Anda di halaman 1dari 16

Nama : Tian Amalda Sabrina

NIM : 03031281722065
Shift/Kelompok : Jumat Siang (13.00-16.20) WIB/III

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Seluruh makhluk dan tumbuhan yang hidup di alam mempunyai sumber
penyusun di dalamnya. Penyusun dapat berupa struktur jaringan-jaringan, organ,
struktur, kandungan mineral,dan sumber lainnya. Tumbuhan, hewan, dan manusia
tersusun dari berbagai jenis jaringan didalamnya, jaringan tersebut disusun oleh
berbagai sel-sel yang berkumpul menjadi satu bagian sesuai dengan fungsinya
masing-masing. Semua sel berukuran sangat mikro dan tidak dapat dilihat secara
langsung dengan mata tanpa bantuan mikroskop. Bentuk, struktur, dan reproduksi
sel dapat dilakukan dengan teori morfologi sel untuk menentukan jenis sel yang
terkandung dalam makhluk hidup terutama pada hewan dan tumbuhan.
Ilmu dan pengetahuan yang mempelajari tentang semua bentuk dari
organisme termasuk hewan dan tumbuhan disebut dengan morfologi sel. Susunan
dari sebuah struktur jaringan dan bagian sel termasuk dalam ilmu ini. Morfologi
sel dapat dilakukan dalam berbagai macam tumbuh-tumbuhan, bakteri, virus, dan
hewan yang berukuran kecil. Sel dalam makhluk hidup terbagi menjadi 2 macam
yaitu, makhluk hidup yang bersel satu dan multiseluler. Berdasarkan inti yang
menyusunnya sel terbagi menjadi sel prokariotik dan sel eukariotik. Tanpa adanya
sel jaringan-jaringan di dalam organ makhluk hidup tidak ada arti dan fungsinya
karena sel disebut sebagai penyusun terkecil di dalam makhluk hidup.
Reproduksi pada sel berupa pembelahan secara serempak menghasilkan
dua sel yang identik dari segi sifat dan bentuknya. Reproduksi sel prokariotik dan
sel eukariotik berbeda sesuai dengan fungsi organelnya masing-masing. Fungsi sel
bagi jaringan yaitu, sebagai pembentuk jaringan, sebagai pemberi sifat genetik,
penghasil DNA, dan menjalankan berbagai fungsi dalam jaringan. Sel dalam
makhluk hidup sangat kecil dan hanya dapat dilihat menggunakan mikroskop,
mikroskop elektron salah satu yang dapat memperbesar objek sampai 2 juta kali
semula sehingga dapat membantu penglihatan sel dibawah mikroskop. Percobaan
tentang morfologi sel ini diharapkan mendapatkan informasi dan pengetahuan
mengenai struktur berupa bentuk dari sel bawang merah, roti, dan kentang.

1
2

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana bentuk sel pada masing-masing bahan?
2. Bagaimana sel dapat bertahan hidup?
3. Apa yang menyebabkan kerusakan pada sel suatu bahan?

1.3. Tujuan Percobaan


1. Mengetahui bentuk sel pada masing-masing bahan.
2. Menganalisa bagaimana sel dapat bertahan hidup.
3. Mengetahui apa yang menyebabkan kerusakan pada sel suatu bahan.

1.4. Manfaat Percobaan


1. Dapat mengetahui bentuk sel pada masing-masing bahan.
2. Dapat menganalisa bagaimana sel dapat bertahan hidup.
3. Daput mengetahui apa yang menyebabkan kerusakan pada sel suatu
bahan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Mikroorganisme pada Umbi Bawang Merah Busuk


Bawang merah (A. ascalonicum) adalah komoditas utama hortikultura di
Indonesia setelah cabai merah. Produksi bawang merah di Indonesia mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Produksi bawang merah pada tahun 2013 sebesar
1.01 juta ton, meningkat menjadi 1.23 juta ton pada tahun 2014. Banyak kendala
yang dihadapi oleh petani, diantaranya penanganan pascapanen yang kurang layak
sehingga menyebabkan kerusakan umbi, susut bobot, serta susut hasil. Penyebab
kehilangan hasil yang sering terjadi selama penyimpanan antara lain oleh penyakit
pascapanen, umumnya disebabkan oleh cendawan (Mahmud dan Monjil, 2015).
Keberadaan cendawan pascapanen menyebabkan penurunan kuantitas
dan kualitas bawang merah yang berpengaruh pada nilai jual. Beberapa spesies
cendawan dapat menghasilkan toksin yang berpotensi membahayakan kesehatan
manusia serta hewan. Cendawan penyebab penyakit pascapanen yang ditemukan
pada umbi bawang merah di berbagai negara yaitu umumnya terdiri atas genus
Aspergillus, Fusarium, dan Penicillium (Rodriguez dan Vargas, 2007). Beberapa
hasil penelitian menunjukkan bahwa A. alternata, A. niger, C. gloeosporioides, F.
oxysporum, F. solani, dan P. citrinum merupakan penyebab penyakit pada umbi
bawang merah berbagai negara (Rajapakse dan Edirimanna, 2002). F. fujikuroi
dan P. pinophilum dilaporkan menyebabkan penyakit pada umbi bawang merah.
Spesies kompleks C. gloeosporioides merupakan cendawan yang punya
patogenisitas tertinggi. Cendawan ini merupakan penyebab antraknosa pada buah-
buahan dan juga sayuran, bahkan diketahui dapat menginfeksi lebih dari seratus
inang yang berbeda. Cendawan ini membentuk apresorium yang digunakan untuk
menembus jaringan di tumbuhan yaitu dengan cara menghasilkan tekanan turgor
yang sangat tinggi sehingga memungkinkan hifa dapat menembus dinding sel.
A. niger menyebabkan luas gejala penyakit dengan kisaran 88,37-194,96
mm2. Cendawan ini merupakan cendawan kosmopolitan yang mampu bertumbuh
dengan cepat, toleran terhadap pH, dapat tumbuh pada berbagai substrat, dapat

3
4

menghasilkan enzim hidrolitik dan juga oksidatif untuk menembus sel tanaman
Hasil penelitian menunjukkan bahwa cendawan penyebab penyakit pada umbi
bawang merah ialah A. alternata, A. niger, C. gloeosporioides spesies kompleks,
F. fujikuroi spesies kompleks, F. oxysporum, F. solani, P. citrinum, dan P.
pinophilum. C. gloeosporioides mampu menimbulkan keparahan paling tinggi.

2.2. Mikroorganisme
Mikroorganisme adalah organisme berukuran kecil (mikro), yang dapat
melakukan aktifitas untuk hidup, dapat tergolong dalam prokariotik seperti bakteri
dan virus, dan eukariotik seperti alga, protozoa. Mikroorganisme sangat berperan
di kehidupan, terdiri dari bakteri, jamur, dan virus. Mikroorganisme mempunyai
morfologi dan struktur anatomi yang berbeda. Peranan utamanya adalah sebagai
pengurai bahan-bahan organik. Mikroorganisme juga mempunyai banyak sekali
keuntungan bagi kebutuhan manusia. Mikroorganisme tidak perlu tempat besar,
mudah ditumbuhkan dalam suatu media buatan, dan tingkat pembiakannya yang
lebih cepat. Mikroorganisme memiliki peran dalam kehidupan (Darkuni, 2001).
Mikroorganisme adalah bentuk dari suatu kesatuan makhluk hidup atau
organisme kecil yang tidak dapat dilihat secara kasat mata. Bentuk dan ukurannya
berbeda-beda setiap jenisnya antara satu golongan dengan golongan yang lainnya.
Dunia mikroorganisme terdiri dari berbagai kelompok jasad renik dan kebanyakan
yang bersel satu atau uniseluler. mikroorganisme juga yang mempunyai ciri-ciri
sebagai sel tumbuhan, hewan, dan juga ada pula yang memiliki ciri-ciri keduanya.
Kecenderungan para ahli biologi untuk menggolongkan semua jenis jasad renik ke
dalam dunia tumbuhan atau dunia hewan. Kecenderungan para ahli menimbulkan
sejumlah keganjilan yang terjadi, misalnya jamur dapat digolongkan tumbuhan
karena umumnya jamur tidak dapat bergerak (Pratiwi dan Sylvia, 2008).
Struktur sel, mikroba dibagi menjadi dua golongan yaitu prokariotik dan
eukariotik. Bakteri dan alga hijau biru yang memiliki sel prokariotik. Protista,
tumbuhan, jamur, serta hewan mempunyai sel eukariotik yaitu mikroorganisme
yang merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran sangat kecil. Sel tunggal
mikroorganisme memiliki suatu kemampuan yang dapat melangsungkan aktivitas
kehidupan antara lain dapat mengalami suatu pertumbuhan, reproduksi sendirinya.
5

Mikroorganisme mempunyai kemampuan menyesuaikan diri yang besar sehingga


apabila ada interaksi yang tinggi dengan lingkungan akan menyediakan terjadinya
konversi tinggi pula. Mikroorganisme atau mikroba merupakan organisme yang
berukuran sangat kecil sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan.
Mikroorganisme disebut juga organisme mikroskopik (Budiyanto,2004).
Mikroorganisme merupakan semua makhluk yang berukuran beberapa
mikron atau lebih kecil lagi termasuk golongan ini adalah bakteri, cendawan atau
jamur tingkat rendah, ragi yang menurut sistematik masuk golongan jamur,
ganggang, hewan bersel satu atau protozoa, dan virus yang hanya nampak dengan
mikroskop electron. Mikroorganisme umumnya terdapat di mana-mana, seperti di
dalam tanah, di lingkungan akuatik, berkisar dari aliran air sampai lautan, dan
atmosfer Mikroorganisme tersebut mempunyai beberapa peranan salah satunya
mikroorganisme yang hidup dalam tanah dapat membantu pembentukan struktur
tanah yang baik. Mikroorganisme yang berada dalam tanah dapat mengeluarkan
hasil sekresi dan zat yang tidak mudah larut dalam air (Darkuni, 2001).
Laut dapat dijadikan sumber di dalam bidang farmasi, bahan makanan,
kosmetik, dan enzim yang merupakan kekayaan sumber keanekaragaman biologi
(Hadioetomo, 1993). Banyak produk alam yang diisolasi dari lingkungan laut.
Mikroorganisme laut sudah terkenal sebagai sumber dari molekul bioaktif yang
baru, pemanfaatannya masih sedikit. Organisme yang banyak ditemui di dalam
kehidupan laut termasuk bakteri yang hidup pada daerah sedimen dan juga dapat
memproduksi antibakteri yang diperoleh dari proses isolasi bakteri di kehidupan.
2.2.1. Fungi
Fungi merupakan organisme eukoriotik, berbentuk hifa atau sel tunggal,
tidak berklorofil dan memiliki siklus reproduksi seksual dan aseksual (Gandjar
dkk, 1999). Fungi sebagai organisme eukariotik memilki nukleus yang jelas dan
sitoplasma yang dikelilingi oleh membran. Fungi punya dinding sel yang sedikit
selulosa tetapi mengandung banyak kitin dan polisakarida (Paul dan Clark, 1996).
Fungi memperoleh zat organik dari lingkungan melalui hifa dan juga
miselium untuk mendapatkan makanan kemudian menyimpannya dalam bentuk
glikogen. Keberlangsungan hidup fungi bergantung pada substrat yang banyak
6

mengandung karbohidrat, protein, vitamin, dan juga senyawa kimia lainnya yang
diperoleh dari lingkungan. Zat organik dari sisa makhluk hidup yang sudah mati,
misalnya kayu tumbang ataupun buah jatuh dimanfaatkan oleh fungi pelapuk yang
merupakan parasit saprofit. Fungi saprofit mampu mengeluarkan enzim hidrolase
untuk mendekomposisi molekul kompleks menjadi molekul sederhana sehingga
mudah diserap oleh hifa. Hifa juga dapat menyerap secara langsung bahan-bahan
organik dalam bentuk sederhana yang dikeluarkan oleh inangnya (Deacon, 1997).
Fungi membutuhkan nutrien organik sebagai sumber energi dan sintesis
sel. Nutrien yang digunakan untuk pertumbuhan fungi yaitu merupakan senyawa
organik seperti glukosa, asam organik, disakarida, polisakarida, pektin, selulosa,
dan lignin Fungi hanya mampu mengabsorpsi nutrien terlarut yang berukuran
kecil seperti monosakarida dan asam amino, jika nutrien yang tersedia di dalam
bentuk disakarida maupun polisakarida, maka substrat didegradasi terlebih dahulu
oleh fungi menjadi monosakarida dengan mengeluarkan enzim ekstraseluler untuk
melakukan proses depolimerisasi yaitu proses pemecahan senyawa polimer yang
kompleks menjadi senyawa-senyawa yang sederhana (Campbell dkk, 2000).
2.2.2. Bakteri
Bakteri adalah kelompok mikroba yang tidak memiliki membran inti sel,
termasuk prokariota dan mikroskopik, serta memiliki peran di dalam kehidupan.
Golongan kelompok bakteri sering dikenal sebagai penyebab penyakit, kelompok
lainnya memberikan manfaat di bidang pangan, pengobatan, dan industri. Bakteri
dapat ditumbuhkan dalam suatu medium agar dan akan membentuk penampakan
berupa koloni. Koloni sel bakteri merupakan sekelompok massa sel yang dapat
dilihat dengan mata langsung. Sel-sel dalam koloni itu sama dan dianggap semua
sel itu merupakan keturunan ataupun progeny satu mikroorganisme dan karena itu
mewakili sebagai biakan murni. Penampakan koloni bakteri dalam media lempeng
dimaksudkan agar menunjukkan bentuk dan juga ukuran koloni yang khas, dapat
dilihat dari bentuk keseluruhan penampakan koloni, permukaan koloni.
Koloni bakteri dapat berbentuk bulat, tak beraturan dengan permukaan
cembung, cekung atau datar, serta ada yang tepi koloni rata atau bergelombang.
Penampakan koloni bakteri pada medium agar miring ada yang serupa benang
7

filamen, menyebar, serupa akar dan sebagainya. Bentuk dan ukuran sel bakteri
bervariasi, ukurannya berkisar 0,4-2,0 mm. Bentuk sel bakteri terlihat di bawah
mikroskop cahaya yang berbentuk coccus, batang, dan spiral (Budiyanto,2004).
Bentuk sel coccus terdapat sebagai sel bulat tunggal, berpasangan
berantai atau tergantung bidang pembelahan, dalam empat atau dalam kelompok
seperti buah anggur. Bentuk sel serupa batang biasanya bervariasi, memiliki
panjang mulai dari batang pendek sampai batang panjang yang melebihi beberapa
kali diameternya. Sel bakteri serupa batang dapat berupa lingkaran halus, seperti
pada bakteri enterik Salmonella typhosa, atau berbentuk kotak seperti pada
Bacillus anthracis. Bentuk batang serupa benang panjang dan yang tidak dapat
dipisahkan menjadi sel tunggal yaitu diketahui sebagai filamen. Bentuk batang
fusiform meruncing pada kedua ujungnya ditemukan pada bebebrapa bakteri yang
berada di dalam rongga mulut dan juga lambung (Faturrahman dkk,2016).
Bakteri batang melengkung bervariasi mulai dari bentuknya yang kecil,
bentuk koma, ataupun sedikit uliran dengan suatu lengkungan tunggal seperti
Vibrio cholerae, sampai bentuk spiroket panjang seperti Borrelia, Treponema dan
Leptospira, yang memiliki banyak uliran. Sebagian besar sel-sel bakteri memiliki
lapisan pembungkus sel, berupa membran plasma, dinding sel yang mengandung
protein dan polisakarida. Sejumlah bakteri dapat membentuk kapsul dan lendir,
juga flagela dan pili. Dinding selnya merupakan struktur yang kaku berfungsi
untuk membungkus dan juga melindungi protoplasma dari kerusakan akibat faktor
fisik serta menjadi pengaruh lingkungan luar kondisi tekanan osmotik.
Struktur sel bakteri relatif sederhana, tanpa nukleus, kerangka sel, dan
organel lainnya seperti mitokondria dan juga kloroplas (Pratiwi dan Sylvia, 2008).
Bakteri berukuran 0,5-5μm, tetapi ada juga bakteri yang dapat berdiameter hingga
700 μm, yaitu Thiomargarita. Bakteri umumnya memiliki dinding sel, seperti sel
tumbuhan dan jamur, tetapi dengan bahan pembentuk yang sangat berbeda bentuk
peptidoglika. Beberapa jenis bakteri bersifat motil yang disebabkan oleh flagel.
Bakteri terbagi dua yaitu gram positif yaitu bakteri bila diwarnai dengan
kristal ungu atau iodium lalu dicuci dengan alkohol akan tetap berwarna ungu.
Hal ini terjadi karena bakteri mempunyai lapisan peptidoglikan yang tebal. Gram
8

negatif merupakan bakteri tersebut akan kehilangan warna ungunya setelah dicuci
dikarenakan peptide glikan gram negatif lebih tipis. Sifat dari bakteri terhadap
pewarnaan gram merupakan sifat yang penting untuk membantu determinasi suatu
bakteri sehingga bisa diketahui golongan jenis bakteri (Faturrahman dkk,2016).
Beberapa ahli telah menemukan beberapa jenis bakteri yang hidup di
sedimen dasar laut. Karakteristik bakteri-bakteri ini mempunyai ciri mirip dengan
Actinomycetes. Tanah tersebut bisa menjadi sumber dari antibiotik, yaitu seperti
streptomycin, erythromycin, dan tetramicyn (Anggraeni, 2012). Kurang lebih 35%
hasil tesnya menunjukkan bahwa bakteri tersebut menghasilkan antibiotik.
Actinomycetes merupakan bakteri yang ada pada tanah yang mempunyai
kemampuan yaitu menghasilkan antibiotik misalnya genus Sterptomyces, terbukti
menghasilkan bermacam-macam antibiotik. Akhir tahun 1972, bakteri dari genus
Streptomyces telah menghasilkan 2078 jenis antibiotik. Antibiotik merupakan zat
kimia yang dihasilkan mikroorganisme yang dalam jumlah amat kecil atau rendah
bersifat merusak atau menghambat mikroorganisme lain Antibiotik mempunyai
nilai ekonomi yang tinggi terutama dalam bidang kesehatan, karena kegunaannya
dalam mengobati berbagai penyakit yang terinfeksi (Fadlillah dan shovitri, 2014).
Bakteri adalah salah satu golongan organisme prokariotik atau yang tidak
memiliki selubung inti. Bakteri sebagai makhluk hidup tentu memiliki informasi
genetik berupa Deoxyribo Nucleic Acid (DNA), tapi tidak terlokalisasi dalam
tempat khusus yaitu nukleus dan tidak ada membran inti. Bentuk DNA bakteri
adalah sirkuler, panjang, dan biasa disebut nukleoid. Pada DNA bakteri tidak
mempunyai intron dan hanya tersusun atas akson saja. Bakteri memiliki DNA
ekstrakromosomal yang bentuknya tergabung kemudian menjadi plasmid.
Bakteri merupakan organisme bersel-tunggal yang bereproduksi dengan
cara sederhana, yaitu dengan pembelahan biner. Sebagian besar hidup bebas dan
mengandung informasi genetik dan juga memiliki sistem biosintetik dan penghasil
energi yang penting bagi pertumbuhan dan untuk reproduksinya. Bakteri, bersifat
parasit intraseluler obligat contohnya bakteri Chlamydiae dan Rickettsiae.Bakteri
merupakan sel prokariotik yang dengan genom berbentuk sirkuler dan mempunyai
plasmid. Pemanfaatan bakteri banyak dilakukan pada semua bidang, baik industri,
9

pangan, pertanian, dan juga contohnya seperti penggunaan Bakteri Asam Laktat
(BAL). BAL dapat membantu menghambat pertumbuhan patogen di dalam usus
dengan cara membentuk asam laktat yang dapat berfungsi untuk menurunkan nilai
pH di lingkungan pertumbuhannya dan akan menimbulkan rasa asam. Penurunan
nilai suatu pH ini akan mengakibatkan terhambatnya dan mematikan pertumbuhan
dari beberapa jenis mikroorganisme patogen di lingkungan pertumbuhannya.
Kegunaan lain dari bakteri BAL adalah agar mencegah terjadinya kanker
dengan cara menghilangkan bahan prokarsinogen atau bahan penyebab kanker
dari tubuh dan mengaktifkan sistem kekebalan tubuh. BAL menghasilkan bahan
aktif anti tumor. Memproduksi berbagai vitamin thiamin (vitamin B1), ribo-ß avin
(vitamin B2), piridoksin (vitamin B6), asam folat, sianokobalamin (vitamin B12)
yang mudah diserap ke dalam tubuh. Kemampuannya memproduksi asam laktat
dan asam asetat di usus dapat digunakan untuk menekan pertumbuhan bakteri E.
coli dan Clostridium perfringens penyebab radang usus dan menekan bakteri
patogen lainnya, serta mengurangi penyerapan amonia dan amina. Berperan dalam
penurunan kadar kolesterol, yaitu bagian ini menghasilkan niasin yang memberi
kontribusi terhadap penurunan kolesterol tersebut dan BAL dapat meningkatkan
sistem kekebalan, serta mencegah penyakit jantung koroner. (Anggraeni, 2012).

2.3. Mekanisme Reproduksi Sel


Menurut Zakrinal dan Purnama (2009) yang menyatakan bahwa suatu
reproduksi merupakan proses pembelahan dalam sel menghasilkan sel baru yang
sejenis. Tujuan reproduksi sel adalah memastikan sel-sel anak yang mengandung
materi genetik mempunyai sifat dan bentuk yang sama dengan induknya. Materi-
materi yang berbeda dengan induknya akan mengalami kelainan genetik pada sel.
Proses bertambahnya ukuran dan juga bentuk dari organisme dapat menyebabkan
penambahan ukuran dari sel-sel dan lebih banyak membutuhkan energi. Makhluk
hidup yang bersifat uniselular melakukan reproduksi sel dengan cara membelah
diri kemudian akan menghasilkan dua sel yang sama dari induk yang sama.
Menurut Firmansyah dkk, (2007) yang menyatakan bahwa reproduksi sel
terbagi menjadi dua tahapan yaitu proses duplikasi dan proses pembelahan sel.
Proses duplikasi menyebabkan setiap bagian sel yang dihasilkan akan mempunyai
10

struktur jaringan sel yang sama, termasuk gen-gen yang dikodekan menjadi DNA.
Proses duplikasi secara akurat bisa menghasilkan DNA kromosom dengan jumlah
yang cukup banyak, berlangsung secara cepat, dan juga terus menerus. Proses
selanjutnya yaitu proses pemisahan. Proses pemisahan sel dilakukan dengan hati-
hati sehingga setiap sel yang dihasilkan dari proses pembelahan memiliki susunan
yang lengkap. Bentuk paling penting dari sebuah sel yaitu DNA. Pemisahan sel
yang berlangsung menyebabkan DNA menurunkan sifat genetik pada turunannya,
semua kode-kode yang penting dari sel diturunkan menjadi materi DNA.
2.3.1 Reproduksi Sel Prokariotik
Sel tanpa inti dapat membelah diri dengan cara yang sederhana. Proses
duplikasi DNA dengan proses pemisahan yang sudah dilalui akan mengakibatkan
perlekukan pada bagian membran dari sel (Nusantari, 2015). Molekul-molekul
DNA dari sel akan menempel dan berkembang pada bagian sisi-sisi dari membran
sel prokariotik. Cara penempelannya akan saling berlawanan satu sama lain, DNA
yang terpisah menyebabkan sisi dan membran sel bertambah melekuk. Aktivitas
sel prokariotik terjadi disekitar membran plasma yang berada dalam sitoplasma.
2.3.2. Reproduksi Sel Eukariotik
Reproduksi pada sel prokariotik adalah pembelaan yang sederhana,
berbeda dengan reproduksi sel eukariotik yang lebih kompleks berukuran 10-100
μm (Aryulina, 2004). Molekul-molekul DNA sel eukariotik kemudian berkumpul
menjadi satu bagian ada bagian kromosom. Kromosom sel eukariotik terdapat
didalam inti sel eukariotik, kromoson mengandung protein dan DNA. Susunan
antara protein dan DNA disebut dengan benang kromatin, dalam keadaan sel
sedang giat melakukan metabolisme, kromosom eukariotik tidak nampak, yang
nampak adalah benang-benang kromatin. Kromosom baru nampak apabila sel
sedang membelah diri. Kromosom biasanya diambil pada jaringan yang sedang
aktif membelah, misalnya jaringan yang terdapat di ujung batang, ujung akar,
lingkaran kambium, kelenjar, epitel, dan tulang. Reproduksi pada sel eukariotik
terbagi menjadi dua tahapan, yaitu tahap mitosis dan tahap intefase.
Mempersiapkan segala bahan yang dibutuhkan pada proses pembelahan
sel eukariotik termasuk ke dalam fase intefase (Firmansyah dkk, 2007). Tahap
awal sebelum sel eukariotik melalukan reproduksi secara mandiri diperlukan
11

beberapa penunjang agar reproduksi berjalan dengan semestinya. Sel-sel yang


terdapat dalam fase intefase akan semakin bertambah, membentuk struktur, dan
menjadi molekul yang baru. Fase intefase sel eukariotik terbagi menjadi beberapa
bagian yaitu, G1, S1 dan G2. Tahap G1 merupakan persiapan dalam menyiapkan
seluruh makanan sel seperti protein dan seluruh bahan yang dibutuhkan. Tahap G1
mempersiapkan untuk memasuki tahap S1 dan pembentukan transkripsi RNA.
Tahap S1 merupakan tahap dimana sintesa sel terjadi, molekul RNA akan
disintesa menjadi molekul DNA. Hasil dari sintesis tahap S 1 merupakan replikasi
DNA dan sintesis protein histon. Kedua hasil tersebut bergabung dan membentuk
kromatin. Tahap terakhir adalah tahap G2 yang merupakan tahap dimana terjadi
metabolisme normal dan sel eukariotik. Tahap interfase G2 berlangsung aktivitas-
aktivitas metabolik dalam sel, pertumbuhan, dan diferensiasi sel (Aryulina, 2004).
Pertambahan ukuran tetap terjadi disebabkan protein yang terkandung dalam sel.
Selama interfase inti di dalam sel berbeda dalam keadaan utuh, jumlah DNA
menjadi 2 kali lipat, terjadi akumulasi rRNA, dan pembesaran nukleolus.
Proses interfase yang telah selesai lalu dilanjutkan dengan proses terakhir
yaitu mitosis. Mitosis merupakan fase pembagian informasi genetika untuk setiap
sel hasil dari pembelaan. Mitosis bisa terjadi pembelahan di dalam sel somatik.
Sebelum dibagikan informasi genetika melewati bebrapa tahap duplikasi sehingga
DNA sel mirip dengan DNA pada aslinya. Menurut Firmansyah dkk. (2007) yang
mengatakan bahwa fase mitosis dibagi menjadi beberapa tahapan berdasarkan ciri
utama setiap prosenya yaitu, profase, metafase, anafase, dan telofase.
Tahap mitosis merupakan pembelahan setelah tahap profase, sel dalam
tahap ini bersifat memindahkan semua informasi tanpa mengalami perubahan atau
pengurangan kromosom sel induk pada sel anak (Santoso, 2007). Tahap pertama
dari mitosis yaitu profase, profase merupakan proses untuk pembelaan sel. Tahap
profase dicirikan yaitu yang mempunyai benang-benang pada kromatin yang akan
terkondensasi untuk selanjutnya masuk ke tahap selanjutnya yaitu prometafase.
Sentromer pada sel akan direkatkan oleh DNA asal dan DNA hasil dalam
bentuk kromosom. Tahap profase terdiri atas dua kromosom yang biasa disebut
dengan kromosom dupleks. Kromatin akan membentuk pasangan dalam sel untuk
bertahan hidup sedangkan kromatid yang tidak memiliki pasangan disebut dengan
12

kromosom simpleks. Tanda dari tahapan profase dalam mitosis adalah adanya
penggandaan pada suatu organel sel sentriolnya yang tempatnnya berada di bagian
luar membran inti DNA bergerak ke kutub yang berlawanan. Benang-benang
halus akan muncul di sekitar sentriol yang dinamakan dengan benang spindel, asal
mula benang spindel adalah dari mikrotubulus sel (Karmana, 2008).
Tahap prometafase terjadi diantara profase dan metafase. Membran inti
menghilangkan secara sempurna karena terfragmentasi. Benang-benang spindel
yang dibentuk oleh mikrotubul melebar dari setiap kutub menuju bagian ekuator
sel. Bagian sentrometer dari setiap koordinat terbentuk suatu struktur bernama
kinetokor. Kromatid mulai bergerak perlahan ke arah kutub berlawanan dibantu
dengan adanya suatu perlekatan antara mikrotubul pada kinetokor.
Metafase dalam tahap mitosis ditandai dengan sentromer yang sejajar
dengan ekuator (Firmansyah dkk, 2007). Kromosom bergerak ke arah bidang
ekuator yang akan dibantu dengan benang benang spindel. Tahap anafase dapat
ditandai dengan sentromer yang menggabungkan kedua kromatid yang saling
berpisah. Kromatid ini bergerak ke kutub dengan arah berlawanan dna berakhir
ketika kromosom sudah sampai pada kutub. Proses pembelaan telofase dicirikan
dengan hilangnya benang benang spindel dan terbentuknya suatu membran inti.

2.4. Sel Hewan dan Sel Tumbuhan


Perbedaan antara organel sel hewan dan tumbuhan merupakan pertanda
dalam membedakan atau tanda dalam membedakan sel hewan dan sel tumbuhan.
Terdapat fungsi dalam organel-organel sel hewan yang merupakan pekerjaan yang
dilakukan dalam sel tersebut sehingga dapat bekerja secara optimal. Sel hewan
adalah suatu bagian organel terkecil yang memiliki selaput tipis dan didalamnya
terdapat larutan koloid yang mengandung senyawa kimia. Sel hewan mempunyai
kemampuan untuk membuat duplikat secara independent dengan cara pembelahan
sel. Perbedaan pada sel hewan dan sel tumbuhan terjadi karena sel-sel tumbuhan
berbeda dengan sel-sel pada hewan. Perbedaan yang sangat umum adalah pada
struktur dan fungsi dari organel-organel sel, sel tumbuhan mempunyai dinding sel,
ukuran vakuola yang berukuran besar, mempunyai plastisida yang lengkap yaitu
meliputi kloroplas, kromoplas, dan leukoplas, serta tidak memiliki sentriol.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan


3.1.1. Alat
1. Mikroskop
2. Api bunsen
3. Tabung reaksi
4. Jarum ose
5. Pipet tetes
6. Pinset
7. Pisau cutter tajam

3.1.2. Bahan
1. Aquadest
2. Serat kapas
3. Methilen blue
4. Daun
5. Minyak emersi
6. Roti (segar dan rusak)
7. Air comberan
8. Tempe (segar dan rusak)
9. Bawang merah
10. Kentang (segar dan rusak)

3.2. Prosedur Percobaan


3.2.1. Simple training (pewarnaan sederhana)
1. Kaca objek dibersihkan dengan alkohol 95%.
2. Setetes air comberan atau lendir makanan yang akan diwarnai disiapkan.
3. 1 atau 2 ose diambil untuk dibiakkan dan diletakkan ditengah-tengah
gelas objek.
4. Dengan menggunakan ujung jarum ose, sebarkan biakan hingga melebar
dan diperoleh apusan tipis berdiameter 1-2 cm.

13
14

5. Fiksasi dilakukan dengan mengangin-anginkan atau dengan


melewatkannya diatas nyala api bunsen hingga apusan tampak kering dan
transparan.
6. Methylen blue diteteskan keatas objek.
7. Sedikit Iaquadest disemprotkan.
8. Dikeringkan hati-hati dengan tisu (jangan sampai terkena apusan).
9. Diamati dengan mikroskop menggunakan variasi perbesaran dan
bantuan minyak emersi.
10. Bentuk sel yang terlihat digambar.
3.2.2. Pengamatan sel bawang merah, daun, dan serat kapas.
1. kaca objek dibersihkan.
2. Helaian bawang merah, daun, dan serat kapas diiris tipis.
3. Pinset diambil dan diletakkan di kaca objek.
4. Ditetesi aquadest.
5. Objek diamati di bawah mikroskop dengan variasi perbesaran.
6. Bentuk sel yang terlihat digambar.
3.2.3. Pengamatan untuk roti, tempe, dan kentang (segar dan rusak)
1. Kaca objek dibersihkan.
2. Preparat yang segar diambil sedikit.
3. Ditetesi dengan aquadest.
4. Objek dibagian bawah mikroskop diamati diamati dengan variasi
perbesaran.
5. Hal yang sama dilakukan untuk prefarat yang rusak.
6. Hasilnya dibandingkan.
7. Bentuk sel yang terlihat digambar.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, D. M. 2012. Uji Disinfeksi Bakteri Escherichia Coli Menggunakan


Kavitasi Water Jet. Skripsi. Teknik Kimia. Depok: Universitas
Indonesia.
Aryulina, D, dkk. 2004. Biologi 2. Jakarta: Erlangga.
Budiyanto, 2004. Mikrobiologi Terapan. Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang Press.
Campbell, N. A., Reece, L. G. J. B., dan Mitchel. 2003. Biologi Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
Darkuni, N. 2001. Mikrobiologi (Bakteriologi, Virologi, dan Mikologi). Malang :
Universitas Muhammadiyah Malang Press.
Deacon, J. W. 1997. Modern Micology. New York: Blackwell Science.
Fadlilah, R., dan Shovitri, M. 2014. Potensi Isolat Bakteri Bacillus dalam
Mendegradasi Plastik dengan Metode Kolom Winogradsky. Jurnal
Teknik Pomits. 3(2): 40-43.
Faturrahman, Nufus, B. N., dan Tresnani. 2016. Populasi Bakteri Normal dan
Bakteri Kitinolitik Pada Saluran Pencernaan Lobster Pasir (Panulirus
homarus L.) yang diberi Kitosan. Jurnal Biologi Tropis. 16(1): 15-23.
Firmansyah., Mawardi, A., dan Riandi, M. U. 2007. Mudah dan Aktif Belajar
Biologi. Bandung: PT Setia Purna Inves.
Gandjar, I., dkk. 1999. Pengenalan Kapang Tropik Umum. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Hadioetomo, R. S. 1993. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek : Teknik dan
Prosedur Dasar Laboratorium. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Karmana, O. 2008. Biologi. Jakarta: Grafindo Media Pratama.
Mahmud, M. S. dan Monjil, M. S. 2015. Storage Diseases of Onion Under
Variable Conditions. Journal of Progressive Agric. 26(2): 45-50.
Nusantari, E. 2015. Genetika. Yogyakarta: Deepublish.
Paul, E.A. dan Clark, F. E. 1989. Soil Microbiology and Biochemistry. Toronto:
Academic Press.
Pratiwi dan Sylvia, T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga.
Rajapakse, R. G. A. S dan Edirimanna, E. R. S. P. 2002. Management of Bulb Rot
of Big Onion (Allium cepa L.) during Storage Using Fungicides. Ann Sri
Lanka Depart Agric. 4(5): 319-326.
Rodriguez L. V., dan Vargas L. I. R. 2007. Recent Studies of Fungal Pathogens of
Onion in Puerto Rico. Journal of Agric Univ Puerto Rico. 91(10): 31-45.
Santoso, B. 2007. Biologi. Jakarta: Interplus.
Zakrinal., dan Purnama, S. 2009. Jago Biologi SMA. Jakarta: Perpustakaan
Nasional RI.

Anda mungkin juga menyukai