Anda di halaman 1dari 17

PENGEMBANGAN KURIKULUM GLOBAL CITIZENSHIP DI

SEKOLAH DASAR

Makalah ini buat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Perkembangan Mutakhir dan Isu-Isu
Global dalam Kurikulum dan Pembelajaran

Oleh: hudayah
NIM: 2109401

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN KURIKULUM


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2023
PENGEMBANGAN KURIKULUM GLOBAL CITIZENSHIP DI
SEKOLAH DASAR

Hudayah

ABSTRAK
Konsep warga negara global (global citizen) sesungguhnya lahir seiring semakin pesatnya
arus globalisasi. Kewarganegaraan global sendiri muncul dari keberagaman dengan tujuan
untuk memperluas inklusi dan kekuasaan serta memiliki kerangka kerja etis dan normatif
serta jauh dari sekedar alat kekuasaan. Sebagai sebuah proses, globalisasi telah membawa
perubahan signifikan terhadap peradaban dunia. Negara bangsa yang pada awalnya
eksklusif dengan batas teritorialnya, kini memudar dengan semakin meningkatnya
kebutuhan warga negara. Global citizenship memberikan kesempatan kepada generasi
muda untuk berfikir kritis terhadap isu-isu global yang kompleks sehingga Pendidikan
kewargangeraan global ini dapat memberikan pengetahuan, pemahaman, sikap dan
karakter serta keterampilan kepada para siswa agar mampu berpartisipasi secara penuh
baik dalam konteks local dan terutama dalam tingkat global. Gagasan akan
kewarganegaraan global tentu menjadi satu alternatif untuk menyatukan persepsi akan
penyelesaian setiap permasalahan Internasional baik dari aspek bindang ekonomi, politik,
kesehatan, bahkan lingkunga hidup yang pada faktanya secara terus menurus mengancam
adanya kestabilan internasional di berbagai negara. pendidikan warga negara global sudah
menjadi kebutuhan bangsa untuk dapat beradaptasi di tengah-tengah globalisasi. Oleh
karena itu, hendaknya kurikulum juga memuat materi pembelajaran yang mengarah kepada
pembentukan warga negara global.

PENDAHULUAN
Pendididkan menurut Ki Hajar Dewantara adalah tuntunan di dalam hidup
tumbuhnya anak-anak yang menentukan segala kekuatan kodratnya ada pada anak2 itu
agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
Tuntutan abad 21 terhadap kemampuan pendidikan unttuk ikut serta dalam
menambah pengetahuan dan berfikir pada dunia pendidikan. Untuk menghadapi
pembelajaran di abad 21, setiap orang harus memiliki keterampilan berpikir kritis,
pengetahuan dan kemampuan literasi digital, literasi informasi, literasi media dan
menguasai teknologi informasi dan komunikasi (Frydenberg & Andone, 2011).
Pengembangan framework pembelajaran abad 21 yang menuntut siswa untuk memiliki
keterampilan, pengetahuan, keterampilan pembelajaran dan inovasi serta keterampilan
hidup dan karir agar manusia bisa mengkuti perkembangan zaman dan tidak terlindas oleh
perubahan zaman global. Tuntutan tersebut secara tidak langsung mengubah bagaimana
pendidikan nasional mengubah pola pikir dan sistem pendidkan dan tujuan yang mengarah
pada pengembangan pendidikan abad 21. Sekolah-sekolah diindonesia dituntut bukan
hanya bagaimana transfer knowlwdge tetapi mampu membimbing siswa untuk menerapkan
dan mengakomodasi bakat yang dimiliki sehingga tuajuan pendidikan nasional tercapai.
Pembelajaran abad 21 dalam wacana pendidikan nasional menekankan pada
kemampuan peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber, merumuskan
permasalahan, berpikir analitis dan kerjasama serta berkolaborasi dalam menyelesaikan
masalah (Litbang Kemdikbud, 2013). Adapun berdasarkan BNSP (2010) sebagai berikut:
a. Kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah (Critical-Thinking and
Problem-Solving Skills), mampu berfikir secara kritis, lateral, dan sistemik,
terutama dalam konteks pemecahan masalah;
b. Kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama (Communication and
Collaboration Skills), mampu berkomunikasi dan berkolaborasi secara efektif
dengan berbagai pihak;
c. Kemampuan mencipta dan membaharui (Creativity and Innovation Skills),
mampu mengembangkan kreativitas yang dimilikinya untuk menghasilkan
berbagai terobosan yang inovatif;
d. Literasi teknologi informasi dan komunikasi (Information and Communications
Technology Literacy), mampu memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi untuk meningkatkan kinerja dan aktivitas sehari-hari;
e. Kemampuan belajar kontekstual (Contextual Learning Skills) , mampu menjalani
aktivitas pembelajaran mandiri yang kontekstual sebagai bagian dari
pengembangan pribadi, dan
f. Kemampuan informasi dan literasi media s, mampu memahami dan
menggunakan berbagai media komunikasi untuk menyampaikan beragam
gagasan dan melaksanakan aktivitas kolaborasi serta interaksi dengan beragam
pihak.
Perkembangan teknologi telah mengubah trend pekerjaan dari berbasis teknis ke
berbasis pengetahuan. Teknologi, pengetahuan serta inovasi sekarang menjadi faktor kunci
dari produksi. Aset yang paling berharga dari institusi abad ke-21, baik bisnis atau non-
bisnis, adalah memiliki pekerja yang berpengetahuan dan produktif. Abad ke dua puluh satu
menuntut seperangkat kompetensi baru, yang meliputi tidak hanya keterampilan ICT tetapi
juga soft skill seperti pemecahan masalah, kemampuan analisis, kelompok belajar, bekerja
di lingkungan berbasis tim, dan komunikasi yang efektif. (Hendarman, and Tjakraatmadja,
2012).
Pendidikan seharusnya memberikan kompetensi dan keterampilan yang
memungkinkan orang untuk berpartisipasi dalam masyarakat dan hidup sukses. Kompetensi
dan keterampilan berubah dari waktu ke waktu. Orang sukses pada abad 19 dan 20 adalah
orang yang memiliki kemampuan melek huruf, berhitung, keterampilan ilmiah, dan
menerapkan keterampilan untuk produksi masal, kompetensi mereka tidak akan bisa
diterapkan pada abad 21. Kompetensi dan keterampilan abad 21 muncul karena revolusi
informasi dan teknologi, akibatnya orang menjadi saling terhubung dari sebelumnya dan
menawarkan kesempatan untuk pertumbuhan bisnis dan ekonomi, kemampuan mengakses
informasi, berkomunikasi, berbahasa menggunakan dan menciptakan teknologi baru sangat
penting untuk produktivitas tenaga kerja (Wang and World Bank, 2012).
Globalisasi merupakan padanan kata yang diambil dari kata global yang maknanya
universal. Selama ini globalisasi belum memiliki makna yang baku, selama ini makna
globalisasi tergantung dari mana orang memandang. Akan tetapi secara umum globalisasi
adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan
ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh dunia melalui perdagangan,
investasi, budaya dan bentuk-bentuk interaksi yang lain. Globalisasi juga diartikan suatu
fenomena di mana batasan-batasan antar negara seakan memudar karena terjadinya
berbagai perkembangan di segala aspek kehidupan, khususnya di bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi. Globalisasi membuat dunia nampak kecil, jarak lebih pendek, peristiwa
disuatu tempat mudah tersebea luaskan. Globalisasi membawa tiga kecenderungan yakni
homogenisasi, hibridisasi dan perbedaan dalam aspek kehidupan (Kalidjernih, 2011).
Homogenitas terjadi dengan ditandai masayarakat Indonesia secara luas menggunakan
merk-merk barat meskipun tidak asli. Hibridsasi berlangsung dengan adanya produk global
yang diadaptasi dan dimodifikasi oleh dan untuk kondisi lokal dengan kata lain percampuran
kultur dan gaya hidup. Kecenderungan globalisasi mengikis nilai-nilai luhur bangsa. Hal ini
ditandai dengan banyaknya generasi muda lebih menyukai produk global, budaya asing dan
busaya hedonisme. Pendidikan kewarganegaraan di Indonesia memiliki misi pengembangan
smart and good citizen. Pendidikan kewarganegaraan dalam konteks paradigma baru
memberi penekanan untuk membentuk warga negara yang tidak hanya mengetahui hak dan
kewajiban. Namun lebih dari itu, membentuk warga negara yang cerdas memiliki civic
intellegences, civic responsibility dan civic partisipasition dalam sebuah kebijakan publik.
Konsep warga negara global (global citizen) sesungguhnya lahir seiring semakin
pesatnya arus globalisasi. Kewarganegaraan global sendiri muncul dari keberagaman
dengan tujuan untuk memperluas inklusi dan kekuasaan serta memiliki kerangka kerja etis
dan normatif serta jauh dari sekedar alat kekuasaan. Sebagai sebuah proses, globalisasi
telah membawa perubahan signifikan terhadap peradaban dunia. Negara bangsa yang pada
awalnya eksklusif dengan batas teritorialnya, kini memudar dengan semakin meningkatnya
kebutuhan warga negara. Dunia seolah menjadi tanpa batas (borderless), pergerakan
manusia baik secara fisik maupun gagasan menjadi semakin tidak terkontrol, perjalanan
menempuh ruang dan waktu bisa dilakukan oleh siapapun, kapanpun dan di manapun.
Warga negara dihadapkan kepada perkembangan jaman yang berjalan sangat cepat yang
menyentuh berbagai bidang kehidupan bangsa baik secara politik, ekonomi, sosial, budaya,
dan sebagainya. Hal tersebut telah membawa dampak yang sangat signifikan terhadap
berbagai level kehidupan, baik lokal, nasional, regional, maupun internasional. Menjadi
bagian yang tak terpisahkan dalam konteks globalisasi tersebut, warga negara memainkan
peranan penting atau strategis terutama berkaitan dengan upaya memanfaatkan peluang
kemajuan pesat tersebut untuk kepentingan aktualisasi segala kemampuan yang dimilikinya.
Dalam masa globalisasi, ketergantungan dan keterkaitan antar negara sangat kuat,
disinilah dibutuhkan keterlibatan warga Negara dunia untuk saling menjalin kerja sama
dalam seluruh dimensi kehidupan, dengan mengabaikan perbedaan yang ada. Agar warga
negara global dapat berperan dengan baik, maka dibutuhkan warga negara global yang
berkarakter berbasis pada pendidikan multicultural, dengan memperkuat dan
mengembangkan pendidikan karakter kepada peserta didik, mahasiswa, dan masyarakat
berbasis pada pendidikan multicultural dalam mengembangkan Warga Negara Global
(Global citizen). Sekolah merupakan lembaga formal yang terencana dan sistematis.
Lingkungan pendidikan yang menyediakan berbagai eksempatan bagi peserta daidik untuk
melakukan berbagai kegiatan belajar. Dengan berbagai kesempatan belajar itu,
pertumbuhan dan perekembangan peserta didik diarahkan dan didorong ke pencapaian
tujuan yang dicita-citakan. Kesempatan belajar tersebut dapat dikatakan sebagai lingkungan
belajar peserta didik yang dapat disusun dan ditata dalam suatu kurikulum, dan dapat
dilaksanakan dalam bentuk proses pembelajaran. Tujuan kurikulum adalah tujuan yang
jendak dicapai oleh suatu program studi, bidang studi dan suatu mata pelajaran, yang
disusun berdasarkan tujuan institusional. Perumusan tujuan kurikulum berpedoman pada
kategorisasi tujuan pendidikan yang dikaitakn dalam bidang-bidang studi bersangkutan.
Sebagian ahli pendidikan berpadangan bahwa kurikulum dalam setiap masyakat atau
budaya seharusnya menjadi reflex dari budaya masyarakat itu sendiri. Sekolah bertugas
untuk memperoduksi pengeahuan dan nilai-nilai yang penting bagi generasi penerus.
Kurikulum mempunyai kata dasar currere, yang aritnya lapangan perlombaan lari. Lapangan
tersebut ada batas start dan batas finish. Dalam pengertian lain Sudjana (2005)
mendefinisikan bahwa kurikulum adalah niat dan harapan yang dituangkan dalam bentuk
rencana atau program pendidikan untuk dilaksanakan oleh guru di sekolah. Dengan
demikian, isi kurikulum adalah pengetahuan ilmiah, termasuk kegiatan dan pengalaman
belajar, yang disusun sesuai dengan taraf perkembangan siswa. Adapun Nengly and Evaras
(1967) menyatakan bahwa kurikulum adalah semua pengalaman yang direncanakan dan
dilakukan oleh sekolah untuk menolong para siswa dalam mencapai hasil belajar kepada
kemampuan siswa yang paling baik (Dakir, 2004). Dengan demikian, kurikulum adalah segala
sesuatu yang berhubungan dengan pendidikan di suatu lembaga pendidikan yang
terorganisir dengan terencana dan siap diimplementasikan. Seluruh komponen dalam hal ini
akan terlibat dalam pelaksanaan kurikulum yang akan diterapkan di suatu lembaga
pendidikan tersebut.
Menurut Rusman (2009) salah satu aspek yang perlu dipahami dalam
pengembangan kurikulum adalah aspek yang berkenaan dengan organisasi kurikulum.
Organisasi kurikulum merupakan pola atau desain bahan kurikulum yang tujuannya untuk
mempermudah siswa dalam mempelajari bahan pelajaran serta mempermudah siswa
dalam melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
efektif. Tujuan pendidikan yang dirumuskan dapat mempengaruhi pola atau desain
kurikulum karena tujuan tersebut dapat menentukan pola atau kerangka untuk memilih,
merencanakan, dan melaksanakan segala pengalaman dan kegiatan belajar di sekolah.
Dapat juga dikatakan bahwa pengembangan kurikulum bertujuan untuk menyikapi
persoalan sosial yang datang seiring perputaran waktu. Dari paparan di atas dapat dipahami
adanya empat tujuan pengembangan kurikulum yang substansial: 1) merekonstruksi
kurikulum sebelumnya; 2) menginovasi; 3) beradaptasi dengan perubahan sosial (sisi
positifnya); 4) mengeksplorasi pengetahuan yang masih tersembunyi berdasarkan tujuan
pendidikan nasional yang telah dirumuskan. Dari pengembangan kurikulum harus berakar,
namun harus juga berpucuk menjulang tinggi, beranting, dan berdaun rindang. Berakar
berarti tetap berpegang kepada falsafah bangsa dan menjulang berarti mengikuti
perubahan dan perkembangan zaman.
Maka sangat perlu dalam rangka peningkatan dan paradigm baru mengenai
pendidikan warga Negara global di era globalisasi ini yang memiliki misi pengembangan
smart and good citizen. Dalam suatu system pendidikan, kurikulum itu sifatnya dinamis dan
harus mengikuti perkembangan zaman. Perubahan dan pengembangan kurikulum harus
memiliki visi dan arah yang jelas dan senantiasa disesuaikan dengan perkembangan zaman.
Perlunya pengembangan kurikulum karena ada beberapa factor, daiantaranya isi kurikulum,
kompetensi, standar proses pembelajaran dan kurang pekanya kurikulum dalam
menghadapi berbagai perubahan social yang terjadi pada tingkat local, nasional sampai
global. Oleh karena itu perlunya penelitian pengembangan kurikulum berbasis pendidikan
multiklutural dalam menumbuhkan warga Negara global (Global citizen) di tingkat sekolah
dasar menjadi model pengembangan kurikulum yang nantinya memuat strategi
implementasi dalam proses pembelajaran yang dapat diintegrasikan melalui mata pelajaran
dan program sekolah sehingga apa yang menjadi tujuan pendidikan nasional dapat
terselesaikan.

Analisis Konten
Mengenal Global Citizenship
Global citizenship atau warga negara global dapat dikatakan sebagai warga negara
global yang berpean aktif dalam kehidupan masyarakat dunia termasuk dalam penyelesaian
masalah-masalah global. Konsep ini dikaiteratkan dengan globalisasi yang menjadi
permaslaahan yang harus diselesaikan bersama-sama. Yang diharapkan dapat meningkatkan
keterlibatan warga negara dan membentuk rasa empati serta tanggung jawab setiap orang
sebagai bagian dari warga negara global.
Istilah warga negara global yang dikemukakan oleh Korten ini merupakan istilah yang
menunjukkan kepada tingkatan kewarganegaraan. Sifat khas warga negara bertanggung
jawab terlihat dari komitmennya terhadap nilai-nilai integrative dan penerapan aktif
kesadaran kritisnya, berupa kemampuan untuk berpikir mandiri, kritis dan konstruktif,
kemampuan untuk melihat masalh dalam konteks Panjang, dan untuk membuat penilaian
berdasarkan suatu komitmen kepada kepentingan masyarakat jangka Panjang.
Warga Negara Global merupakan tingkatan lebih lanjut dari tingkatan warga negara
komunal, dan warga negara nasional. Lebih lanjut dikatakan Cogan (2001) karakteristik
warga negara yang dikaitkan dengan kecenderungan global yang terjadi saat ini, meliputi
mendekati masalah dari sudut pandang masyarakat global, bekerja bersama dengan orang
lain, bertanggung jawab terhadap peran dan tanggung jawab masyarakat, berpikir secara
kritis dan sistematis, penyelesaikan konflik dengan tanpa kekerasan, mengadopsi cara hidup
yang melindungi lingkungan, menghormati dan mempertahankan hak asasi, dan
berpartisipasi dalam masalah publik pada semua tingkat pembelajaran civics, serta
memanfaatkan teknologi berbasis informasi. Konsep Global Citizenship Education (GCEd)
dalam Bahasa Indonesia diartikan sebagai Pendidikan Kewarganegaraan Global adalah jenis
ilmu kewarganegaraan yang melibatkan partisipasi aktif pelajar dalam proyek-proyek terkait
isu sosial, politik, ekonomi, dan lingkungan global (Wikipedia, 2019). Dua elemen utama
GCEd adalah kesadaran global dan kompetensi global. Kesadaran global merupakan aspek
moral dan etis dari isu global, sedangkan Kompetensi Global sebagai keterampilan yang
memungkinkan pelajar (siswa) bersaing di bursa kerja global.
Dalam era globalisasi perlunya sumber daya manusia yang matang secara moral dan
intelektual kecerdasan intelektual dalam mengkitisi berbagai wacana pemikiran yang
muncul di permukaan, kematangan emosional untuk dapat hidup kooperatif sekaligus
kompetitif yang didasarkan atas jalinan sosial yang harmonis dan kematangan spiritual
sebagai perwujudan ikatan transedental antara dirinya dengan sang pencipta. Kematangan
tersebut dilatih, diajar dan didik melalui PKn dengan model pendidikan berbasis nilai. (Ine
Kusuma & Markum Susatim, 2010: 38)

Konsep Dasar Pendidikan Global Citizenship


Di Indonesia pendidikan kewarganegaraan merupakan Pendidikan pengetahuan,
sikap, mental dan nilai-nilai yang menjunjung tinggi demokrasi, sehingga terwujudnya
masyarakat yang demokratis serta mampu menjaga persatuan dan integritas bangsa guna
mewujudkan Indonesia yang kuat, sejahtera dan demokratis. Pendidikan kewarganegaraan
erat kaitannya dengan Pendidikan nilai yang menyati dengan berbagai permasalahan yang
menyangkut preferensi personal kedalam suatu kategori yang disebut nilai-nilai, yang
dibatasi sebagai petunjuk umum untuk perilaku yang memberi Batasan langsung pada
kehidupan.
Pendidikan kewarganegaraan menjadi tujuan utama dalam mengembangkan sikap
dan keterampilan warga negara dalam menjalankan hak dan kewajiban sebagai warga
negara. Pendidikan Kewarganegaraan dirumuskan sebagai suatu seleksi dan adaptasi dari
lintas disiplin ilmu-ilmu sosil, ilmu kewarganegaraan, humniora, dan kegiatan dasar manusia
yang diorganisasikan dan disajikan secara psikologis dan ilmuah untuk ikut mencapai salah
atau tujuan pendidikan. Sependapat dengan pendapatnya Sutrisno (2017: 168) bahwa
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pendidikan yang berfungsi untuk membangun
kesadaran warga negara dalam menjalankan hak dan kewajiban sebagai warga negara
dalam upaya membentuk identitas terhadap warga negara bagi suatu bangsa.
Global citizenship memberikan kesempatan kepada generasi muda untuk berfikir
kritis terhadap isu-isu global yang kompleks sehingga Pendidikan kewargangeraan global ini
dapat memberikan pengetahuan, pemahaman, sikap dan karakter serta keterampilan
kepada para siswa agar mampu berpartisipasi secara penuh baik dalam konteks local dan
terutama dalam tingkat global. Capaian yang diharapkan adalah; Pendidikan multicultural,
Pendidikan perdamaian, Pendidikan hak asasi manusia dan Pendidikan lingkungan hidup.
Dengan adanya global citizenship akan membuat siswa untuk berpikir global sehingga
mampu mengantisipasi perkembangan dan perubahan sosial dimasa depan.
Pendidikan Kewarganegaraan dirumuskan sebagai suatu seleksi dan adaptasi dari
lintas disiplin ilmu-ilmu sosil, ilmu kewarganegaraan, humniora, dan kegiatan dasar manusia
yang diorganisasikan dan disajikan secara psikologis dan ilmuah untuk ikut mencapai salah
atau tujuan pendidikan. Sependapat dengan pendapatnya Sutrisno (2017: 168) bahwa
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pendidikan yang berfungsi untuk membangun
kesadaran warga negara dalam menjalankan hak dan kewajiban sebagai warga negara
dalam upaya membentuk identitas terhadap warga negara bagi suatu bangsa.
Proses pembelajaran pada Pendidikan Kewarganegaraan. Karakteristik tersebut
menurut John C. Cogan, (1999) terdiri dari beberapa kemampuan yakni 1) Kemampuan
mengenal dan mendekati masalah sebagai warga masyarakat global, 2) Kemampuan
bekerjasama dengan orang lain dan memikul tanggung jawab atas peran atau kewajibannya
dalammasyarakat, 3) Kemampuan untuk memahami, menerima, dan menghormati
perbedaan-perbedaan budaya, 4) Kemampuan berpikir kritis dan sistematism 5)
Kemampuan menyelesaikan konflik dengan cara damai tanpa kekerasan, 6) Kemampuan
mengubah gaya hidup dan pola makanan pokok yang sudah biasa guna melindungi
lingkungan, 7) Kemampuan untuk memiliki kepekaan terhadap dan mempertahankan hak
asasi manusia (seperti hak kaum wanita, minoritas etnis, dsb), 8) Kemapuan dan
kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan politik pada tingkatan pemerintahan lokal,
nasional, dan internasional.
Konsep warga negara global atau bisa disebut dengan Global Citizens merupakan
bagian dari siklus perkembangan peradaban manusia yang dikemas dalam bentuk
globalisasi. Globalisasi membawa pengaruh besar bagi kehidupan manusia, adanya
globalisasi membawa dampak yang luar biasa bagi perkembangan negara secara global di
berbagai aspek baik kehidupan berbangsa dan bernegara, dari kultural hingga kriminal
finansial maupuan spiritual (Micionis & Plummer, 2005). Persamaan hak dan kewajiban
warga negara dalam mejalankan tugas dan kewajiban sebagai warga negara yang tidak di
batasi oleh wilayah teritorial negara merupakan konsep dasar warga negara secara global
(Gerzon, 2010: 78).
Konsep warga negara global bukanlah merupakan hal baru namun munculnya
pemahaman warga negara global sudah mucul sejak zaman yunani kuno tepatnya pada
abad ke- 4 SM. konsep warga negara global ini berawa dari ketidak terimaan akan kesetian
publik warga negara yang dikemukakan oleh salah satu filsuf Diogenes. Kemudian Linklater
(2002) menyatakan adanya gogasan tersubut menjadi rujukan untuk mengkritisi negara
terkait adanya bentuk kedaulatan secara universal. Dengan tujuan dapat mewujudkan
kehidupan warga negara dunia yang adil, makmur dan damai. Warga negara global
berorientasi pada peran warga negara global dalam menjalankan hak dan kewajiban secara
global. Konsep warga negara global cenderung megembangkan istilah dalam
kewarganegaraan global yang dalam hal ini menurut Bringham (dalam Zahabioum, Yousefy,
Yarmohammadian, Keshtiaray, 2012) menyatakan bahwa, “global citizenship is A way of
understanding - how the world works, links between our own lives and those of people
throughout the world”. Kewarganegaraan global membahas tentang peran dan tanggung
jawab manusia dalam memahami, melihat dan bertindak dalam kondisi dunia kerja, serta
hubungan antar kehidupan manusia secara individu dan warga negara di seluruh dunia.
Gagasan Pendidikan Kewarganegaraan Global
Adanya konsep warga negara global tentu tidak bisa dipisahkan dengan adanya arus
globalisasi yang berkembang saat ini. Persamaan hak dan kewajiban warga negara dalam
mejalankan tugas dan kewajiban sebagai warga negara yang tidak di batasi oleh wilayah
teritorial negara merupakan konsep dasar warga negara global (Gerzon, 2010: 78). Berbagai
fonomena permasalahan global tentang warga negara menuntut adanya penyelesaian
secara bersama yang diataru dalam peraturan hukum secara jelas atas dasar persamamaan
sebagai salah satu warga dunia. Bentuk kerjasa sama dalam berpartisipasi warga negara
global merupakan contoh positif warga negara dalam upaya membangun tatanan dunia
Internasional yang baik. Warga negara dalam prespekif global akan selalu menjunjung nilai-
nilai dasar keadilan, kemanusian, kepedulian dalam bentuk satu kesatuan masyarakat
global.
Gagasan akan kewarganegaraan global tentu menjadi satu alternatif untuk
menyatukan persepsi akan penyelesaian setiap permasalahan Internasional baik dari aspek
bindang ekonomi, politik, kesehatan, bahkan lingkunga hidup yang pada faktanya secara
terus menurus mengancam adanya kestabilan internasional di berbagai negara. Dengan
demikian warga negara global harus dituntut untuk bisa berpartisipasi secara aktif. Konsep
nilai-nilai dasar dalam perkembangan sosial kebudayaan suatu negara tidak bisa hilang
karena adanya bentuk persamaan persepsi sebagai salah satu bagian dari warga negara
global. Akan tetapi persepsi akan persamaan warga negara global akan menjadi acuan
setiap warga negara agar mampu berkontribusi dalam mejunjung tinggi nilai persatuan dan
kesatuan yang diatur dalam konsep berperikemusian yang adil dan beradab.
Persepsi akan waraga negara global dalam pendidikan kewarganegaraan akan
menjadi pedoman warga negara untuk bisa berpartisipasi menyelesaiakan permasalahan-
permasalahan global yang terjadi. Bentuk partisipasi seperti ini yang akan dijadikan acuan
dalam pendidikan kewarganegaraan di setiap negara. Melalu pendidikan kewarganegaraan
secara global diharapkan mampu menjadikan warga negara menyiapkan diri untuk bisa
berpartisipasi aktif dan berkerjasama dalam membangun tata kehidupan dunia
Internasional yang selalu berlandaskan akan nilai-nilai nasionalisme. Hal tersebut tentu
sebagimana dijelaskan oleh Cogen (1998:2-3) bahwa Pendidikan kewarganegaraan global
memiliki beberapa komponen pokok yaitu “the enjoyment of certains rights: the fulfilment
of corresponding obligations: a degree of interst and involvement in public affairs and an
acceptance of basic societal values”. Komponen ini akan menjadi dasar kepribadian bangsa
dalam membentuk warga negara global yang tetap berlandaskan akan nilai-nilai
nasionalisme negara dan menjunjung tinggi adanya rasa persatuan dan kesatuan warga
negara secara gelobal untuk membagun kehidupan internasional yang berkemajuan.
Melalui pendidikan kewarganegaraan kemasyarakatan warga negara dibentuk
menajadi warga negara yang mandiri dan bertanggung jawab dalam menghadapi dunia
global. Warga negara mandiri merupakan warga negara yang tidak mudah tergantung pada
orang lain dalam menyelesaikan setiap tugas-tugasnya sedangkan tanggung jawab warga
negara sebagaiman yang disampaikan oleh Wahab (2011) yakni warga negara yang memiliki
pengetahuan dan berbagai keterampilan untuk dapat memahami dan memecahkan
berbagai persoalan yang dihadapinya dengan keputusan-keputusan yang cepat dan tepat
baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Sehingga menurut Rohani (2013: 223)
perlu adanya langkah-langkah dalam pendidikan kewarganegaraan kemasyarkaatan untuk
melakukan pembinaan tangguh jawab masyarakat dalam upaya menyelesaikan masalah-
masalah sosial diantaranya adalah 1) dilakukannya sosialisasi-sosialisasi tentang prilaku
hidup bersih dan sehat yang dilakukan secara terus menerus. ) diadakannya serangkaian
pelatihan bagi kader lingkungan. 3) kader lingkungan ini melakukan diskusi bersama
masyarakat mengenai dampak buruk dari lingkungan yang tercemar bagi kesehatan. 4) para
kader lingkungan melakukan transect walk bersama masyarakat berkeliling di lingkungan
sekitar, khususnya ke sumber-sumber air, untuk melihat sejauh mana air terkontaminasi
dengan sampah, kotoran ternak, serta kotoran manusia. 5) para kader lingkungan
melakukan praktek pengolahan sampah organik skala rumah tangga dengan metode
takakura, dan praktek keterampilan daur ulang sampah non organik.

Kurikulum dan Materi Pendidikan Global Citizenship


Kurikulum diartikan sebagai suatu dokumen atau rencana tertulis mengenai kualitas
pendidikan yang harus dimiliki oleh peserta didik melalui suatu pengalaman belajar.
Pengertian ini mengandung arti bahwa kurikulum harus tertuang dalam satu atau beberapa
dokumen atau rencana tertulis. Dokumen atau rencana tertulis itu berisikan pernyataan
mengenai kualitas yang harus dimiliki seorang peserta didik yang mengikuti kurikulum
tersebut. Pengertian kualitas pendidikan di sini mengandung makna bahwa kurikulum
sebagai dokumen merencanakan kualitas hasil belajar yang harus dimiliki peserta didik,
kualitas bahan/konten pendidikan yang harus dipelajari peserta didik, kualitas proses
pendidikan yang harus dialami peserta didik (Miller & Seller, 1985; Sukmadinata, 2004).
Untuk menegakkan akuntabilitasnya maka kurikulum tidak boleh hanya membatasi
diri pada persoalan pendidikan dalam pandangan perenialisme atau esensialisme. Kedua
pandangan ini hanya akan membatasi kurikulum, dan pendidikan, dalam kepeduliaannya.
Kurikulum dan pendidikan melepaskan diri dari berbagai masalah sosial yang muncul, hidup,
dan berkembang di masyarakat. Kurikulum menyebabkan sekolah menjadi lembaga menara
gading yang tidak terjamah oleh keadaan masyarakat dan tidak berhubungan dengan
masyarakat. Situasi seperti ini tidak dapat dipertahankan dan kurikulum harus
memperhatikan tuntutan masyarakat dan rencana bangsa untuk kehidupan masa
mendatang. Problema masyarakat harus dianggap sebagai tuntutan, menjadi kepeduliaan
dan masalah kurikulum.
Kurikulum yang dituntut sekarang adalah kurikulum yang berbasis kompetensi.
Hasan (2005:4) mengatakakan kurikulum berbasis kompetensi adalah kurikulum yang pada
perencanaan terutama dalam tahap pengembangan ide akan dipengaruhi oleh
kemungkinan-kemungkinan pendekatan komptensi dapat menjawab tantangan masyarakat
yang muncul. Artinya, pada waktu mengembangkan atau mengadopsi pemikiran kurikulum
maka pengembang kurikulum harus mengenal benar landasan filosofi, kekuatan dan
kelemahan dalam menjawab tantangan di masa depan.
Dalam membentuk wawasan dan pengetahuan global warga negaranya, pendidikan
kewarganegaraan ini memainkan peran yang strategis. Tidak hanya mempelajari hak dan
kewajiban saja, pendidikan kewarganegaraan juga lebih jauh dan lebih dalam
mempersiapkan warga negara untuk menjadi warga negara global. Pendidikan
kewarganegaraan memberikan peserta didik berbagai pengetahuan tentang masalah global,
tradisi hingga sistem global sebagai bekalnya dimasa depan dan memastikan bahwa peserta
didik sanggup untuk menjadi warga global yang memiliki sikap tanggungjawab, baik
terhadap diri sendiri maupun terhadap bangsa dan negaranya. (M. Murdiono, Sapriya,
Wahab, & Maftuh, 2014)
Pendidikan warga negara global dibutuhkan dalam Pendidikan Kewarganegaraan di
Indonesia. Mengingat bahwa pendidikan warga negara global sudah menjadi kebutuhan
bangsa untuk dapat beradaptasi di tengah-tengah globalisasi. Oleh karena itu, hendaknya
kurikulum juga memuat materi pembelajaran yang mengarah kepada pembentukan warga
negara global. Solusi yang dapat penulis sarankan adalah dengan dilakukannya
pengembangan kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan sehingga memuat kompetensi yang
dibutuhkan untuk membentuk warga negara global. Pengembangan kurikulum merupakan
proses perencanaan dan penyusunan kurikulum dengan maksud mengembangkan
kurikulum sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat. Pengembangan
ini dilakukan oleh para pengembang kurikulum (curriculum developer) melalui serangkaian
kegiatan yang dilakukan sehingga kurikulum yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan
acuan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.
Dalam proses pengembangan kurikulum, penyusunan dan perancangan kurikulum
harus memuat indikator-indikator yang diperlukan dalam membentuk warga negara global.
Adapun indikator-indikator tersebut ; peserta didik mampu menyadari keberadaannya
sebagai bagian dari warga negara global, mampu berperan aktif dalam kegiatan
pembelajaran, kritis menanggapi isu-isu global, dan menghargai perbedaan yang ada di
belahan dunia. Kemudian, pengembangan kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan
dilakukan dengan memerhatikan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum, yaitu prinsip
relevansi, prinsip fleksibilitas, prinsip kontinuitas, prinsip efisiensi dan prinsip efektifitas.
Prinsip relevansi dalam pengembangan kurikulum terbagi menjadi dua, yaitu prinsip
relevansi eksternal dan relevansi internal. Prinsip relevansi eksternal yaitu kesesuaian
kurikulum dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat, baik kebutuhan masyarakat saat ini
maupun kebutuhan masyarakat di masa yang akan datang, dan bukan hanya masyarakat di
Indonesia saja, akan tetapi juga bagi masyarakat global. Selanjutnya, prinsip relevansi
internal, yaitu kesesuaian antarkomponen dalam kurikulum tersebut, mulai dari tujuan, isi,
dan cara evaluasi. Kemudian, pengembang kurikulum (curriculum developer) juga harus
memerhatikan prinsip fleksibilitas. Fleksibilitas berarti tidak kaku, dan memberikan celah
untuk memungkinkan adanya penyesuaian-penyesuaian dengan situasi dan kondisi, serta
kemampuan dan latar bekang peserta didik. Selanjutnya ada prinsip kontinuitas, maksudnya
adalah pembelajaran dilakukan secara berkelanjutan pada masing-masing tingkatan, mulai
dari satu jenjang ke jenjang berikutnya. Pendidikan pada jenjang yang lebih rendah harus
bisa menjadi dasar bagi pendidikan di jenjang yang lebih tinggi. Terakhir, terdapat prinsip
efisiensi dan efektifitas, kurikulum yang dikembangkan nantinya harus efisien dan mudah
diterapkan di lapangan sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu. Kurikulum juga harus
selalu berorientasi pada tujuan yang telah ditentukan dan hendak dicapai, hal ini merupakan
bentuk dari prinsip efektivitas. Dengan mematuhi dan memerhatikan prinsip-prinsip
tersebut, kurikulum yang telah direncanakan dan disusun akan berjalan dengan optimal dan
selalu berorientasi pada tujuan, sehingga memudahkan upaya untuk mencapai tujuan
pendidikan. Adapun tujuan dari pengembangan ini adalah untuk membentuk warga negara
global.
Peran pendidikan termasuk didalamnya persekolahan, pengajaran, dan belajar, dalam
proses penyiapan siswa sebagai warga global. Namun, jika mencermati kurikulum yang ada,
Diperlukan kajian lebih mendalam mengenai konsep dan fakta yang sudah terekam dalam
kurikulum pendidikan kewarganegaraan di sekolah dasar. peran guru sangat dibutuhkan
untuk mengembangkan konsep dan fakta agar siswa dapat memahami perannya sebagai
warga global. peran guru sebagai kurikulum tersembunyi atau kurikulum terselubung di
perlukan untuk mencari, menemukan dan mengembangkan materi yang sudah ada yakni fakta
(peristiwa, kasus aktual) dan konsep baik yang konkrit maupun abstrak termasuk
pengembangan bahan ajar lainnya.Selain konsep dan fakta yang harus dikembangkan dalam
pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di sekolah dasar adalah pendekatan pembelajaran
guna memfasilitasi siswa untuk menjadi warga global.

Simpulan
Agar warga negara global dapat berperan dengan baik, maka dibutuhkan warga negara
global yang berkarakter berbasis pada pendidikan multicultural, dengan memperkuat dan
mengembangkan pendidikan karakter kepada peserta didik. Gagasan akan
kewarganegaraan global tentu menjadi satu alternatif untuk menyatukan persepsi akan
penyelesaian setiap permasalahan Internasional baik dari aspek bindang ekonomi, politik,
kesehatan, bahkan lingkunga hidup yang pada faktanya secara terus menurus mengancam
adanya kestabilan internasional di berbagai negara. Dalam membentuk wawasan dan
pengetahuan global warga negaranya, pendidikan kewarganegaraan ini memainkan peran
yang strategis. Tidak hanya mempelajari hak dan kewajiban saja, pendidikan
kewarganegaraan juga lebih jauh dan lebih dalam mempersiapkan warga negara untuk
menjadi warga negara global. Perlunya peran guru dalam menerapkan kurikulum berbasis
global citizenship agar siswa memahami perannya sebagai warga global.

Daftar Pustaka
Asep Rudi Casmana, Adistyana Pitaloka Kusmawati, Firdaus Hadi Santosa, Atik Kurniawati.
2022. Menciptakan Warga Global melalui Pertukaran Pelajar Internasional: Studi
kasus pada siswa sekolah menengah pertama di Jakarta. Jurnal Sains Sosio
Humaniora ISSN (Print) 2580-1244 (Online) 2580-2305 Volume 6, Nomor 2,
Desember 2022

Banks, J. A. 2008. “Diversity, Group Identity, and Citizenship Education in A Global Age”,
dalam Educational Researcher, 37 (3), hlm. 129-139

Cohen, L., Manion, L., & Morrison, K. (2007). Metode penelitian dalam pendidikan (edisi
ke-7). Routledge.

Edi Susrianto Indra Putra, 2021. Pendidikan IPS di Era Globalisasi: Sebuah Pendekatan
Kurikulum Pembelajaran. Jurnal Pendidikan “EDUKASI” ISSN : 2087-0310 E-ISSN :
2721-7728 Vol.9, No.1, 2021

Hasan, S. H. (2005). Implementasi Pendidikan IPS Dalam Menghadapi Tantangan Global.


Makalah Seminar Sehari Pendidikan IPS pada PPS UPI Bandung tanggal 19 Desember
2005.

Hamalik, O. (1993). Model-model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PPs IKIP [Program


Pascasarjana, Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan] Bandung.

Heater, D. (2004). Citizenship: The Civic Ideal in World History, Politics, and Education.
Manchester: University Press

Jaffee, A. T., Watson, V. W., & Ksatria, M. G. (2014). Menuju Kewarganegaraan


Kosmopolitan yang Diberlakukan: Konseptualisasi Baru Pembelajaran dan Tindakan
Sipil Imigran Afrika di Amerika Serikat. Jurnal Global Citizenship & Equity Education,
4(1), 1-18.

Juandanilsyah. (2015). “Indonesian National Curriculum and Global Citizenship Education”


in KICE [Korea Institute for Curriculum and Evaluation] [ed]. Global Citizenship
Education in Korea and ASEAN: Here, Now, and Into the Future. Seoul: Korea Institute
for Curriculum and Evaluation

Guo, L. (2014). Mempersiapkan Guru untuk Mendidik Kewarganegaraan Global Abad ke-
21: Membayangkan dan Memberlakukan. Jurnal Kewarganegaraan Global &
Pendidikan Kesetaraan, 4(1), 1023.

McLean, L. R., & Sharon, C. A. (2016). Memikirkan Kembali Sumber Daya Kewarganegaraan
Global untuk Guru Baru: Mempromosikan Pemikiran Kritis dan Kesetaraan. Jurnal
Global Citizenship & Equity Education, 5(1), 1-4.

Oxfam. (2006). “Education for Global Citizenship: A Guide for Schools”. Available online at:
http:// www.oxfam.org.uk/education/global-citizenship/ global-citizenship-guides
[accessed in Bandung, Indonesia: March 2, 2017]
Sutrisno. (2017). Implementasi pendidikan antikorupsi pada mata pelajaran PPKn berbasis
project citizen di Sekolah Menengah Atas. Jurnal Civics, 14 (2), pp. 166-175. DOI:
10.21831/civics.v14i2.15664

Sutrisno. 2018. Peran pendidikan kewarganegaraan dalam membangun warga negara


global. Citizenship Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan Vol 6 No 1 April 2018, hal
41-51 Avaliable online at : http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/Citizenship Print
ISSN: 2302-433X Online ISSN : 2579-5740

Sukmadinata, N.S. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Kesuma


Karya.

Sukmadinata, N.S. (2007). Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Sumaatmadja, N. (1999). Perspektif Global, Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.

Wyper, L. E. (2014). Kepemimpinan transformatif dan keragaman: Kebutuhan akan agen


perubahan, pengikut, dan titik kritis di lembaga pendidikan kita. Jurnal
Kewarganegaraan Global & Pendidikan Kesetaraan, 4(1), 1-11.

Anda mungkin juga menyukai