Anda di halaman 1dari 72

IDENTITAS BUKU

a. judul : Pendidikan Kewarganegaraan


b. nama pengarang : 1. Prof. Dr. H. Kaelan, M.S.
2. Drs. H. Achmad Zubaidi, M.Si.
c. kota terbit : Yogyakarta
d. penerbit : Paradigma
e. tahun terbit : 2010
f. tebal buku : 208 hlm.
2. RINGKASAN BUKU
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraan sebenarnya dilakukan dan dikembangkan
di seluruh dunia, meskipun dengan berbagai macam istilah atau nama. Mata kuliah
pendidikan kewarganegaraan sering disebut juga civic education, citizenship education dan
democracy education. Berdasar rumusan Civic Intrnational (1995), bahwa pendidikan
demokrasi penting untuk pertumbuhan civic culture.
Berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, serta surat keputusan Direktur Jendral Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Nomor 43/DIKTI/Kep/2006, tentang Ramburambu
Pelaksanaan Kelompok mata kuliah Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, dan
Bahasa Indonesia.
Oleh karena itu pendidikan kewarganegaraan diharapkan intelektual
Indonesia memiliki dasar kepribadian sebagai warga negara yang demokratis, religious,
berkemanusiaan dan berkeadaban.
2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Berdasarkan Keputusan DIRJEN DIKTI No. 43/DIKTI/Kep/2006,
tujuan pendidikan kewarganegaraan dirumuskan dalam visi, misi dan kompetensi sebagai
berikut.
Visi Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah sumber
nilai dan pedoman dalam pengembangan dan penyelenggaraan progam studi, bahwa
mahasiswa adalah sebagai generasi bangsa yang harus memiliki visi intelektual, religious,
berkeadaban, berkemanusiaan dan cinta tanah air dan bangsanya.

Misi Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk membantu mahasiswa


memantapkan kepribadiannya, agar secara konsisten mampu mewujudkan nilainilai dasar
pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam menguasai, menenrapkan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dengan rasa tanggung jawab dan
bermoral.
Kompetensi yang diharapkan mahasiswa adalah untuk menjadi
ilmuwan profesional yang memiliki rasa kebangsaan, cinta tanah air, demokratis,
berkeadaban.
B. Landasan Ilmiah dan Landasan Hukum
1. Landasan Ilmiah
a. Dasar Pemikiran Pendidikan Kewarganegaraan
Setiap warga Negara dituntut untuk hidup berguna dan
bermakna bagi Negara dan bangsanya, serta mampu mengantisipasi perkembangan dan
perubahan masa depannya.
b. Objek Pembahasan Pendidikan Kewarganegaraan
Objek material adalah bidang sasaran yang dibahas dan dikaji oleh suatu bidang atau cabang
ilmu.
Objek formal adalah sudut pandang tertentu yang dipilih untuk membahas objek material
tersebut.
Substansi kajian pendidikan kewarganegaraan mencakup:
1. Filsafat Nasional
2. Identitas Nasional
3. Negara dan Konstitusi
4. Demokrasi Indonesia
5. Rule Of Law dan Hak Asasi Manusia
6. Hak dan Kewajibann Warga Negara serta Negara
7. Geopolitik Indonesia
8. Geostrategi Indonesia

2. Landasan Hukum
1. UUD 1945
2. Ketetapan MPR No. II/MPR/1999
3. Undang-Undang No. 20 Tahun 1982
4. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
5. Pelaksanaannya berdasarkan surat Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional Nomor 43/DIKTI/Kep/2006
BAB II FILSAFAT PANCASILA
A. Pengertian Filsafat
Filsafat adalah mengandung makna cinta kebijaksanaan. Jadi
manusia dalam kehidupan pasti memilih apa pandangan dalam hidup yang dianggap paling
benar, paling baik dan membawa kesejahteraan dalam kehidupannya, dan pilihan manusia
sebagai suatu pandangan dalam hidupnya.
Keseluruhan arti filsafat yang meliputi berbagai masalah tersebut dapat dikelompokkan
menjadi dua macam sebagai berikut:
Petama : Filsafat sebagi produk mencakup pengertian
a. Pengertian filsafat mencakup arti-arti filsafat sebagai jenis pengetahuan, ilmu, konsep dari
filsuf pada zaman dahulu, teori, sistem atau pandangan tertentu.
b. Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi oleh manusia sebagia hasil dari aktivitas
berfilsafat.
Kedua : Filsafat sebagai suatu proses mencakup pengertian
Filsafat merupakan suatu system pengetahuan yang bersifat dinamis.Tetapi lebih
merupakan suatu aktivitas berfilsafat, suatu proses yang dinamis dengan menggunakan suatu
cara dan metode tersendiri.

B. Pengertian Pancasila sebagai Suatu Sistem


Sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling
berhubungan, saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan keseluruhan merupakan
suatu kesatuan yang utuh,sistem memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Suatu kesatuan bagian-bagian
2. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri
3. Saling berhubungan, saling ketergantungan
4. Kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama (tujuan sistem)
5. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks (Shore dan Voich, 1974:22)
Maka dasar filsafat negara Pancasila adalah suatu kesatuan yang bersifat majemuk tunggal
(jamak satu).
Pancasila pada hakikatnya merupakan sistem, bahwa bagian-bagian dan sila-silanya saling
berhubungan secara erat sehingga membetuk suatu struktur yang menyeluruh.
C. Kesatuan Sila-Sila Pancasila
1. Susunan Pancasila yang bersifat Hierarkhis dan Berbentuk Piramidal
Susunan Pancasila adalah hierarkhis dan mempunyai bentuk
piramidal digunakan untuk menggambarkan hubungan hierarkhi sila-sila dari Pancasila
dalam urut-urutan luas (kwantitas) dan juga dalam sifat-sifatnya (kwalitas).
Secara ontologis kesatuan sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem bersifat hierarkhis dan
berbentuk piramidal adalah:
(Sila 1)Segala sesuatu yang ada sebagai akibatnya adanya Tuhan.
(Sila 2)Manusia adalah sebagai subjek pendukung pokok negara, negara adalah
sebagai persekutuan hidup bersama yang anggotanya adalah manusia.
(Sila 3)Negara adalah sebagai akibat adanya manusia yang bersatu.
(Sila 4)Rakyat adalah sebagai totalitas Individu-individu dalam negar yang bersatu.
(Sila 5)Keadilan pada hakikatnya merupakan tujuan suatu keadilan dalam hidup
bersama atau dengan kata lain keadilan sosial.
2. Kesatuan Sila-sila Pancasila yang saling Mengisi dan Saling Mengkualifikasi
Tiap-tiap sila seperti telah disebutkan di atas mengandung empat
sila lainnya, dikualifikasi oleh empat sila lainnya dengan rumus hierarkhis, sebagai berikut:
Sila 1: Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila 2: Kemanusiaan yang adil dan beradab
Sila 3: Persatuan Indonesia
Sila 4: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
Sila 5: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
D. Kesatuan Sila-sila Pancasila sebagai Suatu Sistem Filsafat
Secara filosofis Pancasila sebagai suatu kesatuan system filsafat
memiliki, dasar ontologis, dasar epistemologis dan dasar aksiologis sendiri yang berbeda
dengan sistem filsafat yang lainnya misalnya materialisme, pragmatisme, komunisme,
idealisme dan lain paham filsafat di dunia.
1. Dasar Ontologis Sila-Sila Pancasila
Dasar ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah manusia yang
memiliki hakikat mutlak monopluralis, oleh karena itu hakikat dasar ini juga disebut sebagai
dasar antropologis. Subyek pendukung pokok sila-sila Pancasila adalah manusia.

Manusia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila secara


ontologis memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa
jasmani dan rohani, serta kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk
sosial, serta kedudukan kodrat makluk Tuhan Yang Maha Esa.
2. Dasar Epistemologis Sila-Sila Pancasila
Dasar epistemologis Pancasila pada hakikatnya tidak dapat
dipisahkan dengan dasar ontologisnya Pancasila sebagai suatu idiologi bersumber pada nila-
nilai dasarnya yaitu filsafat Pancasila (Soeryanto, 1991:32)
Terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam epistemologis yaitu:
Pertama tentang sumber pengetahuan manusia, Kedua tentang teori kebenaran pengetahuan
manusia, Ketiga tentang watak pengetahuan manusia (Titus, 1984: 20).
Dasar-dasar rasional logis Pancasila juga menyangkut isi arti sila-sila Pancasila. Susunan isi
arti Pancasila meliputi tiga hal yaitu: Pertama umum universal. Kedua umum kolektif.
Ketiga khusus dan kongkrit.
3. Dasar Aksiologis Sila-Sila Pancasila
Dasar aksiologis sila-sila pancasila yaitu nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila yang merupakan suatu kesatuan.
Pada hakikatnya segala sesuatu itu bernilai.
a. Teori Nilai
Segala sesuatu itu bernilai, hanya nilai macam apa yang ada serta
bagaimana hubungan nilai tersebut dan penggolongan tersebut amat beranekaragam.
Menurut Max Scheler nilai-nilai dikelompokkan:
1. Nilai-nilai kenikmatan
2. Nilai-nilai kehidupan
3. Nilai-nilai kejiwaan
4. Nilai-nilai kerohanian

Menurut G.Everet nilai-nilai dikelompokkan:


1. Nilai-nilai ekonomis
2. Nila-nilai kejasmanian
3. Nilai-nilai hiburan
4. Nilai-nilai sosial
5. Nilai-nilaiwatak
6. Nilai-nilai estetis
7. Nilai-nilai intelektual
8. Nilai keagamaan
Menurut Notonagoro nilai-nilai dikelompokkan:
1. Nilai Material
2. Nilai Vital
3. Nilai Kerokhanian, dibedakan menjadi empat:
a. Nilai kebenaran
b. Nilai keindahan
c. Nilai kebaikan
d. Nilai religious
b. Nila-nilai Pancasila sebagai Suatu Sistem
Pengertian Pancasila merupakan suatu sistem nilai yang saling
berkaitan, saling berhubungan secara erat, bahkan saling mengkualifikasi.
E. Pancasila sebagai Nilai Dasar Fundamental bagi Bangsa dan Negara Republik Indonesi
1. Dasar Filosofis
Pancasila sebagai dasar filsafat Negara serta sebagai filsafat hidup
bangsa Indonesia pada hakikatnya merupakan suatu dasar filsafat yang bersifat sistematis.
2. Nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar Filsafat Negara
Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar filsafat Negara Indonesia pada
hakikatnya merupakan suatu sumber dari hukum dasar dalam Negara Indonesia.
Nilai-nilai Pancasila juga merupakan suatu landasan moral etik dalam kehidupan kenegaraan.
F. Pancasila sebagai ideologi Bangsa dan Negara Indonesia
Ideologi mencakup pengertian tentang idea-idea, pengertian dasar, gagasan
dan cita-cita.
Pancasila sebagai ideologi bangsa dan Negara Indonesia berakar pada
pandangan hidup dan budaya bangsa, dan bukannya mengangkat atau mengambil ideology
dari bangsa lain.
G. Makna Nilai-nilai Setiap Sila Pancasila
Bahwa makna sila-sila pancasila senantiasa dalam hubungannya sebagai
sistem filsafat. Nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila adalah:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
H. Pancasila sebagai Dasar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Filsafat Pancasila sebagai dasar kehidupan kebangsaan dan
kenegaraan adalah merupakan Identitas Nasional Indonesia. Hal ini didasarkan pada suatu
realitas bahwa kausa materialis atau asal nilai-nilai Pancasila adalah bangsa Indonesia
sendiri. Selain itu filsafat Pancasila merupakan dasar dari Negara dan Konstitusi (Undang-
Undang Dasar Negara) Indonesia.
BAB III IDENTITAS NASIONAL
A. Pengrtian Identitas Nasional
Identitas Nasional suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dengan jati
diri suatu bangsa atau kepribadian suatu bangsa.Identitas nasional secara dinamis, bangsa
Indonesia harus memiliki visi yang jelas dalam melakukan refomasi, melalui dasar filosofi
bangsa dan negara yaitu Bhineka Tunggal Ika, yang terkandung dalam filosofi Pancasila.
B. Faktor-faktor Pendukung Kelahiran Identitas Nasional
1. Faktor Objektif, yang meliputi faktor geografis, ekologis dan
demografis
2. Faktor Subjektif, yaitu faktor historis, sosial, politik dan
Kebudayaan
C. Pancasila sebagai Kepribadian dan Identitas Nasional
Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan negara Indonesia pada
hakikatnya bersumber kepada nilai-nilai budaya dan keagamaan yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia sebagai kepribadian bangsa. Proses perumusan materi Pancasila secara formal
tersebut dilakukan dalam sidang-sidang BPUPKI pertama, sidang panitia 9, sidang
BPUPKI kedua, serta akhirnya disyahkan secara formal yuridis sebagai dasar filsafat negara
Republik Indonesia.
Sejarah Budaya Bangsa sebagai Akar Identitas Nasional
Kepribadian, jati diri, serta identitas nasional Indonesia yang
terumuskan dalam filsafat Pancasila harus dilacak dan dipahami melalui sejarah terbentuknya
bansa Indonesia sejak zaman Kutai, Sriwijaya, Majapahit, serta kerajaan lainnya sebelum
penjajahan bangsa asing di Indonesia.
BAB VI DEMOKRASI INDONESIA
A. Demokrasi dan Implementasinya
Dalam hubungannya dengan implementasi ke dalam system
pemerintahan, demokrasi juga melahirkan sistem yang bermacam-macam seperti, sistem
presidensil, sistem parlementer, sistem referendum (meletakkan pemerintah sebagai bagian/
badan pekerja dari parlemen). Di beberapa Negara ada yang menggunakan sistem campuran
antara presidensial dengan parlementer.
B. Arti dan Perkembangan Demokrasi
Negara demokrasi adalah negara yang diselenggarakan berdasarkan
kehendak dan kemauan rakyat, atau jika ditinjau dari sudut organisasi, ia berarti suatu
pengorganisasian negara yang dilakukan oleh rakyat sendiri atau asas persetujuan rakyat
karena kedaulatan berada ditangan rakyat.
C. Bentuk-bentuk Demokrasi
Sistem Presidensial : sistem ini menekankan pentingnya pemilihan
presiden secara langsung, sehingga presiden terpilih mendapatkan mandat secara langsung
dari rakyat. Presiden merupakan kepala eksekutif dan kepala negara.
Sistem Parlementer : Sistem ini menerpakan model hubungan yang
menyatu antara kekuasaan eksekutif dan legeslatif. Kepala eksekutif (head of government)
adalah berada di tangan seorang perdana menteri. Adapun kepala Negara (head of state)
adalah berada pada seorang ratu.
D. Demokrasi Indonesia
1. Perkembangan Demokrasi di Indonesia
Perkembangan demokrasi di Indonesia dibagi dalam empat periode:
1.Periode 1945-1959, masa demokrasi parlementer
2.Periode 1959-1965, masa demokrasi terpimpin
3.Periode 1966-1998, masa demokrasi Pancasila era Orde Baru
4.Periode 1999-sekarang, masa demokrasi Pancasila era Reformasi
2. Pengertian Demokrasi menurut UUD 1945
Dalam bidang Politik & Konstitusional. Menurut UUD 1945,
demokrasi berarti menegakkan kembali asas-asas negara hukum dimana kepastian hukum
dirasakan oleh segenap warga negara. Hak-hak asasi manusia baik dalam aspek kolektif
maupun dalam aspek perorangan dijamin, dan penyalahgunaan kekuasaan dapat dihindarkan
secara intitusional.
Dalam bidang Ekonomi. Demikrasi berarti Kehidupan yang layak
bagi semua warga negara. Mencakup :
- Pengawasan oleh rakyat terhadap penggunaan kekayaan dan keuangan negara
- Koperasi
- Pengakuan atas hak milik perorangan dan kepastian hukum dalam penggunaannya
- Peranan pemerintahan yang bersifat pembinaan, penunjuk jalan serta pelindung.
3. Demokrasi Pasca Reformasi
Kekuasaan pemerintahan negara ditangan rakyat mengandung pengertian
tiga hal :
1. Pemerintah dari rakyat (government of the people)
2. Pemerintahan oleh rakyat (government by people)
3. Pemerintahan untuk rakyat (government for people)

BAB V NEGARA DAN KONSTITUSI


A. Pengertian Negara
Nicollo Machiavelli yang merumuskan Negara sebagai Negara
kekuasaan. Teori Negara menurut Machiavelli tersebut mendapat tantangan dan reaksi yang
kuat dari filsuf lain separti Thomas Hobbes (1588-1679), John Locke (1632-1704) dan
Rousseau (1712-1778). Mereka mengartikan Negara sebagai suatu badan atau organisasi hasil
dari perjanjian masyarakat secara bersama. Menurut mereka, manusia sejak dilahirkan telah
membawa hak-hak asasinya seperti hak untuk hidup, hak milik serta hak kemerdekaan.

Konsep pengertian Negara modern yang dikemukakan oleh


para tokoh lain antara lain :
1. Roger H. Soltau, mengemukakan bahwa Negara adalah sebagai alat agency atau
wewenang / authority yang mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan besama atas
nama masyarakat.
2. Menurut Harold J. Lasky bahwa Negara adalah merupakan suatu masyarakat yang
diintegrasikan karena mempunyai wewenang yang bersifat sah lebih agung dari pada individu
atau sekelompok.
3. Mc. Iver bahwa Negara adalah asosiasi yang menyelenggarakan penertiban suatu
masyarakat dalam suatu wilayah dengan berdasarkan system hukum yang diselenggarakan
oleh suatu pemerintah maksud tersebut diberi kekuasaan memaksa.
4. Miriam Budiardjo bahwa Negara adalah suatu daerah territorial yang rakyatnya diperintah
(governed) oleh sejumlah pejabat dan berhasil menuntut dr warga Negaranya ketaatan pada
perundang-undangannya melalui penguasaan (control) monopolitis dari kekuasaan yang sah.
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh berbagai filsuf serta para sarjana tentang
negara, maka dapat disimpulkan bahwa semua Negara memiliki unsur-unsur yang mutlak
harus ada. Unsur-unsur Negara meliputi :
1. Wilayah
2. Rakyat
3. Pemerintahan
Negara Indonesia
Bangsa Indonesia tumbuh dan berkembang dilatar belakangi oleh adanya kesatuan
nasib, yaitubersama-sama dalam suatu penderitaan dibawah penjajahan bangsa asing serta
berjuang merebut kemerdekaan. Selain itu yang sangat khas bagi bangsa Indonesia adalah
unsur-unsur etnis yang membentuk bangsa itu sangat beraneka ragam, baik latar belakang
budaya seperti bahasa, adat kebiasaan serta nilai-nilai yang dimilikinya.
Prinsip-prinsip Negara Indonesia dapat dikaji melalui makna yang terkandung dalam
Pembukaan UUD 1945 Alinea I,II,III & IV.

B. Konstitusionalisme
Konstitusionalisme mengacu kepada pengertian system
institusionalisasi secara efektif dan teratur terhadap suatu pelaksanaan pemerintahan. Basis
pokok konstitusionalisme adalah kesepakatan umum atau persetujuan (consensus) diantara
mayoritas rakyat mengenai bangunan yang diidealkan berkaitan dengan negara.
Konsensus yang menjamin tegaknya konstitusionalisme pada umumnya dipahami
berdasarkan pada :
1. Kesepakatan tentang tujuan atau cita-cita bersama
2. Kesepakatan tentang the rule of law
3. Kesepakatan tentang bentuk institusi-institusi dan prosedur ketatanegaraan
Kesepakatan pertama, yaitu berkenaan dengan cita-cita bersama yang sangat
menentukan tegaknya konstitusionalisme dan konstitusi dalam suatu negara.
Kesepakatan kedua , adalah kesepakatan bahwa basis pemerintahan didasarkan atas
aturan hukum dan konstitusi.
Kesepakatan ketiga, adalah berkenaan dengan (a) bangunan organ negara dan
prosedur-prosedur yang mengatur kekuasaan, (b) hubungan-hubungan antar organ negara itu
satu sama lain, serta (c) hubungan antar organ-organ negara itu dengan warga negara .
C. Konstitusi Indonesia
Amandemen terhadap UUD 1945 dilakukan oleh bangsa Indonesia
sejak tahun 1999, dimana amandemen pertama dilakukan dengan memberikan tambahan dan
perubahan terhadap pasal 9 UUD 1945. Kemudian amandemen kedua dilakukan pada tahun
2000, amandemen ketiga dilakukan pada tahun 2001 dan disahkan pada tanggal 10 Agustus
2002.
Pengertian hukum dasar meliputi dua macam yaitu, hukum dasar tertulis dan hukum dasar
tidak tertulis.
Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa Undang-Undang Dasar
1945 bersifat singkat dan supel. UUD 1945 hanya memiliki 37 pasal, adapun pasal-pasal lain
hanya memuat aturan peralihan dan aturan tambahan.
Sifat-sifat UUD 1945 adalah sebagai berikut :
1. Rumusannya jelas
2. Bersifat singkat dan supel
3. Memuat norma-norma, aturan-aturan serta ketentuan-ketentuan yang dapat
dan harus dilaksanakan secara konstitusional
4. Peraturan hukum positif yang tinggi
Convensi adalah hukum dasar yang tidak tertulis, yaitu aturan-aturan dasar yang timbul
dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara meskipun sifatnya tidak tertulis.
Sistem pemerintahan negara Indonesia dibagi atas tujuh :
1. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (Rechtstaat)
2. Sistem konstitusional
3. Kekuasaan tertinggi ditangan rakyat
4. Presiden adalah penyelenggara pemerintahan negara yang tertinggi disamping MPR dan
DPR
5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR
6. Menteri negara adalah pembantu presiden, menteri negara tidak bertanggung jawab kepada
DPR
7. Kekuasaan kepala negara tidak terbatas
Menurut penjelasan UUD 1945, Negara Indonesia adalah Negara hukum, Negara
hukum yang berdasarkan Pancasila dan bukan berdasarkan atas kekuasaan. Sifat
Negara hukum hanya dapat ditunjukkan jikalau alat-alat perlengkapanya bertindak
menurut dan terikat kepada aturan-aturan yang ditentukan lebih dahulu oleh alat
alat perlengkapan yang dikuasai untuk mengadakan aturan-aturan itu.
Ciri-ciri suatu Negara Hukum adalah :
a. Pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi yang mengandung persamaan dalam bidang
politik, hukum, sosial, ekonomi dan kebudayaan.
b. Peradilan yang bebas dari suatu pengaruh kekuasaan atau kekuatan lain dan tidak memihak.
c. Jaminan kepastian hukum, yaitu jaminan bahwa ketentuan hukumnya dapat dipahami dapat
dilaksanakan dan aman dalam melaksanakannya.
BAB VI RULE OF LAW DAN HAK ASASI MANUSIA
A. Pengertian Rule of Law dan Negara Hukum
Baik rechtsstaat maupun rule of Menurut Friedman, antara
pengertian negara hukum atau rechtstaat dan rule of the law sebenarnya saling mengisi. Oleh
karena itu berdasarkan bentuknya sebenarnya rule of the law adalah kekuasaan publik yang
diatur secara legal.
Menurut Albert Venn Dicey, istilah the rule of law diartikan sederhana sebagai suatu
keteraturan hukum.

Oleh karena itu, terlepas dari adanya pemikiran dan praktek konsep Negara hukum yang
berbeda, konsep Negara hukum dan rule of law adalah suatu realitas dari cita-cita sebuah
Negara bangsa, termasuk Negara Indonesia.
B. Hak Asasi Manusia
Awal perkembangan hak asasi manusia dimulai tatkala
ditandatangani Magna Charta (1215), oleh raja John Lackland. Kemudian juga
penandatanganan petition of right pada tahun 1628 oleh raja Charles I. Puncak perkembangan
perjuangan hak-hak asasi manusia yaitu ketika human right untuk pertama kalinya
dirumuskan secara resmi dalam declaration of independence Amerika Serikat pada tahun
1776.
C. Penjabaran Hak-Hak Asasi Manusia dalam UUD 1945
Dalam rentangan berdirinya bangsa dan Negara Indonesia,
secara resmi deklarasi pembukaan dan pasal-pasal UUD 1945 telah lebih dahulu merumuskan
hak-hak asasi manusia dari pada Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia PBB. Fakta
sejarah menunjukkan bahwa pembukaan UUD 1945 beserta pasal-pasalnya disahkan pada
tanggal 18 Agustus 1945, sedangkan Deklarasi Hak-Hak Asasi Manusia PBB pada tahun
1948.Dalam UUD 1945 hasil amandemen 2002, telah memberikan jaminan secara ekplisit
tentang hak-hak asasi manusia yang tertuang dalam BAB XA, pasal 28A sampai pasal 28J.
D. Hak dan Kewajiban warga Negara
Warga negara adalah rakyat yang menetap di suatu wilayah dan
rakyat tertentu dalam hubungannya dengan Negara. Dalam hubungan antara warganegara dan
Negara, warganegara mempunyai kewajiban-kewajiban terhadap Negara dan sebaliknya.
Asas-asas kewarganegaraan adalah :
1. Asas ius-sanguinis dan asas ius-soli
2. Bipatride dan apatride
Pasal-pasal UUD 1945 yang menetapkan hak dan kewajiban warga negara mencakup pasal-
pasal 27,28,29,30,33 dan 34.
Ada beberapa dasar yang dapat digunkan sebagai motivasi setiap warga untuk ikut serta
membela Negara Indonesia :
1. Pengalaman sejarah perjuangan RI
2. Kedudukan wilayah geografis nusantara yang strategis
3. Keadaan penduduk (demografis) yang besar
4. Kekayaan sumber daya alam
5. Perkembangan dan kemajuan IPTEK di bidang persenjataan
6. Kemungkinan timbulnya bencana perang

BAB VII GEOPOLITIK INDONESIA


A. Pengertian
Geopolitik di artikan sebagai sistem politik atau peraturan
peraturan dalam wujud kebijaksanaan dan strategi nasional yang di dorong aspirasi nasional
geografik suatu negara, yang apabila dilaksanakan dan berhasil akan berdampak langsung
atau tidak langsung kepada sistem politik suatu negara. Sebaliknya politik nrgara itu secara
langsung Geopolitik bertumpu pada geografi sosial, mengenai situasi, kondisi dan segala
sesuatu yang di anggap relevan dengan karakteristik geografi suatu negara.
Indonesia adalah Negara kepulauan dan masyarakat yang beraneka ragam, oleh karena itu
Indonesia memiliki kekuatan dan kelemahan . Kekuatannya yaitu terletak pada posisi dan
keadaan geografi yang strategis dan kaya sumber daya alam. Sedangkan kelemahannya
terletak pada wujud kepulauan dan keanekargaman masyarakat yang harus di satukan dalam
satu bangsa.
B. Pengertian Wawasan Nusantara
Istilah wawasan berasal dari katawawas yang berarti
pandangan, tinjauan, atau penglihatan inderawi. Akar kata ini membentuk kata mawas yang
berarti memandang atau melihat. Sedangkan wawasan berarti cara pandang, cara tinjau, atau
cara melihat. Sedangkan nusa berarti pulau, dan antara berarti diapit di antara dua hal.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Wawasan Nusantara
Lahirnya asas archipelago mengandung pengertian bahwa pulau-
pulau tersebut selalu dalam satu kesatuan yang utuh, sementara perairan atau lautan antara
pulau-pulau berfungsi sebagai unsur penghubung dan bukan unsur pemisah.
Bagian wilayah Indische Archipel yang dikuasai Belanda dinamakan Nederlandsch Oost
Indishe Archipelago. Itulah wilayah jajahan Belanda yang kemudian menjadi wilayah Negara
Republik Indonesia.
Sejak proklamasi kemerdekaan RI pada 17-8-1945, Indonesia menjadi nama resmi negara
dan bangsa Indonesia sampai sekarang.
Sesuai dengan Hukum Laut Internasional, secara garis besar Indonesia sebagai negara
kepulauan memiliki laut territorial, Perairan Pedalaman, Zone Ekonomi Ekslusif, dan
Landas Kontinen.
Luas wilayah Indonesia seluruhnya adalah 5.193.250 km2, yang terdiri dari daratan seluas
2.027.087 km2 dan perairan 3.166.163 km2.
BAB VIII GEOSTRATEGI INDONESIA
A. Pengertian Geostrategi
Strategi adalah politik dalam pelaksanaan, yaitu upaya bagaimana
mencapai tujuan atau sasaran yang ditetapkan sesuai dengan keinginan politik. Diartikan
sebagai metode atau aturan-aturan untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan melalui proses
pembangunan yang memberikan arahan tentang bagaimana membuat strategi pembangunan
dan keputusan yang terukur dan terimajinasi guna mewujudkan masa depan yang lebih baik,
lebih aman, dan bermartabat.
3. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN BUKU
Kelebihan: Buku ini sangat bagus, isinya cukup jelas, kualitas baik,
mudah dipelajari oleh para mahasiswa di Perguruan Tinggi Negeri. Kata-kata di dalam buku
ini tidak berbelit-belit, harganyapun mudah dijangkau.
Kelemahan: Buku ini meskipun sudah bagus dan berkualitas baik,
masih ada sedikit kelemahannya, kalimatnya bertele tele, sehingga kurang dimengerti
pembaca.
Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
aaaaaa

RESENSI BUKU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

IDENTITAS BUKU
a. Judul Buku : Pendidikan Kewarganegaraan
b. Nama Pengarang 1.: Rima Yuliastuti
2. Wijianto
3. Budi Waluyo
c. Penerbit : Pusat Kurikulum Dan Perbukuan
Kementrian Pendidikan Nasional
d. Kota terbit : Jakarta
e. Tahun terbit : 2011
f. Tebal buku : 294 halaman

RINGKASAN BUKU
1. TUJUAN PENULISAN BUKU
Melalui materi yang terdapat pada buku ini diharapkan peserta didik dapat berperan aktif,
kritis, rasional, dan kreatif sebagai warga Negara terhadap isu-isu yang berhubungan dengan
kewarganegaraan, baik didalam negeri maupun luar negeri.

2. SINOPSIS
Hakikat pelajaran pendidikan kewarganegaraan adalah untuk menanamkan nilai-nilai
pancasila dalan sikap dan perilaku keseharian para siswa. Oleh karena itu, penyusunan buku
ini diusahakan untuk dapat mewadahi hakikat tersebut. Hal inilah yang sevara tidak langsung
menjadi keunggulan buku ini.
Secara ringkas, buku ini memiliki keunggulan dibandingkan dengan buku-buku lain,
yaitu sebagai berikut :
Materi disajikan secara ringkas namun terperinci, dengan bahasa yang mudah dipahami.
Materi dan tugas menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran yang aktif.
Materi dapat dipraktikan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari melalui berbagai
tugas, baik secara individu maupun kelompok.
Siswa juga dibekali wawasan dan informasi tambahan mengenai kenegaraan, kebhinekaan,
dan hokum yang relevan dengan isi materi dalam tiap babnya.
Rasa nasionalisme dan kebangsaan siswa dirangsang untuk tumbuh dan berkembang melalui
pemberian tugas atau kutipan-kutipan yang relevan
Daya piker dan kekritisan siswa dapat diasah dan disalurkan melalui tugas-tugas yang
sifatnya menganalisis suatu kasus yang relevan dengan isi materi dalam tiap babnya
Tugas-tuas dalam buku ini juga mengajak siswa untuk lebih tanggap terhadap peristiwa-
peristiwa menarik dan penting yang berhubungan dengan materi.

3. ULASAN SINGKAT BUKU

BAB I HAKIKAT BANGSA DAN NEGARA


Beberapa pengertian tentang bangsa
a. Bangsa adalah suatu persatuan karakter atau perangai yang timbul karena persamaan nasib.
(Otto Bauer)
b. Bangsa adalah kesatuan jiwa yang mengandung kehendak untuk bersatu, orang-orang merasa
diri satu dan mau bersatu. (Ernest Renant)
c. Bangsa adalah buah hasil tenaga hidup dalam sejarah dan karena itu selalu bergelombang
dan tidak pernah membeku. (Hans Kohn)
d. Bangsa adalah suatu kesatuan budaya dan satu kesatuan politik. (Jacobsen dan Lipman)
Unsur-unsur bangsa: (a) ada sekelompok manusia yang mempunyai kemauan
untuk bersatu; (b) berada dalam suatu wilayah tertentu; (c) ada kehendak untuk
membentuk atau berada di bawah pemerintahan yang dibuatnya sendiri; (d) secara
psikologis merasa senasib, sepenanggungan, setujuan, dan secita-cita; (e) ada
kesamaan karakter, identitas, budaya, bahasa, dan lain-lain sehingga dapat
dibedakan dengan bangsa lainnya.
Konsep bangsa memiliki dua pengertian, yaitu bangsa dalam arti sosiologis dan
bangsa dalam arti politis.
Negara adalah organisasi pokok dari kekuasaan politik. Negara merupakan bentuk
organisasi dari masyarakat atau kelompok orang yang mempunyai kekuasaan
mengatus hubungan, menyelenggarakan ketertiban, dan menetapkan tujuan-tujuan
dari kehidupan bersama.
Konvensi Montevideo (1933) menyatakan negara sebagai suatu pribadi hokum
internasional seharusnya memiliki kualifikasi-kualifikasi: (a) penduduk yang menetap, (b)
wilayah tertentu, (c) suatu pemerintahan, dan (d) kemampuan untuk berhubungan dengan
negara-negara lain.
Unsur-unsur negara dibagi menjadi unsur konstitutif (wilayah tertentu, penduduk yang
menetap, kedaulatan, dan pemerintah yang berdaulat) dan unsur deklaratif (adanya tujuan
negara, undang-undang dasar, pengakuan dari negara lain secara de jure ataupun de facto, dan
masuknya negara dalam perhimpunan bangsabangsa).
Pengakuan (recognition) terhadap suatu negara adalah perbuatan bebas oleh satu atau
lebih negara untuk mengakui eksistensi suatu wilayah tertentu yang dihuni suatu masyarakat
manusia yang secara politis terorganisir, tidak terkait kepada negara yang telah lebih dahulu
ada, serta mampu menjalankan kewajibankewajiban menurut hukum internasional, dan
dengan tindakan ini mereka (negaranegara yang memberi pengakuan) menyatakan kehendak
untuk memandang wilayah itu sebagai salah satu anggota masyarakat internasional.
Ada tiga kelompok fungsi negara: memberikan perlindungan kepada para penduduk
dalam wilayah tertentu; mendukung atau langsung menyediakan berbagai pelayanan
kehidupan masyarakat dalam bidang sosial, ekonomi, dan kebudayaan; menjadi wasit yang
tidak memihak antara pihak-pihak yang bersengketa di masyarakat dan menyediakan suatu
sistem peradilan yang menjamin keadilan dalam hubungan sosial masyarakat.
Nasionalisme adalah sikap mental dan tingkah laku individu atau masyarakat yang
menunjukkan adanya loyalitas atau pengabdian yang tinggi terhadap bangsa dan negaranya.
Patriotisme berarti paham tentang kecintaan pada tanah air. Gerakan patriotisme muncul
setelah terbentuknya bangsa yang dilandasi nasionalisme.
Alat-alat pemersatu bangsa, antara lain, lambang negara, semboyan negara, bahasa
pemersatu, bendera negara, lagu kebangsaan, konsepsi wawasan kebangsaan, kebudayaan
daerah yang telah diterima sebaga kebudayaan nasional, dasar falsafah, bentuk negara, dan
konstitusi (hukum dasar) negara.

BAB 2 SISTEM HUKUM DAN PERADILAN NASIONAL


Norma ialah segala aturan yang harus dipatuhi. Norma mengandung suruhan, perintah,
larangan, dan keharusan.
Hukum ialah seperangkat norma tentang apa yang benar dan apa yang salah yang
dibuat atau diakui eksistensinya oleh pemerintah, yang dituangkan baik dalam aturan tertulis
(peraturan) maupun yang tidak tertulis, yang mengikat dan sesua dengan kebutuhan
masyarakatnya secara keseluruhan, dan dengan ancaman sanksi bagi pelanggar aturan itu.
Lima asas hukum umum yang berlaku universal yang berlaku pada semua system
hukum. Asas tersebut ialah asas kepribadian, asas persekutuan, asas kesamaan, asas
kewibawaan, dan asas pemisahan antara baik dan buruk.
Tata hukum bertujuan untuk mempertahankan, memelihara, dan melaksanakan
ketertiban hukum bagi suatu masyarakat dalam suatu negara sehingga tercapai ketertiban dan
ketenteraman dalam negara tersebut. Tata hukum merupakan hukum positif atau hukum yang
sedang berlaku di dalam suatu negara saat ini.
Tata urut peraturan perundang-undangan di Indonesia adalah (a) UUD 1945, (b) UU,
(c) Peraturan Pemerintah Pengganti UU, (d) Keppres, (e) peraturanperaturan pelaksana
lainnya, (f) Perda.
Sumber hukum material adalah tempat dari mana materi itu diambil. Sumber hukum
material ini merupakan faktor yang membantu pembentukan hukum, misalnya, hubungan
sosial, hubungan kekuatan politik, situasi sosial ekonomis, tradisi (pandangan keagamaan,
kesusilaan), hasil penelitian ilmiah, perkembangan internasional, dan keadaan geografis.
Sumber hukum formal merupakan tempat atau sumber dari mana suatu peraturan
memperoleh kekuatan hukum. Hal ini berkaitan dengan bentuk atau cara yang menyebabkan
peraturan hukum itu formal berlaku. Sumber-sumber hukum formal ialah UU, perjanjian
antarnegara, yurisprudensi, dan kebiasaan.
Hukum tidak tertulis disebut konvensi. Hukum tidak tertulis dipatuhi karena adanya
kekosongan hukum tertulis yang sangat dibutuhkan masyarakat/negara. Oleh karena itu,
hukum tidak tertulis (kebiasaan) sering digunakan oleh para hakim untuk memutuskan
perkara yang belum pernah diatur di dalam undang-undang.
Pendapat para sarjana hukum yang ternama juga mempunyai kekuasaan dan pengaruh
dalam pegambilan keputusan oleh hakim (yurisprudensi). Munculnya yurisprudensi
dikarenakan adanya peraturan perundang-undangan yang kurang atau tidak jelas
pengertiannya sehingga menyulitkan hakim dalam memutuskan suatu perkara.
Traktat ialah perjanjian dalam hubungan internasional antara satu negara dengan negara
lainnya.
Berdasarkan Perubahan UUD RI Tahun 1945 Pasal 24 ayat (2), kekuasaan kehakiman
dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya
dalam lingkup peradilan agama, peradilan militer, peradilan tata usaha negara, dan oleh
sebuah Mahkamah Konstitusi.
Hukum tertulis adalah hukum yang dapat kita temui dalam bentuk tertulis dan resmi
dicantumkan dalam berbagai peraturan negara. Contohnya, UUD 1945.
Kodifikasi ialah pembukuan jenis-jenis hukum tertentu dalam kitab undang-undang
secara sistimatis dan lengkap. Hukum yang dikodifikasikan itu adalah hokum tertulis, tetapi
tidak semua hukum tertulis itu telah dikodifikasikan.

BAB 3 PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA


Hak dasar atau pokok yang melekat pada diri manusia sebagai anugerah dari Tuhan
Yang Maha Kuasa yang ia bawa sejak lahir hingga meninggal dapat dikatakan dengan hak
asasi manusia.
Menurut Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999, HAM adalah seperangkat hak yang
melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Ciri khusus hak asasi manusia: a. tidak dapat dicabut, b. tidak dapat dibagi, c. hakiki,
dan d. universal.
Instrumen HAM intemasional dibedakan menjadi dua macam: Kovenan Internasional
tentang Hak-Hak Sipil dan Politik (The International Covenant on Civil and Political
Rights/ICCPR) dan Kovenan Internasional tentang Hak- Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya
(The International Covenant on Economics, Social, and Cultural Rights/ ICESCR).
Secara umum hak asasi asasi manusia terdiri atas: hak asasi untuk memperoleh
perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan (procedural rights), hak asasi politik (political
rights), hak asasi pribadi (personal rights), hak asasi untuk memperoleh perlakuan yang sama
dalam hukum dan pemerintahan (rights of legal equality), dan hak asasi ekonomi (poverty
rights).
Pada tanggal 10 Desember tahun 1948, PBB mencanangkan Declaration Universal of
Human Rights (Deklarasi Universal Hak Asasi) yang intinya menyatakan bahwa pengakuan
hak asasi manusia adalah universal dan harus diperjuangkan bersama.
Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 50 tahun 1993 tanggal 7 Juni 1993, Komnas
HAM pertama kali dibentuk atas rekomendasi Lokakarya I Hak Asasi Manusia yang
diselenggarakan oleh Departemen Luar Negeri RI dengan sponsor Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB). Komnas HAM melaksanakan empat macam fungsi, yaitu pengkajian,
penelitian, penyuluhan, dan mediasi tentang hak asasi manusia.
Pengadilan HAM dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 26 tahun 2000 sebagai
pengadilan khusus di bawah lingkup peradilan umum dan berkedudukan di tingkat
kabupaten/kota.
Pengadilan khusus untuk kasus-kasus HAM yang terjadi sebelum diberlakukannya
Undang-Undang No. 2A tahun 2000 disebut Pengadilan Ad Hoc HAM.
Pelanggaran HAM berat meliputi kejahatan genosida (menghancurkan atau
memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, dan kelompok
agama dengan cara-cara tertentu) dan kejahatan terhadap kemanusiaan (serangan yang
meluas dan sistematik yang ditujukan secara langsung kepada penduduk sipil).
Hukum kebiasaan merupakan hukum yang diterima melalui praktik umum. Dalam
menyelesaikan berbagai sengketa internasional, hukum kebiasaan merupakan salah satu
sumber hukum yang digunakan oleh Mahkamah Internasional.
PBB membentuk organ pelengkap untuk lebih mengefektifkan implementasi berbagai
ketentuan mengenai HAM tersebut, di antaranya, Komisi Hak Asasi Manusia (The
Commission on Human Rights/CHR). Badan tersebut melakukan studi, mempersiapkan
berbagai rancangan konvensi dan deklarasi, melaksanakan misi pencarian fakta, membahas
berbagai pelanggaran HAM dalam sidang-sidang umum atau khusus PBB, serta memperbaiki
prosedur penanganan HAM.

BAB 4 HUBUNGAN ANTARA DASAR NEGARA DENGAN KONSTITUSI


Dasar negara atau ideologi negara ialah suatu pedoman untuk dipakai dalam mengatur
kehidupan dan penyelenggaraan ketatanegaraan di suatu negara yang mencakup berbagai
aspek kehidupan (politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan).
Dasar negara berfungsi untuk berdirinya (eksistensi) suatu negara dalam hal
penyelenggaraan negara, sebagai dasar dan sumber hukum nasional, serta sebagai dasar bagi
hubungan antarwarga negara.
Beberapa macam dasar negara (ideologi negara) besar yang dianut di berbagai belahan
dunia antara lain, liberalisme, sosialisme, marxisme-komunisme, fasisme, dan
fundamentalisme.
Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki ideologi negara, yaitu Pancasila, yang
berkedudukan sebagai dasar negara, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup, dan
perjanjian luhur bangsa Indonesia.
Hubungan Dasar Negara Pancasila dengan Konstitusi UUD 1945 dapat kita lihat di
dalam pokok-pokok pikiran UUD 1945 yang merupakan perwujudan dari silasila dalam
Pancasila yang selanjutnya dijelaskan di dalam pasal-pasal yang termuat pada Batang Tubuh
UUD 1945.
Konstitusi adalah suatu keseluruhan aturan dan ketentuan dasar yang meliputi hukum
dasar tertulis dan hukum dasar tidak tertulis yang mengatur mengenai suatu pemerintahan
yang diselenggaraan di dalam suatu negara.
Konstitusi Negara Republik Indonesia adalah UUD 1945 yang memiliki
kedudukan sebagai sumber hukum, hukum tertinggi, dan hukum dasar. Pembukaan UUD
1945 mempunyai kedudukan yang sangat penting, yaitu sebagai pokok kaidah negara yang
fundamental, pernyataan kemerdekaan Indonesia, tertib hukum tertinggi di negara Indonesia,
dan memiliki kedudukan yang kuat dan tetap.
Sikap positif terhadap konstitusi perlu untuk dilaksanakan bagi setiap warga Negara
agar memiliki perilaku konstitusional.
Supaya sikap positif tersebut dapat benar-benar dilakukan, setiap warga Negara perlu
mengembangkannya sejak awal, yaitu dengan memperoleh pemahaman yang benar tentang
Pancasila dan UUD 1945, menaati hukum, menyadari adanya perbedaan di negara Republik
Indonesia, memiliki kebanggaan terhadap Pancasila dan UUD 1945, serta ikut aktif dalam
menegakkan Pancasila dan UUD 1945.

BAB 5 PERSAMAAN KEDUDUKAN WARGA NEGARA


Penduduk dan atau rakyat suatu negara terdiri atas warga negara dan warga asing.
Warganegara adalah orang-orang yang memiliki kedudukan resmi sebagai anggota
penuh suatu negara.
Terdapat dua asas kewarganegaraan dalam menentukan status kewarganegaraan
seseorang, yaitu asas ius sanguinis (keturunan) dan asas ius soli (tempat lahir).
Masalah kewarganegaraan adalah kondisi di mana seseorang tidak memiliki
kewarganegaraan (apatride) ataupun kondisi di mana seseorang memiliki kewarganegaraan
ganda (bipatride).
Cara memperoleh status kewarganegaraan Indonesia, yaitu karena kelahiran,
pengangkatan, permohonan, pewarganegaraan, perkawinan, turut ayah dan atau ibu, dan
pernyataan.
Persamaan kedudukan warga negara Indonesia tercantum dalam UUD 1945 Pasal 27
sampai dengan Pasal 34.
Persamaan kedudukan warga negara Indonesia meliputi berbagai aspek kehidupan,
yaitu bidang hukum dan pemerintahan, politik, ekonomi, keagamaan, pendidikan, sosial
budaya, serta pertahanan dan keamanan.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang wilayahnya terpisah-terpisah dan
memiliki penduduk yang terdiri dari beragam suku bangsa. Dengan demikian, Indonesia
rentan terhadap konflik-konflik vertikal maupun horisontal. Untuk mencegah hal tersebut,
harus ada upaya-upaya dari pihak pemerintah, individu, dan masyarakat dalam penghargaan
atas persamaan kedudukan antar warga negara.

BAB 6 SISTEM POLITIK DI INDONESIA


Dalam sistem politik yang demokratis terdapat struktur politik yang terbagi menjadi
suprastruktur politik dan infrastruktur politik.
Suprastruktur politik adalah struktur politik negara yang meliputi lembaga-lembaga
negara, yaitu MPR, DPR, DPD, Presiden, BPK, MA, MK, dan KY. Infrastruktur politik
adalah struktur politik masyarakat yang meliputi komponen-komponen partai politik,
organisasi kemasyarakatan (Ormas), lembaga swadaya masyarakat (LSM), kelompok
kepentingan, kelompok penekan, media massa, dan tokoh politik.
Sistem politik yang dianut oleh tiap-tiap negara memiliki sistem yang berbedabeda
disebabkan oleh adanya perbedaan di dalam masyarakat, pandangan hidup, sejarah,
konstitusi, dan pengalaman.
Partisipasi politik mencakup semua kegiatan yang sah oleh semua warga Negara yang
kurang lebih langsung dimaksudkan untuk memengaruhi pemilihan pejabat publik
(pemerintahan) dan atau tindakan-tindakan yang diambil oleh warga Negara (masyarakat).
Bentuk-bentuk dari partisipasi politik secara konvensional meliputi diskusi politik,
komunikasi personal/individu dengan pejabat pemerintahan (pimpinan politik), membentuk
dan bergabung dalam organisasi kemasyarakatan, memberikan suara, dan mengikuti
kampanye. Adapun partisipasi secara nonkonvensional meliputi demonstrasi,
pembangkangan tanpa kekerasan, dan mogok.
Indonesia memiliki sistem politik demokrasi, tetapi yang diterapkan tidak seperti
negara lain, Demokrasi yang sesuai dengan bangsa Indonesia adalah Demokrasi Pancasila
Demokrasi yang digunakan di Indonesia pada waktu tahun 1945 sampai 1959 adalah
demokrasi liberal atau demokrasi parlementer karena sistem pemerintahan pada masa itu
adalah parlementer. Saat itu terjadi tiga kali pergantian kontitusi, yaitu UUD 1945, Konstitusi
RIS, dan UUD 1950.
Pada tahun 1959 sampai 1965, Indonesia menggunakan sistem demokrasi terpimpin
yang timbul karena adanya reaksi penolakan ataupun koreksi terhadap demokrasi
parlementer.
Pada tahun 19651998 (masa Orde Baru) dikembangkan demokrasi yang dinamakan
Demokrasi Pancasila. Namun, Demokrasi Pancasila dalam masa Orde Baru membentuk
Indonesia menjadi negara birokratik (bureaucratic policy), di mana terdapat sekelompok elit
politik yang menguasai sepenuhnya pengambilan keputusan politik negara, sedangkan rakyat
(masyarakat) hanya dilibatkan dalam proses implementasi kebijaksanaan.
Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang bersumber pada kepribadian dan falsafah
hidup bangsa Indonesia. Demokrasi Pancasila menghendaki suatu system pemerintahan yang
berdasarkan pada kedaulatan rakyat, artinya bahwa system pemerintahan menempatkan
rakyat sebagai pemilik atau pemegang kekuasaan tertinggi di dalam negara.
Demokrasi sosial artinya bahwa hubungan antarwarga negara (masyarakat) harus
berlandaskan pada penghormatan terhadap kemerdekaan, solidaritas, dan persamaan
kedudukan, serta berdasarkan pada nilai-nilai dalam Pancasila.
Demokrasi ekonomi artinya suatu sistem pengelolaan perekonomian yang berlandaskan
pada demokrasi. Dalam hal ini, pengelolaan perekonomian harus pula berdasarkan nilai-nilai
dalam Pancasila sehingga terwujud suatu keadilan dan kesejahteraan masyarakat.
Partisipasi aktif adalah kegiatan untuk mengajukan usul suatu kebijakan, mengajukan
kritik, mengajukan perbaikan, memilih pemimpin dalam pemerintahan, dan meluruskan
kebijakan.
Partsipasi pasif adalah kegiatan untuk menaati peraturan pemerintah serta menerima
dan melaksanakan saja kebijakan dari pemerintah.
Demonstrasi adalah suatu kegiatan dari masyarakat massa untuk memberikan
pernyataan protes terhadap kebijakan atau tindakan pemerintah maupun pihak lain yang
dianggap oleh para demonstran (orang-orang yang melakukan demonstrasi) membawa
kerugian pada kelompok masyarakat yang diwakilinya.

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN BUKU


Kelebihan:
Menurut saya, buku Pendidikan Kewarganegaraan karya Rima Yuliastuti, Wijianto dan Budi
Waluyo ini sangat bagus. Dari segi kata-katanya tidak terlalu sulit sehingga mudah untuk
dipahami, dalam buku ini terdapat uji kompetensi disetiap babnya yang dapat mengevaluasi
hasil belajar siswa. Selain itu, buku ini disertai dengan gambar yang memudahkan siswa
untuk memahami setiap materi yang terdapat dalam buku.

Kelemahan:
Buku ini meskipun sudah bagus dan berkualitas baik, masih ada sedikit kelemahannya,
kalimatnya bertele tele sehingga sedikit sulit untuk dipahami.

PENUTUP
Demikian resensi buku Pendidikan Kewarganegaraan untuk kelas X SMA/MA/SMK
ini, semoga bermanfaat bagi semua pihak. Mohon maaf apabila ada kesalahan dan
kekurangannya.
DAFTAR PUSTAKA
Yuliastuti Rima, Wijianto, dan Budi Waluyo, 2011. Pendidikan Kewarganegaraan. Pusat
Kurikulum dan Pembukuan Kementrian Pendidikan nasional: Jakarta
Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

Rangkuman isi buku Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi

1.IDENTITAS BUKU :
A.Judul Buku : PENDIDIKANKEWARGANEGARAAN UNTUK PERGURUAN
TINGGI
B. Pengarang : PROF. DR. H. KAELAN, M.S. & DRS. H. ACHMAD ZUBAIDI,
M.Si.
c. Penerbit : PARADIGMA
d. Tahun Terbit : 2007
e. Jumlah Halaman:208
f. Kota Terbit : Yogyakarta
g. Edisi : Pertama

2. GAMBARAN UMUM :

BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Mata kuliah kewarganegaraan sering disebut sebagai civic education, citizenship
education, dan bahkan ada yang menyebut sebagai democracy education.
Kesadaran demokrasi serta implementasinya harus senantiasa dikembangkan dengan basis
filsafat bangsa, identitas nasional, kenyataan dan pengalaman sejarah bangsa tersebut, serta
dasar-dasar kemanusiaan dan keadaban. Oleh karena itu dengan pendidikan kewarganegaraan
diharapkan intelektual Indonesia memiliki dasar kepribadian sebagai warga negara yang
demokratis, religius, berkemanusiaan dan berkeadaban.
2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Visi Pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah merupakan sumber
nilai dan pedoman dalam pengembangan dan penyelenggaraan program studi, guna
mengantarkan mahasiswa memantapkan kepribadiannya sebagai manusia seutuhnya.
Misinya adalah membantu mahasiswa memantapkan kepribadiannya, agar secara
secara konsisten mampu mewujudkan nilai-nilai dasar pancasila, rasa kebangsaan dan cinta
tanah air dalam menguasai, menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi
dan seni dengan rasa tanggung jawab dan bermoral.
B. Landasan Ilmiah dan Landasan Hukum
1. Landasan Ilmiah
Bahan pendidikan kewarganegaraan meliputi hubungan antara warganegara dan
negara,serta pendidikan pendahuluan bela negara yang semua ini berpijak pada nilai-nilai
budaya serta dasar filosofi bangsa. Tujuan utama pendidikan kewarganegaraan adalah untuk
menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, serta membentuk sikap dan perilaku cinta
tanah air yang bersendikan kebudayaan dan filsafat bangsa Pancasila.
2. Landasan Hukum
Landasannya pada :
1. UUD 1945
2. Ketetapan MPR No. II/MPR/1999
3. Undang-Undang No. 20 Tahun 1982
4. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
5. Pelaksanaannya berdasarkan surat Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional Nomor 43/DIKTI/Kep/2006

BAB II
FILSAFAT PANCASILA
A. Pengertian Filsafat
Filsafat adalah suatu bidang ilmu yang senantiasa ada dan menyertai kehidupan manusia.
Secara etimologis istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani philein yang artinya cinta
dan sophos yang artinya hikmah atau kebijaksanaan atau wisdom.
B. Pengertian Pancasila sebagai Suatu Sistem
Sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling
bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan
yang utuh.
Dasar filsafat negara pancasila adalah merupakan satu kesatuan yang bersifat majemuk
tunggal.
C. Kesatuan Sila-Sila Pancasila
Kalau dilihat dari intinya, urut-urutan lima sila menunjukkan suatu rangkaian tingkat
dalam luasnya dan isi-sifatnya, merupakan pengkhususan dari sila-sila dimukanya.
Sila-sila Pancasila sebagai kesatuan dapat dirumuskan pula dalam hubungannya saling
mengisi atau mengkualifikasi dalam rangka hubungan hierarkhis piramidal. Tiap-tiap sila
mengandung empat sila lainnya, dikualifikasi oleh empat sila lainnya.
D. Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sisitem Filsafat
Secara filosofis pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat memiliki, dasar
ontologis, dasar epistimologis dan dasar aksiologis sendiri yang berbeda dengan sistem
filsafat yang lainnya.
E. Pancasila Sebagai Nilai Dasar Fundamental bagi Bangsa dan Negara Republik Indonesia
Pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara Republik Indonesia, mengandung makna
bahwa dalam setiap aspek kehidupan kebangsaan, kemasyarakatan serta kenegaraan harus
berdasarkan nilai-nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan.
Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia pada hakikatnya merupakan
suatu sumber dari hukum dasar dalam negara Indonesia. Sebagai suatu sumber dari hukum
dasar, secara objektif merupakan suatu pandangan hidup, kesadaran, cita-cita hukum, serta
cita-cita moral yang luhur yang meliputi suasana kejiwaan, serta watak bangsa Indonesia,
yang pada tanggal 18 Agustus 1945 telah dipadatkan dan diabstraksikan oleh para pendiri
negara menjadi lima sila dan ditetapkan secara yuridis formal menjadi dasar filsafat negara
Republik Indonesia.
F. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia
Unsur-unsur yang merupakan materi (bahan) Pancasila tidak lain diangkat dari
pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri, sehingga bangsa ini merupakann kausa
materialis (asal bahan) Pancasila. Unsur-unsur Pancasila tersebutkemudian diangkat dan
dirumuskan oleh para pendiri negara, sehingga Pancasila berkedudukan sebagai dasar negara
dan ideologi bangsa dan negara Indonesia.
G. Makna Nilai-nilai Setiap Sila Pancasila
Realisasi setiap sila atau derivasi setiap sila senantiasa, dalam hubungan yang sistemik
dengan sila-sila lainnya. Hal ini berdasarkan pada pengertian bahwa makna sila-sila Pancasila
senantiasa dalam hubungannya sebagai sistem filsafat.
H. Pancasila sebagai Dasar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Untuk mencapai tujuan dalam kehidupan kebangsaan dan kenegaraan terutama dalam
melaksanakan pembangunan dan pembaharuan maka harus mendasarkan pada suatu
kerangka pikir, sumber nilai serta arahan yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila.
Filsafat Pancasila sebagai dasar kehidupan kebangsaan dan kenegaraan adalah
merupakan Identitas Nasional Indonesia. Hal ini didasarkan pada suatu realitas bahwa kausa
materialis atau asal nilai-nilai Pancasila adalah bangsa Indonesia sendiri.

BAB III
IDENTITAS NASIONAL
A. Pengertian Identitas Nasional
Agar bangsa Indonesia tetap eksis dalam menghadapi globalisasi maka harus tetap
meletakkan jatidiri dan identitas nasional yang merupakan kepribadian bangsa Indonesia
sebagai dasar pengembangan kreatifitas budaya globalisasi. Istilah identitas nasional
secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang secara filosofis
membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain.
Dalam hubungannya dengan identitas nasional secara dinamis, dewasa ini bangsa
Indonesia harus memiliki visi yang jelas dalam melakukan reformasi, melalui dasar filosofi
bangsa dan negara yaitu bhineka tunggal ika, yang terkandung dalam filosofi Pancasila.
Masyarakat harus semakin terbuka, dan dinamis namun harus berkeadaban serta kesadaran
akan tujuan hidup bersama dalam berbangsa dan bernegara. Dengan kesadaran akan
kebersamaan dan persatuan tersebut maka insyaAllah bangsa Indonesia akan mampu
mengukir identitas nasionalnya secara dinamis di dunia internasional.
B. Faktor-faktor Pendukung Kelahiran Identitas Nasional
Faktor yang mendukung kelahiran identitas bangsa Indonesia meliputi :
1. Faktor Objektif, yang meliputi faktor geografis, ekologis dan demografis
2. Faktor Subjektif, yaitu faktor historis, sosial, politik dan kebudayaan.
C. Pancasila sebagai Kepribadian dan Identitas Nasional
Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan negara Indonesia pada hakikatnya bersumber
kepada nilai-nilai budaya dan keagamaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sebagai
kepribadian bangsa. Jadi filsafat pancasila bukan muncul secara tiba-tiba dan dipaksakan oleh
suatu rezim atau penguasa melainkan melalui suatu fase historis yang cukup panjang. Proses
perumusan materi Pancasila secara formal tersebut dilakukan dalam sidang-sidang BPUPKI
pertama, sidang panitia 9, sidang BPUPKI kedua, serta akhirnya disyahkan secara formal
yuridis sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia.
Sejarah Budaya Bangsa sebagai Akar Identitas Nasional
Nilai-nilai esensial yang terkandung dalam pancasila dalam kenyataannya secara objektif
telah dimiliki oleh bangsa Inodnesia sejak zaman dahulu kala sebelum mendirirkan negara.
Proses terbentuknya bangsa dan negara Indonesia melalui proses sejarah yang cukup panjang
yaitu sejak zaman kerajaan-kerajaan pada abad ke-IV, ke-V kemudian dasar-dasar
kebangsaan Indonesia telah mulai nampak pada abad ke-VII, yaitu ketika timbulnya kerajaan
Sriwijaya dibawah wangsa Syailendra di Palembang, kemudian kerjaan Airlangga dan
Majapahit di Jawa Timur serta kerajaan-kerajaan lainnya.
Dasar-dasar pembentuka nasionalisme modern dirintis oleh para pejuang kemerdekaan
bangsa, antara lain rintisan yang dilakukan oleh para tokoh pejuang kebangkitan nasional
pada tahun 1908, kemudian dicetuskan pada Sumpah Pemuda pada tahun 1928. Akhirnya
titik kulminasi sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk menemukan identitas nasionalnya
sendiri, membentuk suatu bangsa dan negara Indonesia tercapai pada tanggal 17 Agustus
1945 yang kemudian diproklamasikan sebagai suatu kemerdekaan bangsa Indonesia.

BAB IV
DEMOKRASI INDONESIA
A. Demokrasi dan Implementasinya
Peranan Negara dan masyarakat tidak dapat dilepaskan dari telaah tentang demokrasi, ini
karena dua alasan:
1. Hampir semua Negara di dunia menjadikan demokrasi sebagai asasnya yang fundamental .
2. Demokrasi sebagai asas Negara secara esensial telah memberikan arah bagi peranan
masyarakat untuk menyelenggarakan Negara sebagai organisasi tertinggi tetapi ternyata
demokrasi itu berjalan dalam jalur yang berbeda-beda (Rais, 1955:1).
Dalam hubungannya dengan implementasi ke dalam system pemerintahan, demokrasi
juga melahirkan system yang bermacam-macam seperti, sistem presidensial, sistem
parlementer, sistem referendum (meletakkan pemerintah sebagai bagian/ badan pekerja dari
parlemen). Di beberapa Negara ada yang menggunakan sistem campuran antara presidensial
dengan parlementer.
B. Arti dan Perkembangan Demokrasi
Negara demokrasi adalah negara yang diselenggarakan berdasarkan kehendak dan
kemauan rakyat, atau jika ditinjau dari sudut organisasi, ia berarti suatu pengorganisasian
negara yang dilakukan oleh rakyat sendiri atau asas persetujuan rakyat karena kedaulatan
berada ditangan rakyat.
C. Bentuk-Bentuk Demokrasi
Formal demokrasi menunjuk pada demokrasi dalam arti system pemerintahan. Hal ini
dapat dilihat dalam berbagai pelaksanaan demokrasi di berbagai Negara. Dalam suatu Negara
misalnya dapat diterapkan demokrasi dengan menerapkan system presidensial atau sistem
parlementer.
Sistem Presidensial : sistem ini menekankan pentingnya pemilihan presiden secara
langsung, sehingga presiden terpilih mendapatkan mandat secara langsung dari rakyat. Dalam
sistem ini kekuasaan eksekutif (kekuasaan menjalankan permintaan) sepenuhnya berada di
tangan presiden.
Sistem Parlementer : Sistem ini menerpakan model hubungan yang menyatu antara
kekuasaan eksekutif dan legeslatif. Kepala eksekutif (head of government) adalah berada di
tangan seorang perdana menteri. Adapun kepala Negara (head of state) adalah berada pada
seorang ratu, misalnya di Negara Inggris atau ada pula yang berada pada seorang presiden
misalnya di India.
Prinsip demokrasi perwakilan liberal didasarkan pada suatu filsafat kenegaraan bahwa
manusia adalah sebagai makhluk individu yang bebas. Oleh karena itu dalam sistem
demokrasi ini kebebasan individu sebagai dasar fundamental dalam pelaksanaan demokrasi.
Kebebasan formal berdasarkan demokrasi liberal akan menghasilkan kesenjangan kelas
yang semakin lebar dalam masyarakat, dan akhirnya kapitalislah yang menguasai negara.
D. Demokrasi Indonesia
Masalah pokok yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah bagaimana meningkatkan
kehidupan ekonomi dan membangun kehidupan sosial dan politik yang demokratis dalam
masyarakat yang beraneka ragam pola adat budayanya.
Perkembangan demokrasi di Indonesia dibagi dalam empat periode :
1. Periode 1945-1959, masa demokrasi parlementer
2. Periode 1959-1965, masa demokrasi terpimpin
3. Periode 1966-1998, masa demokrasi Pancasila era Orde Baru
4. Periode 1999-sekarang, masa demokrasi Pancasila era Reformasi
Dalam bidang Politik & Konstitusional. Menurut UUD 1945, demokrasi berarti
menegakkan kembali asas-asas negara hukum dimana kepastian hukum dirasakan oleh
segenap warga negara. Hak-hak asasi manusia baik dalam aspek kolektif maupun dalam
aspek perorangan dijamin, dan penyalahgunaan kekuasaan dapat dihindarkan secara
intitusional.
Dalam bidang Ekonomi. Demikrasi berarti Kehidupan yang layak bagi semua warga
negara. Mencakup :
- Pengawasan oleh rakyat terhadap penggunaan kekayaan dan keuangan negara
- Koperasi
- Pengakuan atas hak milik perorangan dan kepastian hukum dalam penggunaannya
- Peranan pemerintahan yang bersifat pembinaan, penunjuk jalan serta pelindung.

Kekuasaan pemerintahan negara ditangan rakyat mengandung pengertian tiga hal :


1. Pemerintah dari rakyat (government of the people)
2. Pemerintahan oleh rakyat (government by people)
3. Pemerintahan untuk rakyat (government for people)
Secara umum dalam sistem pemerintahan yang demokratis senantiasa mengandung
unsur yang paling penting dan mendasar, yaitu:
- Keterlibatan warga negara dalam pembuatan keputusan politik.
- Tingkat persamaan tertentu diantara warga negara.
- Tingkat kebebasan atau kemerdekaan tertentu yang diakui dan dipakai oleh warganegara.
- Suatu sistem perwakilan
- Suatu sistem pemilihan kekuasaan mayoritas.

Konsep kekuasaan negara menurut demokrasi adalah :


1. Kekuasaan ditangan rakyat
(a) Pembukaan UUD alinea IV
Maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu UUD RI yang
berkedaulatan rakyat
(b) Pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 1945
Negara yang berkedaulatan rakyyat, berdasarkan atas kerakyatan dan permusyawaratan
perrwakilan (pokok pikiran III)
(c) UUD 1945 Pasal 1 ayat (1)
Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik
(d) UUD 1945 Pasal 1 ayat (2)
kedaulatan adalah di tangan rakyat dan dilakukan menurut undang-undang dasar
Jadi, kedaulatan tertinggi berada di tangan rakyat dan realisasinya diatur dalam UUD.
Sebelum dilakukan amandemen kekuasaan tertinggi dilakukan oleh MPR.

2. Pembagian kekuasaan
Pembagian kekuasaan menurut demokrasi :
1. Kekuasaan Eksekutif, didelegasikan kepada Presiden (pasal 4 ayat (1) UUD 1945)
2. Kekuasaan Legislatif, didelegasikan kepada Preisiden, DPR, dan DPD pasal 5 ayat (1), pasal
19 dan pasal 22 C UUD 1945.
3. Kekuasaan Yudikatif, didelegasikan kepada MA pasal 24 ayat (1) UUD 1945.
4. Kekuasaan Inspektif atau pengawasan didelegasikan kepada BPK dan DPR. Dalam UUD
1945 pasal 20 ayat (1) DPR juga memiliki fungsi pengawasan terhadap presiden selaku
penguasa eksekutif.
5. Dalam UUD 1945 hasil amandemen tidak ada kekuasaan Konsultatif, didelegasikan kepada
DPA, pasal 16 UUD 1945. Artinya DPA dihapuskan karena berdasarkan kenyataan
pelaksanaan kekuasaan Negara fungsinya tidak jelas.

3. Pembatasan Kekuasaan
Pembatasan kekuasaan menurt konsep UUD 1945, dapat dilihat melalui mekanisme 5
tahunan kekeuasaan:
(a) Pasal 1 ayat (2) kedaulatan ditangan rakyat
Pemilu untuk membentuk MPR dan DPR setiap 5 tahun sekali.
(b) MPR memilki kekuasaan melakukan perubahan UUD, melantik Presiden dan Wapres,serta
melakukan impeachment terhadap presiden jika melanggar konstitusi.
(c) Pasal 20 A ayat (1),DPR memiliki fungsi pengawasan. Yang berarti mengawasi
pemerintahan selama jangka waktu 5 tahun.
(d) Rakyat kembali mengadakan Pemilu setelah membentuk MPR dan DPR (rangkaian kegiatan
5 tahunan sebagai periodesasi kekuasaan.

Pengambilan keputusan menurut UUD 1945 dirinci sebagai berikut :


(1) Penjelasan UUD 1945 tentang Pokok Pikiran III, Oleh karena itu sistem Negara yang
terbentuk dalam UUD 1945, harus berdasar atas kedaulatan rakyat dan berdasarkan atas
permusyawaratan/perwakilan.
(2) Putusan MPR ditetapkan dengan suara terbanyak, misalnya pasal 7B ayat 7.

Konsep Pengawasan menurut UUD 1945 ditentukan sebagai berikut :


(1) Pasal 1 ayat (2), Kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilakukan menurut UUD.
(2) Pasal 2 ayat (1), MPR terdiri atas DPR dan anggota DPD
(3) DPR senantiasa mengawasi tindakan Presiden.

Konsep partisipasi menurut UUD 1945 adalah sebagai berikut :


(1) Pasal 27 ayat (1), Segala warganegara bersamaan kedudukannya didalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tiada kecualinya.
(2) Pasal 28, Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan
tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan UU.
(3) Pasal 30 ayat (1), Tiap-tiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pembelaan Negara.
Konsep partisipasi menyangkut seluruh aspek kehidupan kenegaraan dan kemasyarakatan
yang terbuka untuk seluruh warga Negara Indonesia.
Demokrasi Indonesia mengandung suatu pengertian bahwa rakyat adalah sebagai unsur
sentral, oleh karena itu pembinaan dan pengembangannya harus ditunjang oleh adanya
orinentasi baik pada nilai-nilai yang universal yakni rasionalisasi hukum dan perundang-
undangan juga harus ditunjang norma-norma kemasyarakatan yaitu tuntutan dan kehendak
yang berkembang dalam masyarakat.

BAB V
NEGARA DAN KONSTITUSI

A. Pengertian negara
Nicollo Machiavelli yang merumuskan Negara sebagai Negara kekuasaan. Teori
Negara menurut Machiavelli tersebut mendapat tantangan dan reaksi yang kuat dari filsuf lain
separti Thomas Hobbes (1588-1679), John Locke (1632-1704) dan Rousseau (1712-1778).
Mereka mengartikan Negara sebagai suatu badan atau organisasi hasil dari perjanjian
masyarakat secara bersama. Menurut mereka, manusia sejak dilahirkan telah membawa hak-
hak asasinya seperti hak untuk hidup, hak milik serta hak kemerdekaan.
Konsep pengertian Negara modern yang dikemukakan oleh para tokoh lain antara
lain :
1. Roger H. Soltau, mengemukakan bahwa Negara adalah sebagai alat agency atau wewenang /
authority yang mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan besama atas nama
masyarakat.
2. Menurut Harold J. Lasky bahwa Negara adalah merupakan suatu masyarakat yang
diintegrasikan karena mempunyai wewenang yang bersifat sah lebih agung dari pada individu
atau sekelompok.
3. Mc. Iver bahwa Negara adalah asosiasi yang menyelenggarakan penertiban suatu masyarakat
dalam suatu wilayah dengan berdasarkan system hukum yang diselenggarakan oleh suatu
pemerintah maksud tersebut diberi kekuasaan memaksa.
4. Miriam Budiardjo bahwa Negara adalah suatu daerah territorial yang rakyatnya diperintah
(governed) oleh sejumlah pejabat dan berhasil menuntut dr warga Negaranya ketaatan pada
perundang-undangannya melalui penguasaan (control) monopolitis dari kekuasaan yang sah.
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh berbagai filsuf serta para sarjana
tentang negara, maka dapat disimpulkan bahwa semua Negara memiliki unsur-unsur yang
mutlak harus ada. Unsur-unsur Negara meliputi :
1. Wilayah
2. Rakyat
3. Pemerintahan

Bangsa Indonesia tumbuh dan berkembang dilatar belakangi oleh adanya kesatuan nasib,
yaitubersama-sama dalam suatu penderitaan dibawah penjajahan bangsa asing serta berjuang
merebut kemerdekaan. Selain itu yang sangat khas bagi bangsa Indonesia adalah unsur-unsur
etnis yang membentuk bangsa itu sangat beraneka ragam, baik latar belakang budaya seperti
bahasa, adat kebiasaan serta nilai-nilai yang dimilikinya.
Prinsip-prinsip Negara Indonesia dapat dikaji melalui makna yang terkandung dalam
Pembukaan UUD 1945 Alinea I,II,III & IV.
B. Konstitusionalisme
Konstitusionalisme mengacu kepada pengertian sistem institusionalisasi secara efektif dan
teratur terhadap suatu pelaksanaan pemerintahan. Basis pokok konstitusionalisme adalah
kesepakatan umum atau persetujuan (consensus) diantara mayoritas rakyat mengenai
bangunan yang diidealkan berkaitan dengan negara.
Konsensus yang menjamin tegaknya konstitusionalisme pada umumnya dipahami
berdasarkan pada :
1. Kesepakatan tentang tujuan atau cita-cita bersama
2. Kesepakatan tentang the rule of law
3. Kesepakatan tentang bentuk institusi-institusi dan prosedur ketatanegaraan
Kesepakatan pertama, yaitu berkenaan dengan cita-cita bersama yang sangat
menentukan tegaknya konstitusionalisme dan konstitusi dalam suatu Negara.
Kesepakatan kedua , adalah kesepakatan bahwa basis pemerintahan didasarkan atas
aturan hukum dan konstitusi.
Kesepakatan ketiga, adalah berkenaan dengan (a) bangunan organ Negara dan
prosedur-prosedur yang mengatur kekuasaan, (b) hubungan-hubungan antar organ Negara itu
satu sama lain, serta (c) hubungan antar organ-organ Negara itu dengan warga Negara .
Keseluruhan kesepakatan itu pada intinya menyangkut prinsip pengaturan dan
pembatasan kekuasaan. Atas dasar pengertian tersebut maka sebenarnya prinsip
konstitusionalisme modern adalah menyangkut prinsip pembatasan kekuasaan atau yang
lazim disebut sebagai prinsip limited government. Konstitusionalisme mengatur dua
hubungan yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu: Pertama, hubungan antara
pemerintahan dengan warga Negara; dan Kedua, hubungan antara lembaga pemerintahan
yang satu dengan lainnya.

C. konstitusi Indonesia
Amandemen terhadap UUD 1945 dilakukan oleh bangsa Indonesia sejak tahun 1999,
dimana amandemen pertama dilakukan dengan memberikan tambahan dan perubahan
terhadap pasal 9 UUD 1945. Kemudian amandemen kedua dilakukan pada tahun 2000,
amandemen ketiga dilakukan pada tahun 2001 dan disahkan pada tanggal 10 Agustus 2002.
Penegertian hukum dasar meliputi dua macam yaitu, hukum dasar tertulis dan hukum
dasar tidak tertulis. Oleh karena itu sifatnya yang tertulis, maka Undang-Undang Dasar itu
rumusannya tertulis dan tidak mudah berubah. Undang-Undang Dasar menurut sifat dan
fungsinya adalah suatu naskah yang memaparkan kerangka dan tugas-tugas pokok dari
badan-badan pemerintahan suatu Negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja badan-
badan tersebut.
Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa Undang-Undang
Dasar 1945 bersifat singkat dan supel. UUD 1945 hanya memiliki 37 pasal, adapun pasal-
pasal lain hanya memuat aturan peralihan dan aturan tambahan.
Sifat-sifat UUD 1945 adalah sebagai berikut :
1. Rumusannya jelas
2. Bersifat singkat dan supel
3. Memuat norma-norma, aturan-aturan serta ketentuan-ketentuan yang dapat dan harus
dilaksanakan secara konstitusional
4. Peraturan hukum positif yang tinggi
Convensi adalah hukum dasar yang tidak tertulis, yaitu aturan-aturan dasar yang timbul
dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara meskipun sifatnya tidak tertulis.
Convensi ini mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
(1) Merupakan kebiasaan yang berulang kali dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan
Negara.
(2) Tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar dan berjalan sejajar.
(3) Diterima oleh semua rakyat.
(4) Bersifat sebagai pelengkap, sehingga memungkinkan sebagai aturan-aturan dasar yang tidak
terdapat dalam Undang-Undang Dasar.
Jadi convensi bilamana dikehendaki untuk menjadi suatu aturan dasar yang tertulis,
tidak secara otomatis setingkat dengan UUD, melainkan sebagai suatu ketetapan MPR.

Kata konstitusi dapat mempunyai arti lebih luas dari pada pengertian UUD, karena
pengertian UUD hanya meliputi konstitusi tertulis saja, dan selain itu masih terdapat
konstitusi tidak tertulis yang tidak tercakup dalam UUD.
Sistem pemerintahan negara Indonesia dibagi atas tujuh :
1. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (Rechtstaat)
2. Sistem konstitusional
3. Kekuasaan tertinggi ditangan rakyat
4. Presiden adalah penyelenggara pemerintahan negara yang tertinggi disamping MPR dan DPR
5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR
6. Menteri negara adalah pembantu presiden, menteri negara tidak bertanggung jawab kepada
DPR
7. Kekuasaan kepala negara tidak tak-terbatas
Menurut penjelasan UUD 1945, Negara Indonesia adalah Negara hukum, Negara
hukum yang berdasarkan Pancasila dan bukan berdasarkan atas kekuasaan. Sifat Negara
hukum hanya dapat ditunjukkan jikalau alat-alat perlengkapanya bertindak menurut dan
terikat kepada aturan-aturan yang ditentukan lebih dahulu oleh alat-alat perlengkapan yang
dikuasai untuk mengadakan aturan-aturan itu.
Ciri-ciri suatu Negara Hukum adalah :
a. Pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi yang mengandung persamaan dalam bidang
politik, hukum, sosial, ekonomi dan kebudayaan.
b. Peradilan yang bebas dari suatu pengaruh kekuasaan atau kekuatan lain dan tidak memihak.
c. Jaminan kepastian hukum, yaitu jaminan bahwa ketentuan hukumnya dapat dipahami dapat
dilaksanakan dan aman dalam melaksanakannya.

Dalam era reformasi dewasa ini bangsa Indonesia benar-benar ingin mengembalikan
peranan hukum, aparat penegak hukum beserta seluruh sistem peraturan perundang-undangan
akan dikembalikan pada dasar-dasar Negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan UUD
1945 hasil amandemen 2002 yang mengemban amanat demokrasi dan perlindungan hak-hak
asasi manusia.

BAB VI
RULE OF LAW DAN HAK ASASI MANUSIA
A. Pengertian Rule of Law dan Negara Hukum

Baik rechtsstaat maupun rule of Menurut Friedman, antara pengertian negara hukum
atau rechtstaat dan rule of the law sebenarnya saling mengisi. Oleh karena itu berdasarkan
bentuknya sebenarnya rule of the law adalah kekuasaan publik yang diatur secara legal.
Prinsip negara hukum hendaklah dibangun dan dikembangkan menurut prinsip-prinsip
demokrasi atau kedaulatan rakyat. Hukum tidak boleh dibuat, ditetapkan, ditafsirkan dan
ditegakkan dengan tangan besi berdasarkan kekuasaan belaka. Prinsip Negara hukum tidak
boleh ditegakkan dengan mengabaikan prinsip-prinsip demokrasi yang diatur dalam UUD.
Karena itu perlu ditegaskan pula bahwa kedaulatan berada ditangan rakyat yang dilakukan
menurut UUD atau constitutional democracy yang diimbangi dengan penegasan bahwa
Negara Indonesia adalah Negara hukum yang berkedaulatan rakyat atau demokratis.
Menurut Albert Venn Dicey, istilah the rule of law diartikan sederhana sebagai suatu
keteraturan hukum.
law, pada prinsipnya memiliki kesamaan yang fundamental serta saling mengisi. Dalam
prinsip Negara ini unsur penting pengakuan adanya pembatasan kekuasaan yang dilakukan
secara konstitusional. Oleh karena itu, terlepas dari adanya pemikiran dan praktek konsep
Negara hukum yang berbeda, konsep Negara hukum dan rule of law adalah suatu realitas dari
cita-cita sebuah Negara bangsa, termasuk Negara Indonesia.
B. Hak Asasi Manusia
Awal perkembangan hak asasi manusia dimulai tatkala ditandatangani Magna Charta
(1215), oleh raja John Lackland. Kemudian juga penandatanganan petition of right pada
tahun 1628 oleh raja Charles I. Dalam hubungan ini raja berhadapan dengan utusan rakyat.
Dalam hubungan inilah maka perkembangan hak asasi manusia itu sangat erat hubungannya
dengan perkembangan demokrasi. Puncak perkembangan perjuangan hak-hak asasi manusia
yaitu ketika human right untuk pertama kalinya dirumuskan secara resmi dalam
declaration of independence Amerika Serikat pada tahun 1776.
Doktrin tentang hak-hak asasi manusia sekarang ini sudah diterima secara universal
sebagai a moral, political, legal framework and as a guideline dalam membangun dunia
yang lebih damai dan bebas dari ketakutan dan penindasan serta penaklukan yang tidak adil.
C. Penjabaran Hak-Hak Asasi Manusia dalam UUD 1945
Dalam rentangan berdirinya bangsa dan Negara Indonesia, secara resmi deklarasi
pembukaan dan pasal-pasal UUD 1945 telah lebih dahulu merumuskan hak-hak asasi
manusia dari pada Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia PBB. Fakta sejarah
menunjukkan bahwa pembukaan UUD 1945 beserta pasal-pasalnya disahkan pada tanggal 18
Agustus 1945, sedangkan Deklarasi Hak-Hak Asasi Manusia PBB pada tahun 1948.
Dalam UUD 1945 hasil amandemen 2002, telah memberikan jaminan secara ekplisit
tentang hak-hak asasi manusia yang tertuang dalam BAB XA, pasal 28A sampai pasal 28J.
D. Hak dan Kewajiban warga Negara
Warganegara adalah rakyat yang menetap di suatu wilayah dan rakyat tertentu dalam
hubungannya dengan Negara. Dalam hubungan antara warganegara dan Negara, warganegara
mempunyai kewajiban-kewajiban terhadap Negara dan sebaliknya.
Asas-asas kewarganegaraan adalah :
1. Asas ius-sanguinis dan asas ius-soli
2. Bipatride dan apatride
Pasal-pasal UUD 1945 yang menetapkan hak dan kewajiban warganegara mencakup
pasal-pasal 27,28,29,30,33 dan 34.
Pembelaan Negara atau bela Negara adalah tekad, sikap dan tindakan warga negara
yang teratur, menyeluruh, terpadu dan berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan pada tanah air
serta kesadaran hidup berbangsa dan bernegara. Kesadaran perlu ditumbuhkan melalui proses
motivasi untuk mencintai tanah air dan untuk ikut serta dalam pembelaan Negara.
Ada beberapa dasar yang dapat digunkan sebagai motivasi setiap warga untuk ikut serta
membela Negara Indonesia :
1. Pengalaman sejarah perjuangan RI
2. Kedudukan wilayah geografis nusantara yang strategis
3. Keadaan penduduk (demografis) yang besar
4. Kekayaan sumber daya alam
5. Perkembangan dan kemajuan IPTEK di bidang persenjataan
6. Kemungkinan timbulnya bencana perang

BAB VII
GEOPOLITIK INDONESIA
A. Pengertian
Geopolitik di artikan sebagai sistem politik atau peraturan-peraturan dalam wujud
kebijaksanaan dan strategi nasional yang di dorong aspirasi nasional geografik suatu Negara,
yang apabila dilaksanakan dan berhasil akan berdampak langsung atau tidak langsung kepada
sistem politik suatu negara. Sebaliknya politik nrgara itu secara langsungGeopolitik bertumpu
pada geografi sosial, mengenai situasi, kondisi dan segala sesuatu yang di anggap relevan
dengan karakteristik geografi suatu Negara.
Manusia melaksanakan tugas dan kegiatan bergerak dalam dua bidang, yaitu universal
filosofis dan social politis. Bidang universal filosofis bersifat transenden dan idealistik,
misalnya dalam bentuk aspirasi bangsa, pedoman hidup dan pandangan hidup bangsa.
Sedangkan bidang social politis bersifat imanen dan realistic yang bersifat lebih nyata dan
dapat di rasakan, misalnya aturan hokum atau perundangan yang berlaku dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara sebagai produk politik.
Indonesia adalah Negara kepulauan dan masyarakat yang beraneka ragam, oleh karena itu
Indonesia memiliki kekuatan dan kelemahan . Kekuatannya yaitu terletak pada posisi dan
keadaan geografi yang strategis dan kaya sumber daya alam. Sedangkan kelemahannya
terletak pada wujud kepulauan dan keanekargaman masyarakat yang harus di satukan dalam
satu bangsa.
Salah satu pedoman bangsa Indonesia agar tidak terombang ambing dalam
memperjuangkan kepentingan nasional adalah wawasan nasional yang berpijak pada wujud
wilayah nusantara.
A. Pengertian Wawasan Nusantara
Istilah wawasan berasal dari katawawas yang berarti pandangan, tinjauan, atau
penglihatan inderawi. Akar kata ini membentuk kata mawas yang berarti memandang atau
melihat. Sedangkan wawasan berarti cara pandang, cara tinjau, atau cara melihat. Sedangkan
nusa berarti pulau, dan antara berarti diapit di antara dua hal.
Secara umum wawasan nasional berarti cara pandang suatu bangsa tentang diri dan
lingkungannya yang di jabarkan dari dasar falsafah dan sejarah bangsa itu sesuai dengan
posisi dan kondisi geografi negaranya untuk mencapai tujuan nasional. Sedangkan wawasan
nusantara mempunyai arti cara pandang bangsa Indonesia.

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Wawasan Nusantara


Lahirnya asas archipelago mengandung pengertian bahwa pulau-pulau tersebut selalu
dalam satu kesatuan yang utuh, sementara perairan atau lautan antara pulau-pulau berfungsi
sebagai unsur penghubung dan bukan unsur pemisah.
Bagian wilayah Indische Archipel yang dikuasai Belanda dinamakan Nederlandsch Oost
Indishe Archipelago. Itulah wilayah jajahan Belanda yang kemudian menjadi wilayah Negara
Republik Indonesia.
Sejak proklamasi kemerdekaan RI pada 17-8-1945, Indonesia menjadi nama resmi
Negara dan bangsa Indonesia sampai sekarang.
Dalam perkembangan hukum laut internasional dikenal beberapa konsepsi mengenai
pemilikan dan penggunaan wilayah laut sebagai berikut :
1) Res Nullius, menyatakan bahwa laut itu tidak ada yang memilikinya.
2) Res Cimmunis, menyatakan bahwa laut itu adalah milik masyarakat dunia itu tidak dapat
dimiliki oleh masing-masing Negara.
3) Mare Liberum, menyatakan bahwa wilayah laut adalah bebas untuk semua bangsa.
4) Mare Clausum (The Right and Dominion Of the Sea), menyatakan bahwa hanya laut
sepanjang pantai saja yang dapat dimiliki oleh suatu Negara sejauh yang dapat dikuasai dari
darat.
5) Archipelagic State Pinciples (asas Negara Kepulauan) yang menjadikan dasar dalam
Konvensi PBB tentang hukum laut.
Sesuai dengan Hukum Laut Internasional, secara garis besar Indonesia sebagai Negara
kepulauan memiliki laut territorial, Perairan Pedalaman, Zone Ekonomi Ekslusif, dan Landas
Kontinen. Masing-masing dapat di jelaskan sebagai berikut:
1) Negara kepulauan adalah suatu negara yang seluruhnya terdiri dari satu atau lebih kepulauan
dan dapat mencakup pulau-pulau lain.
2) Laut Teritorial adalah satu wilayah laut yang lebarnya tidak melebihi 12 mil laut di ukur dari
garis pangkal.
3) Perairan Pedalaman adalah wilayah sebelah dalam daratan atau sebelah dalam garis pangkal.
4) Zone Ekonomi Ekslusif tidak boleh melebihi 200 mil laut dari garis pangkal.
5) Landas Kontinen suatu Negara berpantai meliputi dasar laut dan tanah di bawahnya yang
terletak di luar laut teritorialnya sepanjang merupakan kelanjutan alamiah wilayah
daratannya.
Kepulauan Indonesia terletak pada batas-batas astronomi sebagai berikut:
Utara : 60 08 LU
Selatan : 110 15 LS
Barat : 940 45 BT
Timur : 1410 05 BT
Luas wilayah Indonesia seluruhnya adalah 5.193.250 km2, yang terdiri dari daratan seluas
2.027.087 km2 dan perairan 3.166.163 km2.

1. Geopolitik dan Geostrategi


Ilmu bumi politik (Political Geography) mempelajari fenomena geografi dari aspek
politik, sedangkan geopolitik mempelajari fenomena politik dari aspek geografi.
1. Pandangan Ratzel dan Kjellen
Federich Ratzel pada akhir abad ke 19 mengembangkan kajian geografi politik dengan
dasar pandangan bahwa Negara adalah mirip organisme (makhluk hidup). Jika bangsa dan
Negara ingin tetap eksis dan berkembang, maka harus diberlakukan hokum ekspansi
(pemekaran wilayah).
Rudolf kjellen berpendapat bahwa Negara adalah organism yang harus memiliki
intelektual. Kjellen juga mengajukan paham ekspansionisme dalam rangka untuk
mempertahankan Negara dan mengembangkannya.
Pandangan Ratzel dan Kjellen hamper sama, mereka memandang pertumbuhan negara
mirip dengan pertumbuhan organism.
2. Pandangan Haushofer
Pemikiran Haushofer di samping berisi paham ekspansionisme juga mengandung aliran
rasialisme, yang menyatakan bahwa ras Jerman adalah ras paling unggul yang harus dapat
mengusai dunia.
Pokok-pokok pemikiran Haushofer adalah sebagai berikut:
a) Suatu bangsa dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya tidak terlepas dari hukum
alam.
b) Kekuasaan imperium daratan yang kompak akan dapat mengejar kekuasaan Imperium
maritim untuk mengusai pengawasan di lautan.
c) Beberapa Negara besar di dunia akan timbul dan akan mengusai Eropa.
d) Geopolitik dirumuskan sebagai perbatasan.

3. Geopolitik Bangsa Indonesia


Pandangan geopolitik bangsa Indonesia yang di dasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan
Kemanusiaan yang luhur dengan jelas dan tegas tertuang di dalam Pembukaan UUD 1945.
Bangsa Indonesia juga menolak paham realisme, karena semua manusia mempunyai
martabat yang sama, dan semua bangsa memiliki hak dan kewajiban yang sama berdasarkan
nilai-nilai Ketuhanan dan Kemanusiaan yang universal.
4. Geostrategi
Strategi adalah politik dalam pelaksanaan, yaitu upaya bagaimana mencapai tujuan atau
sasaran yang ditetapkan sesuai dengan keinginan politik.
Posisi silang Indonesia dapat dirinci sebagai berikut:
1) Geografi : Wilayah Indonesia terletak di antara dua benua, Asia dan Australia, serta di antara
dua samudera Pasifik dan samudera Hindia.
2) Demografi : penduduk Indnonesia terletak di antara penduduk jarang di Selatan (Australia)
dan penduduk padat di utara (RRC dan Jepang)
3) Ideologi : ideologi Indonesia (pancasila) terletak di antara liberalisme di selatan (Australia
dan Selandia Baru) dan komunisme di utara .
4) Politik : Demokrasi Pancasila terletak di antara demokrasi liberal di selatan dan demokrasi
rakyat (diktatur proletar) di utara.
5) Ekonomi : Ekonomi Indonesia terletak di antara ekonomi kapitalis dan selatan Sosialis di
utara.
6) Sosial : Masyarakat Indonesia terletak di antara masyarakat individualisme di selatan dan
masyarakat sosialisme di utara.
7) Budaya : Budaya Indonesia terletak di antara budaya Barat di selatan dan budaya timur di
utara.
8) Hankam : Geopolitik dan geostrategi Hankam (pertahanan dan keamanan) Indonesia terletak
di antara wawasan kekuatan maritime di selatan dan wawasan kekuatan kontinental di utara.

3. Perkembangan Wilayah Indonesia dan Dasar Hukumnya


Wilayah Negara Republik Indonesia ketika merdeka meliputi wilayah bekas Hindia
Belanda berdasarkan ketentuan dalam tahun 1939 tentang batas wilayah laut territorial
Indonesia.
Pada tanggal 13 Desember 1957 dikeluarkan deklarasi Juanda yang dinyatakan sebagai
pengganti Ordonansi tahun 1939 dengan tujuan sebagai berikut:
1) Perwujudan bentuk wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang utuh dan bulat.
2) Penentuan batas-batas wilayah Negara Indonesia di sesuaikan dengan asas Negara
kepulauan.
3) Pengaturan lalu lintas damai pelayaran yang lebih menjamin keselamatan dan keamanan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Deklarasi Juanda kemudian dikukuhkan dengan Undang-Undang No.4/Prp/1960 tanggal
18 Februari 1960.
Untuk mengatur lalu lintas perairan maka dikeluarkan peraturan pemerintah No. 8 tahun
1962 tentang lalu lintas damaidi perairan pedalaman Indonesia yang meliputi:
a) Semua pelayaran dari laut bebas ke suatu pelabuhan Indonesia.
b) Semua pelayaran dari pelabuhan Indonesia ke laut bebas.
c) Semua pelayaran dari dank e laut bebas dengan melintasi perairan Indonesia.

Asas-asas pokok yang termuat di dalam deklarasi tentang landasan kontinen adalah
sebagai berikut:
1) Segala sumber kekayaan alam yang terdapat dalam landasan kontinen Indonesia adalah milik
ekslusif Negara RI.
2) Pemerintah Indonesia bersedia menyelesaikan soal garis batas landasan kontinen dengan
Negara tetangga melalui perundingan.
3) Jika tidak ada garis batas, maka landas kontinen suatu garis yang di tarik di tengah-tengah
antara pulau terluar Indonesia dengan wilayah terluar Negara tetangga.
4) Claim tersebut tidak mempengaruhi sifat serta status dari perairan diatas landas kontinen
Indonesia maupun udara diatasnya.
Alasan-alasan yang mendorong pemerintah mengumumkan ZEE adalah:
1) Persediaan ikan yang semakin terbatas.
2) Kebutuhan untuk pembangunan nasional Indonesia.
3) ZEE mempunyai kekuatan hukum internasional.

C. Unsur-unsur Dasar Wawasan Nusantara


Wawasan nusantara sebagai wadah meliputi tiga kompunen:
a) Wujud Wilayah
Batas ruang lingkup wilayah Nusantara di tentukan oleh lautan yang di dalamnya terdapat
gugusan ribuan pulau yang saling di hubungkan oleh dalamnya perairan.
Perwujudan wilayah Nusantara ini menyatu dalam kesatuan politik, ekonomi, social
budaya dan pertahanan keamanan.
b) Tata Inti Organisasi
Bagi Indonesia, tata inti organnisasi Negara didasarkan pada UUD 1945 yang
menyangkut bentuk dan kedaulatan Negara, kekuasaan pemerintahan, sistem pemerintahan
dan sistem perwakilan. Negara Indonesia adalah Negara kesatuan yang berbentuk Republik.
Kedaulatan berada di tangan rakyat yang dilaksanakan menurut undang-undang.
c) Tata Kelengkapan Organisasi
Wujud tata kelengkapan organisasi adalah kesadaran politik dan kesadaran bernegara
yang harus dimilki oleh seluruh rakyat yang mencakup partai politik, golongan dan organisasi
masyarakat kalangan pers serta seluruh apatur Negara.

1) Satu kesatuan wilayah Nusantara yang mencakup daratan, perairan dan dirgantara secara
terpadu.
2) Satu kesatuan politik, dalam arti satu UUD dan politik pelaksanaannya serta satu ideology
dan identitas nasional.
3) Satu kesatuan social budaya, dalam arti satu perwujudan masyarakat Indonesia atas dasar
Bhinneka Tunggal Ika, satu tertib social dan satu tertib hukum.

1. Tata Laku Wawasan Nusantara Mencakup Dua Segi, Batiniah dan Lahiriah
a. Tata laku batiniah berlandaskan falsafah bangsa yang membentuk sikap mental bangsa yang
memilki kekuatan batin.
b. Tata laku lahiriah merupakan kekuatan yang utuh, dalam arti kemanunggalan kata dan karya,
keterpaduan pembicaraan dan perbuatan.

D. Implementasi Nusantara sebagai Pancaran Falsafah Pancasila.


Falsafah Pancasila diyakini sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia yang sesuai
dengan aspirasinya.
Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

White | Choco
Memuat berbagai macam tulisan-tulisan sesuai dengan keinginan penulis..

Selasa, 14 Januari 2014


RESUME BUKU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KARYA KAELAN

BAB I

PENDAHULUAN

Pengertian dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan


Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraan dilakukan dan dikembangkan di seluruh dunia,
meskipun dengan berbagai macam istilah. Mata kuliah tersebut sering disebut
sebagai civil education, citizenship education, dan bahkan ada yang menyebut
sebagai democracy education. Mata kuliah ini memiliki peran yang strategis
dalam mempersiapkan warga negara yang cerdas, bertanggung jawab, dan
berkeadaban.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003, Tentang
Sistem Pendidikan Nasional, serta surat keputusan Direktur Jendral Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Nomor 43/DIKTI/Kep/2006, tentang
Rambu-Rambu Pelaksanaan Kelompok mata kuliah Perkembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi terdiri atas mata kuliah Pendidikan Agama, Pendidikan
Kewarganegaraan dan Bahasa Indonesia. Berdasarkan ketentuan tersebut maka
kelompok mata kuliah perkembangan kepribadiantersebut wajib diberikan di
semua fakultas dan jurusan di seluruh perguruan tinggi di Indonesia.
Dengan adanya penempurnaan kurikulum mata kuliah pengembangan
kepribadian tersebut maka pendidikan kewarganegaraan memiliki paradigma
baru, yaitu Pendidikan Kewarganegaraan berbasis Pancasila. Kiranya akan
menjadi sangat relevan jikalau Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi
dewasa ini sebagai sintesis antara civic education, democracy educatio, serta
citizenship educatwwwion yang berlandaskan Filsafat Pancasila, serta
mengandung muatan identitas nasional Indonesia, serta muatan makna
pendidikan pendahuuan bela negara (Mansoer, 2005). Hal ini berdasarkan
kenyataan diseluruh negara di dunia, bahwa kesadaran demokrasi serta
implementasinya harus senantiasa dikembangkan dengan basis filsafat bangsa
identitas nasional, kentataan dan pengalaman sejarah bangsa tersebut serta
dasar-dasar kemanusiaan dan keadaban. Oleh karena itu dengan pendidikan
kewarganegaraan diharapkan intelektual Indonesia memiliki dasar kepribadian
sebagai warga negara yang demikratis, religius, berprikemanusiaan dan
berkeadaban.
Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Berdasarkan keputusan DIRJEN DIKTI No 43/DIKTI/Kep/2006, tujuan pendidikan
Kewarganegaraan adalah dirumuskan dalam visi, misi dan kompetensi sebagai
berikut.
Visi Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah merupakan sumber
nilai dan pedoman dalam pengembangan dan penyelenggaraan program studi,
guna mengantarkan mahasiswa memantapkan kepribadian sebagai manusia
seutuhnya. Hal ini berdasarkan suatu realitas yang dihadapi, bahwa mahasiswa
adalah sebagai generasi bangsa yang harus memiliki visi intelektual, religius,
berkeadaban, berkemanusiaan dan cinta tanah air dan bangsanya.
Misi Pendidika Kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah untuk membantu
mahasiswa menetapka kepribadiannya, agar secara konsisten mampu
mewujudkan nilai-nilai dasar Pancasila rasa kebangsaan dan cinta tanah air
dalam menguasai, menerapkan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan,
teknilogi dan seni dengan rasa tanggung jawab dan bermoral.
Oleh karena itu kompetensi yang diharapkan mahasiswa adalah untuk menjadi
ilmuwan yang profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air,
demokratis, berkeadaban. Selain itu kompetensi yang diharapkan agar
mahasiswa menjadi warganegara yang memiliki daya saing, berdisiplin,
berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan ang damai berdasarkan sistem
nilai Pancasila.
Berdasarkan pengertian tersebur maka kompetensi mahasiswa dalam pedidikan
tinggi tidak dapat dipisahkan dengan filsafat bangsa.

Landasan Ilmiah dan Landasan Hukum


Landasan Ilmiah
Dasar Pemikiran Pendidikan Kewarganegaraan
Setiap warga negara ditintut untuk dapat hidup berguna dan bermakna bagi
negara dan bangsanya, serta mampu mengantisipasi perkembangan dan
perubahan masa depannya. Untuk itu diperlukan penguasaan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni (Ipteks) yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan, nilai-nilai
moral, nilai-nilai kemanusiaan dan nilai-nilai budaya bangsa. Nilai-nilai dasar
tersebut berperan sebagai panduan dan pegangan hidup setiap warganegara
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Bahasan Pendidikan
Kewarganegaraan meliputi hubungan antara warganegara dan negara, serta
pedidikan pendahuluan bela negara yang semua ini berpijak pada nilai-nilai
budaa serta dasar filosofi bangsa. Tujuan utama Pendidikan Kewarganegaraan
adalah untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara,serta
membentuk nilai dan prilaku cinta tanah air yang bersendikan kebudayaan dan
filsafat bangsa Pancasila.
Sebagai suatu perbandingan, diberbagai negara juga dikembangkan materi
Pendidikan Umum (General Education/humanities) sebagai pembekalan nilai-
nilai ang mendasari sikap dan prilaku warganegaranya.
Amerika Serikat : History, Humanity, dan Philosophy.
Jepang : Japanese History, Ethics, dan Philosophy.
Filipina : Philipino, Family Planning, Taxation and Land Reform, The Philiphine
New Constitution, dan Study of Human Rights.
Dibeberapa negara dikembangkan pula bidang studi yang sejenis dengan
Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu yang dikenal dengan Civics Education.
Objek Pembahasan Pendidika Kewarganegaraan
Setiap ilmu harus memenuhi syarat-syarat ilmiah, yaitu mempunyai objek,
metode, sistem dan bersifat universal. Objek pembahasan setiap ilmu harus
jelas, baik objek material, maupun objek formalnya. Objek material adalah
bidang sasaran yang dibahas dan dikaji oleh suatu bidang atau cabang ilmu.
Sedangkan objek formal adalah sudut pandang tertentu yang dipilih untuk
membahas objek material tersebut. Adapun bjek material dari Pendidikan
Kewarganegaraan adalah segala hal yang berkaitan dengan warganegara baik
yang empirik maupun ang nonempirik, yang meliputi wawasan, sikap dan
perilaku warganegara dalam kesatuan bangsa dan negara. Sebagai objek
formalnya mencakup dua segi, yaitu segi hubugan antar warganegara dan
negara (termasuk hubungan antar warganegara) dan segi pembelaan negara.
Dalam hal ini pembahasan Pendidikan Kewarganegaraan terarah pada warga
negara Indonesia dalam hubungannya dengan negara Indonesia dan pada upaya
pembelaan negara Indonesia.
Objek embahasan Pendidikan Kewarganegaraan menurut putusan Dirjen
Pendidikan Tinggi No. 43/DIKTI/KEP/2006, dijabarkan lebih rinci yang meliputi
pokok-pokok bahasan sebagai berikut:
Substansi Kajian Pendidikan Kewarganegaraan mencakup:
Filsafat Pancasila
Identitas Nasional
Negara dan Konstitusi
Demokrasi Indonesia
Rule of Law dan Hak Asasi Manusia
Hak dan Kewajiban Warganegara serta Negara
Geopolitik Indonesia
Geostrategi Indonesia
Landasan Hukum
UUD 1945
Pembukaan UUD 1945, khusus pada alenia kedua dan keempat, yang memuat
cita-cita tujuan dan aspirasi bangsa Indonesia tentang kemerdekaannya.
Pasal 27 (1) menyatakan bahwa Segala warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan serta wajib menjunjung
hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
Pasal 30 (1) menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut
serta dalam usaha pembelaan negara.
Pasal 31 (1) menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan
pengajaran.
Ketetapan MPR No. II/MPR/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara.
Undang-Undang No. 20 Tahun 1982 tentang Ketentuanketentuan Pokok
Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia (Jo. UU No. 1 Tahu 1988)
Dalam pasal 18 (a) disebutkan bahwa hak kewajiban warga negara yang
diwujudkan dengan keikutsertaan dalam upaya bela negara diselenggarakan
melalui pendidikan Pendahuluan Bela Negara sebagai bagian tak terpisahkan
dalam sistem Pendidikan Nasional.
Dalam pasal 19 (2) disebutkan bahwa Pendidikan Pendahuluan Bela Negara
wajib diikuti oleh setiap warga negara dan dilaksanakan secara bertahap. Tahap
awal pada tingkat pendidikan dasar sampai pendidikan menengah ada dalam
gerakan Pramuka. Tahap lanjutan pada tingkat pendidikan tinggi ada dalam
bentuk Pendidikan Kewiraan.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan


berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000 tentang
Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar
Mahasiswa dan Nomor 45/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi telah
ditetapkan bahwa Pendidikan Agama, Pendidikan Bahasa dan Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan kelompok Matakuliah Pengembangan Kepribadian,
yang wajib diberikan dalam kurikulum setiap program studi/kelompok program
studi.

Adapun pelaksanaannya berdasarkan surat Keputusan Direktur Jendral


Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Nomor 43/DIKTI/Kep/2006,
yang memuat rambu-rambu pelaksanaan kelompok Matakuliah Pengembangan
Kepribadian di Perguruan Tinggi.

BAB II
FILSAFAT PANCASILA

A. Pengertian Filsafat
Filsafat adalah suatu bidang ilmu yang senantiasa ada dan
menyertai kehidupan manusia. Secara etimologis istilah filsafat berasal dari
bahasa Yunani philein yang artinya cinta dan sophos yang artinya hikmah
atau kebijaksanaan atau wisdom. Jadi secara harfiah istilah filsafat adalah
mengandung makna cinta kebijaksanaan. Jadi manusia dalam kehidupan pasti
memilih apa pandangan dalam hidup yang dianggap paling benar, paling baik
dan membawa kesejahteraan dalam kehidupannya, dan pilihan manusia sebagai
suatu pandangan dalam hidupnya itulah yang disebut filsafat.
Keseluruhan arti filsafat yang meliputi berbagai masalah tersebut dapat
dikelompokkan menjadi dua macam sebagai berikut:
Pertama : filsafat sebagai produk
Kedua : filsafat sebagai suatu proses

B. Pengertian Pancasila sebagai Suatu Sistem


Sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling
berhubungan, saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan secara
keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh. Dasar filsafat negara
pancaasila adalah merupakan satu kesatuan yang bersifat majemuk tunggal.
Pancasila sebagai suatu system filsafat akan memberikan ciri-ciri yang khas,
yang khusus yang tidak terdapat pada system filsafat lainnya.

C. Kesatuan Sila-Sila Pancasila


Kalau dilihat dari intinya, urut-urutan lima sila menunjukkan suatu
rangkaian tingkat dalam luasnya dan isi-sifatnya, merupakan pengkhususan dari
sila-sila dimukanya.
Sila-sila Pancasila sebagai kesatuan dapat dirumuskan pula dalam
hubungannya saling mengisi atau mengkualifikasi dalam rangka hubungan
hierarkhis piramidal. Tiap-tiap sila mengandung empat sila lainnya, dikualifikasi
oleh empat sila lainnya.

D. Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sisitem Filsafat


1. dasar ontologis sila-sila Pancasila
Dasar ontologis pancasila pada hakikatnya adalah manusia, yang memiliki
hakikat mutlak monopluralis, oleh karena itu hakikat dasar ini juga disebut
sebagai dasar antropologis.
2. Dasar Epistemologis sila-sila pancasila
Pancasila sebagai suatu system filsafat pada hakikatnya juga merupakan suatu
system pengetahuan. Dalam kehidupan sehariPancasila merupakan pedoman
atau dasar bagi bangsa Indonesia dalam memandang realitas alam semesta,
manusia, masyarakat, bangsa dan Negara tentang makna hidup serta sebagai
dasar bagi mansa dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam hidup dan
kehidupan

Secara filosofis pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat


memiliki, dasar ontologis, dasar epistimologis dan dasar aksiologis sendiri yang
berbeda dengan sistem filsafat yang lainnya.

E. Pancasila Sebagai Nilai Dasar Fundamental bagi Bangsa dan Negara


Republik Indonesia
Pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara Republik Indonesia,
mengandung makna bahwa dalam setiap aspek kehidupan kebangsaan,
kemasyarakatan serta kenegaraan harus berdasarkan nilai-nilai Ketuhanan,
Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan.
Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia pada
hakikatnya merupakan suatu sumber dari hukum dasar dalam negara Indonesia.
Sebagai suatu sumber dari hukum dasar, secara objektif merupakan suatu
pandangan hidup, kesadaran, cita-cita hukum, serta cita-cita moral yang luhur
yang meliputi suasana kejiwaan, serta watak bangsa Indonesia, yang pada
tanggal 18 Agustus 1945 telah dipadatkan dan diabstraksikan oleh para pendiri
negara menjadi lima sila dan ditetapkan secara yuridis formal menjadi dasar
filsafat negara Republik Indonesia.

F. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia


Unsur-unsur yang merupakan materi (bahan) Pancasila tidak lain
diangkat dari pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri, sehingga bangsa
ini merupakann kausa materialis (asal bahan) Pancasila. Unsur-unsur Pancasila
tersebutkemudian diangkat dan dirumuskan oleh para pendiri negara, sehingga
Pancasila berkedudukan sebagai dasar negara dan ideologi bangsa dan negara
Indonesia.

G. Makna Nilai-nilai Setiap Sila Pancasila


Realisasi setiap sila atau derivasi setiap sila senantiasa, dalam
hubungan yang sistemik dengan sila-sila lainnya. Hal ini berdasarkan pada
pengertian bahwa makna sila-sila Pancasila senantiasa dalam hubungannya
sebagai sistem filsafat. Sebagai suatu dasar filsafat Negara maka sila sila
pancasila merupakan suatu system nilai oleh karena itu sila sila pancasila itu
pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan. Meskipun dalam setiap sila
terkandung nilai-nilai yang memilki perbedaan antara satu dengan lainya namun
kesemuanya itu tidak lain merupakan suatu kesatuan yang sistematis

H. Pancasila sebagai Dasar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara


Untuk mencapai tujuan dalam kehidupan kebangsaan dan
kenegaraan terutama dalam melaksanakan pembangunan dan pembaharuan
maka harus mendasarkan pada suatu kerangka pikir, sumber nilai serta arahan
yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila.
Filsafat Pancasila sebagai dasar kehidupan kebangsaan dan
kenegaraan adalah merupakan Identitas Nasional Indonesia. Hal ini didasarkan
pada suatu realitas bahwa kausa materialis atau asal nilai-nilai Pancasila adalah
bangsa Indonesia sendiri.
Konsekuensinya selama bangsa Indonesia memiliki kehendak bersama
untuk membangun bangsa diatas dasar filosofis nilai-nilai pancasila ,seharusnya
segala kebijakan dalam Negara terutama dalam melakukan suatu pembaharuan-
pembaharuan dalam Negara dalam proses reformasi

BAB III
IDENTITAS NASIONAL
A. Pengertian Identitas Nasional
Agar bangsa Indonesia tetap eksis dalam menghadapi globalisasi maka
harus tetap meletakkan jatidiri dan identitas nasional yang merupakan
kepribadian bangsa Indonesia sebagai dasar pengembangan kreatifitas budaya
globalisasi. Istilah identitas nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang
dimiliki oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut
dengan bangsa lain.
Dalam hubungannya dengan identitas nasional secara dinamis, dewasa ini
bangsa Indonesia harus memiliki visi yang jelas dalam melakukan reformasi,
melalui dasar filosofi bangsa dan negara yaitu bhineka tunggal ika, yang
terkandung dalam filosofi Pancasila. Masyarakat harus semakin terbuka, dan
dinamis namun harus berkeadaban serta kesadaran akan tujuan hidup bersama
dalam berbangsa dan bernegara. Dengan kesadaran akan kebersamaan dan
persatuan tersebut maka insyaAllah bangsa Indonesia akan mampu mengukir
identitas nasionalnya secara dinamis di dunia internasional.
Istilah identitas nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki
oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan
bangsa lain. Berdasarkan pengertian yang demikian ini maka setiap bangsa di
dunia ini akan memiliki identitas sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat,
ciri, serta karakter dari bangsa tersebut. Hal ini juga sangat ditentukan oleh
proses bagaimana bangsa tersebut terbentuk secara historis.
Pengertian kepribadian, manusia sabagai individusulit dipahami manakala ia
terlepas dari manusia lainnya. Oleh karena itu manusia dalam melakukan
interaksi dengan individu lainnya senantiasa memiliki suatu sifat kebiasaan,
tingkah laku serta karakter yang khas yang membedakan manusia tersebut
dengan manusia lainnya. Demikian pada umumnya pengertian atau istilah
kepribadian adalah tercermin pada keseluruhan tingkah laku seseorang dalam
hubungan dengan manusia lain.
Bangsa pada hakikatnya adalah sekelompok besar manusia yang mempunyai
kesamaan nasib dalam proses sejarahnya, sehingga mempunyai persamaan
watak atau karakter yang kuat unttuk bersatu dan hidup bersama serta
mendiami suatu wilayah tertentu sebagai suatu kesatuan nasional.
Berdasarkan uraian diatas maka pengertian kepribadian sebagai suatu identitas
nasional suatu bangsa, adalah keseluruhan atau totalitas dari kepribadian
individu-individu sebagai unsur yang membentuk bangsa tersebut. Oleh karena
itu pengertian identitas nasional suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dengan
pengertian Peoples Character, Nasional Character atau Nasional Identity.
Dalam hubungannya dengan identitas nasional Indonesia, kepribadian bangsa
Indonesia kiranya sangat sulit jikalau hanya dideskripsikan berdasarkan ciri khas
fisik. Bangsa Indonesia itu terdiri atas berbagai macam unsur etnis, ras, suku,
kebudayaan, agama, serta karakter yang sejak asalnya memang memiliki suatu
perbedaan. Oleh karena itu kepribadian bangsa Indonesia sebagai suatu idenitas
nasional secara historis berkembang dan menemukan jati dirinya setelah
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
B. Faktor-faktor Pendukung Kelahiran Identitas Nasional
Faktor yang mendukung kelahiran identitas bangsa Indonesia meliputi :
1. Faktor Objektif, yang meliputi faktor geografis, ekologis dan demografis
2. Faktor Subjektif, yaitu faktor historis, sosial, politik dan kebudayaan.
C. Pancasila sebagai Kepribadian dan Identitas Nasional
Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan negara Indonesia pada
hakikatnya bersumber kepada nilai-nilai budaya dan keagamaan yang dimiliki
oleh bangsa Indonesia sebagai kepribadian bangsa. Jadi filsafat pancasila bukan
muncul secara tiba-tiba dan dipaksakan oleh suatu rezim atau penguasa
melainkan melalui suatu fase historis yang cukup panjang. Proses perumusan
materi Pancasila secara formal tersebut dilakukan dalam sidang-sidang BPUPKI
pertama, sidang panitia 9, sidang BPUPKI kedua, serta akhirnya disyahkan
secara formal yuridis sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia.
Sejarah Budaya Bangsa sebagai Akar Identitas Nasional
Nilai-nilai esensial yang terkandung dalam pancasila dalam kenyataannya
secara objektif telah dimiliki oleh bangsa Inodnesia sejak zaman dahulu kala
sebelum mendirirkan negara. Proses terbentuknya bangsa dan negara Indonesia
melalui proses sejarah yang cukup panjang yaitu sejak zaman kerajaan-kerajaan
pada abad ke-IV, ke-V kemudian dasar-dasar kebangsaan Indonesia telah mulai
nampak pada abad ke-VII, yaitu ketika timbulnya kerajaan Sriwijaya dibawah
wangsa Syailendra di Palembang, kemudian kerjaan Airlangga dan Majapahit di
Jawa Timur serta kerajaan-kerajaan lainnya.
Dasar-dasar pembentuka nasionalisme modern dirintis oleh para pejuang
kemerdekaan bangsa, antara lain rintisan yang dilakukan oleh para tokoh
pejuang kebangkitan nasional pada tahun 1908, kemudian dicetuskan pada
Sumpah Pemuda pada tahun 1928. Akhirnya titik kulminasi sejarah perjuangan
bangsa Indonesia untuk menemukan identitas nasionalnya sendiri, membentuk
suatu bangsa dan negara Indonesia tercapai pada tanggal 17 Agustus 1945 yang
kemudian diproklamasikan sebagai suatu kemerdekaan bangsa Indonesia.

BAB IV
DEMOKRASI INDONESIA

A. Demokrasi dan Implementasi


Pembahasan tentang peranan negara dan masyarakat tidak dapat
dilepaskan dari telaah tentang demokrasi dan hal ini karena dua alasa. Pertama,
hampir semua negara di dunia ini telah menjadikan demokrasi sebagai asasnya
yang fundamental sebagaimana telah ditunjukkan oleh hasil studi UNESCO pada
awal 1950-an yang mengumpulkan lebih dari 100 Sarjana Barat dan Timur,
sementara di negara-negara demokrasi itu pemberian peranan kepada negara
dan masyarakat hidup dalam porsi yang berbeda-beda (kendati sama-sama
negara demokrasi). Kedua, demokrasi sebagai asa kenegaraan secara esensial
telah memberikan arah bagi peranan masyarakat untuk menyelenggarakan
negara sebagai organisasi tertingginya tetapi ternyata demokrasi itu berjalan
dalam jalur yang berbeda-beda (Rais. 1995 : 1)
Dalam hubungannya dengan implementasi ke dalam sistem
pemerintahan, demokrasi juga melahirkan sistem yang bermacam-macam
seperti : pertama, sistem presidensial yang menyejajarkan antara parlemen dan
presiden dengan memberi dua kedudukan kepada presiden yakni sebagai kepala
negara dan kepala pemerintahan. Kedua, sistem parlementer yang meletakkan
pemerintahan dipimpin oleh perdana menteri yang hanya berkedudukan sebagai
kepala pemerintahan dan bukan kepala negara , sebab kepala negaranya bisa
diduduki oleh raja atau presisden yang hanya menjadi simbol kedaulatan dan
persatuan ; ketiga, sistem referendum yang meletakkan pemerintahan sebagai
bagian (badan pekerja) dari parlemen. Di beberapa negara ada yang
menggunakan sistem campuran antara presidensial dengan parlementer, yang
antara lain dapat dilihat dari sistem ketatanegaraan di Perancis atau di Indonesia
berdasar UUD 1945.
Dengan alasan tersebut, menjadi jelas bahwa asas demokrasi yang
hampir sepenuhnya disepakati sebagai model terbaik bagi dasar
penyelenggaraan negara ternyata memberikan implikasi yang berbeda diantara
pemakai-pemakainya bagi peranan negara.

B. Arti dan Perkembangan Demokrasi


Secara etimologis Istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani, "demos"
berarti rakyat dan "kratos/kratein" berarti kekuasaan. Konsep dasar demokrasi
berarti "rakyat berkuasa" (government of rule by the people). Ada pula definisi
singkat untuk istilah demokrasi yang diartikan sebagai pemerintahan atau
kekuasaan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Namun demikian penerapan
demokrasi diberbagai negara di dunia, memiliki ciri khas dan spesifikasi masing-
masing, yang lazimnya sangat dipengaruh oleh ciri khas masyarakat sebagai
rakyat dalam suatu Negara
Demokrasi mempunyai arti yang penting bagi masyarakat yang
menggunakannya, sebab dengan demokrasi hak masyarakat untuk menentukan
sendiri jalannya organisasi dijamin. Oleh sebab itu, hampir semua pengertian
yang diberikan untuk istilah demokrasi ini selalu memberikan posisi penting bagi
rakyat kendati secara operasional implikasinya di berbagai negara tidak selalu
sama. Sekedar untuk menunjukkan betapa rakyat diletakkan pada posisi penting
dalam asas demokrasi ini berikut akan dikutip beberapa pengertian demokrasi.
Demokrasi sebagai dasar hidup bernegara memberi pengertian bahwa
pada tingkat terakhir rakyat memberikan ketentuan dalam masalah-masalah
pokok mengenai kehidupannya, termasuk dalam menilai kebijaksanaan negara,
karena kebijaksanaan tersebut menentukan kehidupan rakyat (Noer, 1983:
207). Jadi, negara demokrasi adalah negara yang diselenggarakan berdasarkan
kehendak dan kemauan rakyat, atau jika ditinjau dari sudut organisasi, ia berarti
suatu berarti suatu pengorganisasian negara yang dilakukan oleh rakyat sendiru
atau asas persetujuan rakyat karena kedaulatan berada ditangan rakyat.
Dalam hubungan ini menurut Henry B. Mayo bahwa sistem politik
demokratis adalah sistem yang menunjukkan bahwa kebijaksanaan umum
ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif
oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihann berkala yang didasarkan atas prinsip
kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan
politik (Mayo, 1960:70)
Meskipun dari berbagai pengertian itu terlihatbahwa rakyat diletakkan
pada posisi sentral "rakyat berkuasa" (government of role by the people) tetapi
dalam praktiknya oleh UNESCO disimpulkan bahwa ide demokrasi itu dianggap
ambiguous atau memiliki arti ganda, sekurang-kurangnya ada ambiguity atau
ketidaktentuan mengenai lembaga-lembaga atau cara-car yang dipakai untuk
melaksanakan ide atau mengenai keadaan kultural serta historis yang
mempengaruhi istilaj ode dan praktik demokrasi (Budiarjo, 1982:50). hal ini bisa
dilihat betapa negara-negara yang sama menganut asas demokrasi ternyata
mengimplementasikannya secara tidak sama. Ketidaksamaan tersebut bahkan
bukan hanya pada pembentukan lembaga-lembaga atau aparatur demokrasi,
tetapi juga menyangkut perimbangan porsi yang terbuka bagi peranan maupun
pernan rakyat.
Memang sejak dimunculkannya kembali asa demokrasi yaitu setelah
tenggelam beberapa abad dari permukaan Eropa telah menimbulkan masalah
tentang siapakah sebenarnya yang lebih berperan dalam menentukan jalannya
negara sebagai organisasi tertinggi. Pemakaian demokrasi sebagai prinsip-
prinsip hidup bernegara sebenarnya telah melahirkan fiksi-yuridis bahwa negara
adalah milik masyarakat, tetapi pada fiksi-yuridis telah terjadi tolak-tarik
kepentingan, atau kontrol, tolak-tarik antara negara-masyarakat, karena
kemudian negara terlihat memiliki pertumbuhannya sendiri sehingga lahirlah
konsep tentang negara organis (Mahasin, 1982:2)
Konsep demokrasi semula lahir dari pemikiran mengenai hubungan negara
dan hukum di Yunani Kuni dan dipraktikkan dalam hidup bernegara antara abad
ke-4 sebelum masehi sampai abad 6 masehi. dilihat dari pelaksanaannya,
demokrasi yang dipraktekkan bersifat langsung (direct democracy), artinya hak
rakyat untuk membuat keputusan-keputusan politik dijalankan secara langsung
oleh seluruh warga negara yang bertindak berdasarkan prosedur mayoritas.
Sifat langusng ini dapat dilaksanakan secara efektif karena Negara Kota (city
state) Yunani Kuno berlangsung dalam kondisi sederhana. Ketentuan-ketentuan
demokrasi hanya berlaku untuk warga negara yang resmi merupakan sebagian
kecil dari seluruh penduduk. Sebagian besar yang terdiri dari budak belian,
pedagang asing, perempuan, dan anak-anak tidak dapat menikmati hak
demokrasi (Budiarto, 1982:54).
Masyarakat abad pertengahan terbelenggu oleh kekuasaan feodal dan
kekuasaan pemimpin-pemimpin agama, sehingga tenggelam dalam apa yang
disebut sebagai masa kegelapan. Kendati begitu, ada sesuatu yang penting
berkenaan dengan demokrasi pada abad pertengahan itu, yakni lahirnya
dokumen Magna Charta (piagam besar), sesuatu piagam yang berisi semacam
perjanjian antara beberapa bangsawan dan Raja Jhon di Inggris bahwa Raja
mengakui dan menjamin beberapa hak dan previleges bahwasanya sebagai
imbalan untuk penyerahan dana bagi keperluan perang dan lainnya.
Ranaissance adalah aliran yang menghidupkan kembali minat pada sastra
dan budaya Yunani Kuno. Massa renaissance adala masa ketika orang
mematahkan semua ikatan yang ada dan menggantikan dengan kebebasan
bertindak yang seluas-luasnya sepanjang sesuai dengan yang dipikirkan , karena
dasar ide ini adalah kebebasan berpikir dan bertindak bagi manusia tanpa boleh
ada orang lain yang menguasai atau membatasi dengan ikatan-ikatan.
Selain renaissance, peristiwa lain yang mendorong timbulnya kembali
"demokrasi" yang sebelumnya tenggelam dalam abad pertengahan adalah
terjadinya Reformasi, yakni revolusi agama. Dua kejadian (Renaissance dan
Reformasi) ini telah mempersiapkan Eropa masuk ke dalam Aufklarung (Abad
Pemikiran) dan Rasionalisme yang mendorong mereka untuk memerdekakan
pikiran dari batas-batas yang ditentukan,
Tampak bahwa teori hukum alam merupakan usaha untuk mendobrak
pemerintahan absolut dan menetapkan hak-hak politik rakyat dalam suatu asas
yang disebut demokrasi (pemerintah rakyat). Dari pemikiran tentang hak-hak
politik rakyatr dan pemisahan kekuasaan ini terlihat munculnya kembali ide
pemerintahan rakyat (demokrasi). tetapi dalam kemunculannya sampai saat ini
demokrasi telah melahirkan dua konsep demokrasi yang berkaitan dengan
peranan masyarakat, yaitu demokrasi konstitusional abad ke-19 dan demokrasi
konstitusional abad ke-20 yang keduanya senantiasa dikaitkan pada konsep
negara hukum (Mahfud, 1999:20)
C. Bentuk-bentuk Demokrasi
Formal demokrasi menunjuk pada demokrasi dalam arti system
pemerintahan. Hal ini dapat dilihat dalam berbagai pelaksanaan demokrasi di
berbagai Negara. Dalam suatu Negara misalnya dapat diterapkan demokrasi
dengan menerapkan system presidensial atau sistem parlementer.
Sistem Presidensial : sistem ini menekankan pentingnya pemilihan
presiden secara langsung, sehingga presiden terpilih mendapatkan mandat
secara langsung dari rakyat. Dalam sistem ini kekuasaan eksekutif (kekuasaan
menjalankan permintaan) sepenuhnya berada di tangan presiden.
Sistem Parlementer : Sistem ini menerpakan model hubungan yang
menyatu antara kekuasaan eksekutif dan legeslatif. Kepala eksekutif (head of
government) adalah berada di tangan seorang perdana menteri. Adapun kepala
Negara (head of state) adalah berada pada seorang ratu, misalnya di Negara
Inggris atau ada pula yang berada pada seorang presiden misalnya di India.
1. Demokrasi Perwakilan Liberal
Prinsip demokrasi ini didasarkan pada suatu filsafat kenegaraan bahwa
manusia adalah sebagai makhluk individu yang bebas. Oleh karena itu dalam
sistem demokrasi ini kebebasan individu sebagai dasar fundamental dalam
pelaksanaan demokrasi.
2. Demokrasi Satu Partai dan Komunisme
Demokrasi satu partai lazimnya dilaksanakan di negara-negara komunis.
Kebebasan formal berdasalkan demokrasi liberal menghasilkan kesenjangan
kelas yang semakin lebar dalam masyarakat dan akhirnya kapitalislah yang
menguasai negara.

D. Demokrasi di Indonesia
1. Perkembangan Demokrasi di Indonesia
Masalah pokok yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah bagaimana
meningkatkan kehidupan ekonomi dan membangun kehidupan sosial dan politik
yang demokratis dalam masyarakat yang beraneka ragam pola adat budayanya.
Perkembangan demokrasi di Indonesia dapat dibagi dalam empat periode :
1. Periode 1945-1959, masa demokrasi parlementer
2. Periode 1959-1965, masa demokrasi terpimpin
3. Periode 1966-1998, masa demokrasi Pancasila era Orde Baru
4. Periode 1999-sekarang, masa demokrasi Pancasila era Reformasi

2. Pengertian Demokrasi menurut UUD 1945


a. Seminar Angkatan Darat II (Agustus 1966)
1) Dalam bidang Politik & Konstitusional.
Menurut UUD 1945, demokrasi berarti menegakkan kembali asas-asas
negara hukum dimana kepastian hukum dirasakan oleh segenap warga negara.
Hak-hak asasi manusia baik dalam aspek kolektif maupun dalam aspek
perorangan dijamin, dan penyalahgunaan kekuasaan dapat dihindarkan secara
intitusional.
2) Dalam bidang Ekonomi.
Demokrasi berarti Kehidupan yang layak bagi semua warga negara.
Mencakup :
Pengawasan oleh rakyat terhadap penggunaan kekayaan dan keuangan negara
Koperasi
Pengakuan atas hak milik perorangan dan kepastian hukum dalam
penggunaannya
Peranan pemerintahan yang bersifat pembinaan, penunjuk jalan serta pelindung.
b. Munan III Persahi : The Rule of Law (Desember 1966)
Asas negara hukum Pancasila mengandung prinsip :
1) pengakuan dan perlindungan hak asasi yang mengandung persamaan
dalam politik , hukum, sosial, ekonomi, kultural dan pendidikan.
2) Peradilan yang bebas dan tidak memihak, tidak terpengaruh oleh
sesuatu kekuasaan/kekuatan lain apapun.
3) Jaminan kepastian hukum dalam semua persoalan. Yang dimaksudkan
kepastian hukum yaitu jaminan bahwa ketentuan hukumnya dapat dipahami,
dapat dilaksanakan dan aman dalam melaksanakannya
c. Simposium hak-hak Asasi Manusia (Juni 1967)
Persoalan hak-hak asasi manusia dalam kehidupan kepartaian untuk
tahun-tahun mendatang harus ditinjau dalam rangka keharusan kita untuk
mencapai kesetimbangan yang wajar diantara 3 hal :
1) Adanya pemerintah yang mempunyai cukup kekuasaan dan
kewibawaan,
2) Adanya kebebasan yang sebesar-besarnya
3) perlunya untuk membina suatu "rapidlyexpandingeconomy"
(pengenmbangan ekonomi secara cepat).

3. Demokrasi Pasca Reformasi


Dalam suatu negara yang menganut sistem demokrasi harus berdasarkan
pada suatu kedaulatan rakyat. Kekuasaan pemerintahan negara ditangan rakyat
mengandung pengertian tiga hal :
1. Pemerintah dari rakyat (government of the people)
2. Pemerintahan oleh rakyat (government by people)
3. Pemerintahan untuk rakyat (government for people)

Struktur Pemerintahan Indonesia berdasarkan UUD 1945


1. Demokrasi Indonesia Sebagaimana Dijabarkan dalam Undang-Undang Dasar
1945 Hasil Amandemen 2002
Secara umum dalam sistem pemerintahan yang demokratis senantiasa
mengandung unsur yang paling penting dan mendasar, yaitu:
- Keterlibatan warga negara dalam pembuatan keputusan politik.
- Tingkat persamaan tertentu diantara warga negara.
- Tingkat kebebasan atau kemerdekaan tertentu yang diakui dan dipakai oleh
warganegara.
- Suatu sistem perwakilan
- Suatu sistem pemilihan kekuasaan mayoritas.

2. Penjabaran Demokrasi menurut UUD 1945 dalam Sistem Ketatanegaraan


Indonesia Pasca Amandemen 2002
Berdasarkan ciri-ciri sistem demokrasi tersebut maka penjabaran demokrasi
dalam ketatanegaraan Indonesia dapat ditemukan dalam konsep demokrasi
sebagaimana terdapat dalam UUD 1945 sebagai "Staatfundamentalnorm" yaitu
".. Suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat.. "
(ayat 2). Oleh karena itu "rakyat" adalah merupakan paradigma sentral
kekuasaan negara. Adapun rincian struktural ketentuan-ketentuan yang
berkaitan dengan demokrasi menurut UUD 1945 adalah sebagai berikut :
a) Konsep Kekuasaan
Konsep kekuasaan negara menurut demokrasi adalah :
1.) Kekuasaan ditangan rakyat
(a) Pembukaan UUD alinea IV
Maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu UUD RI
yang berkedaulatan rakyat
(b) Pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 1945
Negara yang berkedaulatan rakyyat, berdasarkan atas kerakyatan dan
permusyawaratan perrwakilan (pokok pikiran III)
(c) UUD 1945 Pasal 1 ayat (1)
Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik
(d) UUD 1945 Pasal 1 ayat (2)
kedaulatan adalah di tangan rakyat dan dilakukan menurut undang-undang
dasar
Jadi, kedaulatan tertinggi berada di tangan rakyat dan realisasinya diatur dalam
UUD. Sebelum dilakukan amandemen kekuasaan tertinggi dilakukan oleh MPR.

2.) Pembagian kekuasaan


Pembagian kekuasaan menurut demokrasi :
1. Kekuasaan Eksekutif, didelegasikan kepada Presiden (pasal 4 ayat (1) UUD
1945)
2. Kekuasaan Legislatif, didelegasikan kepada Preisiden, DPR, dan DPD pasal
5 ayat (1), pasal 19 dan pasal 22 C UUD 1945.
3. Kekuasaan Yudikatif, didelegasikan kepada MA pasal 24 ayat (1) UUD
1945.
4. Kekuasaan Inspektif atau pengawasan didelegasikan kepada BPK dan DPR.
Dalam UUD 1945 pasal 20 ayat (1) DPR juga memiliki fungsi pengawasan
terhadap presiden selaku penguasa eksekutif.
5. Dalam UUD 1945 hasil amandemen tidak ada kekuasaan Konsultatif,
didelegasikan kepada DPA, pasal 16 UUD 1945. Artinya DPA dihapuskan karena
berdasarkan kenyataan pelaksanaan kekuasaan Negara fungsinya tidak jelas.

3.) Pembatasan Kekuasaan


Pembatasan kekuasaan menurt konsep UUD 1945, dapat dilihat melalui
mekanisme 5 tahunan kekeuasaan:
(a) Pasal 1 ayat (2) kedaulatan ditangan rakyat
Pemilu untuk membentuk MPR dan DPR setiap 5 tahun sekali.
(b) MPR memilki kekuasaan melakukan perubahan UUD, melantik Presiden
dan Wapres,serta melakukan impeachment terhadap presiden jika melanggar
konstitusi.
(c) Pasal 20 A ayat (1),DPR memiliki fungsi pengawasan. Yang berarti
mengawasi pemerintahan selama jangka waktu 5 tahun.
(d) Rakyat kembali mengadakan Pemilu setelah membentuk MPR dan DPR
(rangkaian kegiatan 5 tahunan sebagai periodesasi kekuasaan.

b) Konsep Pengambilan Keputusan


Pengambilan keputusan menurut UUD 1945 dirinci sebagai berikut :
(1) Penjelasan UUD 1945 tentang Pokok Pikiran III, Oleh karena itu sistem
Negara yang terbentuk dalam UUD 1945, harus berdasar atas kedaulatan rakyat
dan berdasarkan atas permusyawaratan/perwakilan.
(2) Putusan MPR ditetapkan dengan suara terbanyak, misalnya pasal 7B ayat 7.

c) Konsep Pengawasan
Konsep Pengawasan menurut UUD 1945 ditentukan sebagai berikut :
(1) Pasal 1 ayat (2), Kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilakukan menurut
UUD.
(2) Pasal 2 ayat (1), MPR terdiri atas DPR dan anggota DPD
(3) DPR senantiasa mengawasi tindakan Presiden.

d) Konsep Partisipasi
Konsep partisipasi menurut UUD 1945 adalah sebagai berikut :
(1) Pasal 27 ayat (1), Segala warganegara bersamaan kedudukannya didalam
hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu
dengan tiada kecualinya.
(2) Pasal 28, Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran
dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan UU.
(3) Pasal 30 ayat (1), Tiap-tiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta
dalam usaha pembelaan Negara.
Konsep partisipasi menyangkut seluruh aspek kehidupan kenegaraan dan
kemasyarakatan yang terbuka untuk seluruh warga Negara Indonesia.
Demokrasi Indonesia mengandung suatu pengertian bahwa rakyat adalah
sebagai unsur sentral, oleh karena itu pembinaan dan pengembangannya harus
ditunjang oleh adanya orinentasi baik pada nilai-nilai yang universal yakni
rasionalisasi hukum dan perundang-undangan juga harus ditunjang norma-
norma kemasyarakatan yaitu tuntutan dan kehendak yang berkembang dalam
masyarakat.

BAB V
NEGARA DAN KONSTITUSI

A. Pengertian negara
Nicollo Machiavelli yang merumuskan Negara sebagai Negara kekuasaan.
Teori Negara menurut Machiavelli tersebut mendapat tantangan dan reaksi yang
kuat dari filsuf lain separti Thomas Hobbes (1588-1679), John Locke (1632-
1704) dan Rousseau (1712-1778). Mereka mengartikan Negara sebagai suatu
badan atau organisasi hasil dari perjanjian masyarakat secara bersama. Menurut
mereka, manusia sejak dilahirkan telah membawa hak-hak asasinya seperti hak
untuk hidup, hak milik serta hak kemerdekaan.
Konsep pengertian Negara modern yang dikemukakan oleh para tokoh lain
antara lain :
1. Roger H. Soltau, mengemukakan bahwa Negara adalah sebagai alat agency
atau wewenang / authority yang mengatur atau mengendalikan persoalan-
persoalan besama atas nama masyarakat.
2. Menurut Harold J. Lasky bahwa Negara adalah merupakan suatu masyarakat
yang diintegrasikan karena mempunyai wewenang yang bersifat sah lebih agung
dari pada individu atau sekelompok.
3. Mc. Iver bahwa Negara adalah asosiasi yang menyelenggarakan penertiban
suatu masyarakat dalam suatu wilayah dengan berdasarkan system hukum yang
diselenggarakan oleh suatu pemerintah maksud tersebut diberi kekuasaan
memaksa.
4. Miriam Budiardjo bahwa Negara adalah suatu daerah territorial yang
rakyatnya diperintah (governed) oleh sejumlah pejabat dan berhasil menuntut dr
warga Negaranya ketaatan pada perundang-undangannya melalui penguasaan
(control) monopolitis dari kekuasaan yang sah.
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh berbagai filsuf serta
para sarjana tentang negara, maka dapat disimpulkan bahwa semua Negara
memiliki unsur-unsur yang mutlak harus ada. Unsur-unsur Negara meliputi :
1. Wilayah
2. Rakyat
3. Pemerintahan

Bangsa Indonesia tumbuh dan berkembang dilatar belakangi oleh adanya


kesatuan nasib, yaitubersama-sama dalam suatu penderitaan dibawah
penjajahan bangsa asing serta berjuang merebut kemerdekaan. Selain itu yang
sangat khas bagi bangsa Indonesia adalah unsur-unsur etnis yang membentuk
bangsa itu sangat beraneka ragam, baik latar belakang budaya seperti bahasa,
adat kebiasaan serta nilai-nilai yang dimilikinya.
Prinsip-prinsip Negara Indonesia dapat dikaji melalui makna yang terkandung
dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea I,II,III & IV.
B. Konstitusionalisme
Konstitusionalisme mengacu kepada pengertian sistem institusionalisasi secara
efektif dan teratur terhadap suatu pelaksanaan pemerintahan. Basis pokok
konstitusionalisme adalah kesepakatan umum atau persetujuan (consensus)
diantara mayoritas rakyat mengenai bangunan yang diidealkan berkaitan dengan
negara.
Konsensus yang menjamin tegaknya konstitusionalisme pada umumnya
dipahami berdasarkan pada :
1. Kesepakatan tentang tujuan atau cita-cita bersama
2. Kesepakatan tentang the rule of law
3. Kesepakatan tentang bentuk institusi-institusi dan prosedur ketatanegaraan
Kesepakatan pertama, yaitu berkenaan dengan cita-cita bersama yang
sangat menentukan tegaknya konstitusionalisme dan konstitusi dalam suatu
Negara.
Kesepakatan kedua , adalah kesepakatan bahwa basis pemerintahan
didasarkan atas aturan hukum dan konstitusi.
Kesepakatan ketiga, adalah berkenaan dengan (a) bangunan organ
Negara dan prosedur-prosedur yang mengatur kekuasaan, (b) hubungan-
hubungan antar organ Negara itu satu sama lain, serta (c) hubungan antar
organ-organ Negara itu dengan warga Negara .
Keseluruhan kesepakatan itu pada intinya menyangkut prinsip
pengaturan dan pembatasan kekuasaan. Atas dasar pengertian tersebut maka
sebenarnya prinsip konstitusionalisme modern adalah menyangkut prinsip
pembatasan kekuasaan atau yang lazim disebut sebagai prinsip limited
government. Konstitusionalisme mengatur dua hubungan yang saling berkaitan
satu sama lain, yaitu: Pertama, hubungan antara pemerintahan dengan warga
Negara; dan Kedua, hubungan antara lembaga pemerintahan yang satu dengan
lainnya.

C. konstitusi Indonesia
Amandemen terhadap UUD 1945 dilakukan oleh bangsa Indonesia sejak
tahun 1999, dimana amandemen pertama dilakukan dengan memberikan
tambahan dan perubahan terhadap pasal 9 UUD 1945. Kemudian amandemen
kedua dilakukan pada tahun 2000, amandemen ketiga dilakukan pada tahun
2001 dan disahkan pada tanggal 10 Agustus 2002.
Penegertian hukum dasar meliputi dua macam yaitu, hukum dasar tertulis
dan hukum dasar tidak tertulis. Oleh karena itu sifatnya yang tertulis, maka
Undang-Undang Dasar itu rumusannya tertulis dan tidak mudah berubah.
Undang-Undang Dasar menurut sifat dan fungsinya adalah suatu naskah yang
memaparkan kerangka dan tugas-tugas pokok dari badan-badan pemerintahan
suatu Negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja badan-badan tersebut.
Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa Undang-
Undang Dasar 1945 bersifat singkat dan supel. UUD 1945 hanya memiliki 37
pasal, adapun pasal-pasal lain hanya memuat aturan peralihan dan aturan
tambahan.
Sifat-sifat UUD 1945 adalah sebagai berikut :
1. Rumusannya jelas
2. Bersifat singkat dan supel
3. Memuat norma-norma, aturan-aturan serta ketentuan-ketentuan yang
dapat dan harus dilaksanakan secara konstitusional
4. Peraturan hukum positif yang tinggi
Convensi adalah hukum dasar yang tidak tertulis, yaitu aturan-aturan dasar
yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara meskipun
sifatnya tidak tertulis.
Convensi ini mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
(1) Merupakan kebiasaan yang berulang kali dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan Negara.
(2) Tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar dan berjalan sejajar.
(3) Diterima oleh semua rakyat.
(4) Bersifat sebagai pelengkap, sehingga memungkinkan sebagai aturan-aturan
dasar yang tidak terdapat dalam Undang-Undang Dasar.
Jadi convensi bilamana dikehendaki untuk menjadi suatu aturan dasar
yang tertulis, tidak secara otomatis setingkat dengan UUD, melainkan sebagai
suatu ketetapan MPR.

Kata konstitusi dapat mempunyai arti lebih luas dari pada pengertian UUD,
karena pengertian UUD hanya meliputi konstitusi tertulis saja, dan selain itu
masih terdapat konstitusi tidak tertulis yang tidak tercakup dalam UUD.
Sistem pemerintahan negara Indonesia dibagi atas tujuh :
1. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (Rechtstaat)
2. Sistem konstitusional
3. Kekuasaan tertinggi ditangan rakyat
4. Presiden adalah penyelenggara pemerintahan negara yang tertinggi
disamping MPR dan DPR
5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR
6. Menteri negara adalah pembantu presiden, menteri negara tidak
bertanggung jawab kepada DPR
7. Kekuasaan kepala negara tidak tak-terbatas
Menurut penjelasan UUD 1945, Negara Indonesia adalah Negara hukum,
Negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan bukan berdasarkan atas
kekuasaan. Sifat Negara hukum hanya dapat ditunjukkan jikalau alat-alat
perlengkapanya bertindak menurut dan terikat kepada aturan-aturan yang
ditentukan lebih dahulu oleh alat-alat perlengkapan yang dikuasai untuk
mengadakan aturan-aturan itu.
Ciri-ciri suatu Negara Hukum adalah :
a. Pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi yang mengandung persamaan
dalam bidang politik, hukum, sosial, ekonomi dan kebudayaan.
b. Peradilan yang bebas dari suatu pengaruh kekuasaan atau kekuatan lain
dan tidak memihak.
c. Jaminan kepastian hukum, yaitu jaminan bahwa ketentuan hukumnya
dapat dipahami dapat dilaksanakan dan aman dalam melaksanakannya.

Dalam era reformasi dewasa ini bangsa Indonesia benar-benar ingin


mengembalikan peranan hukum, aparat penegak hukum beserta seluruh sistem
peraturan perundang-undangan akan dikembalikan pada dasar-dasar Negara
hukum yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 hasil amandemen 2002 yang
mengemban amanat demokrasi dan perlindungan hak-hak asasi manusia.

BAB VI
RULE OF LAW DAN HAK ASASI MANUSIA

Pengertian Rule of Law Dan Negara Hukum

Pengertian rule of law dan Negara hukum pada hakikatnya sulit dipisahkan. Ada
sementara pakar mendeskripsikan bahwa pengertian Negara hukun dan rule of
law itu hamper dikatakan sama, namun terdapat pula sementara pakar
menjelaskan bahwa meskipin antara Negara hokum dan rule of law tidak dapat
dipisahkan namun masing-masing memiliki penekanan masing-masing. Menurut
philipus m hadjon misalnya bahwa Negara hokum yang menurut istilah bahasa
belanda rechstaat lahir dari suatu perjuangan menentang absolutism, yaitu dari
kekuasaan raja yangb sewenang-wenang untuk mewujudkan Negara yang
didasarkan pada suatu peraturan perundang undangan. Oleh karena itu dalam
proses perkembangannya rechstaat itu lebih memiliki cirri-ciri yang revolusioner.
Gerakan masyarakat yang mengkhendaki bahwa kekuasaan raja maupun
penyelenggara Negara harus dibatasi dan diatur melalui suatu perundang
undangan, dan pelaksanaan dalam hubungannya dengan segala peraturan
itulah yang sering diistilahkan dengan rule of law, menurut hadjon rule of law
lebih memiliki cirri-ciri yang evolusioner, sedangkan upaya untuk
mewujudkannegara hokum lebih memiliki ciri yang revolusioner misalnya
gerakan revolusi prancis serta gerakan melawan absolutism di eropa lainnya,
abik dalam melawan kekuasaan raja, bangsawan maupun golongan teologis.

Oleh karena itu menurut friedman, antara pengertian Negara hokum dan rule of
law saling mengisi, berdasarkan bentuknya sebenarnya rule of law kekuasaan
politik yang diatur secara legal, setiap organisasi hidup dalam amsyarakat
termasuk Negara berdasarkan rule of law pengertian rule of law berdasarkan
substansinya atau isinya sangat berkaitan dengan peraturan perundang
undangan yang berlaku dalam suatu Negara konsekuensinya setiap Negara akan
mengatakan mendasarkan pada rule of law dalam kehidupan bernegaranya,
meskipun Negara itu otoriter. Atas dasar alas an ini maka diakui bahwa sulit
menentukan pengertian rule of law secara universal karena setiap masyarakat
melahirkan pengertian secara berbeda dalam hubungan ini rule of law bersifat
endogen , muncul dan berkembang dari suatu masyarakat tertentu

Munculnya keinginan untuk melakukan pembatasan yurudis terhadap kekuasaan


pada dasarnya disebabkan politik kekuasaan cendrung korup hal ini
dikhawatirkan akan menjauhkan fungsi dan peran Negara bagi kehidupan
individu dan masyarakat, kontitusi dalam hubungan inidijadikan wujud tertinggi
hokum yang harus dipatuhi oleh Negara dan pejabat pejabat pemerintah
Carl j friedrich dalam bukunya constitutional government and democracy: theory
and practice in Europe and America mempekenalkan istilah Negara hokum
dengan istilah rehtsstaat atau constitutional state. Demikian juga tokoh lain
yang membahas rechstaat adalah friederich j sthal yang menurutnya terdapat
empat unsure pokok untuk berdirinya rechsstaat yaitu (1) hak asasi manusia (2)
pemisahan (3) pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan dan: dan (4)
peradilan administrasi dalam perselisihan (muhtaj, 2005: 23)
Bagi Negara Indonesia ditentukan secara yuridis formal bahwa Negara
indonnesia ditentukan secara yuridis formal bahwa antar Negara Indonesia
adalah Negara yang berdasarkan atas hukum. Hal itu tercantum dalam
pembukaan UUD 1945 alinea IV yang secara eksplisit dijelaskan bahwa..maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu undang-undang
dasar Negara Indonesia,,, hal ini mengandung arti bahwa suatu keharusan
Negara Indonesia yang didirikan itu berdasarkan atas undang undang dasar
Negara Indonesia

Prinsip-prinsip Rule of Law


Pengertian rule of law tidak bias dipisahkan dengan pengertian Negara hokum
atau rechsstaat, meskipun demikian Negara yang mengnut system rule of law
haris memiliki prinsip prinsip yang jelas, terutama dalam hubungannya dengan
merealisasikan rule of law itu sendiri,menurut dicey terdapat tiga unsur yang
funadamental (1) supremasi aturan-aturan hokum, tidak adanya kekuasaan
sewenang-wenang dalam arti seseorang harusnya boleh dihukum jikalau
memang melanggar hokum (2) kedudukan yang sama di muka hokum hal ini
berlaku bagi masyarakat biasa maupun pejabat Negara dan (3) terjaminnya hak
asasi manusia oleh undang-undang serta keputusan-keputusan pengadilan.
Suatu hal yang harus diperhatikan bahwa jika dalam hubungan dengan Negara
hanya berdasarkan prinsip tersebut, maka Negara terbatas dalam pengertian
Negara hokum formal, yaitu Negara tidak bersifat proaktif melainkan pasif. Sikap
Negara yang demikian ini dikarenakannegara hanya menjalankan dan taat pada
apa yang termaktub dalam konstitusi semata
Oleh karena itu terlepas dari adanya pemikiran dan praktek konsep Negara
hokum berbeda, konsep Negara hokum dan rule of lawadalah suatu relitas dari
cita cita sebuah Negara bangsa termasuk Negara Indonesia

Hak asasi manusia


Hak asasi manusia sebagai gagasan paradigm serta kerangka konseptual tidak
lahir secara tiba-tiba sebagaimana kita lihat dalam universal declaration of
human right 10 desember 1948 namun melalui proses yang cukup panjang
dalam sejarah peradaban manusia. Dari perspektif sejarah deklarasi yang
ditanda tangani oleh majlis umum pbb dihayati sebagai suatu pengakuan yuridis
formal dan merupakan titik kulminasi perjuangan sebagian besar umat manusia
di belahan dunia.
Pada zaman yunanu kuno plato telah memaklumkan kepada warga polisnya.
Bahwa kesejahteraan bersama akan tercapai manakala setiap warganya
melaksanakan hak dan kewajiba masing-masing
Awal perkembanga hak asasi manusia dimulai tatkala ditanda tangani magna
charta oleh raja jhon lackland. Kemudia juga penandatanganan petition of right
pada tahun 1928 oleh raja Charles 1.

Penjabaran hak hak asasi manusia dalam uud 1945


Hak hak asasi manusia sebenarnya tidak dapat diganggu gugat dari pandangan
filosofi tentang hakikatmanusia yang melatarbelakanginya. Menurut pandangan
filsafat bangsa Indonesia yang terkandung dalam pancasila hakikatnya manusia
adalah monopluralis susunan kodrat manusia adlah makhluk individu
Tujuan Negara Indonesia sebagai Negara huku yang bersifal normaltersebut
mengandung konsekuansi bahwa Negara hokum yang bersifat formal
Berdasarkan pada tujuan Negara sebagaimana terkandung dalam pembukaan
UUD 1945 tersebut maka Negara Indonesia menjamin dan melindungi hak hak
asasi manusia para warganya, terutama dalam kaitannya dengan kesejahteraan
hidupnya baik jasmaniah maupun rohannian antara lain berkaitan dengan hak
hak asasi bidang social,politik ekonomi, kebudayaan dan agama. Adapu rincian
hak-hak asasi manusiandalam pasal-pasal UUD 1945 adalah sebagai berikut
BAB VII
GEOPOLITIK INDONESIA

A. Pengertian
Geopolitik di artikan sebagai sistem politik atau peraturan-peraturan dalam
wujud kebijaksanaan dan strategi nasional yang di dorong aspirasi nasional
geografik suatu Negara, yang apabila dilaksanakan dan berhasil akan berdampak
langsung atau tidak langsung kepada sistem politik suatu negara. Sebaliknya
politik nrgara itu secara langsungGeopolitik bertumpu pada geografi sosial,
mengenai situasi, kondisi dan segala sesuatu yang di anggap relevan dengan
karakteristik geografi suatu Negara.
Manusia melaksanakan tugas dan kegiatan bergerak dalam dua bidang, yaitu
universal filosofis dan social politis. Bidang universal filosofis bersifat transenden
dan idealistik, misalnya dalam bentuk aspirasi bangsa, pedoman hidup dan
pandangan hidup bangsa. Sedangkan bidang social politis bersifat imanen dan
realistic yang bersifat lebih nyata dan dapat di rasakan, misalnya aturan hokum
atau perundangan yang berlaku dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
sebagai produk politik.
Indonesia adalah Negara kepulauan dan masyarakat yang beraneka ragam, oleh
karena itu Indonesia memiliki kekuatan dan kelemahan . Kekuatannya yaitu
terletak pada posisi dan keadaan geografi yang strategis dan kaya sumber daya
alam. Sedangkan kelemahannya terletak pada wujud kepulauan dan
keanekargaman masyarakat yang harus di satukan dalam satu bangsa.
Salah satu pedoman bangsa Indonesia agar tidak terombang ambing dalam
memperjuangkan kepentingan nasional adalah wawasan nasional yang berpijak
pada wujud wilayah nusantara.
A. Pengertian Wawasan Nusantara
Istilah wawasan berasal dari katawawas yang berarti pandangan, tinjauan,
atau penglihatan inderawi. Akar kata ini membentuk kata mawas yang berarti
memandang atau melihat. Sedangkan wawasan berarti cara pandang, cara
tinjau, atau cara melihat. Sedangkan nusa berarti pulau, dan antara berarti
diapit di antara dua hal.
Secara umum wawasan nasional berarti cara pandang suatu bangsa tentang diri
dan lingkungannya yang di jabarkan dari dasar falsafah dan sejarah bangsa itu
sesuai dengan posisi dan kondisi geografi negaranya untuk mencapai tujuan
nasional. Sedangkan wawasan nusantara mempunyai arti cara pandang bangsa
Indonesia.

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Wawasan Nusantara


Lahirnya asas archipelago mengandung pengertian bahwa pulau-pulau tersebut
selalu dalam satu kesatuan yang utuh, sementara perairan atau lautan antara
pulau-pulau berfungsi sebagai unsur penghubung dan bukan unsur pemisah.
Bagian wilayah Indische Archipel yang dikuasai Belanda dinamakan
Nederlandsch Oost Indishe Archipelago. Itulah wilayah jajahan Belanda yang
kemudian menjadi wilayah Negara Republik Indonesia.
Sejak proklamasi kemerdekaan RI pada 17-8-1945, Indonesia menjadi nama
resmi Negara dan bangsa Indonesia sampai sekarang.
Dalam perkembangan hukum laut internasional dikenal beberapa konsepsi
mengenai pemilikan dan penggunaan wilayah laut sebagai berikut :
1) Res Nullius, menyatakan bahwa laut itu tidak ada yang memilikinya.
2) Res Cimmunis, menyatakan bahwa laut itu adalah milik masyarakat dunia
itu tidak dapat dimiliki oleh masing-masing Negara.
3) Mare Liberum, menyatakan bahwa wilayah laut adalah bebas untuk semua
bangsa.
4) Mare Clausum (The Right and Dominion Of the Sea), menyatakan bahwa
hanya laut sepanjang pantai saja yang dapat dimiliki oleh suatu Negara sejauh
yang dapat dikuasai dari darat.
5) Archipelagic State Pinciples (asas Negara Kepulauan) yang menjadikan
dasar dalam Konvensi PBB tentang hukum laut.
Sesuai dengan Hukum Laut Internasional, secara garis besar Indonesia sebagai
Negara kepulauan memiliki laut territorial, Perairan Pedalaman, Zone Ekonomi
Ekslusif, dan Landas Kontinen. Masing-masing dapat di jelaskan sebagai berikut:
1) Negara kepulauan adalah suatu negara yang seluruhnya terdiri dari satu
atau lebih kepulauan dan dapat mencakup pulau-pulau lain.
2) Laut Teritorial adalah satu wilayah laut yang lebarnya tidak melebihi 12
mil laut di ukur dari garis pangkal.
3) Perairan Pedalaman adalah wilayah sebelah dalam daratan atau sebelah
dalam garis pangkal.
4) Zone Ekonomi Ekslusif tidak boleh melebihi 200 mil laut dari garis
pangkal.
5) Landas Kontinen suatu Negara berpantai meliputi dasar laut dan tanah di
bawahnya yang terletak di luar laut teritorialnya sepanjang merupakan
kelanjutan alamiah wilayah daratannya.
Kepulauan Indonesia terletak pada batas-batas astronomi sebagai berikut:
Utara : 60 08 LU
Selatan : 110 15 LS
Barat : 940 45 BT
Timur : 1410 05 BT
Luas wilayah Indonesia seluruhnya adalah 5.193.250 km2, yang terdiri dari
daratan seluas 2.027.087 km2 dan perairan 3.166.163 km2.

1. Geopolitik dan Geostrategi


Ilmu bumi politik (Political Geography) mempelajari fenomena geografi dari
aspek politik, sedangkan geopolitik mempelajari fenomena politik dari aspek
geografi.
1. Pandangan Ratzel dan Kjellen
Federich Ratzel pada akhir abad ke 19 mengembangkan kajian geografi
politik dengan dasar pandangan bahwa Negara adalah mirip organisme (makhluk
hidup). Jika bangsa dan Negara ingin tetap eksis dan berkembang, maka harus
diberlakukan hokum ekspansi (pemekaran wilayah).
Rudolf kjellen berpendapat bahwa Negara adalah organism yang harus
memiliki intelektual. Kjellen juga mengajukan paham ekspansionisme dalam
rangka untuk mempertahankan Negara dan mengembangkannya.
Pandangan Ratzel dan Kjellen hamper sama, mereka memandang pertumbuhan
negara mirip dengan pertumbuhan organism.
2. Pandangan Haushofer
Pemikiran Haushofer di samping berisi paham ekspansionisme juga
mengandung aliran rasialisme, yang menyatakan bahwa ras Jerman adalah ras
paling unggul yang harus dapat mengusai dunia.
Pokok-pokok pemikiran Haushofer adalah sebagai berikut:
a) Suatu bangsa dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya tidak
terlepas dari hukum alam.
b) Kekuasaan imperium daratan yang kompak akan dapat mengejar
kekuasaan Imperium maritim untuk mengusai pengawasan di lautan.
c) Beberapa Negara besar di dunia akan timbul dan akan mengusai Eropa.
d) Geopolitik dirumuskan sebagai perbatasan.

3. Geopolitik Bangsa Indonesia


Pandangan geopolitik bangsa Indonesia yang di dasarkan pada nilai-nilai
Ketuhanan dan Kemanusiaan yang luhur dengan jelas dan tegas tertuang di
dalam Pembukaan UUD 1945.
Bangsa Indonesia juga menolak paham realisme, karena semua manusia
mempunyai martabat yang sama, dan semua bangsa memiliki hak dan
kewajiban yang sama berdasarkan nilai-nilai Ketuhanan dan Kemanusiaan yang
universal.
4. Geostrategi
Strategi adalah politik dalam pelaksanaan, yaitu upaya bagaimana mencapai
tujuan atau sasaran yang ditetapkan sesuai dengan keinginan politik.
Posisi silang Indonesia dapat dirinci sebagai berikut:
1) Geografi : Wilayah Indonesia terletak di antara dua benua, Asia dan
Australia, serta di antara dua samudera Pasifik dan samudera Hindia.
2) Demografi : penduduk Indnonesia terletak di antara penduduk jarang di
Selatan (Australia) dan penduduk padat di utara (RRC dan Jepang)
3) Ideologi : ideologi Indonesia (pancasila) terletak di antara liberalisme di
selatan (Australia dan Selandia Baru) dan komunisme di utara .
4) Politik : Demokrasi Pancasila terletak di antara demokrasi liberal di selatan
dan demokrasi rakyat (diktatur proletar) di utara.
5) Ekonomi : Ekonomi Indonesia terletak di antara ekonomi kapitalis dan
selatan Sosialis di utara.
6) Sosial : Masyarakat Indonesia terletak di antara masyarakat
individualisme di selatan dan masyarakat sosialisme di utara.
7) Budaya : Budaya Indonesia terletak di antara budaya Barat di selatan dan
budaya timur di utara.
8) Hankam : Geopolitik dan geostrategi Hankam (pertahanan dan keamanan)
Indonesia terletak di antara wawasan kekuatan maritime di selatan dan
wawasan kekuatan kontinental di utara.

3. Perkembangan Wilayah Indonesia dan Dasar Hukumnya


Wilayah Negara Republik Indonesia ketika merdeka meliputi wilayah bekas
Hindia Belanda berdasarkan ketentuan dalam tahun 1939 tentang batas wilayah
laut territorial Indonesia.
Pada tanggal 13 Desember 1957 dikeluarkan deklarasi Juanda yang dinyatakan
sebagai pengganti Ordonansi tahun 1939 dengan tujuan sebagai berikut:
1) Perwujudan bentuk wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
utuh dan bulat.
2) Penentuan batas-batas wilayah Negara Indonesia di sesuaikan dengan
asas Negara kepulauan.
3) Pengaturan lalu lintas damai pelayaran yang lebih menjamin keselamatan
dan keamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Deklarasi Juanda kemudian dikukuhkan dengan Undang-Undang No.4/Prp/1960
tanggal 18 Februari 1960.
Untuk mengatur lalu lintas perairan maka dikeluarkan peraturan pemerintah No.
8 tahun 1962 tentang lalu lintas damaidi perairan pedalaman Indonesia yang
meliputi:
a) Semua pelayaran dari laut bebas ke suatu pelabuhan Indonesia.
b) Semua pelayaran dari pelabuhan Indonesia ke laut bebas.
c) Semua pelayaran dari dank e laut bebas dengan melintasi perairan
Indonesia.

Asas-asas pokok yang termuat di dalam deklarasi tentang landasan kontinen


adalah sebagai berikut:
1) Segala sumber kekayaan alam yang terdapat dalam landasan kontinen
Indonesia adalah milik ekslusif Negara RI.
2) Pemerintah Indonesia bersedia menyelesaikan soal garis batas landasan
kontinen dengan Negara tetangga melalui perundingan.
3) Jika tidak ada garis batas, maka landas kontinen suatu garis yang di tarik
di tengah-tengah antara pulau terluar Indonesia dengan wilayah terluar Negara
tetangga.
4) Claim tersebut tidak mempengaruhi sifat serta status dari perairan diatas
landas kontinen Indonesia maupun udara diatasnya.
Alasan-alasan yang mendorong pemerintah mengumumkan ZEE adalah:
1) Persediaan ikan yang semakin terbatas.
2) Kebutuhan untuk pembangunan nasional Indonesia.
3) ZEE mempunyai kekuatan hukum internasional.

C. Unsur-unsur Dasar Wawasan Nusantara


Wawasan nusantara sebagai wadah meliputi tiga kompunen:
a) Wujud Wilayah
Batas ruang lingkup wilayah Nusantara di tentukan oleh lautan yang di dalamnya
terdapat gugusan ribuan pulau yang saling di hubungkan oleh dalamnya
perairan.
Perwujudan wilayah Nusantara ini menyatu dalam kesatuan politik, ekonomi,
social budaya dan pertahanan keamanan.
b) Tata Inti Organisasi
Bagi Indonesia, tata inti organnisasi Negara didasarkan pada UUD 1945 yang
menyangkut bentuk dan kedaulatan Negara, kekuasaan pemerintahan, sistem
pemerintahan dan sistem perwakilan. Negara Indonesia adalah Negara kesatuan
yang berbentuk Republik. Kedaulatan berada di tangan rakyat yang dilaksanakan
menurut undang-undang.
c) Tata Kelengkapan Organisasi
Wujud tata kelengkapan organisasi adalah kesadaran politik dan kesadaran
bernegara yang harus dimilki oleh seluruh rakyat yang mencakup partai politik,
golongan dan organisasi masyarakat kalangan pers serta seluruh apatur Negara.

1) Satu kesatuan wilayah Nusantara yang mencakup daratan,


perairan dan dirgantara secara terpadu.
2) Satu kesatuan politik, dalam arti satu UUD dan politik
pelaksanaannya serta satu ideology dan identitas nasional.
3) Satu kesatuan social budaya, dalam arti satu perwujudan
masyarakat Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika, satu tertib social dan
satu tertib hukum.

1. Tata Laku Wawasan Nusantara Mencakup Dua Segi, Batiniah dan


Lahiriah
a. Tata laku batiniah berlandaskan falsafah bangsa yang membentuk
sikap mental bangsa yang memilki kekuatan batin.
b. Tata laku lahiriah merupakan kekuatan yang utuh, dalam arti
kemanunggalan kata dan karya, keterpaduan pembicaraan dan perbuatan.

D. Implementasi Nusantara sebagai Pancaran Falsafah Pancasila.


Falsafah Pancasila diyakini sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia
yang sesuai dengan aspirasinya.

BAB VIII
GEOSTRATEGI INDONESIA

1. Pengertian Geostrategi
Geostrategi adalah suatu strategi dalam memanfaatkan kondisi
lingkungan didalam upaya mewujudkan cita-cita proklamasi dan tujuan nasional.
Dan Geostrategi Indonesia adalah merupakan strategi dalam memanfaatk
konstelasi geografi negara Indonesia untuk menentukan kebijakan, tujuan, dan
sarana-sarana dalam mencapai tujuan nasional bangsa Indonesia. Geostrategi
Indonesia memberi arahan tentang bagaimana merancang strategi
pembangunan dalam rangka mewujudkan masa depan yang lebih baik, aman,
dan sejahtera. Oleh karena itu, geostrategi Indonesia bukanlah merupak
geopolitik untuk kepentingan politik dan perang, melainkan untuk kepenting
kesejahteraan dan keamanan.

1.2. Konsep Ketahanan Nasional

Konsepsi geostrategi Indonesia pertama kali dilontarkan oleh Bung Karno pada
tanggal 16 Juni 1948 di Kotaraja (kini Banda Aceh) setelah menerima defile
Angkatan Perang (militer) dalam rangka kunjungan kerja ke daerah Sumatra
yang belum atau tidak diduduki Belanda (Basry, 1995: 50-51). Namun
sayangnya gagasan beliau kurang atau tidak dikembangkan oleh para pejabat
bawahan karena seperti kita ketahui wilayah NKRI diduduki oleh Belanda pada
akhir Desember 1948. Setelah pengakuan kemerdekaan pada tahun 1950 garis
besar pembangunan politik kita adalah nation and character building, yang
sebenarnya merupakan pembangunan jiwa bangsa.

Secara konseptual, ketahanan nasional suatu bangsa dilatarbelakangi oleh:


Kekuatan apa yang ada pada suatu bangsa dan negara sehingga ia mampu
mempertahankan kelangsungan hidupnya
Kekuatan apa yang harus dimiliki oleh suatu bangsa dan negara sehingga ia
selalu mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya, meskipun mengalami
berbagai gangguan, hambatan dan ancaman baik dari dalam maupun dari luar
Ketahanan atau kemampuan bangsa untuk tetap jaya, mengandung makna
keteraturan (regular) dan stabilitas, yang di dalamnya terkandung potensi untuk
terjadinya perubahan (the stability idea of changes) .
Berdasarkan konsep pengertiannya maka yang dimaksud dengan ketahanan
adalah suatu kekuatan yang membuat suatu bangsa dan negara dapat bertahan,
kuat menghadapi ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan. Tantangan
adalah merupakan suatu usaha yang bersifat menggugah kemampuan, adapun
ancaman adalah suatu usaha untuk mengubah atau merombak kebijaksanaan
atau keadaan secara konsepsional dari sudut kriminal maupun politis. Adapun
hambatan adalah suatu kendala yang bersifat atau bertujuan melemahkan yang
bersifat konseptual yang berasal dari dalam sendiri. Apabila hal hal tersebut
berasal dari luar maka dapat disebut sebagai kategori gangguan.

1.3. Pengaruh Aspek Ketahanan Nasional pada Kehidupan Berbangsa dan


Bernegara

Ketahanan Nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa yang terdiri atas
ketangguhan serta keuletan dan kemampuan untuk mengembangkan kekuatan
nasional dalam menghadapi segala macam dan bentuk ancaman, tantangan,
hambatan dan gangguan baik yang datang dari dalam maupun luar, secara
langsung maupun yang tidak langsung yang mengancam dan membahayakan
integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan
dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional.
Ketahanan nasional merupakan kondisi dinamik yang dimiliki suatu bangsa, yang
didalamnya terkandung keuletan dan ketangguhan yang mampu
mengembangkan kekuatan nasional. Kekuatan ini diperlukan untuk mengatasi
segala macam ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang langsung
atau tidak langsung akan membahayakan kesatuan, keberadaan, serta
kelangsungan hidup bangsa dan negara. Bisa jadi ancaman-ancaman tersebut
dari dalam ataupun dari luar.

Diposkan oleh ayudhia damasrini di 21.06

Reaks
i:

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan


ke Pinterest

2 komentar:

1.

ILMUAN MUDA27 Mei 2014 21.37

TERIMA KASIH SAYA TERBANTU

Balas

2.

@online_shopss19 April 2015 23.48

kak ada link buat donload e-booknya nggak?

Balas

Muat yang lain...


Link ke posting ini
Buat sebuah Link

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Arsip Blog

2015 (2)

2014 (1)

o Januari (1)

RESUME BUKU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KARYA


KAELA...

2013 (6)

2012 (3)

mengenai saya

Lihat profil lengkapku

Tema PT Keren Sekali. Gambar tema oleh blue_baron. Diberdayakan oleh


Blogger.

Anda mungkin juga menyukai