Disusun Oleh:
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Penyelesaian
Konflik dengan Pihak Ketiga” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
Bapak Dedek Kamarudin, M.Pd. pada mata kuliah Manajemen Konflik dan
Pengambilan Keputusan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang pengelolaan dan penyelesaian konflik bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.
Penulis menyadari, makalah yang ditulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................4
C. Tujuan Penulisan....................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................5
A. Pengertian Konflik.................................................................................5
B. Konsep Penyelesaian Konflik................................................................6
C. Penyelesaian Konflik dengan Pihak Ketiga..........................................8
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konflik hadir di berbagai aspek kehidupan manusia, baik dalam lingkungan
keluarga, masyarakat, organisasi, hingga antar negara. Konflik yang tidak terselesaikan
dengan baik bisa berdampak negatif bagi pihak-pihak yang terlibat, sehingga dapat
mengganggu aktivitas baik secara psikologis, ekonomi, sosial, maupun politik. Oleh
karena itu, penting untuk mencari solusi terbaik dalam menyelesaikan konflik.
Salah satu cara dalam menyelesaikan konflik adalah dengan melibatkan pihak
ketiga sebagai mediator atau fasilitator. Pihak ketiga ini bertindak sebagai penengah
antara pihak-pihak yang terlibat dalam konflik dan membantu mereka untuk mencapai
kesepakatan bersama. Dalam beberapa kasus, pihak ketiga juga dapat berperan sebagai
arbitrator yang memutuskan hasil akhir dari konflik.
Metode penyelesaian konflik dengan pihak ketiga memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Namun, penggunaan metode ini dapat membantu dalam
mengurangi ketegangan dan meningkatkan kerjasama antara pihak-pihak yang terlibat
dalam konflik. Oleh karena itu, penelitian dan pengembangan mengenai metode
penyelesaian konflik dengan pihak ketiga terus dilakukan untuk memperbaiki
efektivitas dan efisiensi dalam menyelesaikan konflik.
Nah, Dalam pembahasan ini, kami akan menjelaskan lebih lanjut bagaimana cara
mengatasi konflik dengan bantuan dari pihak ketiga, tentunya kami juga akan
membahas mengenai definisi dari konflik, jenis-jenis penyelesaian konflik dengan
pihak ketiga, dan penyelesaian konflik dengan pihak ketiga.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian konflik menurut ahli?
2. Bagaimana konsep dari penyelesaian konflik ?
3. Bagaimana penyelesaian konflik dengan pihak ketiga?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi dari konflik.
2. Untuk mengetahui konsep dari penyelesaian konflik dengan pihak ketiga.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis penyelesaian konflik dengan pihak ketiga.
4
BAB II
PEMBAHASA
N
A. Pengertian Konflik
Konflik berasal dari kata latin confligere, conflictum (saling berbenturan) yaitu
semua bentuk benturan, tabrakan, ketidaksesuaian, ketidakserasian, pertentangan,
perkelahian, oposisi dan interaksi-interaksi antagonis yang bertentangan. 1 Kata konflik
menurut Kartini Kartono mengandung beberapa pengertian. Konflik terbagi menjadi
tiga kelompok, yaitu
1. Konflik yang negatif, dalam hal ini konflik dikaitkan dengan dengan sifat-
sifat yang berbau dengan animalistik, yang di dalamnya terkandung adanya:
kebuasan, kekasaran, kekerasan, barbarisme, pengrusakan, penghancuran,
destruktif, irasional, tanpa kontrol emosi, terjadi pemogokan, kerugian
organisasi, pekerjaan terbengkalai, pelanggan diabaikan, hasil kerja menurun,
biaya operasional organisasi meningkat, terjadinya kebencian, huru-hara,
permusuhan, pemogokan dan seterusnya.
2. Konflik yang positif, biasanya hal ini dikaitkan dengan hal-hal yang
konstruktif yaitu adanya petualangan, pembaharuan, inovasi, kreasi,
pertumbuhan, pemutakhiran, rasionalisasi, pengembangan produk dan
lainnya.
3. Konflik yang netral. Dalam hal ini konflik disebabkan oleh adanya perbedaan
yang disebabkan karena perbedaan perilaku, perbedaan latar belakang,
perbedaan pendidikan, perbedaan kebiasaan, perbedaan adat istiadat maupun
adanya perbedaan tujuan.2
Manajemen konflik adalah topik yang telah banyak dibahas oleh para ahli dari
berbagai bidang. Berikut adalah pandangan beberapa ahli tentang manajemen konflik:
1
Kusworo, Manajemen Konflik & Perubahan Dalam Organisasi, (Bandung: Alqaprint
Jatinangor, 2019), h. 7
2
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan (Apakah Pemimpin Abnormal Itu?), (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2013), h. 245.
5
1. Kenneth Thomas dan Ralph Kilmann: Mengembangkan model TKI (Thomas-
Kilmann Conflict Mode Instrument) yang menggambarkan lima gaya
manajemen konflik: menghindari, menyelesaikan, memenangkan, mengalahkan,
dan mencari solusi yang saling menguntungkan.
Dari pandangan para ahli tersebut, terdapat beberapa tema utama dalam
manajemen konflik, yaitu komunikasi yang efektif, membangun kepercayaan, mencari
solusi yang saling menguntungkan, dan memahami konteks sosial dan budaya dalam
situasi konflik
Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik (Teori, Aplikasi dan Penelitian), (Jakarta: Salemba
3
Humanika, 2010), h. 5.
6
tersebut dan mencapai kesepakatan yang memuaskan semua pihak yang terlibat.
Sementara itu dikenal pula istilah manajemen konflik yang didefinisikan sebagai
proses pihak yang terlibat konflik atau pihak ketiga menyusun strategi konflik dan
menerapkannya untuk mengendalikan konflik agar menghasilkan resolusi yang
diinginkan.4 Menurut Ross, bahwa manajemen konflik merupakan langkah-langkah
yang diambil para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke
arah hasil tertentu yang mungkin atau tidak mungkin menghasilkan suatu akhir berupa
penyelesaian konflik dan mungkin atau tidak mungkin menghasilkan ketenangan, hal
positif, kreatif, bermufakat, atau agresif.5 Atau secara sederhana, manajemen konflik
diartikan sebagai upaya pengelolaan atau pengaturan konflik agar tidak menjadi
menjadi sebuah masalah bagi suatu organisasi. Terkadang perasaan lega dan harmoni
yang terjadi, seperti ketika kebijaksanaan baru yang dihasilkan dapat menjernihkan
persoalan di antara kedua belah pihak dan dapat meminimasik konflik-konflik yang
mungkin terjadi di masa yang akan datang. Tetapi jika yang tertinggal adalah perasaan
tidak enak dan ketidakpuasan, hal ini dapat menjadi kondisi yang potensial untuk
episode konflik yang selanjutnya.Pertanyaan kunci adalah apakah pihak-pihak yang
terlibat lebih dapat bekerjasama, atau malah semakin jauh akibat terjadinya konflik.
4
Ibid, h. 129.
5
Khoirul Anwar, Urgensi Penerapan Manajemen Konflik Dalam Organisasi Pendidikan, Al Fikri:
Jurnal Studi dan Penelitian Pendidikan Islam, 1(2), (2018), h. 33.
7
2. Membangun komunikasi yang efektif: Komunikasi yang efektif dapat membantu
mengurangi ketegangan dan memperkuat hubungan antara individu atau
kelompok yang berselisih. Penting untuk menghindari penggunaan bahasa atau
tindakan yang menyinggung atau merendahkan.
Dalam situasi konflik, tidak selalu mudah untuk menemukan solusi yang
memuaskan semua pihak. Namun, dengan upaya yang tepat dan sikap saling
menghargai, penyelesaian konflik yang efektif dan konstruktif dapat dicapai
6
Fisher, Roger, William Ury, dan Bruce Patton. Getting to Yes: Negotiating Agreement Without
Giving In. (New York: Penguin, 2011), hal. 35.
8
Penyelesaian konflik melalui pihak ketiga perlu dilakukan dengan
memperhatikan prinsip-prinsip keadilan, kebebasan, dan kemandirian. Pihak ketiga
yang terlibat dalam penyelesaian konflik harus netral dan bebas dari kepentingan yang
bertentangan dengan salah satu pihak dalam konflik. Selain itu, penyelesaian konflik
juga harus melibatkan partisipasi aktif dari semua pihak yang terlibat dalam konflik
untuk mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan.7 Dengan memperhatikan
prinsip-prinsip keadilan, kebebasan, dan kemandirian, serta melibatkan partisipasi aktif
dari semua pihak yang terlibat, penyelesaian konflik melalui pihak ketiga dapat
menciptakan kesepakatan yang berkelanjutan dan bermanfaat bagi semua pihak yang
terlibat dalam konflik.
1. Solusi yang adil dan berkelanjutan: Pihak ketiga yang terlibat dalam penyelesaian
konflik dapat membantu mencari solusi yang adil dan berkelanjutan bagi semua
pihak yang terlibat dalam konflik. Hal ini dapat menciptakan situasi di mana semua
pihak merasa puas dengan hasil penyelesaian konflik.
2. Menghindari eskalasi konflik yang lebih besar: Penyelesaian konflik dengan pihak
ketiga dapat membantu mencegah eskalasi konflik yang lebih besar dan lebih
berbahaya. Ini dapat mengurangi risiko kerusakan yang lebih besar dan membantu
mempertahankan keamanan dan ketertiban.
4. Mengurangi biaya dan waktu: Penyelesaian konflik dengan pihak ketiga dapat
mengurangi biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan konflik secara
litigasi. Ini dapat membantu mengurangi beban finansial dan waktu bagi semua
pihak yang terlibat dalam konflik.
5. Menjaga bisnis yang sehat: Penyelesaian konflik dengan pihak ketiga dapat
membantu mempertahankan hubungan bisnis yang sehat antara pihak yang
terlibat dalam konflik. Ini dapat membantu menjaga kelangsungan bisnis dan menghindari
7
Saldi Isra, Penyelesaian Konflik melalui Pihak Ketiga, (Jakarta: Pustaka Obor, 2009), h. 22.
8
Denny Indrayana, Mediasi dalam Penyelesaian Konflik, (Jakarta: Kencana, 2014), h. 49.
9
kerugian finansial yang besar.
C. Jenis-Jenis Penyelesaian Konflik dengan Pihak Ketiga
Penyelesaian konflik dengan pihak ketiga adalah suatu cara untuk menyelesaikan
konflik antara dua pihak dengan bantuan dari pihak ketiga yang independen dan
netral. Penyelesaian konflik dengan pihak ketiga dapat membantu mengurangi
ketegangan dan memungkinkan kedua belah pihak untuk mencapai kesepakatan
yang lebih adil dan saling menguntungkan, serta menghindari konflik yang lebih
besar di kemudian hari. Menurut Alfian & Pramono, ada beberapa jenis
penyelesaian konflik dengan pihak ketiga:9
1. Mediasi
Mediasi adalah salah satu jenis penyelesaian konflik dengan pihak ketiga yang
populer. Dalam mediasi, pihak ketiga akan membantu kedua belah pihak untuk
mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan. Mediator biasanya
memiliki latar belakang yang beragam, seperti psikolog, ahli hukum, atau ahli
konflik.
2. Arbitrase
Arbitrase adalah cara penyelesaian konflik dengan pihak ketiga di mana kedua
belah pihak akan menunjuk satu atau beberapa arbiter independen dan netral
untuk memutuskan sengketa. Arbiter akan memberikan keputusan yang final
dan mengikat kedua belah pihak.
3. Negosiasi
Negosiasi adalah cara penyelesaian konflik dengan pihak ketiga di mana kedua
belah pihak bertemu dan mencoba mencapai kesepakatan secara langsung.
Pihak ketiga dapat berperan sebagai mediator atau hanya sebagai fasilitator
untuk membantu kedua belah pihak mencapai kesepakatan.
4. Konsiliasi
Konsiliasi adalah suatu cara penyelesaian konflik dengan pihak ketiga di mana
pihak ketiga berperan sebagai penasihat bagi kedua belah pihak. Penasihat
akan memberikan saran dan rekomendasi kepada kedua belah pihak untuk
mencapai kesepakatan.
5. Adjudikasi
Adjudikasi adalah cara penyelesaian konflik dengan pihak ketiga di mana
9
M. A. Alfian, & R. Pramono, Penyelesaian Sengketa Bisnis Alternatif di Indonesia, Journal of
Legal and Socio-Economic, 4(1), (2021) h. 42
10
sengketa diselesaikan melalui pengadilan atau lembaga pengadilan lainnya.
Pengadilan atau lembaga pengadilan lainnya akan memberikan keputusan yang
mengikat kedua belah pihak.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konflik berasal dari kata latin confligere, conflictum (saling berbenturan) yaitu
semua bentuk benturan, tabrakan, ketidaksesuaian, ketidakserasian, pertentangan,
perkelahian, oposisi dan interaksi-interaksi antagonis yang bertentangan. Penyelesaian
konflik dengan pihak ketiga merupakan suatu cara yang efektif untuk menyelesaikan
konflik antara dua pihak dengan bantuan pihak ketiga yang independen dan netral.
Terdapat beberapa jenis penyelesaian konflik dengan pihak ketiga, antara lain mediasi,
arbitrase, konsiliasi, negosiasi, dan adjudikasi. Setiap jenis penyelesaian konflik
memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing, dan dipilih berdasarkan sifat
konflik yang terjadi serta kebutuhan dan kepentingan kedua belah pihak yang terlibat.
Dalam penyelesaian konflik dengan pihak ketiga, pihak ketiga yang netral dan
independen berperan sebagai mediator atau arbiter yang membantu kedua belah pihak
untuk mencapai kesepakatan yang adil dan saling menguntungkan. Keputusan yang
dihasilkan dari penyelesaian konflik dengan pihak ketiga bersifat final dan mengikat
kedua belah pihak.
Penyelesaian konflik dengan pihak ketiga juga membantu mengurangi
ketegangan dan memungkinkan kedua belah pihak untuk menghindari konflik yang
lebih besar di kemudian hari. Oleh karena itu, penyelesaian konflik dengan pihak
ketiga merupakan alternatif yang efektif dan efisien dalam menyelesaikan konflik
bisnis maupun konflik yang terjadi di masyarakat secara umum.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah
ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan
peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
12
DAFTAR PUSTAKA
38.
Fisher, Roger, William Ury, & Bruce Patton. 2011. Getting to Yes: Negotiating
Isra, Sadi. 2009. Penyelesaian Konflik Melalui Pihak Ketiga. Jakarta: Pustaka
Obor.
Alqaprint Jatinangor.
Wirawan. 2010. Konflik dan Manajemen Konflik (Teori, Aplikasi, dan Penelitian),
13