Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI

PEMBUATAN VIRGIN COCONUT OIL

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur

Mata Kuliah Praktikum Bioteknologi

Dosen Pengampu:

Ukit, M.Si

Disusun Oleh:

Kelompok 9

1. Linda Fauziyah (1172060051)


2. Marwan Fadlu R (1172060057)
3. Meli Ameliawati (1172060060)

Pendidikan Biologi 6B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2020
Judul Praktikum : Pembuatan Virgin Coconut Oil
Tanggal Praktikum : Jumat, 20 Mei 2020
Tujuan Praktikum :
1. Mengetahui cara pembuatan VCO yang baik dan benar
2. Mengetahui peranan khamir Saccharomyces cerevisiae dalam fermentasi
VCO.
3. Mengetahui faktor keberhasilan dan kegagalan pembuatan VCO.

A. Landasan Teori
Kelapa adalah salah satu jenis tanaman yang termasuk ke dalam suku pinang-
pinangan (arecaceae). Semua bagian pohon kelapa dapat dimanfaatkan, mulai dari bunga,
batang, pelepah, daun, buah, bahkan akarnya pun dapat dimanfaatkan. Virgin coconut oil
merupakan produk olahan dari daging kelapa yang berupa cairan berwarna jernih, tidak
berasa, dengan bau khas kelapa. Virgin coconut oil mengandung asam lemak jenuh rantai
sedang dan pendek yang tinggi, yaitu sekitar 92%. Manfaat dari virgin coconut oil (VCO)
diantaranya dalah peningkatan daya tahan tubuh manusia terhadap penyakit serta
mempercepat proses penyembuhan. Minyak kelapa dapat diperoleh dari daging buah kelapa
segar atau dari kopra (Tamzil Aziz, 2017:130).

Asal mula untuk memperoleh minyak dari buah kelapa adalah bukan dari
kopra (daging buah kelapa segar). Kopra dibuat pada waktu itu untuk memenuhi
kekurangan minyak yang melanda daratan Eropa. Daging buah kelapa merupakan bahan
yang mudah membusuk, karena disebabkan oleh kandungan airnya sangat tinggi. Agar
dapat tahan lama diperjalanan maka daging buah kelapa dikeringkan dengan maksud
memperoleh kopra. Pada waktu daging buah kelapa diparut, sel-selnya akan rusak dan
isi sel dengan mudah dikeluar kan dalam wujud emulsi berwarna putih yang dikenal
dengan santan. Santan mengandung minyak sebanyak 50%. Sisa minyak yang lain
dapat di peroleh dengan penambahan air dan pemerasan kedua dan ketiga (Marlina,
2017:8).

Beberapa metode yang saat ini banyak digunakan dalam pembuatan VCO adalah :
metode pemanasan bertahap, metode pemancingan minyak dan metode fermentasi. Metode
pemanasan bertahap dilakukan dengan memanaskan santan pada suhu < 90 ºC kemudian
minyak yang diperoleh dipanaskan kembali dengan suhu rendah (< 65 ºC). Metode
pemancingan minyak dilakukan dengan menambahkan minyak pancing ke dalam santan
dengan perbandingan tertentu. Metode fermentasi dilakukan dengan menambahkan ragi ke
dalam santan Metode – metode tersebut diperkirakan akan menghasilkan mutu / kualitas
minyak yang berbeda – beda. Metode pemanasan bertahap misalnya dapat menghasilkan
minyak dengan kadar air yang rendah karena air akan menguap pada saat dilakukan
pemanasan. Pemanasan juga dapat menyebabkan inaktifnya enzim – enzim seperti lipase
sehingga proses hidrolisis dapat diminimalkan Pada metode pemancingan minyak
diperkirakan proses oksidasi akan lebih tinggi karena minyak yang ditambahkan
kemungkinan telah mengandung radikal yang tinggi. Untuk metode fermentasi, selama waktu
fermentasi akan terbentuk berbagai enzim oleh ragi. Enzim – enzim tersebut dapat
menghidrolisa trigliserida sehingga menghasilkan asam lemak bebas (Pontoh, 2008:60).

Pembuatan VCO secara fragmentasi diawali dengan memarut kelapa segar, lalu
diperas hingga menghasilkan santan segar. Selanjutnya, tempatkan santan pada wadah yang
bersih lalu biarkan beberapa saat kira-kira 1 sampai 2 jam hingga terbentuk gumpalan krim
yang disebut biang santan. Selanjutnya biang santan difermentasi selama 1 sampai 2 hari
caranya dengan menggunakan enzim secara langsung (mikroba penghasil enzim). Dapat pula
dengan menambahkan ragi atau larutan cuka Nira secukupnya. Hal ini dimaksudkan untuk
mencegah protein yang berikatan dengan minyak dan karbohidrat sehingga minyak dapat
terpisah dengan baik (Sutarmi, 2009:28).

Proses fermentasi dikatakan berhasil jika dari campuran tersebut terbentuk 3


lapisan yaitu lapisan atas berupa minyak murni, lapisan tengah berupa blondo berwarna putih,
dan lapisan bawah berupa air. Selanjutnya, lapisan atas berupa minyak kelapa akhirnya
bersatu. Tarikan tersebut membuat air dan protein yang sebelumnya terikat dengan molekul
santan terlepas jadi model pancingan ini mengubah bentuk emulsi air minyak menjadi
minyak – minyak (Sutarmi, 2009: 28).

Menurut AFCC, pembuatan VCO tidak melihat proses dengan pemanasan atau
tidak. Hal yang terpenting adalah VCO yang dihasilkan dari kelapa segar dan sudah matang
serta hasil yang diperoleh (minyak kelapa) tidak berubah. Dengan demikian, minyak kelapa
yang dihasilkan dengan cara tradisional dan pemanasan bertingkat dapat dikategorikan
sebagai VCO. Sedangkan PNS memberikan standar kualitas yang lebih detail lagi,
diantaranya bahwa VCO tidak dihasilkan melalui proses kimia refining, deodorizing, dan
bleaching (Tuti Indah Sari, 2010: 52).
DAFTAR PUSTAKA

Marlina, W. D. (2017). Pembuatan Virgin Coconut Oil ( Vco) Dari Kelapa Hibrida
Menggunakan Metode Penggaraman Dengan Nacl Dan Garam Dapur. Jurnal
Chemurgy, 1(2), 7-12.
Pontoh, J. (2008). Kualitas Virgin Coconut Oil Dari Beberapa Metode Pembuatan. Chem.
Prog, 1(1), 60.
Sutarmi, &. R. (2009). Taklukan Penyakit Dengan Vco. Jakarta : Penebar Swadaya.
Tamzil Aziz, Y. O. (2017). Pembuatan Virgin Coconut Oil (Vco) Dengan Metode
Penggaraman. Jurnal Teknik Kimia, 23(2), 130.
Tuti Indah Sari, E. H. (2010). Pembuatan Vco Dengan Metode Enzimatis Dan Konversinya
Menjadi Sabun Padat Transparan. Jurnal Teknik Kimia, 17(3), 52.

Anda mungkin juga menyukai