Anda di halaman 1dari 34

I.

Judul Percobaan : Penentuan Kesadahan


II. Waktu Percobaan :
Mulai Percobaan : Senin, 25 Februari 2019 jam 08.50 WIB
Selesai Percobaan : Senin, 25 Februari 2019 jam 10.20 WIB
III. Tujuan Percobaan : Untuk Menentukan Kesadahan dalam Air dalam Sampel
IV. Dasar Teori :
Air
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang
banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus
dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk
hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan
secara bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun
generasi mendatang (Prodjosantoso,2011)
Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan,
terutama penyakit perut. Peningkatan kualitas air minum dengan jalan mengadakan
pengelolaan terhadap air yang akan diperlukan sebagai air minum dengan mutlak
diperlukan. Oleh karena itu, dalam praktek sehari-hari maka pengolahan air adalah
menjadi pertimbangan yang utama untuk menentukan apakah sumber tersebut bisa
dipakai sebagai sumber persediaan atau tidak (Prodjosantoso,2011)
Pada prinsipnya, jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti suatu aliran yang
dinamakan “Cyclus Hydrologie”. Dengan adanya penyinaran matahari, maka
semua air yang ada di permukaan bumi akan bersatu dan berada ditempat yang
tinggi yang sering dikenal dengan nama awan. Oleh angin, awan ini akan terbawa
makin lama makin tinggi dimana temperatur diatas semakin rendah, yang
menyebabkan titik-titik air dan jatuh ke bumi sebagai hujan. Air hujan ini sebagian
mengalir kedalam tanah, jika menjumpai lapisan rapat air, maka perserapan akan
berkurang, dan sebagian air akan mengalir diatas lapisan rapat air ini. Jika air ini
keluar pada permukaan bumi, umumnya berbentuk sungai-sungai dan jika melalui
suatu tempat rendah (cekung) maka air akan berkumpal, membentuk suatu danau
atau telaga (Prodjosantoso, 2011).
Berdasarkan peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 mengelompokkan
kualitas air menjadi beberapa golongan menurut peruntukkannya. Adapun
pengolonggan air adalah sebagai berikut:
a. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara
langsung, tanpa pengolahan terlebih dahulu.
b. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum.
c. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan
pertenakan.
d. Golonagan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha
di perkotaan, industri, dan pembangkit tenaga listrik.
Air bersih secara fisika tidak memiliki warna, tidak berasa, dan tidak
berbau pada kondisi standart yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) dan temperatur
273oK (0oC) (Sunu, 2001). Kualitas air menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia (2010) Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang
persyaratan kualitas air minum, terdiri dari tiga elemen dasar yaitu:
a. Akses dan kuantitas air bersih terdiri dari kecukupan kebutuhan air untuk
kebutuhan hidup sehari-hari dan kelancaran suplai air untuk kebutuhan hidup
sehari-hari dari PDAM.
b. Kualitas air bersih, terdiri dari bau, warna, kekeruhan dan rasa.
c. Sarana atau fasilitas penyedia air bersih, terdiri dari kualitas pemasangan pipa
tersier (dari jaringan ke rumah) dan meteran air.
Kesadahan

Istilah kesadahan digunakan untuk menunjukkan kandungan garam kalsium


dan magnesium yang terlarut, dinyatakan sebagai ekuivalen (setara) kalsium
karbonat. Air sadah adalah air yang mengandung beberapa jenis mineral yaitu Ca,
Mg, Sr, Fe dan Mn yang konsentrasinya tinggi sehingga mengakibatkan air menjadi
keruh dan dapat mengurangi daya kerja sabun serta menimbulkan kerak pada dasar
ketel. Kesadahan air dikenal dengan nama kekerasan air (hard water). Berdasarkan
kadar kalsium di dalam air maka tingkat kesadahan air digolongkan dalam 4
(empat) kelompok yaitu:
A. Kadar CaCO3 terdapat dalam air 0-75 mg/l disebut air lunak (soft water)
B. Kadar CaCO3 terdapat dalam air 75-150 mg/l disebut moderately hard water
C. Kadar CaCO3 terdapat dalam air 150-300 mg/l disebut hard water
D. Kadar CaCO3 terdapat dalam air 300 mg/l ke atas disebut very hard water
(Qadafi, 2015)
Berdasarkan kandungan mineral maka kesadahan air dibagi dalam 2 (dua)
golongan yaitu:
a. Kesadahan air sementara/temporer disebut pula kesadahan karbonat.
Air disebut mempunyai kesadahan sementara apabila kesadahannya dapat
dihilangkan dengan pendidihan, mengandung kalsium dam magnesium
bikarbonat. Air dengan tipe ini terdapat di daerah berkapur. Sejumlah kecil
karbon dioksidasi terlarut dalam air hujan membentuk asam lemah yaitu asam
bikarbonat.
H2O + CO2 → H2CO3
Asam karbonat secara perlahan-lahan melarutkan kalsium karbonat
membentuk kalsium bikarbonat yang larut.
b. Kesadahan air tetap/permanen disebut pula kesadahan non karbonat.
Air dengan kesadahan tetap mengandung sulfat dan klorida kalsium dan
magnesium yang terlarut dalam air hujan yang lewat menerobos batu-batuan
yang mengandung garam-garam tersebut.
(Kuswanti,dkk,2007)

Metode Penghilangan Kesadahan Air


a. Pendidihan
Jika air dididihkan, hanya kesadahan sementara yang dapat dihilangkan.
Bikarbonat dipecah menjadi karbonat, air dan karbon dioksida. Persamaan
berikut menunjukkan pemecahan kalsium karbonat:
Ca(HCO3)2 → CaCO3↓ + H2O + CO2
Persamaan untuk magnesium bikarbonat adalah serupa. Karbonat adalah
endapan dan oleh karena itu tidak bereaksi dengan sabun dan keluar dari larutan.
b. Penambahan kapur mati
Kapur mati (kalsium hidroksida) juga hanya memisahkan kesadahan
sementara. Kapur harus ditambahkan pada jumlah yang telah diperhitungkan
sehingga kapur tersebut hanya cukup untuk menetralkan bikarbonat.
Terbentuknya kalsium karbonat yang tidak larut.
Ca(HCO3)2 + Ca(OH)2 → 2CaCO↓ + 2H2O
c. Penambahan soda pencuci
Metoda ini menghilangkan kesadahan sementara dan kesadahan tetap.
Soda pencuci (natrium karbonat) bereaksi dengan garam kalsium dan
magnesium dalam air sadah membentuk garam natrium yang larut dengan
garam kalsium dan magnesium yang tidak larut yang tertinggal sebagai
endapan. Sebagai contoh:
CaSO4 + Na2CO3 → CaCO3↓ + Na2SO4
d. Proses pertukaran ion
Metoda ini digunakan dalam rumah tangga dan industri untuk
menghilangkan kedua tipe kesadahan. Proses ini meliputi penggunaan resin
alami dan resin buatan seperti permutit dan zeolit. Air sadah dilewatkan melalui
kolom yang diisi resin dan ion-ion kalsium dan magnesium dalam air ditukar
dengan ion natrium dalam resin. Resin diregenerasi dengan dialiri larutan garam
pekat (natrium klorida). Hal ini akan mengisi ion natrium lagi (Supardi, 2009).

Penentuan Kesadahan Air


Kesadahan total yaitu jumlah ion-ion Ca2+ dan Mg2+ yang dapat ditentukan
melalui titrasi dengan EDTA sebagai titran dan menggunakan indikator yang peka
terhadap semua kation tersebut.
Pada penentuan kesadahan air, diperlukan modifikasi dari cara titrasi larutan
Mg-Ca murni, karena dalam air sering dijumpai pengotoran oleh ion besi dan
logam-logam lain. Penggunaan indikator Eriochrome Black T atau Calmagit akan
terjadi indikator oleh ion besi karena bereaksi secara. Oleh sebab itu, penambahan
buffer pH 10 jumlah molekul EDTA dapat membuat pasangan kimiawi dengan ion-
ion kesadahan dan beberapa jenis ion lainnya. Pasangan tersebut lebih kuat dari
pada hubungan antara indikator dengan ion-ion kesadahan. Oleh karena itu, pada
pH 10 jumlah molekul EDTA yang ditambahkan sebagai titran sama (ekuivalen)
dengan jumlah ion-ion kesadahan dalam sampel, dan molekul indikator terlepas
dari ion kesadahan (Harvey, D. 2000). Perhitungan kesadahan digunakan rumus
sebagai berikut
Pada umumnya kesadahan dinyatakan dalam satuan ppm (part per
milloion/satu persejuta bagian) kalsium karbonat (CaCO3), tingkat kekerasan (dH),
atau dengan menggunakan konsentrasi molar CaCO3. Satuan Kesadahan Jerman
atau dH sama dengan 10 mg CaO (kalsium oksida) per liter air. Dengan demikian
satu satuan Jerman (dH) dapat diekspresikan sebagai 17,85 ppm CaCO3.
Sedangkan satuan konsentrasi molar dari 1 mili ekuivalen=2,8dH=50 ppm (Harvey,
D. 2000).

Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan


Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk media Air untuk
Keperluan Higiene Sanitasi meliputi parameter fisik, biologi, dan kimia yang dapat
berupa parameter wajib dan parameter tambahan. Parameter wajib merupakan
parameter yang harus diperiksa secara berkala sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, sedangkan parameter tambahan hanya diwajibkan untuk
diperiksa jika kondisi geohidrologi mengindikasikan adanya potensi pencemaran
berkaitan dengan parameter tambahan. Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi
tersebut digunakan untuk pemeliharaan kebersihan perorangan seperti mandi dan
sikat gigi, serta untuk keperluan cuci bahan pangan, peralatan makan, dan pakaian.
Selain itu Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi dapat digunakan sebagai air baku
air minum. Berikut tabel parameter kimia dalam standart baku mutu air untuk
keperluan higien sanitas berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia (2017) Nomor 32/MENKES/PER/IV/2017 tentang standar baku mutu
kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan air untuk keperluan hygiene
sanitasi, kolam renang, solus per aqua, dan pemandian umum:
Tabel 1 Tabel Parameter Kimia dalam Standart Baku Mutu Air Untuk Keperluan
Higien Sanitasi

No. Parameter Unit Standar Baku Mutu


(Kadar Maksimum)
1. pH mg/l 6.5-8.5
2. Besi mg/l 1
3. Fluoride mg/l 1.5
4. Kesadahan mg/l 500
5. Mangan mg/l 0.5
6. Nitrat mg/l 10
7. Nitrit mg/l 1
8. Sianida mg/l 0.1
9. Deterjen mg/l 0.05
10. Pestisida total mg/l 0.1
Sumber: Departemen Kesehatan RI, 2017
V. Alat dan Bahan

Alat :

No Nama Alat Jumlah


1. Gelas kimia 250 mL 3 buah
2. Corong kaca 1 buah
3. Gelas ukur 10 mL 1 buah
4. Labu erlenmeyer 100 mL 6 buah
5. Statif dan klem 1 buah
6. Buret 1 buah
7. Pipet tetes 3 buah

Bahan :

No Nama bahan Jumlah


1. Sampel air Secukupnya
2. Larutan NaOH 0,1 N 15 mL
3. Serbuk murexid Secukupnya
4. Larutan EDTA Secukupnya
5. Larutan penyangga pH 10 15 mL
6. Indikator EBT 5 mL
VI. Alur Percobaan
1. Kesadahan Ca2+

10 mL sampel air

- Dimasukkan labu erlenmeyer 100 mL


- + 1 mL larutan NaOH 0,1 N
- + Sedikit serbuk murexid
- Dititrasi dengan larutan EDTA
sambil diaduk dengan pengaduk
magnet

Perubahan warna merah


menjadi ungu

- Dicatat larutan EDTA yang dipakai


- Diencerkan contoh uji dengan
aquades jika larutan EDTA yang
dipakai untuk titrasi lebih besar dari
15 mL
- Diulangi langkah 1-4 sehingga
pemakaian EDTA ≤ 15 mL

Volume EDTA
2. Kesadahan Mg2+

10 mL sampel air

- Dimasukkan labu erlenmeyer 100 mL


- + 1 mL larutan penyangga pH 10
- + Sedikit serbuk murexid
- Dititrasi dengan larutan EDTA sambil
diaduk dengan pengaduk magnet

Perubahan warna merah


menjadi ungu

- Dicatat larutan EDTA yang dipakai


- Diencerkan contoh uji dengan
aquades jika larutan EDTA yang
dipakai untuk titrasi lebih besar dari
15 mL
- Diulangi langkah 1-4 sehingga
pemakaian EDTA ≤ 15 mL

Volume EDTA
VII. Hasil Pengamatan
No
Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc
Sebelum Sesudah
1. • Sampel air : • Sampel air Ca2+ (aq) + [Na2Y]2- Hasil kesadahan
berwarna + NaOH 1 (aq) → [CaY]2- (aq) + Ca2+
kuning ml : Na+ (aq) 1. Bentonit 5
bening Larutan gram : 12
• Larutan tidak (Underwood, 1998) mg/L
NaOH berwarna 2. Bentonit 10
Tidak • + murexid Kandungan Kalsium gram : 9,2
berwarna : larutan (Ca) dalam air mg/L
• Murexid : berwarna minum dalam 3. Bentonit 15
Serbuk merah Standar Nasional gram : 4
berwarna muda Indonesia (SNI) mg/L
hitam • Dititrasi nomor 01-0220-1987 4. PDAM : 16
• Larutan dengan yaitu maksimal yang mg/L
EDTA : EDTA : diperbolehkan 5. Sampel : 48
Tidak larutan sebesar 10 mg/L (10 mg/L
berwarna berwarna ppm).
ungu Oleh karena itu
Volume pada hasil
titrasi kontrol
: pengolahan
V1 = 1,3 ml menggunakan
V2 = 1,2 ml
V3 = 1,1 ml bentonite dapat
Volume menurunkan
titrasi
kadar Ca2+
sampel 5
gram : sehingga air
V1 = 0,3 ml
dapat layak
V2 = 0,2 ml
V3 = 0,4 ml konsumsi
Volume
ditinjau dari
titrasi
sampel 10 kandungan
gram:
Ca2+.
V1 = 0,2 ml
V2 = 0,3 ml
V3 = 0,2 ml
Volume
titrasi
sampel 15
gram :
VI = 0,1 ml
V2 = 0,1 ml
V3 = 0,1 ml
2. • Sampel air : • Sampel air Mg2+ (aq) + [Na2Y]2- Hasil kesadahan
berwarna + larutan (aq) → [MgY]2- (aq) Mg2+
kuning penyangga + Na+ (aq) 1. Sampel :
bening pH 10 : 33,6 mg/L
• Larutan larutan (Underwood, 1998) 2. PDAM : 7,2
penyangga berwarna mg/L
pH 10 : kuning Pada Standar 3. Bentonit 5
Tidak bening Kandungan gram : 12
berwarna • + indikator magnesium (Mg2+) mg/L
• Indikator EBT (2 dalam air minum 4. Bentonit 10
EBT : tetes) : dalam Standar gram : 28,8
berwarna larutan Nasional Indonesia mg/L
ungu berwarna (SNI) nomor 01- 5. Bentonit 15
kehitaman merah 0220-1987 yaitu gram : 33,6
• Larutan muda maksimal yang mg/L
EDTA : • Setelah diperbolehkan
tidak dititrasi : sebesar 150 mg/L Kesadahan total
berwarna larutan (150 ppm). 1. Sampel : 104
berubah mg/L
menjadi Standar kandungan 2. PDAM : 28
biru kesadahan total mg/L
Volume dalam media air 3. Bentonit 5
titrasi untuk keperluan gram : 32
sampel 5 hygiene sanitasi mg/L
gram : dalam Peraturan 4. Bentonit 10
V1 = 0,3 ml Menteri Kesehatan gram : 57,2
V2 = 0,6 ml (Permenkes) RI mg/L
V3 = 0,6 ml nomor 32 tahun 2017
Volume yaitu maksimal yang 5. Bentonit 15
titrasi sebesar 500 mg/L gram : 60
sampel 10 (500 ppm). mg/L.
gram : Oleh karena itu
V1 = 1,1 ml pada hasil
V2 = 1,3 ml pengolahan
V3 = 1,2 ml menggunakan
Volume bentonit dapat
titrasi menurunkan
sampel 15 kadar kesadahan
gram : dari air sampel
V1 = 0,6 ml (air sungai
V2 = 0,7 ml Karang Pilang)
V3 = 0,8 ml tanpa perlakuan
Volume adsorpsi dan
titrasi kandungan
kontrol : kesadahan
V1 = 1,5 ml sesuai dengan
V2 = 1,3 ml standart
V3 = 1,4 ml Permenkes
tahun 2017.
VIII. Pembahasan dan Analisis Hasil Pengamatan
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kesadahan dalam air sampel.
kesadahan air pada umumnya disebabkan oleh logam-logam atau kation-kation
bervalensi 2 yang kemuningkinan bersenyawa dengan bikarbonat, sulfat, khlorida,
dan nitrat sehingga menyebabkan dampak negatif bagi air (Marsidi, 2011).
Pernyataan lainnya, kesadahan air merupakan kandungan mineral-mineral tertentu
dalam air umumnya ion Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) dalam bentuk garam
karbonat (Setyaningtyasi, dkk., 2008). Berdasarkan pernyataan tersebut dapat
diketahui bahwa kesadahan air merupakan kandungan mineral-mineral bervalensi 2
dalam air umumnya ion Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) yang dapat bersenyawa
dengan bikarbonat, sulfat, khlorida, dan nitrat sehingga menyebabkan dampak
negatif bagi air.
Pada percobaan ini menggunakan metode titrasi kompleksometri. Hal tersebut
dikarenakan analisis kesadahan air dapat dilakukan dengan titrasi kompleksometri
EDTA (Ethylene Diamin Terta Asetat/ Tritiplex/ Komplekson, dll.) dengan indikator
EBT (Erichrome Black T). Pada prinsipnya senyawa EDTA dengan banyak kation
dalam sampel akan membentuk kompleks dengan perbandingan 1:1. Oleh karena itu
jumlah kation Mg2+ dan Ca2+ yang terdapat dalam sampel air sadah dapat diketahui
dengan pembentukkan kompleks dengan senyawa EDTA.
Sampel yang digunakan pada percobaan ini merupakan aliran air sungai
Karang Pilang. Tempat pengambilan di daerah Jambangan Surabaya dikarenakan
pada daerah tersebut terdapat banyak pencucian motor yang limbah sabun cucinya
mengalir langsung ke sungai sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan.
Sampel yang telah diambil dilakukan proses preparasi dengan melakukan adsorpsi
menggunakan adsorben bentonite dengan variabel manipulasi massa adosrben yaitu
5 gram, 10 gram, dan 15 gram.
Metode adsorpsi air dipilih dikarenakan adosrpsi merupakan metode yang
efektif untuk mengatasi permasalahan pencemaran lingkungan. Metode adsorpsi
tergantung pada kemampuan permukaan adsorben untuk menarik molekul-molekul
gas, uap, atau cairan (Nurdila, dkk, 2015). Metode adsorpsi dengan menggunakan
adsorben alami diantaranya adsorben bentonit banyak digunakan dalam penurunan
kesadahan air. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Daniel (2012)
diketahui bahwa adsorben alami dapat mengadsorpsi ion Ca2+ dan Mg2+ dengan
kapasitas adsorpsi berturut-turut sebesar 12,18 mg/g dan 11,84 mg/g. Oleh karena
itu pada penelitian ini metode adsorpsi digunakan sebagai proses pengolahan sampel
air sungai Karang Pilang.
Pada prosedur kerja analisis kesadahan air sampel, proses analisis dibagi
menjadi dua prosedur, diantaranya analisis kandungan kation Ca2+ dalam air sampel
dan analisis kandungan kation Mg2+ dalam air sampel. Berikut analisis hasil
pengamatan dari masing-masing proses analisis kesadahan air sampel:
1. Analisis Kesadahan Ca2+ dalam Air Sampel
Pada percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kadar kesadahan Ca2+
dalam air sampel. Pada proses ini masing-masing sampel dengan perlakuan
adsorpsi, sampel air tanpa perlakuan adsorpsi, dan air PDAM dianalisis
kandungan sadah Ca2+, kemudian dibandingkan pada masing-msaing perlakuan
dengan tanpa perlakuan dan air PDAM. Oleh karena itu dapat diketahui
pengaruh adsorpsi dan kelayakan air hasil pengolahan sebagai konsumsi
masyarakat yang dibandingkan dengan standart baku mutu Standar Nasional
Indonesia (SNI) nomor 01-0220-1987 terkait kandungan Ca2+.
Pada prosedur kerjanya, pertama proses persiapan alat dan bahan. Proses
ini bertujuan untuk persiapan sehingga proses kerja dapat berlangsung lebih
cepat. Peralatan kimia yang digunakan dapat dibersihkan terlebih dahulu untuk
mengurangi adanya kontaminan yang terdapat pada peralatan kimia sehingga
meminimalisir terjadinya kesalahan titrasi. Kemudian bahan yang digunakan dan
sampel yang akan dianalisis juga harus dipersiapkan.
Setelah proses persiapan telah dilaksanakan, selanjutnya 25 mL sampel
yang dianalisis diukur menggunakan gelas ukur sebanyak 25 mL dan
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. Setelah dimasukkan ke dalam Erlenmeyer,
Sampel ditambahkan 1-2 mL larutan NaOH (larutan tidak berwarna) konsentrasi
0.1 N. Penambahan larutan NaOH ini bertujuan untuk meningkatkan pH larutan
sampel menjadi bersuasana basa. Pemberian suasana basa pada sampel berfungsi
untuk menstabilkan kompleks yang terjadi antara ligan EDTA dengan kation
Ca2+ yang ada dalam sampel, namun ketika pH yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan ion-ion kesadahan hilang dari larutan karena terjadi pengendapan
Ca(OH)2 (Setyaningtyas, dkk., 2008). Oleh karena itu pada penelitian ini
penambahan NaOH dengan volume yang kecil yaitu 1-2 mL dan dengan
konsentasi yang rendah yaitu 0.1 N.
Selain itu, titrasi kompleksometri kation Ca2+ dengan EDTA sangat
dipengaruhi oleh faktor pH. Hal tersebut dikarenakan suasana larutan akan
membuat EDTA hanya bereaksi dengan kation Ca dan tidak dengan kation yang
lain. Ketika suasana pH 12-13 maka yang dapat dianalisis adalah kandungan
kalsium dan pada kondisi ini Mg akan mengendap sebagai Mg(OH)2. Adapun
telah merekomendasikan nilai pH larutan 12-13 untuk analisis kadar kalsium
dalam titrasi kompleksometri. Beberapa penelitian menggunakan pH tersebut,
yaitu Sobirin, dkk. (2016) menggunakan pH larutan 12 untuk menganalisis kadar
kalsium dalam sampel air.

Setelah ditambahkan larutan NaOH 0.1 N, sampel ditambahkan indikator


Mureksid (padatan berwarna hitam). Penambahan indikator mureksid ini
berfungsi untuk mengetahui titik akhir dari titrasi kompleksometri. Selain itu,
Indikator mureksid digunakan untuk titrasi EDTA dengan Ca2+ dalam campuran
Mg2+. Pada prinsipnya indikator mureksid akan bereaksi dengan ion kalsium
sehingga larutan berwarna merah muda. Pada titik akhir titrasi dengan EDTA,
indikator akan lepas kembali dan larutan menjadi berwarna biru keunguan.
Adapun struktur kimia mureksid adalah sebagai berikut:

Gambar 1 Struktur Kimia Mureksid


Larutan sampel yang ditambahkan dengan indikator mureksid ini menjadi
berwarna merah muda. Adapun reaksi yang terjadi ketika indikator mureksid
ditambahkan ke dalam sampel air yang mengandung kation Ca2+ adalah sebagai
berikut:

Gambar 2 Reaksi Pembentukan Ca-Mureksid


Setelah larutan sampel telah ditambahkan larutan NaOH dan indikator
mureksid maka proses selanjutnya adalah titrasi dengan larutan EDTA (larutan
tidak berwarna). Larutan EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid)
merupakan asam kompleks yang berupa asam karboksilat poliamino yang biasa
digunakan sebagai agensia pengkelat atau ligan beberapa ion atau unsur logam
diantaranya logam Ca2+. Adapun rumus struktur kimia dari larutan EDTA adalah
sebagai berikut:

Gambar 3 Rumus Struktur EDTA


Pada prosesnya titrasi dengan larutan EDTA, analit berwarna merah muda
dikarenakan membentuk ion kompleks [Ca-Mureksid]+ (aq). Ketika proses
titrasi dilakukan, larutan EDTA (H2Y2-) akan membentuk kompleks dengan
semua Ca2+ yang telah membentuk kompleks dengan Mureksid, maka kompleks
[Ca-Mureksid]+ yang berwarna merah muda akan terdisosiasi berubah menjadi
warna biru keunguan dari indikator Mureksid. Adanya perubahan warna tersebut
menandakan titik akhir telah dicapai dikarenakan semua ion Kalsium telah
membentuk kompleks dengan larutan EDTA. Adapim reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut:
+ → + + 4H+

Merah Muda Biru Keunguan

Dari proses titrasi tersebut volume EDTA yang digunakan dalam masing-masing
sampel air adalah sebagai berikut:
Tabel 2 Volume Titrasi Masing-Masing Sampel
No Jenis Sampel Volume EDTA (mL)
1 Air Sampel tanpa adsorpsi
V1 1.3 mL
V2 1.2 mL
V3 1.1 mL
2 Air sampel + bentonit 5 gram
V1 0.3 mL
V2 0.2 mL
V3 0.4 mL
3 Air sampel + bentonit 10 gram
V1 0.2 mL
V2 0.3 mL
V3 0.2 mL
4 Air sampel + bentonit 15 gram
V1 0.1 mL
V2 0.1 mL
V3 0.1 mL
5. Air PDAM
Berdasarkan volume titrasi tersebut dapat dimasukkan ke dalam persamaan (1)
untuk menentukan kadar kesadahan Ca2+ daam sampel air. Berikut persamaan
(1)
A × C × 1000 × Ar Ca
[Ca2+ ] = … Persamaan (1)
Volume sampel
Keterangan:
A = Volume EDTA yang digunakan titrasi Ca2+
C = Konsentrasi EDTA
Berdasarkan persamaan tersebut, proses selanjutnya yaitu perhitungan
kadar kesadahan Ca2+ dalam air sampel. Dari proses perhitungan didapatkan
hasil kesadahan Ca2+ adalah sebagai berikut:
Tabel 3 Kadar Kesadahan Ca2+ dalam Sampel Air
No Jenis Sampel Kesadahan Ca2+ rata-rata
(mg/L)
1 Air Sampel tanpa adsorpsi 48
2 Air sampel + bentonit 5 gram 12
3 Air sampel + bentonit 10 gram 9.2
4 Air sampel + bentonit 15 gram 4
5. Air PDAM 16

Berikut grafik dari kadar kesadahan Ca2+ dari proses analisis masing-masing
sampel air:

Kesadahan Ca2+ pada Air Sampel


60

50

40

30

20

10

0
0 5 10 15

Gambar 4 Grafik Kesadahan Ca2+


Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa air sampel dengan
perlakuan adosrpsi menggunakan bentonite terjadi penurunan kandungan
kesadahan Ca2+. Kemudian nilai kesadahan air sampel tanpa perlakuan memiliki
kandungan lebih besar daripada air PDAM. Oleh karena itu penambahan
bentonite mempengaruhi kandungan sadah Ca2+ dalam air sampel. Standar
kandungan kalsium pada air minum layak konsumsi tidak banyak diperoleh
acuannya, pada Standar Kandungan Kalsium (Ca) dalam air minum dalam
Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor 01-0220-1987 yaitu maksimal yang
diperbolehkan sebesar 10 mg/L (10 ppm). Oleh karena itu pada hasil pengolahan
menggunakan bentonite dapat menurunkan kadar Ca2+ sehingga air dapat layak
konsumsi ditinjau dari kandungan Ca2+.
2. Analisis Kesadahan Mg2+ pada Air Sampel
Pada percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kadar kesadahan Mg2+
dalam air sampel. Pada proses ini masing-masing sampel dengan perlakuan
adsorpsi, sampel air tanpa perlakuan adsorpsi, dan air PDAM dianalisis
kandungan sadah Mg2+, kemudian dibandingkan pada masing-msaing perlakuan
dengan tanpa perlakuan dan air PDAM. Oleh karena itu dapat diketahui
pengaruh adsorpsi dan kelayakan air hasil pengolahan sebagai konsumsi
masyarakat yang dibandingkan dengan standart baku mutu Standar Nasional
Indonesia (SNI) nomor 01-0220-1987 terkait kandungan Mg2+.
Pada prosedur kerjanya, pertama proses persiapan alat dan bahan. Proses
ini bertujuan untuk persiapan sehingga proses kerja dapat berlangsung lebih
cepat. Peralatan kimia yang digunakan dapat dibersihkan terlebih dahulu untuk
mengurangi adanya kontaminan yang terdapat pada peralatan kimia sehingga
meminimalisir terjadinya kesalahan titrasi. Kemudian bahan yang digunakan dan
sampel yang akan dianalisis juga harus dipersiapkan.
Setelah proses persiapan telah dilaksanakan, selanjutnya 25 mL sampel
yang dianalisis diukur menggunakan gelas ukur sebanyak 25 mL dan
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. Setelah dimasukkan ke dalam Erlenmeyer,
Sampel ditambahkan 1-2 mL larutan penyangga pH 10 (larutan tidak berwarna).
Penambahan larutan buffer 10 ini berfungsi untuk menstabilkan kompleks yang
terjadi antara ligan EDTA dengan kation Mg2+ yang ada dalam sampel, hal
tersebut dikarenakan reaksi pembentukan komplek EDTA dengan Mg2+ selalu
dilepaskan H+ sehingga menyebabkan menurunnya stabilitas kompleks pada
suasana asam. Penggunaan buffer pada pH 10 dikarenakan logam magnesium
bentuk kompleks akan stabil pada nilai pH tersebut (Watson, 2000). Oleh karena
itu pada penelitian ini penambahan larutan buffer 10 dengan volume sebesar 1-
2 mL.
Setelah ditambahkan larutan buffer pH 10, sampel ditambahkan indikator
EBT (padatan berwarna ungu kehitaman). Penambahan indikator EBT
(Erichrom Black T) ini berfungsi untuk mengetahui titik akhir dari titrasi
kompleksometri. EBT (Erichrome Black T) merupakan indikator berwarna
merah muda, bila berada dalam larutan yang mengandung ion kalsium dan ion
magnesium. Pada keadaan buffer dengan pH 10, indikator ini berwarna biru.
Indikator ini merupakan larutan tidak stabil sehingga hanya bisa digunakan
dalam suasana basa. Adapun struktur kimia mureksid adalah sebagai berikut:

Gambar 5 Struktur Kimia Mureksid


Larutan sampel yang ditambahkan dengan indikator EBT ini menjadi
berwarna merah muda. Adanya perubahan warna tersebut menandakan
terbentuknya kompleks [Mg-EBT]2+. Adapun reaksi yang terjadi ketika
indikator mureksid ditambahkan ke dalam sampel air yang mengandung kation
Mg2+ adalah sebagai berikut:
Gambar 6 Reaksi Pembentukan Mg-EBT
Setelah larutan sampel telah ditambahkan larutan buffer 10 dan indikator
EBT maka proses selanjutnya adalah titrasi dengan larutan EDTA (larutan tidak
berwarna). Larutan EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid) merupakan
asam kompleks yang berupa asam karboksilat poliamino yang biasa digunakan
sebagai agensia pengkelat atau ligan beberapa ion atau unsur logam diantaranya
logam Mg2+. Adapun rumus struktur kimia dari larutan EDTA adalah sebagai
berikut:

Gambar 7 Rumus Struktur EDTA


Pada prosesnya titrasi dengan larutan EDTA, analit berwarna merah muda
dikarenakan membentuk ion kompleks [Mg-EBT]2+ (aq). Ketika proses titrasi
dilakukan, larutan EDTA (H2Y2-) akan membentuk kompleks dengan semua
Mg2+ yang telah membentuk kompleks dengan EBT, maka kompleks [Ca-
Mureksid]2+ yang berwarna merah muda akan terdisosiasi berubah menjadi
warna biru dari indikator EBT ketika dalam suasana pH 10. Adanya perubahan
warna tersebut menandakan titik akhir telah dicapai dikarenakan semua ion
Magnesium telah membentuk kompleks dengan larutan EDTA. Adapim reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut:

MgIn (aq) + [H2Y2-] (aq) → [MgY]2-(aq) + 2HIn

Dari proses titrasi tersebut volume EDTA yang digunakan dalam masing-
masing sampel air adalah sebagai berikut:
Tabel 4 Volume Titrasi Masing-Masing Sampel
No Jenis Sampel Volume EDTA
1 Air Sampel tanpa adsorpsi
V1 1.5 mL
V2 1.3 mL
V3 1.4 mL
2 Air sampel + bentonit 5 gram
V1 0.3 mL
V2 0.6 mL
V3 0.6 mL
3 Air sampel + bentonit 10 gram
V1 1.1 mL
V2 1.3 mL
V3 1.2 mL
4 Air sampel + bentonit 15 gram
V1 0.6 mL
V2 0.7 mL
V3 0.8 mL

Berdasarkan volume titrasi tersebut dapat dimasukkan ke dalam


persamaan (2) untuk menentukan kadar kesadahan Ca2+ daam sampel air.
Berikut persamaan (2)
A × C × 1000 × Ar Mg
[𝑀𝑔2+ ] = x Pengenceran … Persamaan (2)
Volume sampel
Keterangan:
A = Volume EDTA yang digunakan titrasi Mg2+
C = Konsentrasi EDTA
Berdasarkan persamaan tersebut, proses selanjutnya yaitu perhitungan
kadar kesadahan Mg2+ dalam air sampel. Dari proses perhitungan didapatkan
hasil kesadahan Mg2+ adalah sebagai berikut:
Tabel 5 Kadar Kesadahan Mg2+ dalam Sampel Air
No Jenis Sampel Kesadahan Mg2+ rata-rata
(mg/L)
1 Air Sampel tanpa adsorpsi 33.6
2 Air sampel + bentonit 5 gram 12
3 Air sampel + bentonit 10 gram 28.8
4 Air sampel + bentonit 15 gram 16.2
5. Air PDAM 7.2

Berikut grafik dari kadar kesadahan Mg2+ dari proses analisis masing-
masing sampel air:

Grafik Kesadahan Mg 2+ pada Air


Sampel
40
30
20
10
0
0 5 10 15

Gambar 8 Grafik Kesadahan Mg2+


Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa air sampel dengan
perlakuan adsorpsi dengan adsorben bentonite memiliki kadar kesadahan yang
lebih rendah daripada air sampel tanpa perlakuan. Kemudian air sampel tanpa
adsorpsi memiliki kadar kesadahan Mg2+ lebih tinggi daripada air PDAM.
Namun, pada penelitian ini terdapat ketidaksesuaian dalam teori bahwa metode
adsorpsi air merupakan metode yang efektif untuk mengatasi permasalahan
pencemaran lingkungan diantaranya kesadahan air (Nurdila, dkk., 2015),
sedangkan pada penelitian ini kandungan Mg2+ semakin meningkat pada
penambahan bentonite 10 gram kemudian terjadi penurunan kembali sehingga
terdapat beberapa kesalahan dalam analisis.
Standar kandungan magnesium pada air minum layak konsumsi tidak
banyak diperoleh acuannya, pada Standar Kandungan magnesium (Mg2+) dalam
air minum dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor 01-0220-1987 yaitu
maksimal yang diperbolehkan sebesar 150 mg/L (150 ppm). Oleh karena itu
pada hasil pengolahan menggunakan bentonite dapat menurunkan kadar Mg2+
dari air sampel (air sungai Karang Pilang) tanpa perlakuan adsorpsi.
3. Kandungan Kesadahan Total dalam Air Sampel
Pada tahap ini bertujuan untuk mengetahui kandungan dari kesadahan
total antara Ca2+ dan Mg2+ yang telah dianalisis sebelumnya. Kesadahan total
yang dihasilkan dari analisis ini akan dibandingkan dengan Peraturan Menteri
Kesehatan tahun 2017 sehingga diketahui kelayakkan konsumsi dari air sampel
dengan perlakuan adsorpsi.
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan hasil pengamatan pengamatan
sebagai berikut:
Tabel 6 Kadar Kesadahan Total dalam Sampel Air
No Jenis Sampel Kesadahan Total rata-rata
(mg/L)
1 Air Sampel tanpa adsorpsi 260
2 Air sampel + bentonit 5 gram 80
3 Air sampel + bentonit 10 gram 143
4 Air sampel + bentonit 15 gram 80
5. Air PDAM 70

Berikut grafik dari kadar kesadahan Mg2+ dari proses analisis masing-masing
sampel air:
Grafik Kesadahan Total pada Air
Sampel
300
250 260

200
150 143
100
80 80
50
0
0 5 10 15

Gambar 9 Grafik Kesadahan Total


Dari hasil pengamatan tersebut dapat diketahui bahwa air sampel dengan
perlakuan adsorpsi dengan adsorben bentonite memiliki kadar kesadahan total
yang lebih rendah daripada air sampel tanpa perlakuan. Kemudian air sampel
tanpa adsorpsi memiliki kadar kesadahan total lebih tinggi daripada air PDAM.
Namun, pada penelitian ini terdapat ketidaksesuaian dalam teori bahwa metode
adsorpsi air merupakan metode yang efektif untuk mengatasi permasalahan
pencemaran lingkungan diantaranya kesadahan air (Nurdila, dkk., 2015),
sedangkan pada penelitian ini kandungan kesadahan total semakin meningkat
pada penambahan bentonite 10 gram kemudian mengalami penurunan kembali
pada penambahan bentonite 15 gram sehingga terdapat beberapa kesalahan
dalam analisis. Hal tersebut dipengaruhi oleh data dari analisis kesadahan Mg2+
yang terjadi kesalahan.
Standar kandungan kesadahan total dalam media air untuk keperluan
hygiene sanitasi dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI nomor 32
tahun 2017 yaitu maksimal yang sebesar 500 mg/L (500 ppm). Oleh karena itu
pada hasil pengolahan menggunakan bentonit dapat menurunkan kadar
kesadahan dari air sampel (air sungai Karang Pilang) tanpa perlakuan adsorpsi.

IX. Simpulan
Berdasarkan pembahasan dan analisis hasil pengamatan dapat disimpulkan
bahwa nilai kesadahan Ca2+ dari sampel tanpa penambahan adsorben sebesar 48
mg/L; sampel dengan penambahan 5 gram adsorben sebesar 12 mg/L; sampel
dengan penambahan 10 gram adsorben sebesar 9.2 mg/L; sampel dengan
penambahan 15 gram adsorben sebesar 4 mg/L; nilai kesadahan Mg2+ dari sampel
tanpa penambahan adsorben sebesar 33.6 mg/L; sampel dengan penambahan 5
gram adsorben sebesar 12 mg/L; sampel dengan penambahan 10 gram adsorben
sebesar 28.8 mg/L; sampel dengan penambahan 15 gram adsorben sebesar 16.8
mg/L.; nilai kesadahan total dari sampel tanpa penambahan adsorben sebesar 208
mg/L; sampel dengan penambahan 5 gram adsorben sebesar 64 mg/L; sampel
dengan penambahan 10 gram adsorben sebesar 144.4 mg/L; sampel dengan
penambahan 15 gram adsorben sebesar 64 mg/L.
X. Daftar Pustaka
Daniel, S.B., Jenal, M.S., Turmuzi, M.L., 2012. Penggunaan tanah bentonite
sebagai adsorben logam. Jurnal Teknik Kimia USU. 1(1): 1-4.
Departemen Kesehatan RI. 2010. Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia
nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air
minum. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI. 2017. Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia
nomor 32/MENKES/PER/IV/2017 tentang standar baku mutu kesehatan.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Harvey R.A. & Champe P.C. 2009. Pharmacology. 4 nd ed. China: Lippincott
William & Wilkins.p.249-60.
Kuswanti, T., Sofyatiningrum, E., dkk. 2007. Sains Kimia 3 Jakarta:.Bumi Aksara
Marsidi.R. 2011. Zeolit Untuk Mengurangi Kesadahan Air. Jurnal Teknologi
Lingkungan, 2(1).
Nurdila. F. A., N. S. Asri., & E. Suharyadi. 2015. Studi Adsorpsi Logam Fe (II), Ni
(II), dan Cu (II) dalam Limbah Cair Buatan Menggunakan Adsorben
Nanopartikel Magnesium Ferrite. Jurnal Fisika Indonesia, 19 : 204–207.
Prodjosantoso, A.K. & Regina Tutik P. 2011. Kimia Lingkungan (Teori,
Eksperimen dan Aplikasi). Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Qadafi, M.,. 2015. Analisis Kelayakgunaan Air Tanah Dalam Ditinjau dari Aspek
Kualitas dan Geologi Lingkungan di Kota Tembilahan Indragiri Hili. Ilmu
Lingkungan, 3-17.
Standar Nasional Indonesia (SNI). 1987. Standart baku mutu air minum nomor 01-
0220-1987. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
Supardi. 2009. Pelunakan Air Sadah dengan Menggunakan Zeolit Sintesis.
Bandung. Institut Teknologi Bandung.
Sobirin, M., Agus, Y., Mahardika, P. A., 2016. Efek penambahan karbon aktif pada
magnetic dari pasir besi sebagai adsorpsi ion kalsium dalam air. Unnes
Physics Journal. 5 (2): 42-50
Setyaningtyas, T., R. Andreas, & K. Riyani. 2008. Potensi Humin Hasil Isolasi
Tanah Hutan Damar Baturraden Dalam Menurunkan Kesadahan Air.
Jurnal Molekul, 3(2). Purwokerto: Jurusan Kimia FMIPA Universitas
Jendral Sudirman.
Lampiran 1. Perhitungan Kesadahan dalam Sampel
Diketahui :
A = mL EDTA Ca2+
B = mL EDTA Mg2+
C = konsentrasi EDTA = 0,01 M
Ar Ca = 40
Ar Mg = 24
Ditanya = Kesadahan total ?
Jawab =
Kesadahan Ca2+
Sampel air
V1 = 1,3 mL
V2 = 1,2 mL
V3 = 1,1 mL
Vrata-rata = 1,2 mL
Air PDAM = 0,4 mL
Sampel + bentonit 5 gram
V1 = 0,3 mL
V2 = 0,2 mL
V3 = 0,4 mL
Vrata-rata = 0,3 mL
Sampel + bentonit 10 gram
V1 = 0,2 mL
V2 = 0,3 mL
V3 = 0,2 mL
Vrata-rata = 0,23 mL
Sampel + bentonit 15 gram
V1 = 0,1 mL
V2 = 0,1 mL
V3 = 0,1 mL
Vrata-rata = 0,1 mL
Rumus Kesadahan Ca2+
𝐴 𝑥 𝐶 𝑥 1000 𝑥 𝐴𝑟 𝐶𝑎
Ca2+ (mg / L) =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑚𝐿)

1,2 𝑚𝐿 𝑥 0,01 𝑁 𝑥 1000 𝑥 40


Sampel = = 48 mg/L
10 𝑚𝐿
0,4 𝑚𝐿 𝑥 0,01 𝑁 𝑥 1000 𝑥 40
Air PDAM = = 16 mg/L
10 𝑚𝐿
0,3 𝑚𝐿 𝑥 0,01 𝑁 𝑥 1000 𝑥 40
Sampel + bentonit 5 gram = = 12 mg/L
10 𝑚𝐿
0,23 𝑚𝐿 𝑥 0,01 𝑁 𝑥 1000 𝑥 40
Sampel + bentonit 10 gram = = 9,2 mg/L
10 𝑚𝐿
0,1 𝑚𝐿 𝑥 0,01 𝑁 𝑥 1000 𝑥 40
Sampel + bentonit 15 gram = = 4 mg/L
10 𝑚𝐿

Kesadahan Mg2+
Sampel air
V1 = 1,5 mL
V2 = 1,3 mL
V3 = 1,4 mL
Vrata-rata = 1,4 mL
Air PDAM = 0,3 mL
Sampel + bentonit 5 gram
V1 = 0,3 mL
V2 = 0,6 mL
V3 = 0,6 mL
Vrata-rata = 0,5 mL
Sampel + bentonit 10 gram
V1 = 1,1 mL
V2 = 1,3 mL
V3 = 1,2 mL
Vrata-rata =1,2 mL
Sampel + bentonit 15 gram
V1 = 0,6 mL
V2 = 0,7 mL
V3 = 0,8 mL
Vrata-rata = 0.7 mL

Rumus Kesadahan Mg2+

𝐴 𝑥 𝐶 𝑥 1000 𝑥 𝐴𝑟 𝑀𝑔
Mg2+ (mg / L) =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑚𝐿)

1,4 𝑚𝐿 𝑥 0,01 𝑁 𝑥 1000 𝑥 24


sampel = = 33,6 mg/L
10 𝑚𝐿
0,3 𝑚𝐿 𝑥 0,01 𝑁 𝑥 1000 𝑥 24
Air PDAM = = 7,2 mg/L
10 𝑚𝐿
0,5 𝑚𝐿 𝑥 0,01 𝑁 𝑥 1000 𝑥 24
sampel + bentonit 5 gram = = 12 mg/L
10 𝑚𝐿
1,2 𝑚𝐿 𝑥 0,01 𝑁 𝑥 1000 𝑥 24
sampel + bentonit 10 gram = = 28,8 mg/L
10 𝑚𝐿
0.7 𝑚𝐿 𝑥 0,01 𝑁 𝑥 1000 𝑥 24
sampel + bentonit 15 gram = = 16.8 mg/L
10 𝑚𝐿
Rumus Kesadahan Total

(𝐴+𝐵)𝑥 𝐶 𝑥 1000 𝑥 𝑀𝑟 CaCO3


Kesadahan Total (mg / L) =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑚𝐿)

(1,2+ 1,4) 𝑚𝐿 𝑥 0,01 𝑁 𝑥 1000 𝑥 100


sampel = = 260 mg/L
10 𝑚𝐿
(0,4+ 0,3) 𝑚𝐿 𝑥 0,01 𝑁 𝑥 1000 𝑥 100
Air PDAM = = 70 mg/L
10 𝑚𝐿
(0,3+ 0,5) 𝑚𝐿 𝑥 0,01 𝑁 𝑥 1000 𝑥 100
sampel + bentonit 5 gram = = 80 mg/L
10 𝑚𝐿
(0,23 + 1,2) 𝑚𝐿 𝑥 0,01 𝑁 𝑥 1000 𝑥 100
sampel + bentonit 10 gram = = 143 mg/L
10 𝑚𝐿

(0,1+0.7) 𝑚𝐿 𝑥 0,01 𝑁 𝑥 1000 𝑥 100


sampel + bentonit 15 gram = = 80 mg/L
10 𝑚𝐿
Lampiran 2 Dokumentasi Kegiatan Praktikum
Gambar Keterangan

Larutan sampel + bentonit 10


gram diukur 10 mL dimasukan
kedalam erlenmeyer

Larutan sampel + bentonit 5 gram


diukur 10 mL dimasukan
kedalam erlenmeyer

Larutan sampel 10 mL yang telah


ditambah larutan NaOH dan
serbuk murexid dan dititrasi
dengan larutan EDTA

Larutan sampel 10 mL yang telah


ditambah larutan NaOH dan
serbuk murexid sebelum dititrasi
dengan larutan EDTA

Larutan sampel + bentonit 5 gram


10 mL yang telah ditambah
larutan penyangga pH 10 dan
larutan EBT setelah dititrasi
dengan larutan EDTA
5 Larutan sampel 10 mL yang telah
ditambah larutan penyangga 10
dan larutan EBT telah dititrasi
dengan larutan EDTA

Larutan sampel + bentonit 5 gram


10 mL yang telah ditambah
larutan penyangga 10 dan larutan
EBT telah dititrasi dengan
larutan EDTA

Anda mungkin juga menyukai