Anda di halaman 1dari 3

ekstrak rosemary

rumput teki
ampas nanas dan belimbing wuluh
ekstrak andaliman
ekstrak Knema laurina
ekstraksi bawang merah,
ekstrak Averrhoa bilimbi Lin dengan ekstrak etanol
ekstrak daun zaitun
tanaman kecombrang
ekstrak buah nanas dan daun kesum
ekstrak daun zaitun
ekstrak belimbing wuluh
sari belimbing wuluh
esktrak buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Lin)
jus buah naga

penelitian Babiker (2020) memanfaatkan ekstrak rosemary dengan kesimpulan dapat


menurunkan bilangan peroksida sebanyak 2,6 meq O2/kg dari nilai normal 24,75 meq
O2/kg menggunakan metode titrasi Iodometri (Babiker et al., 2020); Dalam penelitian
Djayasinga & Fitriany (2021) dengan titrasi iodometri menggunakan cangkang telur
ayam menghasilkan rata-rata penurunan bilangan peroksida yaitu pada temperatur
tinggi adalah 23,6100 meq O2/g (Djayasinga & Fitriany, 2021); Dalam penelitian
Kartikorini (2019) memanfaatkan vitamin C dalam daun kelor dengan perendaman 4
hari menggunakan titrasi iodometri menghasilkan penurunan bilangan peroksida
mencapai 20,956 dari bilangan peroksida awal 23,9957 menjadi 3,0397 (Kartikorini,
2019); Dalam penelitian Yin et al (2012) mengatakan bahwa menggunakan ekstrak
teh hijau dapat melindungi minyak nabati terhadap oksidasi (Yin et al., 2012).
Dalam penelitian The et al (2021) mengatakan bahawa menggunakan perasan red
palm sebagai antioksidan alami dapat menangkap radikal bebas dalam minyak
jelantah (Teh et al., 2021); Dalam penelitian Wardoyo & Semarang (2018) Serbuk
daun pepaya dengan konsentrasi 10% b/v dapat menurunkan bilangan peroksida pada
minyak jelantah sebesar 52,16% dalam waktu kontak selama lima hari (Wardoyo &
Semarang, 2018); Dalam penelitian Atikah (2017) Menggunakan absorben Ca
bentonit dapat menurunkan bilangan peroksida 16,20 mek O2/kg di mana terjadi
penurunan 46.11% yang didapat pada kondisi temperatur 1000C dan berat Ca bentonit
80 gram (Atikah, 2017); Dalam penelitian Umi Kaltsum (2016) Menggunakan
fotokatalitik lapisan tipis TiO2 dapat menurunkan bilangan peroksida dan asam
lemak bebas dalam minyak jelantah masing-masing mencapai 79,15% dan 67,10%
(Kaltsum et al., 2016); Dalam penelitian Khuzaimah (2020) menggunakan karbon
tempurung kelapa dapat menurunkan bilangan asam sebesar 33,6881% dan
penurunan bilangan peroksida sebesar 76,2990% (Khuzaimah et al., 2020). Penelitian
yang dilakukan Siti M (2021) didapatkan bahwa penambahan belimbing wuluh
sebanyak 3 gram dalam 100 ml minyak jelantah dapat menyerap radikal bebas lebih
banyak dibandingkan dengan ampas nanas (Journal et al., 2021).
Dalam penelitian Pereira et al (2020) menggunakan ekstrak belimbing wuluh 100
ppm dengan metode apektrofotometri dapat meningkatkan stabilitas minyak saat
penggorengan (Pereira et al., 2020). Dalam penelitian Rosnelly et al (2018)
mengkombinasikan proses adsorpsi dan memberan ultrafiltrasi untuk memurnikan
minyak jelantah metode ultrafiltrasi dapat menurunkan bilang peroksida mencapai 1,8
meq/kg (Rosnelly et al., 2018). Dalam penelitian Pandia (2018) Menghilangkan
bilangan peroksida menggunakan kulit buah karet sebagai biosorben dengan metode
spektrofotometri dapat menghilangkan bilangan peroksida sebesar 83,86%
menggunakan konsentrasi biosorben 0,5% dan dengan waktu kontak 40 menit
(Pandia et al., 2018).
Dalam penelitian Herdiani (2015) dengan menggunakan ekstrak kelopak rosella
merah sebagai pencegah stres oksidatif tikus wistar yang diberlakukan dengan
minyak jelantah melalui pengujian kadar SOD serum, pada penelitian ini didapatkan
dosis 810 mg/kg dapat mencegah stres oksidatif yang lebih efektif (Herdiani et al.,
2015). Dalam penelitian M. Putri (2020) menurunkan bilangan peroksida dan asam
lemak bebas terhadap minyak jelantah dengan menggunakan serbuk mahkota dewa
metode titrasi iodometri dan titrasi alkalimetri, asam lemak bebas pada sampel
dengan waktu perendaman dan pengadukan selama 2 hari dan 3 hari konsentrasi
mahkota dewa 20% b/v sudah memenuhi SNI, yaitu 1,04% dan 0,91%, namun pada
bilangan asam belum terjadi penurunan ( M. Putri et al., 2020).
Dalam penelitian Taqiuddin, memanfaatkan kulit pisang untuk menyerap
peroksida dan meningkatkan kejernihan minyak jelantah metode titrasi dan
spektrofotometer, didapatkan bahwa mkulit pisang dehidrasi lebih efektif untuk
menurunkan bilangan peroksida dalam minyak jelantah (Taqiuddin & Aliah, n.d.).
sedangkan dalam penelitian Zhang (2018), membandingkan senyawa fenolik alami
dengan antioksidan sintetis untuk membangun stabilitas oksidatif minyak kemiri
dengan metode gas kromatografi-mass spektrometri disimpulkan bahwa senyawa
fenolik alami dapat mengurangi radikal bebas lebih efektif dibandingkan dengan
antiokasidan sintetis (Zhang et al., 2018).
Namun penelitian terkait penggunaan buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi
L.) sebagai antioksidan untuk meningkatkan kualitas minyak jelantah atau minyak
habis pakai masih perlu dilakukan dengan menggunakan berbagai varian konsentrasi.
Penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui bahan antioksidan alami apa yang
paling efektif digunakan untuk meningkatkan mutu minyak jelantah. Hal ini juga
merupakan salah satu upaya untuk menekan aspek ekomonis pengendalian kualiatas
minyak.

Anda mungkin juga menyukai