Alat :
Bahan :
10 mL sampel air
Volume EDTA
2. Kesadahan Mg2+
10 mL sampel air
Volume EDTA
VII. Hasil Pengamatan
No
Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc
Sebelum Sesudah
1. • Sampel air : • Sampel air Ca2+ (aq) + [Na2Y]2- Hasil kesadahan
berwarna + NaOH 1 (aq) → [CaY]2- (aq) + Ca2+
kuning ml : Na+ (aq) 1. Bentonit 5
bening Larutan gram : 12
• Larutan tidak (Underwood, 1998) mg/L
NaOH berwarna 2. Bentonit 10
Tidak • + murexid Kandungan Kalsium gram : 9,2
berwarna : larutan (Ca) dalam air mg/L
• Murexid : berwarna minum dalam 3. Bentonit 15
Serbuk merah Standar Nasional gram : 4
berwarna muda Indonesia (SNI) mg/L
hitam • Dititrasi nomor 01-0220-1987 4. PDAM : 16
• Larutan dengan yaitu maksimal yang mg/L
EDTA : EDTA : diperbolehkan 5. Sampel : 48
Tidak larutan sebesar 10 mg/L (10 mg/L
berwarna berwarna ppm).
ungu Oleh karena itu
Volume pada hasil
titrasi kontrol
: pengolahan
V1 = 1,3 ml menggunakan
V2 = 1,2 ml
V3 = 1,1 ml bentonite dapat
Volume menurunkan
titrasi
kadar Ca2+
sampel 5
gram : sehingga air
V1 = 0,3 ml
dapat layak
V2 = 0,2 ml
V3 = 0,4 ml konsumsi
Volume
ditinjau dari
titrasi
sampel 10 kandungan
gram:
Ca2+.
V1 = 0,2 ml
V2 = 0,3 ml
V3 = 0,2 ml
Volume
titrasi
sampel 15
gram :
VI = 0,1 ml
V2 = 0,1 ml
V3 = 0,1 ml
2. • Sampel air : • Sampel air Mg2+ (aq) + [Na2Y]2- Hasil kesadahan
berwarna + larutan (aq) → [MgY]2- (aq) Mg2+
kuning penyangga + Na+ (aq) 1. Sampel :
bening pH 10 : 33,6 mg/L
• Larutan larutan (Underwood, 1998) 2. PDAM : 7,2
penyangga berwarna mg/L
pH 10 : kuning Pada Standar 3. Bentonit 5
Tidak bening Kandungan gram : 12
berwarna • + indikator magnesium (Mg2+) mg/L
• Indikator EBT (2 dalam air minum 4. Bentonit 10
EBT : tetes) : dalam Standar gram : 28,8
berwarna larutan Nasional Indonesia mg/L
ungu berwarna (SNI) nomor 01- 5. Bentonit 15
kehitaman merah 0220-1987 yaitu gram : 33,6
• Larutan muda maksimal yang mg/L
EDTA : • Setelah diperbolehkan
tidak dititrasi : sebesar 150 mg/L Kesadahan total
berwarna larutan (150 ppm). 1. Sampel : 104
berubah mg/L
menjadi Standar kandungan 2. PDAM : 28
biru kesadahan total mg/L
Volume dalam media air 3. Bentonit 5
titrasi untuk keperluan gram : 32
sampel 5 hygiene sanitasi mg/L
gram : dalam Peraturan 4. Bentonit 10
V1 = 0,3 ml Menteri Kesehatan gram : 57,2
V2 = 0,6 ml (Permenkes) RI mg/L
V3 = 0,6 ml nomor 32 tahun 2017
Volume yaitu maksimal yang 5. Bentonit 15
titrasi sebesar 500 mg/L gram : 60
sampel 10 (500 ppm). mg/L.
gram : Oleh karena itu
V1 = 1,1 ml pada hasil
V2 = 1,3 ml pengolahan
V3 = 1,2 ml menggunakan
Volume bentonit dapat
titrasi menurunkan
sampel 15 kadar kesadahan
gram : dari air sampel
V1 = 0,6 ml (air sungai
V2 = 0,7 ml Karang Pilang)
V3 = 0,8 ml tanpa perlakuan
Volume adsorpsi dan
titrasi kandungan
kontrol : kesadahan
V1 = 1,5 ml sesuai dengan
V2 = 1,3 ml standart
V3 = 1,4 ml Permenkes
tahun 2017.
VIII. Pembahasan dan Analisis Hasil Pengamatan
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kesadahan dalam air sampel.
kesadahan air pada umumnya disebabkan oleh logam-logam atau kation-kation
bervalensi 2 yang kemuningkinan bersenyawa dengan bikarbonat, sulfat, khlorida,
dan nitrat sehingga menyebabkan dampak negatif bagi air (Marsidi, 2011).
Pernyataan lainnya, kesadahan air merupakan kandungan mineral-mineral tertentu
dalam air umumnya ion Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) dalam bentuk garam
karbonat (Setyaningtyasi, dkk., 2008). Berdasarkan pernyataan tersebut dapat
diketahui bahwa kesadahan air merupakan kandungan mineral-mineral bervalensi 2
dalam air umumnya ion Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) yang dapat bersenyawa
dengan bikarbonat, sulfat, khlorida, dan nitrat sehingga menyebabkan dampak
negatif bagi air.
Pada percobaan ini menggunakan metode titrasi kompleksometri. Hal tersebut
dikarenakan analisis kesadahan air dapat dilakukan dengan titrasi kompleksometri
EDTA (Ethylene Diamin Terta Asetat/ Tritiplex/ Komplekson, dll.) dengan indikator
EBT (Erichrome Black T). Pada prinsipnya senyawa EDTA dengan banyak kation
dalam sampel akan membentuk kompleks dengan perbandingan 1:1. Oleh karena itu
jumlah kation Mg2+ dan Ca2+ yang terdapat dalam sampel air sadah dapat diketahui
dengan pembentukkan kompleks dengan senyawa EDTA.
Sampel yang digunakan pada percobaan ini merupakan aliran air sungai
Karang Pilang. Tempat pengambilan di daerah Jambangan Surabaya dikarenakan
pada daerah tersebut terdapat banyak pencucian motor yang limbah sabun cucinya
mengalir langsung ke sungai sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan.
Sampel yang telah diambil dilakukan proses preparasi dengan melakukan adsorpsi
menggunakan adsorben bentonite dengan variabel manipulasi massa adosrben yaitu
5 gram, 10 gram, dan 15 gram.
Metode adsorpsi air dipilih dikarenakan adosrpsi merupakan metode yang
efektif untuk mengatasi permasalahan pencemaran lingkungan. Metode adsorpsi
tergantung pada kemampuan permukaan adsorben untuk menarik molekul-molekul
gas, uap, atau cairan (Nurdila, dkk, 2015). Metode adsorpsi dengan menggunakan
adsorben alami diantaranya adsorben bentonit banyak digunakan dalam penurunan
kesadahan air. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Daniel (2012)
diketahui bahwa adsorben alami dapat mengadsorpsi ion Ca2+ dan Mg2+ dengan
kapasitas adsorpsi berturut-turut sebesar 12,18 mg/g dan 11,84 mg/g. Oleh karena
itu pada penelitian ini metode adsorpsi digunakan sebagai proses pengolahan sampel
air sungai Karang Pilang.
Pada prosedur kerja analisis kesadahan air sampel, proses analisis dibagi
menjadi dua prosedur, diantaranya analisis kandungan kation Ca2+ dalam air sampel
dan analisis kandungan kation Mg2+ dalam air sampel. Berikut analisis hasil
pengamatan dari masing-masing proses analisis kesadahan air sampel:
1. Analisis Kesadahan Ca2+ dalam Air Sampel
Pada percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kadar kesadahan Ca2+
dalam air sampel. Pada proses ini masing-masing sampel dengan perlakuan
adsorpsi, sampel air tanpa perlakuan adsorpsi, dan air PDAM dianalisis
kandungan sadah Ca2+, kemudian dibandingkan pada masing-msaing perlakuan
dengan tanpa perlakuan dan air PDAM. Oleh karena itu dapat diketahui
pengaruh adsorpsi dan kelayakan air hasil pengolahan sebagai konsumsi
masyarakat yang dibandingkan dengan standart baku mutu Standar Nasional
Indonesia (SNI) nomor 01-0220-1987 terkait kandungan Ca2+.
Pada prosedur kerjanya, pertama proses persiapan alat dan bahan. Proses
ini bertujuan untuk persiapan sehingga proses kerja dapat berlangsung lebih
cepat. Peralatan kimia yang digunakan dapat dibersihkan terlebih dahulu untuk
mengurangi adanya kontaminan yang terdapat pada peralatan kimia sehingga
meminimalisir terjadinya kesalahan titrasi. Kemudian bahan yang digunakan dan
sampel yang akan dianalisis juga harus dipersiapkan.
Setelah proses persiapan telah dilaksanakan, selanjutnya 25 mL sampel
yang dianalisis diukur menggunakan gelas ukur sebanyak 25 mL dan
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. Setelah dimasukkan ke dalam Erlenmeyer,
Sampel ditambahkan 1-2 mL larutan NaOH (larutan tidak berwarna) konsentrasi
0.1 N. Penambahan larutan NaOH ini bertujuan untuk meningkatkan pH larutan
sampel menjadi bersuasana basa. Pemberian suasana basa pada sampel berfungsi
untuk menstabilkan kompleks yang terjadi antara ligan EDTA dengan kation
Ca2+ yang ada dalam sampel, namun ketika pH yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan ion-ion kesadahan hilang dari larutan karena terjadi pengendapan
Ca(OH)2 (Setyaningtyas, dkk., 2008). Oleh karena itu pada penelitian ini
penambahan NaOH dengan volume yang kecil yaitu 1-2 mL dan dengan
konsentasi yang rendah yaitu 0.1 N.
Selain itu, titrasi kompleksometri kation Ca2+ dengan EDTA sangat
dipengaruhi oleh faktor pH. Hal tersebut dikarenakan suasana larutan akan
membuat EDTA hanya bereaksi dengan kation Ca dan tidak dengan kation yang
lain. Ketika suasana pH 12-13 maka yang dapat dianalisis adalah kandungan
kalsium dan pada kondisi ini Mg akan mengendap sebagai Mg(OH)2. Adapun
telah merekomendasikan nilai pH larutan 12-13 untuk analisis kadar kalsium
dalam titrasi kompleksometri. Beberapa penelitian menggunakan pH tersebut,
yaitu Sobirin, dkk. (2016) menggunakan pH larutan 12 untuk menganalisis kadar
kalsium dalam sampel air.
Dari proses titrasi tersebut volume EDTA yang digunakan dalam masing-masing
sampel air adalah sebagai berikut:
Tabel 2 Volume Titrasi Masing-Masing Sampel
No Jenis Sampel Volume EDTA (mL)
1 Air Sampel tanpa adsorpsi
V1 1.3 mL
V2 1.2 mL
V3 1.1 mL
2 Air sampel + bentonit 5 gram
V1 0.3 mL
V2 0.2 mL
V3 0.4 mL
3 Air sampel + bentonit 10 gram
V1 0.2 mL
V2 0.3 mL
V3 0.2 mL
4 Air sampel + bentonit 15 gram
V1 0.1 mL
V2 0.1 mL
V3 0.1 mL
5. Air PDAM
Berdasarkan volume titrasi tersebut dapat dimasukkan ke dalam persamaan (1)
untuk menentukan kadar kesadahan Ca2+ daam sampel air. Berikut persamaan
(1)
A × C × 1000 × Ar Ca
[Ca2+ ] = … Persamaan (1)
Volume sampel
Keterangan:
A = Volume EDTA yang digunakan titrasi Ca2+
C = Konsentrasi EDTA
Berdasarkan persamaan tersebut, proses selanjutnya yaitu perhitungan
kadar kesadahan Ca2+ dalam air sampel. Dari proses perhitungan didapatkan
hasil kesadahan Ca2+ adalah sebagai berikut:
Tabel 3 Kadar Kesadahan Ca2+ dalam Sampel Air
No Jenis Sampel Kesadahan Ca2+ rata-rata
(mg/L)
1 Air Sampel tanpa adsorpsi 48
2 Air sampel + bentonit 5 gram 12
3 Air sampel + bentonit 10 gram 9.2
4 Air sampel + bentonit 15 gram 4
5. Air PDAM 16
Berikut grafik dari kadar kesadahan Ca2+ dari proses analisis masing-masing
sampel air:
50
40
30
20
10
0
0 5 10 15
Dari proses titrasi tersebut volume EDTA yang digunakan dalam masing-
masing sampel air adalah sebagai berikut:
Tabel 4 Volume Titrasi Masing-Masing Sampel
No Jenis Sampel Volume EDTA
1 Air Sampel tanpa adsorpsi
V1 1.5 mL
V2 1.3 mL
V3 1.4 mL
2 Air sampel + bentonit 5 gram
V1 0.3 mL
V2 0.6 mL
V3 0.6 mL
3 Air sampel + bentonit 10 gram
V1 1.1 mL
V2 1.3 mL
V3 1.2 mL
4 Air sampel + bentonit 15 gram
V1 0.6 mL
V2 0.7 mL
V3 0.8 mL
Berikut grafik dari kadar kesadahan Mg2+ dari proses analisis masing-
masing sampel air:
Berikut grafik dari kadar kesadahan Mg2+ dari proses analisis masing-masing
sampel air:
Grafik Kesadahan Total pada Air
Sampel
300
250 260
200
150 143
100
80 80
50
0
0 5 10 15
IX. Simpulan
Berdasarkan pembahasan dan analisis hasil pengamatan dapat disimpulkan
bahwa nilai kesadahan Ca2+ dari sampel tanpa penambahan adsorben sebesar 48
mg/L; sampel dengan penambahan 5 gram adsorben sebesar 12 mg/L; sampel
dengan penambahan 10 gram adsorben sebesar 9.2 mg/L; sampel dengan
penambahan 15 gram adsorben sebesar 4 mg/L; nilai kesadahan Mg2+ dari sampel
tanpa penambahan adsorben sebesar 33.6 mg/L; sampel dengan penambahan 5
gram adsorben sebesar 12 mg/L; sampel dengan penambahan 10 gram adsorben
sebesar 28.8 mg/L; sampel dengan penambahan 15 gram adsorben sebesar 16.8
mg/L.; nilai kesadahan total dari sampel tanpa penambahan adsorben sebesar 208
mg/L; sampel dengan penambahan 5 gram adsorben sebesar 64 mg/L; sampel
dengan penambahan 10 gram adsorben sebesar 144.4 mg/L; sampel dengan
penambahan 15 gram adsorben sebesar 64 mg/L.
X. Daftar Pustaka
Daniel, S.B., Jenal, M.S., Turmuzi, M.L., 2012. Penggunaan tanah bentonite
sebagai adsorben logam. Jurnal Teknik Kimia USU. 1(1): 1-4.
Departemen Kesehatan RI. 2010. Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia
nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air
minum. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI. 2017. Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia
nomor 32/MENKES/PER/IV/2017 tentang standar baku mutu kesehatan.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Harvey R.A. & Champe P.C. 2009. Pharmacology. 4 nd ed. China: Lippincott
William & Wilkins.p.249-60.
Kuswanti, T., Sofyatiningrum, E., dkk. 2007. Sains Kimia 3 Jakarta:.Bumi Aksara
Marsidi.R. 2011. Zeolit Untuk Mengurangi Kesadahan Air. Jurnal Teknologi
Lingkungan, 2(1).
Nurdila. F. A., N. S. Asri., & E. Suharyadi. 2015. Studi Adsorpsi Logam Fe (II), Ni
(II), dan Cu (II) dalam Limbah Cair Buatan Menggunakan Adsorben
Nanopartikel Magnesium Ferrite. Jurnal Fisika Indonesia, 19 : 204–207.
Prodjosantoso, A.K. & Regina Tutik P. 2011. Kimia Lingkungan (Teori,
Eksperimen dan Aplikasi). Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Qadafi, M.,. 2015. Analisis Kelayakgunaan Air Tanah Dalam Ditinjau dari Aspek
Kualitas dan Geologi Lingkungan di Kota Tembilahan Indragiri Hili. Ilmu
Lingkungan, 3-17.
Standar Nasional Indonesia (SNI). 1987. Standart baku mutu air minum nomor 01-
0220-1987. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
Supardi. 2009. Pelunakan Air Sadah dengan Menggunakan Zeolit Sintesis.
Bandung. Institut Teknologi Bandung.
Sobirin, M., Agus, Y., Mahardika, P. A., 2016. Efek penambahan karbon aktif pada
magnetic dari pasir besi sebagai adsorpsi ion kalsium dalam air. Unnes
Physics Journal. 5 (2): 42-50
Setyaningtyas, T., R. Andreas, & K. Riyani. 2008. Potensi Humin Hasil Isolasi
Tanah Hutan Damar Baturraden Dalam Menurunkan Kesadahan Air.
Jurnal Molekul, 3(2). Purwokerto: Jurusan Kimia FMIPA Universitas
Jendral Sudirman.
Lampiran 1. Perhitungan Kesadahan dalam Sampel
Diketahui :
A = mL EDTA Ca2+
B = mL EDTA Mg2+
C = konsentrasi EDTA = 0,01 M
Ar Ca = 40
Ar Mg = 24
Ditanya = Kesadahan total ?
Jawab =
Kesadahan Ca2+
Sampel air
V1 = 1,3 mL
V2 = 1,2 mL
V3 = 1,1 mL
Vrata-rata = 1,2 mL
Air PDAM = 0,4 mL
Sampel + bentonit 5 gram
V1 = 0,3 mL
V2 = 0,2 mL
V3 = 0,4 mL
Vrata-rata = 0,3 mL
Sampel + bentonit 10 gram
V1 = 0,2 mL
V2 = 0,3 mL
V3 = 0,2 mL
Vrata-rata = 0,23 mL
Sampel + bentonit 15 gram
V1 = 0,1 mL
V2 = 0,1 mL
V3 = 0,1 mL
Vrata-rata = 0,1 mL
Rumus Kesadahan Ca2+
𝐴 𝑥 𝐶 𝑥 1000 𝑥 𝐴𝑟 𝐶𝑎
Ca2+ (mg / L) =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑚𝐿)
Kesadahan Mg2+
Sampel air
V1 = 1,5 mL
V2 = 1,3 mL
V3 = 1,4 mL
Vrata-rata = 1,4 mL
Air PDAM = 0,3 mL
Sampel + bentonit 5 gram
V1 = 0,3 mL
V2 = 0,6 mL
V3 = 0,6 mL
Vrata-rata = 0,5 mL
Sampel + bentonit 10 gram
V1 = 1,1 mL
V2 = 1,3 mL
V3 = 1,2 mL
Vrata-rata =1,2 mL
Sampel + bentonit 15 gram
V1 = 0,6 mL
V2 = 0,7 mL
V3 = 0,8 mL
Vrata-rata = 0.7 mL
𝐴 𝑥 𝐶 𝑥 1000 𝑥 𝐴𝑟 𝑀𝑔
Mg2+ (mg / L) =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑚𝐿)