Oleh
NUR PUTRI FITRIYANA
NIM : 1815401107
Laporan Tugas Akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat tugas akhir
dalam menyelesaikan pendidikan Program Studi DIII Kebidanan
Tanjungkarang Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang
Oleh :
NUR PUTRI FITRIYANA
NIM : 1815401107
A. Latar Belakang
Perkembangan adalah suatu proses yang berjalan terus menerus, selalu
berkembang serta terjadi dengan cara yang amat khas yang mencakup aspek-
aspek lain dan perubahan bentuk atau fungsi termasuk perubahan emosional atau
social yang sangat ditentukan oleh interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Dapat
pula dikatakan bahwa perkembangan merupakan hasil interaksi antara
kematangan susunan syaraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, sehingga
perkembangan ini berperan penting dalam kehidupan. Tercapainya tumbuh
kembang yang optimal tergantung pada potensi biologiknya. Tingkat tercapainya
potensi biologik seorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling
berkaitan yaitu faktor genetik, lingkungan bio psikososial, dan perilaku. Proses
yang unik dan hasil akhir yang berbeda–beda yang memberikan ciri tersendiri
pada setiap anak (Soetjiningsih, 1995).
Setiap anak akan melewati tahap tumbuh kembang secara fleksibel dan
berkesinambungan. Tumbuh kembang pada masa anak sudah dimulai sejak dalam
kandungan sampai usia 18 tahun. Hampir sepertiga dari masa kehidupan manusia
dipakai untuk mempersiapkan diri guna menghadapi dua per tiga masa kehidupan
berikutnya. Oleh karena itu, upaya untuk mengoptimalkan tumbuh kembang pada
awal–awal kehidupan bayi dan anak adalah sangat penting. Pencapaian suatu
kemampuan pada setiap anak berbeda–beda, tetapi ada patokan umur tertentu
untuk mencapai kemampuan tersebut yang sering disebut dengan istilah mileston
(Moersintowarti, 2002).
Masa bayi hingga usia 2 tahun disebut priode 1000 hari kelahiran. Masa ini
merupakan masa tersingkat dari semua priode perkembangan, sehingga sangat
penting untuk memenuhi nutrisi dan stimulus yang optimal karena, setelah priode
ini terlewati otak akan tumbuh melambat dan tidak pernah bisa tumbuh cepat
kembali (Julianti, 2017).
Menurut UNICEF angka kejadian gangguan pertumbuhan dan perkembangan
pada anak usia balita khususnya gangguan perkembangan motorik didapatkan
23,5 % (27,5 %)/ 5 juta anak mengalami gangguan (Tjahjani, 2014). Menurut data
Profil Kesehatan Indonesia jumlah balita sebanyak 19.104.193 dari jumlah
penduduk 284.422.956 jiwa atau sekitar 7,69 %. Suatu penelitian di Indonesia
menunjukkan 20-30 % anak balita mengalami gangguan perkembangan, sebagian
besar mengalami keterlambatan pada aspek motorik kasar dan bahasa atau bicara,
yang sebagian besar diakibatkan kurangnya stimulasi (Novianti, 2016).
Sujiono (2010: 1.13) berpendapat bahwa gerakan motorik kasar adalah
kemampuan yang membutuhkan koordinasi sebagian besar bagian tubuh anak.
Oleh karena itu, biasanya memerlukan tenaga karena dilakukan oleh otot-otot
yang lebih besar. Pengembangan motorik kasar juga memerlukan koordinasi
kelompok otot-otot tertentu yang dapat membuat mereka dapat meloncat,
memanjat, berlari, manaiki sepeda roda tiga, serta berdiri dengan satu kaki.
Gerakan motorik kasar melibatkan aktivitas otot tangan, kaki, dan seluruh tubuh
anak.
Dari yang sudah dijelaskan diatas, maka dibutuhkan adanya rangsangan untuk
menstimulasi motorik pada bayi. Salah satu cara yang dapat diterapkan adalah
Baby SPA ( Solus Per Aqua). Baby spa adalah perawatan untuk bayi dengan
menggunakan metode air. Berendam dan berenang akan merangsang gerakan
motorik bayi. Gerakan di dalam air akan membuat semua anggota tubuh bayi akan
terlatih, selain itu kemampuan mengontrol otot bayi akan lebih meningkat. Baby
spa termasuk salah satu bentuk stimulasi yang diberikan kepada anak untuk
mengoptimalkan pertumbuhan fisik. Pertumbuhan fisik adalah bertambahnya
ukuran fisik dan struktur sebagian atau keseluruhan tubuh sehingga dapat diukur
dengan satuan panjang dan berat.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Penerapan Baby Spa (Solus Per Aqua) Dalam Membantu
Perkembangan Motorik Kasar Bayi Usia 3-6 Bulan”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan di latar belakang, permasalahan yang muncul adalah
sebagai berikut “Bagaimana Penerapan Baby Spa (Solus Per Aqua) Dalam
Membantu Perkembangan Motorik Kasar Bayi Usia 3-6 Bulan?”
E. Ruang Lingkup
Asuhan kebidanan kehamilan bertempat di PMB Rahayu, A.Md.Keb
Desa Jatibaru Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan
dengan sasaran studi kasus ditujukan pada ibu hamil aterm (>36 minggu)
dengan penatalaksanaan perawatan payudara (breast care) terhadap
pengeluaran ASI sebagai upaya persiapan laktasi pada Ny.C G1P0A0 umur 22
tahun. Waktu yang digunakan dalam pelaksanaan adalah pada bulan Februari
2020-Maret 2020.