Disusun Oleh :
1. Abelia Apriyantini (110119004)
2. Nita Setianingsih (110119008)
3. Ekty Lutfianti (110119009)
Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT,
Yang Maha Agung, Maha Menuntun, dan Maha Memberi Petunjuk. Kepada-
Nyalah Kami Memuji, meminta, pertolongan dan memohon ampun.
Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada manusia yang adil, bijak,
penuh rahmat, dan tak pernah hilang kepercayaannya kepada Allah SWT,
Rasulullah Muhammad SAW. Beliaulah Rasul kita, teladan kita, penuntun kita,
dan pemberi syafaat bagi kita di Hari Kiamat kelak. Juga kepada keluarga, para
sahabat dan umatnya yang senantiasa mengikuti petunjuknya, semoga Allah
melapangkan jalan hidup mereka. Amin.
Penyusun,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR....................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................4
1.1 Latar Belakang....................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................5
1.3 Tujuan..................................................................................................5
1.4 Manfaat................................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................7
2.1 Pengertian............................................................................................7
2.2 Patofisiologi.........................................................................................7
2.3 Etiologi................................................................................................8
2.4 Tanda dan Gejala.................................................................................8
2.5 Komplikasi...........................................................................................9
2.6 Penatalaksanaan...................................................................................9
BAB III PENUTUP.........................................................................................11
3.1 Kesimpulan..........................................................................................11
3.2 Saran....................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Persalinan dan Kala 1
Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plasenta, dan membran dari
dalam uterus (rahim) melalui jalan lahir. Saat persalinan terjadi proses membuka dan
menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan yang normal terjadi
pada umur kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) (Bobak, 2012; Sukarni & Wahyu,
2013). Menurut Rohani et al (2011) persalinan merupakan proses pergerakan keluarnya
janin, plasenta, dan membran dari dalam rahim melalui jalan lahir. Proses ini berawal
dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat kontraksi uterus dengan frekuensi,
durasi, dan kekuatan yang teratur.
Kala I adalah pembukaan serviks yang berlangsung antara pembukaan nol
sampai pembukaan lengkap (10 cm). Pada primigravida kala I berlangsung kira –
kira 13 jam, sedangkan pada multigravida kira – kira 7 jam.
Fase ini disebut juga kala pembukaan. Pada tahap ini terjadi pematangan
dan pembukaan mulut rahim hingga cukup untuk jalan keluar janin. Pada kala 1
terdapat dua fase yaitu :
1. Fase laten: pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar
delapan jam.
2. Fase aktif: pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung
sekitar enam jam. Pada tahap ini ibu akan merasakan kontraksi yang
terjadi tiap 10 menit selama 20-30 detik. Frekuensi kontraksi makin
meningkat hingga 2-4 kali tiap 10 menit, dengan durasi 60-90 detik.
Kontraksi terjadi bersamaan dengan keluarnya darah, lendir, serta pecah
ketuban secara spontan. Cairan ketuban yang keluar sebelum pembukaan 5
cm kerap dikatakan sebagai ketuban pecah dini.
2.2 Fisiologi Kala 1
1. Uterus:
Kontraksi uterus mulai dari fundus dan terus menyebar ke depan dan ke
bawah abdomen. Kontraksi berakhir dengan masa yang terpanjang dan
sangat kuat pada fundus. Selagi uterus kontraksi berkontraksi dan relaksasi
memungkinkan kepala janin masuk kerongga pelvik.
2. Serviks
Sebelum onset persalinan, serviks berubah menjadi lembut:
a. Effacement (penipisan) serviks berhubungan dengan kemajuan
pemendekan dan penipisan serviks. Panjang serviks pada akhir
kehamilan normal berubah – ubah (beberapa mm sampai 3 cm).
Dengan mulainya persalinan panjangnya serviks berkurang secara
teratur sampai menjadi pendek (hanya beberapa mm). Serviks yang
sangat tipis ini disebut sebagai menipis penuh
b. Dilatasi berhubungan dengan pembukaan progresif dari serviks.
Untuk mengukur dilatasi/diameter serviks digunakan ukuran
centimeter dengan menggunakan jari tangan saat peeriksaan dalam.
Serviks dianggap membuka lengkap setelah mencapai diameter 10
cm.
c. Blood show (lendir show) pada umumnya ibu akan mengeluarkan
darah sedikit atau sedang dari serviks.
2.3 Contoh Catatan Perkembangan (Fase Laten)
No Tanggal/jam Implementasi Evaluasi Paraf
Dx
P:lanjutkan
intervensi
10.00 -memberikan posisi semi
fowler -observasi ttv
-pemantauan
pernapasan
-Kolaborasi pemberian
11.00
terapi o2 melalui nasal -kolaborasi 02
canul
-penyuluhan
-melakukan
-melakukan fisioterapi fisiterapi dada
10.00
dada
-memberikan
nebulizer
-memberikan
batuk efektif
A:masalah belum
09.00 -mengkaji tingkat
teratasi
kemampuan pasien skala
1-5=4 sekitar 75 % tidak P:intervensi
bisa melakukan aktfitas dilanjutkan
secara mandiri
-obs ttv
Terapi latihan
-anjurkan pasien miring fisik:pengendalia
kanan dan miring kiri n kekuatan otot
10.00
-bantuan
perawatan diri
-memberikan bantuan
pasien
perawatan diri
Modifikasi
11.00
lingkungan
:minimalkan
cahaya dan
kebisingan
-ciptakan
-penyuluhan pasien lingkungan aman
ajarkan teknik relaksasi dan nyaman :
11.00 pembatasan
pasien
A :masalah belum
09.00 -Kolaborasi pemberian teratasi
nebulizer
P : intervensi
dilanjutkan
-obs ttv
-pemantauan pernapsan:
ada tidak nya sianosis -memberikan
10.00
RR :28x/m posisi semi fowler
-melakukan fisioterapi
dada
11.00
-Kolaborasi pemberian
nebulizer
-memberikan
11.00 lingkungan aman
-Bantuan perwatan diri
Nyman
pasien
-memberikan lingkungan
aman nyaman:minimalkan
cahaya dan kebisingan
13.00
A:masalah
09.00 -melakukan fisio terapi teratasi sebagian
dada
P :intervensi
dilanjutkan
-obs ttv
-ajarkan batuk efektif
11.00
A ;masalah
-memberikan bantuan
12.00 teratasi sebagian
perawatan diri
P :intervensi
dilanjutkan
13.00 -Modifikasi lingkungan
:minmalkan cahaya dan -terapi latihan
kebisingan fisik
-bantuan
perawatan diri
2.4 Contoh Partograf (Fase Aktif)
2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan
Terdapat lima faktor esensial yang mempengaruhi proses persalinan dan
kelahiran. Faktor-faktor tersebut dikenal dengan lima P:
a. Passanger (Penumpang)
Passenger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat
interaksi beberapa faktor, yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan
posisi janin. Karena plasenta juga harus melewati jalan lahir, maka plasenta
dianggap juga sebagai bagian dari passenger yang menyertai janin. Namun
plasenta jarang menghambat proses persalinan pada kehamilan normal (Sumarah
et al, 2009)
b. Passageway (Jalan Lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar panggul,
vagina, dan introitus (lubang luar vagina). Lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut
menunjang keluarnya bayi meskipun itu jaringan lunak, tetapi panggul ibu jauh
lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan
dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk
panggul perlu diperhatikan sebelum persalinan dimulai (Sumarah et al, 2009)
c. Power (Kekuatan)
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his, kontraksi otot-
otot perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari ligamen. Kekuatan primer yang
diperlukan dalam persalinan adalah his yaitu kontraksi otot-otot rahim, sedangkan
sebagai kekuatan sekundernya adalah tenaga meneran ibu (Rohani et al.2011).
d. Position (Posisi Ibu)
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan. Menurut
Melzack, dkk tahun 1991 dalam Bobak (2012) mengubah posisi membuat rasa
letih hilang, memberi rasa nyaman, dan memperbaiki sirkulasi. Posisi yang baik
dalam persalinan yaitu posisi tegak yang meliputi posisi berdiri, berjalan, duduk,
dan jongkok. Posisi tegak dapat memberikan sejumlah keuntungan, hal itu
dikarenakan posisi tegak memungkinkan gaya gravitasi membantu penurunan
janin, dapat mengurangi insiden penekanan tali pusat, mengurangi tekanan pada
pembuluh darah ibu dan mencegah kompresi pembuluh darah serta posisi tegak
dapat membuat kerja otot-otot abdomen lebih sinkron (saling menguatkan)
dengan rahim saat ibu mengedan (Bobak, 2012).
e. Psychologic Respons (Psikologis)
Psikologis adalah kondisi psikis klien dimana tersedianya dorongan positif,
persiapan persalinan, pengalaman lalu, dan strategi adaptasi/coping (Sukarni &
Wahyu, 2013). Psikologis adalah bagian yang krusial saat persalinan, ditandai
dengan cemas atau menurunnya kemampuan ibu karena ketakutan untuk
mengatasi nyeri persalinan. Respon fisik terhadap kecemasan atau ketakutan ibu
yaitu dikeluarkannya hormon katekolamin. Hormon tersebut menghambat
kontraksi uterus dan aliran darah plasenta (Manurung, 2011).
Faktor psikologis tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut: Melibatkan
psikologis ibu, emosi, dan persiapan intelektual; Pengalaman melahirkan bayi
sebelumnya; Kebiasaan adat; Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu
(Rohani et al, 2011).
2.6 Proses pencernaan makanan pada masa persalinan
Wanita pada masa persalinan memerlukan asupan energi yang setara dengan
seseorang saat melakukan lomba marathon, namun hal tersebut tidak diimbangi
dengan kemampuan system pencernaan untuk mencerna makanan dan
menghasilkan energi dengan cepat. Organ pencernaan memerlukan waktu sekitar
12 jam untuk dapat mencerna makanan padat hingga dihasilkan energi pada masa
bersalin. Pelambatan pengosongan lambung menyebabkan asam lambung sering
kali meningkat dan menimbulkan sensai mual yang akan menurunkan keinginan
wanita bersalin untuk mengkonsumsi makanan.
Pengaruh hormone yang memberikan efek kontraksi pada Rahim
menimbulkan efek berlawanan pada otot-otot pencernaan. Otot Rahim
memerlukan energi untuk berkontraksi, namun otot pencernaan mengalami
perlambatan sehingga proses metabolism berjalan sangat lambat, akibatnya proses
persalinan dapat terhambat (prolong labor). Metabolisme mengalami peningkatan
sehingga suhu tubuh wanita bersalin meningkat. Pada saat asupan nutrisi dan
cairan tidak adekuat, maka dapat terjadi ketidakseimbangan elektrolit serta
pemecahan zat pembentuk energi secara optimal (secara anaerob). Jika keadaan
tersebut terjadi dalam waktu yang lama tanpa adanya asupan makanan dan
minuman yang tepat (mudah dipecah dan dicerna), tubuh akan memecah cadangan
glukosa yang tersimpan dalam tubuh, sehingga CO2 dalam darah meningkat dan
PH darah mengalami penurunan sehingga bersifat asam (asidosis metabolic),
selain itu pemecahan protein sebagai sumber energi lain menimbulkan ketosis
yang dapat membahayakan ibu maupun janin. (o’Sullivan, 2009; Scheepers, 2002;
Tranmer, 2005)
2.7 Makanan dan minuman terbaik pada masa persalinan
Beberapa negara di Eropa dan Amerika telah menetapkan protap pemberian
makan dan minum resmi di pusat-pusat pertolongan persalinan sebagai bagian
dari asuhan yang harus dipenuhi. Jenis makanan dan minuman yang dianjurkan
adalah makanan berbentuk semi cair hingga cair. Menghindari makanan
berbentuk padat yang sulit dicerna seperti es batu, sari buah, minuman ber-ion, es
krim, telur, coklat, agar-agar dan makanan mengandung karbohidrat serta protein
namun rendah lemak. (Nunes, 2014; Lee,2016; Jennifer,2002)
Pemberian makanan selama persalinan di Indonesia, sebagian besar masih
mengikuti pola lama, yaitu dengan memberikan makanan berbentuk padat
(71.48%). Pemberian makanan bersifat rutinitas tanpa memerhatikan perubahan
fisiologis yang terjadi selama peralinan. Namun jika dibandingkan dengan jenis
minuman yang diberikan, pemberian air teh manis menjadi kebiasaan yang hampir
dilakukan di setiap pelayanan pertolongan persalinan (kecuali dalam keadaan
khusus, persiapan section secarea).
Pemberian teh manis dapat menjadi alternatif pilihan dibandingkan dengan
pemberian makanan padat yang hanya akan memperberat sistem pencernaan,
merangsang mual serta meningkatkan rasa tidaknyaman pada wanita bersalin. Hal
lain yang dapat diberikan ataupun menjadi saran kepada keluarga sebagai bagian
dari pemenuhan keutuhan yaitu dengan memberikan makanan sesuai selera ibu
namun dalam tektur yang lebih mudah dicerna (semi car dan cair). Menghisap es
batu, madu atau pun es dengan rasa manis, dapat membantu memenuhi kebutuhan
energi ibu, terutama saat meneran.
Hindari memberikan makanan atau minuman dengan rasa terlalu manis, hal
tersebut dapat menyebabkan rasa haus dan tidaknyaman pada ibu. Sering kali
ketika proses persalinan berlangsung (Saat bayi akan lahir) ibu terlihat kelelahan
dan tidak kooperatif. Makanan berbentuk cair (sari buah, atau minuman manis
lain) menjadi alternatif pembentuk energi, sehingga ibu memiliki kekuatan untuk
meneran. .(Nunes, 2014; Lee,2016; Jennifer,2002)
2.8 Waktu pemberian optimum makanan dan minum saat persalinan
Pemberian makan dan minum pada persalinan tidak terdapat anjuran khusus
baik secara teori maupun hasil penelitian. Makanan dan minuman dapat diberikan
pada ibu sepanjang masa persalinan dengan memerhatikan jenis makanan dan
minuman serta tekstur sesuai anjuran, komplikasi dalam persalinan yang
berhubungan dengan tingkat kesadaran ibu. Berdasarkan data penelitian
didapakan bahwa ibu bersalin tanpa komplikasi (persalinan normal) diberikan
makan dan minum sepanjang masa persalinan selama ibu menginginkan.
Hal ini merupakan cara terbaik dalam memenuhi kebutuhan energi ibu pada
masa bersalin, namun perlu diperhatikan keadaan kesadaran serta ada tidaknya
hambatan dalam proses persalinan. Pemberian makanan sangat dianjurkan pada
fase laten persalinan yang berangsur-angsur kan berkurang pada fase aktif, hingga
hanya memberikan makanan dalam bentuk cair saat memasuki kala II persalinan
(menyesuaikan dengan ritme kontrasi uterus yang semakin bertambah).
(semiha, 2017; Spencer, 2016) Berdasarkan data table 2, didapatkan bahwa
pada persalinan dengan intervensi sebagian besar ibu tidak diberikan makanan dan
minuman (pada persalinan dengan section secarea, makanan dan minuman
diberikan 2-10 jam sebelum operasi dilakukan. Hal ini bertujuan untuk
mengindari terjadinya reflek muntah pada saat dilakukan tindakan operatif yang
dapat menyebabkan terjadinya aspirasi sisa makanan akibat keadaan ibu dalam
keadaan tidak sadarkan diri (Mendelson syndrome).
Hasil penelitian pada table 3 memperlihatkan bahwa sebagian besar ibu
menyebutkan bahwa makanan yang baik untuk masa persalinan adalah makanan
berat seperti nasi dan karbohidrat lainnya serta makanan manis, hal tersebut
menjadi tanda bahwa masih rendahnya pengetahuan ibu bersalin mengenai
makanan dan minuman yang baik untuk dikonsumsi selama masa persalinan.
Perlu menjadi perhatian bahwa makanan padat hanya akan memperberat
sistem pencernaan dan energi akan dihasilkan setelah 12-17 jam kemudian.
Sehingga hal tersebut tidak efektif. Dengan didapatkannya temuan tersebut
menjadi dasar untuk dilakukannya penelitian lanjutan mengenai pengetahuan
tenaga kesehatan dalam pemberian makan dan minum dalam persalinan serta
keterkaitan dengan kebiasaan pemberian jenis makanan pada klien.
2.9 Model Protap makan dan minum
Berdasarkan keefektifan jenis makanan dan minuman yang baik selama
persalinan, dapat diterapkan dalam permodelan protap makan dan minum yang
perlu dilakukan uji lanjutan sebagai upaya meningkatkan kualitas asuhan bidan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/upload-document?
archive_doc=298113363&escape=false&metadata=%7B%22context%22%3A
%22archive_view_restricted%22%2C%22page%22%3A%22read%22%2C
%22action%22%3A%22download%22%2C%22logged_in%22%3Atrue%2C
%22platform%22%3A%22web%22%7D
Diakses pada hari Selasa 23 Maret 2021, pukul 12.38
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F
%2Foshigita.wordpress.com%2Fcategory%2Fmateri-kuliah%2Fasuhan-
persalinan
%2F&psig=AOvVaw2B9tHlx0ZRIKe9Zr3xMmE0&ust=1616561414716000&so
urce=images&cd=vfe&ved=0CAYQjRxqFwoTCPiEzt7Oxe8CFQAAAAAdAAA
AABAx
Diakses pada hari Selasa 23 Maret 2021, pukul 12.40
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fdocplayer.info
%2F57612251-Bab-2-tinjauan-
pustaka.html&psig=AOvVaw2B9tHlx0ZRIKe9Zr3xMmE0&ust=1616561414716
000&source=images&cd=vfe&ved=0CAYQjRxqFwoTCPiEzt7Oxe8CFQAAAA
AdAAAAABA3
Diakses pada hari Selasa 23 Maret 2021, pukul 12.53
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Asuhan-
Kebidanan-Persalinan-dan-BBL-Komprehensif.pdf
Diakses pada hari Selasa 23 Maret 2021, pukul 12.57
https://sinta.unud.ac.id/uploads/wisuda/1102106050-3-3.%20BAB%20II.pdf
Diakses pada hari Selasa 23 Maret 2021, pukul 13.16
https://stikes-surabaya.e-journal.id/infokes/article/download/127/58/
Diakses pada hari Selasa 23 Maret 2021, pukul 13.26
https://health.kompas.com/read/2014/03/14/1224054/Kenali.4.Fase.Persalinan.No
rmal
Diakses pada hari Selasa 23 Maret 2021, pukul 13.31