Anda di halaman 1dari 32

KAJIAN (BARU) ATAS MODERNISASI

KAJIAN BARU TEORI MODERNISASI


Tidak berbeda dengan hasil kajian modernisasi klasik, hasil kajian modernisasi baru memiliki pokok perhatian pada persoalan pembangunan Negara Dunia Ketiga. Kajian modernisasi baru ini juga menggunakan analisa pada tingkat nasional, dan tetap berusaha menjelaskan pembangunan Dunia Ketiga dengan bertitik tolak pada faktor internal, seperti nilainilai tradisional dan berbagai pranata sosial. Bahkan hasil kajian modernisasi baru masih menggunakan berbagai istilah yang tidak berbeda dengan yang ditemukan pada hasil penelitian teori modernisasi klasik seperti; tradisional dan modern.

Lanjutan

Yang lebih penting hasil kajian teori modernisasi baru masih berpegang pada asumsi pokoknya, yaitu bahwa negara Dunia Ketiga umumnya akan tetap memperoleh keuntungan melalui proses modernisasi dan hubungan yang lebih mesra dan intensif dengan barat. Namun demikian terdapat perbedaan yang cukup berarti antara hasil kajian teori modernisasi klasik dan hasil kajian baru teori modernisasi yakni: Pertama, hasil kajian teori modernisasi baru ini sengaja menghindar untuk memperlakukan nilai-nilai tradisional dan modern sebagai dua perangkat sistem nilai yang secara total bertolak belakang. Dalam kajian modernisasi baru dua perangkat sistem nilai tersebut dapat saling damai berdampingan, bahkan dapat saling mempengaruhi dan bercampur satu sama lain.Disamping itu hasil kajian teori modernisasi baru ini tidak lagi melihat bahwa nilai tradisional merupakan faktor penghambat pembangunan, bahkan sebaliknya.

lanjutan

Kedua, Secara metodologis berbeda, kajian baru tidak lagi bersandar pada analisa yang abstrak dan tipologi, tetapi lebih cenderung memberikan perhatian pada kasus2 nyata. Karya baru ini secara jernih menanyakan berbagai kemungkinan dan sebab mengapa seperangkat pranata sosial yang sama memainkan peran yang berbeda di negara yang berbeda. Ketiga, Kajian baru tidak lagi memiliki anggapan tentang satu arah pembangunan yang menjadikan barat sebagai satu2nya model. Sebagai gantinya karya baru ini menerima kenyataan bahwa negara Dunia Ketiga dapat memiliki kesempatan untuk menempuh arah dan menentukan model pembangunannya sendiri.

TABEL Perbandingan antara Teori Modernisasi Klasik dan Teori Modernisasi Baru
Teori Modernisasi Klasik Teori Modernisasi Baru

Persamaan Keprihatinan Tingkat analisis Variabel pokok

Negara Dunia Ketiga Nasional Faktor Internal; Nilai2 Budaya pranata sosial
Tradisional dan modern Modernisasi memBerikan dampak positif

Sama Sama
Sama sama Sama Faktor positif Pembangunan Studi kasus & analisa sej. Berarah & bermodel byk Lebih memperhatikan

Konsep pokok Implikasi Kebijakan Perbedaan Tradisi

Sebagai penghalang Pembangunan Abstrak & konstr tipologi Metode Kajian Grs lurus USA sbg model Arah Pembangunan Faktor Ekstern dan Konflik Tidak memperhatikan

AGENDA PENELITIAN
WONG: Pengaruh familiisme terhadap sikap dan perkembangan wiraswasta di Hongkong DOVE dkk. : Budaya lokal dan pembangunan di Indonesia, DAVIS: Peranan agama rakyat dalam modernisasi Jepang, dan HUNTINGTON: Peranan lingkungan internasional terhadap pembangunan demokrasi di negara Dunia Ketiga

Wong Siu-Lun (Nilai-nilai kekeluargaan)


Manajemen paternalistik Pengendalian dan pengawasan manajemen yang ketat Nepotisme Menciptakan tenaga kerja yang berkualitas Model pemilikan keluarga pengambilan keputusan terkonsentrasi; otonom; jangka pendek/menengah

WONG SIU-LUN (The Applicability of Asian Family Value to Other Sociocultural Setting)
Mengeritik hasil kajian modernisasi klasik atas interpretasi mereka tentang peranata famili tradisional Cina yang dilihatnya sebagai kekuatan dahsyat tradisional yang menimbulkan; nepotisme, merendahkan disiplin kerja, menghalagi proses seleksi tenaga kerja di pasar bebas, mwngurangi insentif individual untuk investasi, menghalangi tumbuhnya proses berpikir rasional dan merintangi tumbuhnya norma-norma bisnis universal. Sebaliknya Wong menunjukkan bahwa pranata keluarga memiliki efek positif terhadap pembangunan ekonomi. Seperti: PERTAMA: Praktek manajemen paternalistik di Hongkong, yang memiliki tata pengendalian dan pengawasan yang ketat, selain itu manajemen sering bertindak sebagai pelindung dan penjaga moral dari para bawahannya. NEPOTISME: Tenaga kerja keluarga lebih murah, diharapkan bekerja lebih keras

KETIGA: Mode pemilikan keluarga membantu keberhasilan usaha etnis Cina di Hongkong, kepercayaan antara anggota keluarga jauh lebih tinggi dibanding dengan rekanan yang tidak kenal secara baik. Konsensus akan lebih mudah dicapai, yang semua hal itu menyebabkan perusahaan akan lebih mudah melakukan adaptasi, lebih mudah mengambil keputusan cepat, lebih mudah menutup rahasia. KESIMPULANYA: bahwa tidak memberakukan pranata keluarga sebagai faktor yang menghambat pembangunan ekonomi, bahkan sebaliknya ia berpendapat bahwa, pranata keluarga tradisional justru mampu membentuk etos ekonomi dinamis dengan apa yang ia sebut etos usaha keluarga

MICHAEL R. DOVE: (Tradisonal culture and depelopment in contemporary Indonesia)

Dove melihat interaksi antara kebijaksanaan pembangunan nasional Indonesia dan aneka ragam budaya lokal yang terdapat di Indonesia.

Dove tidak ragu-ragu menyatakan bahwa tradisional tidak harus berarti keterbelakangan. Budaya tradisional selalu terkait dengan perubahan ekonomi, sosial dan politik. Budaya tradisional tidak menghambat proses pembangunan

Budaya tradisional sangat dan selalu terkait dgn proses perubahan eksospol dari masyarakat pada tempat mana budaya tradisional tersebut melekat. 1. Agama tradisional/kepercayaan (Ideologi) Kepercayaan yang dianut telah mempunyai sistem ilmu pengetahuan yang cukup tentang dunia; 2. Ekonomi sistem perekonomian tidak semata-mata terkait dengan tukar menukar (pasar) namun juga berkaitan dengan aspek lain; 3. Lingkungan hidup nilai-nilai yang terkandung dalam pranata, norma tradisional mempunyai peran yang amat kuat dalam menjaga kelangsungan lingkungan hidup; 4. Budaya tradisional dan perubahan sosial nilai-nilai tradisional mempunyai mekanisme yang dinamis dalam mengelola perubahan baik yang berasal dari dalam maupun dari luar lingkungannya.

WINSTON DAVIS (Religion and Development)

Davis mengeritik Weber dengan teorinya lintas gawang dan menawarkan teori BARIKADE. Teori lintas gawang menyatakan bahwa, pembangunan merupakan seperangkat rintangan panjang yang meintang sejak garis permulaan (masya. Tradisional) sampai garis akhir (masyarakat modern). Negara Dunia ketiga berlomba mengatasi rintangan untuk menjadi pemenang (memperoleh julukan sebagai masyakat modern rasional).

Rintas Lintas Gawang Yang Perlu Dilewati:


Rintangan Ekonomi: untuk mencapai sturktur dasar kapitalisme, berupa; rasionalitas, sikap hemat, produksi dan pasar yang terus menerus, dan pasar bebas tenaga kerja. Rintanga Sosial Politik: yakni penghapusan patrimonialisme dan ekonomi kekeluargaan, peisahan antara kepemilikan pribadi dengan pemilikan usaha, Rintangan Psikologi: mereka harus mampu memiliki etos spiritual, seperti panggilan suci untuk bekerja keras, penolakan nilai2 gaib,

TEORI BARIKADE
Davis menganggap bahwa Weber dan pengikutnya dalam teori modernisasi yang menjelaskan keterkaitan agama dengan pembangunan telah mebuat kesalahan karena: a. Menganggap agama sebagai satu-satunya sumber tumbuhnya etos spiritual atau sistm nilai pokok yang diperlukan untuk mempengaruhi semua segemen masyarakat untuk maju. Menurut DAVIS, masyarakat memerlukan tumbuhnya berbagai macam spirit untuk lahir dan berkembangnya kapitalisme, seperti spirit menjaga nama baik, spirit menunda kepuasan, spirit menumbuhkan disiplin kerja.

b. Pandangan Weber yang mengaggap sekularisasi


sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari proses modernisasi. DAVIS, membantah bahwa jika masyarakat memiliki banyak spirit untuk maju maka dalam masyarakat tersebut tidak diasumsikan bahwa setiap spiritnya mengalami sekularisasi searah. Bahkan menurut Davis, beberapa spirit tidak mengalami sekularisasi, bahkan mungkin terjadi sebaliknya.

c. Weber dan pengikutnya yang cenderung berlebihan

memberi tekanan pada keunikan budaya Jepang dalam menjelaskan keberhasilan pembangunan ekonominya, menurut DAVIS sama sekali gagal memperhatikan faktor sosial lainnya, seperti kepentingan individu, persaingan, ketidak loyalan, dan konflik. Davis menyatakan bahwa, jika etos memang memiliki peran sedemikian besar, lantas berapa besar bobot yang harus diberikan kepada peran pemerintah, sistem perbankan, perencanaan industri dan pranata sosial lain.

PRINSIP TEORI BARIKADE


DAVIS, menawarkan suatu argumentasi dari sudut pandang tradisionalisme, bagaimana masyarakat tradisional menyiapkan BARIKADE untuk melindungi dirinya dari kemungkinan gangguan yang ditimbulkan oleh berkembangnya nilai-nilai kapitalisme. Apa sesungguhnya yang ditakuti oleh masyarakat tradisional, bukan kemajuan dan modernisasi, tapi akibat negatif yang mungkin terjadi.

HUNTINGTON: Demokrasi di Negara Dunia Ketiga

Pertanyaan penelitian Huntington adalah: 1. Prakondisi yang diperlukan untuk pembangunan demokrasi, 2. Proses politik yang diperlukan untuk terjadinya pembangunan demokrasi.

Prakondisi Demokrasi
Faktor kemakmuran ekonomi dan pemerataan kekayaan, Struktur sosial Lingkungan eksternal, dan Konteks budaya.

Kemakmuran Ekonomi
Semakin makmur suatu negara secara ekonomis, semakin memiliki kesempatan besar menjadi negara demokrastis. Bahwa kemakmuran ekonomi memungkinkan tumbuhnya tingkat melek huruf, pendidikan dan pengenalan median yang tinggi. Kesejahtraan ekonomi, mendorong menurunnya ketegangan politik,

Struktur Sosial Politik


Jika tersedia strutur yang artikulatif dan tersebar merata secara meluas serta tersedia berbagai kelompok yang secara relatif otonom (klp. Usahawan, profesi, agama, etnis), maka kelompok ini akan mendorong timbulnya basis yang diperlukan untuk mengendalikan kekuasaan negara dan membangun prasarana dasar yang diperlukan untuk tumbuhnya paranata demokrasi.

Dengan demikian diperlukan adanya kelas sosial yang otonom untuk mencegah munculnya model kekuasaan yang memusat, seperti monarki absolut, negara otoriter atau negara diktator. Huntington memberi penekanan pada pentingnya peranan kaum borjuis otonom. Bahkan dikatakan bahwa tanpa kaum borjuis tidak ada demokrasi, dan persoalan negara dunia ketiga adalah kurangnya kaum borjuis yang kuat dan otonom.

Struktur sosial lain yang menunjang adalah, sistem ekonomi pasar yang memungkinkan tersebarnya kekuatan ekonomi yang diperlukan untuk terciptanya kekuatan tandingan mengimbangi kekuatan negara. Dengan kata lain Ekonomi pasar memungkinkan munculnya kelas borjuis untuk membatasi kekuasaan negara. Selain itu Ekonomi pasar dapat menaikkan kesejahtraan yang akan berpengaruh tidak langsung pada pemerataan pendapatan yang pada gilirannya dapat menyiapkan prasarana dasar demokrasi.

Lingkngan Eksternal
Lingkungan internasional menjadi faktor penting karena demokratisasi merupakan hasil proses difusi yang sebagian besar tumbuh karena pengaruh Inggeris dan Amerika Serikat melalui proses pendudukan, pemerintahan kolonial, kalah dalam perang atau karena paksaan secara langsung

Konteks Budaya
Hubungan antara agama dengan budaya politik. Huntington menemukan bahwa Protestanisme memiliki korelasi yang tinggi dengan demokrasi, sementara Katolikisme hanya memiliki korelasi moderat, bahkan dalam batas tertentu sering menunda demokrasi. Budaya Shinto dan Hindu tidak menghalagi proses demokrasi, sedangkan Islam, Konfusianisme, Budhisme menyiapkan ladang subur tumbuhnya pemerintahan otoriter.

Winston Davis (Teori Barikade)


Teori Barikade vs Teori Lintas Gawang (Weber) 1. Agama bukan merupakan satu-satunya sumber tumbuhnya etos spiritual dibutuhkan berbagai macam spirit untuk lahir dan berkembangnya kapitalisme; 2. Spirit yang tumbuh di masyarakat tidak boleh diasumsikan perlu dan mengalami sekularisasi yg searah (sekuler tidak identik dengan kemoderenan) 3. Loyalitas akan terwujud dalam realitas hubungan sosial kemasyarakatan. 1. Pendekatan baru hubungan agama dan pembangunan 2. Agama meningkatkan produksi ekonomi

Huntington (Demokrasi dgn Tingkat Kemakmuran Ekonmi)


Faktor untuk menjadi lebih demokratis : 1. Prakondisi Demokrasi;
Kemakmuran Ekonomi Struktur Sosial Lingkungan Internasional Konteks Budaya

2. Proses Demokratisasi
Linear Model Model Siklus Model Dialektis

TEORI & PARADIGMA MODERNISASI BARU


PERKEMBANGAN MASYARAKAT

I.

Masyarakat Pra-Industri
1. 2. Ketergantungan pada alam: berburu Masyarakat hortikultura sederhana (revolusi Neolitik). a. peralihan dari berburu ke pertanian (dimulai di Timur Tengah) b. domestikasi tanaman dan hewan c. diikuti dengan pemukiman permanen, d. lahan dibiarkan kosong selama puluhan tahun sesudah pengolahan pertama 3. Masyarakat hortikultura intensif a. masa pengosongan lahan diperpendek (5-6 b. mulai menggunakan pupuk kandang

tahun

lanjutan

4. Masyarakat Pastoralisme (nomadisme) a. berpindah-pindah mengikuti musim b. umumnya di lingkungan yang kering c. berpindah dengan ternak 5. Masyarakat agraris a. pertanian intensif dan skala besar b. penggunaan pupuk, hewan dan bajak (tehnologi)

II. MODERNISASI
1. Pendekatan ekonomi: merubah keterbelakangan menjadi kemajuan secara ekonomi, menimbulkan persaingan 2. Pendekatan psikologi: perubahan sikap (rasionalisme, pragmatisme) melahirkan individualisme, kapitalisme

III. Modernisasi Baru


1. Neo-modernism atau postmodernism? 2. Bukan babakan baru yang terpisah tetapi merupakan ekses modernisasi dalam berbagai perspektif: a. perspektif demokrasi b. perspektif desentralisasi/otonomi c. perspektif kemandirian d. perspektif interkoneksitas

Kalau boleh disimpulkan teori modernisasi baru itu


kata Gabriel Almond, telah membuka agenda penelitian baru dan menyediakan alat analisa yang lebih canggih dan kompleks jika dibandingkan teori modernisasi klasik. Namun bukan hanya itu. Teori modernisasi baru :
Mengembalikan peran nilai tradisionil (yang terpinggirkan dan tak berguna bagi tradisionil klasik); Kembali ke sejarah. Meninggalkan analisa konstruksi tipologi dan analisa abstrak untuk membawa analisa sejarah dalam kajiannya Analisa mutakhir.

Anda mungkin juga menyukai