Anda di halaman 1dari 3

2.5.

Variabel Proses
Tahapan reaksi pembuatan metil ester pastinya menginginkan agar dapat
memproduksi biodiesel dengan jumlah yang maksimum serta kualitas yang baik,
sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar terbarukan. Variabel-variabel yang
dapat mempengaruhi proses pembuatan metil ester diantaranya yaitu suhu, jenis
dan konsentrasi katalis, rasio metanol dan minyak, serta waktu.

2.5.1. Suhu
Menurut Rizkita dkk (2016), peningkatan suhu dan juga lamanya waktu
yang digunakan dalam proses transesterifikasi dari minyak nabati dapat mening-
katkan kualitas biodiesel yang secara umum. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan
kadar metil esternya. Parameter yang diharapkan untuk berkurang juga mengalami
penurunan, yaitu bilangan asam, densitas, dan viskositas.
Semakin bertambah suhu dan semakin lama waktu proses maka densitas
yang dihasilkan semakin kecil, hal ini disebabkan karena semakin lama waktu
reaksi maka akan memberikan banyak kesempatan untuk partikel-partikel reaktan
dapat bertumbukan. Meningkatnya suhu reaksi, partikel reaktan akan bergerak
lebih cepat, intensitas tumbukan antar partikel reaktan akan semakin intens dan
semakin efektif sehingga menghasilkan densitas yang rendah (Rizkita dkk, 2016)
Densitas dari biodiesel sebanding dengan viskositas, yang artinya semakin
besar densitas maka akan semakin besar pula viskositasnya. Menurut Sipahutar
dan Tobing (2013) jika biodiesel mempunyai densitas melebihi ketentuan maka
akan terjadi reaksi tidak sempurna pada konversi minyak nabati. Biodiesel dengan
mutu seperti ini akan meningkatkan keausan pada mesin, emisi dan kerusakan
pada mesin. Semakin besar kadar densitas menunjukkan bahwa proses pencucian
dan pemurnian pada biodiesel kurang sempurna dilakukan.
Semakin tinggi suhu reaksi dan semakin lama waktu proses maka akan
memperkecil nilai viskositas. Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Atmoko
dkk, 2014), perolehan nilai viskositas menunjukkan bahwa pada waktu yang lama
biodiesel akan lebih encer pada semua kisaran suhu, karena semakin banyak
minyak kelapa sawit yang bereaksi dengan metanol. Kecepatan alir bahan bakar
melalui injektor akan mempengaruhi derajat atomisasi bahan bakar dalam ruang
bakar. Viskositas pada bahan bakar juga berpengaruh secara langsung terhadap
kemampuan bahan bakar tersebut bercampur dengan udara yang artinya viskositas
bahan bakar yang tinggi tidak diharapkan pada bahan bakar rmesin diesel. Se-
makin tinggi viskositas minyak akan makin kental dan lebih sulit mengalir.
Kadar Free Fatty Acid yang terkandung di dalam biodiesel mengalami
penurunan pada suhu yang lebih tinggi dan bilangan asam juga menunjukkan nilai
yang lebih kecil. Hal ini terjadi karena asam lemak bebas ataupun asam-asam
mineral semakin banyak yang bereaksi dengan KOH dan juga membentuk sabun
dengan semakin lamanya waktu reaksi. Sabun yang dihasilkan akan terpisah dan
terbuang pada proses pencucian metil ester dengan air hangat. Bilangan asam juga
akan semakin kecil dengan peningkatan suhu karena panas dapat mempercepat
reaksi yang terjadi (Sipahutar dan Tobing, 2013).
Semakin lama waktu reaksinya dan semakin tinggi suhu maka volume
biodiesel semakin besar sehingga akan meningkatkan jumlah yield biodiesel. Hal
ini dikarenakan pada setiap kenaikan waktu reaksi ini terjadi kesempatan partikel-
partikel untuk saling bertumbukan menjadi lebih besar. Waktu yang lama artinya
waktu tinggal yang lama akan memberikan kesempatan reaksi antara reaktan yang
lebih besar sehingga akan meningkatkan konversi reaksi (Rizkita dkk, 2016).

2.5.2. Jenis dan Konsentrasi Katalis


Katalis adalah zat yang ditambahkan di dalam reaksi kimia dengan tujuan
untuk mempercepat reaksi tersebut. Pemakaian katalis sangat penting karena akan
meningkatkan konversi produk dan juga dapat mengurangi biaya produksi. Proses
pengolahan biofuel, umumnya digunakan katalis pada tahap reaksi esterifikasi dan
transesterifikasi untuk mempercepat pembentukan metil ester, guna menghasilkan
rendemen dalam jumlah besar dengan mutu yang baik (Hariska dkk, 2012).
Reaksi transesterifikasi tanpa katalis memiliki kerugian yaitu memerlukan
waktu yang lama, temperatur, serta tekanan yang tinggi, dan akan memakan biaya
yang mahal. Produksi biodiesel biasanya menggunakan katalis homogen seperti
NaOH, H2SO4, dan KOH, atau katalis heterogen seperti CaOZnO, SrO·SiO2, dan
K3PO4. Katalis heterogen lebih umum digunakan dalam proses reaksi
transesterifikasi dibandingkan katalis homogen karena dapat menghasilkan yield
lebih tinggi (Elliyanti dkk, 2017). Menurut Sahubawa (2010) penggunaan katalis
basa alkali harus seminimal mungkin, karena jumlah sabun akan rneningkat
dengan sernakin bertambahnya jumlah katalis basa alkali.

DAFTAR PUSTAKA
Atmoko, W. P., Widjanarko, D., dan Pramono. 2014. Pengaruh Temperatur pada
Prses Transesterifikasi Terhadap Karakteristik Biodiesel dari Minyak
Goreng Bekas. Journal of Mechanical Engineering Learning. Vol. 3(1):
39-46.
Elliyanti, A., Zahiroh, N., dan Senja, P. A. 2017. Pengaruh Katalis Homogen dan
Heterogen pada Proses Reaksi Transesterifikasi. Jurnal Teknik Mesin. Vol
15(2): 1-6.
Hariska, A., Suciati, R. F., dan Ramdja, A. F. 2012. Pengaruh Metanol dan Katalis
pada Pembuatan Biodiesel dari Minyak Jelantah Secara Esterifikasi
dengan Menggunakan Katalis K2CO3. Jurnal Teknik Kimia. Vol. 18(1): 1-
9.
Rizkita, A. A., Helena, A., Puspitasari, A., Rifqiyani, F., Faishal., dan Al-ghifari,
M. I. 2016. Pengaruh Suhu dan Waktu Proses Terhadap Mutu Biodiesel
dari Minyak Nabati dengan Katalis Basa. Jurnal Integrasi Proses. Vol.
7(1): 1-7.
Sahubawa, L. 2010. Pengaruh Penggunaan Katalis pada Reaksi Transesterifikasi
Terhadap Kualitas Biodiesel Limbah Minyak Tepung Ikan Sardin. Jurnal
Manusia dan Lingkungan. Vol. 17(3): 200-206.
Sipahutar, R. Dan Tobing, H. L. L. 2013. Pengaruh Variasi Suhu dan Waktu
Konversi Biodiesel dari Minyak Jarak Terhadap Kuantitas Biodiesel yang
Dihasilkan. Jurnal Rekayasa Mesin. Vol. 13(1): 15-20.

Anda mungkin juga menyukai