Anda di halaman 1dari 6

ISOLASI SENYAWA KAROTENOIDS DARI MINYAK SAWIT MENTAH

MENGGUNAKAN METODE EKSTRAKSI REFLUKS

EXTRACTION OF CAROTENOID COUMPOUNDS FROM


CRUDE PALM OIL WITH THE REFLUX METHODE

Nurafnidar1, Eka Kurniasih2, Raudah3, Pardi4


1
Program studi Sarjana Terapan Teknologi Rekayasa Kimia Industri
2*,3,4
Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe
*
E-mail : Echakurniasih@yahoo.com

ABSTRAK
Minyak sawit mentah atau CPO merupakan salah satu sumber karoten tertinggi. -karoten merupakan
provitamin A yang dapat diubah didalam tubuh menjadi vitamin A setelah mengalami proses metabolisme.
Senyawa karotenoid yang umum digunakan saat ini merupakan produk impor yang seharusnya bisa menjadi
peluang jika dikaitkan dengan potensi alam di Indonesia. Sehingga dalam penelitian ini dilakukan ekstraksi
senyawa karotenoid dari minyak sawit mentah menggunakan meteode ekstraksi refluks. Penelitian ini
bertujuan untuk mendapatkan pengaruh variasi rasio bahan baku terhadap pelarut dan suhu ekstraksi
terhadap kadar β-karoten, kandungan total Karotenoids, dan rendemen dari ekstrak yang
dihasilkan.Tahapan penelitian ini meliputi proses ekstraksi dan Proses Evaporasi. Proses ekstraksi
berlangsung selama 1 jam dengan memvariasikan suhu pada suhu (50⁰C, 55⁰C, 60⁰C, 65⁰C) dan rasio bahan
baku terhadap pelarut (1:3, 1:4, 1:5, 1:6). Dari hasil penelitian diperoleh Rendemen, kadar β-karoten dan
kandungan karotenoids total terbaik dihasilkan pada suhu ekstraksi 60⁰C dan rasio bahan terhadap pelarut
1:6, dengan Rendemen sebesar 97%, kadar β-karoten sebanyak 327,16 ppm, dan kandungan karotenoids total
sebanyak 676,57 ppm. Karakteristik Ekstrak karoten yang dihasilkan yaitu mudah larut dalam petroleum eter
namun tidak larut dalam air, serta gugus fungsi ekstrak karoten terdeteksi pada C-H, C-C, C=C, dan –CH2–,
dan –CH3.

Kata kunci : β-karoten, CPO, Ekstraksi Refluk, Karotenoids

ABSTRACT
Crude palm oil is one of the highest sources of carotenoids. carotene is a provitamin A that can be
converted in the body into vitamin A after undergoing a metabolic process. Carotenoid compounds that are
commonly used today are imported products that should be an opportunity with the natural potential in
Indonesia. In this research, the extraction of carotenoid compounds from crude palm oil was carried out
using the reflux extraction method. This research aims to determine the effect of variations of raw materials
to solvents and extraction temperature on the levels of β-carotene, total content of carotenoids, and the yield
of the resulting extract. The stages of this research include the extraction process and the evaporation
process. The extraction process lasted for 1 hour by varying the temperature (50 ⁰C, 55 ⁰C, 60 ⁰C, 65 ⁰C) and
the ratio of raw materials to solvents (1:3, 1:4, 1:5, 1:6). The results showed that the best yield, carotene
content and total carotenoid content were produced in an extraction temperature of 60 ⁰C and a material to
solvent ratio of 1:6, with a yield of 97%, carotene content of 327,16 ppm, and the total carotenoid content
is 676,57 ppm. The characteristics of the carotene extract produced were easily soluble in petroleum
ether but not soluble in water, and the functional groups of the carotene extract were detected at –
CH2–, –CH3, C-H, C-C, and C=C.

Keywords : β -carotene, CPO, Reflux Extraction, Carotenoid


PENDAHULUAN dengan karotenoids yang ada di alam serta
Indonesia merupakan negara yang tidak ada perbedaan yang signifikan
memproduksi minyak kelapa sawit terhadap tingkat penyerapannya dalam
mentah (CPO) terbesar di dunia, dengan tubuh manusia. Namun dikarenakan
pangsa pasar hingga akhir 2018 meningkatnya kesadaran dan gaya hidup
diperkirakan mencapai 47% atau sekitar konsumen yang menuntut segala sesuatu
36 juta ton terhadap kebutuhan konsumsi harus serba alamiah, sehingga mendorong
CPO global (BPS, 2018). Industri minyak perlu diadakannya penelitian lebih lanjut
kelapa sawit memiliki prospek yang baik mengenai kemungkinan-kemungkinan
karena memiliki daya saing sebagai metode yang lebih optimal untuk
industri minyak nabati. Minyak kelapa mengekstraksi senyawa karotenoids dari
sawit banyak digunakan untuk bahan baku bahan alam. Fakta lainnya adalah senyawa
industri pangan maupun industri non karotenoids yang umum digunakan saat ini
pangan. merupakan produk impor yang seharusnya
Secara umum, minyak kelapa sawit bisa menjadi peluang jika dikaitkan dengan
terdiri atas trigliserida yang tersusun dari potensi alam di Indonesia.
beberapa asam lemak. Trigliserida sebagai Minyak sawit mentah atau CPO
komponen utama, dengan sedikit merupakan salah satu sumber karoten
digliserida dan monogliserida. Selain itu, tertinggi yang diekuivalenkan dengan
minyak kelapa sawit juga mengandung retinol (pro-vitamin A). Kandungan
komponen komponen minor seperti karotenoids pada minyak kelapa sawit
karotenoids, vitamin E (tokoferol dan mentah berkisar pada 500–700 ppm
tokotrienol), sterol, fosfolipid, glikolipid, dengan proporsi α-karoten dan β-karoten
terpenoid dan hidrokarbon alifatik. masing-masing 36,2% dan 54,4% (Zou
Komponen yang paling utama dari dkk., 2012). Jumlah kandungan karotenoids
beberapa komponen minor di atas adalah yang tinggi serta melimpahnya bahan baku
karotenoids dan vitamin E dimana minyak sawit mentah (CPO) menjadi faktor
keduanya memiliki fungsi yang sangat pendorong dilakukannya sejumlah
penting (Priatni dkk., 2017). penelitian untuk menganalisis serta
Karotenoids adalah pigmen yang mengisolasi senyawa karotenoids dari
memberikan warna kuning, jingga hingga minyak sawit mentah (CPO).
merah pada bahan pangan. Karotenoids Mengisolasi karotenoids dapat
memiliki beberapa jenis diantaranya α- dilakukan menggunakan metode ekstraksi.
karoten, β-karoten, Astasantin, Likopen, Hasil penelitian Wijaya dkk. (2018)
Lutein, Zeasantin, β-criptosantin, dan menunjukkan bahwa metode ekstraksi
Fukosantin (Amaya, 2016). Senyawa- saponifikasi dengan pelarut HAET pada
senyawa tersebut memberikan beberapa suhu 560C selama 60 menit menghasilkan
fungsi kesehatan bagi tubuh. Secara garis recovery β-karoten paling tinggi yaitu
besar, karotenoids memiliki fungsi sebagai sebesar 80.90% dibanding metode
antioksidan yang dapat melindungi tubuh tranesterifikasi yang dilanjutkan dengan
dari radikal bebas. Beberapa studi adsorbsi. Priatni dkk. (2017) telah berhasil
menyebutkan karotenoids berfungsi mengekstrak 718,33 ppm karoten dari CPO
sebagai anti kanker, dan membantu dengan menggunakan pelarut kombinasi
memelihara kesehatan mata. Banyaknya dietil eter dan aseton pada kondisi optimum
fungsi karotenoids bagi kesehatan suhu 600C. Wulandari & Hernawati (2017)
membuat karotenoids juga diaplikasikan dalam penelitiannya menunjukkan bahwa
menjadi berbagai produk pangan dan pelarut ekstraksi yang menghasilkan
produk nutrasetikal (Maleta dkk., 2018) konsentrasi dan recovery karotenoids
Liu (2012) mengungkapkan bahwa cukup tinggi adalah aseton, petroleum eter,
produksi senyawa karotenoids sintetik heksana dietil eter, benzena,dan toluena.
umumnya dilakukan atas pertimbangan Berdasarkan latar belakang tersebut
keterbatasan sediaan bahan alami dan maka dilakukan penelitian untuk
alasan ekonomi. Umumnya β-karoten mengisolasi senyawa karotenoids dari
diperoleh melalui sintetis kimiawi dari β- minyak sawit mentah (CPO) menggunakan
ionone, secara teori strukturnya sama metode ekstraksi refluks. Keuntungan
utama menggunakan metode ini yaitu sedangkan ekstrak pekat yang dihasilkan
prosedur dan peralatan yang digunakan dianalisa Kadar -karoten dan kandungan
sederhana serta dapat memperoleh kadar karotenoids total dalam ekstrak
karoten lebih banyak. Faktor penting menggunakan spektrofotometer UV Vis,
keberhasilan ekstraksi salah satunya yaitu rendemen ekstrak, serta analisa gugus
pelarut. Kemampuan suatu pelarut dalam fungsi menggunakan FTIR.
melarutkan senyawa tergantung dari sifat
kepolaran pelarut, pelarut non polar akan
melarutkan senyawa nonpolar begitu pula HASIL DAN PEMBAHASAN
sebaliknya. Nuraeni dkk. (2018) dalam Pengaruh suhu terhadap kadar
jurnalnya mengungkapkan Karoten
memiliki sifat hidrofobik sehingga sulit larut
-karoten, kandungan karotenoids
di dalam air namun larut di pelarut non total dalam ekstrak, dan rendemen
polar. Heksana merupakan pelarut ekstrak
nonpolar yang efektif sebagai pelarut Dari analisa data diperoleh bahwa
lemak dan minyak sehingga cocok untuk kadar -karoten, kandungan karotenoids
melarutkan karotenoids. total dalam ekstrak rendemen ekstrak, dan
densitas kian meningkat seiring dengan

kadar b-Karoten (ppm)


meningkatnya suhu.
METODOLOGI
Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan antara lain 340 1:4
320
Seperangkat alat Ekstraksi Refluks, 300
1:3
1:5
Corong pisah, Tabung Reaksi, Labu Ukur, 280

Vakum Rotary Evaporator, 260


240
Spektrofotometer UV Vis Shimadzu UV- 220
1800, dan Spektrofotometer Infra Merah 200
50 55 60 65
(FTIR) Shimadzu. Suhu (⁰C)
Karotenoid total (ppm)

Sedangkan bahan yang digunakan


(a)
yaitu minyak sawit mentah (CPO) yang
diperoleh dari PTPN I Cabang PKS Cot
Girek (Aceh Utara), n-Heksane p.a.,
Aquadest, Petroleum Eter, dan Senyawa 700
1:5
standar -Carotene synthetic pro analyze 650
1:6
(Sigma-aldrich). 600 1:4
550
500
Ekstraksi Karoten dari CPO
450
CPO sebanyak 50 gram ke 50 55 60 65
dimasukkan kedalam Erlenmayer. Suhu (⁰C)
Kemudian ditambahkan pelarut n-Heksana (b)
dengan variasi perbandingan bahan baku 0.075%
Rendemen

terhadap pelarut 1:3, 1:4, 1:5, dan 1:6.. 0.070% 1:3


Lalu diekstraksi selama 60 menit dengan 0.065% 1:4
kecepatan pengadukan 300 rpm pada 0.060% 1:5
variasi suhu 50⁰C, 55⁰C, 60⁰C, 65⁰C. Hasil 0.055%
0.050%
ekstraksi dipisahkan dengan menggunakan
0.045%
corong pisah, dimana pelarut yang 0.040%
bercampur dengan minyak berada pada 0.035%
lapisan atas dan air yang berada pada 50 55 60 65
lapisan bawah dibuang. Suhu (⁰C)
Selanjutnya, campuran tersebut (c)
dipekatkan menggunakan Vacum Rotary
Evaporator pada suhu 60⁰C. Pelarut yang Gambar 1. Pengaruh suhu terhadap (a)
telah diuapkan dapat digunakan kembali kadar -karoten (b) kandungan karotenoids
untuk variabel percobaan berikutnya, total dalam ekstrak (c) rendemen ekstrak
kadar b-Karoten (ppm)
Pada dasarnya, dengan
meningkatnya suhu maka difusi yang
terjadi juga akan semakin besar, sehingga 340.00
proses ekstraksi juga akan berjalan lebih 320.00
300.00
cepat yang berdampak pada meningkatnya 280.00
60⁰C

konsentrasi karotenoids (Miryanti dkk., 260.00


2011). Kadar -karoten, kandungan 240.00
220.00
karotenoids total dalam ekstrak rendemen 200.00
ekstrak, dan rendemen ekstrak tertinggi 1:3 1:4 1:5 1:6

pada suhu 60⁰C. Akan tetapi suhu yang Rasio bahan : Pelarut

Karotenoid total (ppm)


terlalu tinggi juga dapat menyebabkan (a)
kerusakan pada bahan yang sedang
diproses.
Menurunnya rendemen, densitas,
700.00
kadar -karoten dan kandungan
650.00
karotenoids total dalam ekstrak pada suhu 60⁰C
600.00
65⁰C disebabkan karena terjadinya
550.00
kerusakan senyawa karotenoids akibat
500.00
peningkatan suhu. Karotenoids dapat
450.00
terdegradasi membentuk isomer- 1:3 1:4 1:5 1:6
isomernya karena faktor lingkungan seperti Rasio bahan : Pelarut
suhu, cahaya dan jumlah oksigen sehingga
(b)
menyebabkan senyawa ini kehilangan
0.075%
fungsinya baik sebagai antioksidan
Rendemen

0.070%
maupun prekursor vitamin A (Gunstone, 0.065%
1987). 0.060% 60⁰
0.055% C
0.050%
Pengaruh rasio bahan terhadap 0.045%
0.040%
pelarut terhadap kadar -karoten, 0.035%
kandungan karotenoids total dalam 1 2 3 4
ekstrak, dan rendemen ekstrak Rasio bahan : pelarut
Dari analisa data diperoleh bahwa (c)
kadar -karoten, kandungan karotenoids
Gambar 2. Pengaruh rasio bahan terhadap
total dalam ekstrak rendemen ekstrak, dan
densitas kian meningkat seiring dengan pelarut terhadap (a) kadar -karoten
meningkatnya jumlah pelarut pada (b) kandungan karotenoids total dalam
temperatur 60⁰C. Maklusah (2016) ekstrak (c) rendemen ekstrak
menggungkapkan bahan jumlah pelarut
merupakah salah satu faktor yang Kadar -karoten dan Kandungan
mempengaruhi ekstraksi. Semakin banyak Karotenoids Total dalam Ekstrak yang
jumlah pelarut yang digunakan, maka dihasilkan pada suhu ekstraksi 60⁰C
semakin banyak pula hasil yang dengan ratio bahan terhadap pelarut 1:6
didapatkan, karena distribusi partikel yaitu 327,16 ppm dan 676,57 ppm. Secara
dalam pelarut semakin menyebar, teoritias kandungan karotenoids pada
sehingga memperluas permukaan kontak. minyak kelapa sawit mentah berkisar pada
Ratio bahan pelarut 1:6 memperoleh hasil 500–700 ppm (Zou dkk., 2012), sedangka
tertinggi untuk kadar -karoten, kandungan Rendemen ekstrak yang dihasilkan pada
karotenoids total dalam ekstrak, rendemen suhu ekstraksi 60⁰C dengan ratio bahan
ekstrak, dan densitas. terhadap pelarut 1:6 yaitu 0,072%.
Karakteristik ekstrak karoten
berdsarkan gugus fungsi

Gambar 3. Hasil analisa gugus fungsi menggunakan FTIR


Tabel 1. Nilai panjang gelombang FTIR
Gugus Nilai panjang Standar
CPO Ekstrak karoten
fungsi gelombang -karoten
3
C-H Sp 3000-2800 2926,01 2933,73 2956,87
(Streching)
C=C 1900-1500 1737,86 1739,79 1749,44
-CH2 (Bending) 1490-1406 1442,75 1448,54 1448,54
-CH3 (Bending) 1406-1296 1350,22 1363,67
C-C 1222-980 1165,86 1166,12 -
Long chain
900-500 719,45 711,45 -
band

Gambar 3. menunjukkan perbandingan Ekstrak karoten dengan serapan pada


hasil uji karakteristik karoten hasil ekstrasi, bilangan gelombang 2933,73 cm-1
CPO sebagai bahan baku dan standar - menunjukkan adanya ikatan C-H (sp3) yang
karoten komersial menggunakan FT-IR. menyatakan vibrasi streaching gugus
FT-IR merupakan salah satu instrumen alkana. Pita serapan pada bilangan
yang banyak digunakan untuk mengetahui gelombang 1739,79 cm-1 yang
spektrum vibrasi molekul. Metode ini dapat menunjukkan adanya gugus alkena C=C.
digunakan untuk memprediksi struktur Pita serapan pada bilangan gelombang
kimia (Sulistyani dan Huda, 2017). Jika 1448,54 cm-1 yang menunjukkan adanya -
diamati dari bilangan gelombang serapan CH2 bending, Pita serapan pada bilangan
yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa gelombang 1350 cm-1 yang menunjukkan
spektra ekstrak karoten tersebut mirip adanya -CH3 bending (gugus alkil), dan Pita
dengan spektra β-karoten standar, dan serapan pada bilangan gelombang 1166,12
CPO karena memiliki pita serapan pada cm-1 yang menunjukkan adanya dataran C
bilangan yang hampir sama −¿C.
KESIMPULAN DAN SARAN Hitam (Mesona palustris BL) Skala
Kesimpulan PilotPlant: Kajian Pustaka. Jurnal
Berdasarkan hasil penelitian, suhu Pangan dan Agroindustri, 4(1), 245-
ekstrasksi dan ratio bahan terhadap 252.
pelarut sangat berpengaruh terhadap
Kadar -karoten, kandungan karotenoids Miryanti A, Sapei L, Budiono K dan Indra S.
total dalam ekstrak dan rendemen ekstrak 2011. Ekstraksi antioksidan dari kulit
yang dihasilkan. Kadar -karoten, buah Manggis (Garciniamangostana
kandungan karotenoids total dalam L.). Universitas Katolik Parahyangan.
ekstrak, rendemen ekstrak, dan densitas Bandung.
terbaik dihasilkan pada suhu ekstraksi
60⁰C dan rasio bahan terhadap pelarut 1:6. Nuraeni, C., Pratiwi, E., & Ariani, A. (2018).
Optimasi Kondisi Ekstraksi
Karotenoids Serat Perasan Sawit
Saran menggunakan Metode Permukaan
Diperlukan penelitian lanjutan untuk Tanggap. Portal Kimia dan Kemasan,
pemurnian ekstrak Karotenoids melalui 5(1), 186–191.
pemisahan asam lemak dengan bantuan
reaksi saponifikasi, serta melakukan Priatni, A., Fauziati, F., & Adingsih, Y.
proses kristalisasi ekstrak karoten agar (2017). Ekstraksi Karotenoids dari
didapatkan ekstrak dalam wujud solid. Minyak Sawit Mentah (CPO) dengan
Pelarut Dietil Eter dan Aceton. Jurnal
Riset Teknologi Industri, 11, 91-99.
DAFTAR PUSTAKA
Amaya, D. B. R. (2016). Natural Food Wijaya, H., Wardayanie, N. I. A., Astuti, R.
Pigments and Colorants. Current M., & Arif, R. (2018). Isolasi Senyawa
opinion in food science, 7, 20-26. β-karoten dari Minyak Kelapa Sawit
Mentah (Elaeis Guineensis Jacq.)
BPS. (2018). Statistik Kelapa Sawit dengan Metode Kromatografi Kolom
Indonesia 2018. Badan Pusat Terbuka. Warta Industri Hasil
Statistik Indonesia. Pertanian, 35(2), 74-84.

Gunstone, F. D. (2011). Vegetable Oils in Wulandari, N., & Hernawati, H. (2017).


Food Technology: Composition, Fraksinasi Minyak Sawit Kasar
Properties and Uses. USA : Blackwel dengan Pelarut Organik dalam
Publishing. Pembuatan Konsentrat Karotenoids
Crude Palm Oil Fractination with
Liu, Y. D. (2012). Beta-cryptoxanthin: An Organic Solutions in Carotenoid
overview on dietary sources, Concentrate Production. Jurnal Mutu
metabolism, benefits in human Pangan, 4(2), 83–91.
health, and biofortification. In
ProQuest Dissertations and Theses. Zou, Y., Jiang, Y., Yang, T., Hu, P., & Xu,
X. (2012). Minor Constituents of Palm
Maleta, H. S., Indrawati, R., Limantara, L., Oil: Characterization, Processing, and
& Brotosudarmo, T. H. P. (2018). Application. Palm Oil:Production,
Ragam Metode Ekstraksi Processing, Characterization, and
Karotenoids dari Sumber Tumbuhan Uses. USA: AOAC Press.
dalam Dekade Terakhir (Telaah
Literatur). Jurnal Rekayasa Kimia &
Lingkungan, 13, 40-50.

Maslukhah, Y. L., Widyaningsih, T. D.,


Waziiroh, E., Wijayanti, N., &
Sriherfyna, F. H. (2016). Faktor
Mempengaruhi Ekstraksi Cincau

Anda mungkin juga menyukai