Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

TEORI-TEORI KEWARGANEGARAAN DAN NEGARA YANG MENGANUTNYA

DOSEN PEMBIMBING :
Bpk. H. Abd Azis, S.Kom, M.Kom.I

DISUSUN OLEH :
NAMA : SAMSUDIN
NIM : 1821700015
NO. HP : 085258878218

UNIVERSITAS NURUL JADID


FAKULTAS TEKNIK
REKAYASA PERANGKAT LUNAK (RPL)
2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT., atas berkat dan rahmat-Nya sehingga makalah yang
berjudul “Teori-teori Kewarganegaraan dan Negara-negara yang Menganutnya” dapat
diselesaikan. Makalah ini disusun bertujuan untuk memenuhi tugas UTS Mata Kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan . Kami selaku penyusun berharap makalah ini bisa menambah
wawasan dan pengetahuan di Pendidikan Kewarganegaraan.

Kami sadar makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritikan dan saran dari para pembaca untuk melengkapi serta
menyempurnakan makalah yang ini agar lebih baik lagi.

Kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas pihak-pihak yang telah membantu
proses penyusunan makalah ini.

Probolinggo, 06 November 2021

SAMSUDIN

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

1. Latar Belakang……………….......................................................................... 1

2. Rumusan Masalah……………………………………………………………. 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 2

1. Liberalisme…………………………………………………………………… 2

2. Komunitarian………………………………………………………………… 3

3. Republikan……………………………………………………………………. 4

4. Demokrasi Radikal…………………………………………………………… 5

BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 7

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….. 8

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Dalam pengertian Warga negara diartikan dengan orang-orang sebagai bagian
dari suatu penduduk yang menjadi unsur negara serta mengandung arti peserta, anggota
atau warga dari suatu negara, yakni peserta dari suatu persekutuan yang didirikan dengan
kekuatan bersama.

Dahulu istilah warga negara seringkali disebut hamba atau kawula negara yang
dalam bahasa inggris (object) berarti orang yang memiliki dan mengabdi kepada
pemiliknya.
AS Hikam mendifinisikan bahwa warga negara yang merupakan terjemahan dari
citizenship adalah anggota dari sebuah komunitas yang membentuk negara itu sendiri.

Sedangkan Koerniatmanto S, mendefinisikan warga negara dengan anggota


negara. Sebagai anggota negara, seorang warga negara mempunyai kedudukan yang
khusus terhadap negaranya. Ia mempunyai hubungan hak dan kewajiban yang bersifat
timbal balik terhadap negaranya.

Dalam konteks Indonesia, istilah warga negara (sesuai dengan UUD 1945 pasal
26) dikhususkan untuk bangsa Indonesia asli dan bangsa lain yang disahkan undang-
undang sebagai warga negara. Dalam pasal 1 UU No. 22/1958 bahwa warga negara
Republik Indonesia adalah orang-orang yang berdasarkan perundang-undangan dan
perjanjian-perjanjian dan peraturan-peraturan yang berlaku sejak Proklamasi 17 Agustus
1945 sudah menjadi warga negara Republik Indonesia.

2. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian Teori-teori Kewarganegaraan?
b. Apa saja Teori Kewarganegaraan yang dianut Negara-negara di dunia?
c. Negara mana saja yang menganut Teori Kewarganegaraan tersebut?

1
BAB II

PEMBAHASAN

Teori-teori Kewarganegaraan

1. Liberalisme
a. Pengertian
Teori Kewarganegaraan Liberal berpendapat bahwa warganegara merupakan
pemegang otoritas demi menentukan pilihan dan juga hak. Teori kewarganegaraan
liberal menekankan kepada konsep kewarganegaraan yang berdasarkan pada hak.
Peter H Scuck dalam Liberal Citizenship (2002) berpendapat bahwa pengaruh besar
dari teori tersebut diawali oleh penjelasan secara sistematis melalui John locke dan
juga J S Mill. Menurut Locke individu dianugerahi serta dihiasi oleh Tuhan dengan
hukum alam yang berupa hak-hak alamiah.

Teori Locke mengenai kepemilikan (Locke’s theory of property) mengatakan ada


tiga elemen sentral untuk kewarganegaraan liberal. Yang pertama, yaitu individu
bisa menciptakan kekayaan ataupun kepemilikan dan juga menambah dominasi
kepemilikan itu dengan melalui kerja. Yang kedua, yaitu perlindungan pada
kepemilikan sebagai fungsi utama hukum dan juga pemerintahan. Dan yang Ketiga,
adalah adanya pelaksanaan yang sah berdasarkan hukum atas hak-hak kepemilikan
secara alamiah yang menghasilkan ketidakmerataan yang adil.

b. Menurut Peter H Suchuk terdapat 5 Prinsip Dasar Teori Liberal Klasik. yaitu,
1. mengutamakan kebebasan individu yang dimengerti sebagai kebebasan dari
campur tangan Negara.
2. Proteksi yang luas pada kebebasan berpikir, berbicara serta beribadah.
3. Kecurigaan yang dalam pada kekuasaan negara untuk mengatasi individu.
4. Adanya pembatasan kekuasaan negara di bidang atau aktivitas individu di
dalam berhubungan dengan yang lain.
5. Anggapan yang kuat bisa dibantah tentang kebaikan hati dalam hal masalah
pribadi serta bentuk lain yang mendukung pribadi.

2
c. Negara-negara Penganut Liberalisme
Albania, Armenia, Austria, Belgia, Bulgaria, Kroasia, Cyprus, Republik
Cekoslovakia, Denmark, Estonia, Finlandia, Prancis, Jerman, Yunani, Hungaria,
Islandia, Italia, Latvia, Lithuania, Luxembourg, Macedonia, Moldova, Netherlands,
Norwegia, Polandia, Portugal, Romania, Rusia, Serbia Montenegro, Slowakia,
Slovenia, Spanyol, Swedia, Switzerland, Ukraina, United Kingdom, Andorra,
Belarusia, Bosnia-Herzegovina, Kepulauan Faroe, Georgia, Irlandia dan San Marino.

2. Komunitarian
a. Pengertian
Fokus utama dala teori komunitarianisme dalam kajian kewarganegaraan merupakan
peran serta warga negara di dalam komunitas. Komunitarianisme bukan sebagai
reaksi pada liberalism Klasik, tetapi kepada kewarganegaraan yang berdasarkan pada
Dimensi sosial, kewarganegaraan (civic) dan juga politik dari komunitas Politik.
Perspektif komunitarian menekankan terhadap kelompok etnis ataupun kelompok
budaya, solidaritas diantaranya yakni orang-orang yang mempunyai sejarah ataupun
tradisi yang sama,

kapasitas kelompok tersebut demi menghargai identitas orang-orang yang


dibiarkan teratomisasi oleh kecenderungan yang mengakar terhadap masyarakat
liberal. Teori kewarganegaraan komunitarian merupakan reaksi dari teori
kewarganegaraan liberal, meski teori kewarganegaraan liberal berpendapat bahwa
masyarakat terbentuk atas pilihan-pilihan bebas individu, sedangkan teori ini justru
berpendapat masyarakatlah yang menentukan serta membentuk individu baik itu
karakternya, nilai keyakinannya. Komunitarianisme menekankan bahwa pentingnya
komunitas dan nilai sosial bersama.

b. Negara – negara penganut Kominitarianisme


Laos, Vietnam dan Tiongkok

3
3. Republikan
a. Pengertian
Teori Kewarganegaraan Republican Menekankan kepada ikatan-ikatan sipil (civic
bonds) suatu hal yang berbeda dengan ikatan-ikatan individual (tradisi pada liberal)
ataupun ikatan kelompok (tradisi komunitarian). Teori kewarganegaraan republikan
baik yang klasik ataupun yang humanis sebagai paham pemikiran
kewarganegaraan yang berpendapat bahwa bentuk ideal dari suatu negara
berdasarkan pada dua dukunganyaitu civic virtue warga serta pemerintahannya yang
republic sebab ini sebagai hak yang esensial, hingga disebut civic republic. Jadi,
kewarganegaraan ini lebih menekankan pada pentingnya kewajiban (duty), tanggung
jawab (responsibility) serta civic virtue (keutamaan kewarganegaraan) dari
warganegaranya. Civic virtue di dalam republik Romawi berarti kesediaan untuk
mendahulukan kepentingan publik.

b. Negara-negara Penganut teori Republikan


a. Eropa
Albania, Azerbaijan, Belarus, Bulgaria, Bosnia Herzegovina, Jerman, Kroasia,
Republik Ceko, Prancis, Italia, Finlandia, Kazakhstan, Romania, Rusia, San
Marino, Swiss, dan Turkmenistan
b. Amerika Utara
Amerika Serikat, Meksiko dan Molossia
c. Amerika Selatan
Argentina, Brasil, Bolivia, Chili, Kolombia dan Peru
d. Afrika
Afrika Selatan, Republik Afrika Tengah, Angola, Benin, Burkina Faso, Burundi,
Chad, Mesir, Republik Kongo, Pantai Gading, Republik Demokrasi Kongo, Jibuti
dan Senegal
e. Asia
Uni Emirat Arab, Bangladesh, Republik Rakyat Tiongkok, Republik Tiongkok
(Taiwan) , Filipina, India, Indonesia, Iran, Irak, Myanmar, Nepal, Pakistan,
Singapura, Timor-Leste, Yaman, Vietnam, Suriah dan Palestina

4
4. Demokrasi Radikal
a. Pengertian
- Kewarganegaraan itu merupakan keanggotaan seseorang dalam kontrol satuan
politik tertentu (secara khususnya ialah negara) yang dengannya membawa hak
untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik. Seseorang dengan keanggotaan yang
demikian disebut warga negara (sesuai dengan Pasal 26 UUD 1945).
- Demokrasi merupakan suatu bentuk pemerintahan yang dipegang oleh rakyat dan
dijalankan untuk kepentingan rakyat banyak. Karena perkataan demokrasi itu
sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu demos (rakyat) dan
kratos/cratein(pemerintahan). Maka, demokrasi itu secara harafiah berarti
pemerintahan rakyat. Dan yang seperti dikemukakan oleh Abraham Lincoln,
bahwa demokrasi itu adalah “pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk
rakyat.”
- Radikal itu merupakan pemikiran yang keras atau pemikiran yang sangat
mendasar. Radikal bisa diorientasikan pada pemikiran, sudut pandang atau paham
tertentu tanpa berpijak pada aturan yang berlaku di Negara Indonesia. Radikal itu
juga hampir mengenai ke konsep keotoriteran karena sifatnya yang keras, terlalu
kaku dan tidak ada toleransi terhadap orang lain sehingga tidak dapat
menyesuaikan dengan kehidupan berdemokrasi saat ini.

Berdasarkan pengertian di atas, jelaslah bahwa konsep demokrasi dan radikal itu
sangat berbenturan, apalagi jika dikaitkan dengan kewarganegaraan. Karena secara
singkatnya, kewarganegaraan itu menitikberatkan pada konsep kewargaan, demokrasi
itu menitikberatkan pada konsep kebebasan untuk kepentingan rakyat, sedangkan
radikal itu lebih menitikberatkan pada konsep keras sehingga kemajuannya
terhambat. Secara teoritis, kewarganegaraan demokrasi radikal ini hanyalah
merupakan pemahaman. Karena jika konsep radikal ini diterapkan dalam kehidupan
berdemokrasi seperti sekarang ini, maka demokrasi yang ada akan kacau balau karena
demokrasi tidak pernah sejalan dengan konsep radikal.

5
Secara teori, bisa saja konsep demokrasi dan konsep radikal digabungkan karena kita
berbicara pada konsep teoritisnya. Namun, tidak begitu dengan praktiknya. Artinya,
bahwa secara praktik, konsep demokrasi dan konsep radikal jelas tidak bisa
digabungkan karena memang kedua konsep ini sungguh tidak sejalan dan sangat
berbenturan.

Konsep demokrasi radikal ini memang banyak negara yang memahaminya (lebih
kepada tokoh-tokoh politik dalam negara itu), namun bukan berarti konsep demokrasi
radikal ini dianut oleh negara-negara itu (dalam hal penerapannya). Hanya saja
konsep ini pernah terjadi di Indonesia sewaktu kepemimpinan Soeharto, dimana kita
dapat melihat kepemimpinan Presiden Soeharto sangat cenderung ke arah otoriter dan
keras.

Dalam chapter 11 Handbook of Citizenship oleh Claire Rasmussen and Michael


BrownStudies dijelaskan bahwa teori demokrasi radikal ini ada untuk menghidupkan
kembali teori politik. Dimana teori demokrasi radikal merupakan sebuah istilah yang
diperoleh melalui kerja Ernesto Laclau dan Chantal Mouffe, mencoba untuk
menghidupkan sentralitas kewarganegaraan, sebuah identitas yang dipercaya dapat
melemahkan atau menghilangkan teori Liberal dan Marxis lewat membatasi
hubungan politik dengan bidang negara atau ekonomi.

Untuk mengembangkan pentingnya kewarganegaraan, demokrasi radikal menurut


chapter 11 Handbook of Citizenship oleh Claire Rasmussen and Michael Brown
Studies maju sebagai konsepsi demokrasi yang merupakan pandangan hidup, sebuah
perjanjian yang berkesinambungan bukan untuk komunitas ataupun negara tetapi
lebih kepada pemikiran mengenai politik sebagai sebuah tantangan yang tetap pada
batasan politik itu sendiri. Jelaslah, bahwa fokus utama demokrasi radikal terlihat
dalam batasan praktik memperjuangkan politik secara berkelanjutan. Dalam hal ini,
kewarganegaraan dipahami sebagai perjuangan atau perebutan untuk memperluas
daerah kekuasaan politik dan berkemungkinan pula untuk dapat berdemokrasi.

b. Negara-negara Penganut Demokrasi Radikal

6
Indonesia (pada zaman pemerintahan Presiden Soeharto) dan Amerika Serikat

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan dan Saran


Gagasan kewarganegaraan pada awalnya memang selalu merujuk kepada
peradaban Yunani kuno sebagai cikal bakal lahirnya konsep Civics dan Citizens. Konsep
kewarganegaraan mengalami perkembangan dari masa kemasa, tetapi pada kenyataannya
konsep ini selalu berusaha menjelaskan individu warganegara dalam kedudukannya
sebagai rakyat, penduduk, atau seorang warganegara dan dihubungkan dengan
kedudukan dan fungsinya dengan negara dan pemerintahan.
Di dalam memahami konsep kewarganegaraan disarankan untuk memahami
bagaimana sebetulnya hakekat hubungan antara warga negara degan negaranya. Menurut
penulis apapun bentuk dan esensi dari suatu teori kewarganegaraan yang ada di dunia, ini
merupakan upaya di dalam menciptakan keharmonisan di dalam unsur-unsur konstitutif
sebuah negara, yakni hubungan yang harmonis antara warga negara dengan
pemerintahan.
Disarankan memahami “Pancasila sebagai jati diri bangsa, pandangan hidup
bangsa, falsafah bangsa dan negara, ideologi bangsa dan negara, serta dasar negara”
sebagai teori kenegaraan yang paling relevan di terapkan di Indonesia.

7
DAFTAR PUSTAKA

Pendidikan, Dunia. “Teori Kewarganegaraan”. Duniapendidikan.co.id,


Sabtu, 06 November 2021, https://duniapendidikan.co.id/teori-kewarganegaraan/

Anda mungkin juga menyukai