Rahayu, S.IP.,M.AP.
BAB 1
PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
BAB II
FILSAFAT PANCASILA
A. PENGERTIAN FILSAFAT
Filsafat adalah satu bidang ilmu yang senantiasa ada dan menyertai kehidupan manusia.
Pengertian Filsafat juga bisa diketahui dari beberapa bahasa. Secara etimologi “filsafat” berasal
dari bahasa Yunani “philien” yang artinya “cinta” dan “sophos” yang artinya “hikmah” atu
“kebijaksanaan” atua “wisdom” (Nasution 1973). Jadi secara harfiah istilah filsafat adalah
mengandung makna cinta kebijaksanaan. Jadi manusia dalam kehidupan pasti memilih apa
pandangan dalam hidup yang dianggap paling benar, paling baik, dan membawa kesejahteraaan
dalam kehidupannya, dan pilihan manusia sebagi suatu pandangan dalam hidupnya itulah yang
disebut filsafat.
Ditinjau dari lingkup pembahasannya, maka filsafat meliputi banyak bidang bahasan antara
lain tentang manusia, masyarakat alam, pengetahuan, etika, logika, agama, estetika, dan bidang
lainnya. Seiring dengan pengembangan ilmu pengetahuan maka muncul dan berkembang juga
ilmu filsafat yang berkaitan dengan bidang ilmu tertentu, misalnya filsafat sosial, filsafat hukum,
filsafat politik, filsafat bahasa, filsafat ilmu pengetahuan, filsafat lingkungan, filsafat agama, dan
filsafat yang berkaitan dengan ilmu bidang lainnya.
Keseluruhan arti filsafat yang meliputi masalah tersebut dapat dikelompokkan menjadi 2
macam sebagai berikut:
Pertama, Filsafat sebagi produk mencakup pengertian
1. Pengertian filsafat yang mencakup arti-arti filsafat sebagai jenis pengetahuan, ilmu, konsep
dari para filsuf pada zaman dahulu, teori atau sistem pada pandangan tertentu, yang
merupakan hasil dari proses berfilsafat dan mempunyai ciri-ciri tertentu.
2. Filsafat sebagai suatu jenis problem yang dihadapi oleh manusia sebagai hasil aktifitas
berfilsafat.
Kedua, Filsafat sebagai suatu proses mencakup pengertian
Filsafat yang diartikan sebagi bentuk suatu aktifitas berfilsafat, dalam proses pemecahan
suatu permasalahan atau permasalahan dengan menggunakan suatu cara atau metode
tertentu yang sesuai dengan objek permasalahannya. Filsafat dalam pengertian ini tidak
lagi merupakan sekumpulan dogma yang hanya diyakini, ditekuni dan dipahami sebagi
suatu sistem nilai tertentu, tetapi lebih merupakan suatu aktifitas berfilsafat, suatu proses
dinamis dengan menggunakan suatu cara dan metode sendiri.
Pancasila pada hakikatnya merupakan sistem, dalam pengertian dalam bagian-bagian, sila-
silanya saling berhubungan dengan erat , sehingga membentuk suatu struktur yang menyeluruh.
Pancasila sebagai suatu sistem yang juga dapat dipahami dari pemikiran dasar yang terkandung
dalam pancasila yaitu, pemikiran tentang manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha
Esa, dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia, dengan masyarakat bangsa yang nilai-
nilainya telah dimiliki oleh bangsa Indonesia. Dengan demikian pancasila merupakan suati sistem
filsafat lainnya antara lain materialisme, idealisme, rasionalisme, liberalisme, sosialisme, dan
sebaginya.
Kenyataan pancasila yang seperti itu disebut kenyataan objektif yaitu bahwa kenyataan itu
ada pada pancasila sendiri terlepas dari sesuatu yang lain, atau dari pengetahuan seseorang,
pancasila sebagai suatu sistem filsafat bersifat khas dan berbeda dengan sistem filsafat-filsafat
lainnya misalnyaliberalisme, materialisme, komunisme, dan aliran filsafat lainnya. Oleh karena
itu, Pancasila sebagai suatu sistem filsafat akan memberikan ciri-ciri yang khas, yang kusus yang
tidak terdapat pada sistem filsafat lainnya.
Susunan Pancasila adalah hierarkis dan mempunyai bentuk piramida. Pengertian matematika
piramida digunakan untuk menggambarkan hubungan hirarki sila-sila dari pancasila dalam
urut-urutan luas (kuantitas)dan juga dalam hal yang sifat-sifatnya (kualitas). Pancasila
merupakan satu kesatuan yang bulat, oleh karena itu, pancasila tidak dapat dipergunakan
sebagai azas kerohanian bagi Negara. Disamping itu, jika tiap-tiap sila dapat artikan dalam
berbagai keingan, maka artinya keberadaan pancasila sudah dianggap tidak ada.
Dalam susunan Heararkis dan piramida ini, maka Ketuhanan yang Maha Esa menjadi basis
kemanusiaan, persatuan Indonesia, Esa adalah Ketuhanan yang berkemanusiaan, yang
membangun, memelihara dan mengembangkan persatuan Indonesia, yang berkerakyatan dan
keadilan sosial demikan selanjutnya sehingga tiap-tiap sila di dalamnya mengandung sila-sila
lainnya.
Secara ontologis kesatuan sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem bersifat heararkis dan
berbentuk piramida adalah sebagi berikut: bahwa adanya hakikat adanya Tuhan adalah ada
Karena dirinya sendiri, Tuhan sebagai Causa prima. Oleh karena itu segala sesuatu yang ada
termasuk manusia ada kerena diciptakan Tuhan atau manusia ada sebagai akibat adanya Tuhan
(sila 1). Adapun manusia adalah sebagai objek pendukung pokok Negara, karena Negara
adalah lembaga kemanusiaan, negara adlah sebagai persekutuan hidup bersama yang
anggotanya adalah manusia (Sila 2). Maka negara adalah akibat adanaya manusia yang bersatu
(Sila 3), sehungga terbentuklah persekutuan hidup bersama yang disebut rakyat. Pada rakyat
pada hakikatnya merupakan unsur nrgara disamping wilayah dan pemerintah. Rakyat sebagai
totalitas individu-individu dalam negara yang bersatu (Sila 4). Keadilan pada hakikatnya
merupakan tujuan suatu keadilan dalam hidup bersama atau dengan perkataan lain keadilan
sosial (Sila 5) pada hakikatnya sebagai tujuan dari lembaga hidup bersama yang disebut
Negara.
Untuk kelengkapan dari hubungan kesatuan keseluruhan dari sila-sila Pancasila dipersatukan
dengan rumus hierarkhis tersebut diatas.
a. Sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Ketuhanan yang berkemanusiaan yang
adil dan beradap, yang berpesatuan Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, yang berkeadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
b. Sila kedua: Kemanusiaan yang adil dan beradap adalah kemanusiaan yang Berketuhanan
Yang Maha Esa, yang berpersatuan Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh
hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, yang berkeadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
c. Sila ketiga: perastuan Indonesia adalah persatuan yang berkeTuhanan yang Maha Esa,
berkemanusiaan yang adil dan beradap, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, yang berkeadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
d. Sila keempat: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebujaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, adalah kerakyatan yang berkeTuhanan yang Maha Esa,
berkemanusiaan yang adil dan beradap, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, yang berkeadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
e. Sila kelima: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah keadilan yang
berkeTuhanan yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradap, yang berkerakyatan
yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, yang
berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
BAB III
IDENTITAS NASIONAL
BAB IV
DEMOKRASI INDONESIA
1. Sistem presidensial yang menyejajarkan antara parlemen dan presiden dengan member dua
kedudukan kepada presiden yakni sebagai kepala Negara dan kepala pemerintahan.
2. Sistem parlementer yang meletakkan pemerintah di pimpin oleh perdana menteri yang
hanya berkedudukan sebagai kepala pemerintahan dan bukan kepala Negara, sebab kepala
negaranya bisa diduduki oleh raja atau presiden yang hanya menjadi symbol kedaulatan
dan persatuan.
3. Sistem referendum yang meletakkan pemerintah sebagai bagian (badan pekerja) dari
parlemen.
Dengan alas an tersebut menjadi jelas bahwa asas demokrasi yang hampir sepenuhnya
disepakati sebagai model terbaik bagi dasar penyelenggaraan Negara ternyata memberikan
implikasi yang berbeda di antaraa pemakai-pemakainya bagi peranan Negara.
C. BENTUK-BENTUK DEMOKRASI
Menurut Torres demokrasi dapat dilihat dari dua aspek yaitu pertama, formal
democracy dan kedua, substantive democracy, yaitu menunjuk pada bagaimana proses
demokrasi itu dilakukan (Winantaputra, 2006).
Formal democracy menunjuk pada demokrasi dalam arti sistem pemerintahan. Dalam
suatu Negara misalnya dapat diterapkan demokrasi dengan menerapkan sistem presidensial,
atau sistem parlementer.
D. DEMOKRASI DI INDONESIA
1. Perkembangan Demokrasi di Indonesia
Perkembangan demokrasi di Indonesia dapat dibagi dalam empat periode :
a. Periode 1945-1959, masa demokrasi parlementer yang menonjolkan peranan parlemen
serta partai-partai. Pada masa ini kelemahan demokrasi parlementer member peluang
untuk dominasi partai-partai politik dan DPR. Akibatnya persatuan yang digalang
selama perjuangan melawan musuh bersama akan menjadi kendor.
b. Periode 1959-1965, masa demokrasi Terpimpin yang dalam banyak aspek telah
menyimpang dari demokrasi konstitusional dan lebih menampilkan beberapa aspek
dari demokrasi rakyat.
c. Periode 1966-1998, masa demokrasi Pancasila era Orde Baru yang merupakan
demokrasi konstitusional yang menonjolkan sistem presidensial. Landasan formal
periode ini adalah Pancasila, UUD 1945, dan ketetapan MPRS/MPR dalam rangka
untuk meluruskan kembali penyelewengan terhadap UUD 1945 yang terjadi di masa
Demokrasi Terpimpin.
d. Periode 1999-sekarang, masa demokrasi Pancasila era Reformasi dengan berakar pada
kekuatan multi partai yang berusaha mengembalikan perimbangan kekuatan antar
lembaga Negara, antara eksekutif, legislative dan yudikatif. Pada masa ini peran partai
politik kembali menonjol, sehingga iklim demokrasi memperoleh nafas baru.
BAB V
NEGARA DAN KONSTITUSI
A.PENGERTIAN NEGARA
Secara historis pengertian negara senantiasa berkembang sesuai dengan kondisi masyarakat pada
saat iru. Pada zaman Yunani kuno para ahli filsafat negara merumuskan pengertian negara secara
beragam. Aristoteles yang hidup pada tahun 384-322 S.M, merumuskan negara dalam bukunya
politica, yang disebutnya sebagai negara polis, yang pada saat itu masih dipahami negara disebut
sebagai negara hukum, yang di dalamnya terdapat sejumlah warga negara yang ikut dalam
permusyawaratan (ecclesia).
Pengertian lain tentang negara dikembangkan oleh Agustinus, yang merupakan tokoh
Katolik. Ia membagi negara dalam 2 pengertian yaitu Civitas Dei yaitu negara Tuhan dan Civitas
Terrena atau Civitas Diaboli yang artinya negara duniawi. Civitas Terrena ini ditolak oleh
Agustinus, sedangkan yang dianggap baik adalah negara Tuhan atau Civitas Dei. Negara Tuhan
bukanlah negara dari dunia ini, melainkan jiwanya yang dimiliki oleh sebagian atau beberapa
orang di dunia ini untuk mencapainya. Adapun yang melaksanakan negara adalah Gereja yang
mewakili negara Tuhan. Meskipun demikian bukan berarti apa yang di luar Gereja itu
terasingkan sama sekali dari civitas Dei (Kusnardi).
Berbeda dengan konsep pengertian negara menurut kedua tokoh pemikir negara tersebut. Nicollo
Machiavelli (1469-1527), yang merumuskan negara sebagai negara kekuasaan, dalam bukunya
‘ll Priciple’ yang dahulu merupakan buku referensi pada raja. Machiavelli memandang negara
dari sudut kenyataan bahwa dalam suatu negara harus ada suatu kekuasaan yang dimiliki oleh
seorang pemimpin negara atau raja. Raja sebagai pemegang kekuasaan hanya pada suatu
miralitas atau kesusilaan. Teori negara menurut Manchivelli tersebut mendapat tanggapan dan
reaksi yang kuat dari filsuf lain seperti Thomas Hobbes (1588-1679), John Locke (1632-1704)
dan Rousseau (1712-1778). Mereka mengartikan negara sebagai suatu badan atau organisasi
hasil dari perjanjian masyarakat secara bersama. Menurut mereka, manusia sejak lahir telah
membawa hak-hak asasinya seperti hak untuk hidup, hak milik serta hak kemerdekaan.
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan berbagai filsuf, dapat sisimpulkan bahwa
suatu negara memiliki unsur-unsur yang mutlak yang harus ada. Unsur-unsur negara meliputi :
wilayah atau daerah teritorial yang sah, rakyat yaitu suatu bangsa sebagai pendukung pokok
negara dan tidak terbatas hanya pada satu etnis saja, serta pemerintahan yang sah diakui dan
berdaulat.
Negara Indonesia
Meskipun ditinjau berdasarkan unsur-unsur yang membentuk negara, hampir semua negara
memiliki kesamaan, namun ditinjau dari segi tumbuh dan terbentuknya negara suatu susunan
negara. Setiap negara di dunia ini memiliki spesifikasi serta ciri-ciri khas masing-masing. Negara
Inggris tumbuh dan berkembang berdasarkan ciri khas bangsa serta wilayah bangsa Inggris.
Mereka tumbuh dan berkembang dilatarbelakangi oleh megahnya kekuasaan kerajaan, sehingga
negara Inggris tumbuh dan berkembang senantiasa terkait dengan eksistensi kerajaan. Negara
Amerika tumbuh dan berkembang dari penduduk imigran yang berpetualang menjelajahibenua,
meskipun bangsa yang dimaksud adalah bangsa Inggris, yang kemudian disusul oleh etnis
didunia seperti Cina dan bangsa Asia lainnya, Prancis, Spanyol, Amerika latin, dan sebagainya.
Oleh karena itu, Negara Amerikan terbentuk melalui integrasi antaretnis dunia. Begitu pula
dengan negara-negara lain yang tumbuh dan berkembang dengan ciri khas bangsa mereka
masing-masing. Bangsa Indonesia tumbuh dan berkembang dilatarbelakangi oleh kekuasaan dan
penindasan bangsa asing seperti penjajahan Belanda dan Jepang. Bangsa Indonesia tumbuh dan
berkembang dilatarbelakangi oleh kesatuan nasib yaitu bersama-sama dalam penderitaan
dibawah penjajahan bangsa asing serta berjuang merebut kemerdekaan. Bangsa Indonesia
bertekad untuk membentuk persekutuan hidup yang disebut bangsa, sebagai unsur pokok negara
melalui Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Isi sumpah merupakan suatu tekad mewujudkan
unsur-unsur negara yaitu satu nusa (wilayah) negar, satu bangsa (rakyat), dan satu bahasa,
sebagai bahasa pengikat dan komunikasi antar warga negara, dan dengan sendirinya setelah
kemerdekaan kemudian dibentuklah suatu pemerintahan bangsa.
Prinsip-prinsip negara Indonesia dapat dikaji melalui makna yang terkandung didalam
Pembukaan UUD 1945 alinea I, menjelaskan tentang latarbelakang terbentuknya negara dan
bangsa Indonesia yaitu tentang kemerdekaan adalah kodrat segala bangsa di dunia, dan
penjajahan tidak sesuai dengan kemanusiaan dan peri keadilan oleh karena itu harus dihapuskan.
Alinea ke 2 menjelaskan tentang perjalanan perjuangan bangsa Indonesia dalam
memperjuangkan kemerdekaan. Alinea 3 menjelaskan tentang kedudukan kodrat manusia
Indonesia sebagai bangsa religius yang kemudia pernyataan kemerdekaan. Adapun alinea 4,
menjelaskan tentang terbentuknya bangsa dan negara Indonesia, yaitu adanya rakyat Indonesia,
pemerintahan negara Indonesia yang disusun berdasarkan Undang-undang Dasar Negara,
Wilayah Negara, serta dasar filosofis negara yaitu Pancasila (Notonagaro,1975).
B. KONSTITUSIONALISME
Basis pokok konstitusionalisme adalah kesepakatan umum atau persetujuan (consensus) di antara
mayoritas rakyat mengenai bangunan yang diidealkan berkaitan dengan negara. Organisasi
negara itu diperlukan oleh warga masyarakat politik agar kepentingan mereka bersama dapat
dilindungi atau dipromosikan melalui pembentukan dan penggunaan mekanisme yang disebut
negara (Andrews, 1968:9). Oleh karena itu, kata kuncinya adalah konsensus general agreement.
Jika kesepakatan itu runtuh, maka runtuh pula legitimasi kekuasaan negara yang bersangkutan,
dan pada gilirannya dapat terjadi civil war atau perang sipil, atau dapat pula suatu revolusi.
Dalam sejarah perkembangan negara di dunia peristiwa tersebut terjadi di Prancis tahun 1789, di
Amerika tahun 1776, di Rusia tahun 1917 bahkan di Indonesia terjadi pada tahun 1945, 1965,
dan 1998.
Konesnsus yang menjamin tegaknya konstitusionalisme di zaman modern dewasa ini
pada umumnya dipahami berdasarkan pada 3 elemen kesepakatan dan konsensu, sebagai berikut
:
1. Kesepakatan tentang tujuan atau cita-cita bersama (the general goals of society or general
acceptance of the same philosophy of goverment).
2. Kesepakatan tentang the Rule of Law sebagai landasan pemerintahan atau penyelenggaraan
negara (the basis of goverment).
3. Kesepakatan tentang bentuk institusi-institusi dan prosedur-prosedur ketatanegaraan (the
form of institusions and procedure). (Andrews 1968: 12).
Kesepakatan pertama yaitu berkenaan dengan cita-cita bersama yang sangat menentukan
tegaknya konstitusionalisme dan konstitusi dalam suatu negara. Karena ciata-cita bersama itulah
yang pada puncak abstraknya paling mungkin mencerminkan bahkan melahirkan kesamaan-
kesamaan kepentingan diantara sesama warga masyarakat yang dalam kenyataannya harus hidup
di tengah-tengah pliralisme atau kemajemukan.
Bagi bangsa Indonesia dasar filosofi adalah dasar filsafat negara Pancasila. Lima prinsip
dasar yang merupakan dasar filosofi bangsa Indonesia tersebut adalah:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradap
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Kelima prinsip dasar filosofi merupakan dasar filosofis-filosofis untuk mewujudkan cita-
cita ideal dalam bernegara yaitu :
a. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia
b. Meningkatkan kesejahteraan umum
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia
d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian, dan
keadilan sosial.
Kesepakatan kedua adalah kesepakatan bahwa basis pemerintahan didasarkan atas aturan
hukum dan konstitusi. Kesepakatan kedua ini juga sangat prinsipa, karena dalam setiap negara
harus ada keyakinan bersama bahwa dalam segala hal dalam penyelenggaraan negara harus
didasarkan atas the Rule of Law. Istilah The Rule of Law harus dipisahkan dengan istilah The
Rule by Law. Dalam istilah terakhir ini, kedudukan hukum (Law) digambarkan hanya bersifat
instrumentalis atau hanya sebagai alat, sedangkan kepemimpinan tetap berada ditangan orang
atau manusia, yaitu The Rule of Man by Law.
Kesepakatan ketiga, adalah berkenaan dengan :
a. Bangunan organ negara dan prosedur-prosedur yang mengatur kekuasaan
b. Hubungan-hubungan antar organ negara itu satu sama lain
c. Hubungan antar organ-organ negara itu dengan warga negara
Dengan adanya kesepakatan tersebut, maka isi konstitusi dapat dengan mudah
dirumuskan karena benar-benar mencerminkan keiniginan bersama, berkenaan dengan institusi
kenegaraan dan mekanisme ketatanegaraanyang hendak dikembangkan dalam kerangka
kehidupan negara berkonstitusi (constitusional state). Kesepakatan itulah yang dirumuskan
dalam dokumen konstitusi yang diharapkan dijadikan pegangan bersama untuk kurun waktu
yang cukup lama.
C. KONSTITUSI INDONESIA
1. Pengantar
Dalam proses reformasi hukum dewasa ini berbagai kajian ilmiah tentang UUD 1945, banyak
yang melontarkanide untuk melakukan amandemen terhadap UUD 1945. Memang amandemen
tidak dimaksudkan untuk mengganti sama sekali UUD 1945, tetapi merupakan prosedur
penyempurnaan terhadap UUD 1945 tanpa harus langsung mengubahnya.
Ide tentang amandemen terhadap UUD 1945 tersebut didasarkan pada suatu kenyataan
sejarah selama masa Orde Lama dan Orde Baru, bahwa penerapan terhadap pasal-pasal UUD
memiliki sifat “multi interpretable” atau dengan kata lain berwayuh arti, sehingga
mengakibatkan adanya sentralisasi kekuasaan terutama kepada presiden. Karen alatar belakang
politik inilah makna masa Orde Baru berupaya untuk melestarikan UUD 1945 bahkan UUD
1945 seakan-akan bersifat keramat yang tidak dapat diganggu gugat.
Amandemen terhadap UUD 1945 dilakukan oleh bangsa Indonesia sejak tahun 1999,
dimana mandemen pertama dilakukan dengan memberikan tambahan dan perubahan terhadap
Pasal 9 UUD 1945. Kemudian amandemen kedua dilakukan pada tahun 2001, dan amandemen
terkahir dilakukan pada tahun dan disahkan pada tanggal 10 Agustus
Demikianlah bangsa Indonesia memasuki suatu babakan baru dalam kehidupan
ketatanegaraan yang diharapkan membawa kearah perbaikan tingkat kehidupan rakyat. UUD
1945 hasil amandemen 2002 dirumuskan dengan melibatkan sebanyak-banyaknya partisipasi
rakyat dalam mengambil keputusan politik, sehingga diharapkan struktur kelembagaan negara
yang lebih demokratis ini akan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
4. Konstitusi
Disamping pengertian UUD, dipergunakan juga istilah lain yaitu “Konstitusi”, yang berasal
dari bahasa Inggris “Constitution” atau bahasa Belanda “onsitututie”. Terjemahan dari istilah
tersebut adalah UUD, dan hal ini memang sesuai dengan kebiasaan orang Belanda dan Jerman,
yang dalam percakapan sehari-hari memakai kata “Grondwet” (Grond=dasar, wet= Undang-
undang) yang keduanya menunjukkan naskah tertulis.
Namun pengertian konstitusi dalam praktik ketatanegaraan umumnya dapat mempunyai arti
:
a. Lebih luas daripada UUD
b. Sama dengan pengertian UUD
Kata konstitusi dapat mempunyai arti lebih luas daripada pengertian UUD, karena pengertian
UUD hanya meliputi konstitusi tertulis saja, dan selain itu masih terdapat konstitusi tidak tertulis
yang tidak tercangkup dalam UUD.
Oleh karena itu, sebagai studi komparatif, sistem pemerintahan negara menurut UUD
1945 setelah amandemen, di jelaskan sebagai berikut :
a. Indonesia ialah Negara yang Bedasar Atas Hukum (Rechtstaat)
Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (Rechtstaat) tidak berdasarkan atas
kekuasaan belaka (Machtstaat). Hal ini mengandung arti bahwa negara, termasuk di
dalamnya Pemerintahan dan lembaga-lembaga lainnya dalam melaksanakan tindakan-
tindakan apapun, harus dilandasi oleh peratuan hukum atau harus dapat dipertanggung
jawabkan secara hukum.
Sesuai dengan semangat dan ketegasan Pembukaan UUD 1945, jelas bahwa
negara hukum yang dimaksud nerarti negara bukan hanya sebagai polisi lalu lintas atau
penjaga malam saja, yang menjaga jangan sampai terjadi pelanggaran dan menindak pada
pelanggar hukum. Pengertian negara hukum baik dalam arti formal yang melindungi
seluruh warga dan seluruh tumpah darah, juga dalam pengetian negara hukum material
yaitu negara harus bertanggung jawab terhadap kesejahteraan dan kecerdasan seluruh
warganya.
b. Sistem Konstitusi
Pemerintah berdasarkan atas sistem konstitusi (hukum dasar), tidak bersifat
absolut (kekuatan yang tidak terbatas). Sistem ini memberikan penegasan bahwa cara
pengendalian pemerintah dibatasi oleh ketentuan-ketentuan konstitusi, yang dengan
sendirinya juga ketentuan-ketentuan hukum lain merupakan produk konstitusional,
Ketetapam MPR, undang-undang, dan sebagainya. Dengan demikian, sistem ini
memperkuat dan menegaskan lagi sistem negara hukum seperti dikemukakan di atas.
c. Kekuasaan Negara yang Tertinggi di Tangan Rakyat
Sistem kekuasaan tertinggi sebelum dilakukan amandemen dinyatakan dalam
Penjelasan UUD 1945 sebagai berikut : “ Kedaulatan rakyat dipegang oleh suatu badan,
bernama MPR, sebagai penjelmaan seluruh rakyat Indonesia (Vertretungorgatan des
willens des Statsvolkes). Majelis ini menetapkan UUD dan menetapkan Garis-Garis Besar
Haluan Negara. Majelis ini mengangkat Kepala Negara (Presiden) dan Wakil Kepala
Negara (Wakil Presiden). Presiden yang diangkat oleh Majelis tunduk dan bertanggung
jawab kepada Majelis (Mandataris) dari Majelis.
d. Presiden ialah Penyelenggara Pemerintahan Negara yang Tertinggi di Samping MPR dan
DPR
Kekuasaan Presiden menurut UUD 1945 sebelum dilakukan amandemen,
dinyatakan dalam penjelasan UUD 1945, sebagai berikut :
“Di bawah MPR, Presiden ialah penyelenggara pemerintahan negara yang tertinggi.
Dalam menjalankan pemerintahan negara, kekuasaan dan tanggung jawab adalah di
tangan Presiden (Concentration of Power Responsibility Upon the President)”
Berdasarkan UUD 1945 hasil amandemen 2002, presiden merupakan
penyelenggara pemerintah tertinggi disamping MPR dan DPR, karen presiden dipilij
langsung oleh rakyat UUD 1945 Pasal 6A ayat (1). Jadi, menurut UUD 1045 ini tidak
lagi merupakan mandataris MPR, melainkan dipilih langsung oleh rakyat.
e. Presiden Tidak Bertanggung Jawab kepada DPR
Sistem ini menurut UUD 1945 sebelum amandemen dijelaskan dalam Penjelasan
UUD 1945, namun dalam UUD 1945 hasil amandemen 2002 juga memiliki isi yang sama
yaitu :
“Di samping Presiden adalah DPR, Presiden harus mendapat persetujuan DPR untuk
membentuk UU (Gezetzgebung) Pasal 5 ayat (1) dan untuk menetapkan anggaran
pendapatan dan belanja negara (Staatsbergrooting) sesuai dengan Pasal 23. Oleh
karen aitu, Presiden harus bekerja sama dengan DPR, tatapi Presiden tidak
bertanggung jawab kepada Dewan, artinya kedudukan Presiden tidak tergantung
Dewan”.
f. Menteri Negara ialah Pembantu Presiden, Menteri Negara tidak Bertanggung jawab
kepada DPR
Sistem ini dijelaskan dalam UUD 1945 hasil amandemen 2002 yaitu :
“Presiden dalam melaksanakan tugas pemerintahannya dibantu oleh menteri-menteri
negara (Pasal 17 ayat (1) UUD 1945 hasil amandemen). Presiden mengangkat dan
memberhentikan Menteri-Menteri Negara (Pasal 17 ayat (2) UUD 1945 Hasil
Amandemen). Menteri-Menteri Negara itu tidak bertanggung jawab kepada DPR”.
g. Kekuasaan Kepala Negara Tidak Terbatas
Sistem ini dinyatakan secara tidak eksplisit dalam UUD 1945 hasil amandemen 2002
dan masih sesuai dengan penjelasan UUD 1945, dijelaskan sebagai berikut “
“Menurut UUD 1945 Hasil amandemen 2002, Presiden dan Wakil Presiden dipilih
oleh rakyat secara langsung (UUD 1945 Pasal 6A ayat (1) Hasil amandemen).
Dengan demikian dalam sistem kekuasaan kelembagaan negara Presiden tidak lagi
merupakan mandataris MPR bahkan sejajar dengan DPR dan MPR. Hanya jika
Presiden melanggar Undang-Undang maupun UUD, maka MPR dapat melakukan
Impeachment.
Meskipun Kepala Nagara tidak bertanggung jawab kepada DPR, ia bukan “Diktator”,
artinya kekuasaan tidak terbatas. Namun, ia tidak dapat membubarkan DPR da MPR
kecuali ia harus memperhatikan sungguh-sungguh suara DPR.
6. Negara Indonesia adalah Negara Hukum
Menurut UUD 1945, Negara Indonesia adalah Negara Hukum, Negara hukum yang
berdasarkan Pancasilan dan bukan berdasarkan atas kekuasaan. Sifat negara hukum hanya
dapat ditunjukkan jikalau alat-alat perlengkapan bertindak menurut dan terikat kapada
aturan-aturan yang ditentukan lebih dahulu oleh alat-alat perlengkapan yang dikuasai untuk
mengadakan aturan-aturan ini. Ciri-ciri negara hukum :
a. Pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi yang mengandung persamaan dalam bidang
politik, hukum, sosial, ekonomi, dan kebudayaan.
b. Peradilan yang bebas dari suatu pengaruh kekuasaan atau kekuatan lain dan tidak memihak.
c. Jaminan kepastian hukum, yaitu jaminan bahwa ketentuan hukumnya dapat dipahami,
dapat dilaksanakan dan aman dalam melaksanakannya.
Pancasila sebagai dasar negara yang mencerminkan jiwa bangsa Indonesia harus
menjiwai semua peraturan hukum dan pelaksanaannya, ketentuan ini menunjukkan bahwa
negara Indonesia dijamin adanya perlindungan hukum, bukan kemauan seseorang yang
menjadi dasar kekuasaan. Manjadi suatu kewajiban bagi setiap penyelenggara negara untuk
menegakkan keadilan dan kebenaran berdasarkan Pancasila yang selanjutnya melakukan
pedoman peraturan-peratuan pelaksanaan.
Namun demikian untuk menegakkan hukum demi keadilan dan kebenara perlu
adanya badan-badan kehakiman yang kokoh kuat tidak mudah dipengaruhi oleh lembaga-
lembaga lainnya. Pemimpin eksekutif (Presiden) wajib bekerja sama dengan badan-badan
kehakiman untuk menjamin penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan sehat.
Dalam era reformasi dewasa ini bangsa Indonesia benar-benar akan mengembalikan
peranan hukum, aparat penegak hukum beserta seluruh sistam peraturan perundang-
undangan akan dikembalikan pada dasar-dasar negara hukum yang berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945 hasil amandemen 2002 yang mengemban amanat demokrasi dan
perlindungan hak-hak asasi manusia.
Adapun pembangunan hukum di Indonesia sesuai dengan tujuan negara hukum,
diarahkan pada terwujudnya sistem hukum yang mengabdi pada kepentingan nasional
terutama rakyat, malalui penyusunan materi hukum yang bersumberkan pada Pancasila
sebagai sumber filosofinya dan UUD 1945 sebagai dasar konstitusionalnya, serta aspirasi
rakyat sebagai sumber materialnya.
BAB VI
RULE OF LAW DAN HAK ASASI MANUSIA
BAB 6
RULE OF LAW DAN HAK ASASI MANUSIA
Syarat-syarat pemerintahan yang demokratis dibawah Rule of Law yang dinamis, yaitu:
1. Perlindungan kosntitusional, artinya selain menjamin hak-hak individual, konstitusi
harus pula menentukan teknis-prosedural untuk memperoleh perlindungan atas hak-hak
yang dijamin.
2. Lembaga kehakiman yang bebas dan tidak memihak.
3. Pemilihan umum yang bebas.
4. Kebebasan menyatakan pendapat.
5. Kebebasan berserikat/berorganisasi dan beroposisi
6. Pendidikan kewarganegaraan.
2. Asas-Asas Kewarganegaraan
a. Asas ius-sanguinis dan asa ius-soli
Asas ius-soli adalah asas daerah kelahiran, artinya bahwa status kewarganegaraan
seseorang ditentukan oleh tempat kelahirannya di negara tersebut.
Asas ius-sanguinis adalah asas keturunan atau hubungan sarah, artinya bahwa
kewarganegaraan seseorang ditentukan oleh orang tuanya.
b. Bipratide dan Apatride
Bipratide (dwi kewarganegaraan) timbul apabila menurut atuaran dari 2 negara
terkait seseorang dianggap sebagai warga negara kedua negara ini.
Apatride (tanpa Kewarganegaraan) timbul apabila menutur peraturan
kewarganegaraan, seseorang tidak diakui sebgai warga negara dari negara
manapun.
BAB VII
GEOPOLITIK NASIONAL
A. PENGERTIAN GEOPOLITIK
Manusia dalam melaksanakan tugas dan kegiatan hidupnya bergerak dalam dua
bidang,universal filosofis dan sosial politis. Bidang universal filosofis bersifat idealistik, misal
dalam bentuk aspirasi bangsa, pedoman hidup dan pandangan hidup bangsa. Aspirasi bangsa
menjadi dasar wawasan nasional bangsa Indonesia dalam kaitannya dengan wilayah Nusantara.
Sedangkan bidang sosial politis bersifat imanen dan realistis yang bersifat lebih nyata dan dapat
dirasakan, misalnlya aturan hukum atau perundang-undangan yang berlaku dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara sebagai produk politik. Di Indonesia yang termasuk dalam bidang sosial
politik adalah produk politik yang berupa UUD 1945 dan aturan perundangan lainnyan yang
mengatur proses pembangunan nasional.
Setiap bangsa memiliki wawasan nasional yang merupakan visi bangsa yang bersangkutan menuju
ke masa depan. Kehidupan bangsa dalam suatu negara memerlukan suatu konsep cara pandang
atau wawasan nasional yang bertujuan untuk menjamin kelangsungan kehidupan dan keutuhan
bangsa dan wilayah serta jati diri bangsa. Bangsa yang dimaksud adalah bangsa yang bernegara
(nation state). Adapun wawasan bangsa Indonesia dikenal dengan wawasan nusantara.
Istilah wawasan bersal dari kata “wawas” yang berati pandangan, tinjauan atau penglihatan
inderawi. Akar kata ini membentuk kata “mawas” yang bera ti memandang, meninjau sedangkan
“wawasan” berati cara pandang atau cara melihat. Sedangkan istilah nusantara berasal dari kata
‘nusa’ yang berati kepulauan dan ‘antara’ yang berati diapit diantara dua hal. Istilah nusantara
dipakai untuk menggambarkan kesatuan wilayah perairan dan gugusan pulau-pulau Indonesia
yang terletak diantara Samudera Pasifik dan Samuder Indonesia serta antara benua Asia dan benua
Australia.
Wawasan nusantara berati cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta sesuai dengan geografi wilayah nusantara yang
menjiwai kehidupan bangsa dalam mencapai tujuan atau cita-cita nasional. Dengan demikian
wawasan nusantara berperan membimbing bangsa Indonesia dalam penyelenggaraan
kehidupannya serta sebagai rambu-rambu dalam perjuangan mengisi kemerdekaannya.
Istilah archipelago adalah wilayah lautan dengan pulau-pulau di dalamnya. Arti ini kemudian
menjadi pulau-pulau saja tanpa menyebut unsur lautnya sebagai akibat penyerapan bahasa Barat,
sehingga archipelago selalu diartikan kepulauan atau kumpulan pulau.
Lahirnya asas archipelago mengandung pengertian bahwa pulau-pulau tersebut selalu dalam
kesatuan utuh, sementara tempat unsur perairan atau lautan antara pulau-pulau berfungsi sebagai
unsur penghubung dan bukan unsur pemisah
Bagian wilayah Indische Achipel yang dikuasai Belanda dinamakan Nederlanch Oost Indische
Archipelago. Itulah wilayah jajahan Belanda yang kemudian menjadi wilayah negara Indonesia.
Sebagai sebutan untuk kepulauan ini sudah banyak nama dipakai, yaitu “Hindi Timur”, “Insulide”
oleh Maltatuli,”Nusantara”,”Indonesia” dan “Hindia Belanda” pada masa penjajahan Belanda.
Bangsa Indonesia sangat mencintai nama ‘Indonesia’ meskipun bukan dari bahasanya sendiri tapi
ciptaan orang Barat. Dalam bahasa Yunani,”Indo” berati India dan “neos” berati pulau. Indoensia
mengandung makna spiritual yang di dalamnya terasa ada jiwa perjuangan menuju cita-cita luhur,
negara kesatuan, kemerdekaan dan kebesaran.
c.) Konsepsi tentang Wilayah Lautan
Dalam perkembangan hukum lautan internasional dikenal beberapa macam konsepsi mengenai
pemilikan dan penggunaan wilayah laut sebagai berikut.
Res Nullius, menyatakan bahwa laut itu tidak ada yang memilikinya.
Red Cimmunis, menyatakan bahwa laut itu adalah milik masyarakat dunia karena itu tidak
dapat dimiliki oleh masing-masing negara.
Mare Liberum, menyatakan bahwa wilayah laut bebas untuk semua negara.
More Clausum, menyatakan bahwa hanya laut sepanjang pantai saja yang dapat dimiliki
sebuah negara sejauh yang dapat dikuasai dari darat (kira-kira sejauh 3 mil).
Archipelagic state Pinciples yang menjadikan dasar dalam konvensi PBB tentang hukum
laut.
Sesuai dengan hukum laut internasional, secara garis besar Indonesia sebagai negara kepualauan
memiliki laut teritorial, perairan pedalaman, zona ekonomi ekslusif dan landasan kontinen.
Masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut.
Negara kepulauan adalah suatu negara yang terdiri dari satu atau lebih kepulauan dan dapat
mencakup pulau-pulau lain. Pengertian “kepulauan” adalah suatu gugusan pulau termasuk
bagian pulau, perairan di dalamnya dan lain wujud alamiah yang hubungan satu sama lain
begitu erat, sehingga pulau dan wujud alamiah merupakan satu kesatuan geografi, ekonomi
dan politik yang hakiki atau yang secara hostoris dianggap demikian.
Laut teritorial adalah suatu wilayah laut yang lebarnya tidak lebih 12 mil laut diukur dari
garis pangkal, sedangkan garis pangkal adalah garis surut terendah sepanjang pantai seperti
yang terlihat pada peta laut skala besar yang berupa garis yang menghubungkan titik-titik
terluar dari dua pulau dengan batas tertentu sesuai konvensi ini. Kedaulatan suatu negara
pantai mencakup daratan, perairan pendalaman, dan laut teritorial tersebut.
Perairan pedalaman adalah wilayah sebelah dalam daratan atau dari garis pangkal.
Zona Ekonomo Ekslusif (ZEE) tidak melebihi 200 mil laut dari garis pangkal. Di dalam
ZEE negara yang bersangkutan mempunyai hak berdaulat untuk kepentingan eksplorasi,
eksploitasi , konservasi dan pengelolaan sumber kekayaan hayati dari perairan.
Landas kontinen suatu negara berpantai meliputi dasar laut dan tanah dibawahnya yang
teletak diluar laut teritorialnya sepanjang merupakan kelanjutan alamiah wilayah
daratannya. Jaraknya 200 mil laut dari garis pantai atau lebih dari itu dengan tidak melebihi
350 mil, tidak boleh melebihi 100 mil dari garis batas kedalaman dasar laut 2500 m.
Nusantara berati kepulauan Indonesia yang terletak antara benua Asia dan Samudra
Indonesia, yang terdiri dari 17.508 pulau besar maupun kecil. Jumlah pulau yang sudah memiliki
nama adalah 6.044 buah.
Luas wilayah Indonesia seluruhnya adalah 5.193.250 km2, yang terdiri dari daratan seluas
2.027.087 km2 dan perairan 3.166.163 km2. Luas wilayah daratan Indonesia jika dibandingkan
negara-negara Asia Tenggara merupakan yang terluas.
Frederich Ratzel pada akhir abad 19 mengembangkan negara adalah ruang yang ditempati
oleh kelompok masyarakat politik (bangsa). Bangsa dan negara terikat hukum alam. Jika bangsa
dan negara ingin tetap eksis dan berkembang maka harus diberlakukan hukum ekspansi
(pemekaran wilayah)
Disamping itu Rudolf Kjellen berpendapat bahwa negara adalah organisme yang harus
memiliki intelektual. Kjellen juga mengajukan paham ekspansionisme dalam rangka untuk
mempertahankan negara dan mengembangkannya.
Pandangan Houshofer
Pemikiran Haushofer disamping berisi paham ekspansionisme juga mengandung ajaran rasialisme
yang menyatakan bahwa ras Jerman adalah ras paling unggul yang harus dapat menguasai dunia.
Pandangan ini juga di dunia berkembang di Jepang berupa ajaran Hoko Ichiu yang dilandasi oleh
semangat militerisme dan fasisme.
Pandangan geopolitik bangsa Indonesia yang didasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan
Kemanusiaan yang luhur dengan jelas dan tegas tertuang dalam Pembukaan UUD 1945. Oleh
karena itu bangsa Indonesia juga menolak paham ekspansionisme dan adu kekuatan yang
berkembang di Barat. Bangsa Indonesia juga menolak paham rasialisme karena semua bangsa
mempunyai martabat yang sama dan semua bangsa memiliki hak dan kewajiban yang sama
berdasarkan nilai-nilai Ketuhanan dan Kemanusiaan yang universal.
Dalam hubungan internasional, bangsa Indonesia berpijak pada paham kebangsaan dengan
menolak pandangan Chauvisme. Bangsa Indonesia selalu terbuka untuk menjalin kerja sama antar
bangsa yang saling menolong dan saling menguntungkan. Semua ini dalam rangka mewujudkan
perdamaian dan ketertiban dunia yang abadi.
b. Geostrategi
Strategi: Politik dalam pelaksanaan, yaitu upaya bagaimana mencapai tujuan atau sasaran yang
ditetapkan sesuai dengan keinginan politik. Sebagai contoh pertimbangan geostrategis untuk
Negara dan bangsa Indonesia adalah kenyataan posisi silang Indonesia dari berbagai aspek,
seperti aspek-aspek demografi, ideology, politik, ekonomi, sosial budaya dan Hankam. Posisi
silang Indonesia sbb:
1.) Geografi
2.) Demografi
3.) Ideologi
4.) Politik
5.) Ekonomi
6.) Sosial
7.) Budaya
8.) Hankam
Jadi, geostrategi adalah perumusan strategi nasional dengan memperhitungkan kondisi dan
konstelasi geografi sebagai faktor utamanya, juga memperhatinkan kondisi nasional, budaya
penduduk, sumber daya alam, lingkungan regional maupun internasional.
Untuk mengatur lalulintas perairan dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 1962
tentang Lalu Lintas Damai di Perairan Pedalaman Indonesia (Internal Waters). Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2002 tentang Hak dan Kewajiban Kapal Asing
dalam melaksanakan Lintas Damai melalui Perairan Indonesia meliputi:
Semua pelayaran dari laut bebas ke suatu pelabuhan Indonesia
Semua pelayaran dari pelabuhan Indonesia ke laut bebas
Semua pelayaran dari dan ke laut bebas dengan melintasi perairan Indonesia.
Pengaturan ini sesuai dengan salah satu tujuan Deklarasi Juanda di atas dalam rangka menjaga
keselamatan dan keamanan RI.
c. Dari 17-2-1969 (Deklarasi Landas Kontinen) sampai sekarang
Merupakan konsep politik yang berdasarkan konsep wilayah, mengesahkan wawasan nusantara,
sebagai upaya untuk mewujudkan pasal 33 ayat (3) UUD 1945. Konsekuensinya bahwa sumber
kekayaan alam dalam landas kontinen Indonesia adalah milik ekslusif Negara RI.
Asas-asas pokok yang termuat dalam deklarasi tentang landasan kontinen sbb:
Segala sumber kekayaan alam yang terdapat dalam landas kontinen Indonesia
adalah milik ekslusif Negara RI.
Pemerintah Indonesia bersedia menyelesaikan soal garis batas landas kontinen
dengan Negara-negara tetangga melalui perundingan.
Jika tidak ada garis batas, maka landas kontinen adalah suatu garis yang ditarik di
tengah-tengah antara pulau terluar Indonesia dengan wilayah terluar Negara
tetangga.
Klaim tersebut tidak mempengaruhi sifat serta status dari perairan di atas landasan
kontinen Indonesia maupun udara di atasnya.
3. Tata laku wawasan Nusantara mencakup dua segi, yaitu Bathiniah dan Lahiriah
a. Tata laku Bathiniah berlandaskan falsafah bangsa yang membentuk sikap mental
bangsa yang memiliki kekuatan lain (membentuk sikap mental bangsa meliputi cipta, rasa, dan
karsa secara terpadu.
b. Tata laku Lahiriah merupakan kekuatan yang utuh, dalam arti kemanunggulangan kata
dan karya, keterpaduan pembicaraan dan perbuatan (meliputi Perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan dan pengendalian.
E. IMPLEMENTASI WAWASAN NUSANTARA
1. Wawasan Nusantara sebagai Pancaran Falsafah Pancasila
Wawasan nusantara sebagai aktualisasi falsafah pancasila menjadi landasan dan pedoman bagi
pengelolaan kelangsungan hidup bangsa Indonesia. Wawasan nusantara menjadi pedoman bagi
upaya mewujudkan kesatuan aspek kehidupan nasional untuk menjamin persatuan, kesatuan dan
keutuhan bangsa, upaya mewujudkan ketertiban dan perdamaian dunia, serta konsep dasar bagi
kebijakan dan strategi Pembangunan Nasional.
BAB VIII
GEOSTARTEGI INDONESIA
A. Pengertian Geostrategi
Geostrategic diartikan sebagai metode atau aturan-aturan untuk mewujudkan cita-
cita dan tujuan melalui proses pembangunan yang memberikan arahan tentang bagaimana
membuat strategi pembangunan dan keputusan yang terukur dan terimajinasi guna
mewujudkan masa depan yang lebih baik, lebih aman dan bermartabat. Berkembangnya
geostrategis Indonesia sangat terkait erat dengan hakekat terbentuknya bangsa Indonesia
yang terbentuk dari berbagai macam etnis, suku, ras, golongan agama, bahkan terletak
dalam territorial yang terpisahkan oleh pulau-pulau dan lautan.
Geostrategi Indonesia sebagai suatu cara atau metode dalam memanfaatkan
konstelasi geografi Negara Indonesia dalam menentukan kebijakan, arahan serta sarana-
sarana dalam mencapai tujuan selluruh bangsa dengan berdasarkan asas kemanusiaan dan
keadilan sosial. Geostrategic Indonesia diperlukan dan dikembangkan untuk mewujudkan
dan mempertahankan integritas bangsa dan wilayah tumpah darah Negara Indonesia.
Mengingat kemajemukan bangsa Indonesia serta sifat khas wilayah Indonesia, maka
geostrategi Indonesia dirumuskan dalam bentuk ketahanan nasional.
B. Ketahanan Nasional
Ketahanan nasional sabagai istilah sebenarnnya belum lama dikenal. Istilah
ketahanan nasional mulai dikenal dan dipergunakan pada permulaan tahun 1960-an. Istilah
ketahanan nasional untuk pertama kali dikemukakan oleh Presiden Pertama Republik
Indonesia Soekarno. Kemudian pada tahun 1962 mulai diupayakan secara khusus untuk
mengembangkan gagasan ketahanan nasional di Sekolah Staff dan Komando Angkatan
Darat Bandung (Armawi, 2005:2).
Ketahanan nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa, yang berisi
keuletan dan ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan
nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala ancaman, gangguan, hambatan dan
tantangan, baik yang datang dari luar maupun dalam negeri, yang langsung maupun tidak
langsung membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan Negara serta
perjuangan dalam mengejar tujuan nasional Indonesia (Suradinata, 2005:47).
1. Konsepsi Ketahanan Nasional
Secara konseptual, ketahanan nasional sutau bangsa dilatarbelakangi oleh :
a. Kekuatan apa yang ada dalam suatu bangsa dan Negara sehingga ia mampu
mempertahankan kelangsungan hidupnya.
b. Kekuatan apa yang harus dimiliki oleh suatu bangsa dan Negara sehingga ia selalu
mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya, meskipun mengalami berbagai
kegangguan, hambatan dan ancaman baik dari dalam maupun dari luar.
c. Ketahanan atau kemampuan bangsa untuk tetap jaya,mengandung makana
keteraturan (regular) dan stabilitas, yang di dalamnya terkandung potensi untuk
terjadinya perubahan (the stability idea of changer) (Usman, 2003:5).
Agar bangsa Indonesia memiliki visi yang jelas bagi masa depan bangsa maka
harus membangun ketahanan ideologi yang berbasis pada falsafah bangsa sendiri yaitu
ideologi pancasila yang bersifat demokratis, nasionalistis, religiusitas, humanistis dan
berkeadilan sosial. Pada era reformasi dewasa ini yang sekaligus era global tarik menarik
kepentingan ideologi akan sangat mempengaruhi postur ketahanan nasional dalam bidang
ideologi bangsa Indonesia, terutama banyak kalangan aktivis politik yang justru menjadi
budak ideologi asing, sehingga berbagai aktivitasnnya akan berpengaruh bahkan sering
melakukan tekanan terhadap ketahanan ideologi bangsa Indonesia.
a. Ideologi Dunia
1) Liberalisme
2) Komunisme
3) Ideologi Keagamaan
b. Ideologi Pancasila
c. Ketahanan Nasional Bidang Ideologi
1) Konsep Pengertian Ketahanan Ideologi
Ketahanan nasional bidang ideologi merupakan suatu kondisi dinamis suatu
bangsa, berisi keuletan dan ketangguhan untuk mengembangkan kekuatan
ideology
2) Strategi pembinaan ketahanan ideology
Agar terwujudnya suatu ketahanan nasional bidang ideology secara
strategis harus diwujudkan baik secara kenegaraan maupun secara
kewarganegaraan .
2. Pengaruh Aspek Politik
Ketahanan nasional di bidang politik adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa, yang
berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan potensi
nasional menjadi kekuatan nasional, sehingga dapat menangkal dan mengatasi segala
kesulitan dan gangguan yang dihadapi oleh Negara baik yang berasal dari dalam maupun
dari luar negeri.
a. Politik dalam negeri
Politik dalam negeri adalah kehidupan kenegaraan berdasarkan Pancasila dan UUD
1945 yang mempu menyerap aspirasi dan dapat mendorong partisipasi masyarakat
dalam suatu sistem.
b. Politik luar negeri
Politik luar negeri adalah salah satu sarana pencapaian kepentingan nasional dalam
pergaulan antar bangsa.
3. Pengaruh Aspek Ekonomi
a. Pengertian Ekonomi
Bidang ekonomi merupakan suatu bidang kegiatan mannusia dalam rangka mencukupi
kebutuhannya di sampan sebagai alat pemuas kebutuhan yang terbatas. Hal tersebut
dalam ekonomi menyangkut berbagai bidang antara lain penawaran, permintaan,
produksi, distribusi barang dan jasa.
b. Perekonomian Indonesia
Bangsa Indonesia telah memiliki sistem perekonomian sendiri oleh para pendiri negeri
telah dicanangkan, yaitu penekanan pada asas kebersamaan dan kekeluargaan, dalam
arti penekanan pada aspek kemakmuran bersama di samping kemakmuran individu dan
kelompok.
c. Ketahanan pada Aspek Ekonomi
Ketahanan ekonomi merupakan suatu kondisi dinamis kehidupan perekonomian
bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan, kekuatan nasional dalam menghadapi
serta mengatasi segala tantangan dan dinamika perekonomian yang baik yang akan
datang.
4. Pengaruh Aspek Sosial Budaya
a. Pengertian Budaya
Manusia dikaruniai kemampuan jiwa yaitu akal, rasa, kehendak serta keyakinan.
Dengan kemampuan jiwanya, kehidupan manusia mampu menghasilkan serentetan
produk yang disebut kebudayaan.
b. Kondisi Budaya Indonesia
Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dan sub etnis yang memiliki
kebudayaannya sendiri-sendiri karena suku-suku bangsa tersebut mendiami daerah dan
kebudayaannnya tertentu, kemudian sering disebut dengan kebudayaan daerah.
1) Kebudayaan nasional
2) Integrasi nasional
3) Kebudayaan dan alam lingkungan
c. Struktur Sosial di Indonesia
Pengertian sosial pada hakikatnya merupakan interaksi dalam pergaulan hidup manusia
dalam bermasyarakat. Untuk menjamin keberadaan dan keberlangsungan hidup
masyarakat, terdapat empat unsur penting, yaitu sebagai berikut :
1) Struktur sosial
2) Pengawasan sosial
3) Media sosial
4) Standar sosial
d. Ketahanan pada Aspek Sosial Budaya
Wujud ketahanan bidang sosial budaya tercermin dalam kehidupan sosial budaya
bangsa, yang mampu membentuk dan mengembangkan kehidupan sosial budaya
manusia dan masyarakat Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, rukun, bersatu, cinta tanah air, berkualitas, maju, dan sejahteraa dalam
kehidupan yang serba selaras, serasi dan seimbang serta mampu menangkal penetrasi
budaya asing yang tidak sesuai dengan kebudayaan nasional.
5. Pengaruh Aspek Pertahanan dan Keamanan
a. Filosofi Pertahanan dan Keamanan
Pertahanan mengandung makna suatu kemampuan bangsa untuk membina dan
menggunakan kekuatan nasional guna menghadapi ataupun menangkal rongrongan,
gangguan, ancaman, maupun tekanan dari luar.
b. Postur Kekuatan Pertahanan dan Keamanan
1) Postur kekuatan hankam
Postur kekuatan hankam mencakup struktur kekuatan, tingkat kemampuan, dan
gelar kekuatan.
2) Pembangunan kekuatan hankam
Kekuatan hankam perlu mengantisipasi prediksi ancaman darai luar sejalan dengan
pesatnya perkembangan Iptek militer, yang telah menghasilkan daya gempur yang
tinggi dan jarak jangkauannya jauh.
3) Hakikat ancaman
Hakikat ancaman perlu mempertimbangkan konstelasi geografi Indonesia dan
kemajuan Iptek.
4) Gejolak dalam negeri
Di dalam era globalisasi dewasa ini dan di masa mendatang, tidak tertutup
kemungkinan munculnya campur tangan asing dengan alas an menegakkan nilai-
nilai HAM, demokrasi, penegakan hukum, dan lingkungan hidup di balik
kepentingan nasional mereka.
5) Geopolitik ke arah geoekonomi
Kondisi ini mengimplikasikan semakin canggihnya upaya diplomasi guna
mencapai tujuan politik dan ekonomi.
6) Perkembangan lingkungan strategis
Perkembangan ini mengisyaratkan bahwa pergeseran geopolitik ke arah
geoekonomi membawa perubahan besar dalam penerapan kebijaksanaan dan
strategi negara-negara di dunia dalam mewujudkan kepentingan nasionalnya
masing-masing.
7) Mewujudkan postur kekuatan hankam
Perwujudan postur kekuatan Hankam yang memiliki daya bending dan daya
tangkal yang tinggi dalam menghadapi kemungkinan ancaman dari luar
membutuhkan anggaran yang sangat besar.
c. Ketahanan pada Aspek Pertahanan dan Keamanan
1) Pertahanan dan keamanan harus dapat mewujudkan kesiapsiagaan serta upaya bela
Negara.
2) Bangsa Indonesia cinta damai, akan tetapi lebih cinta kemerdekaan dan kedaulatan
3) Pembangunan kekuatan dan kemampuan pertahanan dan keamanan dimanfaatkan
untuk menjamin perdamaian
4) Potensi nasional dan hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai harus dilindungi
harus dilindungi dari segala ancaman dan gangguan
5) Perlengkapan dan peralatan untuk mendukung pembangunan kekuatan dan
kemampuan pertahanan dan keamanan sedapat mungkin dihasilkan oleh industry
dalam negeri
6) Pembangunan Hankam harus diselenggarakan oleh manusia-manusia yang berbudi
luhur, arif, bijaksana dan menghormati HAM
7) Sebagai tentara rakyat, tentara pejuang dan tentara nasional, TNI berpedoman pada
Sapta Marga yang merupakan penjabaran dari asas kerohanian Negara Pancasila
8) Kesadaran dan ketaatan masyarakat kepada hokum perlu terus menerus
ditingkatkan
d. Keberhasilan Ketahanan Nasional Indonesia
Untuk mewujudkan keberhasilan ketahanan nasional setiap warga Negara Indonesia
perlu :
1) Memiliki semangat perjuangan
2) Sadar dan peduli akan pengaruh-pengaruh yang timbul pada aspek ideology ,
politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan, sehingga stiap warga
Negara Indonesia dapat mengeliminir pengaruh tersebut.
BAB IX
Good Governance adalah suatu peyelegaraan manajemen pembangunan yang solid dan
bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran
salah alokasi dana investasi dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun secara
administratif menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal dan politican framework bagi
tumbuhnya aktifitas usaha.
Good governance pada dasarnya adalah suatu konsep yang mengacu kepada proses pencapaian
keputusan dan pelaksanaannya yang dapat dipertanggungjawabkan secara bersama. Sebagai suatu
konsensus yang dicapai oleh pemerintah, warga negara, dan sektor swasta bagi penyelenggaraan
pemerintahaan dalam suatu negara.
Good Governance diIndonesia sendiri mulai benar – benar dirintis dan diterapkan sejak
meletusnya era Reformasi yang dimana pada era tersebut telah terjadi perombakan sistem
pemerintahan yang menuntut proses demokrasi yang bersih sehingga Good
Governancemerupakan salah satu alat Reformasi yang mutlak diterapkan dalam pemerintahan
baru. Akan tetapi, jika dilihat dari perkembangan Reformasi yang sudah berjalan selama 15 tahun
ini, penerapan Good Governance di Indonesia belum dapat dikatakan berhasil sepenuhnya sesuai
dengan cita – cita Reformasi sebelumnya. Masih banyak ditemukan kecurangan dan kebocoran
dalam pengelolaan anggaran dan akuntansi yang merupakan dua produk utama Good Governance.
C. Clean governance
Clean governance berarti pemerintahan yang bersih yaitu model pemerintahan yang efektif,
efisien, jujur, transparan dan bertanggung jawab. Jadi pemerintahan yang bersih yaitu
pemerintahan yang terbuka terhadap public dan bebas dari permasalahan Korupsi Kolusi dan
Nepotisme (KKN). Pemerintahan yang bersih akan membuat rakyat percaya terhadap pemerintah
sehingga tidak ada saling curiga antara rakyat kepada pemerintah.
Dalam negara modern untuk mewujudkan clean governance dapat dilakukan melalui birokrasi
penegakan hukum. Penegakan hukum itu dijalankan oleh kmponen eksekutif yang ada dalam
sebuah negara. Negara dapat mencampuri kegiatan dan pelayanan masyarakat sehingga campur
tangan hukum semakin intensif. Komponen eksekutif dan birokrasinya merupakan bagian dari
mata rantai untuk mewujudkan rencana yang tercantum dalam peraturan hukum yang menangani
bidang-bidang tersebut.
Negara memiliki fungsi mutlak dalam mewujudkan pemerintahan yang sesuai dengan kehendak
rakyat yaitu :
Untuk melaksanakan tujuan negara itu maka negara harus menerapkan prinsip-prinsip clean
governance dalam pemerintahannya. Ada beberapa prinsip yang harus diperhatiakn dalam clean
governance yaitu:
1. Partisipasi (participation) adalah bentuk keikutsertaan warga masyarakat dalam
pengambilan keputusan, baik langsung maupun melalui lembaga perwakilan yang sah yang
mewakili kepentingan mereka.
2. Penegakan hukum (rule of law) adalah pengelolaan pemerintahan yang professional harus
didukung oleh penegakan hukum yang berwibawa. Hukum yang menjadi rambu
pengendali dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk seperti UU, Peraturan Pemerintah,
Kepeutusan Presiden dan lainnya.
3. Transparan (transparency) adalah adanya keterbukaan kepada public dalam menentukan
kebijakan.
4. Responsive (responsiveness) adalah pemerintah harus tanggap terhadap persoalan-
persoalan masyarakat.
5. Orientasi kesepakatan (consensus orientation) adalah memutuskan apa pun harus
dilakukan melalui proses musyawarah melalui consensus.
6. Kesetaraan (equity) adalah kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan public.
7. Efektivitas (effectiveness) dan efisiensi (efficiency) adalah berdaya guna dan berhasil
guna artinya bisa menjangkau kepentingan masyarakat sebesar-besarnya dengan biaya
pembangunan sekecil mungkin.
8. Akuntabilitas (accountability) adalah pertanggungjawaban pejabat public terhadap
masyarakat yang memberinya kewenangan untuk mengurusi kepentingan mereka.
9. Visi strategis (strategic vision) adalah pandangan-pandangan strategis untuk menghadapi
masa yang akan datang.