Anda di halaman 1dari 5

PEMISAHAN β-KAROTEN PADA HIDROLISIS PARSIAL OLEIN

MENGGUNAKAN FRAKSINASI BERTAHAP DENGAN PENAMBAHAN


INTI KRISTAL STEARIN
INSANUALA KHULUQIN KARIM
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara terbesar kedua setelah Malaysia dalam

produksi minyak sawit. Pada tahun 2004, produksi dan ekspor negara Malaysia

mencapai masing-masing sebesar 13,6 juta ton dan 12,6 juta ton sehingga

memberikan kontribusi 28,9% pada neraca minyak nabati dan lemak dunia,

sedangkan untuk negara Indonesia mencapai produksi dan ekspor masing-

masing sebesar 11,4 juta ton dan 8 juta ton sehingga memiliki kontribusi dalam

minyak nabati dan lemak dunia sebesar 20,5% (Nur dan Jumala, 2005).

Minyak sawit mempunyai kandungan-kandungan minor yang cukup

tinggi. Salah satu kandungan minor yang memiliki nilai tambah diantaranya

adalah karotenoid sebesar 500-700 rpm (May 1994). β-karoten merupakan

salah satu komponen minor dalam minyak sawit yang berguna bagi kesehatan

tubuh. Zat mikro tersebut sangat bermanfaat bagi tubuh diantaranya untuk

penanggulanagan kebutaan, mengurangi peluang kanker, dan mencegah proses

penuaan. Zat gizi tersebut juga meningkatkan imunitas tubuh, yang selanjutnya

dapat mengurangi peluang terjadinya penyakit degeneratif (Muhilal, 1991). Hal

ini menjadi kendala bagi industri minyak goreng.

1
PEMISAHAN β-KAROTEN PADA HIDROLISIS PARSIAL OLEIN
MENGGUNAKAN FRAKSINASI BERTAHAP DENGAN PENAMBAHAN 2
INTI KRISTAL STEARIN
INSANUALA KHULUQIN KARIM
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Pada pengolahan minyak kasar (CPO) secara konvensional

menyebabkan terjadinya kerusakan yang besar pada komponen β-karoten,

karena β-karoten tidak stabil pada panas, cahaya, dan oksigen. Pada proses

pengolahan minyak sawit kasar menjadi minyak goreng. Konsumen lebih

menyukai minyak goreng yang lebih jernih daripada minyak goreng yang

berwarna kuning kemerahan dan mengandung β-karoten. Oleh karena itu,

perlunya dilakukan usaha untuk penyelamatan β-karoten dalam minyak sawit.

Sampai saat ini, sudah banyak penelitian yang dilakukan untuk teknik

pemisahan β-karoten dari minyak kelapa sawit. Beberapa metode telah

dilakukan untuk memisahkan β-karoten dari minyak kelapa sawit, antara lain,

metode saponifikasi (Rahayu,1996); metode adsorpsi (Naibaho,1983);

ekstraksi dengan pelarut (Ittah et a.l 1993); destilasi molecular (Ooi et

al.,1994); ekstraksi dengan fluida superkritik (Sullaswatty,1998); dan

transesterifikasi (Iwasaki dan Murasokhi,1992).

Namun sayangnya, metode tersebut masih sulit untuk diaplikasikan.

Selain itu, sifat dari Minyak Sawit Kasar sebagian besar komposisinya berupa

gliserida yang juga bersifat non polar sehingga juga dapat melarutkan β-

karoten yang juga memiliki sifat non polar sehingga konsentrasi β-karoten

yang diperoleh masih sedikit. Salah satu metode yang cocok untuk diterapkan

adalah metode fraksinasi.


PEMISAHAN β-KAROTEN PADA HIDROLISIS PARSIAL OLEIN
MENGGUNAKAN FRAKSINASI BERTAHAP DENGAN PENAMBAHAN 3
INTI KRISTAL STEARIN
INSANUALA KHULUQIN KARIM
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Fraksinasi pada Minyak Sawit bertujuan untuk memisahkan antara

fase padat dan fase cair berdasarkan perbedaan titik beku dan tingkat kelarutan

komponen lemak yang akan dipisahkan. Proses ini dilakukan dengan

menggunakan dua tahap yaitu proses kristalisasi dengan mengatur suhu dan

pemisahan fraksi cair dan padat (Hamilton,1995).

Metode fraksinasi telah dilakukan dalam penelitian untuk

mengekstrak karotenoid, antara lain Burdick dan Fletcher (1985) yang

mengekstrak dengan menggunakan campuran antar heksana-aseton-metanol

(80:10:10 v/v/v). Masni (2004) berhasil mengekstrak karotenoid dari limbah

serat sawit dengan menggunakan pelarut campuran heksana-aseton (10:1 v/v)

dengan hasil konsentrat karotenoid dengan konsentrasi 1283 μg/g.

Hal terpenting dalam fraksinasi adalah proses kristalisasi, karena pada

tahap ini suhu diatur berdasarkan titik beku komponen lemak yang akan

dipisahkan. Untuk mempercepat kristalisasi dapat dilakukan dengan

penambahan benih (seeding). Jika benih ditambahkan dalam bahan, mereka

dapat mempromosikan pembentukan inti lebih lanjut atau menyediakan area

permukaan kristal untuk pertumbuhan. Smith (2001) menyatakan bahwa

penambahan β′ or β kristal benih untuk pendinginan minyak sawit dapat

memulai kristalisasi di bawah subcooling (lebih tinggi dari derajat suhu) dari

tidak adanya benih ini. Salah satu benih yang dapat ditambahkan adalah

stearin. Namun belum ada informasi mengenai pengaruh penambahan inti

kristal terhadap konsentrasi β-karoten.


PEMISAHAN β-KAROTEN PADA HIDROLISIS PARSIAL OLEIN
MENGGUNAKAN FRAKSINASI BERTAHAP DENGAN PENAMBAHAN 4
INTI KRISTAL STEARIN
INSANUALA KHULUQIN KARIM
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Untuk meningkatkan konsentrasi β-karoten dapat dengan

menggunakan metode hidrolisis dengan menggunakan enzim lipase. Enzim

lipase dapat mengkatalisis trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol,

sehingga mudah dipisahkan dengan β-karoten karena titik beku asam lemaknya

berubah. Benardo et al (2012) menggunakan metode hidrolisis untuk

memisahkan β-karoten dengan enzim lipase dari yarrowia lipolytica dan

pemurnian β-karoten dengan fraksinasi, saponifikasi, dan winterisasi.

Diperoleh nilai rejeksi FFA sebesar 73% dan 74,8% serta total karotenoid

sebesar 1578 dan 793 mg kg-1. Proses Hidrolisis dapat berlangsung secara

ilmiah. Hartley (1988) menyatakan keberadaan lipase endogen yang sangat

aktif dalam kelapa sawit. Sedangkan menurut Abigor dkk. (1985), lipase aktif
o
terdapat dalam mesokarp buah sawit dengan temperatur optimal 30 C.

Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

pengaruh penambahan inti kristal stearin terhadap pemisahan β-karoten dari

Minyak Sawit Kasar yang dihidrolisis oleh Enzim Lipase dari Buah Sawit

dengan menggunakan metode fraksinasi secara bertahap hingga suhu 20 0C.

1.2 Rumusan Masalah

 Bagaimanakah pengaruh jumlah penambahan inti kristal stearin terhadap

jumlah konsentrasi β-karoten yang diperoleh dari minyak sawit kasar

(CPO) hidrolisis?
PEMISAHAN β-KAROTEN PADA HIDROLISIS PARSIAL OLEIN
MENGGUNAKAN FRAKSINASI BERTAHAP DENGAN PENAMBAHAN 5
INTI KRISTAL STEARIN
INSANUALA KHULUQIN KARIM
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

 Bagaimanakah pengaruh ukuran inti kristal stearin terhadap terhadap

jumlah konsentrasi β-karoten yang diperoleh dari minyak sawit kasar

(CPO) hidrolisis?

 Berapakah jumlah penambahan dan ukuran inti kristal dapat memperoleh

β-karoten dengan konsentrasi tertinggi?

1.3 Tujuan Penelitian

 Mengetahui pengaruh jumlah penambahan inti kristal stearin terhadap

jumlah konsentrasi β-karoten yang diperoleh dari minyak sawit kasar

(CPO) hidrolisis

 Mengetahui pengaruh ukuran inti kristal stearin terhadap terhadap jumlah

konsentrasi β-karoten yang diperoleh dari minyak sawit kasar (CPO)

hidrolisis

 Mengetahui jumlah penambahan dan ukuran inti kristal stearin untuk

memperoleh β-karoten dengan konsentrasi tertinggi.

Anda mungkin juga menyukai