Anda di halaman 1dari 43

0

ANALISIS pH dan KADAR KLORIN AIR KOLAM RENANG


REKREASI DI KOTA BANDAR LAMPUNG DENGAN
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

Skripsi

Oleh
E. Rini Indriati

UNIVERSITAS TULANG BAWANG


BANDAR LAMPUNG
2015
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Air sangat diperlukan oleh seluruh mahluk hidup. Air selalu berkaitan erat dengan
keberadaan mahluk dan kehidupannya dalam alam ini. Dalam kehidupan sehari-
hari, manusia sangat tergantung pada air, dan kualitas kesehatan juga sangat
ditentukan oleh kualitas air untuk keperluan kehidupan. Untuk mendapatkan air
yang baik, yaitu air dengan kualitas tertentu, pada saat ini dibeberapa tempat
terutama pada daerah yang padat pemukiman sudah mulai sulit karena adanya
pencemaran air yang disebabkan oleh kegiatan manusia. Untuk menentukan
kualitas air bersih sangat sulit karena ditentukan oleh banyak faktor, seperti
ditinjau dari kegunaan dan sumber air itu sendiri. Kegunaan air dapat berupa
untuk air minum, keperluan rumah tangga, industri, irigasi pertanian dan
perkebunan, perikanan, rekreasi dan lainnya (Situmorang, 2007).

Kolam renang rekreasi merupakan sarana yang digemari masyarakat untuk


berekreasi dan merupakan saranan olah raga, tempat-tempat umum ini sering
dijadikan berkumpulnya manusia dan merupakan media yang cukup baik dalam
penularan penyakit (Leonardus, 2010).

Persyaratan air yang harus dimiliki kolam renangan adalah pH air, apabila
menyimpang akan menimbulkan iritasi pada mata dan proses koagulasi akan
terganggu, CO2 agresif harus tidak ada karena akan mengakibatkan karatan pada
pipa, kesadahan berpengaruh pada daya pembersih air, zat organik kelebihan zat
organik menandakan air kotor dan adanya H2S dalam air berarti sedang terjadi
proses pembusukan air tercemari oleh kotoran atau sumber kotoran lainnya, air
berbau, sehingga tidak memenuhi syarat fisik air (Leonardus, 2010).
Pokok-pokok pengolahan air kolam renang adalah dengan menjernihkan air
dengan cara: membubuhkan zat koagulan seperti tawas AL2 (SO4)3, Na2CO3,
2

menyaring air melalui saringan (filtrasi) dan membasmi lumut serta disinfeksi air
dengan cara memasukkan zat desinfeksia (Leonardus, 2010)

Dapat dinyatakan bahwa kualitas air merupakan syarat untuk kualitas kesehatan
manusia, karena tingkat kualitas air dapat digunakan sebagai indikator tingkat
kesehatan masyarakat. Kebutuhan akan air bersih meningkat sesuai dengan
pertambahan penduduk. Dibeberapa tempat terjadi kasus-kasus penyakit kolera,
dan penyakit kulit lainnya disebabkan oleh penggunaan air yang terkontaminasi
oleh bakteri (Situmorang, 2007).

Kaporit banyak digunakan dalam penggolahan air bersih dan air limbah sebagai
oksidator dan desinfektan. Sebagai oksidator, klorin digunakan untuk
menghilangkan bau dan rasa pada penggolahan air bersih, yang dimaksud dengan
klorin tidak hanya Cl2 saja tetapi termasuk juga asam hipolkorit (HOCl-) dan ion
hipoklorit (OCl-), juga beberapa jenis kloramin seperti monokloramin (NH2Cl)
dan dikloramin (NHCl2) termasuk didalamnya. Kaporit dapat juga diperoleh dari
gas Cl2 atau garam-garam seperti kalsium hipoklorit Ca (OCl)2 (Farida, 2002).

pH adalah suatu bilangan yang menyatakan keasaman atau kebasaan suatu zat
yang larut dalam air, (Anonim, 1979). Beberapa persyaratan yang perlu diketahui
mengenai kualitas air tersebut baik secara fisik, kimia, dan juga secara
mikrobiologi. Syarat fisik antara lain : air harus bersih dan tidak keruh, tidak
berwarna, tidak berasa, tidak berbau, suhu tidak berbeda lebih 3oC dari suhu udara
dan tidak meninggalkan endapan. Syarat kimiawi, antara lain : tidak
menggandung zat-zat kimiawi yang berlebihan, cukup yodium, pH air antara 6,5-
8,5. Syarat mikrobiologi antara lain: tidak menggandung kuman-kuman penyakit
seperti disentri, tipus, kolera, dan bakteri patogen penyebab penyakit (DepKes
RI, 2006).

Perlunya dilakukan pengukuran pH pada kolam renang rekreasi untuk


memastikan apakah air kolam renang rekreasi tersebut mempunyai pH dibawah
pH normal kolam renang < 7,2-8, (Eaton dkk, 2005).
3

Sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh SNI 06-4824-1998 yaitu bahwa
kandungan klorin pada air kolam tidak melebihi 4,0 mg/l. Sedangkan standar pH
pada air kolam renang adalah dengan skala 6-8.

Hasil penelitian Teddy Permana dan Dyah Suryani (2013) tentang hubungan sisa
klor dengan keluhan iritasi kulit dan mata pada pemakai kolam renang hotel di
wilayah Kota Yogyakarta, hasil penelitian diperoleh sisa klor pada sampel air
kolam renang hotel bintang 3 dan 4 di Wilayah Kota Yogyakarta tergolong tidak
memenuhi syarat dengan kategori jumlah 66,7 %. Keluhan iritasi kulit dan mata
pada pemakai kolam renang hotel bintang 3 dan 4 di Wilayah Kota Yogyakarta
sebanyak 28 orang (58,3 %), sedangkan 20 orang (41,7%) yang tidak mengalami
keluhan. Ada hubungan antara sisa klor dengan keluhan iritasi kulit dan mata pada
pemakai kolam renang hotel di Wilayah Kota Yogyakarta.

Penentuan kadar klorin pada kolam renang ini dapat dilakukan dengan metode
Spektrofotometri UV-Vis.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini


adalah: Apakah pH dan kadar klorin air kolam renang rekreasi di Kota Bandar
Lampung telah sesuai dengan standar SNI?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pH dan kadar klorin air kolam renang
rekreasi di Kota Bandar Lampung dengan Spektrofotometri UV-Vis dengan
membandingkan standar yang ditetapkan SNI.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi kepada masyarakat dan


pelaku usaha tentang upaya peningkatan kualitas air kolam renang.
4

1.5 Hipotesis

Kadar klorin pada air kolam renang rekreasi ada yang dibawah standar dan ada
pula yang melebihi batas SNI sehingga dapat menyebabkan toksik, iritasi mata,
kulit dan karsinogenik.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Air

2. 1. 1 Definisi Air

Air adalah senyawa kimia dengan rumus kimia H2O, artinya satu molekul air
tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom
oksigen. Air mempunyai sifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada
kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) dan suhu 273,15 K (0o C).
Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting karena mampu melarutkan
banyak zat kimia lainnya, seperti garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan
senyawa organik (Kusnoputranto, 1986).

Atom oksigen memiliki nilai keelektronegatifan yang sangat besar, sedangkan


atom hidrogen memiliki nilai keelektronegatifan paling kecil diantara unsur-unsur
bukan logam. Hal ini selain menyebabkan sifat kepolaran air yang besar juga
menyebabkan adanya ikatan hidrogen antar molekul air. Ikatan hidrogen terjadi
karena atom oksigen yang terikat dalam satu molekul air masih mampu
mengadakan ikatan dengan atom hidrogen yang terikat dalam molekul air yang
lain. Ikatan hidrogen inilah yang menyebabkan air memiliki sifat-sifat yang khas.
Sifat-sifat khas air sangat menguntungkan bagi kehidupan makhluk di bumi
(Achmad, 2004). Hal sama dikemukakan oleh Dugan (1972), Hutchinson (1975)
dan Miller (1992) yang menyatakan bahwa air memiliki beberapa sifat khas yang
tidak dimiliki oleh senyawa kimia lain. Diantara sifat-sifat tersebut adalah : Air
memiliki titik beku 0oC dan titik didih 100oC (jauh lebih tinggi dari yang
diperkirakan secara teoritis).

Air memiliki perubahan suhu yang lambat. Sifat ini merupakan penyebab air
sebagai penyimpan panas yang baik, sehingga makhluk hidup terhindar dari
6

ketegangan akibat perubahan suhu yang mendadak. Suhu lingkungan akan terjaga
tetap sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan untuk kehidupan. Air mampu
melarutkan berbagai jenis senyawa kimia, sehingga disebut sebagai pelarut
universal (Kusnoputranto, 1986).

Nama Sistematis : Air


Nama Alternatif : Aqua, dihidrogenmonoksida, Hidrogen hidroksida
Rumus Molekul : H2O
Massa Molar : 18,0153 g/mol
Densitas dan Fase : 0,998 g/cm³ (cair pada 20 oC), 0,92 g/cm³ (padat)
Titik Lebur : 0o C
Titik Didih : 100o C
Kalor Jenis : 4184 J/kg. K (cair pada 20o C)

2. 1. 2 Sumber Air

Air yang ada di permukaan bumi berasal dari beberapa sumber. Berdasarkan letak
sumbernya air dibagi menjadi tiga, yaitu air hujan, air permukaan dan air tanah.
Air hujan merupakan sumber utama dari air di bumi. Air ini pada saat
pengendapan dapat dianggap sebagai air yang paling bersih, tetapi pada saat di
atmosfer cenderung mengalami pencemaran oleh beberapa partikel debu,
mikroorganisme dan gas (misal: karbon dioksida, nitrogen dan amonia). Air
permukaan meliputi badan-badan air semacam sungai, danau, telaga, waduk, rawa
dan sumur permukaan. Sebagian besar air permukaan ini berasal dari air hujan dan
mengalami pencemaran baik oleh tanah, sampah dan lainnya.
Air tanah berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi, kemudian
mengalami penyerapan ke dalam tanah dan penyaringan secara alami. Proses-
proses ini menyebabkan air tanah menjadi lebih baik dibandingkan air permukaan
(Chandra, 2007).

2. 1. 3 Manfaat Air

Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar
tiga perempat bagian dari tubuh manusia terdiri dari air. Air digunakan untuk
7

mendukung hampir seluruh kegiatan manusia. Sebagai contoh, air digunakan


untuk minum, memasak, mandi, mencuci dan membersihkan lingkungan rumah.
Air juga dimanfaatkan untuk keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran,
tempat rekreasi dan transportasi. Air dibutuhkan organ tubuh untuk membantu
terjadinya proses metabolisme, sistem asimilasi, keseimbangan cairan tubuh,
proses pencernaan, pelarutan dan pengeluaran racun dari ginjal, sehingga kerja
ginjal menjadi ringan (Chandra, B., 2007).

2. 1. 4 Kualitas Air

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 Tentang Syarat-
syarat dan Pengawasan Kualitas Air, air bersih adalah air yang digunakan untuk
keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat
diminum apabila telah dimasak. Adapun syarat-syarat kesehatan air bersih adalah:
1. Persyaratan Biologis
Persyaratan biologis berarti air bersih itu tidak mengandung mikroorganisme
yang nantinya menjadi infiltran tubuh manusia. Mikroorganisme itu dapat
dibagi dalam empat group, yakni parasit, bakteri, virus, dan kuman. Dari
keempat jenis mikroorganisme tersebut umumnya yang menjadi parameter
kualitas air adalah bakteri seperti Eschericia coli.
2. Persyaratan Fisik
Persyaratan fisik air bersih terdiri dari kondisi fisik air pada umumnya, yakni
derajat keasaman, suhu, kejernihan, warna, bau. Aspek fisik ini sesungguhnya
selain penting untuk aspek kesehatan langsung yang terkait dengan kualitas
fisik seperti suhu dan keasaman tetapi juga penting untuk menjadi indikator
tidak langsung pada persyaratan biologis dan kimiawi, seperti warna air dan
bau.
3. Persyaratan Kimia
Persyaratan kimia menjadi penting karena banyak sekali kandungan kimiawi
air yang memberi akibat buruk pada kesehatan karena tidak sesuai dengan
proses biokimiawi tubuh. Bahan kimiawi seperti nitrat, arsenic, dan berbagai
macam logam berat khususnya air raksa, timah hitam, dan cadmium dapat
menjadi gangguan pada faal tubuh dan berubah menjadi racun.
8

4. Persyaratan Radioaktif
Persyaratan radioaktif sering juga dimasukkan sebagai bagian persyaratan
fisik, namun sering dipisahkan karena jenis pemeriksaannya sangat berbeda,
dan pada wilayah tertentu menjadi sangat serius seperti di sekitar reaktor
nuklir.

2. 1. 5 Penggolongan Air

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang


Pengendalian Pencemaran Air menyebutkan bahwa ada empat golongan air
menurut peruntukannya, yaitu :
1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air bakti air
minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut

2. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk


prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan ,air
untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan
mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut
3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan
tersebut
4. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi,
pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.

2. 2 Kolam Renang

2. 2. 1 Definisi Kolam Renang Rekreasi

Kolam renang adalah suatu konstruksi buatan yang dirancang untuk diisi dengan
air dan digunakan untuk berenang, menyelam, atau aktivitas air lainnya. Kolam
renang pribadi adalah simbol status bagi pemiliknya, karena membutuhkan
banyak tempat dan biaya perawatan yang besar. Kolam renang umum biasanya
adalah bagian dari pusat kebugaran jasmani atau taman rekreasi, dengan fasilitas-
fasilitas lainnya meliputi sauna, lapangan olahraga renang (squash, tenis, dll) dan
9

rumah makan. Untuk menjernihkan dan mendisfeksi air biasanya digunakan


kaporit.

Kolam renang rekreasi merupakan sarana yang digemari masyarakat untuk


berekreasi dan merupakan saranan olah raga, tempat-tempat umum ini sering
dijadikan berkumpulnya manusia dan merupakan media yang cukup baik dalam
penularan penyakit (Leonardus, 2010).

Persyaratan air yang harus dimiliki kolam renang adalah pH air, apabila
menyimpang akan menimbulkan iritasi pada mata dan proses koagulasi akan
terganggu, CO2 agresif harus tidak ada karena akan mengakibatkan karatan pada
pipa, kesadahan berpengaruh pada daya pembersih air, zat organik kelebihan zat
organik menandakan air kotor dan adanya H2S dalam air berarti sedang terjadi
proses pembusukan air tercemari oleh kotoran atau sumber kotoran lainnya, air
berbau, sehingga tidak memenuhi syarat fisik air (Leonardus, 2010).

2. 2. 2 Pokok-Pokok Pengolahan Air Kolam Renang

Pencegahan penyebaran penyakit melalui kolam renang dapat diminimalkan bila


dilakukan pengolahan kualitas air dengan baik.
Pokok-pokok pengolahan air kolam renang :
1. Penjernihan
Menjernihkan air kolam renang dengan cara pemberian zat koagulan dan
membubuhkan zat koagulan seperti tawas (AL2SO4)3, natrium carbonat
(Na2Co3). Pemberian zat koagulan pada air kolam renang bertujuan untuk
mengikat kotoran (zat organik) yang ada dalam air kolam menjadi keping
yang lebih besar agar dapat lebih mudah diambil atau disaring.
2. Desinfektan
Penggunaan kaporit bertujuan sebagai desinfektan. Desinfektan berbasis
klorin seperti hipoklorit, klorin atau chloroisocyanurates berfungsi untuk
menonaktifkan berbagai bakteri patogen yang ada di dalam air
3. Penyaring air melalui saringan (filtrasi)
4. Membasmi lumut

Proses-proses di atas dapat dijadikan acuan dalam pengelolaan air kolam renang
agar diperoleh kualitas air yang terjamin. Tidak hanya itu, kesadaran dari
10

pengelola kolam renang untuk senantiasa menjaga kualitas air kolam sangat
dibutuhkan. Dalam melakukan pengelolaan hendaknya memperhatikan aturan
pemakaian dan kadar bahan kimia yang ditambahkan. Hal itu perlu dilakukan
agar pemakai terhindar dari dampak negatif yang ditimbulkan oleh pemakaian zat-
zat kimia dalam pengelolaan air kolam renang (Leonardus, 2010).

Penelitian mengenai penetapan kadar klorin pada air kolam renang pernah
dilakukan oleh Teddy dkk tahun 2013 tentang hubungan sisa klor dengan keluhan
iritasi kulit dan mata pada pemakai kolam renang Hotel di Wilayah Kota
Yogyakarta.

2. 3 Desinfektan
2. 3. 1 Definisi Desinfektan

Desinfektan merupakan bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya


infeksi dengan membunuh jasad renik (bakterisid), terutama pada benda mati.
Proses desinfeksi dapat menghilangkan 60% - 90% jasad renik. Desinfektan
digunakan secara luas untuk sanitasi baik di rumah tangga, laboratorium, dan
rumah sakit (Larson, 2013).

Kriteria suatu desinfektan yang ideal adalah bekerja dengan cepat untuk
menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar, berspektrum luas, aktivitasnya
tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur, dan kelembaban, tidak
toksik pada hewan dan manusia, tidak bersifat korosif, bersifat biodegradable,
memiliki kemampuan menghilangkan bau yang kurang sedap, tidak meninggalkan
noda, stabil, mudah digunakan, dan ekonomis (Siswandono, 2010).

Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas desinfektan yang digunakan untuk


membunuh jasad renik adalah ukuran dan komposisi populasi jasad renik,
konsentrasi zat antimikroba, lama paparan, temperatur, dan lingkungan sekitar
(Pratiwi, 2008).

2. 3. 2 Penggolongan Desinfektan

Menurut Siswandono (1995), desinfektan dapat dibagi menjadi enam kelompok,


11

yaitu:

1. Turunan aldehida
Senyawa turunan aldehid memiliki gugus aldehid (COH) pada struktur kimianya,
misalnya formaldehid, paraformaldehid, dan glutaraldehid. Turunan aldehid
umumnya digunakan dalam campuran air dengan konsentrasi 0,5% - 5%
dan bekerja dengan mendenaturasi protein sel bakteri (Siswandono, 2011).

Larutan formaldehid (formalin), mengandung formaldehid (HCOH) 37%


yang mempunyai aktivitas antibakteri dengan kerja yang lambat. Larutan
formaldehid digunakan untuk pengawetan mayat, desinfektan ruangan,
alat-alat, dan baju dengan kadar 1:5000. Larutan formaldehid dalam air atau
alkohol digunakan untuk mendesinfeksi tangan dengan konsentrasi maksimum
0,5 mg/L (Somani, 2011). Struktur kimia formaldehid dapat dilihat pada
Gambar 2.1(a).

Paraformaldehid diperoleh dengan menguapkan larutan formaldehid. Senyawa ini


serupa dengan formalin. Paraformaldehid mempunyai bau kurang menyenangkan.
Paraformaldehid bekerja pada konsentrasi maksimum 0,1 mg/L (Ghanem, 2012).
Struktur kimia paraformaldehid dapat dilihat pada Gambar 2.1(b).

O
O O O O
C H C C C C
H H H H H
(a) (b)

Gambar 2.1 Struktur Kimia Formaldehid (a) dan Paraformaldehid (b)

Glutaraldehid digunakan untuk mensterilkan bahan cair dan peralatan bedah


yang tidak dapat disterilkan dengan pemanasan. Senyawa ini mempunyai
keuntungan karena tidak berbau dan efek iritasi terhadap kulit dan mata lebih
rendah dibanding formalin. Larutan glutaraldehid 2% efektif sebagai
antibakteri dan spora pada pH 7,5-8,5 (Fazlara and Ekhtelat, 2012).

Glutaraldehid mempunyai lebih efektif daripada Formaldehid dan tidak berpotensi


12

karsinogenik sehingga lebih banyak dipilih dalam bidang virologi (Brewer, 2010).

Mekanisme reaksinya dijelaskan pada Gambar 2.2


O H H H O

C C C C C

H H H H H

Gambar 2.2 Glutaraldehid

Pada prinsipnya, turunan aldehida ini dapat digunakan dengan spektrum luas.
Misalnya, formaldehid membunuh jasad renik dalam ruangan, peralatan, dan
lantai. Sedangkan glutaraldehid digunakan untuk membunuh virus. Keunggulan
turunan aldehid adalah sifatnya stabil, persisten, dapat dibiodegradasi, dan cocok
dengan beberapa material peralatan. Namun senyawa tersebut dapat
mengakibatkan resistensi jasad renik, berpotensi sebagai karsinogen dan
mengakibatkan iritasi pada sistem mukosa ( Larson, 2013).

2. Turunan alkohol

Turunan alkohol merupakan bahan yang banyak digunakan selain turunan aldehid,
misalnya etanol (C2H5OH), isopropanol (C3H7OH). Alkohol bekerja dengan
mendenaturasi protein dari sel bakteri dan umumnya dibuat dalam campuran
air pada konsentrasi 70% - 90%. Etanol bersifat bakterisid yang cepat, digunakan
sebagai antiseptik kulit dan sebagai pengawet. Aktivitas bakterisidnya optimal
pada kadar 70%. Isopropanol mempunyai aktivitas bakterisid lebih kuat
dibandingkan etanol karena lebih efektif dalam menurunkan tegangan permukaan
sel bakteri dan denaturasi bakteri (Elisabeth, dkk., 2012)

3. Senyawa pengoksidasi

Senyawa pengoksidasi yang umum digunakan sebagai desinfektan adalah


13

hidrogen peroksida, benzoil peroksida, karbanid peroksida, kalium permanganat,


dan natrium perborat (Siswandono, 2013).

Hidrogen peroksida adalah senyawa pengoksidasi yang sering digunakan


sebagai antimikroba. Senyawa ini diurai oleh enzim katalase menghasilkan
oksigen yang aktif sebagai antiseptik. Hidrogen peroksida digunakan untuk
mencuci luka dan penghilang bau badan dengan kadar 1-3% (Siswandono, 2012).

Benzoil peroksida dalam air melepaskan hidrogen peroksida dan asam benzoat.
Benzoil peroksida pada konsentrasi 5-10% digunakan sebagai antiseptik dan
keratolitik untuk pengobatan jerawat (Stampi, 2002).
Karbanid peroksida disebut juga urea peroksida, mengandung hidrogen peroksida
(34%) dan oksigen (16%). Larutan karbamid peroksida dalam air secara perlahan-
lahan melepaskan hidrogen peroksida, dan digunakan untuk antiseptik pada
telinga dan pada luka ( Elisabeth, dkk., 2012).

Kalium permanganat dan natrium perborat digunakan sebagai desinfektan dan


antiseptik karena bersifat oksidatif. Pada umumnya, kedua senyawa tersebut
digunakan untuk pemakaian lokal dalam bentuk larutan dalam air (Larson, 2013).

4. Turunan fenol

Fenol sendiri mempunyai efek antiseptik dan desinfektan. Golongan fenol


diketahui memiliki aktivitas antimikroba yang bersifat bakterisid namun tidak
bersifat sporisid. Senyawa turunan fenol yang dikenal sebagai senyawa fenolik
mengandung molekul fenol yang secara kimiawi dapat diubah. Perubahan struktur
kimia tersebut bertujuan untuk mengurangi efek iritasi kulit dan meningkatkan
aktivitas antibakteri (Brewer, 2010).

Senyawa fenolik seringkali digunakan dalam campuran sabun dan deterjen.


Aktivitas antimikroba senyawa fenolik disebabkan kemampuannya merusak lipid
pada membran plasma mikroorganisme sehingga menyebabkan isi sel keluar.
Peningkatan sifat lipofil turunan fenol akan meningkatkan aktivitas
desinfektannya. Salah satu senyawa fenolik yang paling sering digunakan adalah
14

kresol (Siswandono, 1995).

Fenol digunakan sebagai senyawa baku dalam pengujian desinfektan karena


memiliki mekanisme kerja yang luas. Fenol dapat merusak dinding sel dan
membran sel, mengkoagulasi protein, merusak ATPase, merusak sulfohidril dari
protein, dan merusak DNA sehingga efektif membunuh bakteri ( Fazlara and
Ekhtelat, 2012).

Pemasukan gugus halogen, seperti klorin dan bromin ke inti fenol akan
meningkatkan aktivitas antiseptik. Aktivitas ini lebih meningkat bila jumlah
halogen yang dimasukkan bertambah. Polihalogenisasi fenol akan membentuk
senyawa yang mempunyai kelarutan dalam air sangat kecil. Ikatannya dengan
reseptor inti fenol lemah, sehingga aktivitasnya rendah. Pemasukan gugus nitro
dapat meningkatkan aktivitas antimikroba. Sedangkan pemasukan gugus asam
karboksilat dan asam sulfonat menurunkan aktivitas antimikroba karena
menurunkan kelarutan dalam lemak sehingga penembusan ke membran sel bakteri
menurun (Pratiwi, 2008).

Fenol, fenol terhalogenisasi, dan alkilfenol meskipun efek antibakterinya besar


tetapi tidak dapat digunakan secara sistemik karena toksisitasnya tinggi. Senyawa-
senyawa tersebut hanya digunakan untuk antiseptik kulit, mulut, dan
desinfektan. Contoh: timol, kresol, klorokresol, klorosilenol, dan betanaftol
(Pratiwi, 2008).

5. Turunan ammonium kuartener

Turunan amonium kuartener seperti benzalkonium klorida, benzetonium


klorida, setrimid, dequalinium klorida, dan domifen bromida. Turunan ini
mempunyai efek bakterisid dan bakteriostatik terhadap bakteri Gram positif dan
Gram negatif, jamur, dan protozoa. Tetapi, turunan ini tidak aktif terhadap bakteri
pembentuk spora, seperti Mycobacterim tuberculosis dan virus (Loughlin, 2002).

Keuntungan penggunaan turunan amonium kuartener sebagai desinfektan antara


15

lain adalah toksisitasnya rendah, kelarutan dalam air besar, stabil dalam larutan
air, tidak berwarna, dan tidak menimbulkan korosi pada alat logam.
Kerugiannya adalah senyawa ini tidak efektif dengan adanya sabun dan surfaktan
anionik dan non ionik, ion Ca dan Mg, serum darah, makanan, dan senyawa
kompleks organik (Fazlara dan Ekhtelat, 2012).

6. Turunan halogen dan halogenofor

Turunan halogen yang umum digunakan adalah berbasis iodium seperti larutan
iodium, iodofor, dan povidon iodium. Kompleks klorin dengan senyawa
organik disebut klorofor, sedangkan kompleks iodin dengan senyawa organik
disebut iodofor. Halogen dan halogenofor digunakan sebagai antiseptik dan
desinfektan. Klorin dan klorofor terutama digunakan untuk mendesinfeksi air,
seperti air minum dan air kolam renang. Contohnya, klorin dioksida, natrium
hipoklorit, kalsium hipoklorit, dan triklosan. Sedang iodin dan iodofor digunakan
untuk antiseptik kulit sebelum pembedahan dan antiseptik luka. Turunan ini
umumnya digunakan dalam larutan air dengan konsentrasi 1 - 5% dan mampu
mengoksidasi dalam rentang waktu 10 - 30 menit. Contohnya, povidon iodium
(Brewer, 2010).

2. 4 Kaporit

2. 4. 1 Definisi Kaporit

Kaporit merupakan bahan kimia yang telah digunakan secara luas dalam
pengolahan air dan sebagai pemutih. Bahan kimia ini merupakan padatan putih
kekuningan, memiliki bau yang menyengat, sangat sukar larut dalam air. Kaporit
ada dalam dua bentuk, yaitu bentuk kering dan bentuk terhidrat. Bentuk terhidrat
lebih aman dalam penangannya (Patnaik, P., 2002).
Nama Dagang : Kaporit
Nama Sistematis : Calcium Hypoklorite
Rumus Molekul : Ca (OCl)2
Massa Molar : 142,985 g/mol
Densitas : 2,35 g/cm3 (20 °C)
16

Titik Lebur : 100 °C


Titik Didih : 175 °C, terurai
Kelarutan dalam air : sukar larut

2. 4. 2 Pengaruh Kaporit Bagi Kesehatan

Proses penambahan klor dikenal dengan klorinasi. Klorin yang digunakan


sebagai desinfektan adalah gas klor yang berupa molekul klor ( Cl2 ) atau kalsium
hipoklorit [ Ca ( OCl )2 ] . Namun penambahan klor secara kurang tepat akan
menimbulkan bau dan rasa pada air . Pada proses klorinasi, sebelum berperan
sebagai desinfektan, klorin yang ditambahkan akan berperan sebagai oksidator.
Jika kebutuhan klorin untuk mengoksidasi bahan kimia di perairan telah terpenuhi
klorin yang ditambahkan akan berperan sebagai desinfektan ( Tebbut,1992 ).
Reaksi yang terjadi sebagai berikut :

Ca(OCl)2 + 2H2O → Ca(OH)2 + 2HOCl


Ca(OCl)2 → Ca 2++ OCl-

Karena adanya polusi yang tinggi menyebabkan pelaku usaha untuk


menambahkan kaporit dalam jumlah banyak. Kebijakan tersebut menyebabkan
kerugian bagi masyarakat dengan adanya bau kaporit yang tajam yang
mengurangi kenyamanan jika digunakan untuk beraktifitas berenang dan jika
terkonsumsi menyebabkan ganguan kesehatan.
Selain itu residu klor merupakan senyawa yang sangat berbahaya yang
membahayakan kesehatan manusia jika terkonsumsi, salah satu senyawa yang
terbentuk jika kolam renang yang tidak terjaga kebersihan antara lain adanya
pengotoran dari daun atau pun tumbuhan yang masuk kedalam air kolam renang.
Trihalometane (THMS ) adalah salah satu senyawa terbesar yang terkandung
dalam produk sisa hasil klorinasi, dan bersifat karsinogenik ( Rodriquez and
Serodes, 1999; 2001). Semakin besar dosis klorin semakin banyak material
organik yang terkandung dalam air semakin besar potensi terbentuknya sisa
disinfeksi ( DBPs ) ( Garcia- Villanova et al, 1997 ; William et al. 1997 ). Adanya
senyawa THMS ini terjadi pada kolam penampungan perairan adapun reaksi
pembentukan senyawa ini :
Reaksi pembentukan Trihalometan
17

CH4 + HOCl → CH3Cl + H2O


CH3Cl + HOCl → CH2Cl2 + H2O
CH2Cl2 + HOCl → CHCl3 + H2O

Beberapa laporan penelitian mengenai pengaruh negatif klorin terhadap kesehatan


manusia telah dilaporkan di antaranya dapat menyebabkan efek toksik, asma,
penyakit kulit, karsinogenik, mutagenik dan memicu kanker kandung kemih,
(Marsick, 1990).

Klorin dihasilkan dari elektrolisis sodium klorida, klorin banyak digunakan pada
pabrik kertas dan pakaian. Klorin juga digunakan sebagai bahan kimia pereaksi
dalam pabrik logam klorida, bahan pelarut klorinasai, pestisida. Sodium
Hipoklorit merupakan komponen pemutih yang diperdagangkan, larutan
pembersih dan desinfektan untuk air minum dan sistim buangan/limbah dalam air
kolam (Marsick, 1990).

2. 5 Klorin

2. 5. 1 Definisi Klorin

Klor atau klorin adalah unsur kimia dengan nomor atom 17 dan memiliki massa
atom 35,453. Unsur ini bukan logam, tetapi berupa gas berwarna kuning
kehijauan. Klor memiliki titik beku-103˚C dan titik didih-34,6˚C. Ditemukan oleh
K. Scheele membentuk banyak senyawa mineral padat. Logam klorida sering
diperoleh dengan penguapan air laut dan endapan garam. Dapat diperoleh dengan
cara elektrolisis dan oksidasi senyawa. Penggunaan klor dan senyawanya yaitu
sering digunakan sebagai bahan pemutih, desinfektan, bahan baki kimia, obat
antiseptic, pestisida, herbisida, obat-obatan, makanan pelarut, bahan peledak,
korek api, cat, plastic, dan tekstil. Lebih kurang 0,15% tubuh manusia tersusun
oleh senyawa ini. Klor merupakan unsur yang sangat beracun, symbol kimianya
adalah Cl (Purba & Sunardi, 2012)

2. 5. 2 Pengaruh Klorin Bagi Kesehatan

Klorin sangat potensial untuk terjadinya penyakit di kerongkongan, hidung dan


trakt respiratory (saluran kerongkongan didekat paru-paru). Akibat-akibat akut
18

untuk jangka pendek : Pengaruh 1- 3 ppm mengiritasi membran mukosa, 5- 15


ppm iritasi pada sistem pernafasan, diatas 40 ppm selama 30 menit kemungkinan
besar berakibat fatal. Terjadi iritasi tinggi waktu gas itu dihirup dan dapat
menyebabkan kulit dan mata terbakar. Jika berpadu dengan udara lembab, asam
hydroklorik dan hypoklorus “dapat mengakibatkan peradangan jaringan tubuh
yang terkena. Pengaruh 14 s/d 21 ppm selama 30 s/d 60 menit menyababkan
penyakit pada paru-paru seperti pnumonitis, sesak nafas, emphisema dan
bronkitis” ( Winarno, 2004). Akibat-akibat yang kronis/sublethal untuk jangka
panjang : Untuk jangka panjang dari pengaruh gas klorine, ada kemungkinan
“menjadi tua sebelum waktunya, menimbulkan masalah dengan cabang
tenggorok, pengkaratan pada gigi dan besar kecenderungan munculnya penyakit
paru-paru seperti TBC dan emphisema. ” ( Winarno, 2004).
Zat klorin hanya baik apabila digunakan sebagai pemutih. Penelitian
membuktikan bahaya klorin yang dapat merusak vitamin B, C dan E dalam tubuh.

2. 6 pH

2. 6. 1 Definisi pH

pH adalah merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas


keadaan asam atau basa sesuatu larutan atau menyatakan konsentrasi ion
H+ dalam penyediaan air, pH merupakan satu faktor yang harus
dipertimbangkan mengingat bahwa derajat keasaman dari air akan sangat
mempengaruhi aktivitas pengolahan yang akan dilakukan, misalnya dalam
melakukan koagulasi kimiawi, desinfeksi, pelunakan air (water softening) dan
dalam pencegahan korosi.Yang sangat penting untuk diketahui yakni

bahwa konsentrasi OH- suatu larutan tak akan dapat diturunkan sampai

nol, bagaimanapun asamnya larutan, dan bahwa konsentrasi H+ tidak akan


dapat diturunkan sampai nol, bagaimanapun basanya larutan (Sutrisno,
C.T.1996)
2. 6. 2 Standar pH Kolam Renang

Air yang belum terpolusi biasanya berada pada skala pH 6,0- 8,0. Sebagai
19

contoh, air hujan mempunyai sekitar pH 5,6, air laut pH 8,1 dan pH air
dibawah pH 5,0 dinyatakan sebagai air terpolusi. Besar pH dapat diukur
dengan pH meter. Air murni dapat memiliki pH 7,5 akan tetapi apabila
air telah memiliki pH 7,5 bukan berarti air murni karena dapat saja terjadi
proses buffer yaitu kehadiran senyawa kimia seperti fosfat dan karbonat yang
menjadikan air menjadi larutan buffer.

Level pH ideal untuk kolam renang berkisar antara 7 sampai 8; dimana 7.4 adalah
level ideal-setara dengan pH air mata manusia. Saat kedua zat tersebut telah
melumpuhkan kuman, perlu ditambahkan zat lain seperti amonia agar zat-zat
tersebut menjadi jinak. Proses penjinakan menjadi lebih cepat dengan adanya
sinar matahari. Oleh sebabnya, untuk kolam luar ruang (outdoor), harus terus
ditambahkan zat Chlorine untuk proses membunuh kuman. Selain membunuh
kuman, zat Chlorine juga mempunyai dampak negatif terhadap beberapa jenis
kulit manusia (manjadi gatal dan iritasi) dan juga pakaian renang Anda,
menyebabkan warna pakaian renang menjadi kusam/pudar jika tidak dibilas
segera setelah selesai berenang, terutama jika berenang di luar ruang
(Situmorang, M. 2007)

2. 7 Metode Penetapan Kadar Klorin

2. 7. 1 Uji Kualitatif

Uji kualitatif adalah suatu pengujian yang bertujuan untuk mendeteksi keberadaan
suatu unsur dalam sampel, mendeteksi senyawa/ unsur apa saja yang ada di suatu
sampel. Dalam uji kualitatif dibagi mejadi dua bagian besar yaitu uji kualitatif
untuk kation dan anion (Hadyana, 1994).
a. Uji kualitatif untuk kation
Untuk kation yang pertama dilakukan adalah uji pendahuluan terhadap
sampel yang akan diperiksa, meliputi uji pendahuluan secara organoleptis, uji
warna nyala, spot test.
1) Uji pendahuluan secara organoleptis meliputi pengamatan bentuk zat
(serbuk, kristal, hablur), warna zat (biru seperti CuSO4, hijau FeCl3,
merah Pb3O4 dan lain-lain), bau (beberapa senyawa yang berbau khas
seperti amonia, asam, hidrogen sulfid dan lain-lain), dan sifatnya.
20

2) Uji warna nyala, yaitu pemeriksaan sampel dengan mengamati nyala


oksidasi zat, karena tiap senyawa logam akan memberikan warna nyala
yang berbeda-beda. biasanya zat dibakar dengan kawat Ni crom pada
nyala oksidasi. Bila dalam sampel terdapat natrium biasanya warna
natrium menutupi warna nyala logam lain, hal ini dapat diatasi dengan
melihat nyala melalui lapisan kaca cobalt.
3) Uji secara spot test adalah pengujian dengan menambahkan zat-zat yang
akan menghasilkan reaksi spesifik pada suatu unsur. Biasanya pertama
ditambahkan HCl akan menghasilkan endapan.
b. Uji kualitatif untuk anion
Untuk anion yang dilakukan hanya uji pendahuluan dan spot test, karena uji
warna nyala hanya diperuntukan untuk senyawa logam. Prosedur yang
dilakukan hampir sama. Uji spot test anion biasanya diawali dengan
penambahan H2SO4.

Uji kualitiatif ini pernah dilakukan oleh Yurman (2009) tentang pengaruh
kadar klorida pada air sumur gali, program Pascasarjana Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu

2. 8 Uji Kuantitatif

2. 8. 1 Definisi Spektrofotometri Sinar Tampak (UV-Vis)

Spektrofotometri Sinar Tampak (UV-Vis) adalah pengukuran energi cahaya oleh


suatu sistem kimia pada panjang gelombang tertentu (Day, 2002). Sinar
ultraviolet (UV) mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm, dan sinar
tampak (visible) mempunyai panjang gelombang 400-750 nm. Pengukuran
spektrofotometri menggunakan alat spektrofotometer yang melibatkan energi
elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga
spektrofotometer UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif
dibandingkan kualitatif. Spektrum UV-Vis sangat berguna untuk pengukuran
secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan
mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan
hukum Lambert-Beer (Rohman, 2007).
21

Hukum Lambert-Beer menyatakan hubungan linieritas antara absorban dengan


konsentrasi larutan analit dan berbanding terbalik dengan transmitan. Dalam
hukum Lambert-Beer tersebut ada beberapa pembatasan, yaitu :
a. Sinar yang digunakan dianggap monokromatis
b. Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang yang
sama
c. Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung terhadap
yang lain dalam larutan tersebut
d. Tidak terjadi fluorensensi atau fosforisensi
e. Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan

Hukum Lambert-Beer dinyatakan dalam rumus sebagai berikut :


A = e. b. c
dimana :
A = absorban
e = absorptivitas molar
b = tebal kuvet (cm)
c = konsentrasi

Instrumen Spektrofotometri UV-VIS


22

Gambar 2.3 Instrumen Spektrofotometri UV-VIS

1. Sumber cahaya
Sumber cahaya pada spektrofotometer harus memiliki panacaran radiasi yang
stabil dan intensitasnya tinggi. Sumber cahaya pada spektrofotometer UV-Vis
ada dua macam :
a. Lampu Tungsten (Wolfram), Lampu ini digunakan untuk mengukur sampel
pada daerah tampak. Bentuk lampu ini mirip dengna bola lampu pijar biasa.
Memiliki panjang gelombang antara 350-2200 nm. Spektrum radiasianya
berupa garis lengkung. Umumnya memiliki waktu 1000 jam pemakaian.
b. Lampu Deuterium. Lampu ini dipakai pada panjang gelombang 190-380 nm.
Spektrum energy radiasinya lurus, dan digunakan untuk mengukur sampel
yang terletak pada daerah uv. Memiliki waktu 500 jam pemakaian.

2. Wadah sampel

Kebanyakan spektrofotometri melibatkan larutan dan karenanyan kebanyakan


wadah sampel adalah sel untuk menaruh cairan ke dalam berkas cahaya
spektrofotometer. Sel itu haruslah meneruskan energy cahaya dalam daerah
spektral yang diminati: jadi sel kaca melayani daerah tampak, sel kuarsa atau kaca
silica tinggi istimewa untuk daerah ultraviolet. Dalam instrument, tabung reaksi
silindris kadang-kadang diginakan sebagai wadah sampel. Penting bahwa tabung-
tabung semacam itu diletakkan secara reprodusibel dengan membubuhkan tanda
pada salah satu sisi tabunga dan tanda itu selalu tetaparahnya tiap kali ditaruh
dalam instrument. Sel-sel lebih baik bila permukaan optisnya datar. Sel-sel harus
23

diisi sedemikian rupa sehingga berkas cahaya menembus larutan, dengan


meniscus terletak seluruhnya diatas berkas. Umumnya sel-sel ditahan pada
posisinya dengan desain kinematik dari pemegangnya atau dengan jepitan
berpegas yang memastikan bahwa posisi tabung dalam ruang sel (dari)
instrument itu reprodusibel.

Gambar 2.4 Berkas cahaya menembus larutan


3. Monokromator
Monokromator adalah alat yang akan memecah cahaya polikromatis menjadi
cahaya tunggal (monokromatis) dengan komponen panjang gelombang tertentu.
Bagian-bagian monokromator, yaitu :
a. Prisma
Prisma akan mendispersikan radiasi elektromagnetik sebesar mungkin supaya
di dapatkan resolusi yang baik dari radiasi polikromatis.
b. Grating (kisi difraksi)
Kisi difraksi memberi keuntungan lebih bagi proses spektroskopi. Dispersi
sinar akan disebarkan merata, dengan pendispersi yang sama, hasil dispersi
akan lebih baik. Selain itu kisi difraksi dapat digunakan dalam seluruh
jangkauan spektrum.
c. Celah optis
Celah ini digunakan untuk mengarahkan sinar monokromatis yang diharapkan
dari sumber radiasi. Apabila celah berada pada posisi yang tepat, maka radiasi
akan dirotasikan melalui prisma, sehingga diperoleh panjang gelombang yang
diharapkan.

d. Filter
24

Berfungsi untuk menyerap warna komplementer sehingga cahaya yang


diteruskan merupakan cahaya berwarna yang sesuai dengan panjang
gelombang yang dipilih.

4. Detektor
Detektor akan menangkap sinar yang diteruskan oleh larutan. Sinar kemudian
diubah menjadi sinyal listrik oleh amplifier dan dalam rekorder dan ditampilkan
dalam bentuk angka-angka pada reader (komputer). Detector dapat memberikan
respons terhadap radiasi pada berbagai panjang gelombang Ada beberapa cara
untuk mendeteksi substansi yang telah melewati kolom. Metode umum yang
mudah dipakai untuk menjelaskan yaitu penggunaan serapan ultra-violet. Banyak
senyawa-senyawa organik menyerap sinar UV dari beberapa panjang gelombang.
Jika anda menyinarkan sinar UV pada larutan yang keluar melalui kolom dan
sebuah detektor pada sisi yang berlawanan, pembacaan langsung berapa besar
sinar yang diserap. Jumlah cahaya yang diserap akan bergantung pada jumlah
senyawa tertentu yang melewati melalui berkas pada waktu itu, pelarut yang
digunakan tidak mengabsorbsi sinar UV. Senyawa-senyawa akan menyerap
dengan sangat kuat bagian-bagian yang berbeda dari specktrum UV antara lain
metanol, menyerap pada panjang gelombang dibawah 205 nm dan air pada
gelombang dibawah 190 nm. Jika menggunakan campuran metanol-air sebagai
pelarut, anda sebaiknya menggunakan panjang gelombang yang lebih besar dari
205 nm untuk mencegah pembacaan yang salah dari pelarut

5. Visual display/recorder
Merupakan sistem baca yang memperagakan besarnya isyarat listrik, menyatakan
dalam bentuk % transmitan maupun absorbansi.

2. 8. 2 Prinsip Kerja

Cahaya yang berasal dari lampu deuterium maupun wolfram yang bersifat
polikromatis di teruskan melalui lensa menuju ke monokromator pada
spektrofotometer dan filter cahaya pada fotometer. Monokromator kemudian akan
mengubah cahaya polikromatis menjadi cahaya monokromatis (tunggal). Berkas-
berkas cahaya dengan panjang tertentu kemudian akan dilewatkan pada sampel
25

yang mengandung suatu zat dalam konsentrasi tertentu. Oleh karena itu, terdapat
cahaya yang diserap (diabsorbsi) dan ada pula yang dilewatkan. Cahaya yang
dilewatkan ini kemudian di terima oleh detector. Detector kemudian akan
menghitung cahaya yang diterima dan mengetahui cahaya yang diserap oleh
sampel. Cahaya yang diserap sebanding dengan konsentrasi zat yang terkandung
dalam sampel sehingga akan diketahui konsentrasi zat dalam sampel secara
kuantitatif.

2. 8. 3 Gangguan-Gangguan Pada Spektrofotometer

Faktor-faktor yang sering menyebabkan kesalahan dalam menggunakan


spektrofotometer dalam mengukur konsentrasi suatu analit:
1. Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan
blangko, yaitu larutan yang berisi selain komponen yang akan dianalisis
termasuk zat pembentuk warna.
2. Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau kuarsa,
namun kuvet dari kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik.
3. Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat
rendah atau sangat tinggi, hal ini dapat diatur dengan pengaturan konsentrasi.
Sesuai dengan kisaran sensitivitas dari alat yang digunakan (melalui pengenceran
atau pemekatan).

2. 9 Indikator

2. 9. 1 Definisi Indikator
Indikator merupakan istilah kimia suatu senyawa yang mempunyai sifat khas,
yakni warnanya dapat berubah oleh perubahan pH larutannya. Umumnya
kelompok senyawa tersebut tergolong senyawa organik. Sumber indikator alam
umumnya berasal dari tumbuhan (akar, daun, bunga, buah dan biji) dan dapat
dibuat melalui ekstraksi dengan pelarutnya yang sesuai. Selain indikator alam kini
dikenal pula indikator sintetis. Indikator sintetis mampu memberikan perubahan
warna yang lebih jelas.

Berikut adalah beberapa macam indikator :


26

1. Indikator asam basa (contohnya lakmus, fenolfftalin, fenol merah, metil


jingga, metil merah, brom-timol biru, brom-kresol hijau, brom-kresol ungu
dll)
2. Indikator redoks (contohnya metilen biru, difenil amin, difenil benzidin,
feroin, nitroferoin, asam difenil sulfonat dll)
3. Indikator kulometrik (berupa elektroda pembanding indikator)
4. Indikator kelometrik (contohnya eriochrome blak T yang sering disingkat
dengan EBT, murexid)
5. Indikator pengendapan (contohnya eosin, ion ferri, ion kromat dll)
6. Indikator flour (contohnya eoson, eritrosin, resorufin dll)

Pemilihan indikator yang akan diterapkan bergantung pada perubahan pH yang


terjadi atau perubahan tertentu yang terlibat akibat dari perubahan
karakteristik/sifat dari pereaksi. Dengan demikian selain ketajaman perubahan
warna, ketepatan pemilihan indikator akan sangat menentukan ketelitian dan
ketepatan hasil suatu pengamatan.
Indikator yang sering digunakan untuk titrasi biasanya metil jingga. Pada larutan
yang bersifat basa, metil jingga berwarna kuning. Indikator kelometrik disebut
juga indikator metalokromik karena kepekaannya terhadap konsentrasi ion - ion
logam yaitu ion kalsium dan magnesium

2. 9. 2 Indikator N,N-dietil-p-fenilendiamin (DPD)


Penentuan Kadar Klorin untuk setiap unsur klor aktif seperti klor tersedia bebas
dan klor tersedia terikat memiliki analisa-analisa khusus. Namun, untuk analisa di
laboratorium biasanya hanya klor aktif (residu) yang ditentukan melalui suatu
analisa. Adapun prinsip kerja dari analisa dengan menggunakan DPD adalah; Bila
N,N-dietil-p-fenilendiamin (DPD) sebagai indikator dibubuhkan pada suatu
larutan yang mengandung sisa klor aktif, reaksi terjadi seketika dan warna larutan
menjadi merah. Sebagai pereaksi digunakan iodida (KI) yang akan memisahkan
klor tersedia bebas, monokloramin dan dikloramin, tergantung dari konsentrasi
iodida yang dibubuhkan. Reaksi ini membebaskan iodin I2 yang mengoksidasi
indikator DPD dan memberi warna yang lebih merah pada larutan. Metode yang
digunakan pada analisis penetuan kadar klorin ini berdasarkan warna yang
27

dibentuk oleh pereaksi DPD menggunakan Spektrofotometri UV-VIS pada


panjang gelombang 515 nm (Vogel, 1994).
28

BAB III
METODE PENELITIAN

3. 1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus - September 2014 di UPTD Balai
Laboratorium Kesehatan Provinsi Lampung.

3. 2 Bahan dan Alat

3.2.1 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: air kolam renang, Calcium
Hypochlorite, HCl encer, KI, Kloroform, aquades, indikator N,N-dietil-p-
fenilendiamin (DPD), dapar fosfat.

3. 2. 2 Alat-alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tabung reaksi, pipet mikro, pipet
tetes, pipet volume 0,5 ml, 10 ml, 20 ml, erlemeyer 100 ml, spatula, gelas ukur 10
ml, labu ukur 50 ml,100 ml, alat pengukur pH meter Lovibond Hach EC20,
timbangan analitik Shimadzu ATY 224, botol cokelat, rak tabung reaksi, tissu dan
Spektrofotometer Shimadzu UV-1800.

3. 3 Prosedur Penelitian

3. 3. 1 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan di 7 lokasi kolam renang rekreasi yang berbeda


yaitu kolam 1A, kolam 2B, kolam 3C, kolam 4D , kolam 5E, kolam 6F dan kolam
7G di kota Bandar Lampung, dengan posisi pengambilan disetiap sudut kolam
renang, tengah kemudian dicampur, ditutup, diberi label, dibungkus dengan
plastik warna hitam dan dibawa menggunakan wadah pendingin. Sampel air
29

kolam renang diambil pada saat diberikan kaporit tanpa adanya pengurasan air.
Jumlah sampel yang akan diuji sebanyak 7 Sampel dengan jeda waktu masing-
masing pada hari pertama kelompok pemberian kaporit tanpa pengurasan (Senin),
pemberian kaporit tanpa pengurasan (Rabu), pemberian kaporit tanpa pengurasan
(Jum’at).

Pengambilan sampel penelitian menggunakan metode purposive sampling,


purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
khusus sehingga layak dijadikan sampel (Arikunto, 2008).

3. 3. 2 Pembuatan Larutan Induk

Timbang 0,1 gram kaporit ( Calcium Hypoklorite) masukkan ke dalam labu ukur
1000 ml dan ditambahkan aquabides sampai tanda tera. Larutan standar diperoleh
13,90 ppm (Hadi Suhatman, 2010).

3. 3. 4 Pembuatan Larutan Standar

Diambil dari larutan induk 3,5 ml, 4 ml, 6,5 ml, 8,5 ml, 12,5 ml dan 15,5 ml dan
20 ml masing – masing ditambahkan aquadest ad 100 ml. Konsentrasi diperoleh
0,486 ppm, 0,556 ppm, 0,903 ppm, 1,181 ppm, 1,737 ppm, 2,154 ppm, dan 2,78
ppm simpan dalam labu (Hadi Suhatman, 2010).

3.4 Uji pH Air Kolam Renang

Sebelum pengukuran pH sampel, dilakukan kalibrasi alat pada pH 4 dan pH 10.


Sampel air yang diambil kemudian masukkan katoda pH meter lalu tunggu
sampai terbaca nilai pH menggunakan pH meter (DepKes,1990).

3. 4. 1Prosedur Uji Kualitatif Klorin Dalam Air

a. Uji Asam klorida encer


Sampel 5 ml + HCl encer 1ml dalam hasil positif terdapat klorin jika terjadi
perubahan warna kuning.

b. Uji KI
30

Sampel 5 ml + HCl encer 1 ml + KI 1 ml dan kloroform 1ml menunujukkan


hasil positif terdapat klorin jika terjadi warna ungu.
b. Uji Kloroform
Sampel 5ml + KI 1 ml dan kloroform 1ml menunjukkan hasil positif terdapat
klorin jika terjadi perubahan warna ungu (Pudjaatmaka dan Setiono, 1990).

3. 5 Penentuan Kuantitatif Klorin dalam Air Kolam Renang dengan


Spektrofotometri UV-VIS

3. 5. 1 Pemastian Panjang Gelombang

Sebelum pengukuran sampel dipastikan panjang gelombang yang digunakan.


Berdasarkan larutan standar klorin 0,486 ppm sebanyak 5 ml diukur
absorbansinya pada panjang gelombang 500 nm, 505 nm, 510 nm, 515 nm, 520
nm dan 521 nm, adsorbansi yang mempunyai nilai tertinggi merupakan panjang
gelombang yang digunakan untuk pengukuran sampel (SNI 01-3554-2006).

3. 5. 2 Penentuan Volume Optimum Dapar Fosfat

Siapkan 5 erlemeyer ukuran 50 ml masing-masing diisi dengan larutan standar


klorin 0,486 ppm 5 ml. Tambahkan dapar fosfat secara berurutan 0,2 ml, 0,3 ml,
0,4 ml, 0,5 ml dan 0,6 ml, masing-masing larutan ditambahkan indikator DPD 50
µl dikocok, diamkan selama 20 menit, kemudian diukur adsorbansinya pada
panjang gelombang optimum, nilai absorbansi paling tinggi menetukan dapar
fosfat yang digunakan untuk pengukuran sampel (Hadi Suhatman, 2010).

3. 5. 3 Penentuan Volume Optimum indikator N,N-dietil-p-fenilendiamin

Siapkan 5 erlemeyer ukuran 50 ml masing-masing diisi dengan larutan standar


klorin 0,486 ppm 5 ml. Tambahkan dapar fosfat volume optimum dan masing-
masing indikator DPD berurutan 25 µl, 50 µl, 75 µl, 100 µl, 125 µl dikocok,
diamkan selama 20 menit, baca absorbansi pada panjang gelombang optimum.
Nilai absorbansi paling tinggi menentukan volume indikator DPD yang akan
digunakan untuk penentuan sampel (Hadi Suhatman, 2010).

3.5. 4 Penentuan Waktu Optimum


31

Siapkan 5 erlemeyer ukuran 50 ml masing-masing diisi dengan larutan standar


Calcium Hypoclorite 0,486 ppm 5 ml. Tambahkan dapar fosfat volume optimum
dan indikator DPD volume optimum dikocok, larutan didiamkan selama berturut-
turut 5 menit, 10 menit, 15 menit, 20 menit, 25 menit, kemudian baca absorbansi
pada panjang gelombang optimum (Hadi Suhatman, 2010).

3. 5. 5 Pembuatan Kurva Kalibrasi

Siapkan 5 erlemeyer ukuran 50 ml masing-masing diambil 10 ml larutan standar,


0,486 ppm ; 0,556 ppm ; 0,903 ppm ; 1,181 ppm ; 1,737 ppm ; 2,154 ppm, dan
2,78 ppm tambahkan volume optimum larutan dapar fosfat dan volume optimum
indikator DPD kemudian dikocok, diamkan larutan sesuai waktu optimum larutan
kemudian baca absorbansi dengan panjang gelombang optimum. Sebagai larutan
blangko gunakan aquadest, kurva hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi
dibuat dan ditentukan masing-masing pada persamaan regresi linier serta koefisien
korelasinya (Hadi Suhatman, 2010).

3.5. 6 Penetapan Kadar Klorin dalam Air Kolam Renang

Masing-masing sampel diambil 10 ml masukkan dalam erlemeyer tambahkan


volume optimum larutan dapar fosfat dan volume optimum indikator DPD
kemudian dikocok baca absorbansi dengan panjang gelombang optimum (Hadi
Suhatman, 2010).

3.6 Analisis Data

Analisis data yang digunakan menggunakan dua sampel atau lebih sebagai objek
penelitian (indepenent sample t-test ). Sampel-sampel tersebut dibandingkan
untuk melihat ada-tidaknya perbedaan. Untuk melihat ada-tidaknya perbedaan,
dilakukan uji perbedaan dua rata-rata. Uji hipotesis dua rata-rata digunakan untuk
mengetahui ada atau tidak adanya perbedaan (kesamaan) rata antara dua buah
data. Salah satu teknik analisis statistik untuk menguji hipotesis dua rata-rata.
(Sutrisno Hadi, 2000) uji t yang variannya sama dan uji t yang variannya tidak
sama. Untuk varian sama gunakan rumus berikut :
32

Keterangan :
Xa = rata-rata kelompok a
Xb = rata-rata kelompok b
Sp = Standar Deviasi gabungan
Sa = Standar deviasi kelompok a
Sb = Standar deviasi kelompok b
na = banyaknya sampel di kelompok a
Selanjutnya data dianalisa dengan aplikasi SPSS.
33

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada 7 kolam renang rekreasi kolam 1 A, kolam 2 B,


kolam 3 C, kolam 4 D, kolam 5 E, kolam 6 F, kolam 7 G di kota Bandar
Lampung. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Daerah Kota
Bandar Lampung.

4.2 Hasil Uji pH Air Kolam Renang

Pengukuran pH yang dilakukan pada masing-masing air kolam renang diperoleh


nilai pH yaitu pH 5-7,4 dengan menggunakan alat pH Meter Lovibond. Data
selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut .

Tabel 4.2. Uji pH Air Kolam Renang


Batas pH
Kolam pH Waktu Pengukuran menurut SNI
Renang 06-4824-1998
Senin Rabu Jumat
1A 6,262 6,664 6,267
2B 6,296 7,541 7, 081
3C 6,892 7,081 6,118 7,2-8
4D 5,594 6,237 6,017
5E 6,902 6,101 6,269
6F 7,430 7,332 6,063
7G 6,956 6,266 6,236

4.3 Hasil Uji Kualitatif

Hasil uji reaksi warna terhadap sampel pada masing-masing kolam renang
menunjukan hasil positif menggandung klorin pada saat pemberian HCl encer, KI
dan Kloroform terbentuk warna ungu. Data hasil uji kualitatif dapat dilihat pada
lampiran 7.
34

4.4 Hasil Uji Penentuan Kuantitatif Klorin dalam Air Kolam Renang
dengan Spektrofotometri UV-VIS

Sebelum melakukan penetapan kadar klorin pada air kolam renang, dilakukan
pencarian kondisi optimum. Hasil pengujian terdiri dari :

4.4.1 Hasil Penentuan Panjang Gelombang Optimum dengan


Spektrofotometri UV-VIS

Hasil pemastian panjang gelombang optimum untuk penentuan kadar klorin


dengan larutan standar menggunakan Spektrofotometri UV-VIS Shimadzu UV-
1800 pada range panjang gelombang 500 nm-520 nm dapat dilihat pada tabel ini.
Tabel 4.4.1 Hasil Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Panjang Selisih Serapan
Gelombang Serapan Larutan Larutan Standar
Serapan Blangko
Standar 3,5 ppm dengan Serapan
( )
Blangko
500 0,000 0,143 0,143
505 0,000 0,190 0,190
510 0,000 0,237 0,237
515 0,000 0,224 0,224
520 0,000 0,212 0,212
521 0,000 0,187 0,187
Keterangan : warna merah muda menunjukan panjang gelombang maksimum.

Berdasarkan tabel 4.4.1 dapat terlihat bahwa panjang gelombang maksimum


ditemukan pada 510 nm dengan serapan 0,237

4.4.2 Hasil Penentuan Volume Optimum Dapar Fosfat

Hasil penentuan volume dapar fosfat pH 6,6 dengan Spektrofotometri UV-VIS


Shimadzu UV-1800 pada range panjang gelombang 510 nm dapat dilihat pada
tabel 4.4 2.

Tabel 4.4.2. Hasil Penentuan volume Dapar Fosfat


35

Volume Dapar Fosfat (ml ) Panjang Gelombang (λ ) Serapan ( A )


0,2 510 0,150
0,3 510 0,150
0,4 510 0,183
0,5 510 0,215
0,6 510 0,212
Keterangan : warna merah muda menunjukkan dapar optimum yang digunakan

4.4.3 Hasil Penentuan Volume Optimum Indikator N,N-dietil-p


-fenilendiamin

Hasil penentuan volume optimum indikator DPD dengan Spektrofotometri UV-


VIS Shimadzu UV-1800 pada range panjang gelombang 510 nm dengan volume
dapar fosfat 0,5 ml dapat dilihat pada tabel 4.4.3.

Tabel 4.4.3. Penentuan Volume Optimum Indikator N,N-dietil-p-fenilendiamin


Volume Indikator DPD Panjang Gelombang (λ ) Serapan ( A )
25 µl 510 0,152
50 µl 510 0,132
75 µl 510 0,125
100 µl 510 0,244
125 µl 510 0,236
Keterangan : warna merah muda menunjukkan volume indikator DPD optimum
yang digunakan

4.4.4 Hasil Penentuan Waktu Optimum

Hasil penentuan waktu optimum dengan Spektrofotometri UV-VIS Shimadzu UV-


1800 pada range panjang gelombang 510 nm dengan dapar fosfat 0,5 ml dan
indikator DPD sebanyak 100 µl dapat dilihat pada tabel 4.4.4.

Tabel 4.4.4. Penentuan Waktu Optimum


Waktu Panjang Gelombang (λ ) Serapan ( A )
5 menit 510 0,164
10 menit 510 0,167
15 menit 510 0,273
20 menit 510 0,272
25 menit 510 0,269
Keterangan : warna merah muda menunjukkan waktu optimum yang digunakan.
36

4.4.5 Hasil Penentuan Persamaan Regresi Linier dan Koefisien Kurva Baku
Pembanding Calcium Hypoklorite

Kurva dibuat dari larutan baku Standar Calcium Hypoklorite 100 ppm yang telah
diencerkan dengan variasi konsentrasi 0,486 ppm ; 0,556 ppm; 0,903 ppm ; 1,181
ppm ; 1,737 ppm ; 2,154 ppm dan 2,78 ppm yang diamati serapannya dengan
Spektrofotometer UV-Vis Shimadzu UV-1800 dengan panjang gelombang
optimum yang terpilih yaitu 510 nm. Hasil penentuan serapan optimum baku
Calcium Hypoklorite dapat dilihat pada tabel 4.4.5.

Tabel 4.4.5. Hasil Penentuan Serapan Optimum Baku Pembanding Calcium


Hypoklorite
Konsentrasi (ppm) Panjang Gelombang (λ) Serapan (A)
0,486 510 0,237
0,556 510 0,254
0,903 510 0,355
1,181 510 0,435
1,737 510 0,589
2,154 510 0,701
2,78 510 0,881

Hasil perhitungan analisis regresi linier terhadap larutan baku Calcium


Hypoklorite diperoleh persamaan regesi sebagai berikut:
Y = a + bx
Dimana, y = Serapan Calcium Hypoklorite
a = Konstanta
b = Kemiringan
x = Konsentrasi sampel dalam mg/l

Berdasarkan perhitungan pada tabel 4.4.5 diperoleh persamaan regresi linier yaitu
y = 0,117235 + 0,262872x dengan nilai a =0,117235 dan b = 0,262872.
Berdasarkan persamaan regresi linier tersebut dapat dihitung kadar klorin pada
pembacaan masing-masing sampel air kolam renang terhadap x dari persamaan
tersebut. Persamaan regresi tersebut mempunyai koefisien korelasi 0,9998. Kurva
hubungan antara konsentrasi dengan serapan Calcium Hypoklorite dapat dilihat
pada gambar 4.1.1
Kurva Regresi Linier Baku Calcium Hypoklorite
37

y = 0,117235 + 0,262872
r2 = 0,9979

Konsentrasi ( mg/l )
Gambar 4.1.1 Kurva hubungan antara konsentrasi dengan serapan Calcium
Hypoklorite pada sampel kolam renang

4.4.6 Penetapan Kadar Klorin Air Kolam Renang

Hasil penetapan kadar sampel yang mengandung klorin dapat dilihat pada
tabel 4.4.6.

Tabel 4.4.6 Kadar Sampel Air Kolam Renang yang mengandung Klorin
Batas Kadar
Kadar Klorin Kolam Renang
Kolam Klorin SNI 06-
( mg/l )
Renang 4824-1998
Senin Rabu Jumat
1A 3,510 1,882 3,514
2B 0,482 1,992 2,664
3C 2,779 2,232 2,221 4 mg/l
4D 5,747 3,403 2,764
5E 1,927 3,525 2,962
6F 1,783 2,068 2,795
7G 4,651 3,495 2,749

4.4.7 Hasil Analisis Uji t

Berdasarkan hasil uji t statistik menunjukkan bahwa adanya perbedaan kadar


klorin pada air kolam renang rekreasi di Bandar Lampung. Hasil uji statistik t
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 9.
38

4.5 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa sampel air kolam renang yang ada di kota
Bandar Lampung mempunyai nilai pH cenderung asam pada air kolam renang
4D, 7G pada hari senin, hal ini terjadi dikarenakan pada saat hari minggu
dilakukan penambahan desinfektan tanpa adanya penambahan air kolam sehingga
menyebabkan pH air kolam menjadi asam, sedangkan hari rabu terjadi kenaikan
nilai pH dikarenakan pemilik melihat adanya pengunjung yang tidak terlalu
banyak sehingga pemilik hanya menambahkan (Al2SO4) seperti yang dijelaskan
oleh pengelola melalui wawancara. Tawas (Al2SO4) bersifat menjernihkan dan
menggendapkan kotoran air kolam sehingga dan dapat bersifat menaikkan pH air
kolam. ( Leonardus, 2010 )
Kadar klorin tertinggi ada pada kolam 4D dan 7G, hal ini terjadi karena pelaku
usaha memberikan kaporit dalam jumlah banyak dikarenakan adanya aktifitas
pengunjung dikolam renang yang padat pada hari minggu dan tanpa adanya
penambahan air atau pergantian air kolam, hal ini dilakukan pelaku usaha karena
di hari senin tidak adanya aktifitas pengunjung, begitu pada hari rabu dan jumat
tidak adanya penambahan kaporit dalam jumlah banyak ( secukupnya ) dan hanya
bersifat memberikan penambahan air kolam.

Uji Reaksi warna dilakukan untuk mengidentifikasi adanya klorin dalam sampel
air kolam renang dengan membandingkan antara pustaka dan sampel. Hasil uji
reaksi warna terhadap sampel pada masing-masing air kolam renang menunjukan
hasil positif menggandung klorin pada saat pemberian HCl encer terbentuk warna
kuning melalui mekanisme reaksi sebagai berikut

Ca ( OCl )2 + HCl → HOCl kuning + CaCl2


HOCl- + HCl → Cl-bau merangsang + H2O

Pada penambahan HCl encer mula - mula larutan berwarna bening lama kelamaan
menjadi kuning bening kemudian timbul buih yang menyebabkan klor terlepas
dan timbul bau merangsang dan sifatnya dapat memutihkan kertas lakmus basah
(Pudjaatmaka dan Setiono, 1990).
39

Hasil uji reaksi warna terhadap sampel pada masing-masing air kolam renang
menunjukan adanya klorin saat pemberian KI terbentuk warna ungu melalui
mekanisme reaksi sebagai berikut

OCl - + 2 I- + H2O → I2ungu + 2OH- + Cl-

Pada penambahan KI ini akan terbentuk warna ungu jika suasana larutan terlalu
basa maka lama kelamaan warna akan hilang karena akan terbentuk ion hipoiodat
dan iodida, (Pudjaatmaka dan Setiono, 1990).
Pada uji reaksi warna setelah penambahan KI ini ditambahkan kloroform hingga
diperoleh hasil reaksi sebagai berikut
2CHCl3 + 3I2 → 2CHI3 ungu + 6Cl-

Tahapan selanjutnya adalah penentuan kadar Klorin secara kuantitatif dengan


Spektrofotometer. Uji kuantitatif ini bertujuan untuk menetukan konsentrasi dari
analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang
gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer (Rohman, 2007).
Sebelum penentuan kadar klor yang terdapat dalam sampel perlu dilakukan
tahapan optimasi antara lain penentuan dapar optimum, indikator optimum, waktu
optimum hal ini dilakukan agar dapat memperkecil kesalahan sehingga nilai
optimum yang diperoleh dapat digunakan dalam penentuan kadar.
Penentuan panjang gelombang optimum dilakukan untuk penentuan kadar klorin
agar dengan perolehan panjang gelombang optimum dapat diperoleh nilai
sensitivitas alat dan suatu metode yang selektif. Hasil pengukuran panjang
gelombang optimum dengan menggunakan alat Spektrofotometri UV-VIS
Shimadzu UV-1800 pada range panjang gelombang 500 nm-520 nm didapatkan
panjang gelombang maksimum ditemukan pada 510 nm dengan serapan 0,237.

Penentuan dapar fosfat optimum sangat penting dilakukan karena dengan


pemberian dapar fosfat pH 6,6 dapat mempertahankan pH laruatan sampel agar
larutan menjadi stabilan pada saat pembacaan. Dapar optimum yang digunakan
ini dikatakan mempunyai nilai optimum karena mempunyai nilai serapan yang
paling tinggi dengan panjang gelombang 510 nm dengan serapan 0,215 pada
volume 0,5 ml.

Hasil penentuan volume optimum indikator DPD dengan Spektrofotometri UV-


VIS Shimadzu UV-1800 pada range panjang gelombang 510 nm dengan volume
40

100 μl dengan serapan 0,244. Volume indikator DPD yang diperoleh dapat
memberikan serapan yang paling tinggi yang digunakan dalam penentuan kadar
sampel. Hasil penentuan waktu optimum dengan Spektrofotometri UV-VIS
Shimadzu UV-1800 pada range panjang gelombang 510 nm pada waktu 15 menit
dengan serapan 0,273 dikatakan waktu optimum dikarenakan memberikan nilai
serapan yang paling tinggi dibandingan dengan waktu yang lain yaitu 5 menit, 10
menit maupun 20 menit. Waktu optimum yang diperoleh digunakan untuk
penetuan kadar sampel. Sampel yang dianalisa secara kuantitaif diberikan Dapar
Fosfat optimum, indikator N,N-dietil-p-fenilendiamin optimum . Adapun prinsip
kerja dari analisis dengan menggunakan indikator N,N-dietil-p-fenilendiamin
sebagai indikator dibubuhkan pada larutan yang menggandung klorin, reaksi yang
terjadi seketika terbentuk larutan berwarna menjadi merah muda. Hal ini dapat
dilihat berdasarkan perbandingan warna yang sama yang dihasilkan oleh kuantitas
yang diketahui dari zat yang akan ditetapkan dimana kadar klorin akan dibaca
berdasarkan warna yang dibentuk oleh indikator DPD ( Vogel,1994 )
Adapun mekanisme reaksi yang terbentuk sebagai berikut

indikator N,N-dietil-p-fenilendiamin

O
O
O O C CH 3
CH 3 C OH
C
2 Cl   H 2 N N N CH 2 CH N O
C
O O C CH 3 CH 3 C OH

O
O
O O C CH 3
CH 3 CMerah
OCl
C
H 2regresi
Hasil uji N diperoleh CH N regresiO linier H 2 O
N CH 2persamaan
N persamaan yaitu diperoleh
C
yaitu y = 0,117235 + 0,262872x
O dengan
O C CH nilai a =0,117235 dan bCH 3 C OCl
= 0,262872.
3
Berdasarkan persamaan regresi linier tersebut dapat dihitung kadar klorin pada
O
pembacaan masing-masing sampel air kolam renang terhadap x dari persamaan
tersebut. Persamaan regresi tersebut mempunyai koefisien korelasi 0,9979. Kurva
hubungan antara konsentrasi dengan serapan Calcium Hypoklorite . Berdasarkan
41

persamaan regresi linier tersebut dapat dihitung kadar klorin pada pembacaan
masing-masing sampel air kolam renang terhadap x dari persamaan tersebut.
Dari 7 sampel diperoleh sampel yang menggandung klorin melebihi batas dan
ada pula sampel yang dibawah batas yang ditetapkan. Hasil uji regresi ini juga
dapat menunjukkan adanya variasi kadar klorin pada sampel dengan berdasarkan
SNI 06-4824-1998 yaitu 4,0 mg/l. Berdasarkan hasil uji t statistik menunjukkan
bahwa adanya perbedaan kadar klorin pada air kolam renang rekreasi.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:


Dari 7 sampel kolam renang yang ada di Bandar Lampung didapatkan pH dan
kadar klorin kolam 1 pH 6,397; 2,968 mg/l, kolam 2 pH 6,972; 1,565 mg/l, kolam
3 pH 6,394; 2,591 mg/l, kolam 4 pH 5,949; 4,037 mg/l, kolam 5 pH 6,424; 2,749
mg/l, kolam 6 pH 6,941; 2,215 mg/l, kolam 7 pH 6,032; 3,633 mg/l. Disimpulkan
42

dari 7 sampel air kolam renang di kota Bandar Lampung yaitu pH kolam renang
5,985 sampai 6,972 dan kadar klorin 1,565 mg/l sampai 4,037 mg/l batas yang
ditetapkan SNI 06-4824-1998 adalah 4,0 mg/l dengan pH 7,2- 8.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat diberikan beberapa saran antara lain:
1. Perlu dilakukan penelitian adanya kandungan kimia yang lain didalam air
kolam renang yang berbahaya.
2. Perlu dilakukan penyuluhan mengenai penggunaan desinfektan air kolam
renang kepada pengelola kolam renang yang ada di Bandar Lampung.

Anda mungkin juga menyukai