Skripsi
Oleh
E. Rini Indriati
BAB I
PENDAHULUAN
Air sangat diperlukan oleh seluruh mahluk hidup. Air selalu berkaitan erat dengan
keberadaan mahluk dan kehidupannya dalam alam ini. Dalam kehidupan sehari-
hari, manusia sangat tergantung pada air, dan kualitas kesehatan juga sangat
ditentukan oleh kualitas air untuk keperluan kehidupan. Untuk mendapatkan air
yang baik, yaitu air dengan kualitas tertentu, pada saat ini dibeberapa tempat
terutama pada daerah yang padat pemukiman sudah mulai sulit karena adanya
pencemaran air yang disebabkan oleh kegiatan manusia. Untuk menentukan
kualitas air bersih sangat sulit karena ditentukan oleh banyak faktor, seperti
ditinjau dari kegunaan dan sumber air itu sendiri. Kegunaan air dapat berupa
untuk air minum, keperluan rumah tangga, industri, irigasi pertanian dan
perkebunan, perikanan, rekreasi dan lainnya (Situmorang, 2007).
Persyaratan air yang harus dimiliki kolam renangan adalah pH air, apabila
menyimpang akan menimbulkan iritasi pada mata dan proses koagulasi akan
terganggu, CO2 agresif harus tidak ada karena akan mengakibatkan karatan pada
pipa, kesadahan berpengaruh pada daya pembersih air, zat organik kelebihan zat
organik menandakan air kotor dan adanya H2S dalam air berarti sedang terjadi
proses pembusukan air tercemari oleh kotoran atau sumber kotoran lainnya, air
berbau, sehingga tidak memenuhi syarat fisik air (Leonardus, 2010).
Pokok-pokok pengolahan air kolam renang adalah dengan menjernihkan air
dengan cara: membubuhkan zat koagulan seperti tawas AL2 (SO4)3, Na2CO3,
2
menyaring air melalui saringan (filtrasi) dan membasmi lumut serta disinfeksi air
dengan cara memasukkan zat desinfeksia (Leonardus, 2010)
Dapat dinyatakan bahwa kualitas air merupakan syarat untuk kualitas kesehatan
manusia, karena tingkat kualitas air dapat digunakan sebagai indikator tingkat
kesehatan masyarakat. Kebutuhan akan air bersih meningkat sesuai dengan
pertambahan penduduk. Dibeberapa tempat terjadi kasus-kasus penyakit kolera,
dan penyakit kulit lainnya disebabkan oleh penggunaan air yang terkontaminasi
oleh bakteri (Situmorang, 2007).
Kaporit banyak digunakan dalam penggolahan air bersih dan air limbah sebagai
oksidator dan desinfektan. Sebagai oksidator, klorin digunakan untuk
menghilangkan bau dan rasa pada penggolahan air bersih, yang dimaksud dengan
klorin tidak hanya Cl2 saja tetapi termasuk juga asam hipolkorit (HOCl-) dan ion
hipoklorit (OCl-), juga beberapa jenis kloramin seperti monokloramin (NH2Cl)
dan dikloramin (NHCl2) termasuk didalamnya. Kaporit dapat juga diperoleh dari
gas Cl2 atau garam-garam seperti kalsium hipoklorit Ca (OCl)2 (Farida, 2002).
pH adalah suatu bilangan yang menyatakan keasaman atau kebasaan suatu zat
yang larut dalam air, (Anonim, 1979). Beberapa persyaratan yang perlu diketahui
mengenai kualitas air tersebut baik secara fisik, kimia, dan juga secara
mikrobiologi. Syarat fisik antara lain : air harus bersih dan tidak keruh, tidak
berwarna, tidak berasa, tidak berbau, suhu tidak berbeda lebih 3oC dari suhu udara
dan tidak meninggalkan endapan. Syarat kimiawi, antara lain : tidak
menggandung zat-zat kimiawi yang berlebihan, cukup yodium, pH air antara 6,5-
8,5. Syarat mikrobiologi antara lain: tidak menggandung kuman-kuman penyakit
seperti disentri, tipus, kolera, dan bakteri patogen penyebab penyakit (DepKes
RI, 2006).
Sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh SNI 06-4824-1998 yaitu bahwa
kandungan klorin pada air kolam tidak melebihi 4,0 mg/l. Sedangkan standar pH
pada air kolam renang adalah dengan skala 6-8.
Hasil penelitian Teddy Permana dan Dyah Suryani (2013) tentang hubungan sisa
klor dengan keluhan iritasi kulit dan mata pada pemakai kolam renang hotel di
wilayah Kota Yogyakarta, hasil penelitian diperoleh sisa klor pada sampel air
kolam renang hotel bintang 3 dan 4 di Wilayah Kota Yogyakarta tergolong tidak
memenuhi syarat dengan kategori jumlah 66,7 %. Keluhan iritasi kulit dan mata
pada pemakai kolam renang hotel bintang 3 dan 4 di Wilayah Kota Yogyakarta
sebanyak 28 orang (58,3 %), sedangkan 20 orang (41,7%) yang tidak mengalami
keluhan. Ada hubungan antara sisa klor dengan keluhan iritasi kulit dan mata pada
pemakai kolam renang hotel di Wilayah Kota Yogyakarta.
Penentuan kadar klorin pada kolam renang ini dapat dilakukan dengan metode
Spektrofotometri UV-Vis.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pH dan kadar klorin air kolam renang
rekreasi di Kota Bandar Lampung dengan Spektrofotometri UV-Vis dengan
membandingkan standar yang ditetapkan SNI.
1.5 Hipotesis
Kadar klorin pada air kolam renang rekreasi ada yang dibawah standar dan ada
pula yang melebihi batas SNI sehingga dapat menyebabkan toksik, iritasi mata,
kulit dan karsinogenik.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Air
2. 1. 1 Definisi Air
Air adalah senyawa kimia dengan rumus kimia H2O, artinya satu molekul air
tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom
oksigen. Air mempunyai sifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada
kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) dan suhu 273,15 K (0o C).
Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting karena mampu melarutkan
banyak zat kimia lainnya, seperti garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan
senyawa organik (Kusnoputranto, 1986).
Air memiliki perubahan suhu yang lambat. Sifat ini merupakan penyebab air
sebagai penyimpan panas yang baik, sehingga makhluk hidup terhindar dari
6
ketegangan akibat perubahan suhu yang mendadak. Suhu lingkungan akan terjaga
tetap sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan untuk kehidupan. Air mampu
melarutkan berbagai jenis senyawa kimia, sehingga disebut sebagai pelarut
universal (Kusnoputranto, 1986).
2. 1. 2 Sumber Air
Air yang ada di permukaan bumi berasal dari beberapa sumber. Berdasarkan letak
sumbernya air dibagi menjadi tiga, yaitu air hujan, air permukaan dan air tanah.
Air hujan merupakan sumber utama dari air di bumi. Air ini pada saat
pengendapan dapat dianggap sebagai air yang paling bersih, tetapi pada saat di
atmosfer cenderung mengalami pencemaran oleh beberapa partikel debu,
mikroorganisme dan gas (misal: karbon dioksida, nitrogen dan amonia). Air
permukaan meliputi badan-badan air semacam sungai, danau, telaga, waduk, rawa
dan sumur permukaan. Sebagian besar air permukaan ini berasal dari air hujan dan
mengalami pencemaran baik oleh tanah, sampah dan lainnya.
Air tanah berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi, kemudian
mengalami penyerapan ke dalam tanah dan penyaringan secara alami. Proses-
proses ini menyebabkan air tanah menjadi lebih baik dibandingkan air permukaan
(Chandra, 2007).
2. 1. 3 Manfaat Air
Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar
tiga perempat bagian dari tubuh manusia terdiri dari air. Air digunakan untuk
7
2. 1. 4 Kualitas Air
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 Tentang Syarat-
syarat dan Pengawasan Kualitas Air, air bersih adalah air yang digunakan untuk
keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat
diminum apabila telah dimasak. Adapun syarat-syarat kesehatan air bersih adalah:
1. Persyaratan Biologis
Persyaratan biologis berarti air bersih itu tidak mengandung mikroorganisme
yang nantinya menjadi infiltran tubuh manusia. Mikroorganisme itu dapat
dibagi dalam empat group, yakni parasit, bakteri, virus, dan kuman. Dari
keempat jenis mikroorganisme tersebut umumnya yang menjadi parameter
kualitas air adalah bakteri seperti Eschericia coli.
2. Persyaratan Fisik
Persyaratan fisik air bersih terdiri dari kondisi fisik air pada umumnya, yakni
derajat keasaman, suhu, kejernihan, warna, bau. Aspek fisik ini sesungguhnya
selain penting untuk aspek kesehatan langsung yang terkait dengan kualitas
fisik seperti suhu dan keasaman tetapi juga penting untuk menjadi indikator
tidak langsung pada persyaratan biologis dan kimiawi, seperti warna air dan
bau.
3. Persyaratan Kimia
Persyaratan kimia menjadi penting karena banyak sekali kandungan kimiawi
air yang memberi akibat buruk pada kesehatan karena tidak sesuai dengan
proses biokimiawi tubuh. Bahan kimiawi seperti nitrat, arsenic, dan berbagai
macam logam berat khususnya air raksa, timah hitam, dan cadmium dapat
menjadi gangguan pada faal tubuh dan berubah menjadi racun.
8
4. Persyaratan Radioaktif
Persyaratan radioaktif sering juga dimasukkan sebagai bagian persyaratan
fisik, namun sering dipisahkan karena jenis pemeriksaannya sangat berbeda,
dan pada wilayah tertentu menjadi sangat serius seperti di sekitar reaktor
nuklir.
2. 1. 5 Penggolongan Air
2. 2 Kolam Renang
Kolam renang adalah suatu konstruksi buatan yang dirancang untuk diisi dengan
air dan digunakan untuk berenang, menyelam, atau aktivitas air lainnya. Kolam
renang pribadi adalah simbol status bagi pemiliknya, karena membutuhkan
banyak tempat dan biaya perawatan yang besar. Kolam renang umum biasanya
adalah bagian dari pusat kebugaran jasmani atau taman rekreasi, dengan fasilitas-
fasilitas lainnya meliputi sauna, lapangan olahraga renang (squash, tenis, dll) dan
9
Persyaratan air yang harus dimiliki kolam renang adalah pH air, apabila
menyimpang akan menimbulkan iritasi pada mata dan proses koagulasi akan
terganggu, CO2 agresif harus tidak ada karena akan mengakibatkan karatan pada
pipa, kesadahan berpengaruh pada daya pembersih air, zat organik kelebihan zat
organik menandakan air kotor dan adanya H2S dalam air berarti sedang terjadi
proses pembusukan air tercemari oleh kotoran atau sumber kotoran lainnya, air
berbau, sehingga tidak memenuhi syarat fisik air (Leonardus, 2010).
Proses-proses di atas dapat dijadikan acuan dalam pengelolaan air kolam renang
agar diperoleh kualitas air yang terjamin. Tidak hanya itu, kesadaran dari
10
pengelola kolam renang untuk senantiasa menjaga kualitas air kolam sangat
dibutuhkan. Dalam melakukan pengelolaan hendaknya memperhatikan aturan
pemakaian dan kadar bahan kimia yang ditambahkan. Hal itu perlu dilakukan
agar pemakai terhindar dari dampak negatif yang ditimbulkan oleh pemakaian zat-
zat kimia dalam pengelolaan air kolam renang (Leonardus, 2010).
Penelitian mengenai penetapan kadar klorin pada air kolam renang pernah
dilakukan oleh Teddy dkk tahun 2013 tentang hubungan sisa klor dengan keluhan
iritasi kulit dan mata pada pemakai kolam renang Hotel di Wilayah Kota
Yogyakarta.
2. 3 Desinfektan
2. 3. 1 Definisi Desinfektan
Kriteria suatu desinfektan yang ideal adalah bekerja dengan cepat untuk
menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar, berspektrum luas, aktivitasnya
tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur, dan kelembaban, tidak
toksik pada hewan dan manusia, tidak bersifat korosif, bersifat biodegradable,
memiliki kemampuan menghilangkan bau yang kurang sedap, tidak meninggalkan
noda, stabil, mudah digunakan, dan ekonomis (Siswandono, 2010).
2. 3. 2 Penggolongan Desinfektan
yaitu:
1. Turunan aldehida
Senyawa turunan aldehid memiliki gugus aldehid (COH) pada struktur kimianya,
misalnya formaldehid, paraformaldehid, dan glutaraldehid. Turunan aldehid
umumnya digunakan dalam campuran air dengan konsentrasi 0,5% - 5%
dan bekerja dengan mendenaturasi protein sel bakteri (Siswandono, 2011).
O
O O O O
C H C C C C
H H H H H
(a) (b)
karsinogenik sehingga lebih banyak dipilih dalam bidang virologi (Brewer, 2010).
C C C C C
H H H H H
Pada prinsipnya, turunan aldehida ini dapat digunakan dengan spektrum luas.
Misalnya, formaldehid membunuh jasad renik dalam ruangan, peralatan, dan
lantai. Sedangkan glutaraldehid digunakan untuk membunuh virus. Keunggulan
turunan aldehid adalah sifatnya stabil, persisten, dapat dibiodegradasi, dan cocok
dengan beberapa material peralatan. Namun senyawa tersebut dapat
mengakibatkan resistensi jasad renik, berpotensi sebagai karsinogen dan
mengakibatkan iritasi pada sistem mukosa ( Larson, 2013).
2. Turunan alkohol
Turunan alkohol merupakan bahan yang banyak digunakan selain turunan aldehid,
misalnya etanol (C2H5OH), isopropanol (C3H7OH). Alkohol bekerja dengan
mendenaturasi protein dari sel bakteri dan umumnya dibuat dalam campuran
air pada konsentrasi 70% - 90%. Etanol bersifat bakterisid yang cepat, digunakan
sebagai antiseptik kulit dan sebagai pengawet. Aktivitas bakterisidnya optimal
pada kadar 70%. Isopropanol mempunyai aktivitas bakterisid lebih kuat
dibandingkan etanol karena lebih efektif dalam menurunkan tegangan permukaan
sel bakteri dan denaturasi bakteri (Elisabeth, dkk., 2012)
3. Senyawa pengoksidasi
Benzoil peroksida dalam air melepaskan hidrogen peroksida dan asam benzoat.
Benzoil peroksida pada konsentrasi 5-10% digunakan sebagai antiseptik dan
keratolitik untuk pengobatan jerawat (Stampi, 2002).
Karbanid peroksida disebut juga urea peroksida, mengandung hidrogen peroksida
(34%) dan oksigen (16%). Larutan karbamid peroksida dalam air secara perlahan-
lahan melepaskan hidrogen peroksida, dan digunakan untuk antiseptik pada
telinga dan pada luka ( Elisabeth, dkk., 2012).
4. Turunan fenol
Pemasukan gugus halogen, seperti klorin dan bromin ke inti fenol akan
meningkatkan aktivitas antiseptik. Aktivitas ini lebih meningkat bila jumlah
halogen yang dimasukkan bertambah. Polihalogenisasi fenol akan membentuk
senyawa yang mempunyai kelarutan dalam air sangat kecil. Ikatannya dengan
reseptor inti fenol lemah, sehingga aktivitasnya rendah. Pemasukan gugus nitro
dapat meningkatkan aktivitas antimikroba. Sedangkan pemasukan gugus asam
karboksilat dan asam sulfonat menurunkan aktivitas antimikroba karena
menurunkan kelarutan dalam lemak sehingga penembusan ke membran sel bakteri
menurun (Pratiwi, 2008).
lain adalah toksisitasnya rendah, kelarutan dalam air besar, stabil dalam larutan
air, tidak berwarna, dan tidak menimbulkan korosi pada alat logam.
Kerugiannya adalah senyawa ini tidak efektif dengan adanya sabun dan surfaktan
anionik dan non ionik, ion Ca dan Mg, serum darah, makanan, dan senyawa
kompleks organik (Fazlara dan Ekhtelat, 2012).
Turunan halogen yang umum digunakan adalah berbasis iodium seperti larutan
iodium, iodofor, dan povidon iodium. Kompleks klorin dengan senyawa
organik disebut klorofor, sedangkan kompleks iodin dengan senyawa organik
disebut iodofor. Halogen dan halogenofor digunakan sebagai antiseptik dan
desinfektan. Klorin dan klorofor terutama digunakan untuk mendesinfeksi air,
seperti air minum dan air kolam renang. Contohnya, klorin dioksida, natrium
hipoklorit, kalsium hipoklorit, dan triklosan. Sedang iodin dan iodofor digunakan
untuk antiseptik kulit sebelum pembedahan dan antiseptik luka. Turunan ini
umumnya digunakan dalam larutan air dengan konsentrasi 1 - 5% dan mampu
mengoksidasi dalam rentang waktu 10 - 30 menit. Contohnya, povidon iodium
(Brewer, 2010).
2. 4 Kaporit
2. 4. 1 Definisi Kaporit
Kaporit merupakan bahan kimia yang telah digunakan secara luas dalam
pengolahan air dan sebagai pemutih. Bahan kimia ini merupakan padatan putih
kekuningan, memiliki bau yang menyengat, sangat sukar larut dalam air. Kaporit
ada dalam dua bentuk, yaitu bentuk kering dan bentuk terhidrat. Bentuk terhidrat
lebih aman dalam penangannya (Patnaik, P., 2002).
Nama Dagang : Kaporit
Nama Sistematis : Calcium Hypoklorite
Rumus Molekul : Ca (OCl)2
Massa Molar : 142,985 g/mol
Densitas : 2,35 g/cm3 (20 °C)
16
Klorin dihasilkan dari elektrolisis sodium klorida, klorin banyak digunakan pada
pabrik kertas dan pakaian. Klorin juga digunakan sebagai bahan kimia pereaksi
dalam pabrik logam klorida, bahan pelarut klorinasai, pestisida. Sodium
Hipoklorit merupakan komponen pemutih yang diperdagangkan, larutan
pembersih dan desinfektan untuk air minum dan sistim buangan/limbah dalam air
kolam (Marsick, 1990).
2. 5 Klorin
2. 5. 1 Definisi Klorin
Klor atau klorin adalah unsur kimia dengan nomor atom 17 dan memiliki massa
atom 35,453. Unsur ini bukan logam, tetapi berupa gas berwarna kuning
kehijauan. Klor memiliki titik beku-103˚C dan titik didih-34,6˚C. Ditemukan oleh
K. Scheele membentuk banyak senyawa mineral padat. Logam klorida sering
diperoleh dengan penguapan air laut dan endapan garam. Dapat diperoleh dengan
cara elektrolisis dan oksidasi senyawa. Penggunaan klor dan senyawanya yaitu
sering digunakan sebagai bahan pemutih, desinfektan, bahan baki kimia, obat
antiseptic, pestisida, herbisida, obat-obatan, makanan pelarut, bahan peledak,
korek api, cat, plastic, dan tekstil. Lebih kurang 0,15% tubuh manusia tersusun
oleh senyawa ini. Klor merupakan unsur yang sangat beracun, symbol kimianya
adalah Cl (Purba & Sunardi, 2012)
2. 6 pH
2. 6. 1 Definisi pH
bahwa konsentrasi OH- suatu larutan tak akan dapat diturunkan sampai
Air yang belum terpolusi biasanya berada pada skala pH 6,0- 8,0. Sebagai
19
contoh, air hujan mempunyai sekitar pH 5,6, air laut pH 8,1 dan pH air
dibawah pH 5,0 dinyatakan sebagai air terpolusi. Besar pH dapat diukur
dengan pH meter. Air murni dapat memiliki pH 7,5 akan tetapi apabila
air telah memiliki pH 7,5 bukan berarti air murni karena dapat saja terjadi
proses buffer yaitu kehadiran senyawa kimia seperti fosfat dan karbonat yang
menjadikan air menjadi larutan buffer.
Level pH ideal untuk kolam renang berkisar antara 7 sampai 8; dimana 7.4 adalah
level ideal-setara dengan pH air mata manusia. Saat kedua zat tersebut telah
melumpuhkan kuman, perlu ditambahkan zat lain seperti amonia agar zat-zat
tersebut menjadi jinak. Proses penjinakan menjadi lebih cepat dengan adanya
sinar matahari. Oleh sebabnya, untuk kolam luar ruang (outdoor), harus terus
ditambahkan zat Chlorine untuk proses membunuh kuman. Selain membunuh
kuman, zat Chlorine juga mempunyai dampak negatif terhadap beberapa jenis
kulit manusia (manjadi gatal dan iritasi) dan juga pakaian renang Anda,
menyebabkan warna pakaian renang menjadi kusam/pudar jika tidak dibilas
segera setelah selesai berenang, terutama jika berenang di luar ruang
(Situmorang, M. 2007)
2. 7. 1 Uji Kualitatif
Uji kualitatif adalah suatu pengujian yang bertujuan untuk mendeteksi keberadaan
suatu unsur dalam sampel, mendeteksi senyawa/ unsur apa saja yang ada di suatu
sampel. Dalam uji kualitatif dibagi mejadi dua bagian besar yaitu uji kualitatif
untuk kation dan anion (Hadyana, 1994).
a. Uji kualitatif untuk kation
Untuk kation yang pertama dilakukan adalah uji pendahuluan terhadap
sampel yang akan diperiksa, meliputi uji pendahuluan secara organoleptis, uji
warna nyala, spot test.
1) Uji pendahuluan secara organoleptis meliputi pengamatan bentuk zat
(serbuk, kristal, hablur), warna zat (biru seperti CuSO4, hijau FeCl3,
merah Pb3O4 dan lain-lain), bau (beberapa senyawa yang berbau khas
seperti amonia, asam, hidrogen sulfid dan lain-lain), dan sifatnya.
20
Uji kualitiatif ini pernah dilakukan oleh Yurman (2009) tentang pengaruh
kadar klorida pada air sumur gali, program Pascasarjana Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu
2. 8 Uji Kuantitatif
1. Sumber cahaya
Sumber cahaya pada spektrofotometer harus memiliki panacaran radiasi yang
stabil dan intensitasnya tinggi. Sumber cahaya pada spektrofotometer UV-Vis
ada dua macam :
a. Lampu Tungsten (Wolfram), Lampu ini digunakan untuk mengukur sampel
pada daerah tampak. Bentuk lampu ini mirip dengna bola lampu pijar biasa.
Memiliki panjang gelombang antara 350-2200 nm. Spektrum radiasianya
berupa garis lengkung. Umumnya memiliki waktu 1000 jam pemakaian.
b. Lampu Deuterium. Lampu ini dipakai pada panjang gelombang 190-380 nm.
Spektrum energy radiasinya lurus, dan digunakan untuk mengukur sampel
yang terletak pada daerah uv. Memiliki waktu 500 jam pemakaian.
2. Wadah sampel
d. Filter
24
4. Detektor
Detektor akan menangkap sinar yang diteruskan oleh larutan. Sinar kemudian
diubah menjadi sinyal listrik oleh amplifier dan dalam rekorder dan ditampilkan
dalam bentuk angka-angka pada reader (komputer). Detector dapat memberikan
respons terhadap radiasi pada berbagai panjang gelombang Ada beberapa cara
untuk mendeteksi substansi yang telah melewati kolom. Metode umum yang
mudah dipakai untuk menjelaskan yaitu penggunaan serapan ultra-violet. Banyak
senyawa-senyawa organik menyerap sinar UV dari beberapa panjang gelombang.
Jika anda menyinarkan sinar UV pada larutan yang keluar melalui kolom dan
sebuah detektor pada sisi yang berlawanan, pembacaan langsung berapa besar
sinar yang diserap. Jumlah cahaya yang diserap akan bergantung pada jumlah
senyawa tertentu yang melewati melalui berkas pada waktu itu, pelarut yang
digunakan tidak mengabsorbsi sinar UV. Senyawa-senyawa akan menyerap
dengan sangat kuat bagian-bagian yang berbeda dari specktrum UV antara lain
metanol, menyerap pada panjang gelombang dibawah 205 nm dan air pada
gelombang dibawah 190 nm. Jika menggunakan campuran metanol-air sebagai
pelarut, anda sebaiknya menggunakan panjang gelombang yang lebih besar dari
205 nm untuk mencegah pembacaan yang salah dari pelarut
5. Visual display/recorder
Merupakan sistem baca yang memperagakan besarnya isyarat listrik, menyatakan
dalam bentuk % transmitan maupun absorbansi.
2. 8. 2 Prinsip Kerja
Cahaya yang berasal dari lampu deuterium maupun wolfram yang bersifat
polikromatis di teruskan melalui lensa menuju ke monokromator pada
spektrofotometer dan filter cahaya pada fotometer. Monokromator kemudian akan
mengubah cahaya polikromatis menjadi cahaya monokromatis (tunggal). Berkas-
berkas cahaya dengan panjang tertentu kemudian akan dilewatkan pada sampel
25
yang mengandung suatu zat dalam konsentrasi tertentu. Oleh karena itu, terdapat
cahaya yang diserap (diabsorbsi) dan ada pula yang dilewatkan. Cahaya yang
dilewatkan ini kemudian di terima oleh detector. Detector kemudian akan
menghitung cahaya yang diterima dan mengetahui cahaya yang diserap oleh
sampel. Cahaya yang diserap sebanding dengan konsentrasi zat yang terkandung
dalam sampel sehingga akan diketahui konsentrasi zat dalam sampel secara
kuantitatif.
2. 9 Indikator
2. 9. 1 Definisi Indikator
Indikator merupakan istilah kimia suatu senyawa yang mempunyai sifat khas,
yakni warnanya dapat berubah oleh perubahan pH larutannya. Umumnya
kelompok senyawa tersebut tergolong senyawa organik. Sumber indikator alam
umumnya berasal dari tumbuhan (akar, daun, bunga, buah dan biji) dan dapat
dibuat melalui ekstraksi dengan pelarutnya yang sesuai. Selain indikator alam kini
dikenal pula indikator sintetis. Indikator sintetis mampu memberikan perubahan
warna yang lebih jelas.
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus - September 2014 di UPTD Balai
Laboratorium Kesehatan Provinsi Lampung.
3.2.1 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: air kolam renang, Calcium
Hypochlorite, HCl encer, KI, Kloroform, aquades, indikator N,N-dietil-p-
fenilendiamin (DPD), dapar fosfat.
3. 2. 2 Alat-alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tabung reaksi, pipet mikro, pipet
tetes, pipet volume 0,5 ml, 10 ml, 20 ml, erlemeyer 100 ml, spatula, gelas ukur 10
ml, labu ukur 50 ml,100 ml, alat pengukur pH meter Lovibond Hach EC20,
timbangan analitik Shimadzu ATY 224, botol cokelat, rak tabung reaksi, tissu dan
Spektrofotometer Shimadzu UV-1800.
3. 3 Prosedur Penelitian
3. 3. 1 Pengambilan Sampel
kolam renang diambil pada saat diberikan kaporit tanpa adanya pengurasan air.
Jumlah sampel yang akan diuji sebanyak 7 Sampel dengan jeda waktu masing-
masing pada hari pertama kelompok pemberian kaporit tanpa pengurasan (Senin),
pemberian kaporit tanpa pengurasan (Rabu), pemberian kaporit tanpa pengurasan
(Jum’at).
Timbang 0,1 gram kaporit ( Calcium Hypoklorite) masukkan ke dalam labu ukur
1000 ml dan ditambahkan aquabides sampai tanda tera. Larutan standar diperoleh
13,90 ppm (Hadi Suhatman, 2010).
Diambil dari larutan induk 3,5 ml, 4 ml, 6,5 ml, 8,5 ml, 12,5 ml dan 15,5 ml dan
20 ml masing – masing ditambahkan aquadest ad 100 ml. Konsentrasi diperoleh
0,486 ppm, 0,556 ppm, 0,903 ppm, 1,181 ppm, 1,737 ppm, 2,154 ppm, dan 2,78
ppm simpan dalam labu (Hadi Suhatman, 2010).
b. Uji KI
30
Analisis data yang digunakan menggunakan dua sampel atau lebih sebagai objek
penelitian (indepenent sample t-test ). Sampel-sampel tersebut dibandingkan
untuk melihat ada-tidaknya perbedaan. Untuk melihat ada-tidaknya perbedaan,
dilakukan uji perbedaan dua rata-rata. Uji hipotesis dua rata-rata digunakan untuk
mengetahui ada atau tidak adanya perbedaan (kesamaan) rata antara dua buah
data. Salah satu teknik analisis statistik untuk menguji hipotesis dua rata-rata.
(Sutrisno Hadi, 2000) uji t yang variannya sama dan uji t yang variannya tidak
sama. Untuk varian sama gunakan rumus berikut :
32
Keterangan :
Xa = rata-rata kelompok a
Xb = rata-rata kelompok b
Sp = Standar Deviasi gabungan
Sa = Standar deviasi kelompok a
Sb = Standar deviasi kelompok b
na = banyaknya sampel di kelompok a
Selanjutnya data dianalisa dengan aplikasi SPSS.
33
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil uji reaksi warna terhadap sampel pada masing-masing kolam renang
menunjukan hasil positif menggandung klorin pada saat pemberian HCl encer, KI
dan Kloroform terbentuk warna ungu. Data hasil uji kualitatif dapat dilihat pada
lampiran 7.
34
4.4 Hasil Uji Penentuan Kuantitatif Klorin dalam Air Kolam Renang
dengan Spektrofotometri UV-VIS
Sebelum melakukan penetapan kadar klorin pada air kolam renang, dilakukan
pencarian kondisi optimum. Hasil pengujian terdiri dari :
4.4.5 Hasil Penentuan Persamaan Regresi Linier dan Koefisien Kurva Baku
Pembanding Calcium Hypoklorite
Kurva dibuat dari larutan baku Standar Calcium Hypoklorite 100 ppm yang telah
diencerkan dengan variasi konsentrasi 0,486 ppm ; 0,556 ppm; 0,903 ppm ; 1,181
ppm ; 1,737 ppm ; 2,154 ppm dan 2,78 ppm yang diamati serapannya dengan
Spektrofotometer UV-Vis Shimadzu UV-1800 dengan panjang gelombang
optimum yang terpilih yaitu 510 nm. Hasil penentuan serapan optimum baku
Calcium Hypoklorite dapat dilihat pada tabel 4.4.5.
Berdasarkan perhitungan pada tabel 4.4.5 diperoleh persamaan regresi linier yaitu
y = 0,117235 + 0,262872x dengan nilai a =0,117235 dan b = 0,262872.
Berdasarkan persamaan regresi linier tersebut dapat dihitung kadar klorin pada
pembacaan masing-masing sampel air kolam renang terhadap x dari persamaan
tersebut. Persamaan regresi tersebut mempunyai koefisien korelasi 0,9998. Kurva
hubungan antara konsentrasi dengan serapan Calcium Hypoklorite dapat dilihat
pada gambar 4.1.1
Kurva Regresi Linier Baku Calcium Hypoklorite
37
y = 0,117235 + 0,262872
r2 = 0,9979
Konsentrasi ( mg/l )
Gambar 4.1.1 Kurva hubungan antara konsentrasi dengan serapan Calcium
Hypoklorite pada sampel kolam renang
Hasil penetapan kadar sampel yang mengandung klorin dapat dilihat pada
tabel 4.4.6.
Tabel 4.4.6 Kadar Sampel Air Kolam Renang yang mengandung Klorin
Batas Kadar
Kadar Klorin Kolam Renang
Kolam Klorin SNI 06-
( mg/l )
Renang 4824-1998
Senin Rabu Jumat
1A 3,510 1,882 3,514
2B 0,482 1,992 2,664
3C 2,779 2,232 2,221 4 mg/l
4D 5,747 3,403 2,764
5E 1,927 3,525 2,962
6F 1,783 2,068 2,795
7G 4,651 3,495 2,749
4.5 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa sampel air kolam renang yang ada di kota
Bandar Lampung mempunyai nilai pH cenderung asam pada air kolam renang
4D, 7G pada hari senin, hal ini terjadi dikarenakan pada saat hari minggu
dilakukan penambahan desinfektan tanpa adanya penambahan air kolam sehingga
menyebabkan pH air kolam menjadi asam, sedangkan hari rabu terjadi kenaikan
nilai pH dikarenakan pemilik melihat adanya pengunjung yang tidak terlalu
banyak sehingga pemilik hanya menambahkan (Al2SO4) seperti yang dijelaskan
oleh pengelola melalui wawancara. Tawas (Al2SO4) bersifat menjernihkan dan
menggendapkan kotoran air kolam sehingga dan dapat bersifat menaikkan pH air
kolam. ( Leonardus, 2010 )
Kadar klorin tertinggi ada pada kolam 4D dan 7G, hal ini terjadi karena pelaku
usaha memberikan kaporit dalam jumlah banyak dikarenakan adanya aktifitas
pengunjung dikolam renang yang padat pada hari minggu dan tanpa adanya
penambahan air atau pergantian air kolam, hal ini dilakukan pelaku usaha karena
di hari senin tidak adanya aktifitas pengunjung, begitu pada hari rabu dan jumat
tidak adanya penambahan kaporit dalam jumlah banyak ( secukupnya ) dan hanya
bersifat memberikan penambahan air kolam.
Uji Reaksi warna dilakukan untuk mengidentifikasi adanya klorin dalam sampel
air kolam renang dengan membandingkan antara pustaka dan sampel. Hasil uji
reaksi warna terhadap sampel pada masing-masing air kolam renang menunjukan
hasil positif menggandung klorin pada saat pemberian HCl encer terbentuk warna
kuning melalui mekanisme reaksi sebagai berikut
Pada penambahan HCl encer mula - mula larutan berwarna bening lama kelamaan
menjadi kuning bening kemudian timbul buih yang menyebabkan klor terlepas
dan timbul bau merangsang dan sifatnya dapat memutihkan kertas lakmus basah
(Pudjaatmaka dan Setiono, 1990).
39
Hasil uji reaksi warna terhadap sampel pada masing-masing air kolam renang
menunjukan adanya klorin saat pemberian KI terbentuk warna ungu melalui
mekanisme reaksi sebagai berikut
Pada penambahan KI ini akan terbentuk warna ungu jika suasana larutan terlalu
basa maka lama kelamaan warna akan hilang karena akan terbentuk ion hipoiodat
dan iodida, (Pudjaatmaka dan Setiono, 1990).
Pada uji reaksi warna setelah penambahan KI ini ditambahkan kloroform hingga
diperoleh hasil reaksi sebagai berikut
2CHCl3 + 3I2 → 2CHI3 ungu + 6Cl-
100 μl dengan serapan 0,244. Volume indikator DPD yang diperoleh dapat
memberikan serapan yang paling tinggi yang digunakan dalam penentuan kadar
sampel. Hasil penentuan waktu optimum dengan Spektrofotometri UV-VIS
Shimadzu UV-1800 pada range panjang gelombang 510 nm pada waktu 15 menit
dengan serapan 0,273 dikatakan waktu optimum dikarenakan memberikan nilai
serapan yang paling tinggi dibandingan dengan waktu yang lain yaitu 5 menit, 10
menit maupun 20 menit. Waktu optimum yang diperoleh digunakan untuk
penetuan kadar sampel. Sampel yang dianalisa secara kuantitaif diberikan Dapar
Fosfat optimum, indikator N,N-dietil-p-fenilendiamin optimum . Adapun prinsip
kerja dari analisis dengan menggunakan indikator N,N-dietil-p-fenilendiamin
sebagai indikator dibubuhkan pada larutan yang menggandung klorin, reaksi yang
terjadi seketika terbentuk larutan berwarna menjadi merah muda. Hal ini dapat
dilihat berdasarkan perbandingan warna yang sama yang dihasilkan oleh kuantitas
yang diketahui dari zat yang akan ditetapkan dimana kadar klorin akan dibaca
berdasarkan warna yang dibentuk oleh indikator DPD ( Vogel,1994 )
Adapun mekanisme reaksi yang terbentuk sebagai berikut
indikator N,N-dietil-p-fenilendiamin
O
O
O O C CH 3
CH 3 C OH
C
2 Cl H 2 N N N CH 2 CH N O
C
O O C CH 3 CH 3 C OH
O
O
O O C CH 3
CH 3 CMerah
OCl
C
H 2regresi
Hasil uji N diperoleh CH N regresiO linier H 2 O
N CH 2persamaan
N persamaan yaitu diperoleh
C
yaitu y = 0,117235 + 0,262872x
O dengan
O C CH nilai a =0,117235 dan bCH 3 C OCl
= 0,262872.
3
Berdasarkan persamaan regresi linier tersebut dapat dihitung kadar klorin pada
O
pembacaan masing-masing sampel air kolam renang terhadap x dari persamaan
tersebut. Persamaan regresi tersebut mempunyai koefisien korelasi 0,9979. Kurva
hubungan antara konsentrasi dengan serapan Calcium Hypoklorite . Berdasarkan
41
persamaan regresi linier tersebut dapat dihitung kadar klorin pada pembacaan
masing-masing sampel air kolam renang terhadap x dari persamaan tersebut.
Dari 7 sampel diperoleh sampel yang menggandung klorin melebihi batas dan
ada pula sampel yang dibawah batas yang ditetapkan. Hasil uji regresi ini juga
dapat menunjukkan adanya variasi kadar klorin pada sampel dengan berdasarkan
SNI 06-4824-1998 yaitu 4,0 mg/l. Berdasarkan hasil uji t statistik menunjukkan
bahwa adanya perbedaan kadar klorin pada air kolam renang rekreasi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
dari 7 sampel air kolam renang di kota Bandar Lampung yaitu pH kolam renang
5,985 sampai 6,972 dan kadar klorin 1,565 mg/l sampai 4,037 mg/l batas yang
ditetapkan SNI 06-4824-1998 adalah 4,0 mg/l dengan pH 7,2- 8.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat diberikan beberapa saran antara lain:
1. Perlu dilakukan penelitian adanya kandungan kimia yang lain didalam air
kolam renang yang berbahaya.
2. Perlu dilakukan penyuluhan mengenai penggunaan desinfektan air kolam
renang kepada pengelola kolam renang yang ada di Bandar Lampung.