NIM : 03031281722065
Proses pembuatan Virgin Coconut Oil (VCO) dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu pemanasan dan tanpa pemanasan. Cara yang paling baik diantara kedua
cara pembuatan VCO tersebut yaitu tanpa pemanasan, karena proses pemanasan
dikhawatirkan akan merusak asam lemak dalam minyak. Ciri minyak yang rusak
adalah warnanya berubah menjadi kekuningan dan cepat berbau tengik (Sukartin
dan Sitanggang, 2005). Salah satu metode pada pembuatan VCO tanpa pemanasan
adalah dengan cara fermentasi. Proses fermentasi dilakukan dengan menggunakan
mikroorganisme yang mempunyai daya fermentasi yang mempercepat pemecahan
emulsi krim santan sehingga akan terpisah menjadi tiga fase (Widiada dkk, 2010).
Inokulum yang digunakan dapat berupa ragi roti, ragi tape, atau ragi tempe.
Khamir yang paling sering digunakan dalam proses pembuatan roti adalah
Saccharomyces cerevisiae. Pertumbuhan khamir dapat dipengaruhi oleh suhu, pH,
sumber energi, dan air bebas. Suhu optimum untuk pertumbuhan Saccharomyces
cerevisiae adalah 30°C, sedangkan suhu minimumnya adalah 9-11°C dan suhu
maksimumnya adalah 35-37°C. Khamir dapat hidup pada aw 0,88-0,90 tetapi juga
dapat hidup pada aw sebesar 0,68-0,78. Nilai pH yang cocok untuk pertumbuhan
khamir adalah 4-4,5. Umumnya khamir tidak dapat tumbuh pada medium basa.
VCO merupakan hasil olahan kelapa yang bebas dari asam lemak trans.
Asam lemak trans ini dapat terjadi akibat proses hidrogenasi. Ekstraksi VCO
dilakukan dengan proses dingin agar tidak mengalami hidrogenasi, misalnya cara
fermentasi, pancingan, sentrifugasi, pemanasan terkendali, pengeringan cepat, dan
lain-lain. Mengekstrak VCO secara fermentasi dilakukan dengan mikroorganisme
yang menghasilkan enzim secara langsung atau melalui mikroba penghasil enzim
protease yang dapat memecah ikatan protein dengan minyak pada emulsi santan.
Salah satu mikroba yang dapat digunakan adalah khamir roti yaitu
Saccharomyces cerevisiae yang dapat menghasilkan enzim yaitu amilotilik dan
proteolitik. Enzim amilotilik akan memecah karbohidrat sehingga menghasilkan
asam. Adanya asam akan menurunkan pH santan sampai mencapai titik
isoelektrik protein sehingga protein akan terkoagulasi. Enzim proteolitik akan
memecah protein terkoagulasi, akhirnya mudah dipisahkan dari minyak
(Novarianto dan Tulalo, 2007).
Proses pembuatan VCO secara fermentasi bila dibandingkan dengan cara
lain adalah kemudahannya sehingga dapat diproduksi secara praktis, hemat bahan
bakar, residu galendo lebih sedikit, tingkat ketengikan rendah dengan daya simpan
lebih lama, aroma harum, dan juga bebas senyawa penginduksi kolesterol (Aditiya
dkk, 2014). Saccharomyces cerevisiae adalah sebagai salah satu galur yang paling
umum digunakan untuk fermentasi, karena bersifat fermentatif kuat dan anaerob
faku fakultatif yaitu mampu hidup dengan atau tanpa oksigen. Memiliki sifat yang
stabil dan seragam, mampu tumbuh dengan cepat saat proses fermentasi sehingga
proses fermentasi dapat berlangsung dengan cepat pula, dan dapat memproduksi
kadar alkohol dalam jumlah banyak juga (Hadibroto dan Srikandi, 2006).
Proses fermentasi VCO dengan menggunakan ragi roti yaitu krim santan
yang telah diperoleh pada sebelumnya ditimbang, kemudian ragi roti ditambahkan
sebanyak 0,5% dari berat krim santan tersebut dan aduk-aduklah hingga merata.
Krim santan yang telah diberi ragi ditutup dan disimpan di dalam ruang inkubasi
dengan suhu 300°C selama 24 jam. Proses fermentasi oleh ragi roti lalu akan
berlangsung selama inkubasi ini setelah masa inkubasi mencapai 24 jam. Minyak
yang terbentuk akan tampak berada di permukaan dan minyak tersebut dipisahkan
dari bahan-bahan lain yang mengendap di bawahnya, lalu dipanaskan selama 10-
40 menit hingga minyak beraroma khas dan berwarna jernih. Fermentasi dapat
dikatakan berhasil jika telah diperoleh tiga lapisan dalam krim yang difermentasi
yakni minyak, blondo, dan air. Lapisan minyak dipisahkan secara hati-hati.
Salah satu ragi roti yang biasa dipakai adalah fermipan yang merupakan
ragi roti yang dibuat dengan cara modern dari inokulum khamir yang berasal dari
kultur murni. Populasi mikroba fermipan terdiri dari khamir Sacacharomyces
cerevisiae serta sedikit dari golongan bakteri asam laktat seperti Lactobacillus
aceti. Sacacharomyces cerevisiae di pembuatan VCO secara fermentasi, dengan
menggunakan karbohidrat yang terkandung dalam krim santan sebagai sumber
energi utama sehingga ikatan karbohidrat, lemak, dan proteinnya menjadi longgar
yang akhirnya akan terlepas. Minyak akan berada dipermukaan karena memiliki
berat jenis yang lebih ringan, sedangkan protein blondo dan air berada di bawah.
Gambar 2. Fermipan
(Sumber: Linda, 2020).
Penggunaan air kelapa dan skim kelapa di dalam pembuatan starter ragi
didasarkan pada aspek pemanfaatan, karena selama ini air kelapa hanya menjadi
limbah buah kelapa dan pemanfaatannya belum optimal, padahal ketersediaannya
dapat mencapai 25% dari berat total buah kelapa (Jefri dan Kaunang, 1990). Air
kelapa dan skim kelapa mengandung nutrisi yang cukup tinggi dan beragam, yang
juga berguna bagi pertumbuhan mikroba termasuk juga mikroba yang berperan
membantu proses pemisahan minyaknya dari santan. Mikroba memerlukan faktor-
faktor untuk hidup, seperti nutrisi yang ada dalam pertumbuhannya yaitu nutrisi
yang mengandung unsur H, O, N, S, dan P. Unsur-unsur tersebut dapat diperoleh
dengan mengubah senyawa karbohidrat, lemak, dan protein dari santan.
Minyak atau lemak dapat diekstraksi dari jaringan hewan ataupun dari
tanaman dengan cara fermentasi (Soeka dkk, 2008). Pembuatan VCO sebaiknya
dilakukan dengan meminimalkan penggunaan panas dan pelarut dari bahan kimia,
oleh karenanya untuk mengekstraksi komponen minyak dari santan digunakan
panas minimum yaitu sekitar 35-40oC dalam hal ini digunakan air hangat kuku
sebagai air perasan santan. Asam lemak kaprat pada suhu 35 oC akan mulai terurai,
dan pada suhu diatas 60oC asam-asam lemak yang lain seperti kaproat dan kaprilat
menguap. Barulah selanjutnya bisa dilakukan fermentasi untuk pembuatan VCO
menggunakan khamir Saccharomyces cereviciae setelah air santan diperas.
DAFTAR PUSTAKA