Anda di halaman 1dari 13

PLASENTA PREVIA

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Embriologi

Dosen Pengampu:
Sri Hartati, S.Pd., M.Pd.
Epa Paujiah, M.Si.

Disusun oleh:
Marwan Fadlu Rohman 1172060057

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah swt. yang


telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas Makalah ini tepat pada waktunya. Sholawat serta salam
semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah saw. yang kita nanti-nantikan
syafaatnya di dunia dan di akhirat.
Dalam penyelesaian tugas ini, penulis menggunakan referensi yang
didapat dari buku. Penyelesaian tugas ini bertujuan untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Embriologi. Dengan tugas ini penulis berkeinginan untuk
mengutarakan pemahaman yang di dapat.
Terlepas dari itu, penulis menyadari sepenuhnya dan tidak menutup
mata bahwa tugas ini masih ada kekurangan. Oleh karena itu, penulis menerima
kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca untuk perbaikan tugas
selanjutnya.

Ketapang, 17 Juni 2020

Penulis

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Angka kematian maternal masih menjadi tolak ukur untuk menilai baik
buruknya keadaan pelayanan kebidanan dan salah satu indikator tingkat
kesejahteraan ibu. Angka kematian maternal di Indonesia tertinggi di Asia
Tenggara. Menurut SKRT (Survei Kesehatan Rumah Tangga) tahun 1992 yaitu
421 per 100.000 kelahiran hidup, SKRT tahun 1995 yaitu 373 per 100.000
kelahiran hidup dan menurut SKRT tahun 1998 tercatat kematian maternal yaitu
295 per 100.000 kelahiran hidup. Diharapkan PJP II (Pembangunan Jangka
Panjang ke II) (2019) menjadi 60 - 80 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab
terpenting kematian maternal di Indonesia adalah perdarahan (40- 60%), infeksi
(20-30%) dan keracunan kehamilan (20-30%), sisanya sekitar 5% disebabkan
penyakit lain yang memburuk saat kehamilan atau persalinan.
Perdarahan sebagai penyebab kematian ibu terdiri atas perdarahan
antepartum dan perdarahan postpartum. Perdarahan antepartum merupakan kasus
gawat darurat yang kejadiannya berkisar 3% dari semua persalinan, penyebabnya
antara lain plasenta previa, solusio plasenta, dan perdarahan yang belum jelas.
Plasenta previa adalah plasenta yang implantasinya tidak normal, sehingga
menutupi seluruh atau sebagian ostium internum, kasus ini masih menarik
dipelajari terutama di negara berkembang termasuk Indonesia, karena faktor
predisposisi yang masih sulit dihindari, prevalensinya masih tinggi serta punya
andil besar dalam angka kematian maternal dan perinatal yang merupakan
parameter pelayanan kesehatan.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis dapat merumuskan masalah
sebagai berikut.
1. Bagaimana pengertian dari Plasenta previa?
2. Bagaimana klasifikasi dari Plasenta previa?
3. Apa saja faktor penyebab terjadinya Plasenta previa?
4. bagaimana gambaran klinis dari Plasenta previa?

C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Menjelaskan pengertian dari Plasenta previa.
2. Menjelaskan klasifikasi dari Plasenta previa.
3. Menjelaskan faktor penyebab terjadinya Plasenta previa.
4. Menjelaskan gambaran klinis dari Plasenta previa.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen
bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan
lahir. Plasenta previa merupakan implantasi plasenta di bagian bawah sehingga
menutupi ostium uteri internum, serta menimbulkan perdarahan saat pembentukan
segmen bawah rahim (Cunningham, 2006).
Plasenta Previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada
tempat yang abnormal, yang berarti pada segmen bawah rahim, sehingga
menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan/ostium uteri internal (OUI).
Plasenta previa adalah kedaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat
abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau
seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri interna) dan oleh karenanya bagian
terendah sering kali terkendala memasuki Pintu Atas Panggul (PAP) atau
menimbulkan kelainan janin dalam rahim.
Menurut Depkes RI (2008) plasenta previa adalah plasenta yang letaknya
abnormal yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat sebagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir. Pada keadaan normal letak plasenta terletak pada bagian
atas rahim.

B. Klasifikasi
Klasifikasi plasenta previa berdasarkan terabanya jaringan plasenta melalui
pembukaan jalan lahir pada waktu atau derajat abnormalitas tertentu, yaitu :
1. Plasenta previa totalis : bila ostium internum servisis seluruh pembukaan
jalan lahir tertutup oleh plasenta.
2. Plasenta previa lateralis : ostium internum servisis bila hanya sebagian
pembukaan jalan lahir tertutup oleh plasenta. bila mana pembukaan 4-5
cm sebagian pembukaan ditutupi oleh plasenta, dibagi menjadi:
a. Plasenta previa lateralis posterior: bila sebagian menutupi ostea
bagian belakang.

3
b. Plasenta previa lateralis anterior: bila sebagian menutupi ostea
bagian depan.
3. Plasenta previa marginalis : bila pinggir plasenta berada tepat pada
pinggir pembukaan jalan lahir.
4. Plasenta previa letak rendah : bila plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir
pembukaan jalan lahir.
Selain itu dikenal juga klasifikasi plasenta previa menurut Browne:
1. Tingkat I, Lateral plasenta previa
Pinggir bawah plasenta berinsersi sampai ke segmen bawah rahim,
namun tidak sampai ke pinggir pembukaan.
2. Tingkat II, Marginal plasenta previa
Plasenta mencapai pinggir pembukaan (Ostea).
3. Tingkat III, Complete plasenta previa
Plasenta menutupi ostium waktu tertutup, dan tidak menutupi bila
pembukaan hampir lengkap.
4. Tingkat IV, Central plasenta previa
Plasenta menutupi seluruhnya pada permukaan hampir lengkap.
Derajat plasenta previa akan tergantung kepada luasnya ukuran dilatasi
serviks saat dilakukan pemeriksaan. Perlu ditegaskan bahwa palpasi digital untuk
mencoba memastikan hubungan yang selalu berubah antara tepi plasenta dan
ostium internum ketika serviks berdilatasi, dapat memicu terjadinya perdarahan
hebat.

C. Faktor Penyebab terjadinya plasenta previa


Etiologi plasenta belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor
yang menyebabkan meningkatnya kemungkinan terjadinya plasenta previa yaitu:
1. Umur. Usia wanita produktif yang aman untuk kehamilan dan persalinan
adalah 20-35 tahun. Wanita pada umur yang kurang dari 20 tahun
mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk mengalami plasenta previa
karena endometrium belum matang, dan kejadian plasenta previa juga
sering pada ibu yang berumur diatas 35 tahun karena kesuburan

4
endometrium berkurang. Peningkatan umur ibu merupakan faktor risiko
plasenta previa, karena sklerosis pembuluh darah arteli kecil dan arteriole
miometrium menyebabkan aliran darah ke endometrium tidak merata
sehingga plasenta tumbuh lebih lebar dengan luas permukaan yang lebih
besar, untuk mendapatkan aliran darah yang kuat.
2. Paritas. Kejadian plasenta previa tiga kali lebih sering pada wanita
multipara daripada primipara. Pada multipara, plasenta previa disebabkan
vaskularisasi yang berkurang dan perubahan atrofi pada desidua akibat
persalinan masa lampau. Aliran darah ke plasenta tidak cukup dan
memperluas permukaannnya sehingga menutupi pembukaan jalan lahir.
3. Persalinan yang dialami oleh ibu dengan persalinan prematur, keguguran,
bekas persalinan berulang dengan jangka pendek, persalinan dengan berat
badan lahir rendah (BBLR), bayi lahir meninggal dapat berakibat buruk
pada kehamilan yang sedang dialami.
Menurut Manuaba (2003), penyebab terjadinya plasenta previa diantaranya
adalah mencakup :
1. Perdarahan (hemorrhaging).
2. Usia lebih dari 35 tahun.
3. Multiparitas.
4. Pengobatan infertilitas.
5. Multiple gestation.
6. Erythroblastosis.
7. Riwayat operasi/pembedahan uterus sebelumnya.
8. Kegu guran berulang.
9. Status sosial ekonomi yang rendah.
10. Jarak antar kehamilan yang pendek.
11. Merokok.
Penyebab plasenta previa secara pasti sulit ditentukan, tetapi ada beberapa
faktor yang meningkatkan risiko terjadinya plasenta previa, misalnya bekas
operasi rahim (bekas sesar, atau operasi mioma), sering mengalami infeksi rahim

5
(radang panggul), kehamilan ganda, pernah plasenta previa, atau kelainan bawaan
rahim. (Prawirohardjo, 2005).
Kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah pendarahan tanpa
nyeri biasanya baru terlihat setelah trimester kedua atau sesudahnya. Namun
demikian, banyak peristiwa abortus mungkin terjadi akaibat lokasi abnormal
plasenta yang sedang tumbuh. Penyebab pendarahan perlu ditegaskan kembali.
Kalau plasenta terletak pada ostium internum, pembentukan segmen bawah uterus
dan dilatasi ostium internum tanpa bias diletakkan akan mengakibatkan robekan
pada tempat peletakan plasenta yang diikuti oleh pendarahan dari pembuluh-
pembuluh darah uterus. Pendarahan tersebut diperberat lagi dengan
ketidakmampuan serabut-serabut otot miometrium segmen bawah uterus untuk
mengadakan kontaksi dan retraksi agar bias menekan pembuluh darah yang ruptur
sebagaimana terjadi secara normal ketika terjadi pelepasan plasenta dari dalam
uterus yang kosong pada kala tiga persalinan.
Akibat pelekatan yang abnormal seperti terlihat pada plasenta akreta, atau
akibat daerah pelekatan yang sangat luas, maka proses perlekatan plasenta
kadangkala terhalang dan kemudian dapat terjadi pendarahan yang banyak setelah
bayi dilahirkan. Pendarahan dari tempat implantasi plasenta dalam segmen bahwa
uterus dapat berlanjut setelah plasenta dilahirkan, mengingat segmen bahwa
uterus lebih cendrung memiliki kemampuan kontraksi yang jelek dibandingkan
korpus uteri. Sebagai akibatnya, pembuluh darah memintas segmen bahwa kurang
mendapat kompresi. Pendarahan dapat terjadi pula akibat laserasi pada bagian
bahwa uterus dan serviks yang rapuh, khususnya pada usaha untuk mengeluarkan
plasenta yang melekat itu secara manual (Sujiyatini, 2009).
Sedangkan tanda atau gejala lain kehamilan yang menderita plasenta previa
adalah:
1. Perdarahan tanpa nyeri.
2. Perdarahan berulang.
3. Warna perdarahan merah segar.
4. Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah.
5. Timbulnya perlahan-lahan.

6
6. Waktu terjadinya saat hamil.
7. His biasanya tidak ada.
8. Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi.
9. Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina.
10. Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul.
11. Presentasi mungkin abnormal.

Menurut Mochtar faktor predisposisi dan presipitasi yang dapat


mengakibatkan terjadinya plasenta previa adalah :
1. Melebarnya pertumbuhan plasenta :
a. Kehamilan kembar (gemeli).
b. Tumbuh kembang plasenta tipis.
2. Kurang suburnya endometrium :
a. Malnutrisi ibu hamil.
b. Melebarnya plasenta karena gemeli.
c. Bekas seksio sesarea.
d. Sering dijumpai pada grande multipara.
3. Terlambat implantasi :
a. Endometrium fundus kurang subur.
b. Terlambatnya tumbuh kembang hasil konsepsi dalam bentuk blastula
yang siap untuk nidasi.
Seluruh plasenta biasanya terletak pada segmen atau uterus. Kadang-kadang
bagian atau seluruh organ dapat melekat pada segmen bawah uterus, dimana hal
ini dapat diketahui sebagai plasenta previa. Karena segmen bawah agak
merentang selama kehamilan lanjut dan persalinan, dalam usaha mencapai dilatasi
serviks dan kelahiran anak, pemisahan plasenta dari dinding uterus sampai tingkat
tertentu tidak dapat dihindarkan sehingga terjadi pendarahan (Varney, 2006).

7
D. GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinis dari plasenta previa adalah:
1. Anamneses
a. Gejala pertama perdarahan pada kehamilan setelah 28
minggu/trimester III
b. Pendarahan tanpa sebab, tanpa nyeri, dan berulang.
c. Pendarahan disebabkan plasenta dan pembuluh darah yang robek,
terbentuknya SBR, terbukanya osteum/manspulasi
intravaginal/rektal.
2. Inspeksi
a. Dapat dilihat perdarahan pervaginam banyak atau sedikit.
b. Jika perdarahan lebih banyak; ibu tampak anemia.
3. Palpasi abdomen
a. Janin sering belum cukup bulan; TFU masih rendah.
b. Sering dijumpai kesalahan letak Bagian terbawah janin belum
turun, apabila letak kepala biasanya kepala masih
goyang/floating.
Darah berwarna merah terang pada umur kehamilan kedua atau awal
trimester ketiga merupakan tanda utama plasenta previa. Perdarahan dapat terjadi
selagi penderita tidur atau bekerja biasa dan perdarahan biasanya baru terjadi pada
akhir trimester kedua ke atas. Perdarahan pertama biasanya tidak banyak sehingga
tidak berakibat fatal, tetapi perdarahan berikutnya hampir selalu lebih banyak dari
perdarahan sebelumnya. Pada plasenta letak rendah perdarahan baru terjadi pada
waktu mulai persalinan, perdarahan bisa sedikit sampai banyak mirip pada solusio
plasenta.

Kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah perdarahan tanpa
nyeri yang biasanya baru terlihat setelah kehamilan mendekati akhir trimester
kedua atau sesudahnya.

Gambaran klinis pada ibu tergantung keadaan umum dan jumlah darah
yang hilang, perdarahan yang sedikit demi sedikit atau dalam jumlah banyak

8
dengan waktu yang singkat, dapat menimbulkan anemia sampai syok. Pada janin
yakni turunnya bagian terbawah janin ke dalam Pintu Atas Panggul (PAP) akan
terhalang, tidak jarang akan terjadi kelainan letak janin dalam rahim, dan dapat
menimbulkan asfiksia sampai kematian janin dalam kandungan

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Plasenta previa merupakan implantasi plasenta di bagian bawah sehingga
menutupi ostium uteri internum, serta menimbulkan perdarahan saat pembentukan
segmen bawah Rahim.
Klasifikasi plasenta previa berdasarkan terabanya jaringan plasenta melalui
pembukaan jalan lahir pada waktu atau derajat abnormalitas tertentu, yaitu :
1. Plasenta previa totalis
2. Plasenta previa lateralis
3. Plasenta previa marginalis
4. Plasenta previa letak rendah
Salah faktor yang menyebabkan meningkatnya kemungkinan terjadinya
plasenta previa yaitu Umur dan Paritas.
Wanita pada umur yang kurang dari 20 tahun mempunyai risiko yang lebih
tinggi untuk mengalami plasenta previa karena endometrium belum matang, dan
kejadian plasenta previa juga sering pada ibu yang berumur diatas 35 tahun.
Gambaran klinis pada ibu tergantung keadaan umum dan jumlah darah yang
hilang, perdarahan yang sedikit demi sedikit atau dalam jumlah banyak dengan
waktu yang singkat, dapat menimbulkan anemia sampai syok.

10
DAFTAR PUSTAKA

Amsal, A. (2012). Konsep Dasar Biokimoa dan Nutrisi dalam Al-Quran. Banda
Aceh: Penerbit PeNA.

Campbell, M. K., & Farrel, S. O. (2009). Biochemistry. USA: Thomson Brooks.

Cunningham, F. (2006). Obstetri Williams. Jakarta: EGC.

Departemen Kesehatan RI. (2008). Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta:


Kementrian Kesehatan RI.

Julianto, T. S. (2015). Biomolekul dalam Perspektif Al-Quran. Yogyakarta:


Deepublish.

Manuaba. (2003). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga


Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Prawirohardjo. (2005). Ilmu Kebidanan. Yogyakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawiroharjo.

Sujiyatini, d. (2009). Asuhan Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Sumbono, A. (2016). Biokimia Pangan Dasar. Yogyakarta: Deepublish.

Varney, H. (2006). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Volume 1. Jakarta: EGC.

11

Anda mungkin juga menyukai