DOSEN PEMBIMBING :
Bpk. H. Abd Azis, S.Kom, M.Kom.I
DISUSUN OLEH :
NAMA : SAMSUDIN
NIM : 1821700015
NO. HP : 085258878218
Puji Syukur kehadirat Allah SWT., atas berkat dan rahmat-Nya sehingga makalah yang
berjudul “Teori-teori Kewarganegaraan dan Negara-negara yang Menganutnya” dapat
diselesaikan. Makalah ini disusun bertujuan untuk memenuhi tugas UTS Mata Kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan . Kami selaku penyusun berharap makalah ini bisa menambah
wawasan dan pengetahuan di Pendidikan Kewarganegaraan.
Kami sadar makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritikan dan saran dari para pembaca untuk melengkapi serta
menyempurnakan makalah yang ini agar lebih baik lagi.
Kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas pihak-pihak yang telah membantu
proses penyusunan makalah ini.
SAMSUDIN
i
DAFTAR ISI
1. Latar Belakang……………….......................................................................... 1
2. Rumusan Masalah……………………………………………………………. 1
1. Liberalisme…………………………………………………………………… 2
2. Komunitarian………………………………………………………………… 3
3. Republikan……………………………………………………………………. 4
4. Demokrasi Radikal…………………………………………………………… 5
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….. 8
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam pengertian Warga negara diartikan dengan orang-orang sebagai bagian
dari suatu penduduk yang menjadi unsur negara serta mengandung arti peserta, anggota
atau warga dari suatu negara, yakni peserta dari suatu persekutuan yang didirikan dengan
kekuatan bersama.
Dahulu istilah warga negara seringkali disebut hamba atau kawula negara yang
dalam bahasa inggris (object) berarti orang yang memiliki dan mengabdi kepada
pemiliknya.
AS Hikam mendifinisikan bahwa warga negara yang merupakan terjemahan dari
citizenship adalah anggota dari sebuah komunitas yang membentuk negara itu sendiri.
Dalam konteks Indonesia, istilah warga negara (sesuai dengan UUD 1945 pasal
26) dikhususkan untuk bangsa Indonesia asli dan bangsa lain yang disahkan undang-
undang sebagai warga negara. Dalam pasal 1 UU No. 22/1958 bahwa warga negara
Republik Indonesia adalah orang-orang yang berdasarkan perundang-undangan dan
perjanjian-perjanjian dan peraturan-peraturan yang berlaku sejak Proklamasi 17 Agustus
1945 sudah menjadi warga negara Republik Indonesia.
2. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian Teori-teori Kewarganegaraan?
b. Apa saja Teori Kewarganegaraan yang dianut Negara-negara di dunia?
c. Negara mana saja yang menganut Teori Kewarganegaraan tersebut?
1
BAB II
PEMBAHASAN
Teori-teori Kewarganegaraan
1. Liberalisme
a. Pengertian
Teori Kewarganegaraan Liberal berpendapat bahwa warganegara merupakan
pemegang otoritas demi menentukan pilihan dan juga hak. Teori kewarganegaraan
liberal menekankan kepada konsep kewarganegaraan yang berdasarkan pada hak.
Peter H Scuck dalam Liberal Citizenship (2002) berpendapat bahwa pengaruh besar
dari teori tersebut diawali oleh penjelasan secara sistematis melalui John locke dan
juga J S Mill. Menurut Locke individu dianugerahi serta dihiasi oleh Tuhan dengan
hukum alam yang berupa hak-hak alamiah.
b. Menurut Peter H Suchuk terdapat 5 Prinsip Dasar Teori Liberal Klasik. yaitu,
1. mengutamakan kebebasan individu yang dimengerti sebagai kebebasan dari
campur tangan Negara.
2. Proteksi yang luas pada kebebasan berpikir, berbicara serta beribadah.
3. Kecurigaan yang dalam pada kekuasaan negara untuk mengatasi individu.
4. Adanya pembatasan kekuasaan negara di bidang atau aktivitas individu di
dalam berhubungan dengan yang lain.
5. Anggapan yang kuat bisa dibantah tentang kebaikan hati dalam hal masalah
pribadi serta bentuk lain yang mendukung pribadi.
2
c. Negara-negara Penganut Liberalisme
Albania, Armenia, Austria, Belgia, Bulgaria, Kroasia, Cyprus, Republik
Cekoslovakia, Denmark, Estonia, Finlandia, Prancis, Jerman, Yunani, Hungaria,
Islandia, Italia, Latvia, Lithuania, Luxembourg, Macedonia, Moldova, Netherlands,
Norwegia, Polandia, Portugal, Romania, Rusia, Serbia Montenegro, Slowakia,
Slovenia, Spanyol, Swedia, Switzerland, Ukraina, United Kingdom, Andorra,
Belarusia, Bosnia-Herzegovina, Kepulauan Faroe, Georgia, Irlandia dan San Marino.
2. Komunitarian
a. Pengertian
Fokus utama dala teori komunitarianisme dalam kajian kewarganegaraan merupakan
peran serta warga negara di dalam komunitas. Komunitarianisme bukan sebagai
reaksi pada liberalism Klasik, tetapi kepada kewarganegaraan yang berdasarkan pada
Dimensi sosial, kewarganegaraan (civic) dan juga politik dari komunitas Politik.
Perspektif komunitarian menekankan terhadap kelompok etnis ataupun kelompok
budaya, solidaritas diantaranya yakni orang-orang yang mempunyai sejarah ataupun
tradisi yang sama,
3
3. Republikan
a. Pengertian
Teori Kewarganegaraan Republican Menekankan kepada ikatan-ikatan sipil (civic
bonds) suatu hal yang berbeda dengan ikatan-ikatan individual (tradisi pada liberal)
ataupun ikatan kelompok (tradisi komunitarian). Teori kewarganegaraan republikan
baik yang klasik ataupun yang humanis sebagai paham pemikiran
kewarganegaraan yang berpendapat bahwa bentuk ideal dari suatu negara
berdasarkan pada dua dukunganyaitu civic virtue warga serta pemerintahannya yang
republic sebab ini sebagai hak yang esensial, hingga disebut civic republic. Jadi,
kewarganegaraan ini lebih menekankan pada pentingnya kewajiban (duty), tanggung
jawab (responsibility) serta civic virtue (keutamaan kewarganegaraan) dari
warganegaranya. Civic virtue di dalam republik Romawi berarti kesediaan untuk
mendahulukan kepentingan publik.
4
4. Demokrasi Radikal
a. Pengertian
- Kewarganegaraan itu merupakan keanggotaan seseorang dalam kontrol satuan
politik tertentu (secara khususnya ialah negara) yang dengannya membawa hak
untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik. Seseorang dengan keanggotaan yang
demikian disebut warga negara (sesuai dengan Pasal 26 UUD 1945).
- Demokrasi merupakan suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh rakyat dan
dijalankan untuk kepentingan rakyat banyak. Karena perkataan demokrasi itu
sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu demos (rakyat) dan
kratos/cratein(pemerintahan). Maka, demokrasi itu secara harafiah berarti
pemerintahan rakyat. Dan yang seperti dikemukakan oleh Abraham Lincoln,
bahwa demokrasi itu adalah “pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk
rakyat.”
- Radikal itu merupakan pemikiran yang keras atau pemikiran yang sangat
mendasar. Radikal bisa diorientasikan pada pemikiran, sudut pandang atau paham
tertentu tanpa berpijak pada aturan yang berlaku di Negara Indonesia. Radikal itu
juga hampir mengenai ke konsep keotoriteran karena sifatnya yang keras, terlalu
kaku dan tidak ada toleransi terhadap orang lain sehingga tidak dapat
menyesuaikan dengan kehidupan berdemokrasi saat ini.
Berdasarkan pengertian di atas, jelaslah bahwa konsep demokrasi dan radikal itu
sangat berbenturan, apalagi jika dikaitkan dengan kewarganegaraan. Karena secara
singkatnya, kewarganegaraan itu menitikberatkan pada konsep kewargaan, demokrasi
itu menitikberatkan pada konsep kebebasan untuk kepentingan rakyat, sedangkan
radikal itu lebih menitikberatkan pada konsep keras sehingga kemajuannya
terhambat. Secara teoritis, kewarganegaraan demokrasi radikal ini hanyalah
merupakan pemahaman. Karena jika konsep radikal ini diterapkan dalam kehidupan
berdemokrasi seperti sekarang ini, maka demokrasi yang ada akan kacau balau karena
demokrasi tidak pernah sejalan dengan konsep radikal.
5
Secara teori, bisa saja konsep demokrasi dan konsep radikal digabungkan karena kita
berbicara pada konsep teoritisnya. Namun, tidak begitu dengan praktiknya. Artinya,
bahwa secara praktik, konsep demokrasi dan konsep radikal jelas tidak bisa
digabungkan karena memang kedua konsep ini sungguh tidak sejalan dan sangat
berbenturan.
Konsep demokrasi radikal ini memang banyak negara yang memahaminya (lebih
kepada tokoh-tokoh politik dalam negara itu), namun bukan berarti konsep demokrasi
radikal ini dianut oleh negara-negara itu (dalam hal penerapannya). Hanya saja
konsep ini pernah terjadi di Indonesia sewaktu kepemimpinan Soeharto, dimana kita
dapat melihat kepemimpinan Presiden Soeharto sangat cenderung ke arah otoriter dan
keras.
6
Indonesia (pada zaman pemerintahan Presiden Soeharto) dan Amerika Serikat
BAB III
PENUTUP
7
DAFTAR PUSTAKA