Anda di halaman 1dari 13

ii

TUGAS
Mata kuliah Profesionalisme

Makalah
BUDAYA PEMAKAIAN GURITA
PADA BAYI BARU LAHIR

Oleh:
Neni Indriani

Dosen Pengampu : Vitria Meilinda, S.ST., M.Kes

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


UNIVERSITAS FORT DE KOCK
iii

KOTA BUKITTINGGI
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan karunia,

rahmat dan hidayahnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan dengan

dosen empunya Ibu Vitria Meilinda, S.ST., M.Kes ini. Shalawat dan Salam tak

lupa disampaikan kepada junjungan dan suri tauladan umat manusia, yang telah

membawa manusia dari kegelapan hingga ke masa yang terang benderang yang

dirasakan hingga saat ini, Nabi Muhammad SAW dan beserta keluarga dan

pengikut beliau. Adapun judul makalah ini adalah; “Pemakaian Gurita pada Bayi

Baru Lahir”.

Dalam penyusunan penulisan tidak lepas dari dukungan berbagai pihak,

baik berupa kesempatan, bimbingan moril maupun dukungan materil. Pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya

kepada keluarga tercinta yang telah memberi cinta kasih, semangat dan dorongan

moril.

Akhirnya penulis sangat menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan

dan masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Akhir kata semoga

Makalah ini dapat diterima dan bermanfaat bagi pembaca.

Bukittinggi, 22 Mei 2023

Penulis,
iv

DAFTAR ISI
i

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... iii

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................. 3

BAB II : PEMBAHASAN
A. Pemakaian Gurita Pada Bayi .............................................................. 4
B. Resiko Pemakaian Gurita Pada Bayi ................................................... 6
C. Perawatan Bayi Baru Lahir .................................................................. 7

BAB III : PENUTUP


A. Kesimpulan .......................................................................................... 9
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemberian asuhan pada bayi dan anak balita yang baik dan benar

belum dapat diterapkan dengan sepenuhnya oleh keluarga dan masyarakat.

Terutama pada daerah pelosok masih banyak masyarakat yang melakukan

perawatan bayi dengan cara-cara tradisional (Muslihatun, 2010). Kekayaan

budaya yang ada di masyarakat telah banyak mewarnai berbagai upaya dalam

bidang kesehatan. Faktor-faktor kepercayaan dan budaya termasuk

pengetahuan tradisional mendasari sikap perilaku masyarakat kaitanya dengan

perawatan bayi (Hardjito et al., 2015)

Banyak nasehat dan tradisi leluhur yang turun temurun. Salah satunya

adalah penggunaan gurita. Gurita sering di gunakan pada ibu setelah

melahirkan. Penggunaan gurita pada bayi yaitu karena orang tua merasa

khawatir melihat perut bayi yang besar, sehingga merasa perlu untuk menahan

dengan kain gurita agar tidak bertambah besar dan menggelantung

(Darmawan 2023). Selain itu, diyakini selama ini gurita bisa melindungi perut

bayi, mencegah masuk angin, bisa mengecilkan perut juga mencegah pusar

bayi agar tidak bodong (Rahmanti 2018).

Namun perut bayi yang terlihat besar ini merupakan keadaan normal

dan sesuai untuk bayi. Hal ini terjadi karena perkembangan otot dinding perut

bayi belum sempurna dan kuat sehingga perut terlihat tidak proporsional,

terlihat seperti perut buncit. Seiring berjalannya waktu dan pertambahan usia,
2

perut bayi akan mengecil dengan sendirinya. Hal ini terjadi karena otot

dinding perut anak semakin kuat (Darmawan 2023).

Padahal pemakaian gurita bisa membahayakan kesehatan bayi.

Pemakaian gurita bayi yang terlalu ketat  bisa menyebabkan bayi sesak nafas,

juga bayi bisa kepanasan banyak berkeringat, menyebabkan berbagai keluhan

kulit gatal biang keringat atau ruam kulit karena keringat yang menempel

tidak dapat menguap  terhalang gurita. Bisa juga terjadi kalau pemakaian

gurita terlalu kencang akan menyebabkan makanan yang masuk kelambung

mengalir  balik kekerongkongan bayi akan gampang muntah (Rahmanti 2018).

Kematian tiba-tiba pada bayi (Sudden Infant Death Syndrome- SIDS),

merupakan keadaan bayi sehat meninggal secara tiba-tiba tanpa diketahui

penyebabnya. SIDS sering terjadi saat bayi sedang tidur. Risiko SIDS

meningkat pada keadaan tercekik, kekurangan Oksigen dan terjerat yang dapat

dijumpai pada bayi yang dibedong ketat dan di tidurkan dalam keadaan

tengkurap atau menyamping. Kejadian ini juga meningkat pada orang tua

yang merokok. Pada bayi yang di ikat erat dengan gurita, gerakan pernafasan

dapat terganggu dan mempengaruhi pernafasan anak.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan dalam penulisan makalah ini Gizi Seimbang Perimenopause,

terkait:

1. Bagaimana budaya pemakaian gurita pada bayi?

2. Resiko pemakaian gurita pada bayi?


3

C. Tujuan Penulisan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui Analisis Kebijakan

Kesehatan terkait:

1. Mengetahui tentang budaya pemakaian gurita pada bayi.

2. Mengetahui resiko pemasangan gurita pada bayi


4

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pemakaian Gurita Pada Bayi

Gambar 1
Gurita bayi
Sumber: (Nugraheni 2022)

Gurita ini berupa kain untuk menutup perut. Ada yang bentuknya

dilengkapi tali yang mudah diikat atau dilengkapi velcro untuk direkatkan.

Mitos: Gurita mencegah perut buncit

Fakta: Pemakaian gurita pada bayi, sama sekali tidak ada hubungannya

dengan upaya pencegahan agar perut anak tidak melar ketika

dewasa.

Ketika dilahirkan, semua bayi memang meiliki perut yang ukurannya

lebih besar daripada dada. Seiring pertambahan usia, perut bayi akan kelihatan

mengecil dengan sendirinya. Pemakaian gurita malah sebaiknya dihindari

karena membuat bayi anda susah bernafas. Pasalnya, diawal kehidupan, bayi

bernafas dengan perut sebelum ia belajar menggunakan pernafasan dada.


5

Pemakaian gurita yang menekan perut bisa membatasi jumlah udara yang

dihirupnya (Girsang et al. 2023).

Setelah bayi lahir, paru akan berkembang yang akan mengakibatkan

tekanan arteriol dalam paru menurun yang diikuti dengan menurunnya

tekanan pada jantung kanan. Kondisi ini menyebabkan tekanan jantung kiri

lebih besar dibandinkan dengan tekanan jantung kanan, dan hal tersebutlah

yang membuat foramen ovale secara fungsional menutup. Hal ini terjadi pada

jam-jam pertama setelah kelahiran. Oleh karenan tekanan dalam paru turun

dan tekanan dalam aorta desenden naik dan juga karena rangsangan biokimia

(PaO2 yang naik) serta duktus arteriosus berobliterasi (Pantiawati dan

Saryono, 2016).

Sesuai dengan teori tersebut jika bayi di pakiakan gurita maka akan

menyebabkan bayi sesak nafas, selain itu juga ASI yang sudah di konsumsi

bayi bisa kembali lagi atau muntah karena adanya tekanan pada dadanya.

Sehingga bayi akan lebih baik tidak di gunakan gurita untuk mendukung

tumbuh kembagnya supaya makimal (Maryam 2021).

Mitos ini tidak benar, karena organ dalam tubuh malah akan

kekurangan ruangan. Dinding perut bayi masih lemas, volume organ-organ

tubuhnya pun tidak sesuai dengan rongga dada dan rongga perut yang ada

karena sampai 5 bulan dalam kandungan, organ-organ ini terus tumbuh

sementara tempatnya sangat terbatas. Jika bayi menggunakan gurita maka

ruangan untuk pertumbuhan organ-organ ini akan terhambat. Kalau memang

tetap memakaikan gurita, boleh saja asalkan ikatan bagian atas dilonggarkan

sehingga jantung dan paru-paru bisa berkembang. Bila gurita digunakan agar
6

tali pusar bayi tidak bodong, sebaiknya pakaikan hanya sekitar pusar dan

ikatannya longgar. Jangan sampai dada dan perut tercekik senhingga jantung

tidak bisa berkembang dengan baik karena gurita yang terlalu kencang

(Girsang et al. 2023).

B. Resiko Pemakaian Gurita Pada Bayi

Pemakaian gurita, khususnya yang diikat terlalu kencang, bisa

menyebabkan beberapa gangguan kesehatan. Contohnya, bayi akan sulit

bernafas, mudah gumoh, dan mengganggu pertumbuhan organ bayi. Apabila

bayi baru lahir mengalami masalah pernafasan dan kekurangan oksigen,

umumnya nafas bayi akan menjadi lebih cepat dan pendek. Jika ini dibiarkan

begitu saja, bisa membahayakan bayi., ia kan berhenti bernafas sepenuhnya

hingga berujung pada kematian.

Dikutip dari Kiddiecare Centre, resiko pemakaian gurita antara lain:

1. Ruam pada kulit.

Karena gurita di bebatkan agak ketat ke perut, hal tersebut dapat

menimbulkan ruam tekanan pada kulit bayi yang masih sensitif. Dapat

juga menimbulkan ruam alergi pada bayi akibat tertutupnya kulit sehingga

sirkulasi kulit terhalang.

2. Peningkatan suhu tubuh

Gurita yang terlalu ketat dapat menyebabkan peningkatan suhu

tubuh, apalagi ketika bayi sedang mengalami demam.

3. Gangguan pencernaan

Jika ikatan pada gurita menekan lambung, dapat menimbulkan

gumoh atau refluks setelah menyusui. Lambung bayi baru lahir kecil
7

seukuran kelereng, dan meningkat seiring usia hingga seukuran telur

bebek (80-150 ml) pada usia 2-3 bulan. Katup lambung bayi pun masih

belum menutup dengan kencang seperti pada orang dewasa. Dengan

adanya tekanan pada perut, lambung yang tertekan dapat menyebabkan

atau memperberat gejala gumoh atau refluks.

C. Perawatan Bayi Baru Lahir

Perawatan Bayi Baru Lahir Terdapat beberapa hal yang lebih penting

untuk diperhatikan dalam merawat bayi yang baru lahir. Dikutip dari laman

IDAI, berikut adalah perawatan bayi yang baru lahir (Iskandar 2022).

1. Kontak Kulit dan Inisiasi Menyusu Dini

Ketika lahir, bayi akan berada pada suhu yang lebih rendah dari saat

berada di dalam rahimm dan akan berisiko mengalami hipotermia. Oleh

karena itu, kontak kulit antara ibu dan bayi sangat baik untuk

menghangatkan bayi. Selain itu, ibu direkomendasikan untuk memberikan

ASI secara eksklusif selama 6 bulan untuk meningkatkan daya tahan tubuh

bayi.

2. Posisi Tidur Bayi

Bayi yang baru lahir bisa tidur hingga total 20 jam sehari. Usahakan

ruangan bayi bersuhu sejk, tidak terlalu dingin atau terlalu panas. Posisi

tidur yang dianjurkan untuk bayi baru lahir adalah posisi terlentang karena

dapat mencegah sindrom kematian mendadak pada bayi.

3. Perawatan Tali Pusar

Setelah tali pusar dipotong, biasanya akan diolesi cairan antiseptik

klorheksidin atau cairan antiseptik lain. Tali pusat kemudian akan


8

dibiarkan terbuka dan kering. Usahakan agar daerah tersebut tidak basah,

terkana air seni, atau tinja bayi.

4. Memandikan Bayi

Ketika baru lahir, bayi masih belum perlu dimandikan. Setelah 6 jam, bayi

dapat dilap dengan air hangat. Usahakan meminimalisir zat-zat yang

berkontak dengan kulit bayi karena kulit bayi masih sangat sensitif.

5. Mengenali Isyarat Bayi Lapar

Bayi yang lapar akan menunjukkan isyarat seperti memasukkan tangan ke

mulut, menggenggam tangan, dan mengecap-ngecap. Berikan ASI setiap

kali bayi menunjukkan tanda bahwa ia lapar.

6. Gumoh

Gumoh terjadi ketika bayi meminum susu atau ASI dalam jumlah yang

banyak. Hal ini bisa dicegah dengan membuat bayi bersendawa dengan

cara letakkan mereka dalam posisi tegak pada bahu atau pangkuan

kemudian tepuk ringan punggung bayi tiap selesai menyusui.


9

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pemakaian gurita bayi untuk mengatasi tali pusar yang belum puput

bukan cara perawatan  yang tepat. mitos seputar perawatan bayi seharusnya

tidak bertentangan dengan dunia medis, apalagi sampai membahayakan bayi.

Pemakaian gurita bayi untuk mengatasi tali pusar yang belum puput bukan

cara perawatan  yang tepat. Risiko yang bisa ditimbulkan dari penggunaan

gurita pada bayi yang baru lahir adalah kesulitan bernapas. Biasanya bayi akan

merasa kesulitan bernapas karena lilitan kain yang terlalu kencang dan hal ini

tentu tidak bisa dibiarkan. Sebab sistem pernapasan bayi yang masih

berkembang dan belum sempurna bisa memicu terjadinya berbagai masalah.

B. Saran

Mahasiswa dan para pembaca dapat mengambil ilmu dan mempelajari

materi yang ada di makalah ini. Serta dapat mengambil intisari dan manfaat.
10

DAFTAR PUSTAKA

Darmawan, Darmady. 2023. “Pemakaian Gurita Pada Bayi Baru Lahir.”


Kiddiecare Centre. www.kiddiecarecentre.com. 2023.
http://www.kiddiecarecentre.com/articleDetail/21.

Girsang, Bina Melvia, Lydia Barus, Herlina Simanjuntak, and Yeni Eliyanti.
2023. Praktik Asuhan Bayi Baru Lahir Berdasarkan Evidence Based
Practice. Bandung: Media Sains Indonesia.

Iskandar, Muhammad Iqbal. 2022. “Risiko Pemakaian Gurita Bayi & Bagaimana
Perawatan Saat Lahir.” Tirto.Id. 2022. https://tirto.id/risiko-pemakaian-
gurita-bayi-bagaimana-perawatan-saat-lahir-gySE.

Maryam, Siti. 2021. “Budaya Masyarakat Yang Merugikan Kesehatan Pada Ibu
Nifas Dan Bayi.” Jurnal Kebidanan 10 (1): 1–6.
https://doi.org/10.35890/jkdh.v10i1.156.

Nugraheni, Mutia. 2022. “Ternyata Pemakaian Gurita Pada Bayi Bisa


Berbahaya.” Dream. https://www.dream.co.id/parenting/ternnyata-
pemakaian-gurita-pada-bayi-bisa-berbahaya-220829b.html. 2022.
https://www.dream.co.id/parenting/ternnyata-pemakaian-gurita-pada-bayi-
bisa-berbahaya-220829b.html.

Rahmanti, Dwi. 2018. “Bayi Ternyata Tidak Boleh Pakai Gurita.” UPTD
Puskesmas Wonogiri 1. UPTD Puskesmas Wonogiri 1. 2018.
https://dinkes.wonogirikab.go.id/pkmwonogiri1/2018/07/11/bayi-ternyata-
tidak-boleh-pakai-gurita/.

Pantiawati dan Saryono..2016. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Surabaya: Nuha


Medik.

Anda mungkin juga menyukai