
mereka. Adapun gerakan multikultural muncul pertama kali sekitar
tahun 1970-an di Kanada dan Australia, kemudian di Amerika Serikat,
Inggris,Jerman dan lain-lain. Dalam multikulturalisme menegaskan
bahwa dengan segala perbedaannya itu manusia adalah sama di dalam
ruang public sehingga dibutuhkan kesediaan menerima kelompok lain
secara sama sebagai kesatuan tanpa memperdulikan perbedaan budaya,
etnik, gender, bahasa ataupun agama.2
Multikultural merupakan suatu konsep yang ingin membawa
masyarakat dalam kerukunan dan perdamaian, tanpa ada konflik dan
kekerasan, meski didalamnya ada kompleksitas perbedaan. Pinsip
multikulturalisme mengajarkan kepada kita untuk mengakui berbagai
potensi dan legitimasi keragaman dan perbedaan sosio-kultural tiap
kelompok etnis. Kemajemukan dalam hidup merupakan sunnatullah.
Islam sebagai agama mengakui adanya kemajemukan, ini sudah
diisyaratkan dalam QS. al-Hujurat ayat 13 :

ٓ
َ ‫ارفُ ٓو ۟ا ِإ َّن أَ ْك َر َم ُك ْم ِعن َد ٱهَّلل ِ أَ ْتقَ ٰى ُك ْم إِ َّن ٱهَّلل‬
َ ‫َر َوأُنثَ ٰى َو َج َع ْل ٰنَ ُك ْم ُشعُوبًا َوقَبَٓائِ َل لِتَ َع‬ ٰ
ٍ ‫ٰيَأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَ لَ ْقنَ ُكم ِّمن َذك‬
١٣﴿ ‫﴾ َعلِي ٌم خَ بِي ٌر‬

Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu


dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi
Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Maksud dari pada ayat tersebut adalah Masing-masing orang


memiliki kelebihan dan kekurangannya, dengan perbedaan tersebut
2
Badrudin. 2015. “Konsep Pendidikan Multikultural (Eksistensi Dan Nilai-Nilai Urgensinya di
Indonesia)”. Tazkiya Jurnal Keislaman, Kemasyarakatan dan Kebudayaa. Vol 16. No.2. hlm 3

5
diharapkan bisa saling menghargai dan menghormati dengan hidup
rukun dan damai. Dalam pendidikan multikultural ini kita diajarkan
untuk tidak mendiskriminasi terhadap orangorang yang memiliki
kemampuan berbeda dengan kita. Keragaman ini merupakan
keniscayaan, orang yang tidak menerimanya berarti kembali pada hidup
zaman pra-sejarah

B. Relevansi atau Hubungan Kebudayaan Dalam Menjadi Dasar


Pendidikan Multikultural
Multikultural dapat diartikan sebagai keragaman atau perbedaan
terhadap suatu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain. Sehingga
masyarakat multikultural dapat diartikan sebagai sekelompok manusia
yang tinggal dan hidup menetap di suatu tempat yang memiliki
kebudayaan dan ciri khas tersendiri yang mampu membedakan antara satu
masyarakat dengan masyarakat yang lain. Pendidikan multikultural bisa
didefinisikan sebagai pendidikan tentang keragaman kebudayaan dalam
meresponi perubahan demografis dan kultur lingkungan masyarakat
tertentu atau bahkan dunia secara keseluruhan (global).
Oleh karena itu antara pendidikan multikultural dan kebudayaan
sangat berkaitan. Budaya merupakan pikiran dan akal budi. Kebudayaan
berasal dari bahasa Sansakerta yaitu buddhayah yang merupakan bentuk
jamak dari buddhi (budi atau akal). Budi mempunyai arti akal, kelakuan,
dan norma. Sedangkan “daya” berarti hasil karya cipta manusia. Dengan
demikian, kebudayaan adalah semua hasil karya, karsa dan cipta manusia
di masyarakat. Oleh karena itu, kebudayaan merupakan hasil kegiatan dan
penciptaan batin (akal budi) manusia, seperti kepercayaan, kesenian dan
adat istiadat. Ahli sosiologi mengartikan kebudayaan dengan keseluruhan
kecakapan (adat, akhlak, kesenian , ilmu dan lain-lain). Sedang ahli
sejarah mengartikan kebudaaan sebagai warisan atau tradisi. Bahkan ahli
Antropogi melihat kebudayaan sebagai tata hidup, way of life, dan
kelakuan.

6
Setiap masyarakat akan menghasilkan kebudayaannya masing-
masing yang akan menjadi ciri khas bagi masyarakat tersebut. Dari sinilah
muncul istilah multikulturalisme. Lawrence Blum mengungkapkan bahwa
multikulturalisme mencakup suatu pemahaman, penghargaan dan
penilaian atas budaya seseorang, serta penghormatan dan keingintahuan
tentang budaya etnis orang lain. Berbagai pengertian mengenai
multikulturalisme tersebut dapat disimpulkan bahwa inti dari
multikulturalisme adalah mengenai penerimaan dan penghargaan terhadap
suatu kebudayaan, baik kebudayaan sendiri maupun kebudayaan orang
lain. Setiap orang ditekankan untuk saling menghargai dan menghormati
setiap kebudayaan yang ada di masyarakat. Apapun bentuk suatu
kebudayaan harus dapat diterima oleh setiap orang tanpa membeda-
bedakan antara satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain. Oleh
karena itu, secara hakiki istilah multikulturalisme terkandung pengakuan
akan martabat manusia yang hidup dalam komunitasnya dengan
kebudayaannya masing-masing yang unik.
Pendidikan multikultural (Multikultural Education) merupakan
respons terhadap perkembangan keragaman populasi lembaga pendidikan,
sebagaimana tuntutan persamaan hak bagi setiap kelompok. Dalam
dimensi lain, pendidikan multikultural merupakan pengembangan
kurikulum dan aktivitas pendidikan untuk memasuki berbagai pandangan,
sejarah, prestasi dan perhatian terhadap orang-orang non Eropa (Hilliard,
1991-1992). Sedangkan secara luas, pendidikan multikultural itu
mencakup seluruh siswa tanpa membedakan kelompok-kelompoknya
seperti gender, etnik, ras, budaya, strata sosial dan agama. Pendidikan
multikultural sebenarnya merupakan sikap “peduli” dan mau mengerti
(difference), atau politics of recognition (politik pengakuan terhadap
orang-orang dari kelompok minoritas).
Dalam implementasinya, paradigma pendidikan multikultural
dituntut untuk berpegang pada prinsi-prinsip berikut ini : (1) Pendidikan
multikultural harus menawarkan beragam kurikulum yang me-

7
representasi-kan pandangan dan perspektif orang banyak, (2) Pendidikan
multikultural harus didasarkan pada asumsi bahwa tidak ada penafsiran
tunggal terhadap kebenaran sejarah, (3) Kurikulum dicapai sesuai dengan
penekanan analisis komparatif dengan sudut pandang kebudayaan yang
berbedabeda, (4) Pendidikan multikultural harus mendukung
prinsipprinsip pokok dalam memberantas pandangan klise, tentang ras,
budaya dan agama.
Nilai dasar dalam pendidikan multikultural adalah toleransi.
Menurut Gay’s sebagaimana dikutip oleh Dian Mutiarasari (2010) prinsip-
prinsip penting dalam menerapkan pendidikan multikultural adalah
kurikulum berdasarkan sejarah dan berpusat pada keragaman, berorientasi
pada perbaikan, pengajaran mengarah pada keragaman, kurikulum
tegantung pada konteks, bersifat menyerap keragaman dan dapat
diterapkan secara luas dan bersifat komprehensif dan mencakup semua
level pendidikan. Jadi, isi dari pendekatan, dan evaluasi kurikulum harus
menghargai perbedaan dan tidak diskriminatif. Isi dan bahan ajar di
sekolah perlu dipilih yang sungguh menekankan pengenalan dan
penghargaan terhadap budaya dan nilai lain.3
Pendidikan Multikultural juga senada dengan tujuan agama yang
berbunyi: “ Tujuan umum syari’ah Islam adalah mewujudkan kepentingan
umum melalui perlindungan dan jaminan kebutuhan-kebutuhan dasar (al-
daruriyyah) serta pemenuhan kepentingan (al-hajiyyat) dan penghiasan
(tahsiniyyah) mereka”. Tujuan pendidikan Islam bukan sebatas mengisi
pikiran siswa dengan ilmu pengetahuan dan materi pelajaran akan tetapi
membersihkan jiwanya yang harus diisi dengan akhlak dan nilai-nilai yang
baik dan dikondisikan supaya biasa menjalani hidup dengan baik. Dari
tujuan pendidikan Islam tersebut, dapat disimpulkan bahwa siswa
diharapkan dapat menjadi manusia yang berakhlak mulia dan dapat
menghargai keragaman budaya di sekitarnya. Hal tersebut senada dengan
prinsip yang ada dalam pendidikan multicultural. Dalam literatur

3
Ibid., hlm 8

8
pendidikan Islam, Islam sangat menaruh perhatian (concern) terhadap
segala budaya dan tradisi (‘urf) yang berlaku di kalangan umat manusia
dalam setiap waktu dan kondisi, baik yang bersifat umum atau hanya
berlaku dalam satu komonitas. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya
ketetapan-ketetapan dalam Islam yang berdasarkan ‘urf atau adat (budaya)
yang berlaku.4
C. Urgensi Pendidikan Multikultural
Fenomena Multikultural yang terjadi dapat dipahami dengan
realitas : (1) Letak geografis (2) perkawinan campur (3) iklim. Walaupun
demikian, pendidikan multikultural relatif baru dikenal sebagai suatu
pendekatan yang dianggap lebih sesuai bagi masyarakat yang heterogen.
Di Indonesia, Pendidikan multikultural yang dikembangkan sejalan
dengan pengembangan demokrasi yang dijalankan sebagai counter
terhadap kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah. Apabila hal itu
dilaksanakan dengan tidak berhati-hati justru akan menjerumuskan kita ke
dalam perpecahan nasional. Oleh karena itu, cita-cita reformasi untuk
membangun Indonesia Baru harus dilakukan dengan cara membangun
kembali dari hasil perombakan tatanan kehidupan yang dibangun oleh
rezim Orde Baru.
Model pendidikan di Indonesia maupun di negara-negara lain
menunjukkan keragaman tujuan yang menerapkan strategi dan sarana yang
dipakai untuk mencapainya. Sejumlah kritikus melihat bahwa revisi
kurikulum sekolah yang dilakukan dalam program pendidikan
multikultural di Inggris dan beberapa tempat di Australia dan Kanada,
terbatas pada keragaman budaya yang ada, jadi terbatas pada dimensi
kognitif. Penambahan informasi tentang keragaman budaya merupakan
model pendidikan multikultural yang mencakup revisi atau materi
pembelajaran, termasuk revisi buku-buku teks.

4
Rustam Ibrahim. 2013. PENDIDIKAN MULTIKULTURAL: Pengertian, Prinsip, dan
Relevansinya dengan Tujuan Pendidikan Islam. ADDIN, Vol. 7, No. 1

9
pendidikan multikultural tidak sekedar merevisi materi
pembelajaran tetapi melakukan reformasi dalam sistem pembelajaran itu
sendiri. Affirmative action dalam seleksi siswa sampai rekrutmen pengajar
di Amerika adalah salah satu strategi untuk membuat perbaikan
ketimpangan struktural terhadap kelompok minoritas. Contoh yang lain
adalah model "sekolah pembauran" Iskandar Muda di Medan yang
memfasilitasi interaksi siswa dari berbagai latar belakang budaya dan
menyusun program anak asuh lintas kelompok. Di Amerika Serikat
bersamaan dengan masuknya wacana multikulturalisme, dilakukan
berbagai lokakarya di sekolah-sekolah maupun di masyarakat luas untuk
meningkatkan kepekaan sosial, toleransi dan mengurangi prasangka antar
kelompok.
Pendidikan multikultural tidak berarti sebatas "merayakan
keragaman" belaka. Namun perlu disadari kepada masyarakat bahwa
pluralitas dalam masyarakat adalah sunnatullah (sudah menjadi ketentuan
Ilahy). Apalagi jika tatanan masyarakat yang ada masih penuh
diskriminasi dan bersifat rasis. Dapat pula dipertanyakan apakah mungkin
meminta masyarakat yang dalam kehidupan sehari-hari mengalami
diskriminasi atau penindasan karena warna kulitnya atau perbedaannya
dari budaya yang dominan tersebut? Dalam kondisi demikian pendidikan
multikultural lebih tepat diarahkan sebagai advokasi untuk menciptakan
masyarakat yang toleran dan bebas toleransi.
Pada dasarnya, multikulturalisme yang terbentuk merupakan akibat
dari kondisi sosio-kultural maupun geografis yang begitu beragam dan
luas. Menurut kondisi geografis, memiliki banyak pulau misalnya, dimana
setiap pulau tersebut dihuni oleh sekelompok manusia yang membentuk
suatu masyarakat. Dari masyarakat tersebut terbentuklah sebuah
kebudayaan mengenai masyarakat itu sendiri. Tentu saja hal ini berimbas
pada keberadaan kebudayaan yang sangat banyak dan beraneka ragam.
Jika dipahami multikulturalisme merupakan pengakuan terhadap
hak-hak kelompok masyarakat lain, maka Indonesia contohnya sebenarnya

10
sudah lama menganut sistem ini. Hal ini terlihat dalam prinsip Bhinneka
Tunggal Ika. Paling tidak prinsip ini menekankan tentang kebebasan
dalam mengekspresikan hidupnya sesuai dengan budaya dan
kepercayaannya. Namun konsep ini tentunya harus memenuhi landasan-
landasan etika agama dan prinsip-prinsip akhlakul karimah.5

5
Badrudin. Op.Cit., hlm 13-14

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Pendidikan multikultural adalah suatu penedekatan progresif untuk


melakukan transformasi pendidikan yang secara menyeluruh membongkar
kekurangan, kegagalan dan praktikpraktik diskriminatif dalam proses
pendidikan. Pendidikan multikultural didasarkan pada gagasan keadilan sosial
dan persamaan hak dalam pendidikan. Sedangkan dalam doktrin Islam
sebenarnya tidak membeda-bedakan etnik, ras dan lain sebagainya dalam
pendidikan. Manusia semuanya adalah sama, yang membedakannya adalah
ketakwaan mereka kepada Allah Swt. Dalam Islam, pendidikan multikultural
mencerminkan bagaimana tingginya penghargaan Islam terhadap ilmu
pengetahuan dan tidak ada perbedaan di antara manusia dalam bidang ilmu.

Beberapa keterangan mengenai tujuan pendidikan Islam di atas sesuai


dengan tujuan pendidikan multicultural, yaitu untuk menciptakan kehidupan
yang harmonis dalam masyarakat yang serba majemuk.

12
DAFTAR PUSTAKA

Suryana, Yaya dan Rusdiani. 2015. Pendidikan Multikultural. Bandung.


Penerbit : CV PUSTAKA SETIA

Badrudin. “konsep pendidikan multikultural (eksistensi dan nilai-nilai


urgensinya di Indonesia)”. 2015.Tazkiya Jurnal Keislaman,
Kemasyarakatan dan Kebudayaa. Vol 16 No.2

Ibrahim, Rustam. 2013. PENDIDIKAN MULTIKULTURAL: Pengertian, Prinsip, dan


Relevansinya dengan Tujuan Pendidikan Islam. ADDIN, Vol. 7, No. 1

13

Anda mungkin juga menyukai