Anda di halaman 1dari 4

Nama : Tian Amalda Sabrina

NIM : 03031281722065
Shift : Jumat (08.30-11.50 WIB)
Kelompok : 1 (Satu)

KARAKTERISTIK METIL ESTER DARI LIMBAH IKAN

Kebutuhan bahan bakar minyak saat ini semakin lama semakin meningkat,
konsumsi bahan bakar yang terus-menerus, jumlah konsumsinya terus meningkat
setiap tahunnya. Tidak seimbang dengan ketersediaan bahan bakar minyak bumi
di alam. Minyak bumi merupakan produk yang bersifat irreversible, tidak dapat
dikembalikan sehingga perlu dicari alternatif bahan bakar lain terutama dari bahan
terbarukan (Handayani dalam Wijayanto dkk, 2015). Metil Ester (ME) merupakan
salah satu contoh bahan bakar terbarukan. ME dibuat melalui proses esterifikasi
dan transesterifikasi dari asam lemak nabati maupun asam lemak hewani yang
direaksikan dengan alkohol. Menurut Demirbas (2008) minyak ikan bisa dijadikan
bahan dasar dalam pembuatan metil ester. Perbedaan jenis ikan yang dipakai akan
mempengaruhi karakteristik metil ester yang dihasilkan.

1. ME dari Limbah Minyak Tepung Ikan Sardin


Limbah minyak ikan pabrik pengolahan tepung ikan merupakan salah satu
sumber potensial ME. Limbah kepala dan ekor seberat 6 ton, dapat menghasilkan
400 liter minyak ikan pada proses pengolahan tepung ikan. Satu dmm (20 liter)
limbah minyak tepung sardin dijual dengan harga Rp.300.000, atau 1 liter minyak
bernilai Rp.1.500. Penelitian mengenai pembuatan ME dari limbah minyak tepung
ikan sardin telah dilakukan oleh Sahubawa (2010) yaitu Pengaruh Penggunaan
Katalis pada Reaks Transesterifikasi Terhadap Kualitas Biodiesel Limbah
Minyak Tepung Ikan Sardin. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mempelajari
pengaruh konsentrasi katalis natrium hidroksida menggunakan reaksi
transesterifikasi terha-dap konversi dan karakteristik fisik biodiesel limbah
minyak tepung ikan sardin.
Bahan baku utama penelitian ini adalah minyak hasil pengolahan tepung
ikan sardin di PT. Maya Food Industri, Pekalongan. Bahan kimia yang digunakan
yaitu metanol, asam sulfat, NaOH, aquades, Na2SO4 anhidrat, dan juga aseton.
Penelitian ini menggunakan sistem refluks agar seluruh bahan dapat dioptimalkan
pemakaiannya dan dalam skala laboratorium. Perlakuan yang diberikan yaitu
variasi konsentrasi NaOH pada tahap transesterifikasi, masing-masing: 0,5%;
l,0%; l,5%; dan 2,0% dari total berat minyak dan metanol (b/b).
Menurut Sahubawa (2010) berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
komponen penyusun ME berdasarkan hasil uji GC-MS berturut-turut adalah metil
palmitat (20,31%), metil oleat (13,93%), metil eikosa (10,80%), dan metil miristat
(5,98%). Karakter fisik ME limbah minyak tepung ikan sardin telah memenuhi
SNI biodiesel dan memenuhi kualifikasi sebagai bahan bakar diesel. ME yang
dihasilkan mempunyai karakter minyak solar sesuai standar ASTM D 6751. Sifat
fisik ME limbah minyak tepung ikan sardin terdapat pada gambar 1.

Gambar 1. Sifat Fisik ME Limbah Minyak Tepung Ikan Sardin


(Sumber: Sahubawa, 2010)
2. ME dari Minyak Ikan Perak
Ikan Perak adalah ikan yang biasanya dikonsumsi masyarakat Maluku bila
ikan-ikan yang lain mengalami kenaikan harga yang tinggi. Ikan ini pun dikenal
sebagai ikan yang berminyak, hal ini dapat terlihat dari kandungan minyak yang
ada pada ikan Perak sebesar 13,94% (Pupella dalam Tahya dkk, 2019). Ikan ini
akan diambil kandungan minyaknya untuk dilakukan proses transesterifikasi. Pe-
nelitian terkait telah dilakukan oleh Tahya dkk (2019) berjudul Transesterifikasi
Minyak Ikan Perak (Mene maculata) dengan Katalis CaO dari Cangkang Telur
Ayam. Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi kekurangan yang dimiliki katalis
homogen sehingga perlu dilakukan pengembangan proses transesterifikasi dengan
katalis heterogen. Katalis heterogen dapat digunakan kembali, ramah lingkungan,
murah dan mampu menghasilkan produk secara maksimal.
Menurut Tahya dkk (2019) hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh
metil ester dari ekstraksi 100 gram ikan kering adalah 13,51 g (13,51%) minyak
berwarna coklat tua. Persen komposisi enam metil ester asam lemak hasil dari
transesterifikasi minyak ikan Perak (M. maculata) yaitu metil miristat (11,85%);
metil palmitoleat sebesar (8,71%); metil palmitat (25,13%); metil oleat (9,49%);
metil stearat (10,04%); dan metil-5,8,11,14-eikosatetraenoat (1,96%).

3. ME dari Limbah Ikan Patin dan Ikan Lemuru


Minyak ikan sebagai limbah pengolahan hasil perikanan merupakan bahan
yang berpotensi untuk pembuatan biodiesel. Minyak ikan ini dapat diperoleh dari
industri fillet ikan, penepungan dan pengalengan ikan. Fillet ikan patin adalah sa-
lah satu industri fillet ikan potensial yang dapat menghasilkan minyak ikan
sebagai bahan baku biodiesel. Pengolahan fillet patin menghasilkan limbah 65%
berupa kepala, isi perut, tulang, dan lemak ikan (Agrina, 2009). Limbah tersebut
memiliki kandungan lemak yaitu mencapai 19,9%.
Industri pengalengan dapat menghasilkan minyak ikan yang juga potensial
sebagai bahan baku pembuatan metil ester. Proses pengalengan pada ikan dapat
menghasilkan minyak ikan dengan kandungan yang bervariasi tergantung pada je-
nis ikannya. Ikan lemuru adalah salah satu jenis ikan yang dipakai sebagai bahan
baku industri pengalengan ikan. Pengalengan ikan lemuru dapat menghasilkan mi-
nyak ikan sebesar 8-18%. Tepung ikan dari ikan lemuru juga dapat menghasilkan
minyak sampai 16% (Irianto dan Giyatmi, 2009).

Gambar 1. Karakteristik ME dari Limbah Ikan


(Sumber: Widianto dan Utomo, 2010)
Gambar 1 menunjukkan karakteristik ME yang dihasilkan dari limbah ikan
berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan oleh Widianto dan Utomo (2010)
dengan judul Pemanfaatan Minyak Ikan untuk Produksi Biodiesel.
DAFTAR PUSTAKA

Agrina. 2009. Bisnis Patin Butuh Kejelasan Pasar. (Online). http://agrina-


online.com/edesign2.php?rid=7&aid=1929.html. (Diakses pada tanggal 29
Januari 2020).
Demirbas, A. 2008. Biodiesel a Realistic Fuel Alternative for Diesel Engines.
London: Springer.
Irianto, H.E. dan Giyatmi, S. 2009. Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan Edisi
2. Universitas Terbuka.
Sahubawa, L. 2010. Pengaruh Penggunaan Katalis pada Reaksi Transesterifikasi
Terhadap Kualitas Biodiesel Limbah Minyak Tepung Ikan Sardin. Jurnal
Manusia dan Lingkungan. Vol. 17(3): 200-206.
Tahya, K., Tahya, C., dan Kainama, H. 2019. Transesterifikasi Minyak Ikan Perak
(Mene maculata) dengan Katalis CaO dari Cangkang Telur Ayam. Jurnal
Teknik Kimia. Vol. 7(1): 69-76.
Widianto, T. N. Dan Utomo, B. S. B. 2010. Pemanfaatan Minyak Ikan untuk
Produksi Biodiesel. Jurnal Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan
dan Perikanan. Vol. 5(1): 15-22.
Wijayanto, A., Rahardja, B. S., dan Satyantini, W. H. 2015. Perbandingan
Viskositas, Titik Nyala dan Titik Beku Biodiesel dari Rumput Laut
(Eucheuma denticulatum), Minyak Ikan Lemuru (Sardinellla longiceps)
dan Biodiesel Komersil. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Vol. 7(2):
141-148.

Anda mungkin juga menyukai