Anda di halaman 1dari 4

Nama : Tian Amalda Sabrina

NIM : 03031281722065
Shift : Jumat (08.30-11.50 WIB)
Kelompok : 1 (Satu)

KINERJA SABUN PADA AIR SADAH

Air merupakan sumber daya alam yang sangat dibutuhkan untuk keperluan
hidup manusia, untuk keperluan domestik, pertanian, dan juga industri. Terutama
air tanah merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup khususnya untuk air
minum bagi manusia, maka kondisi air tanah yang kurang baik atau tidak
memenuhi standar kualitas air untuk diminum merupakan keadaan yang sangat
membahayakan kesehatan manusia. Air sehat yaitu air yang bersih. Kesadahan
merupakan salah satu parameter kimia untuk kualitas air bersih, tingkat kesadahan
pada air ditentukan oleh jumlah kalsium dan magnesium. Standar kualitas pada air
bersih dan air minum, kesadahan maksimum yang diperbolehkan adalah 500 mg/l
dan kadar minimum yang diperbolehkan adalah 75 mg/l (Effendi, 2003).
Air sadah adalah air yang banyak mengandung mineral kalsium dan mag-
nesium, air yang jika direbus akan meninggalkan endapan atau karat pada alat-alat
logam, dan air yang sukar dipakai mencuci (Priyana, 2008). Penyebab air menjadi
sadah karena adanya ion-ion kalsium dan magnesium, atau dapat juga disebabkan
karena adanya ion-ion lain dari logam yang bervalensi banyak seperti alumunium,
ferro, mangan, stronsium dan zink dalam bentuk garam sulfat, klorida dan bikar-
bonat dalam jumlah relatif kecil (Effendi, 2003). Air sadah terbagi menjadi 2 yaitu
air sadah sementara dan air sadah tetap. Air sadah sementara, kesadahannya dapat
dihilangkan dengan pemanasan air, sehingga air itu terbebas dari ion Ca2+ dan
Mg2+, air sadah tetap kesadahannya tidak bisa dihilangkan dengan pemanasan.
Menurut Cholil dkk (2016) kesadahan pada perairan berasal dari kontak
air dengan tanah dan bebatuan. Air hujan sebenarnya tidak memiliki kemampuan
untuk melarutkan ion-ion penyusun kesadahan yang banyak terikat di dalam tanah
dan batuan kapur, meskipun memiliki kadar karbondioksida yang relatif tinggi.
Larutnya ion-ion yang meningkatkan kesadahan tersebut lebih banyak disebabkan
oleh aktivitas bakteri di dalam tanah, yang banyak mengeluarkan karbondioksida.
Air sadah tidak terlalu mempengaruhi kesehatan. Air dengan kesadahan
yang tinggi bisa berkontribusi, meski hanya kecil, dalam pemenuhan kebutuhan
kalsium dan magnesium tubuh. Tua (2015) menyatakan meminum air sadah dapat
menurunkan resiko serangan jantung. Penurunannya sangatlah kecil dan masih di
dalam proses penelitian lebih dalam. Air sadah cukup menjadi masalah di dalam
peralatan-peralatan di rumah tangga. Air sadah dapat menyebabkan jumlah sabun
dan detergen yang dibutuhkan pada saat membersihkan peralatan rumah tangga.
Pakaian yang dicuci di dalam air sadah bisa terasa kasar dan tergores-gores. Air
sadah juga dapat menimbulkan lapisan-lapisan tipis pada kaca pada bahan dalam
peralatan-peralatan yang ada di kamar mandi.
Metode paling sederhana untuk menentukan kesadahan air adalah dengan
sabun. Sabun akan menghasilkan busa yang banyak pada air bersih namun pada
air sadah, sabun tidak akan menghasilkan busa atau menghasilkan sedikit busa.
Kesadahan air total dinyatakan dalam satuan ppm berat per volume (w/v) dari
CaCO3 kemudian untuk mengetahui jenis kesdahan ai adalah dengan pemanasan.
Ternyata setelah dilakukan pemanasan, sabun tetap sukar berbuih, berarti air yang
digunakan adalah air sadah tetap. Air sadah dapat menyebabkan pengendapan
mineral sehingga menyumbat saluran pipa dan kran. Air sadah juga menyebabkan
pemborosan sabun di rumah tangga, dan air sadah yang bercampur sabun tidak
dapat membentuk busa, tetapi malah mengendap membentuk gumpalan endapan
sabun yang sukar dihilangkan. Efek ini timbul karena ion 2+ menghancurkan sifat
surfaktan dari sabun dengan membentuk endapan padat (Tua, 2015).
Air sadah adalah air yang mengandung ion Ca2+ dan Mg2+ biasanya
terbentuk dari garam karbonat atau garam sulfat. Air sadah mempunyai sifat yaitu
menyebabkan sabun sukar berbuih dan timbulnya sejenis karang dan kerak. Sabun
sukar berbuih karena ion Ca2+ dan Mg2+ mengendapkan sabun. Kesadahan
merupakan petunjuk kemampuan air untuk membentuk busa apabila dicampur
dengan sabun. Air yang berkesadahan rendah, air akan dapat membentuk busa
apabila dicampur dengan sabun, sedangkan pada air berkesadahan tinggi tidak
akan terbentuk busa (Handayani dkk, 2018).
Deterjen dan sabun digunakan sebagai pembersih karena air murni tidak
dapat menghapus ataupun menghilangkan kotoran pakaian atau barang yang
berminyak, atau terkena pengotor organik lainnya. Sabun membersihkan dengan
bertindak sebagai emulsi, yang pada dasarnya sabun memungkinkan minyak dan
air untuk bercampur sehingga kotoran berminyak akan dapat dihilangkan selama
pencucian. Air sadah juga sangat tidak menguntungkan atau mengganggu proses
pencucian menggunakan sabun, karena sabun yang digunakan pada air sadah
sebelum berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan, sabun tersebut harus
bereaksi terlebih dahulu dengan setiap ion kalsium dan magnesium yang berada
dalam air tersebut (Evana dan Achmad, 2018).
Bila sabun digunakan pada air sadah, mula-mula sabun harus bereaksi
terlebih dahulu dengan setiap ion kalsium dan magnesium yang terdapat dalam air
sebelum sabun dapat berfungsi menurunkan tegangan permukaan. Hal ini bukan
hanya akan banyak memboroskan pengunaan sabun, tetapi gumpalan-gumpalan
yang terjadi akan mengendap sebagai lapisan tipis pada alat-alat yang dicuci
sehingga akan mengganggu pembersihan dan pembilasan oleh air. Air sadah juga
mengakibatkan konsumsi sabun lebih tinggi (Sulistyani dkk, 2012).
Detergen merupakan pembersih seperti sabun tetapi mempunyai kelebihan
dapat bekerja pada air sadah dan dapat bekerja pada kondisi asam maupun basa.
Berbeda dengan sabun, detergen dapat menurunkan tegangan permukaan air tanpa
harus bereaksi dahulu dengan setiap ion kalsium dan magnesium yang terdapat
dalam air, sehingga detergen dapat digunakan dalam berbagai derajat kesadahan
air. Salah satu senyawa yang terdapat dalam detergen yang berperan ketika terjadi
kesadahan air adalah bahan penguat (builder). Salah satu builder yang digunakan
detergen yaitu asam nitrilotriasetat (NTA). NTA merupakan senyawa yang
mempunyai rumus molekul  N(CH2COOH)3. Deterjen dalam air akan mengalami
ionisasi membentuk komponen bipolar aktif yang akan mengikat ion Ca dan/atau
ion Mg pada air sadah (Puspitasari dkk, 2013).
Menurut Erikania (2016) para peneliti dari Catalysis Center for Energy
Innovation di Amerika Serikat telah mengembangkan proses kimia yang terbaru
untuk menggabungkan asam lemak dari kedelai atau kelapa dan cincin glukosa
dari jagung sehingga bisa menghasilkan molekul sabun terbarukan yang disebut
Oleo-Furan-Surfactant (OFS). Para peneliti menambahkan bahan tambahan untuk
mengikat mineral-mineral pada air sadah dan menghalanginya bercampur dengan
molekul sabun, sehingga air sadah tersebut tetap akan menghasilkan busa dan juga
ramah lingkungan karena terbuat dari bahan-bahan alami.
DAFTAR PUSTAKA

Cholil, M., Anna, A. N., dan Setyaningsih, N. 2016. Analisis Kesadahan Air
Tanah di Kecematan Toroh Kabupaten Grobogan Provinsi Jawa Tengah.
Jurnal Kimia Sains. Vol. 5(12): 88-98.
Effendi, H, 2003. Telaah Kualitas Air, Bagi Pengeloaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.
Erikania, J. 2016. Sabun yang Ramah Lingkungan. (Online).
https://nationalgeographic.grid.id/read/13306931/peneliti-berhasil-
membuat-molekul-sabun-yang-ramah-lingkungan. (Diakses pada tanggal
09 Februari 2020).
Evana dan Achmad, D. V. N. 2018. Tingkat Kesadahan Air Sumur di Dusun
Gelaran 01 Desa Bejiharjo Karangmojo Gunungkidul, Yogyakarta.
Jurnal Teknik Kimia. Vol. 3(2): 75-79.
Handayani, I. R., Nurlina, dan Zaharah, T. A. 2018. Penurunan Ion Ca(II) dan
Mg(II) Penyebab Kesadahan oleh Komposit Kitosan-Zeolit Pelet dan
Beads. Jurnal Kimia Khatulistiwa. Vol. 7(3): 66-74.
Priyana, Y. 2008. Diktat Kuliah Air Tanah. Surakarta: Fakultas Geografi
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Puspitasari, Arnelli, dan Suseno, A. 2013. Formulasi Larutan Pencuci dari
Surfaktan Hasil Sublasi Limbah Laundry. Jurnal Kimia Sains dan
Aplikasi. Vol. 16(1): 11-16.
Sulistyani, Sunarto, dan Fillaeli, A. 2012. Uji Kesadahan Air Tanah di Daerah
Sekitar Pantai Kecamatan Rembang Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Sains
Dasar. Vol. 1(1): 33-38.
Tua, F. H. D. 2015. Teknologi Pengolahan Air Sadah. Jurnal Teknik Kimia. Vol.
3(1): 01-09.

Anda mungkin juga menyukai