Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas Pendidikan Agama Islam

“ISLAM DAN EKONOMI PANCASILA”

Dosen Pengampu : Wahyudin,S.Pd.i.,M.Pd.i.

Disusun Oleh :

Rina Karlina 19.001.045

Fizhar Raihan 19.001.038

Kelas 1B

AKADEMI PEREKAM MEDIS DAN INFORMATIKA KESEHATAN


(APIKES) BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Assalamualikum Wr.Wb.

Alhamdulillah. Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa,karena atas


rahmatnya sehingga penyusunan makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Dan makalah ini sebagai bukti untuk memenuhi bahwa penulis telah
melaksanakan tugas dengan baik

Makalah ini dapat terbuat dan diselesaikan dengan adanya bantuan dari
pihak lain. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada : kedua
orang tua saya,dosen pembimbing mata kuliah Pendidikan Agama Islam

Akhir dari kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada


semua pihak yang turut membantu dalam upaya penyelesaian laporan ini. Penulis
juga mengharapkan saran dan kritik demi perbaikan dan penyempurnaan makalah.
Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan dan
bermanfaat bagi semua pembaca.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Bandung, Juni 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2
BAB I .................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 4
1.1. LATAR BELAKANG ....................................................................................... 4
1.2. RUMUSAN MASALAH ................................................................................... 5
1.3. TUJUAN ............................................................................................................ 5
BAB II ................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 6
2.1. Pengertian Islam Dan Ekonomi Pancasila...................................................... 6
2.2. Sumber Nilai Kehidupan Bangsa Indonesia Dalam Pancasila ..................... 6
2.3. Hubungan Sila Pancasila Dengan Agama Islam ............................................ 9
2.4. Ekonomi Islam Sumber Pemikiran Ekonomi Pancasila ............................. 12
BAB III............................................................................................................................. 14
PENUTUP........................................................................................................................ 14
3.1. Kesimpulan ...................................................................................................... 14
3.2. Saran ................................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 15

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Indonesia merupakan negara yang mayoritas masyarakatnya
menganut agama Islam. Yakni agama yang berkeyakinan kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Di sisi lain, Indonesia juga memilki yang namanya
Pancasila, yang merupakan dasar negara Indonesia yang dijadikan
pandangan hidup dan filsafat bangsa.
Didalam agama yang dianut oleh setiap pemeluknya memiliki
ajaran-ajaran di dalamya yang harus djalankan sebagai pemeluk yang
taat. Namun saat ini ketaatan pemeluk umat beragama tidak sepenuhnya
dilakukan dalam kehidupannya sehari-hari. Hanya dijadikan status dan
memenuhi kebebasannya untuk memeluk agama yang tercantum dalam
UUD 1945 Pasal 29 ayat 2. Ajaran agama pun kadang diabaikan
sehingga dalam setiap kehidupannya tidak berlandaskan ajaran agama.
Hal ini berakibat adanya penyimpangan-penyimpangan, melemahnya
moral, dan norma yang terjadi di Indonesia.
Antara Islam dan Pancasila, masing-masing memiliki nilai-nilai
tersendiri. Dalam Islam nilai yang paling menonjol adalah
nilai religious, karena Islam sendiri merupakan agama yang bersumber
dari Allah swt. Sedangkan dalam Pancasila nilai yang paling menonjol
sebagaimana yang ada pada kelima silanya, yakni ; ketuhanan,
kemanusian, persatuan, kerakyatan, dan keadialan sosial.
Nilai-nilai yang ada pada Pancasila tersebut memiliki keselerasan
dengan ajaran agama Islam, yang banyak terdapat dalam al-Qur’an. Akan
tetapi, masih ada juga ormas-ormas Islam di Indonesia yang
menginginkan mendirikan negara Islam kerena faktor-faktor tertentu. Hal
ini menunjukan perlu adanya kesadaran sejati yang harus dimiliki bangsa
Indonesia dengan melihat realitas historis, budaya, dan tradisi bangsa
serta subtansitas terhadap agama yang telah diyakini kebenarannya.

4
1.2. RUMUSAN MASALAH
a) Apa pengertian Islam dan Ekonomi Pancasila?
b) Apa Sumber nilai nilai kehidupan bangsa Indonesia dalam
Pancasila?
c) Bagaimana Hubungan Sila Pancasila Dengan Agama Islam ?
d) Bagaimana Ekonomi Islam Sumber Pemikiran Ekonomi Pancasila?

1.3. TUJUAN
a) Untuk mengetahui pengertian islam dan ekonomi Pancasila
b) Untuk mengetahui sumber nilai kehidupan bangsa Indonesia dalam
Pancasila
c) Untuk mengetahui bagaimana hubungan sila pancasila dengan agama
islam
d) Untuk mengetahui ekonomi islam sumber pemikiran ekonomi
pancasila

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Islam Dan Ekonomi Pancasila


Islam (bahasa Arab: ‫اإلسالم‬, translit. al-islām, dengarkan)
adalah agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah. Dengan
1,8 miliar orang pengikut di seluruh dunia, Islam menjadi agama terbesar
kedua di dunia setelah Kristen. Islam memiliki arti "penyerahan", atau
penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Pengikut ajaran Islam
disebut Muslim yang berarti "seorang yang tunduk kepada Tuhan", atau
lebih lengkapnya adalah Muslimin bagi laki-laki dan Muslimat bagi
perempuan. Islam mengajarkan bahwa Allah adalah satu-satunya tuhan
yang berhak disembah dan Muhammad adalah nabi dan rasul terakhir yang
diutus ke dunia oleh Allah.

Ekonomi pancasila merupakan ekonomi yang berlandaskan pada


ideologi pancasila, yang dimana pancasila terdapat lima sila, di dalam
ekonomi pancasila menganut sistem kekeluargaan serta memberikan
keleluasaan kepada warga negara untuk berusaha dan membangun usaha
perekonomian dengan syarat tertentu. Adapun campur tangan pemerintah
dalam usaha pembnagunan dan perekonomian sangat di perlukan dengan
tujuan untuk kesejahteraan masyarakat serta ketika terjadi masalah yang
legal disitulah tugas pemerintah juga diperlukan.

2.2. Sumber Nilai Kehidupan Bangsa Indonesia Dalam Pancasila

Sumber nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia adalah sila


Ketuhanan Yang Maha Esa. Sila ini juga merupakan norma dasar yang
mengatur hubungan antara manusia sebagai individu dan anggota
kelompok dan sesamanya, negara, pemerintahan serta bangsa lain di

6
dunia. Kita ketahui bahwa Pancasila merupakan prinsip yang
mengantarkan bangsa Indonesia dalam mengejar cita – citanya. Selain itu
Pancasila juga sebagai petunjuk hidup sehari-hari. Maksudnya tindakan
dan tingkah laku bangsa Indonesia dalam hidup bermasyarakat harus
sesuai dengan nilai Pancasila.
Lalu kita tengok sejenak tentang agama Islam. Sebagai negara
yang memiliki penduduk yang memeluk agama Islam terbanyak, agama
Islam ini memiliki tingkatan ilmu yang bermacam-macam, terutama
tentang hukum tentang agama yang mengatur segala kehidupan manusia.
Contohnya akhlaq, akidah, fiqih, syariat, dll. Dalam ilmu akhlaq sendiri di
dalamya diajarkan tentang norma kesopanan, ketuhanan, kesusilaan,
hukum, dan interaksi antar sesama manusia. Pentingnya akhlaq tidak
terbatas pada seseorang saja, tetapi penting untuk masyarakat, umat dan
kemanusiaan seluruhnya. Atau dengan kata lain akhlaq itu penting bagi
perseorangan dan masyarakat sekaligus.
Sebagaimana perseorangan tidak sempurna kemanusiaanya tanpa
akhlaq begitu juga masyarakat dalam segala tahapnya tidak baik
keadaanya, tidak lurus keadannya tanpa ahklaq, dan hidup tidak ada
makna tanpa akhlaq yang mulia. Jadi akhlaq yang mulia adalah dasar
pokok untuk menjaga bangsa-bangsa, negara-negara, rakyat, dan
masyarakat-masyarakat dan oleh sebab itulah timbulnya amal saleh yang
berguna untuk kebaikan umat dan masyarakat.
Dalam Pancasila pun juga diajarkan apa yang diajarkan oleh
agama. Tidak mungkin Pancasila itu saling bertolak belakang dan
keduannya saling berkaitan. Sehingga kedua inilah yang menjadi landasan
kehidupan mereka secara moral.
Namun,sekarang sudah jarang ditemukan orang-orang yang melakukan
kedua hal tersebut. Kita lihat saja orang-orang yang membuat peraturan
untuk rakyat, tapi apakah sudah ia laksanakan sendiri. Kita lihat fenomena
yang ada di Indonesia, tentang petinggi negara yang banyak melanggar
aturan yang ditetapkan. Namun kenyataaanya mereka banyak yang

7
melakukan tindakan korupsi. Seharusnya mereka sebagai petinggi negara
menjadi orang -orang yang menjadi contoh bagi rakyatnya. Apa yang akan
terjadi nantinya kalau orang kalangan pejabat saja sudah melanggar
aturannya, bagaimana dengan rakyat yang ada di bawahnya.
Inilah yang menjadi masalah. Walaupun aturan itu ditetapkan
secara hukum, namun hukum dianggap remeh karena mereka memiliki
materi yang banyak sehingga hukum pun dapat dibeli. Jika kita amati,
pejabat saja pun dalam masalah ibadah itu tidaklah terlalu mematuhi
aturannya. Kalau saja mereka itu menjalankan, mengamalkan ajaran
agama, melaksanakan perintahnya, menjauhi segala yang dilarang oleh
agama maka dimungkinkan adanya benteng dalam diri mereka sendiri.
Negara Indonesia berdasarkan atas hukum, tidak berdasarkan atas
kekuasaaan belaka. Hukum itu memang tidak memandang siapa dia, asal
hukum itu telah dipermainkan oleh si pembuat hukum tidak ada kata jera
bagi mereka untuk terus melakukan pelanggaran. Seandainya saja sebagai
negara yang sebagian besar pemeluknya adalah Islam kalau kita jalankan
hukum di Indonesia dengan hukum Islam yang sesungguhnya, mungkin
tidak ada yang melakukan pelanggaran sepeti sekarang, dimana tindakan
kejahatan dapat dilakukan oleh siapapun.
Dalam hukum Islam sendiri ternyata sangat keras dan berat
contohnya, mencuri yang hukumannya dipotong tangannya, sedangkan di
Indonesia hukumannya dipenjara tapi kadang bagi yang memiliki materi
yang banyak akan menebusnya sesuai dengan kesepakatan. Lalu dengan
orang yang berbuat asusila dalam Islam hukumannya akan dirajam sampai
mati, tapi bagaimana dengan di Indonesia yang hanya berurusan dengan
polisi lalu masuk dalam tahanan.
Yang terjadi di Indonesia sebagai efek hukum yang tidak
ditegakkan dengan kuat, realitanya adalah narkoba, minuman keras, dan
pergaulan bebas. Hal ini tidak dilakukan oleh orang yang cukup umur tapi
juga remaja pun sudah melakukan hal-hal tersebut. Inilah yang terjadi
dimana agama hanya dianggap pelajaran yang hanya memenuhi kurikulum

8
pendidikan dan tidak diterapkan dalam nurani setiap orang. Inilah
sebabnya moral mereka mudah terpengaruh dengan hal yang belum tentu
sesuai dengan kehidupan kita, belum bisa menyaring sesuatu itu dengan
landasan kehidupannya.
Untuk itu dalam memberikan, menanamkan filter-filter tersebut
haruslah benar-benar perlu diperhatikan karena menyangkut masalah
sumber daya manusia yang tidak hanya mementingkan dalam segi akal,
namun juga ditambahi dengan moral yang baik. Perilaku manusia
dikatakan baik apabila sesuai dengan anjuran dan dianggap buruk
manakala bertentangan dengan larangan adat yang ada. Apabila moral dan
akal itu seimbang maka jalannya pemerintahan di negara kita ini menjadi
aman, makmur, sejahtera, dan harmonis

2.3. Hubungan Sila Pancasila Dengan Agama Islam

Islam sebagai agama yang dipeluk secara mayoritas oleh bangsa ini
tentu memiliki relasi yang sangat kuat dengan nilai-nilai Pancasila. Hal ini
dapat disimak dari masing-masing sila yang terdapat pada Pancasila
berikut ini:
Sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa.
Ketuhanan adalah prinsip semua agama. Dan prinsip ke Esaan
Tuhan merupakan inti ajaran Islam, yang dikenal dengan konsep tauhid.
Dalam Islam tauhid harus diyakini secara kaffah (totalitas), sehingga
tauhid tidak hanya berwujud pengakuan dan pernyataan saja. Akan tetapi,
harus dibuktikan dengan tindakan nyata, seperti melaksanakan kewajiban-
kewajiban agama, baik dalam konteks hubungan vertikal kepada Allah
(ubudiyyah) maupun hubungan horisontal dengan sesama manusia dan
semua makhluk (hablun minan nas).
Totalitas makna tauhid itulah kemudian dikenal dengan
konsep tauhid ar-rububiyyah, tauhid al-uluhiyyah dan tauhid al-asma wa
al-sifat. Tauhid Rububiyyah adalah pengakuan, keyakinan dan pernyataan

9
bahwa Allah adalah satu-satunya pencipta, pengatur dan penjaga alam
semesta ini. Sedangkan tauhid al-Uluhiyyah adalah keyakinan akan ke
Esaan Allah dalam pelaksanaan ibadah, yakni hanya Allah yang berhak
diibadahi dengan cara-cara yang ditentukan oleh Allah (dan Rasul-Nya)
baik dengan ketentuan rinci, sehingga manusia tinggal melaksanakannya
maupun dengan ketentuan garis besar yang memberi ruang kreativitas
manusia seperti ibadah dalam kegiatan sosial-budaya, sosial ekonomi,
politik kenegaraan dan seterusnya, disertai dengan akhlak (etika) yang
mulia sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah. Adapun tauhid al-asma
wa al-sifat adalah bahwa dalam memahami nama-nama dan sifat Allah
seorang muslim hendaknya hanya mengacu kepada sumber ajaran Islam,
Quran-Sunnah.
Melihat paparan di atas pengamalan sila pertama sejalan bahkan
menjadi kokoh dengan pengamalan tauhid dalam ajaran Islam. Inilah, yang
menjadi pertimbangan Ki Bagus Hadikusumo, ketika ada usulan yang kuat
untuk menghapus 7 kata “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam
bagi pemeluknya”, mengusulkan kata pengganti dengan “Yang Maha
Esa”. Dalam pandangan beliau Ketuhanan Yang Maha Esa adalah tauhid
bagi umat Islam.
Sila kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
Prinsip kemanusiaan dengan keadilan dan keadaban adalah juga
menjadi ajaran setiap agama yang diakui oleh negara Indonesia, termasuk
Islam. Dalam ajaran Islam, prinsip ini merupakan manifestasi dan
pengamalan dari ajaran tauhid. Muwahhidun (orang yang bertauhid) wajib
memiliki jiwa kemanusiaan yang tinggi dengan sikap yang adil dan
berkeadaban. Dalam Sila Kemanusiaan terkandung nilai – nilai bahwa
setiap Negara harus menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia
sebagai makhluk yang beradab.
Sikap adil sangat ditekankan oleh ajaran Islam, dan sikap adil
adalah dekat dengan ketaqwaan kepada Allah sebagaimana firman Allah
dalam Q.S. Al Maidah ayat 8,“Hai orang-orang yang beriman

10
hendakaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakkan
(kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil, dan janganlah
sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk
berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada
takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Demikian juga konsep beradab (berkeadaban) dengan menegakkan
etika dan akhlak yang mulia menjadi misi utama diutusnya Nabi
Muhammad SAW dengan sabdanya, “Sesungguhnya aku diutus Allah
untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
Sila ketiga: Persatuan Indonesia
Ajaran Islam memerintahkan agar umat Islam menjalin persatuan
dan kesatuan antar manusia dengan kepemimpinan dan organisasi yang
kokoh dengan tujuan mengajak kepada kebaikan (al-khair), mendorong
perbuatan yang makruf, yakni segala sesuatu yang
membawa maslahat (kebaikan) bagi umat manusia dan mencegah
kemungkaran, yakni segala yang membawa madharat (bahaya dan
merugikan) bagi manusia seperti tindak kejahatan. Persatuan dan Kesatuan
juga sangat diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat, karena akan
membawa masyarakat menjadi lebih tentram dan damai. Jika dalam
kepemimpinan muslim berlandaskan pada persatuan dan kesatuan, maka
peranan ajaran agama Islam akan lebih mantap dalam masyarakat
Pancasila dilingkungan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Persatuan
dan kesatuan dengan organisasi dan kepemimpinan yang kokoh itu dapat
berbentuk negara, seperti negeri tercinta Indonesia.
Sila keempat; Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/perwakilan
Prinsip yang ada pada sila keempat ini merupakan serapan dari
nilai-nilai Islam yang mengajarkan kepemimpinan yang adil, yang
memperhatikan kemaslahatan rakyatnya dan di dalam menjalan roda
kepemimpinan melalui musyawarah dengan mendengarkan berbagai

11
pandangan untuk didapat pandangan yang terbaik bagi kehidupan bersama
dengan kemufakatan. Sistem demokrasi yang diterapkan di Indonesia
dengan mengedepan nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan sebagaimana
ditegaskan dalam sila-sila dalam Pancasila sejalan dengan ajaran agama.
Bahkan pengamalan agama akan memperkokoh implementasi ideologi
Pancasila.
Sila Kelima: Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Mengelola negara dengan prinsip keadilan yang meliputi semua
aspek, seperti keadilan hukum, keadilan ekonomi, dan sebagainya, yang
diikuti dengan tujuan untuk kesejahteraan rakyat merupakan amanat setiap
agama bagi para pemeluknya. Dalam Islam di ajarkan agar pemimpin
negara memperhatikan kesejahteraan rakyatnya, dan apabila menghukum
mereka hendaklah dengan hukuman yang adil. (QS. Nisa: 58)
Dalam kaidah fikih Islam dinyatakan “al-ra’iyyatu manuthun bil
maslahah”, artinya kepemimpinan itu mengikuti (memperhatikan)
kemaslahatan rakyatnya. Berarti pula bahwa pemegang amanah
kepemimpinan suatu negara wajib mengutamakan kesejahteraan rakyat.

2.4. Ekonomi Islam Sumber Pemikiran Ekonomi Pancasila

Kami berkeyakinan, tidak ada pertentang antara Ekonomi Islam


dengan Ekonomi Pancasila, prinsip Ekonomi Pancasila adalah monoteisme
dan humanisme. Maka, Prinsip dalam sila Pertama; Ketuhanan yang maha
esa dan Sila Kelima; Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Merupakan hasil pemikiran manusia Indonesia yang berakar dari prinsip-
prinsip nilai Tauhid dalam Islam, demikian pula dengan humanisme,
berurat dan berakar pada nilai-nilai Islam dan Ekonomi Islam, sehingga
tokoh Muhammadiyah Ki Bagus Hadikusumo menerima secara lapang
dada penghapusan, kata-kata “berdasarkan ajaran Islam” dalam
pembukaan Undang-undang Dasar 1945, yang sering kita sebut sebagai

12
hadiah besar dari deretan hadiah dalam perjuangan kemerdekaan yang
diberikan umat Islam.

Maka,Eksitensi ekonomi pancasila sebagai konsepsi kebijakan


ekonomi negara, bertali temali dengan pengembangan ekonomi Islam
sebagai akar dari Ekonomi Pancasila. Pengembangan Ekonomi Islam sejati
pararel dengan semakin kuat dan kukuhnya akar pemikiran dan praktek
Ekonomi Pancasila di Indonesia, karena semakin kuat akarnya yakni
ekonomi Islam, maka semakin berkembang dan kuat, ekonomi pancasila
sebagai produk pikir manusia Indonesia sebagai identitas ekonomi bangsa.
Namun, sebaliknya ketika perkembangan ekonomi pancasila atau dalam
bahasa lain sering disebut Prof Mubyarto sebagai ekonomi rakyat,
meninggalkan prinsip dasarnya integral yakni monoteisme dan humanisme
seperti yang diajarkan dalam ekonomi Islam, atau menghapus salah satu
prinsip seperti monoteisme, maka Ekonomi Pancasila akan mati dengan
sendirinya karena telah meninggalkan akar nilai yang menjadi dasar
lahirnya pemikiran Ekonomi Pancasila. Sehingga, mimpi Bung Hatta
“Membangun Indonesia dimana didalamnya manusia hidup bahagia”, atau
dalam bahasa Islam sering disebut sebagai Baldatun Toyibatun Wa
Robbun Qofur, berhenti menjadi mimpi.

13
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Sumber nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia terletak pada Pancasila
sila ke 1 yaitu, Ketuhanan Yang Maha Esa. Yang mengatur hubungan
manusia dengan manusia maupun dengan sang Pencipta. Dan menjadi
pedoman hidup sehari – hari.
2. Hubungan antara Pancasila dan Islam sangatlah saling melengkapi.
Bahkan semua yang diatur dalam Pancasila sudah tentu baik juga
menurut pandangan Islam. Dikarenakan pencetusan Pancasila saat itu
juga mengacu pada Al – Qur’an dan Hadits
3. Mewujudkan Negara yang Berbasis Agama dan Pancasila tidaklah
sesulit yang dibayangkan sebelumnya. Kuncinya hanya terletak pada
perilaku kita sebagai warga Negara yang sesuai dengan peraturan atau
ideologi bangsa (Pancasila dan Islam). Dan pada pendidikan yang
bermoral baik untuk generasi penerus kita.

3.2. Saran
Sebagai warga Negara Indonesia, kita harus menghormati dan menaati
peraturan yang sudah direncanakan oleh pencetus Negara ini. Jangan kita
biarkan cita – cita pencetus Negara ini berlalu dengan begitu saja. Jika
berperilaku pada peraturan yang ada hidup kita akan tenang dan damai,
tidak terpikir hal – hal yang membayangi atau menghantui diri kita sendiri
yang selanjutnya dapat mencelakakan diri sendiri bahkan orang lain.
Kerjasama antara pemerintah dan masyarakat haruslah berjalan dengan
baik. Karena tidak mungkinlah hanya permerintah saja yang
melaksanakannya. Kita harus bahu membahu menyukseskan progam –
progam yang telah disetujui oleh pemerintah demi kebaikan Negara
tercinta ini. Jadilah orang yang beriman, bertakwa, dan mempunyai moral,
akhlaq yang baik yang banyak dicari untuk mengisi bangsa ini dengan
kualitas-kualitas manusia yang baik.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://cholid17.blogspot.com/2016/02/makalah-pancasila-dan-islam.html

https://www.kompasiana.com/dahnilanzar/55177194a333117407b65d99/e
konomi-islam-dan-pancasila

https://www.kompasiana.com/cecepwahyukurniawan6408/5b122ed7cf01b
432555c8662/sistem-ekonomi-pancasila-di-indonesia

https://id.m.wikipedia.prg/wiki/islam

15

Anda mungkin juga menyukai