Anda di halaman 1dari 40

RINGKASAN KEWARGANEGARAAN

Dosen Pembimbing : Drs.Norman Syam,M.Pd

Disusun Oleh :

Nama : Fourtiya Mayu Sari

Kelas/Tingkat : 1A

NIM: PO 5140117 020

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


BENGKULU

PRODI D3 KEBIDANAN TAHUN 2017/2018


BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraan sebenarnya dilakukan dan dikembangkan di seluruh
dunia, meskipun dengan berbagai macam istilah atau nama. Mata kuliah tersebut
sering disebut sebagai civic education, citizenship education, dan bahkan ada yang
menyebut sebagai democracy education.
Sistem Pendidikan Nasional, serta surat keputusan Direktur Jendral Pendidikan Tinggi
Dapartemen Pendidikan Nasional Nomor 43/DIKTI/Kep/2006, tentang Rambu-rambu
Pelaksanaan Kelompok mata kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi
terdiri atas mata kuliah Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, dan
Bahasa Indonesia.
2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Visi Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah merupakan sumber nilai
dan pedoman dalam pengembangan dan penyelengaraan program studi , guna
mengantarkan mahasiswa menetapakan kepribadiannya sebagai manusia seutuhnya.
Misi Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah untuk membantu
mahasiswa menetapakan kepribadiannya, agar secara konsisten mampu mewujukan
nilai-nilai dasar Pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam menguasai,
menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dengan rasa
tanggung jawab dan bermoral.

B. Landasan Ilmiah dan Landasan Hukum


1. Landasan Ilmiah
a. Dasar Pemikiran Pendidikan Kewarganegaraan
Setiap warga negara dituntut untuk dapat hidup berguna dan bermakna bagi negara an
bangsanya, serta mampu mengantisipasi perkembangan dan perubahan masa
depannya. Untuk itu diperlukan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
(Ipteks) yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan, nilai-nilai moral, nilai kemanusiaan
dan nilai- nilai budaya bangsa.

Sebagai suatu perbandinagan, di berbagai negara juga dikembangkan materi


Pendidikan Umum (General Education/Humanities)sebagai pembekalan nilai-nilai
yang mendasari sikap dan perilaku warganegaranya.

1). Amerika Serikat : History, Humanity, dan Philosophy.


2). Jepang : Japanese History, Ethics, dan Philosophy.
3). Filipina : Philipino, Family Planning, Taxation and Land Reform, The Philiphine
New Constitution, dan Study of Human Rights.

b. Objek Pembahasan Pendidikan Kewarganegaraan


Objek pembahasan Pendidikan Kewarganegaraan menurut Keputusan Dirjen
Pendidikan Tinggi No.43/DIKTI/KEP/2006 dijabarkan lebih rinci yang meliputi
pokok-pokok bahasan sebagai berikut:
Substansi kajian pendidikan Kewarganegaraan mencakup :
a) Filsafat Pancasila
b) Indentitas Nasional
c) Negara dan Konstitusi
d) Demokrasi Indonesia
e) Rule of Law dan Hak Asasi Manusia
f) Hak dan Kewajiban Warganegara serta Negara
g) Geopolitik Indonesia
h) Geostrategi Indonesia

c. Rumpun Keilmuan
Pendidikan Kewarganegaraan dapat disejajarkan dengan CivicsEducation yang dikenal
di berbagai negara. Sebagai bidang studi ilmiah, Pendidikan Kewarganegaraan bersifat
antardispliner (antar bidang) bukan monodisipliner, karena kumpulan pengetahuan
yang membangun ilmu Kewarganegaraan ini diambil dari berbagai disiplin ilmu.

2. Landasan Hukum
a. UUD 1945
1) Pembukaan UUD 1945
2) Pasal 27 (1)
3) Pasal 30 (1)
4) Pasal 31 (1)
b. Ketetapan MPR No. II/MPR/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara.
c. Undang-Undang No. 20 tahun 1982 tentang kententuan Pokok Pertahanan Keamanan
Negara Republik Indonesia (Jo. UU No. 1 Tahun 1988).
d. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
berdasarkan Keputusan Manteri Pendidikan Nasional Nomor 233/U/2000 tentang
Pedoman Penyusunan Kurikulonal Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil belajar
Mahasiswa dan Nomor 45/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi telah
ditetapkan bahwa Pendidikan Agama, Pendidikan Bahasa dan Pendidikan
Kewarganegaraan.
e. Adapun pelaksaannya berdasarkan surat Keputusan Direktur Jendral Pendidikan
Tinggi Dapartemen Pendidikan Nasional.
BAB II
FILSAFAT PANCASILA
A. Pengertian Filsafat
Secara etimologis istilah “filsafat” berasal dari bahasa Yunani “philein” yang
artinya “cinta” dan “sophos” yang artinya “hikmah” atau “kebijaksanaan” atau
“wisdom” (Nasution, 1973).
Jika kalau ditinjau dari lingkup pembahasannya, maka filsafat meliputi banyak
bidang bahasan antara lain tentang manusia, masyarakat, alam, pengetahuan,
etika, logika, agama, estetika dan bidang lainnya.

Pertama : Filsafat sebagai produkmencakup pengertian


a. Pengertian filsafat yang mencakup arti-arti filsafat sebagai jenis ,
pengetahuan, ilmu, konsep dari para filsuf pada zaman dahulu, teori,
sistem atau pandangan tertentu, yang merupakan hasil dari berfilsafat dan
yang mempuyai ciri-ciri tertentu.
b. Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi oleh manusia sebagai
hasil dari aktivitas berfilsafat.
Kedua : Filsafat sebagai suatu proses mencakup pengertian
Filsafat yang diartikan sebagai bentuk suatu aktivitasberfilsafat, dalam proses
pemecahan suatu permasalahan dengan menggunakan suatu cara dan metode
tertentu yang sesuai dengan objek permasalahannya.
B. Pengertian Pancasila sebagai Sistem
Yang dimaksud dengan sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang
saling berhubungan, saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan secara
keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh, sistem lazimnya memiliki
ciri-ciri sebagai berikut :
(1) Suatu kesatuan bagian-bagian
(2) Bagian-bagian tersebut mempuyai fungsi sendiri-sendiri
(3) Saling berhubungan, saling ketergantungan
(4) Kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama (tujuan
sistem)
(5) Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks

C. Kesatuan Sila-Sila Pancasila


1. Susunan Pancasila yang bersifat Hierarkhis dan Berbentuk Piramidal
Susunan pancasila adalah hierarkhis dan mempuyai bentuk piramidal.
Pengertian matematika piramidal digunakan untuk menggambarkan hubungan
hierarkhi sila-sila dari Pancasila dalam urut-urut luas (kwantitas) dan juga
dalam hal sifat-sifatnya (kwalitas).
Secara ontologis kesatuan sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem bersifat
hierarkhis dan berbentuk piramidal adalah sebagai berikut: bahwa hakikat
adanya Tuhan adalah ada karena dirinya sendiri, Tuhan sebagai causa prima.
2. Kesatuan Sila-sila Pancasila yang saling Mengisi dan Saling
Mengkualifikasi
a. Sila pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Ketuhanan yang
berkemanusiaan yang adil dan beradab
b. Sila kedua : kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kemanusiaan yang
Berketuhan Yang Maha Esa
c. Sila ketiga : persatuan Indonesia adalah persatuan yang berketuhanan
Yang Maha Esa
d. Sila keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
e. Sila kelima : kedilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah keadilan
yang Berketuhanan Yang Maha Esa.
D. Kesatuan Sila-sila Pancasila sebagai Suatu Sistem Filsafat
Kesatuan sila-sila Pancasila pada hakikatnya bukanlah hanya merupakan
kesatuan yang bersifat formal logis saja namun juga meliputi kesatuan dasar
ontologis, dasar epistimologis serta dasar aksiologis dari sila-sila Pancasila.
Sebagaimana dujlaskan bahwa kesatuan sila-sila Pancasila adalah bersifat
hierarkhis dan mempuyai bentuk piramidal, digunakan untuk menggambarkan
hubungan hierarkhis dalam hal kuantitas juga dalam hal isi sifatnya yaitu
menyangkut makna serta hakikat sila-sila Pancasila.

1. Dasar Ontologis Sila-sila Pancasila


Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat tidak hanya kesatuan yang
menyangkut sila-silanya saja melainkan jug meliputi hakikat dasar dari sila-
sila Pancasila atau secara fisiologis merupakan dasar ontologis sila-sila
Pancasila. Pancasila yang terdiri dari lima sila, setiap sila bukanlah
merupakan asas yang berdiri sendiri-sendiri , melainkan memiliki satu
kesatuan dasar ontologis.

2. Dasar Epistemologis Sila-sila Pancasila


Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya juga merupakan suatu
sistem pengetahuan. Pancasila dalam pengertian seperti yang demikian ini
telah menjadi suatu sistem cita-cita atau keyakinan-keyakinan (belief system)
yang telah menyangkut praksis, karena dijadikan landasan bagi cara hidup
manusia atau sekelompok masyarakat dalam berbagai bidang kehidupan.
Dasar epistimologis pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dengan
dasar ontologisnya. Pancasila sebagai suatu ideologi bersumber pada nilai-
nilai dasarnya yaitu filsafat Pancasila. Oleh karena itu dasar epistimologisnya
Pancasila tidak dapat dipisahkan dengan konsep dasarnya tentang hakikat
manusia.

3. Dasar Aksiologis Sila-sila Pancasila


Sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat juga memiliki satu kesatuan
dasar aksiologisnya, yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila pada
hakikatnya juga merupakan suatu kesatuan. Terdapat berbagai macam teori
tentang nilai dan hal ini sangat tergantung pada titik tolak dan sudut
pandangnya masing-masing dalam menentukan tentang pengertian
hierarkhinya. Menurut Notonagoro bahwa nilai-nilai Pancasila termasuk nilai
kerokhanian, tetapi nilai-nilai kerokhanian yang mengakui nilai material dan
vital.

a. Teori Nilai
Sebagaimana dijelaskan di muka, Max Scheler mengemukakan bahwa niali-
nilai yang ada, tidak sama luhurnya dan sama tingginya. Menurut tinggi
rendahnya, nilai-nilai dapat dikelompokkan dalam empat tingkatan sebagai
berikut :
1) Nilai-nilai kenikmatan
2) Nilai-nilai kehidupan
3) Nilai-nilai kejiwaan
4) Nilai-nilai kerokhanian
Walter G.Everet menggolong-golongkan nilai-nilai manusiawi kedalam
delapan kelompok yaitu :
1) Nilai-nilai ekonomis
2) Nilai-nilai kejasmanian
3) Nilai-nilai hiburan
4) Nilai-nilai sosial
5) Nilai-nilai watak
6) Nilai-nilai estetis
7) Nilai-nilai intelektual
8) Nilai-nilai keagamaan
Notonagoro membagi nilai menjadi tiga yaitu :
1) Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk
dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas.
2) Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
mengadakan kegiatan aktivitas.
3) Nilai kerokhanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani
manusia, nilai kerokhanian ini dapat dibedakanatas empat macam.
a) Nilai kebenaran
b) Nlai keindahan
c) Nilai kebaikan
d) Nilai religius

b. Nilai- nilai Pancasila sebagai Suatu Sistem


Isi arti sila-sila Pancasila pada hakikatnya dapat dibedakan atas hakekat
Pancasila yang umum universal yang merupakan substansi sila-sila Pancasila,
sebagai pedoman pelaksanaan dan penyelenggaran negara yaitu sebagai dasar
negara yaitu bersifat umum kolektif serta actualisasi Pancasila yang bersifat
khusus dan kongrit dalam berbagai bidang kehidupan.Nilai nilai yang
terkandung dalam sila I sampai denagn sila V Pancasila merupakan cita-cita,
harapan, dambaan bangsa Indonesia yang akan diwujudkan dalam
kehidupannya. Bangsa Indonesia dalam hal ini merupakan pendukung nilai-
nilai (subscriber of values) Pancasila. Bangsa Indonesia yang berketuhanan,
yang berkemanusiaan, yang persatuan, yang berkerakyatan, dan yang
berkeadilan sosial. Sebagai pendukung nilai, bangsa Indonesia itulah yang
mernghargai, mengakui, menerima Pancasila sebagai sesuatu yang bernilai.
Pengakuan, penghargaan dan penerimaan Pancasila sebagai sesuatu yang
bernilai itu akan tampak menggejala dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan
bangsa Indoesia. Nilai nilai yang terkandung dalam Pancasila itu mempuyai
tingkatan dan bobot yang berbeda, namin nilai-nilai itu tidak bertentangan.
E. Pancasila sebagai Dasar Filsafat Negara (Philosofische Grondslag)
Kedudukan pokok Pancasila adalah sebagai dasar filsafat Negara Republik
Indonesia. Dasar formal kedudukan Pancasila sebagai dasar negara Republik
Indonesia tersimpul dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV yang bunyinya
sebagai berikut : “maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan indonesia itu
dalam suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam
susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat, dengan
berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta
dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Kedudukan Pancasila yang demikian ini dapat dirinci sebagai berikut :
1. Pancasila adalah merupakan sumber dari segala sumber hukum (sumber
tertib hukum) Indonesia.
2. Meliputi suasana kebatinan (geistlichenhitergrund) dari Undang-Undang
Dasar.
3. Mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara (baik hukum dasar
tertulis maupun tidak tertulis).
4. Mengandung norma yang mengharuskan Undang-Undang Dasar
mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara
negara untuk memelihara budi pekerti (moral)
5. Merupakan sumber semangat bagi UUD 1945, bagi para penyelenggara
negara, para pelaksana pemerintah (juga penyeleggara partai dan golongan
fungsional).

F. Pancasila sebagai ideologi Bangsa dan Negara Indonesia


Istilah ideologi berasal dari kata ‘idea’ yang berarti gagasan konesp,
pengertian dasar, cita-cita, dan logos yang berarti ilmu. Kata idea berasal
dari kata bahasa Yunani eidos yang artinya melihat. Maka secara harafiah,
ideologi berarti ilmu pengertian-pengertian dasar. Dalam pengertian
sehari-hari, idea disamakan artinya dengan cita-cita . Cita-cita yang
dimaksud adalah cita-cita yang bersifat tetap yang harus dicapai, sehingga
cita-cita yang bersifat tetap itu sekaligus merupakan dasar, pandangan atau
faham.

G. Makna Nilai-nilai Setiap Sila Pancasila


Sebagai suatu dasar filafat negara maka sila-sila Pancasila merupakan suatu
sistem nilai, oleh karena itu sila-sila Pancasila itu pada hakikatnya merupakan
suatu kesatuan. Oleh karena itu meskipun dalam uraian berikut ini
menjelaskan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila, namun kesemuanya
itu tidak dapat dilepaskan keterkaitannya dengan sila-sila lainnya.
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila Ketuhana Yang Maha Esa ini nilai-nilainya meliputi dan menjiwai
keempat sila lainnya. Dalam sila Ketuhanan yang Maha Esa terkandung nilai
bahwa negara yang didirikan adalah sebagai pengejawantahan tujuan manusia
sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang Adil dan beradab
Nilai kemanusiaan ini bersumber pada dasar filosofis antropologis bahwa
hakikat manusia adalah susunan kodrat rokhani (jiwa) dan raga, sifat kodrat
individu dan makhluk sosial, kedudukan kodrat makhluk pribadi berdiri
sendiri dan sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa. Nilai kemanusiaan yang
adil mengandung suatu makna bahwa hakikat manusia sebagai makhluk yang
berbudaya dan beradab harus berkodrat adil. Hal ini mengandung suatu
pengertian bahwa hakikat manusia harus adil dalam hubungan dengan diri
sendiri, adil terhadap manusia lain, adil terhadap masyarakat bangsa dan
negara, adil terhadap lingkungannya serta adil terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.
3. Persatuan Indonesia
Nilai yang terkandung dalam sila Persatuan Indonesia tidak dapat dipisahkan
dengan keempat sila lainnya karena seluruh sila merupakan suatu kesatuan
yang bersifat sistematis. Nilai persatuan Indonesia didasari dan dijawai oleh
sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusiaan yang Adil Dan Beradab. Hal
ini terkandung nilai bahwa nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme
religius.
4. Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Nilai yang terkandung dalam sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan didasari oleh sila
Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab serta
Persatuan Indonesia, dan mendasari serta menjiwai sila Keadilan Sosial bagi
seluruh Rakyat Indonesia. Demikian nilai-nilai yang terkandung dalam sila
Kerayakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Nilai yang terkandung dalam sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia
didasari dan dijawai oleh sila Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang
Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, serta Kerakyatan yang Dipimpin oleh
Hikmat Kebijaksaan dalam Permusyawaratan/perwakilan.
Nilai-nilai keadilan tersebut haruslah merupakan suatu dasar yang harus
diwujudkan dalam hidup bersama kenegaraan untuk mewujudkan tujuan
negara yaitu mewujudkan kesejahteraan seluruh warganya dan seluruh
wilayahnya, menceradaskan seluruh warganya.

H. Pancasila sebagai Dasar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara


Secara lebih rinci filsafat Pancasila sebagai dasar kehidupan kebangsaan dan
kenegaraan adalah merupakan adalah merupakan Identitas Nasional
Indonesia. Hal ini didasarkan pada suatu realitas bahwa kuasa mate-rialis atau
asal nilai-nilai Pancasila adalah bangsa Indonesia sendiri.
Selain itu filsafat Pancasila merupakan dasar dari Negara dan Konstitusi
(Undang-Undang Dasar Negara) Indonesia. Sebagaimana diketahui bahwa
Filsafat Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia, memiliki
konsekuensi segala peraturan perundang-undangan dijabarkan dari nilai-nilai
Pancasila.

BAB III
IDENTITAS NASIONAL
A. Pengertian Identitas Nasional
Eksistensi suatu bangsa pada era globalisasi dewasa ini mendapat tantangan yang sangat
kuat,terutama karena pengaruh kekuasaan internasional. Menurut Berger dalam The
Capitalis Revolution, era globalisasi inidewasa ini idiologi kapitalislah yang akan
menguasai dunia.
Dalam kondisi seperti ini negara nasional akan di kusai oleh negara trans nasional, yang
lazimnya di dasari oleh negara negara dengan prinsip kapitalisme. Konsekoensinya
negara negara kebangsaan lambat laun akan semakin terdesak.
Setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 bangsa Indonesia kembali ke UUD 1945. Pada saat
itu di kenal periode orde lama dengan penekanan kepada kepemimpinan yang sifatnya
sentralistik. Pada periode tersebut partai komunis semakin berkembang dengan subur,
bahkan tatkala mencapai kejayaannya berupaya untuk menumbangkan pemerintahan
indonesia, yang di tandai dengan timbulnya gerakan G30SPKI rakyat indonesia menjadi
semakin tidak menentu.
Kejatuhan kekuasaan orde lama di ganti dengan kekuasaan orde baru dengan munculnya
pemimpin kuat yaitu Jenderal Soeharto. Yang paling memperihatinkan saat itu adalah
berkembangnya budaya korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), yang mengakar pada
pejabat pemerintah negara, sehingga konsekoensinya identitas nasional Indonesia saat itu
di kenal sebagai bangsa yang “korup”.
Oleh karena itu dalam hubungannya dengan identitas nasional secara dinamis, dewasa ini
bangsa indonesia harus memiliki visi yang jelas dalam melakukan reformasi melalui
dasar filosofi bangsa dan negara yaitu Bineka Tunggal Ika, yang terkandung dalam
filosofi pancasila.
B. Faktor-faktor Pendukung Kelahiran identitas Nasional
Kelahiran identitas nasional suatu bangsa memiliki sifat, ciri khas serta keunikan
sendiri-sendiri, yang sangat di tentukan oleh faktor-faktor yang mendukung kelahiran
identitas nasional tersebut. Adapun faktor-faktor yang mendukung kelahiran identitas
nasional bangsa indonesia meliputi (1) Faktor objektif (2) Faktor subjektif. Kondisi
geografis-ekologis yang membentuk indonesia sebagai wilayah kepulauan yang
beriklim tropis dan terletak di persimpangan jalankomunuksi antar wilayah dunia di
asia tenggara, ikut mempengaruhi perkembangan kehidupan demografis, ekonomis,
sosial dan kultural bangsa indonesia.
Robert de Ventos, sebagaimana dikutip Manuel Castells dalam bukunya, The Power
of Identity (Suryo 2002), mengemukakan teori tentang munculnya indentitas nasional
suatu bangsa sebagai hasil interaksi historis antara empat faktor penting, yaitu faktor
primer, faktor pendorong, faktor penarik dan faktor reaktif.

C. Pancasila sebagai Kepribadian dan Indentitas Nasional


Bangsa Indonesia sebagai salah satu bangsa dari masyarakat internasional, memiliki
sejarah serta prinsip dalam hidupnya yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain
didunia. Dalam pengertian seperti ini menurut Notonagoro bangsa Indonesia adalah
sebagai kausa materalis Pancasila. Nilai-nilai tersebut kemudian diangkat dan
dirumuskan secara formal oleh para pendiri negara untuk dijadikan sebagai dasar
negara Rpublik Indonesia. Proses perumusan materi Pancasila secara formal tersebut
dilakukan dalam sidang-sidang BPUPKI pertama, sidang “Panitia 9”, sidang BPUPKI
kedua, serta akhirnya disyahkan secara formal yuridis sebagai dasar filsafat negara
Republik Indonesia.

Sejarah Budaya Bangsa sebagai Akar Identitas Nasional


Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang.
Berdasarkan kenyataan objektif tersebut maka untuk memahami jati diri bngsa
Indonesia serta identitas nasional Indonesia maka tidak dapat dilepaskan dengan akar-
akar budaya yang mendasari indentitas nasional Indonesia. Dasar-dasar pembentukan
Nasionalisme modern menurut Yamin dirintis oleh para pejuang kemerdekaan bangsa,
antara lain rintisan yang dilakukan oleh para tokoh pejuang kebangkitan nasional pada
tahun 1908.

D. Negara Kebangsaan sebagai Identitas Nasional Indonesia


Bangsa Indonesia sebagai bagian dari umat manusia di dunia adalah sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki sifat kodrat sebagai makhlik individu yang
memiliki kebebasan dan juga sebagai makhluk sosial yang senantiasa membutuhkan
orang lain. Oleh karena itu dalam upaya untuk merealisasikan harkat dan martabatnya
secara semourna maka manusia membentuk suatu persekutuan hidup dalam suatu
wilayah tertentu serta memiliki suatu tujuan tertentu. Dalam pengertian inilah
maka manusia membentuk suatu persekutuan hidup yang disebut sebagai bangsa, dan
bangsa yang hidup dalam suatu wilayah tertentu serta memiliki tujuan tertentu mak
pengertian ini disebut sebagai negara.

Negara Keasatuan Republik Indonesia


Bangsa Indonesia dalam panggung sejarah berdirinya negara didunia memiliki suatu
ciri khas yaitu dengan mengangkat nilai-nilai yang telah dimilikinya sebelum
membentuk bentuk negara modern. Nilai-nilai tersebut adalah berupa nilai-nilai dat-
istiadat kebudayaan, serta nilai religius yang beranekaragam sebagai suatu unsur
negara. Esensi negara kesatuan adalah terletak pada pandangan ontologis tentang
hakikat manusia sebagai subjek pendukung negara. Menurut paham negara kesatuan
negara bukan terbentuk secara organis dari individu-individu sebagaimana lainnya,
melainkan negara terbentuk atas dasar kodrat manusia dan individu makhluk sosial.

E. Identitas Nasional Indonesia sebagaimana Terkandung Dalam UUD 1944


1. Negara Indonesia sebagai Negara Kepulauan Nusantara
Kata Nusantara merupakan sebutan lain istilah Indonesia terutama sebelum secara yuridis
formal diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Secara harfiah istilah nusantara
terdiri atas dua kata yaitu nusa yang berarti pulau atau kepulauan, dan antara yang berarti
kedudukan yang diapit oleh dua benua yaitu Asia dan Australia serta diapit oleh dua
samudra yaitu samudra Hindia dan samudra Pasific. Secara rinci dapat dipahami sebagai
berikut:
a. Ajaran dasar wawasan Nusantara
b. Hakikat wawasan nusantara
c. Kedudukan wawasan nusantara

2. Kebudayaan sebagai Identitas Nasional


Dalam kehidupan kebangsaan dan kenegaraan negara memberikan jaminan kebebasan
kepada setiap suku bangsa untuk mengembangkan kebudayaannya masing.masing. Dalam
pasal 32 UUD 1945 ayat (1) disebutkan bahwa “..Negara memajukan kebudayaan
nasional di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam
memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya. Para pakar antropologi budaya
Indonesia lazimnya sepakat bahwa kata ‘kebudayaan’ berasal dari bahasa Sangsekerta
buddhayah. Wujud budaya kongret lainnya adalah bentuk-bentuk budaya fisik yanh
dihasilkan oleh manusia. Hasil budaya manusia yang berupa benda-benda budaya atau
budaya fisik ini senantiasa bersumber pada kebudayaan manusia yang berupa sistem nilai,
yang merupakan pedoman dan pandangan hidup suatu masyarakat.

3. Bendera, Bahasa, Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan sebagai identitas


Nasional Indonesia
a. Dalam pergaulan internasional setiap negara memiliki bendera masing-masing dan
setiap bendera dari setiap negara memiliki makna
b. Bahasa Negara adalah Bahasa Indonesia yang termuat dalam Pasal 36 UUD 1945,
c. Lambang Negara adalah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika.
Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang lambang Negara, bendera, serta
lagu kebangsaan antara lain.
1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang mengatur tentang kejahatan
(tindak pidana) yang menggunakan Bendera Merah Putih
2. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 1951 tentang Lambang Negara.
3. Peraturan Pemrintah Nomor 43 Tahun 1958 tentang Penggunaan Lambang Negara.
Ketentuan tentang Lambang Negara termuat dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 24 Tahun 2009. Adapun makna Lambang Negara Garuda Pancasila yang terdapat
dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2009.

BAB IV
DEMOKRASI INDONESIA
A. Demokrasi dan Implementasinya
Pembahasan tentang peranan negara dan masyarakat tidak dapat dilepaskan dari telaah
tentang demokrasi dan hal ini karena dua alasan .Dalam hubungannya dengan
implementasi kedalam sistem pemerintahan, demokrasi juga melahirka sistem yang
bermacam-macam seperti: pertama, sistem presidensial yang menyejajarkan antara
parlemen dan presiden dan memberi dua kedudukan kepada presiden yakni sebagai
kepala negara dan kepala pemerintahan.
Dengan alasan tersebut menjadi jelas bahwa asas demokrasi yang hampir sepenuhnya
disepakati sebagai model terbaik bagi dasar penyelenggara negara ternyata memberikan
implikasi yang berbeda diantara pemakai-pemakainya bagi peranan negara.
B. Arti dan Perkembangan Demokrasi
Secara etimologis istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani, “demos” berarti rakyat
dan “kratos/kratein” berarti kekuasaan. Konsep dasar demokrasi berarti “rakyat berkuasa”
(government of rule by the people). Adapula definisi singkat untuk istilah demokrasi yang
diartikan sebagai pemerintahan atau kekuasaan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat.
Demokrasi mempuyai arti yang penting bagi masyarakat yang menggunakannya, sebab
dengan demokrasi hak masyarakat untuk menentukan sendiri jalannya organisasi negara
dijamin. Sementar itu konsep pengertian demokrasi yang lebih komprehensif
sebagaimana konstatasi Central for indonesia Civic Education (CICED) (1998), sebagai
berikut : “Democracy which is conceptually perceived a frame of thought of having the
public governence from ideal, norm, social system, as well as individual knowledge,
attitudes, and behavior needed to be contextually substantiated, cherished, and
developed”.
Perspektif lain dikembangkan oleh Torres, demokrasi dapat dilihat dari tiga tradisi
pemikiran politik, yaitu classical Aristotelian theory, medieval theory, dan contemporaly
doctrine. Masyarakat yang memiliki pandangan filosofis tertentu, akan memiliki sistem
demokrasi tertentu yang seharusnya sesuai dengan landasan ontologis tersebut.
C. Bentuk-bentuk Demokrasi
Menurut Torres demokrasi dapat dilihat dari dua aspek yaitu pertama, formal democracy
dan kedua, substantive democracy, yaitu menunjuk pada bagaimana proses demokrasi itu
dilakukan.
Formal democracy menunjuk pada demokrasi dalam arti sistem pemerintahan. Hal ini
dapat dilihat dalam berbagai pelaksanaan demokrasi di berbagai negara.
Sistem Presidensial : sistem ini menekankan pentingnya pemilihan presiden secara
langsung, sehingga presiden terpilih mendapatkan mandat secara langsung dari rakyat.
Sistem Parlementer : Sistem ini menerapkan model hubungan yang menyatu antara
kekuasaan eksekutif dan legislatif. Kepala eksekutif (had of government) adalah berada di
tangan seorang perdana menteri.
1. Demokrasi Perwakilan Liberal
Prinsip demokrasi ini didasarkan pada suatu filsafat kenegaraan bahwa manusia adalah
sebagai makhluk individu yang bebas. Pemikran langsung negara demokrasi sebagaimana
dikembangkan oleh Hobbes, Locke dan Rousseau bahwa negara terbentuk karena
adanyan perbenturan kepentingan hidup mereka dalam hidup bermasyarakat dalam suatu
natural state.
Konsekuensi dari implementasi sistem dan prinsip demokrasi ini adalah berkembang
persaingan bebas, terutama dalam kehidupan ekonomi sehingga akibatnya individu yang
tidak mampu menghadapi persaingan tersebut akan tenggelam. Akibatnya kekuasaan
kapitalislah yang menguasai kehidupan negara, bahkan berbagai kebijakan dalam negara
sangat ditentukan oleh kekuasaan kapital. Hal ini sesuai dengan analisis P.L. Berger
bahwa dalam era global dewasa ini dengan semangat pasar bebas yang dijiwai oleh
filosofi demokrasi liberal, maka kaum kapitalislah yang berkuasa.
2. Demokrasi Satu Partai dan Komunisme
Demokrasi satu partai ini lazimnya dilaksanakan di negara-negara komunis seperti Rusia,
China, Vietnam dan lainnya. Kebebasan formal berdasarkan demokrasi liberal akan
menghasilkan kesenjangan kelas yang semakin lebar dalam masyarakat, dan akhirnya
kapitalislah yang menguasai negara.
Dalam hubungan ini Marx mengembangkan pemikiran sistem demokrasi “commune
structure” (struktur persekutuan). Menurut sistem demokrasi ini masyarakat tersusun atas
komunitas-komunitas yang terkecil. Menurut pandangan kaum Marxis-Leninis, sistem
demokrasi delagatif harus dilengkapi , pada prinsipnya dengan suatu sistem yang terpisah
tetapi sama pada tingkat partai komunis. Transisi menuju sosialisme dan komunisme
memerlukan kepemimpinan yang profesional, dan kader-kader revolusioner dan disiplin .
Berdasarkan teori serta praktek demokrasi sebagimana dijelaskan di atas maka pengertian
demokrasi secara filosofis menjadi semakin luas, artinya masing-masing paham
mendasarkan pengertian bahwa kekuasaan di tangan rakyat.
3. Demokrasi berdasarkan Nilai-nilai Pancasila
Realisasi demokrasi di Indonesia tidak mungkin hanya memaksakan konsep-konsep yang
berkembang di Barat, melainkan filosofi dan core values demokrasi yang dikembangkan
secara kontekstual berdasarkan filosofi bangsa Indonesia, identitas nasional Indonesia
(national identity), perspektif sejarah bangsa Indonesia (historical experience), serta
unsur-unsur budaya bangsa (element of civic culture).
Proses demokratisasi tidak hanya berdasarkan teori dari Barat, melainkan secara
kontekstual dikembangkan berdasarkan fakta yang ada dalam praksis demokrasi di
Indonesia, yang banyak mengalami kendala yang kurang rasional dan realistik, seperti
semakin maraknya calon pemimpin dari kalangan calon pemimpin dari kalangan artis dan
pengusaha yang tanpa mempertimbangkan kemampuan, pengetahuan dan kelayakan.
Pembentukan negara Indonesia berdasarkan Pancasila sebagaiman termuat dalam
pembukaan UUD 1945 memiliki tujuan utama yang ‘mensejahterakan rakyat’ .
“melindungi segenap bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa”. Maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam
suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan
Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat. Hal ini mengandung makna
bahwa negara Indonesia adalah demokrasi (berkedaulatan rakyat), untuk mewujudkan
suatu tujuan negara yaitu kesejahteraan rakyat. Jadi demokrasi dalam pengertian ini
adalah merupakan suatu sarana untuk mewujudkan tujuan negara, bukan tujuan negara.
Kemudian kalimat berikutnya .................. “dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang
Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta
dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Pandangan Soekarno, “kapal yang membawa kita ke Indonesia Merdeka itu, ialah
Kapal-Persatuan. “Demi persatuan itu, Soekarno menekankan pentingnya bangsa
Indonesia menempuh jalan nasionalisme dan jalan demikrasinya sendiri, yang tidak perlu
meniru nasionalisme dan demokrasi yang berkembang di Barat. Hal ini tercermin dalam
tuliannya, seperti “Demokrasi Politik dan Demokrasi-Ekonomi” (1932an), “Sekali lagi
tentang “Sosio-Nasionalisme”, dan “Sosio-Demokrasi” (1932b), dan “Mencapai
Indonesia Merdeka” (1933).
Soekarno ingin menyatakan bahwa demokrasi-politik saja tidak cukup. “Bahwa
demokrasi-politik sahaja, belum menyelamatkan rakyat.
Pandangan Mohammad Hatta. Gagasan demokrasi sosial dalam konteks Indonesia
mendapatkan formulasi secara lebih jelas dari Mohammad Hatta. Pergaulannya yang
intens dengan tradisi demokrasi di Eropa, penyelidikannya atas praktik sosio-demokrasi,
terutama di negara-negara Skandivia, serta penghaytannya atas tradisi permusyawaratan
dan gotong- royong dari masyarakat desa (khususnya nagari) di Indonesia, menjadi latar
yang kuat dalam mengkonseptualisasikan model demokrasi yang cocok bagi masa depan
bangsanya.
Dalam demokrasi politik, salah satu isu penting yang perlu dikembangkan adalah soal
bagaimana sebuah pemerintah dalam satu negara dijalankan. Demokrasi memberikan
panduan dasar bahwa pemerintah harus berasal dan melibatkan rakyat di negara tersebut.
Berdasarkan isi dari penjalasan resmi Pembukaan UUD 1945 tersebut bahwa dengan
Pokok-pokok Pikiran tersebut nilai-nilai yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945
dijelmakan atau dijabarkan secara normatif dalam pasal-pasal UUD 1945. Pokok-pokok
Pikiran tersebut adalah sebagai berikut :
(1) Pokok Pikiran Pertama : “Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar asas persatuan, dengan
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
(2) Pokok Pikiran Kedua : “Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia”.
(3) Pokok Pikiran Ketiga : “Negara yang berkedaulatan rakyat , berdasarkan atas
kerakyatan dan permusyawaratan\ perwakilan “.
(4) Pokok Pikiran Keempat : “Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa,
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab”.
Pokok pikiran keempat dalam ‘Pembukaan’ ini mengandung konsekuensi lohis bahwa
Undang-Undang Dasar harus mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan
lain-lain penyelenggara negara, untuk memelihara budi pekerti dan lain-lain
penyelenggara negara , umtuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur.
Dalam pokok pikiran yang pertama ditekankan tentang aliran bentuk negara persatuan,
pokok pikiran kedua tentang cita-cita negara yaitu keadilan sosial dan pokok pikiran
ketiga adalah merupakan dasar politik negara berkedaulatan rakyat. Bilamana kita pahami
bahwa secara sistematis maka pokok pikiran I, II, dan III memiliki makna kenegaraan
sebagai berikut : negara ingian mewujudkan suatu tujuan negara yaitu melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia (pokok pikiran I). Agar terwujudnya
tujuan negara tersebut maka dalam pelaksanaan negara harus didasarkan pada suatu dasar
politik negara yaitu negara persatuan republik yang berkedaulatan rakyat (pokok pikiran I
dan III)
Dalam kehidupan kenegaraan mendasarkan pada suatu dasar moral yaitu negara berdasar
atas Ketuhanan Yang Maha Esa sera Kemanusiaan yang adil dan beradab (pokok pikiran
IV) .
D. Demokrasi di Indonesia
Berdasarkan kontantasi berbagai teori dan studi tentang demokrasi di berbagai negara,
sebagaimana dilakukan oleh Elposito , Voll, Andrews, Austin, Hantington, maka dapat
diambil esensi bahwa proses demokratisasi itu pada dasarnya mencakup proses
rekonseptualisasi yang kompleks atas substansi demokrasi dan disintesiskan serta
dikembangkan dengan tradisi, karakter, sejarah serta filosofi dari masyarakat bangsa
tersebut.
Berdasarkan pengertian tersebut secara kongrit demokrasi di Indonesia yang berjatidiri,
adalah yaitu pancasila yang secara konstitusionla terkandung dalam
staatsfundamentalnorm yaitu pembukaa UUD 1945, yang merupakan norma dasar dan
merupakan suatu sumber dari hukum dasar Indonesia.
Bagi Negara Indonesia, Tujuan Negara dirumuskan dalam pembukaan UUD 1945, bahwa
“Negara melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Idonesia” sebagai
ciri negara hukum formal dan “memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan
kehidupan bangsa”, sebagai ciri negara hukum material atau welfare state, sedangkan
secara umum “ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian
abadi dan keadilan sosial “. Hal inilah yang merupakan cita-cita ideal filosofi bagi
negara Indonesia. Nampaknya dalam reformasi dewasa ini lebih menekankan pada aspek
negara hukum formal , yaitu hasil reformasi lebih diutamakan pada aspek politik dan
hukum, bahkan usulan amandemen kelima yang akhir-akhir ini marak dibicarakan, juga
kearah hal tersebut.
1. Perkembangan Demokrasi di Indonesia
Perkembangan demokrasi di Indonesia dapat dibagi dalam empat periode :
a. Periode 1945-1959, masa demokrasi parlementer yang menonjolkan peranan
parlemen serta partai-partai.
b. Periode 1959-1965, masa Demokrasi Terpimpin yang dalam banyak aspek telah
menyimpang dari demokrasi konstusional dan lebih menampilkan beberapa aspek dari
demokrasi rakyat.
c. Periode 1966-1998, masa demokrasi Pancasila era Orde Baru yang merupakan
demokrasi konstitusional yang menonjolkan sistem presidensial.
d. Periode 1999-sekarang, masa demokrasi Pancasila era Reformasi dengan berakar pada
kekuatan multi partai yang berusaha mengembalikan perimbangan antar lembaga
negara, antara eksekutif, legislatif, dan yudikatif.

2. Pengertian Demokrasi menurut UUD 1945


a. Seminar Angkatan Darat II 9Agustus 1966)
1) Bidang Politik dan Konstitusional :
Demokrasi Indonesia seperti yang dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945
berarti menegakkan kembali asas-asas negara hukum dimana kepastian hukum
dirasakan oleh segenap warga negara, hak-hak asasi manusia baik dalam aspek
kolektif maupun dalam aspek perseorangan dijamin, dan penyalahgunaan kekuasaan
dapat dihindarkan secara Institusional.
2) Bidang Ekonomi:
a) Pengawasan oleh rakyat terhadap penggunaan kekayaan dan keuangan negara.
b) Koperasi
c) Pengakuan atas hak milik perorangan dan kepastian hukum dalam penggunaanya.
d) Peranan pemerintah yang bersifat pembinaan, pentunjuk jalan serta pelindumg.

b. Munas III Persahi : The Rule of Law (Desember 1966)


Asas negara hukum Pancasila mngandung prinsip:
1) Pengakuan dan perlindungan hak asasi yang mengandung persamaan dalam
bidang politik, hukum, sosial, ekonomi, kultural, dan pendidikan.
2) Peradilan yang bebas tidak memihak, tidak terpengaruh oleh sesuatu kekuasaan\
kekuatan lain apa pun.
3) Jaminan kepastian hukum dalam semua persoalan.

c. Simposium hak-hak Asasi Manusia (Juni 1967)


1) Adanya Pemerintah yang mempuyai cukup kekuasaan dan kewibawaan,
2) Adanya kebebasan yang sebesar-besarnya,
3) Perlunya unuk membina suatu’rapidly expandingeconomy’ (pengembangan
ekonomi secara cepat)

3. Demokrasi Pasca Reformasi


Berdasarkan esensi pengertian tersebut maka hakikat kekuasaan di tangan rakyat adalah
menyangkut baik penyelenggaraan negara maupun pemerinyah. Oleh karena itu
kekuasaan pemerintahan negara di tangan rakyat mengandung pengertian tiga hal :
pertama, pemerintah dari rakyat (government of poeple); kedua, pemerintah oleh rkyat
(government by people); ketiga, pemerintah untuk rakyat (government for people)
Pembukaan UUD 1945 dalam ilmu hukum memiliki kedudukan sebagai
“staatsfundamentalnorm” , oleh karena itu merupakan sumber hukum positif dalam
negara Republik Indonesia. Selain itu dasar pelaksana demokrasi Indonesia juga secara
eksplisit tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1 ayat (2) yang berbunyi
“Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”.
Struktur Pemerintahan Indonesia berdasarkan UUD 1945
1. Demokrasi Indonesia sebagaimana Dijabarkan Undang-Undang Dasar 1945
Hasil Amandemen 2002
Demokrasi sebagai sistem pemerintahan dari rakyat, dalam arti rakyat sebagai asal muka
kekuasaan negara sehingga rakyat harus ikut serta dalam pemerintahan untuk
mewujudkan suatu cita-citanya.
Demokrasi di Indonesia yang tertuang dalam UUD 1945 selain mengakui adanya
kebebasan dan persamaan hak juga sekaligus mengakui perbedaan serta keanekaragaman
mengingat Indonesia adalah “Bhineka Tunggal Ika”
Secara umumdudalam sistem pemrintahan yang demokratis senantiasa megandung unsur-
unsur yang paling penting dan mendasar yaitu :
(1) Keterlibatan warga negara dalam pembuatan keputusan politik.
(2) Tingkat persamaan tertentu diantara warganegara.
(3) Tingkat kebebasan atau kemerdekaan tertentu yang diakui dan dipakai oleh
warganegara.
(4) Suatu sistem perwakilan
(5) Suatu sistem pemilihan kekuasaan mayoritas.

Lembaga-lembaga negara atau alat-alat perlengkapan negara adalah :


Majelis Permusyawaratan Rakyat
Dewan Perwakilan Rakyat
Presiden
Mahkamah Agung
Badan Pemeriksa Keuangan

Adapun infra struktur politik suatu negara terdiri atas lima komponen sebagai berikut:
Partai Politik
Golongan (yang tidak berdasarkan pemilu)
Golongan Penekan
Alat Komunikasi Politk
Tokoh-Tokoh Polik
2. Penjabaran Demokrasi menurut UUD 1945 dalam Sistem Ketatanegaraan
Indonesia Pasca Amandemen 2002
(a) Konsep Kekuasaan
Konsep kekuasaan Negara menurut dempkrasi sebagai terdapa dalam UUD 1945 sebagai
berikut:
(1) Kekuasaan di Tangan Rakyat
(a) Pembukaan UUD Alinea I
(b) Pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 1945
(c) Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1 ayat (1)
(d) Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1 ayat (2)

(2) Pembagian Kekuasaan


(a) Kekuasaan Eksekutif
(b) Kukuasaan Legislatif
(c) Kekuasaan Yudikatif
(d) Kekuasaan Inspektif
(e) Dalam UUD 1945

(3) Pembatasan Kekuasaan


(1) Pasal 1 ayat (2) UUD 1945
(2) Majelis Permusyawaratan Rakyat
(3) Pasal 20 A ayat (1)
(4) Rakyat mengadakan Pemilu

(b) Konsep Pengambilan Keputusan


(1) Penjelasan UUD 1945 tentang Pokok okkiran ke III
(2) Putusan majelis permusyawaratan rakyat

(c) Konsep Pengawasan


(1) Pasal 1 ayat (2)
(2) Pasal 2 ayat (1)
(3) Penjelasan UUD 1945
(d) Konsep Partisipasi
(1) Pasal 27 ayat (1) UUD 1945
(2) Pasal 28 UUD 1945
(3) Pasal 30 UUD 1945

BAB V

NEGARA DAN KONSTITUSI


A. Pengertian Negara

Seacara historis pengertian negara senantiasa berkembang sesuai dengan kondisi


masyarakat ada saat itu. Pengertian lain tentang negara dikembangkan oleh Agustinus,
yang merupakan tokoh Katolik. Ia membagi negara dalam dua pengertian yaitu Civitas
Dei yang artinya negara Tuhan, dan Civitas Terrena atau Civitas Diaboli yang artinya
negara duniawi.

Teori negara menurut Machiavelli tersebut mendapat tantangan dan reaksi yang kuat dari
filsuf lain seperti Thomas Hobbes (1588-1679), John Locke (1632-1704), dan Roussea
(1712-1778). Mereka mengartikan negara sebagai suatu badan atau organisasi hasil dari
perjanjian masyarakat secara bersama.

Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh berbagai filsuf serata para sarjana
tentang negara, maka dapat disimpulkan bahwa semua negara memiliki unsur-unsur yang
mutlak harus ada.

Negara Indonesia

Prinsip-prinsip negara Indonesia dapat dikaji melalui makna yang terkandung di dalam
Pembukaan UUD 1945 Alinea I, menjelaskan tentang latar belakang terbentuknya
negara dan bangsa Indonesia, yaitu tentang kemerdekaan adalah hak kodrat segala bangsa
di dunia, dan penjajahan itu tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan oleh
karena itu harus dihapuskan. Alinea ke II menjelaskan tentang perjalanan perjuangan
bansa Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaa/ Alinea III menjelasakan tentang
kedudukan kodrat manusia Indonesia sebagai bangsa yang religius yang kemudian
pernyataan kemerdekaan. Adapun Alinea IV, menjelaskan tentang terbentuknya bangsa
dan negara Indonesia, yaitu adanya rakyat Indonesia yang disusun berdasarkan Undang-
Undang Dasar negara, Wilayah negara serta dasar filosofis negara yaitu adanya rakyat
Indonesia.

Kesepakatan pertama yaitu berkenaan dengan cita-cita bersama yang sangat


menentukan tegaknya konstitualisme dan konstitusi dalam suatu negara.

Kesepakatan kedua, adalah kesepakatan bahwa basis pemerintah didasarkan atas aturan
hukum dan konstitusi.
Kesepakatan ketiga, adalah berkenaan denga (a) bangunan organ negara dan prosedur-
prosedu yang mngatur kekuasaan, (b) hubungan-hubungan antara organ itu sama lain,
serta (c) hubungan atara organ-organ negara itu dengan warga negara.

C. Konstitusi Indonesia

1. Pengantar

Dalam proses reformasi hukum dewasa ini berbagai kajian ilmu tentang UUD 1945, bnyak
yang melontarkan ide umtuk melakukan amandemen terhadap UUD 1945, memang
amandemen tidak dimaksudkan untuk mengganti sama sekali UUD 1945, akan tetapi
merupakan prosedur penyempurnaan terhadap UUD 1945 tanpa harus langsung mengubah
UUD-nya itu sendiri, amandemen lebih merupakan perlengkapan dan rincian yang
dijadikan lampiran otentik bagi UUD tersebut .

Demikian bangsa Indonesia memasuki suatu babakan baru dalam kehidupan


ketatanegaraan yang diharapkan membawa ke arah perbaikan tingkat kehidupan rakyat.
UUD 1945 hasil amandemen 2002 dirumuskan dengan melibatkan sebanyak-banyaknya
partisipasi rakyat dalam mengambil keputusan politik, sehingga diharapkan struktur
kelembagaan negera yang lebih demokratis ini akan meningkatkan kesejahteraan rakyat.

2. Hukum Dasar Tertulis (Undang-Undang Dasar)

Adapun pasal-pasal lain hanya memuat aturan peralihan dan aturan tambahan. Hal ini
mengandung makna :

(1) Telah cukup jika kalau Undang-Undang dasar hanya memuat aturan-aturan pokok
(2) Sufatnya yang supel (elastic) dimaksudkan bahwa kita harus terus berkembang,
dinamis.

Menurut Padmowahyono, seluruh kegiatan negara dapat dikelompokkan menjadi dua


macam yaitu:

(1) Penyelenggaraan kehidupan negara


(2) Penyelenggaraan kesejahteraan sosial

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut diatas, maka sifat-sifat Undang-Undang


Dasar 1945 adalah sebagai berikut:

(1) Oleh karena sifatnya tertulis maka rumusnya jelas


(2) Sebagaimana tersebut dalam penjalsan Undang-Undang Dasar 1945 bahwa UUD
1945 bersifat singkat
(3) Memuat norma-norma, aturan-aturan serta ketentuan-ketentuan yang dapat dan harus
dilaksankan secara konstitusional
(4) Undang-Undang Dasar 1945 dalam tertib hukum Indonesia merupakan peraturan
hukum positif yang tertinggi.

3. Hukum Dasar yang Tidak Tertulis (Convensi)


Convesi adalah hukum dasar yang tidak tertulis, yaitu aturan-aturan dasar yang timbuk dan
terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara meskipun sifatnya tidak tertulis.

(1) Merupakan kebiasaan yang berulang kali dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan negara.
(2) Tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar dan berjalan sejajar
(3) Diterima oleh seluruh rakyat.
(4) Bersifat sebagai pelengkap.

Contoh-contoh Convensi antara lain sebagai berikut:

(1) Pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah mufakat


(2) Praktek-praktek penyelenggaraan negara yang sudah menjadi hukum dasar tidak
tertulis anatara lain:
(a) Pidato kenegaraan Presiden Republik Indonesia setiap tanggal 16 Agustus didalam
sidang Dewan Perwakilan Rakyat
(b) Pidato Presiden yang diucapkan sebagai keterangan pemerintah tentang Rancangan
Anggaran Pendapatan dan belanja negara.
4. Konstitusi

Disamping pengrtian Undang-Undang Dasar, dipergunakan juga istilah lain yaitu


“Konstitusi” . istilah berasal dari bahasa Inggris “Constitution” atau dari bahas Belanda
“Contitutie”. Terjemahan dari istilah tersebut adalah undang-undang dasar, dan hal ini
memang sesuai dengan kebiasaan orang Belanda atau Jerman.

5. Sistem Pemrintahan Negara Munurut UUD 1945 Hasil Amandemen 2002

Sistem Pemerintahan negara Indonesia sebelum dilakukan amandemen dijelaskan secara


terinci dan sistematis dan penjelasan Undang-Undang Dasar 1945. Sistem Pemerintahan
negara Indonesia ini dibagi atas tujuh yang secara sistematis merupakan pengejawantahan
kedaulatan rakyat oleh karena itu sistem pemerintahan negara ini dikenal dengan tujuh
kunci pokok sistem pemerintahan negara yang dirinci.

a. Indonesia adalah Negara Yang Berdasarkan Atas Hukum (Rechtstaat)

Dengan landasan dan semangat negara hukum dalam arti material itu, setiap tindakan
negara haruslah mempertimbangkan dua kepentingan atau landasan, ialah kegunaannya
(doelmatigheid) dan landsan hukumnya (rechmatigheid). Dalam segala hal harus
senantiasa diusahakan agar setiap tindakan negara (pemerintahan) itu selalu memenuhi
dua kepentingan atau landasan tersebut.

b. Sistem Konstitusional

Pemerintahan berdasarkan atas sistem konstitusi (hukum dasar), tidak bersifat absolut
(kekuasaan yang sementara). Sistem ini memberikan penegasan bahwa cara pengendalian
pemerintahan dibatasi oleh ketentuan-ketentuan konstitusi, yang dengan sendirinya juga
oleh ketentuan-ketentuan hukum lain merupakan produk konstitusional, ketetapan MPR,
Undang-Undang dan sebagainya.
c. Kekuasaan Negara yang Tertinggi di Tangan Rakyat

Sistem kekuasaan tertinggi sebelum dilakukan amandemen dinyatakan dalam Penjelasan


Undang-Undang Dasar 1945 sebagai berikut : “Kedaulatan rakyat dipengang oleh suatu
badan, bernama MPR, sebagai penjelmaan seluruh Rakyat Indonesia (Vertrungorgatan des
willens des Statsvolke).

Namun menurut UUD 1945 hasil amandemen 2002 kekuasaan tertinggi di tangan rakyat,
dan dilaksanakan menurut UUD (pasal 1 ayat 2). Hal ini berarti terjadi suatu reformasi
kekuasaan tertinggi dalam negara secara kelembangaan tinggi negara, walaupun esensinya
tetap rakyat yang memiliki kekuasaan.

d. Presiden ialah Penyelenggara Pemerintah Negara yang Tertinggi di Samping


MPR dan DPR

Berdasarkan UUD 1945 hasil amandemen 2002, presiden merupakan penyelenggara


pemerintah tertinggi di samping MPR dan DPR karena Presiden dipilih langsung oleh
rakyat UUD 1945 pasal 6A ayat (1) . Jadi menurut UUD 1945 ini tidak lagi merupakan
mandataris MPR, melainkan dipilih langsung oleh rakyat.

e. Presiden Tidak Bertanggungjawab Kepada DPR

Sistem ini menurut UUD 1945 sebelum amandemen dijelaskan dalam Penjelasan UUD
1945, namun dalam UUD 1945 hasil amandemen 2002 juga memiliki isi yang sama
sebagai berikut: : “ Disamping Presiden adalah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Presiden harus mendapatkan persetujuan DPR untuk membentuk Undang-Undang .

f. Menteri Negara ialah Pembantu Presiden, Menteri Negara tidak


Bertanggungjawab Kepada Dewan Perwakilan Rakyat

Sistem ini dijelaskan dalam UUD 1945 hasil amandemen 2002 maupun dalam penjelasan
UUD 1945, sebagai berikut:

“Presiden dalam melaksanakan tugas pemerintahannya dibantu oelh menteri-menteri


negara (Pasal 17 ayat (1) UUD 1945 Hasil amandemen) presiden mengangkat dan
memberhentikan Menteri-Menteri Negara (Pasal 17 ayat (2) UUD 1945 Hasil
Amandemen 2002).

g. Kekuasaan Kepala Negara Tidak Tak-Terbatas

Menurut UUD 1945 Hasil Amandemen 2002, Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh
rakyat secara langsung (UUD 1945 hasil Amandemen 2002 pasal 6A ayat (1). Dengan
demikian dalas sistem kekuasaan kelembangaan negara Presiden tidak lagi merupakan
mandetaris MPR bahkan sejajar dengan DPR dan MPR.

6. Negara Indonesia adalah Negara Hukum

Ciri-ciri suatu negera hukum adalah :


a. Pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi yang mengandung persamaan dalam
bidang politik
b. Peradilan yang bebas dari suatu pengaruh kekuasaan atau kekuatan lain dan tidk
memihak.
c. Jaminan kepastian hukum, yaitu jaminan bahwa ketentuan hukumnya dapat dipahami
dapat dilaksanakan dan aman dalam melaksanakannya.

Adapun pembangunan hukum di Indonesia sesuai dengan tujuan negara hukum, diarahkan
pada terwujudnya sistem hukumyang mengabdi pada kepentingan nasional terutama
rakyat, melalui penyusunan sofinya dan UUD 1945 sebagai dasar konstitusionalnya, serta
aspirasi rakyat sebagai sumber materinya.

BAB IV

RULE OF LAW DAN HAK ASASI MANUSIA


A. Pengertian Rule of Law dan Negara Hukum

Pengertian Rule of Law dan negara hukum pada hakikatnya silit dipisahkan. Ada
sementara pakar mendeskripsikan bahwa pengertian negara hukum dan Rule of Law itu
meskipun antara negara hukum dan Rule of Law tidak dapat dipisahkan namun masing-
masingmemiliki penekanan masing-masing.

Prinsip-prinsip Rule of Law

Dalam hubungan negara hukum ini organisasi pakar hukum internasional, Internasional
Comission of Jurists (ICJ), secara intens melakukan kajian terhadap konsep negara hukum
dan unsut-unsur esensial yang terkandung didalamnya. ICJ dalam kapasitasnya sebagai
forum intelektual , juga menyadari bahwa yang terlebih penting lagi adalah bagaimana
konsep rule of law dapat diimplementasikan sesuai dengan perkembangan kehidupan
dimasyarakat.

B. Hak Asasi Manusia

Hak asasi manusia sebagai gagasan, paradigma serta kerangka konseptual tidak lahir
secara tiba-tiba sebagimana kita lihat dalam ‘Universal Declaration of Human Right’ 10
Desember 1948, namun melalui suatu proses yang cukup panjang dalam sejarah peradaban
manusia.

Namun demikian dikukuhkannya naskah Universal Declaration of Human Rights ini,


ternyata tidak cukup mampu untuk mencabut akar-akar penindasan di berbagai negara.
Oleh karena itu PBB secara terus menerus berupaya untuk memperjuangkannya. Akhirnya
setelah kurang lebih 18 tahun kemudian, PBB berhasil juga melahirkan Convenant on
Economic, Social and Cultral (Perjanjian tentang ekonomi, sosial dan budaya) dan
Convenant on civil and Political Rights (perjamjian tentang hak-hak sipil dan politik).

C. Penjabaran Hak-hak Asasi Manusia dalam UUD 1945

Tujuan negara Indonesia sebagai negara hukum yang bersifat formal tersebut mengandung
konsekuensi bahwa negara berkewajiban untuk melindungi seluruh warganya dengan
suatu Undang-Undang terutama melindungi hak-hak asasinya demi kesejahteraan hidup
bersama .

Berdasarkan pada tujuan negara sebagaimana terkandung dalam Pembukaan UUD 1945
tersebut , maka negara Indonesia menjamin dan melindungi hak-hak asasi manusia para
warganya, terutama dalam kaitannya dengan kesejahteraan hidupnya baik jasmaniah
maupun rokhaniah , antara lain berkaitan dengan hak-hak asasi bidang sosial, politik,
ekonomi, kebudayaan, pendidikan, dan agama.

D. Hak dan Kewajiban Warga Negara


1. Pengertian Warganegara dan Penduduk

Warganegara adalah rakyat yang menetap di suatu wilayah dan rakyat tertentu dalam
hubungannya dengan negara. Dalam hubungan antara warganegara dan negara,
warganegara mempuyai kewjiban-kewajiban terhadap negara dan sebaliknya warganegara
juga mempunyai hak-hak yang harus diberikan dan dilindungi oleh negara.

Dalam hunungan Internasional di setiap wilayah negara selalu ada warga negara dan orang
asing yang semuanya disebut penduduk.

2. Asas-asas Kewarganegaraan
a. Asas ius-sanguinis dan asa ius-soli

Setiap negara yang berdaulat berhak untuk menetukan sendiri syarat-syarat untuk
menjadi warganegara. Ius soli adalah asas daerah kelahiran, artinya bahwa status
kewarganegaraan seseorang ditentukan oleh tempat kelahirannya di negara A tersebut.
Ius sanguinis adalah asas keturunan atau hubungan daerah , artinya bahwa kenegaraan
seseorang ditentukan oleh orangtuanya.

b. Bipatride dan apatride

Bipatride (dwi Kewarganegaraan) timbul apabila menurut peraturan dari dua negara
terkait seseorang dianggap sebagai warganegara kedua negara itu.

Apatride (tanpa Kewarganegaraan) timbul apabila menurut peraturan


Kewarganegaraan, seseorang tidak diakui sebagai warganegara dari negara manapun.

3. Hak dan Kewajiban Warganegara menurut UUD 1945

Pasal-pasal UUD 1945 yang menetapkan hak dan kewajiban warganegara mancakup
pasal-pasal 27,28,29,30,31,33, dan 34.
a. Pasal 27 ayat (1)
b. Pasal 27 ayat (2)
c. Pasal 27 ayat (3)
d. Pasal 28 ayat
e. Pasal 29 ayat (2)
f. Pasal 30 ayat (1)
g. Pasal 31 ayat (1)

4. Hak dan Kewajiban Bela Negara


a. Pengertian

Pembelaan negara atau bela negara adalah tekad, sikap dan tindakan warga negara yang
teratur, menyeluruh, terpadu dan berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan pada tanah air
serta kesadaran hidup berbangsa dan bernegara.

b. Asas Demokrasi dalam Pembelaan Negara

Berdasarkan pasal 27 ayat (3) dalam perubahan Kedua UUD 1945, bahwa usaha bela
negara merupakan hak dan kewajiban setiap warganegara. Hal ini menunjukkan bahwa
adanyan asas demokrasi dalam pembelaan negara yang mecakup dua arti.

c. Motivasi dalam Pembelaan Negara


(1) Pengalaman sejarah perjuangan RI
(2) Kedudukan wilayah goegrafis Nusantara yang strategis
(3) Keadaan Penduduk (demografis) yang besar
(4) Kekayaan sumber daya alam
(5) Perkembangan dan kemajuan IPTEK di bidang persenjataan
(6) Kemungkinan timbulnya bencana perang

BAB VII

GEOPILITIK INDONESIA
A. Pengertian

Geopolitik diartikan sebagai sistem politik atau peraturan-peraturan dalam wujud


kebijaksanaan dan strategi nasional yang didorong oleh aspirasi nasional geografik
(kepentingan yang tidak beratnya terltak pada pertimbangan geografi, wilayah atau
teritorial dalam arti luas) suatu negara , yang apabila dilaksanakan dan berhasil akan
berdampak kepada geografi negara yang bersangkutan.

B. Pengertian Wawasan Nusantara

Istilah wawasan berasal dari kata ‘wawas’ yang berarti pandangan, tinjauan, atau
penglihatan inderawi. Akar kata ini membentuk kata ‘mawas’ yang berarti memandang,
meninjau, atau melihat. Sedangkan ‘wawasan’ berarti cara pandang, cara tinjau, atau cara
melihat.

Secara umum wawasan nasional berarti cara pandang suatu bangsa tentang diri dan
lingkungannya yang dijabarkan dari dasar falsafah dan sejarah bangsa itu sesuai dengan
posisi dan kondisi geografi negaranya untuk mencapai tujuan atau cita-cita nasionalnya.

C. Geopolitik dan Geosrtategi

Dalam perjalanan sejarah bangsa-bangsa besar di dunia seperti Jerman, Prancis, Rusia, dan
bangsa lainnya, wawasan nasional suatu bangsa dibentuk dan dijiwai oleh paham
kekuasaan dan geopolotik yang dimuatnya.

1. Paham-paham Kekuasaan

a. Paham Pemikiran Machiavelli


b. Paham Pemikiran Napoleon Bonaparte
c. Paham Pemikiran Jendral Clausewitz
d. Paham Pemikiran Feurbach dan Hegel
e. Paham Pemikiran Lenin
f. Paham Pemikiran Lucian W. Pye dan Sidney
2. Geopolitik
a. Asal Istilah Geopolitik

Geopilitik merupakan dasar pertimbangan dalam menentukan alternatif kebijakan nasional


unruk mewujudkan tujuan tertentu. Prinsip-prinsip dalam geopolotik menjadi
perkembangan suatu wawasan nasional. Pengertian geopolitik telah dipraktekkan sejak
abad XIX, namun pengertiannya baru tumbuh pada awal abad XX sebagai ilmu
penyelrnggara negara yang setia kebijakannya dikaitkan dengan masalah-masalah geografi
wilayah yang menjadi tempat tinggal suatu bangsa.

b. Teori Geopolitik
1) Pandangan Frederich Ratzel
a) Dalam hal-hal tertentu pertumbuhan negara dapat dianalogikan dengan pertumbuhan
organisme yang memerlukan ruang lingkup melalui proses lahir
b) Negara identik dengan suatu ruang yang ditempati oleh kelompok politik dalam arti
kekuatan.
c) Semakin tinggi budaya suatu bangsa

2) Pandangan Rudolf Kjellen


a) Negara merupakan suatu organisme (makhluk hidup) yang memiliki intelektual.
b) Negara merupakan suatu sistem politik/pemerintahan yang meliputi bidang-bidang
geopolitik
c) Negara tidak harus bergantung pada sumber pembekalan luar.
3) Pandangan Haushofer
Pokok-pokok Pemikiran Haushofer adalah sebagai berikut:
a) Suatu bangsa dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya tidak terlepas dari
hukum alam.
b) Kekuasaan Imperium Daratan yang kompak akan dapat mengejar kekuasaan Imperium
maritim untuk menguasai pengawasan di laitan.
c) Beberapa negara besar di dunia akan timbul dan akan menguasai Eropa
d) Geopolitik dirumuskan sebagai perbatasan.

4) Pandangan Sir Halford Mackinder

Sir Halford Mackinder sebagai ahli geopolitik pada dasarnya menganut ‘konsep
kekuasaan’ dan mencetuskan Wawasan benua, yaitu konsep kekuatan di darat.

5) Pandangan Sir Walter Raleigh dan Alfred Thyer Mahan

Kedua ahli ini mempuyai gagasan ‘wawasan bahari’, yaitu kekuatan lautan. Ajaran ini
menyatakan bahwa barang siapa menguasai lautan maka akan menguasai ‘perdangangan’.

Geopolitik Indonesia

Dalam hubungan internasional, bangsa Indonesia berpijak pada paham kebangsaan


(nasionalisme) yang membentuk suatu wawasan kebangsaan dengan menolak pandangan
Chauvisme.

3. Geostrategi

Strategi adalah politik dalam pelaksanaan, yaitu upaya bagaimana mencapai tujuan atau
sasaran yang ditetapkan sesuai dengan keinginan politik.

Posisi silang Indonesia tersebut dapat dirinci sebagai berikut:

1) Geografi
2) Demografi
3) Ideologi
4) Politik
5) Ekonomi
6) Sosial
7) Budaya
8) Hankam

D. Faktor yang mempengaruhi Wawasan Nusantara


1. Wilayah (Geografi)
a. Asas Kepulauan (Archipelagic Principle)

Istilah archipelago antara lain terdapat dalam naskah resmi perjanjian antara Republik
Vanezza dan Michael Palaleogus pada tahun 1268. Perjanjian ini menyebut “Arc(h)
Pelago” yang maksudnya adalah “Aigaius Pelagos” atau Laut Aigia yang dianggap
sebagai laut terpenting oleh negara-negara bersangkutan.

b. Kepulauan Indonesia
Sebutan “Indonesia” merupakan ciptaan ilmuwan J.R. Logan dalam Journal of the Indian
Archipelago and East Asia (1850). Sir W.E. Maxwell, seseorang ahli hukum, juga
memakainya dalam kegemarannya mempelajari rumpun Melayu. Pada tahun 1882 dia
menerbitkan buku penuntun untuk bahasa itu dengan kata pembukaan yang memakai
istilah ‘Indonesia’ semakin terkenal berkat peran Adolf Bastian, seorang etnolog, yang
menegaskan arti kepualauan ini dalam bukunya.

c. Konsepsi tentang Wilayah Lautan


1) Res Nullius, menyatakan bahwa itu adalah milik masyarakat dunia
2) Res Cimmnis, menyatakan bahwa laut itu adalah milik masyarakat dunia karena itu
tidak dapat dimiliki oleh masing-masing negara.
3) Mare Liberum, menyatkan bahwa wilayah laut adalah bebas untuk semua bangsa.
4) Mare Clausum (The Right and Dominion of the Sea), menyatakan bahwa hanya laut
sepanjang pantai saja yang dapat dimiliki oleh suatu negara
5) Archipelagic State Pinciples (asas Negara Kepulauan) yang menjadikan dasar dalam
Konvensi PBB tentang hukum laut.

d. Karakteristik Wilayah Nusantara

Nusantara Kepulauan Indonesia yang terletak di antara benua Asia dan benua Australia
dan diantara sumdra pasifik dan samudra Indonesia, yang terdiri 17.508 pulau besar
maupun kecil.

Jarak Utara dan Selatan sekitar 1.888 Kemerdekaan, sedangkan jarak barat-timur sekitar
5.110 Kemerdekaan bila diproyeksikan pada peta benua Eropa, maka jarak barat-timur
tersebut sama dengan jarak antara London (Inggris) dan Ankara (Turki).

2. Perkembangkan Wilayah Indonesia dan Dasar Hukumnya


a. Sejak 17-8-1945 sampai dengan 13-12-1957

Pada masa tersebut wilayah negara Republik Indonesia bertumpu pada wilayah daratan
pulau-pulau yang saling terpisah oleh perairan atau selat di antara pulau-pulai iti. Wilayah
laut teritorial masih sangat sedikit karena untuk setipa pulai hanya ditambah perairan
sejauh 3 mil di sekelilingnya.

b. Dari Deklarasi Juanda


(13-12-1957) sampai dengan 17-2-1969
1) Perwujudan bentuk wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang utuh dan bulat.
2) Penentuan batas-batas wilayah Negara Indonesia di sesuaikan dengan asas negara
kepulauan (Archipelagic State Principles).
3) Pengaturan lalu lintas damai pelayaran yang lebih menjamin keselamatan dan
keamanan Negara Kesatian Republik Indonesia.

c. Dari 17-2-1969 (Deklarasi Landas Kontinen)


sampai sekarang

Asas-asas pokok yang termuat didalam Deklarasi tentang landas kontinen adalah sebagai
berikut:
1) Segala sumber kekayaan alam yang terdapat dalam landas kontinen Indonesia adalah
milik eksklusif negara RI.
2) Pemerintah Indonesia besedia menyelesaikan soal garis batas landasan kontinen
dengan negara-negara tentangga melalui perundingan.
3) Jika tidak ada garis batas maka landas kontinen adalah suatu garis yang ditarik di
tengah-tengah pulau.
4) Claim tersebut tidak mempengaruhi sifat serta status dari perairan diatas landas
kontinen Indonesua maupun udara di atasnya.
d. Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE)

Alasan-alasan pemerintah mengemumkan ZEE adalah :

1) Persediaan ikan yang semakin terbatas.


2) Kebutuhan untuk pembangunan nasional Indonesia.
3) ZEE mempuyai kekuatan hukum internasional.

E. Unsur-unsur Dasar Wawasan Nusantara


1. Wadah

Wawasan Nusantara sebagai wadah meliputi tiga komponen:

a. Wujud wilayah
b. Tata Inti Organisasi
c. Tata Kelengkapan Organisasi

2. Isi Wawasan Nusantara


a. Cita-cita bangsa Indonesia tertuang di dalam Pembukaan UUD 1945 yang
menyebutkan:
1) Negara Indonesia yang merdeka
2) Rakyat Indonesia yang berkehidupan kebangsaan yang bebas.
3) Pemerintah negara Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum

b. Asas keterpaduan semua aspek kehidupan nasional berciri menungal, utuh


menyeluruh yang meliputi:
1) Satu kesatuan wilayah Nusantara yang mencakup daratan
2) Satu kasatuan politik
3) Satu kesatuan sosial-budaya
4) Satu kesatuan ekonomi dengan berdasarkan atas asas usaha bersama dan asas
kekeluargaan
5) Satu kesatuan pertahanan dan keamanan dalam satu sistem terpadu
6) Satu kesatuan kebijakan nasional dalam arti pemerintah pembunganan dan hasil-
hasilnya yang mencakup aspek kehidupan nasional.

3. Tata Laku Wawasan Nusantara Mencakup Dua Segi, Batiniah dan Lahiriah
a. Tata laku batiniah berlandaskan falsah bangsa yang menbentuk sikap mental bangsa
yang memiliki kekuatan batin.
b. Tata laku lahirlah merupakan kekuatan yang utuh

F. Implementasi Wawasan Nusantara


1. Wawasan Nusantara sebagai Pancaran Falsafah Pancasila

Falsafah Pancasila diyakini sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia yang sesuai
dengan aspirasinya. Keyakinan ini dibuktikan dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia
sejak awal proses pembentukan negara kesatuan Republik Indonesia sampai sekarang.

2. Wawasan Nusantara dalam Pembangunan Nasional


a. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Politik
1) Kebutahan wilayah dengan segala isinya merupakan modal dan milik bersama bangsa
Indonesia.
2) Keanekaragaman suku
3) Secara psikologis
4) Pancasila merupakan falsafah dan ideologi
5) Kehidupan politik di seluruh wilayah nusantara sistem hukum nasional
6) Seluruh kepulauan Nusantara merupakan satu kesatuan sistem hukum nasional.
7) Bangsa Indonesia bersama bangsa-bangsa lain ikut menciptakan ketertiban dunia dan
perdamain abadi.

b. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Ekonomi


1) Kekayaan diwilayah nusantara
2) Tingkat perkembangan ekonomi harus seimbang
3) Kehidupan perekonomian di seluruh wilayah Nusantara diselenggrakan sebagai usah
bersama dengan asa kekeluargaan dalam sistem ekonomi
c. Perwujudan kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Sosial Budaya
1) Masyarakat Indonesia adalah satu bangsa yang harus memiliki kehidupan serasi
dengan tingkat kemajuan yang merata dan seimbang sesuai dengan kemajuan bangsa.
2) Budaya Indonesia pada hakikatnya adalah satu kesatuan dengan corak ragam budaya
yang menggambarkan kekayaan budaya bangsa.

d. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Pertahanan


Keamanan
1) Bahwa ancaman terhadap satu pulau atau satu daerah pada hakikatnya adalah ancaman
terhadap seluruh bangsa dan negara.
2) Tiap-tiap warga negara mempuyai hak dan kewajiban yang sama untuk ikut serta
dalam pertahanan dn keamanan negara dalam rangak pembelaan negara dan bangsa.

3. Penerapan Wawasan Nusantara


a. Salah satu manfaat paling nyata dari penerapan Wawasan Nusantara, khusunya di
bidang wilayah, adalah diterimanya konsepsi Nusantaran di forum internasional.
b. Pertambahan luas wilayah sebagai ruang hidup tersebut menghasilakan sunber daya
alam yang cukup besar untuk kesejahteraan bangsa Indonesia.
c. Pertambahan luas wilayah tersebut dapat diterima oleh dunia nasional termasuk
negara-negara tetangga
d. Penerapan wawasan Nusantara dalam pembangunan negara di berbagai bidang tampak
pada berbagai proyek pembagunan sarana da prasarana komunikasi dan transporasa.
e. Penerapan di bidang sosial budaya terlihat pada kebijakan untuk menjadikan bangsa
Indonesia yang Bhineka Tunggal Ika .
f. Penerapan wawasan Nusantara dibidang pertahanan Keamanan terlihat pada
kesiapsiagaan dan kewaspadaan seluruh rakyat melalui sistem pertahanan.

4. Hubungan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional

Dalam penyelenggaraan kdehidupan nasional agar tetap mengarah pada pencapaian tujuan
nasional diperlukan suatu landasan dan pedoman yang kokoh berupa konsepsi wawasan
nasional.

Wawasan nasional bangsa Indonesia adalah Wawasan Nusantara yang merupakan


pedoman bagi proses pembangunan nasional menuju tujuan nasioanl.

BAB VIII
GEOSTRATEGI INDONESIA
A. Pengertian Geostrategi

Geostrategi diartikan sebagai metode atau aturan-aturan untuk mewujudkan cita-cita dan
tujuan melalui proses pembangunan yang memberikan arahan tentang bagaimana
membuat strategi pembangunan dan keputusan yang terukur dan terimajinasi guna
mewujudkan masa depan yang lebih baik, lebih aman, dan bermartabat.

Oleh karena itu prinsip-prinsip nasionalisme Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Kesatuan sejarah
2. Kesatuan nasib
3. Kesatuan kebudayaan
4. Kesatuan wilayah
5. Kesatuan asas kerokhanian

B. Ketahanan Nasional

Dalam hubungan dengan realisasi pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, maka filsafat
Pancasila merupakan esensi dari ‘staatsfundamentanorm’ atau pokok kaidah negara yang
fundamental.

1. Konsepsi Ketahanan Nasional


a. Kekuatan apa yang ada pada suatu bangsa dan Negara sehingga ia mampu
mempertahankan kelangsungan hidupnya.
b. Kekuatan apa yang harus dimiliki oleh suatu bangsa dan negara sehingga ia selalu
mampu mempertahankan elangsungan hidunya
c. Ketahanan atau kemampuan bangsa untuk tetap jaya

Berdasarkan pengertian sifat-sifat dasarnya maka ketahanan nasional adalah:

a. Integratif
b. Mawas ke dalam
c. Menciptakan kewibawaan
d. Berubah menurut waktu

Konsepsi ketahanan nasional dapat juga dipandang sebagai suatu pilihan atau alternatif
dan konsepsi tentang kekuatan nasioanal (national power), yang biasanya dianut oleh
negara-negara besar didunia.

a. Aspek alamiah yang meliputi:


1) Letak geografis negara
2) Keadaan dan kekayaan alam
3) Keadaan dan kemampuan penduduk
b. Aspek kemasyarakatan yang meliputi:
1) Ideologi
2) Politik
3) Ekonomi
4) Sosial budayadan hankam
5) Pertahanan dan keamanan

2. Ketahanan Nasional sebagai kondisi

Dalam hubungan dengan ketahanan nasional Indonesia dengan memperhatikan berbagai


macam bahaya, gangguan yang mengancam serta situasi dan kondisi dalam negara
Indonesia, maka ditentukan strategi untuk mempertahankan kelangsungan hidup negara
Indonesia.

C. Pengaruh Aspek Ketahanan Nasional terhadap Kehidupan Berbangsa dan


Bernegara

Kondisi krisis yang melanda bangsa Indonesia pada era reformasi dewasa ini sangat
mempengaruhi berbagai kebijakan dalam negeri maupun luar negeri Indonesia. Pengeruh
ideologi dunia menjadi semakin kuat melalui isu demokrasi dan penegakkan HAM dalam
wujud kekuatan-kekuatan yang ada pada elemen masyarakat terutama Lembaga Swadaya
Masyarakat yang banyak mendapat dukungan kekuatan internasional serta berbagai
infrastuktur politik.

1. Pengaruh Aspek Ideologi

Pengertian ideologi secara umum dapat dikatakan sebagai kumpulan gagasan-gagasan,


ide-ide , keyakinan-keyakinan, kepercayaan-kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis
yang menyangkut :
a. Bidang politik
b. Bidang sosial
c. Bidang kebudayaan
d. Bidang keagamaan

a. Ideologi Dunia
1) Liberalisme

Pengaruh yang mempertentang antara negara dengan masyarakat sipil dewasa ini sangat
terasa dalam konteks reformasi, sehingga tidak mengherankan mengakibatkan rapuh dan
menipisnya komitmen terhadap ketahanan ideologi yang telah merupakan kesepakatan
para pendiri negara yang merupakan kontrak sosial dari seluruh elemen bngsa indonesia.

2) Komunisme

Sebagai suatu ideologi komunisme mencanangkan suatu cita-cita yang bersifat utopis
yaitu suatu masyarakat tanpa kelas, masyarakat yang sama rata dan sama rasa.

Sesuai dengan filosofinya komunisme berpendapat bahwa cita-ciya itu dapat tercapai
dengan melakukan perombakan masyarakat secara total dengan jalan revolusi.

3) Ideologi Keagamaan

Dalam kaitan dengan konsep negara juga banyak gerakan politik diberbagai negara
termasuk di Indonesia, yang mendasarkan organisasinya atas basis ideoligi agama.
Sebenarnya berkemangnya ideologi keagaman memiliki peranan yang sangat mulia
karena mendasari moral politik, dan mengarah segala gerakan politik untuk kesejateraan
dan kedamaian umat manusia.

b. Ideologi Pancasila

Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesepakatan filosofis dan kesepakatan


politis dari segenap elemen bangsa Indonesia dalam mendirikan negara. Dapat juga
istilah bahwa Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kontrak sosial seluruh elemen
bangsa Indonesia dalam mendirikan negara.

c. Ketahanan Nasional Bidang Ideologi

Pancasila sebagai suatu ideologi bangsa dan negara Indonesia, kecuali sebagai prisip
persatuan dan kesatuan bangsa, juga berfungsi mengarahkan perjuangan banga Indonesia
umtuk mencapai cita-citanya sehingga peranannya sangat penting dalam kehidupan
negara.

1) Konsep Pengertian Ketahanan Ideologi

Ideologi adalah suatu perangkat prinsip pengarahan yang dijadikan dasar serta
memberikan arah dan tujuan untuk mencapai dalam melangsungankan dan
mengembangkan hidup dan kehidupan nasional suatu bangsa dan negara. Ideologi
memiliki sifat futuristik, artinya mampu memberikan suatu gambaran masa depan yang
ideal .

2) Strategi Pembinaan Ketahanan Ideologi

Dalam proses kehidupan berbangsa dan bernegara upaya untuk meningkatkan ketahanan
nasional bidang ideologi dipengaruhi oleh sistem nilai, artinya kemanfaatan ideologi
sangat bergantumg kepada serangkaian nilai yang terkandung didalamnya yang dapat
memenuhi dan menjamin segala aspirasi dalam kehidupan baik secara pribadi, makhluk
sosial, amupn sebagai warganegara sesuai dengan kodrat manusia sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa.

2. Pengaruh Aspek Politik


a. Pengertian

Sejalan dengan pengertian ketahanan nasional secara umum, maka pengertian ketahanan
nasional bidang politik adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa, yang berisi keuletan
dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan potensi nasional
menjadi kekuatan nasonal, sehingga dapat menangkal dan mengatasi segala kesulitan dan
gangguan yang dihadapi oleh negara baik yang berasal dari dalam maupun dari luar
negeri.

b. Politik dalam Negeri

Politik dalam negeri adalah kehidupan kenegaraan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
yang mampu menyerap aspirasi dan dapat mendorong partisipasi masyarakat dalam suati
sistem.

Ketahanan pada Aspek Politik Dalam Negeri

1) Sistem pemerintahan yang berdasarkan hukum


2) Mekanisme politik yang memungkinkan adanya perbedaan pendapat.
3) Kepemimpinan nasional mampu mengakomondasikan aspirasi yang hidup dalam
masyarakat dan tetap berada dalam lingkup dasar filsafat pancasila
4) Terjalin Komunikasi politik timbal balik antara pemerintah dan masyarakat

c. Politik Luar Negeri

Politik luar negeri adalah salah satu sarana pencapaian kepentingan nasioanal dalam
pergaulan antar bangsa. Politik luar negeri Indonesia yang berlandaskan pada Pembukaan
UUD 1945, yaitu melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaa,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Ketahanan pada Aspek Politik Luar Negeri

1) Hubungan luar negeri ditujukan untuk meningkatkan kerjasama internasional


diberbagai bidang atas dasar sikap saling menguntungkan
2) Politik luar negeri terus dikembangkan menurut prioritas dalam rangka
3) Citra positif Indonesia terus ditingkatkan dan diperluas antara lain melalui promosi
4) Perkembangan , perubahan, dan gejolak dunia terus diikuti
5) Langkah bersama negara berkembang dengan industri maju
6) Perjuangan mewujudkan suatu tatanan dunia baru dan ketertiban dunia berdasarkan
kemerdekaan
7) Peningkatan kualitas sumber daya manusia perlu dilaksanakan dengan pembenahan
sitem pendidikan
8) Perjuangan bangsa Indonesia yang menyangkut kepentingan nasional

3. Pengaruh Apek Ekonomi


a. Pengertian Perekonomian

Bidang ekonomi merupakan suatu bidang kegiatan manusia dalam rangka mencakupi
kebutuhannya di samping alat pemuas kebutuhan yang terbatas.

Bidang ekonomi tidak bisa delepaskan dengan faktor-fakor lain yang saling berkaitan.
Perekonomian selain berkaitan dengan wilayah geografi suatu negara, juga sumber
kekayaan alam, sumber daya manusia, cita-cita masyarakat yang lazimnya disebut
ideologi, akumulasi kekuatan, kekuasaan, serta kebijakan yang akan tetap ditrapkan
dalam kegiatan produksi dan distribusi, nilai sosial budaya, serta pertahanan dan
keamanan yang memberikan lancarnya roda kegiatan ekonomi suatu bangsa.

b. Perekonomian Indonesia

Secara makro sistem perekonomian Indonesia dapat disebut sistem perekonomian


kerakyatan. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasi oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

c. Ketahanan pada Aspek Ekonomi

Ketahanan ekonomi yang hakikatnya merupakan suatu kondisi kehidupan perekonomian


bangsa berlandaskan UUD 1945 dan dasar filosofi Pancasila, yang menekankan
kesejahteraan bersama, dan mampu memelihara stabilitas ekonomi yang sehat dan
dinamis serta menciptakan kemandirian perekonomian nasioanal dengan daya saing yang
tinggi.

4. Pengaruh Aspek Sosial Budaya


a. Pengertian Budaya

Manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa di dalam kehidupan ini mempuyai
kedudukan yang tinggi, dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya. Jika dicermati
dengan seksama, perbedaan itu terjadi karena manusia dikaruniai jiwa, yaitu akal, rasa,
kehendak serta keyakinan.

b. Kondisi Budaya di Indonesia

Kebudayaan suku-suku yang mendiami wilayah nusantara ini telah lama saling
berkomunikasi dan berinteraksi dalam kesetaraan. Dalam kehidupan bernegara saat ini,
dapat dikatakan bahwa kebadayaan daerah merupakan kerangka dari kehidupan sosial
budaya bangsa Indonesia.

Kebudayaan Nasional

Berdasarkan proses interaksi budaya tersbut maka kebudayaan nasional Indonesia


memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Bersifar Religius
2) Bersifat Kekeluargaan
3) Bersifat serba selaras
4) Bersifat kerakyatan

Integrasi nasional

Komunikasi interaksi suku-suku bangsa yang mendiami wilayah nusantara Indonesia


oada tahun 1928 telah menghasilkan aspirasi bersama untuk hidup bersama sebagai satu
bangsa di satu tanah air. Aspirasi itu terwujud secara sah diakui oleh bangsa-bangsa lain
di dunia melalui Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Kebudayaan dan Alam Lingkunngan

Perkembangan kebudayaan dalam suatu wilayah daerah tertentu senantiasa sangat


ditentukan oleh alam lingkungan di mana kebudayaan tersebut tumbuh dan berkembang.
Berdasarkan tradisi kebudayaan lama yang kurang mendukung pengembangan Iptek
tersebut maka secara arif bijaksana harus dikembangkan budaya yang meletakkan
manusia sebagai sistemik dari alam lingkungannya.

c. Struktur Sosial di Indonesia

Pengertian sosial paka hakikatnya merupakan interaksi dalam pergaulan hidup manusia
dalam bermasyarakat. Dalam proses ini terkandungdi dalamnya nilai-nilai kebersamaan,
solidaritas, kesamaan nasib sebagai unsur pemersatu kelompok.

d. Ketahanan pada Aspek Sosial Budaya

Dalam hubungan ketahanan bidang sosial budaya harus diingat bahwa demokrasi harus
menyentuh seluruh sendi-sendi kehidupan masyarakat, tidak hanya politik saja melainkan
juga sosial, budaya, ekonomi bahkan kehidupan umat beragama.

5. Pengaruh Aspek Pertahanan dan Keamanan


a. Filosofi Pertahanan dan Keamanan

Pertahanan dan keamanan Indonesia adalah kesemestaan daya upaya seluruh rakyat
Indonesia dalam mempertahankan dan mengamankan negara demi kelangsungan hidup
bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal itu didasari oleh prinsip-prinsip
nilai yang merupakan dasar keykinan dan kebenaran bagi kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Prinsip-prinsip tersebut adala sebagai berikut:

1) Pandangan bangsa Indonesia tentang perang dan damai


2) Penyelenggara Pertahanan dan Keamanan Negara kesatuan Republik Indonesia
3) Pertahanan dan Keamanan Negara merupakan suatu upaya nasional terpadu
4) Pertahanan dan Keamanan Negara Republim Indonesia diselenggarakan dengan
Siskamnas (Sishankamrata)
5) Segenap kekuatan dan kemampuan pertahanan dan keamanan rakyat semesta
diorganisasikan dalam satu wadah tunggal yang dinamakan Tentara Nasional
Indonesia (TNI) dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri)

b. Postur Kekuatan Pertahanan dan Keamanan

Postur Kekuatan Hankam

Postur kekuatan hankam mencakup struktur kekuatan, tingkat kemampuan, dan gelar
kekuatan. Terdapat empat pendekatan yang digunakan untuk membangun postur kekuatan
hankam, yaitu (1) pendekatan ancaman, (2) misi, (3) kewilayahan, dan (4) politik.

Pembagunan Kekuatan Hankam

Konsepsi Hankam perlu mengacu kepada konsep Wawasan Nusantara di mana Hankam
mengarah pada upaya pertahanan seluruh wilayah kedaulatan negara kesatuan Republik
Indonesia, yang meliputi wilayah laut, udara , dan darat termasuk pulau-pulau besar dan
kecil.

Hakikat Ancaman

Rumusan ini akan mempengaruhi kebijaksanaan dan strategi pembangunan kekuatan


Hankam. Kekeliruan dalam merumuskan hakikat ancaman akan mengakibatkan postur
kekuatan Hankam menjadi kurang efektif dalam mengahadapi berbagai gejolak negeri,
bahkan tidak mampu untuk melakukan perang secara konvensional.

Gejolak dalam Negeri

Didalam era globalisasi dewasa ini dan di masa mendatang, tidak tertutup kemungkinan
munculnya campur tangan asing dengan alasan menegakkan nilai-nilai HAM, demokrasi,
penegakan hukum, dan lingkungan hidup di balik kepentingan nasional mereka.

Geopolitik ke Arah Geoekonomi

Kondisi ini mengimplikasikan semakin canggihnya upaya diplomasi guna mencapai


tujuan politik dan ekonomi.
Perkembangan Lingkungan Strategis

Perkembangan ini mengisyaratkan bahwa pergeseran geopolitik ke arah geoekonomi,


membawa perubahan besar dalam penerapan kebijaksanaan dan strategi negara-negara di
dunia dalam mewujudkan kepentingan nasionalnya masing-masing.

Mewujudkan Postur Kekuatan Hankam

Perwujudan postur kekuatan Hankam yang memiliki daya bendung dan daya tangkal
yang tinggi dalam menghadapi kemungkinan ancaman dari luar membutuhkan anggaran
yang sangat besar.

c. Ketahanan pada Aspek Pertahanan dan Keamanan


1) Pertahanan dan keamanan harus dapat mewujudkan kesiapsiagaan serta upaya bela
negara
2) Bangsa Indonesia cinta damai
3) Pembangunan kekuatan dan kemampuan pertahanan dan keamanan
4) Potensi nasional dan hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai
5) Perlengkapan dan peralatan untuk mendukung pembangunan kekuatan dan
kemampuan pertahanan dan keamanan
6) Pembangunan dan penggunaan kekuatan dan kemampuan pertahanan dan keamanan
7) Sebagai tentara rakyat
8) Kesadaran dan ketaatan masyarakat kepada hukum

d. Keberhasilan Ketahanan Nasional Indonesia


1) Memiliki semangat perjuangan bangsa dalam bentuk perjuangan non fisik yang
disertai keuletan dan ketangguhan tanpa kenal menyerah dan mampu
mengembangkam kekuatan nasional dalam rangka menghadapi segala tantangan,
ancaman, gangguan dan hambatan yang datang dari luar maupun dari dalam untuk
menjamin identitas, integritas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta
pancapaian tujuan nasional.
2) Sadar dan peduli akan pngaruh-pengaruh yang timbul pada aspek ideologi, politik,
ekonomi , sosial budaya dan pertahanan keamanan sehingga setiap warga negara
Indonesia dapat mengeliminir pengaruh tersebut.

Anda mungkin juga menyukai