0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
461 tayangan14 halaman
Dokumen tersebut membahas konsep dasar bahasa dan fungsi bahasa, ragam dan laras bahasa. Dibahas tentang dua cara berkomunikasi dalam bahasa Indonesia secara verbal dan non verbal, fungsi bahasa sebagai alat komunikasi, mengembangkan ilmu pengetahuan, dan kontrol sosial. Jenis-jenis ragam bahasa dijelaskan seperti ragam bahasa baku dan tidak baku, ragam lisan dan tulis, serta perbedaan antara keduanya.
Dokumen tersebut membahas konsep dasar bahasa dan fungsi bahasa, ragam dan laras bahasa. Dibahas tentang dua cara berkomunikasi dalam bahasa Indonesia secara verbal dan non verbal, fungsi bahasa sebagai alat komunikasi, mengembangkan ilmu pengetahuan, dan kontrol sosial. Jenis-jenis ragam bahasa dijelaskan seperti ragam bahasa baku dan tidak baku, ragam lisan dan tulis, serta perbedaan antara keduanya.
Dokumen tersebut membahas konsep dasar bahasa dan fungsi bahasa, ragam dan laras bahasa. Dibahas tentang dua cara berkomunikasi dalam bahasa Indonesia secara verbal dan non verbal, fungsi bahasa sebagai alat komunikasi, mengembangkan ilmu pengetahuan, dan kontrol sosial. Jenis-jenis ragam bahasa dijelaskan seperti ragam bahasa baku dan tidak baku, ragam lisan dan tulis, serta perbedaan antara keduanya.
1. KONSEP DASAR BAHASA INDONESIA 1. Ada 2 cara berkomunikasi dalam berbahasa INDONESIA : - Secara Verbal - Secara Non Verbal
Verbal : adalah bahasa yang menggunakan alat media bahasa yaitu : 1. Lisan 2. Tulisan
Non Verbal : adalah bahasa digunakan selain menggunakan bahasa : 1. Simbol ( tanda lalin ) 2. Isyarat ( lambaian tangan ) 3. Bunyi-bunyian ( sirine ) 4. Kode ( morse ) 2.Fungsi Bahasa
Fungsi bahasa sebagai alat : 1. Berkomunikasi 2. Kontrol Sosial 3. Mengekspresikan Diri 4. Beradaptasi sosial & berintegrasi 3. Ragam dan Laras bahasa -Ragam bahasa adala variasa bahasa terjadi karena pemakaian bahasa Ragam bahasa di bedakan menjadi 5 : - berdasarkan media pengantar : 1. Ragam Lisan 2. Ragam Tulis - berdasarkan pemakaian : 1. Ragam formal 2. Ragam semiformal 3. Ragam non formal 3.Perbedaan antara ragam lisan dan ragam tulis
Ragam lisan : - menghendaki lawan bicara - unsur fungsi gramatika dinyatakan dengan gerakan tubuh - terikat dalam situasi, kondisi,waktu dan ruang - makna di pengaruhi panjang-pendeknya dan tinggi- rendahnya nada bicara
Ragam tulis - tidak perlu awan bicara - unsur fungsi gramatika ( subjek, predikat, objek ) dinyatakan dengan kata-kata - tidak terikat situasi, kondisi, waktu, ruang - makna di tentukan tanda baca Contoh :
Ragam nonformal tulis : - menulis surat ke teman - menulis catatan
Ragam baku/ formal - Merupakan ragam yang tinggi, bersifat formal - memilikisi sifat : - kemantapan dinamis --> kaidah yang tetap dan seragam - cedikia --> logis, masuk akal
2. FUNGSI BAHASA
Definisi/Pengertian Fungsi Bahasa Bahasa dibentuk oleh kaidah aturan serta pola yang tidak boleh dilanggar agar tidak menyebabkan gangguan pada komunikasi yang terjadi. Kaidah, aturan dan pola-pola yang dibentuk mencakup tata bunyi, tata bentuk dan tata kalimat. Agar komunikasi yang dilakukan berjalan lancar dengan baik, penerima dan pengirim bahasa harus harus menguasai bahasanya. Bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbitrer yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat komunikasi, kerja sama dan identifikasi diri. Bahasa lisan merupakan bahasa primer, sedangkan bahasa tulisan adalah bahasa sekunder. Arbitrer yaitu tidak adanya hubungan antara lambang bunyi dengan bendanya.
Bahasa sebagai alat komunikasi Melalui Bahasa, manusia dapat berhubungan dan berinteraksi dengan alam sekitarnya, terutama sesama manusia sebagai makhluk sosial. Manusia dapat memikirkan, mengelola dan memberdayakan segala potensi untuk kepentingan kehidupan umat manusia menuju kesejahteraan adil dan makmur. Manusia dalam berkomunikasi tentu harus memperhatikan dan menerapkan berbagai etika sehingga terwujud masyarakat yang madani selamat dunia dan akhirat. Bahasa sebagai alat komunikasi berpotensi untuk dijadikan sebagai sarana untuk mencapai suatu keberhasilan dan kesuksesan hidup manusia, baik sebagai insan akademis maupun sebagai warga masyarakat. Penggunaan bahasa yang tepat menjadikan seseorang dalam memperlancar segala urusan. Melalui bahasa yang baik, maka lawan komunikasi dapat memberikan respon yang positif. Akhirnya, dapat dipahami apa maksud dan tujuannya.
Bahasa sebagai alat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan
Penyebaran ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dilakukan melalui buku-buku pelajaran, buku- buku populer, majalah-majalah ilmiah maupun media cetak lainnya. Banyak buku dan majalah tersebut menggunakan bahasa asing. Karena itu dibutuhkan penerjemah agar buku tersebut diterjemahkan ke bahasa indonesia, dengan menggunakan bahasa Indonesia. Rakyat indonesia akan mudah mempelajarinya dan akhirnya akan membantu perkembangan ilmu pengetahuan.
Fungsi Bahasa Dalam Masyarakat : 1. Alat untuk berkomunikasi dengan sesama manusia. 2. Alat untuk bekerja sama dengan sesama manusia. 3. Alat untuk mengidentifikasi diri.
Macam-Macam dan Jenis-Jenis Ragam / Keragaman Bahasa : 1. Ragam bahasa pada bidang tertentu seperti bahasa istilah hukum, bahasa sains, bahasa jurnalistik, dsb. 2. Ragam bahasa pada perorangan atau idiolek seperti gaya bahasa mantan presiden Soeharto, gaya bahasa benyamin s, dan lain sebagainya. 3. Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu wilayah atau dialek seperti dialek bahasa madura, dialek bahasa medan, dialek bahasa sunda, dialek bahasa bali, dialek bahasa jawa, dan lain sebagainya. 4. Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu golongan sosial seperti ragam bahasa orang akademisi beda dengan ragam bahasa orang-orang jalanan. 5. Ragam bahasa pada bentuk bahasa seperti bahasa lisan dan bahasa tulisan. 6. Ragam bahasa pada suatu situasi seperti ragam bahasa formal (baku) dan informal (tidak baku). Bahasa lisan lebih ekspresif di mana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. Lidah setajam pisau / silet oleh karena itu sebaiknya dalam berkata-kata sebaiknya tidak sembarangan dan menghargai serta menghormati lawan bicara / target komunikasi. Bahasa isyarat atau gesture atau bahasa tubuh adalah salah satu cara bekomunikasi melalui gerakan-gerakan tubuh. Bahasa isyarat akan lebih digunakan permanen oleh penyandang cacat bisu tuli karena mereka memiliki bahasa sendiri.
Bahasa dalam kehidupan kita sehari hari jug mempunyai fungsi atau kegunaan yang beraneka rgam, di antara nya sebagai berikut: Sebagai informasi, yaitu untuk menyampaikan informasi timbal-balik antar anggota keluarga ataupun anggota-anggota masyarakat. Sebagai ekspresi diri, yaitu untuk menyalurkan perasaan, sikap, gagasan,emosi atau tekanan- tekanan perasaan pembaca. Untuk adaptasi dan integrasi, yaitu untuk menyesuaikan dan membaurkan diri dengan anggota masyarakat, melalui bahasa seorang anggota masyarakat sedikit demi sedikit belajar adat istiadat, kebudayaan, pola hidup, perilaku, dan etika masyarakatnya. Sebagai kontrol sosial. Selain itu bahasa juga mempunyai fungsi untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain. Kemudian Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi : Fungsi instrumental, yakni bahasa digunakan untuk memperoleh sesuatu Fungsi regulatoris, yaitu bahasa digunakan untuk mengendalikan prilaku orang lain Fungsi intraksional, bahasa digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain Fungsi personal, yaitu bahasa dapat digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain Fungsi heuristik, yakni bahasa dapat digunakan untuk belajar dan menemukan sesuatu Fungsi imajinatif, yakni bahasa dapat difungsikan untuk menciptakan dunia imajinasi Fungsi representasional, bahasa difungsikan untuk menyampaikan informasi. Di dalam bernegara peranan dan fungsi bahasa Indonesia sangat vital diantaranya sebagai Bahasa resmi kenegaraan Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan Bahasa resmi untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional serta kepentingan pemerintah Di bidang kebudayan mempunyai fungsi Alat pengembangan kebudayaan Fungsi bahasa indonesia sebagai bahasa baku : Fungsi Pemersatu, artinya bahasa Indonesia mempersatukan suku bangsa yang berlatar budaya dan bahasa yang berbeda-beda Fungsi pemberi kekhasan, artinya bahasa baku memperbedakan bahasa itu dengan bahasa yang lain Fungsi penambah kewibawaan, penggunaan bahasa baku akan menambah kewibawaan atau prestise. Fungsi sebagai kerangka acuan, mengandung maksud bahwa bahasa baku merupakan kerangka acuan pemakaian bahasa
BAB 2 RAGAM DAN LARAS BAHASA 1. Ragam Bahasa Indonesia Manusia adalah makhluk social yang saling berinteraksi dalam masyarakat menggunakan bahasa, dan dalam masyarakat tersebut terdapat bermacam macam bahasa yang disebut Ragam Bahasa. Indonesia merupakan Negara yang terdiri atas beribu-ribu pulau, yang dihuni oleh ratusan suku bangsa dengan pola kebudayaan sendiri-sendiri, pasti melahirkan berbagai ragam bahasa yang bermacam-macam dan ini disebut Ragam Bahasa Indonesia. Ragam bahasa menurut sudut pandang penutur atau ragam daerah ( logat / dialek) yaitu baku dan tidak baku.Ragam bahasa menurut sikap penutur , gaya atau langgam yang digunakan penutur terhadap orang yang diajak bicara. Dari sudut pandangan bidang atau pokok persoalan ragam menurut sarananya yaitu Lisan : dengan intonasi yaitu tekanan, nada, tempo suara, dan perhentian. Dan Tulisan : dipengaruhi oleh bentuk, pola kalimat, dan tanda baca. ragam yang mengalami gangguan pencampuran. Ragam bahasa menurut bidang wacana : Ragam ilmiah : bahasa yang digunakan dalam kegiatan ilmiah,ceramah, tulisan-tulisan ilmiah. Ragam populer : bahasa yang digunakan dalam pergaulan seharihari dan dalam tulisan populer. Ragam bahasa baku dan tidak baku Ciri ciri ragam bahasa baku yaitu kemantapan dinamis, memiliki kaidah dan aturan yang relatif tetap dan luwes. Kecendekiaan, sanggup mengungkap proses pemikiran yang rumit diberbagai ilmu dan tekhnologi.Keseragaman kaidah adalah keseragaman aturan atau norma. Proses pembakuan bahasa terjadi karena keperluan komunikasi. Dalam proses pembakuan atau standardisasi variasi bahasa, bahasa itu disebut bahasa baku atau standard. Pembakuan tidak bermaksud untuk mematikan variasi-variasi bahasa tidak baku. Untuk mengatasi keanekaragaman pemakaian bahasa yang merupakan variasi dari bahasa tidak baku maka diperlukan bahasa bahasa baku atau bahasa standard. Bahasa Indonesia baku adalah ragam bahasa yang dipergunakan dalam: komunikasi resmi, yakni surat-menyurat resmi, pengumuman yang dikeluarkan oleh instansi resmi, penamaan dan peristilahan resmi, perundang-undangan, dan sebagainya. wacana teknis, yakni dalam laporan resmi dan karangan ilmiah. pembicaraan di depan umum yakni dalam ceramah, kuliah, khotbah, pembicaraan dengan orang yang dihormati yakni orang yang lebih tua, lebih tinggi status sosialnya dan orang yang baru dikenal. Ciri struktur (unsur-unsur) bahasa Indonesia baku adalah sebagai berikut. Pemakaian awalan me- dan ber- (bila ada) secara eksplisit dan konsisten. b. Pemakaian fungsi gramatikal (subyek, predikat, dan sebagainya secara eksplisit dan konsisten. c. Pemakaian fungsi bahwa dan karena (bila ada) secara eksplisit dan konsisten (pemakaian kata penghubung secara tepat dan ajeg. d. Pemakaian pola frase verbal aspek + agen + verba (bila ada) secara konsisten (penggunaan urutan kata yang tepat). e. Pemakaian konstruksi sintesis (lawan analitis). f. Pemakaian partikel kah, lah, dan pun secara konsisten. g. Pemakaian preposisi yang tepat. h. Pemakaian bentuk ulang yang tepat menurut fungsi dan tempatnya. i. Pemakaian unsur-unsur leksikal berikut berbeda dari unsur-unsur yang menandai bahasa Indonesia baku. j. Pemakaian ejaan resmi yang sedang berlaku (EYD). k. Pemakaian peristilahan resmi. Ragam Bahasa Tulis dan Bahasa Lisan menurut pemakaian kaidah yang baku di antaranya. Ada dua perbedaan yang mencolok mata yang dapat diamati antara ragam bahas tulis dengan ragam bahasa lisan, yaitu : a. Dari segi suasana peristiwa Jika menggunakan bahasa tulisan tentu saja orang yang diajak berbahasa tidak ada dihadapan kita. Olehnya itu, bahasa yang digunakan perlu lebih jelas. Fungsi gramatikal, seperti subjek, predikat, objek, dan hubungan antara setiap fungsi itu harus nyata dan erat. Sedangkan dalam bahasa lisan, karena pembicara berhadapan langsung dengan pendengar, unsur (subjek-predikat- objek) kadangkala dapat diabaikan. b. Dari segi intonasi Yang membedakan bahasa lisan dan tulisan adalah berkaitan dengan intonasi (panjang-pendek suara/tempo, tinggi-rendah suara/nada, keras-lembut suara/tekanan) yang sulit dilambangkan dalam ejaan dan tanda baca, serta tata tulis yang dimiliki. Goeller (1980) mengemukakan bahwa ada tiga krakteristik bahasa tulisan yaitu acuracy, brevety, claryty (ABC). Acuracy (akurat) adalah segala informasi atau gagasan yang dituliskan dapat memberi keyakinan bagi pembaca bahwa hal tersebut masuk akal atau logis. Brevety (ringkas) yang berarti gagasan tertulis yang disampaikan bersifat singkat karena tidak menggunakan kata yang mubazir dan berulang, seluruh kata yang digunakan dalam kalimat ada fungsinya. Claryty (jelas) adalah tulisan itu mudah dipahami, alur pikirannya mudah diikuti oleh pembaca. Tidak menimbulkan salah tafsir bagi pembaca. Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar Berbahasa Indonesia yang baik adalah berbahasa Indonesia yang sesuai dengan tempat tempat terjadinya kontak berbahasa, sesuai dengan siapa lawan bicara, dan sesuai dengan topic pembicaraan. Bahasa Indonesia yang baik tidak selalu perlu beragam baku. Yang perlu diperhatikan dalam berbahasa Indonesia yang baik adalah pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa. Ada pun berbahasa Indonesia yang benar adalah berbahasa Indonesia yang sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia.
Menurut Felicia (2001:8),raga bahasa dibagi berdasarkan: 1. Media pengantarnya atau saranannya,yang terdiri atas: a. Ragam lisan. b. Ragam tulis. Ragam lisan adalah bahasa yang diujarkan oleh pemakai bahasa.kita dapat menemukan ragam lisan yang standar,misalnya pada saat orang berpidato atau memberi sambutan,dalam situasi perkuliahan,ceramah; dan ragam lisan yang nonstandar,misalnya dalam percakapan antarteman,dipasar,atau dalam kesempatan nonformal lainnya. Ragam tulis adalah bahasa yang ditulis atau tercetak.ragam tulispun dapat berupa ragam tulis yang standar maupun nonstandar.ragam tulis yang standar kita temukan dalam buku pelajaran,teks,majalah,surat kabar,poster,iklan.kita juga dapat menemukan ragam tulis nonstandar dalam majalah remaja,iklan,atau poster. 2. Berdasarkan situasi dan pemakaian Ragam bahasa baku dapat beerupa : (1) ragam bahasa baku tulis dan (2) ragam bahasa baku lisan.dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna kalimat yang diungkapkan tidak ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan unsur kalimat.oleh karena itu,dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis diperlukan kecepatan dan ketetapan didalam pemilihan kata,penerapan kaidah ejaan,struktur bentuk kata dan struktur kalimat,serta kelengkapan unsur-unsur bahasa didalam struktur kalimat.
Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelepasan kalimat.Namun,hal itu tidak mengurangi cirri kebakuannya.walaupun demikian,ketepatan dalam pilihan didalam struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi pendukung didalam memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan. Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai.jika ragam bahasa lisan dituliskan,ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam tulis,tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan,hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis.oleh karena itu,bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak menunjukkan cirri-ciri ragam tulis,walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis,ragam bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis.kedua ragam itu masing-masing,ragam tulis dan ragam lisan memiliki cirri kebakuan yang berbeda. Contoh perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis(berdasarkan tata bahasa dan kosa kata): 1. Tata bahasa (Bentuk kata,tata bahasa,struktur kalimat,kosa kata) a. Ragam bahasa lisan : - Melyana sedang baca surat kabar - Ari mau nulis surat - Tapi kau tidak boleh nolak lamaran itu. - Mereka tinggal di Menteng. - Jalan laying itu mengatasi kemacetan lalu lintas. - Saya akan tanyakan soal itu
b. Ragam bahasa tulis : - Melyana sedang membaca surat kabar - Ari mau menulis surat - Namun,engkau tidak boleh menolak lamaran itu. - Jalan layang itu dibangun untuk mengatasi kemacetan lalu lintas. - Akan saya tanyakan soal itu. 2. Kosa kata Contoh ragam lisan dan tulis berdasarkan kosa kata : a. Ragam lisan - Rani bilang kalau kita harus belajar - Kita harus bikin karya tulis - Rasanya masih terlalu pagi buat saya,pak b. Ragam tulis - Rani mengatakan bahwa kita harus belajar - Kita harus membuat karya tulis. - Rasanya masih terlalu muda bagi saya,pak.
Istilah lain yang menggunakan selain ragam bahasa baku adalah ragam bahasa standar,semi standard an nonstandart. a. Ragam standar, b. Ragam nonstandard c. Ragam semi standar.
Bahasa ragam standar memiliki sifat kemantapan berupa kaidah dan aturan tetap.akan tetapi,kemantapan itu tidak bersifat kaku.ragam standar tetap luwes sehingga memungkinkan perubahan dibidang kosa kata,peristilahan,serta mengizinkan perkembangan berbagai jenis laras yang diperlukan dalam kehidupan modem (Alwi,1998:14). Pembedaan antara ragam standar,nonstandard,dan semi standar dilakukan berdasarkan : a. Topik yang sedang dibahas, b. Hubungan antar pembicara, c. Medium yang digunakan, d. Lingkungan atau e. Situasi saat pembicaan terjadi Ciri yang membedakan antara ragam standar,semi standard an nonstandard : - Penggunaan kata sapaan dan kata ganti, - Penggunaan kata tertentu, - Penggunaan imbuhan, - Penggunaan kata sambung (konjungsi),dan - Penggunaan fungsi yang lengkap. Penggunaan kata sapaan dan kata ganti merupakan ciri pempeda ragam standard an ragam nonstandard yang sangat menonjol.kepada orang yang kita hormati,kita akan cenderung menyapa dengan menggunakan kata Bapak,Ibu,Saudara,Anda.jika kita menyebut diri kita,dalam standar kita akan menggunakan kata saya atau aku.dalam ragam nonstandard,kita akan menggunakan kata gue. Penggunaan kata tertentu merupakan cirri lain yang sangat menandai perbedaan ragam standard dan ragam nonstandard.Dalam ragam standar,digunakan kata-kata yang merupakan bentuk baku atau istilah dan bidang ilmu tertentu.penggunaan imbuhan adalah ciri lain.dalam ragam standar kita harus menggunakan imbuhan secara jelas dan teliti. Penggunaan kata sambung (konjungsi) dan kata depan (preposisi) merupakan cirri pembeda lain.dalam ragam nonstandar,sering kali kata sambung dan kata depan dihilangkan.kadang kala,kenyataan ini meengganggu kejelasan kalimat. Contoh : (1) Ibu mengatakan,kita akan pergi besok (ia) ibu mengatakan bahwa kita akan peergi besok Pada contoh (1) merupakan ragam semi standard an diperbaiki contoh (ia) yang merupakan ragam standar. Contoh : (2) Mereka bekerja keras menyelesaikan pekerjaan itu. (2a) Mereka bekerja keras untuk menyelesaikan pekerjaan itu. Kalimat (1) kehilangan kata sambung (bahwa),sedangkan kalimat (2) kehilangan kata depan (untuk).dalam laras jurnalistik kedua kata ini sering dihilangkan.hal ini menunjukkan bahwa laras jurnalistik termasuk ragam semi standar. Kelengkapan fungsi merupakan cirri terakhir yang membedakan ragam standard an nonstandard.artinya,ada bagian dalam kalimat yang dihilangkan karena situasi sudah di anggap cukup mendukung pengertian.dalam kalimat-kalimat yang nonstandar itu,predikat kalimat dihilangkan.seringkali pelepasan fungsi terjadi jika kita menjawab pertanyaan orang.misalnya, Hai, ida,mau kemana? pulang. Sering kali juga kita menjawab tau. Untuk menyatakan tidak tau. Sebenarnya,pembedaan lain,yang juga muncul,tetapi tidak disebutkan diatas adalah intonasi.Masalahnya,pembeda intonasi ini hanya ditemukan dalam ragam lisan dan tidak terwujud dalam ragam tulis.
B.Laras Bahasa Pada saat digunakan sebagai alat komunikasi,bahasa masuk dalam berbagai laras sesuai dengan fungsi pemakaianya.jadi, laras bahasa adalah kesesuaian antara bahasa dan pemakaianya.dalam hal ini kita mengenal iklan, laras ilmiah,laras populer,laras featue,laras komik,laras sastra, yang masih dapat di bagi atas laras cerpen, laras puisi,laras novel, dan sebagainya. Setiap laras memiliki cirinya sendiri dan memiliki gaya tersendiri. Setiap laras dapat di sampaikan secara lisan atau di tulis dalam bentuk standar, semi standar,atau nonstandar. Laras bahasa yang akan kita bahas pada kesempatan ini adalah laras ilmiah. 2.laras ilmiah Dalam uraian di atas di katakan bahwa setiap laras dapat di sampaikan dalam ragam standar, semi standar, atau nonstandar. Akan tetapi, tidak demikian halnya dengan laras ilmiah. Laras ilmiah harus selalu menggunakan ragam standar. Sebuah karya tulis ilmiah merupakan hasil rangkaian gagasan yang merupakan hasil pemikiran, fakta, peristiwa, gejala, dan pendapat. Jadi, seorang penulis karya ilmiah menyusun kembali berbagai bahan informasi menjadi sebuah karangan yang utuh. Oleh sebab itu, penyusun atau pembuat karya ilmiah tidak di sebut pengarang melainkan di sebut penulis (soeseno,1981: 1). Dalam uraian di atas dapat di bedakan antara pengertian realitas dan fakta. Seorang pengarang akan merangkaikan realita kehidupan dalam sebuah cerita. Sedangkan seorang penulis akan merangkaikan berbagai fakta dalam sebuah tulisan. Realistis berarti bahwa peristiwa yang di ceritakan merupakan hal yang benar dan dapat dengan mudah di buktikan kebenaranya, tetapi tidak secara langsung di alami oleh penulis. Data realistis dapat berasal dari dokumen, surat keterangan,press release, surat kabar atau sumber bacaan lain,bahkan suatu peristiwa faktual. Faktual berarti rangkaian peristiwa atau percobaan yang di ceritakan benar-benar dilihat di rasakan, dan dialami oleh penulis (Marahimin, 1994:378). Karya ilmiah memiliki tujuan dan khalayak sasaran yang jelas.meskipun demikian, dalam karya ilmiah, aspek komunikasi tetap memegang peranan utama. Oleh karenanya, berbagai kemungkinan untuk penyampaian yang komunikatif tetap haru dipikirkan. Penulisan karya ilmiah bukan hanya untuk mengekspresikan pikiran tetapi untuk menyaikan hasil penelitian. Kita harus dapat meyakinkan pembaca akan kebenaran hasil yang kita temukan di lapangan. Dapat pula, kita menubangkan sebuah teori berdasarkan hasil penelitian kita. Jadi, sebuah karya ilmiah tetap harus dapat secara jelas menyampaikan pesan pada pembacanya. Persyaratan bagi sebuah tulisan untuk di anggap sebagai sebuah karya ilmiah adalah sebagai berikut (brotowidjoyo, 1988: 15-16). 1. Karya ilmiah menyajikan fakta objektif secara sistematis atau menyajikan aplikasi hukum alam pada situasi spesifik. 2. Karya ilmiah di tulis secara cermat,tepat,jujur, dan tidak bersifat terkaan. Dalam pengertian jujur terkandung sikap etik penulisan ilmiah, yakni penyebutan rujukan dan kutipan yang jelas. 3. Karya ilmiah di susun secara sistematis, setiap langkah di rencanakan secara terkendali, konseptual, dan prosedual. 4. Karya ilmiah menyajikan rangkaian sebab-akibat dengan pemahaman dan alasan yang indusif yang mendorong pembaca untuk menarik kesimpulan. 5. Karya ilmiah mengandung pandangan yang di sertai dukungan dan pembuktian berdasarkan suatu hipotetis. 6. Karya ilmiah ditulis secara tulus. Hal itu berarti bahwa karya ilmiah hanya mengandung kebenaran faktual sehingga tidak akan memancing pernyataan benada keraguan. Penulis karya ilmiah tidak boleh memanipulasi fakta, tidak bersifat ambisius dan berprasangka. Penyajian tidak boleh bersifat emotif. 7. Karya ilmiah pada dasarnya bersifat ekspositoris. Jika pada akhirnya timbul kesan argumentatif dan persuasif, hal itu di timbulkan oleh penyusunan kerangka karangan yang cermat. Dengan demikian, fakta dan hukum alam di terapkan pada situasi spesifik itu di biarkan berbicara sendiri. Pembaca di biarkan mengambil kesimpulan sendiri berupa pembenaran keyakinan dan keyakinan akan kebenaran karya ilmiah tersebut. Berdasarkan uraian di atas,dari segi bahasa, dapat di katakana bahwa karya ilmiah memiliki tiga ciri yaitu: 1. harus tepat tunggal makna, tidak remang nalar atau mendua makna 2. harus secara tepat mendefinisikan setiap istilah, sifat, dan pengertian yang di gunakan, agar tidak menimbulkan kerancuan atau keraguan 3. harus singkat, berdasarkan ekonomi bahasa.
Disamping persyaratan tersebut di atas, untuk dapat di publikasikan sebagai karya ilmiah ada ketentuan struktur atau format karangan yang kurang lebih bersifat baku. Ketentuan itu merupakan kesepakatan sebagaimana tertuang dalam internasional standardization organization (ISO). Publikasi yang tidak mengindakan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam ISO memberikan kesan bahwa publikasi itu kurang valid sebagai terbitan ilmiah (soehardjan,1997 :10). Struktur karya ilmiah (soehardjan, 1997 :38) terdiri atas judul, nama penulis, abstrak, pendahuluan,bahan dan metode, hasil pembahasan, kesimpulan, ucapan terimakasi dan daftar pustaka.ISO 5966 (1982) menetapkan agar terdiri atas judul, nama penulis, abstrak, kata kunci, pendahuluan, inti tluisan ( teori metode, hasil, dan pembahasan), simpulan, dan usulan, ucapan terimakasih, dan daftar pustaka (soehardjan, 1997 :38). 3.ragam bahasa keilmuan Menurut sunaryo, (1994 :). Bahwa dalam kita berkomonikasi, perlu di perhatikan kaidah- kaidah berbahasa, baik yang berkaitan keebenaran kaidah pemakaian bahasa sesuai dengan konteks situasi, kondisi, dan sosio budayanya. Pada saat kita berbahasa, baik lisan maupun tulis, kita selalu memperhatikan factor-faktor yang menentukan bentuk-bentuk bahasa yang kita gunakan. Pada saat menulis, misalnya kita selalu memperhatikan siapa pembaca tulisan kita, apa yang kita tulis, apa tujuan tulisan itu, dan di media apa kita menulis. Hal yang perlu mendapat perhatian terssebut merupakan faktoer penentu dalam berkomunikasi. faktor-faktor penentu berkomunikasi meliputi: partisipan, topik latar, tujuan, dan saluran (lisan atau tulis) Partisipan tutur ini berupa PI yaitu pembicara/penulis dan P2 yaitu pembaca atau pendengar tutur. Agar pesan yang di sampaikan dapat terkomunikasikan dengan baik, maka pembaca atau penulis perlu (a) mengetahui latar belakang pembaca/pendengar, dan(b) memperhatikan hubungan antara pembicara/penulis dengan pendengar/pembaca. Hal itu harus di ketahui agar pilihan bentuk bahasa digunakan tepat, disamping agar pesanya dapat tersampaikan, agar tidak menyinggung perasaan, menyepelehkan, merendahkan dan sejenisnya. Topik tutur berkenaan dengan masalah apa yang di sampaikan penutur ke penanggap penutur. Penyampaian topik tutur dapat di lakukan secara: (a) naratif (peristiwa, perbuatan, cerita), (b) deskriptif (hal-hal faktual : keadaan, tempat barang, dsb.), (c). ekspositoris, (d) argumentatif dan persuasif. Ragam bahasa keilmuan mempunyai ciri: (1) Cendekia : bahasa Indonesia keilmuan itu mampu digunakan untuk mengungkapkan hasil berfikir logis secara cepat. (2) Lugas dan jelas : bahasa Indonesia keilmuan di gunakan untuk menyampaikan gagasan ilmiah secara jelas dan tepat. (3) Gagasan sebagai pangkal tolak : bahasa Indonesia keilmuan di gunakan dengan orientasi gagasan. Hal itu berarti penonjolan diarahkan pada gagasan atau hal-hal yang di ungkapkan, tidak pada penulis. (4) Formal dan objektif : komunikasi ilmiah melalui teks ilmiah merupakan komunikasi formal. Hal ini berarti bahwa unsure-unsur bahasa Indonesia yang di gunakan dalam bahasa Indonesia keilmuan adalah unsur-unsur bahasa yang berlaku dalam situasi formal atau resmi. Pada lapis kosa kata dapat di temukan kata-kata yang berciri formal dan kata-kata yang berciri informal (syafiie, 1992: 8-9). Contoh: berciri formal kata berciri informal Korps korp Berkata bilang Karena lantaran Suku cadang onderdil
4. laras ilmiah populer Laras ilmiah populer merupakan sebuah tulisan yang bersifat ilmiah, tetapi di ungkapkan dengan cara penuturan yang mudah di mengerti. Karya ilmiah populer tidak selau merupakan hasil penelitian ilmiah. Tulisan itu dapat berupa petunjuk teknis, pengalaman dan pengamatan biasa yang di uraikan dengan metode ilmiah. Jika karya ilmiah harus selalu di sajikan dalam ragam bahasa yang standar, karya ilmiah dapat di sajikan dalam ragam bahasa yang standar, semi standar dan nonstandar. Penyusun karya ilmiah populer akan tetap di sebut penulis bukan pengarang, karena proses penyusunan karya ilmiah populer sama dengan proses penyusunan karya ilmiah. Pembedaan terjadi hanya dalam cara penyajianya. Seperti di uraikan di atas, persyaratan berlaku bagi sebuah karya ilmiah berlaku pula bagi karya ilmiah populer. Akan tetapi, dalam kaya ilmiah populer terdapat pula persoalan lain, seperti kritik terhadap pemerintah, analisi atas suatu peristiwa yang sedang populer di masyarakat, jalan keluar bagi persoalan yang sedang di hadapi masyarakat, atau sekedar informasi baru yang ingin di sampaikan kepada masyarakat. Jika karya ilmiah memiliki struktur yang baku, tidak demikian halnya dengan karya ilmiah populer. Oleh karena itu, karya ilmiah populer biasanya di sajikan dalam media surat kabar dan majalah, biasanya, format penyajianya mengikuti format yang berlaku dalam laras jurnalistik. Pemilihan topik dan perumusan tema harus di rumuskan dengan cermat. Tema itu kemudian di kerjakan dengan jenis karangan tertentu, misalnya narasi, eksposisi, argumentsi, atau deskripsi. Secara lebih rinci lagi, penulis dapat mengembangkan gagasanya dalam berbagai bentuk pengembangan paragraph seperti pola pemecahan masalah, pola kronologis, pola perbandingan, atau pola sudut pandang.