WATER TREATMENT
Kelompok :4
Kelas : 4E
Disusun Oleh : Rendi Nurdiansyah (2102321009)
Dosen Pengajar : Isnanda Nuriskasari, S.Si., M.T.
1.3 Tujuan
a. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pencemaran air dan proses
pengolahan air limbah menjadi air bersih.
b. Mahasiswa mampu menjelaskan parameter pengukuran kualitas air
limbah dan air bersih, seperti warna, bau, temperatur, pH, dan TDS.
c. Mahasiswa mampu merancang prototype sederhana untuk pengolahan
air limbah menjadi air bersih, dan menjelaskan fungsi masing-masing
elemen penyusun prototype tersebut.
d. Mahasiswa mampu merancang prototype pengolahan air kolam PNJ
menjadi air bersih, dan menjelaskan fungsi masing-masing elemen
penyusun prototype tersebut.
e. Mahasiswa mampu melakukan analisa terhadap hasil pengolahan air
limbah menjadi air bersih menggunakan prototype yang telah dirancang.
BAB II
DASAR TEORI
2.2.3 Sedimentasi
Sedimentasi merupakan proses pengendapan partikel-partikel zat padat dalam suatu
cairan sebagai akibat gaya gravitasi baik individu atau bersama-sama sehingga
menghasilkan cairan yang lebih jernih dan suspensi yang lebih kental. Flok yang
terbentuk pada proses flokulasi diharapkan akan mengendap akibat gaya beratnya sendiri
pada unit sedimentasi ini.
2.2.4 Filtrasi & Adsorpsi
Air akan melewati lapisan/media filter sehingga diharapkan partikel yang mungkin
masih ada terbawa air olahan pada unit ini akan tersangkut pada media filter. Pada bagian
ini terdapat media yang berperan sebagai adsorben yaitu zat yang berfungsi untuk
menyerap kontaminan berbahaya pada air. Contoh adsorben yang digunakan adalah arang
aktif dan zeolit. Material tersebut memiliki kemampuan untuk menyerap logam-logam
yang terkandung dalam air, kontaminan zat warna yang terkandung dalam air, dan
kontaminan zat organik yang berbahaya seperti fenol.
2.2.5 Desinfeksi
Pada tahap ini dilakukan pemberantasan selektif terhadap organisme pathogen,
umumnya menggunakan klorin atau ozon. Mekanisme klorinasi adalah dengan merusak
enzim utama yang ada dalam sel bakteri, sehingga dinding selnya menhadi rusak atau
bahkan hancur. Akibatnya bakteri akan mati. Klorinasi dapat digunakan sebagai langkah
akhir dalam pengolahan air limbah. Klorin dalam dosis rendah sudah teruji efektif untuk
membunuh bakteri, namun tidak berbahaya bagi makhluk hidup. Klorin ada yang
berbentuk gas, dan ada pula yang berbentuk kristal garam hipoklorit.
BAB III
METODE PENELITIAN
2.3 Diagram Pengerjaan Praktikum SEMI-MANUAL
MULAI
Sebelum Pra-Sedimentasi
Sesudah Pra-Sedimentasi
Sedimentasi
Filtrasi
SELESAI
2.3.2 Diagram Pengerjaan Praktikum SEMI-AUTOMATIS
MULAI
Sedimentasi
Filtrasi
SELESAI
2.4 Penjelasan Langkah Kerja
2.4.2 SEMI-MANUAL
1. Siapkan sampel air limbah satu ember besar dengan komposisi air tanah
dan tanah, lalu aduk hingga tercampur rata.
2. Amati perubahan yang terjadi dan ukur PH, TDS, dan Warna pada air
3. Setelah itu langsung masuk ke proses Pra-Sedimentasi dengan
mendiamkan 20 menit
7. Diamkan selama 30 menit Setelah itu amati dan ukur PH, TDS, dan
Warna
8. Tutup saluran/valve dari alat filtrasi berikan perilaku yang sama pada
kedua sampel tersebut
Gambar 3.7 Proses Filtrasi
9. Tunggu sampai dengan 10 menit lalu bukan keran atau valvenya untuk
mengalirkan air kembali pada teko
2.4.3 SEMI-AUTOMATIS
1. Rangkai dan susun alat
alat yang telah di
rancang
3.87
4
3 2.59 2.6
PH
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa tingkat pH air kolam PNJ mengalami
perubahan yang cukup fluktuatif. Pada saat masih di air kolam mendapatkan nilai pH
6,52 lalu mengalami penurunan hingga akhirnya pada tahap filtrasi mendapatkan nilai
pH 3,87. Namun, pada pH 3,87 masih belum memenuhi standar baku air yaitu 6-9
berdasarkan Permen LHK.
2. TDS
TDS
6000
5424
4000
ppm
3000
2000
1000
66
0
Dilihat pada grafik TDS air kolam PNJ mengalami kenaikan cukup fluktuatif
yang bermula dari 66 ppm lalu naik menjadi 4635 pada tahap flokulasi dan
koagulasi lalu turun sedikit sebanyak 4498 di tahap sedimentasi dan naik
kembali sebanyak 5414 di tahap filtrasi. Jauhnya perbandingan TDS yang
didapatkan pada saat di air kolam dengan pada saat di filtrasi adalah karena
jumlah Tawas yang digunakan sebanyak 100 gram pada air 6 liter.
Filtrasi
Flokuasi dan
Sebelum Sesudah Pre- Koagulasi Sendimentasi
10
Parameter Pre- Sedimentasi (10 Menit (30 Menit) 10 menit
menit 10 menit ketiga
Sedimentasi (20 Menit) pengadukan) pertama
kedua
4.2 SEMI-AUTOMATIS
Analisa Kebutuhhan Jenis dan Spesifikasi Pompa
4.2.1. Perencanaan Output Pompa
Pada Prototipe Pengolahan Air Permukaan Menggunakan Sampel Air Kolam
di Politeknik Negeri Jakarta, dibutuhkan sebuah pompa untuk men-suplai air yang
berada di dalam kolam dan disalurkan ke sistem pengolahan air.
• Direncanakan:
Wadah koagulasi memiliki kapasitas 10 L, untuk pengadukan koagulan
dengan raw water dibutuhkan pengisian air selama 75 detik sampai seluruh air dapat
teraduk rata
0.00013 m 3 /s
A=
0.5 m/s
2. Diameter pipa
D=
√
4 x 2.6 x 10−4 m2
3.14
𝐷 = 0.0181 𝑚=18.1991 𝑚𝑚
Menyesuaikan ukuran pipa yang terdapat dipasaran maka digunakan pipa PVC
yang memiliki ukuran sebesar ½ inch, tebal dinding 1,5 mm sehingga didapatkan
diameter dalam pipa sebesar 19 mm = 0.0019 m
3
−5 m
4 x 13 x 10
detik
π x( 0.019 m)2
μ 1 ρ
Jika v= maka = ; sehingga :
ρ v μ
m
0.4585 0.019 m
s
ℜ= 2 = 10836.5468(aliran turbulen)
−6 m
0.8039 x 10
s
Material pipa yang digunakan adalah PVC, diterangkan dalam skripsi dengan
judul “ANALISIS PERHITUNGAN DEBIT DAN HEAD LOSS PADA SISTEM
JARINGAN PIPA DI PDAM TIRTANADI CABANG SUNGGAL KAWASAN
PERUMAHAN TAMAN SETIA BUDI INDAH II MEDAN” bahwa nilai koefisien
kekasaran (𝜀) pipa 𝑃𝑉𝐶 = 0.0015 sehingga nilai koefisien gesek dapat dirumuskan
dengan persamaan:
ε
relative roughness=
d
0.0015 mm
relative roughness=
19 mm
relative roughness=7.8947 x 10−5
v2
H l=f x
2g
𝑓= 0.5 (Sularso Pompa & Kompressor)
2
m
(0.485 )
s −3
H l=0.5 x =0.6203 x 10
m
2 x 9.81 2
s
Pipa (0,1 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟) jumlah = 1
L v2
H l=f
D2g
𝑓=0,011 (dari diagram moody)
2
m
(0.4585
)
0.1 m s −3
H l=0.011× × H =0.6203 x 10 m
0.019 m m l
2 x 9.81 2
s
L v2
H l=f
D 2g
f =0,011
m 2
(0.4585
)
2 [m] s
H l=0.011 x x
0.019 [ m ] m
2 x 9.81 2
s
−3
H l=12.406 x 10 m
( )
2
m
0.4585
s −3
Hf =0.15 Hf =1.6072 x 10 m
m
2 x 9.81 2
s
−3
H f total =3× 1.6072 x 10 m
−3
H f total =4.8216 x 10 m
3. Pipa buang 0,5 meter
2
L v
H l=f
D 2g
f = 0,011
H l=0.011
0.5 m ( m 2
0.4585
s )
=3.1016 x 10−3 m
0.019 m m
2 x 9.81 2
s
4. Ballvalve berjumlah 3 buah
2
V
∆ h=K
2g
( )
2
m
0.4585
s
∆ h=11 x
m
2 x 9.81 2
s
∆ h=117.8616 x 10−3 m
−3
∆ h=3 x 117.8616 x 10 m
∆ h=353.5848 x 10−3 m
1 1
5. Percabangan Tee (Pipa 1=∅ inc h Pipa 2 =∅ inc h )
2 2
Q2 /Q 1=1.0 maka, f 1 dan f 2=1.29 (Sularso, Pompa dan Kompressor Hal.
38)
v 21
H f 1−2=f 2
2g
H f 1−2=1.29
( m 2
s
0.4585 )
m
2 x 9.81 2
s
−3
H f 1−2=13.8219 x 10 m
1 1
6. Percabangan Tee (Pipa 1=∅ inc h Pipa 3 =∅ inc h )
2 2
Q3
=1.0 maka, f 1 dan f 3=0.35(Sularso, Pompa dan Kompressor Hal.
Q1
38)
2
v1
H f 1−3=f 2 s
2g
H f 1−3=0.35
( m 2
0.4058
s )
m
2 x 9.81 2
s
H f 1−3=3.7501 x 10−3 m
1 1
7. Pertemuan Tee (Pipa 1=∅ inc h Pipa 2 =∅ inc h )
2 2
Q2
=1.0 maka, f 1 dan f 2=0.91(Sularso, Pompa dan Kompressor Hal. 38)
Q1
v 21
H f 1−2=f 2
2g
H f 1−2=0.91
(
0.4585
m 2
s )
m
2 x 9.81 2
s
−3
H f 1−2=9.7503 x 10 m
1 1
8. Pertemuan Tee (Pipa 1=∅ inc h Pipa 2 =∅ inc h )
2 2
Q3
=1.0 maka, f 1 dan f 3=0.91(Sularso, Pompa dan Kompressor Hal. 38)
Q1
2
v1
H f 1−3=f 2
2g
( )
2
m
0.4585
s
H f 1−3=0.60
m
2 x 9.81 2
s
−3
H f 1−2=6.4288 x 10 m
m
0.4058
s
Hf =0.1
m
2 x 9.81 2
s
−3
Hf =2.3369 x 10 m
2
v
H total =ha +∆ h p + hl +
2g
1. Head Statis Total
2. Perbedaan tekanan
Perbedaan tekanan
yang bekerja pada kedua
permukaan air ∆ h p=0
(dianggap 0 karena nilai tekanan
air pada kolam dan wadah
sama)
3. Head loss
Kerugian head pipa, katup, dan
belokan
Head Loss (Hl) = 410.002 ×10−3 m
−3 3
Q ¿ 7.8 x 10 m /menit
PW ¿ 2.5974 x 10−3 W
Berdasarkankriteriatersebutmakaakandigunakanmetodepengolahan air
secarafisik dan metodafisik-kimia. Metoda fisika yaitu pengolahan air
menggunakan penyaringan untuk menyisikan bahan yang tersuspensi untuk
disaring, maupun di endapkan, sedangkan metoda fisik-kimia yaitu
penambahan zat kimia pada proses pengolahan air untuk mengubah zat-zat
yang terkandung di dalamnya agar mudah diendapkan. Unit operasi dengan
metoda fisik yang akan digunakan yaitu sedimentasi dan filtrasi sedangkan
untuk unit proses dengan metoda fisik-kimia yaitu koagulasi dan flokulasi.
Total efisiensipengolahan : 90 %
1. Volume Air
Wadah koagulasi dibuat dengan rancangan untuk mengolah 10 literair
pada satu kali proses koagulasi. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan
hasil output yang lebih optimal.
2. Bentuk Wadah
Proses pada koagulasi dipengaruhi oleh bentuk wadah karena dalam
pengadukan dapat terjadi dead zone atau zona mati dimana zona ini tidak
terkena pengadukan secara merata.
3. Waktu Tunggu (detention time)
Pengadukan proses koagulasi membutuhkan waktu 10detik – 15 menit.
Berdasarkan dua hal diatas dibuat wadah koagulasi seperti Gambar 4.6
Sehingga direncanakan:
1. Volume (V) : 10 liter
2. Waktu Tunggu (td) : 75 detik
3. BahanTank : Pipa PVC 8 inch
Perhitungan Berdasarkan Kebutuhan Air:
Q yang dibutuhkan
V
Q=
t
10
Q= =0.1333 liter /detik
75
Q=V /t
2
π ×r ×T
0.1333=
75
2
π ×1,038 ×T
0.1333=
75
10
T= 2
π ×1,038
T =2,9543 dm ≈ 29,5430 cm
Direncanakan:
Gambar 4.7 Sketsa ukuran poros dan pengaduk di dalam wadah koagulasi
Diameter poros=8 mm
Panjang poros=350 mm
Tebal pengaduk=2 mm
Panjang pengaduk=125 mm
Perhitungan:
1. Volume Poros
V =π × r 2 ×t
2
V =π × 8 × 350
2. Volume Pengaduk
V =P × L ×T
V =125× 2× 20
2 −3 3
V =5000m m ≈ 5 ×10 d m
V =0,07037 d m + ( 10 ×10 ) d m
3 −3 3
3 3
V =0,08037 d m ≈ 80370 mm
3 3
Vtot=10080350,9850 mm ≈ 10,0803 d m
Vtot
T=
π × r2
10,0803
T= =2,9780 dm ≈ 29,7802 cm
π ×1,038 2
Q
v=
A
−3 3
0.1333× 10 m /detik
v=
1
π ×207,6 × 10−3 m
4
m
v=8,1754 ×10−4
s
Berdasarkan pengukuran suhu, suhu yang berada di kolam sekitar
31 ° Celcius , maka berdasarkan (Reynold dan Richards, 1996)bilangan reynold
sebelum pengadukan daapat dirumuskan dengan:
(
viskositas absolut air μ=0,7834
N . det
m
2 )
densitas air( ρ=0,99537 gram/ c m3 )
ρ× d 2 × v
NR e =
μ
m
995,37 [ kg/m 3 ] × ( 207,6 ×10−3 m ) ×8,1754 × 10−4
2
s
ℜ=
N . det
0,7834 × 10−3 2
m
Re =215,6439(aliran laminer)
BentukWadah - Tabung
Panjang mm 450
Lebar mm 216
1.
2.
3.
4.
4.1.
4.2.
4.2.1.
4.2.9 Mendesain Wadah Flokulasi
Wadah flokulasi, merupakan wadah yang berfungsi sebagai tempat berlangsungnya
penggabunganflok-floksehinggamenjadiflokdenganukuran yang lebihbesar.
Terdapatbeberapafaktorutamadalammerancangwadahflokulasi, diantaranya:
1. Volume Air
Wadahflokulasidibuat dengan rancangan untuk mengolah 10 liter air pada satu kali
proses flokulasi. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan hasil output yang lebih optimal.
2. Waktu Tunggu
Pengadukan proses flokulasi pada proses direct-filtration membutuhkan waktu
34 detik .
Direncanakan:
Jenisflokulasi:
Jenispengadukan yang terjadi di dalam wadah flokulasi ini adalah
pengadukan jenis hidrolis. Pengadukan jenis hidrolis merupakan
pengadukan yang disebabkan oleh terjadinya energi gesek
maupun energi potensial (jatuhan) untuk mendapatkan
turbulensi sehingga flok-flok tersebut dapat menjadi flok dengan
ukuran yang lebih besar.
Bentuk wadah flokulasi direncakan berbentuk balok (cuboid)
sejumlah 2 unit kompartemen dengan susunan bertumpuk,unit
kompartemen inlet diatas dan unit kompartemen output
dibawah. Untuk memperbesar energi gesek maupun energi
potensial(jatuhan).
Pengadukan jenis hidrolis dengan menggunakan kanal bersekat
(baffled channel) mengakibatkan banyaknya headloss yang terjadi
di dalam wadah flokulasi.
Perancangan dan perhitungan dimensi wadah flokulasi
1. Dimensi Inlet
Direncanakan
−3 N × detik
μ( viskositas absolut )=0,7834 × 10 2
m
ρ( densitas)=995,37 kg/ m 3
Direncanakan:
Perhitungan:
PerhitunganHeadlosspada kompartemen I
μ×t 2
Hf = G
ρ× g
N × detik
−3
0,7834 ×10 × 22 detik
m2 −1 2
¿ (100 deti k )
kg 2
995,37 3 × 9.81 m/s
m
¿ 0,01765 m≈ 17,65 mm
Sehingga diketahui Headlossyang terjadi pada kompartemen I sebesar17,65 mm
PerhitunganHeadlosspada kompartemenII
μ×t 2
Hf = G
ρ× g
N × detik
0,7834 ×10−3 2
× 12detik
m −1 2
¿ ( 40 deti k )
kg 2
995,37 3 × 9.81 m/s
m
−5
¿ 1,283 ×10 m ≈ 0,0128mm
10−3 m 3
0,01538×
detik
v= 2
5,6 m
−6 m mm
v=2,7464 ×10 ≈ 0,002746
s s
Tipepengadukan - Hidrolis
BentukWadah - Cuboid
LebarWadah mm 226
-
Td1 - 22 detik -
Td2 - - 12 detik -
Burton,
Td total 2– 10menit 34 detik TidakMemenuhi
dkk., 2003
−1
G1 Burton, 100 deti k Memenuhi
25 detik-150 detik
G2 dkk., 2003 40 deti k −1 Memenuhi
-
G1.Td - 2.640 -
G2.Td - - 540 -
Total
−¿ - 3.180 -
(G.Td)
(a)TampakSamping (b)TampakAtas
Direncanakan:
Berikutmerupakan data yang didapatkandariujicoba :
( )
2
−6 m
viskositas kinematik air μ=1,0105 ×10 .
detik
R (Jari-jariHidrolis)
A
R=
P
( b+ Xy ) y
R=
b+ 2 y √ 1+ x
2
( 210+3 y ) y
R=
210+(2× 48) √1+3 2
16992 mm 2
R= =33,0854 mm
513,5786 mm
Bilangan Reynold
v× R
ℜ=
μ
mm
0,1518 × 33,0854 mm
detik
ℜ=
0,0010105 m m2 /detik
ℜ=4.970,1768
Bilangan Fraude
v
Fr=
√g× R
0,1518 ×10−4 m/ s
Fr=
√ 9,81 ×0,0030 m
−3
Fr=1,615 ×10
3. Perhitungan Dimensi Inlet Sedimentasi
Pada zona inlet aliran air berjenisdownflow bergerakmenujuruanglumpur. Bagian
yang beradadiantaradindingflokulasi yang terdapat Inlet sedimentasisampaiplate
settler, dimanfaatkanuntukmenambahefisiensipengendapan.
1.
2.
4. Perhitungan Dimensi Unit Wadah Sedimentasi
Perhitungan Zona lumpur
Ruanglumpur yang direncanakanberbentuklimasterpancung yang dapatdilihat
pada gambardibawahini:
Direncanakan
Panjang zona lumpur(P1)= 268 mm
Lebar zona lumpur(L1) =220 mm
Panjang zona lumpur(P2)=210 mm
Lebar zona lumpur(L2) =220 mm
Kedalaman(H) =48 mm ≈ 4,8 cm
Perhitungan
Q input sedimentasi=0,01470 L/detik
Luas zona (A1)
A=P1 × L 1
A=268 mm× 220 mm
2 2
A=58960 mm ≈ 589,6 c m
Luas zona (A2)
A=P2 × L 2
A=210 mm× 220 mm
2 2
A=46200 m m ≈ 462 c m
Volume ruanglumpur
H
V= ( A 1+ A 2+ √ A 1+ A 2)
3
4,8 cm
(589,6 c m + 462 c m + √589,6 c m + 462 c m )
2 2 2 2
V=
3
V =1734,4454 cm 3 ≈ 1,7344 d m3
Lama pengisian
Td=Volume ×Q
3 3
Td=1,7344 d m × 0,01470 d m / detik
Td=0,0254 detik
Didalamwadahsedimentasiterdapatsettler. Settler
digunakanuntukmeningkatkanefektifitaspengendapandengancaramemperluas zona
pengendapan dan memperpendekjarakpengendapan.
Gambar 4.17Sketsa dan Hasil RancanganSusunan Pall Ring dan Ruang Pall Ring
Direncanakan:
Tinggiruangsettler : 225 mm
Jaraksettler kepelimpah: 7 mm
6. Dimensi Outlet Sedimentasi
Dibandingkanpelimpah (weir) berbentukpersegi-empat, bentuksegitiga(V-Notch-
90o)lebihbaikuntukmencegahflok-flok yang megambangsehinggadipilihsebagai Output
sedimentasi.
PerhitunganPelimpah
Direncanakan :
(a) TampakSamping
(b) TampakAtas
5
8
Q= × 0,6 × √ 2 ×9,81 m/s 2 × 0,051m ×0,035 m 2
15
−5
Q=1,4174 × 1,1688 ×10
−5 3
Q=1,6566 × 10 m /s
Liter
Q=0,01656
s
Liter Liter −4 3
Q Total=8 ×0,01656 =0,1325 ≈ 1,3253 ×10 m / s
s s
Kedalaman kritis (minimum) pada hilir gutter
√
2
3 q
yc=
g
√
2
3 ( 1,3253× 10−4 ) m3 /s
yc= 2
9,81 m/ s
yc= 3
√ 1,7564 ×10−8 m6 /s 2
9,81m/ s
2
−3
y c =1,2142 ×10 m ≈1,2142 mm
√
H O = (1,2142× 10−3 m)2 +
2 ×(1,3253× 10−4 m3 / s)2
9,81 m/ s2 ×(0,051m)2 ×(1,2142× 10−3 m)
√ −6
H O = (1,4744 ×10 m¿ ¿ 2)+
3,5128 ×10−8 m6 / s2
−5 3 2
3,0981 ×10 m / s
¿
H O =0,001135 m≈ 1,1353 mm
BentukWadah - Rectangle
ArahAliran - Horizontal
Panjang Mm 440
Lebar Mm 220
Keterangan:
Untuk Parameter diatas yang tidak memenuh iyaitu Td(Waktu Tunggu) dan Nre
(Bilangan Reynold). Dikarenakan menggunakan sistem kontinyu maka,waktu tunggu
menjadi lebih sedikit untuk mengatasi hal tersebut maka perlu menambah volume dari bak
untuk mencapai kriteria>4 menit, dan untuk memenuhi kriteria NRE(Number Reynold) pada
zona inlet maka di zona inlet ditambah sekat (baffle) untuk mengurangi turbulen yang
memasuki wadah sedimentasi.
Analisa Kebutuhan Pengadukan
4.2.11 Menentukan Jenis dan Ukuran Pengaduk
1. Viskositas
Air permukaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air kolam yang berada di
Politeknik Negeri Jakarta. untuk menentukan bentuk impeller, viskositas air
merupakan salah satu unsur yang penting. dalam hal ini air kolam yang berada di
politeknik negeri jakarta dianggap sebagai air pada umumnya.
2. Pola Aliran
Untuk mengurangi dead zone digunakan wadah, dengan bentuk tabung. Sehingga
dirancang untuk membuat aliran radial agar air dan koagulan akan tercampur pada
bagian diantara dua buah impeller.
3. Kecepatan
Pencampuran koagulan dengan air kolam pada proses koagulasi dilakukan dengan
cara pengadukan cepat dan kecepatan rendah.
Berdarakan 3 hal diatas, ditpilih pengaduk menggunakan jenis dayung hal ini
dikarenakan pengaduk dayung digunakan untuk viskositas rendah, kecepatan rendah,
dan memiliki aliran air radial. Panjang total dari pengadukan dayung biasanya
60−80 % dari diameter tangki dan lebar dari daunnya 1/6−1/10 dari panjangnya,
maka dapat diketahui:
60
D p= × 207,6 mm=124,56 mm≈ 125 mm
100
1
L p= ×125 mm=20,83mm ≈ 20 mm
6
Gambar 4.19 Pengaduk
4.
4.1.
4.2.
4.3.
4.3.1.
( )
2
1 m kg
F D =2,05 × × 0,0837 ×0,005 m2 × 995,37 3
2 s m
F D =0,0357 N
Daya yang diperlukan untuk mengaduk dapat diketahui dengan rumus di bawah ini :
m
P=0,0357 N × 0,0837
s
−3
P=2,988 × 10 watt
1 2
I = ×0,1414 kg × ( 0,004 m)
2
−6 2
I =1,1312× 10 kg m
1
I= ×0,0936 kg × ( 0,125 m )2=1,2187 ×10−4 kgm2
12
−4 2
I poros + I pengaduk =1,23 ×10 kgm
Percepatan sudut
2 × π ×200
ω 1= =20,9439rad /s
60
Torsi
−3 −3 −3
T =2,576 ×10 + 2,23125× 10 =4,8073 ×10 Nm
Daya
−3
4,8073 × 10 Nm × 2 π ×200
P= =0,1006 watt
60
−3
P1 + P2=2,988 ×10 watt+0,1006 watt=0,1036 watt
( ) ( )
4
N π × 8 ( mm )
70× 102 ×4,3633 ×10−3
( Rad ) ×
mm2 32
T=
350 mm
T =0,5483 Nmm
1 2
I= ×0,0936 kg × ( 0,125 m )
12
−4 2
I =1,2187 ×10 kgm
Percepatan sudut
2 × π ×200
ω 1= =20,9439rad /s
60
Gaya pengaduk
1
F D =2,05 × × 0,0837
2 (m 2
s
2
) kg
×0,005 m × 995,37 3
m
F D =0,0357 N
P=0,1001(watt)
Kompartemen I
[( )]
2 1
n=43,3817 ≈ 44
Kompartemen II
{[ ][ ]}
−3 2 1
2 ×0,7834 × 10 ×12 0,085 ×(0,268 ×2) ×40 3
n= −3
995,37 ( 1.44+ 0,012 ) 0,15 ×10
n=12,4290 ≈12
Merancang Unit Filtrasi
1.
2.
3.
4.
4.1.
4.2.
4.3.
4.4.
4.2.14 Perancangan Unit Filter
Unit wadahFiltrasidirancangdenganwadah yang memfokuskanaliran air
mengalirkesatutitikuntukmengoptimalkan proses dalammengurangisifatfisik air
yaitupartikeltersuspensi dan kandunganmikroba pada air melalui media
berporiataumateriberpori. Jenis filter yang dipakaiyaitutipepasircepat (rapid sand filter)
yang didasarkan pada segiratefiltrasi dan lama waktu proses (run filter) dalammengolah air.
Luas permukaan bak filter (Af) sebanding dengan kecepatan filtrasi (V f). Berdasarkan
luas permukaan bak, ukuran (pnajang dan lebar, atau diameter) dapat ditentukan.
Perbandingan lebar terhadap panjang berkisar 1:1 hingga 1:2 (Masduqi dan Assomadi,
2019).
Dalam perancangannya, luas permukaan bak dihitung dengan persamaan (1), berikut
adalah perhitungannya:
Gambar
4.20
NRe0.069
Ψ .d . V f
v
6m
0,75× 0.00069 m×
3600
−6
0,7870× 10 m/detik
N ℜ=1,09
Cd 0.069
24 24
= =22,01
N ℜ 1,09
Headloss
2
L. V f CD.x
1,067
Ψ . ε 4. g
∑ d
2
m
0,04 m×(6 )
3600
1,067 × 31898,55=0,018 m ≈ 1,8 cm
0,75× 0,414 ×9,81 m/ detik
B. Media PasirZeolith
Tebal Media : 3 cm
Porositas (ɛ) : 0,53
FaktorBentuk (ψ) : 0,8
Specific Gravity : 2,65 kg/m3
Distribusi media penyanggadapatdilihat pada Tabel4.8:
6m
0,80× 0,004 m ×
Nre0.4 cm 3600
¿ −6
=6,77
0,7870 ×10 m/detik
24 3
Cd 0.4 cm ¿ + +0,34=5,08
6,7 √ 6,7
( )
2
m
0,03 m× 6
3600
Headloss ¿ 1,067 ×1270
4 m
0,8× 0,53 × 9,81
detik
−4 −2
¿ 1,82× 10 m ≈ 1,82× 10 cm
Tabel 4.10 Hasil Uji Coba Rapid Sand Filter dengan Dosis 5 gram
- Filter
Pasir
Lambat (Slow Sand Filter)
Pada tipe media ini, pasir zeolith sebagai media penyangga dan pasir silica sebagai
media penyaring. Pasir silica diletakkan pada lapisan atas dan pasir zeolith diletakkan di
bawah lapisan pasir silica.
Tabel 4.11 Hasil Uji Slow Sand Filter dengan Dosis Koagulan 5 gram
Pengubahan sistem pada prototype diatas dikarenakan proses pada sedimentasi bisa dibilang
tidak efektif dimaana yang harusnya saat sedimentasi air tidak terus mengalir agar
memberikan waktu bagi partikel partikel pada air membentuk flok flok berwarna hijau
Gambar 4.22 Flok Flok pada saat sedimentasi dengan menghentikan aliran
Flok Flok
akan terjatuh
kebawah dan
membuat dead zone pada wadah sedimentasi, kami mengubah wadah sedimentasi dengan
membuat aliran tidak melewati Pall ring tetapi melalui Cap yang ada di samping wadah
sedimentasi
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.1.1 SEMI-MANUAL
5.1.2 SEMI-AUTOMATIS
c) Sedimentasi
Proses pengendapan dilakukan pada tahap ini menggunakan aliran
kontinyu sehingga fungsi keefektifan pengendapan kurang maksimal,
sehingga ditambah settler yang menggunakan pall ring untuk
membantu flok-flok agar tidak ikut terbawa ke proses selanjutnya
d) Filtrasi
Dari perhitungan dan perencanaan wadah filtrasi serta dengan 6 kali
percobaan dapat ditentukan kondisi optimum dari media filter dalam
proses filtrasi yaitu dengan bentuk dari wadah unit filtrasi dan
pemilihan tipe media filter berdasarkan hubungan headloss dengan
pH. Tipe media filter adalah media filter pasir cepat (rapid sand filter)
yang dapat menahan tinggi permukaan air dengan stabil dalam waktu
3 menit dan wadah unit filtrasi dengan bentuk yang memfokuskan
pada satu titik ke tengah (center) dengan berlandaskan pada luas
permukaan filtrasi (Af) yang sebanding dengan kecepatan filtrasi (Vf).
4. Berdasarkan hasil analisa dan perhitungan untuk kebutuhan pompa
yang digunakan pada prototipe pengolahan air permukaan dapat
disesuaikan dengan spesifikasi dan jenis pompa yang berada dipasaran
dengan debit maximum sebesar 800 liter/hour, head maximum sampai
5 meter, kecepatan aliran 0.7 m/s dan daya pompa 22 W.
5. Untuk mengaduk air permukaan yang dicampur koagulan padat
diperlukan pengaduk dengan ketentuan, sebagai berikut:
• Jenis pengaduk, paddle
• Dimensi. Diameter 125 mm, lebar 20 mm, dan tinggi 2 mm
6. Dibutuhkan motor dengan daya 29,338 watt untuk mengaduk air.
7. Dibuat wadah flokulasi dengan banyak skat di kompartemen I, 44 dan
kompartemen II, 12
5.2 Saran
5.2.1 SEMI-MANUAL
1. Ikuti SOP percobaan dari awal hingga akhir dengan fokus dan teliti
2. Lakukan perlahan ketika menuangkan air pre-sedimentasi ke wadah
satunya agar endapan di dasar tidak terikut
3. Aduk sampel air yang ditambahkan tawas agar tawas melarut
keseluruhan
4. Bilas dan lap dengan benar alat ukut pH dan TDS
5. Alat ukur digital pH bisa ditambahkan alat ukur pH berupa kertas
indikator sebagai dasar penentu angka depan pH
5.2.2 SEMI-AUTOMATIS
1. Untuk mendapatkan hasil hasil olah yang lebih efektif lebih baik
menggunakan system instalasi semi-kontinyu yang dimana untuk unit
operasi sedimentasi menggunakan system batch agar terjadi endapan
dengan waktu tunggu.
2. Proses pendesainan bertahap sesuai urutan proses, sehingga debit
yang dihasillkan pada proses sebelumnya dapat dijadikan landasan
untuk mendesain dimensi unit setelahnya.
3. Dari segi wadah sebaiknya diberi perekat kembali pada sambungan
akrilik yang membentuk wadah sebelum dilakukan pengujian, untuk
mecegah terjadinya kebocoran yang menghambat proses uji coba
prototipe.
4. Untuk menentukan jenis dan spesifikasi Pompa yang dibutuhkan pada
prototipe pengolahan air pemukaan ini kedepannya akan lebih
dihitung lebih detail seperti adanya perhitungan daya efisiensi pompa,
daya poros dan sebagainya.
5. Untuk pemilihan material pengaduk dan poros perhatikan sifat korosi
material, karena koagulan merupakan zat asam. Gunakan dimmer
untuk mendapatkan daya motor yang diinginkan, atau dapat juga
menggunakan program arduino.
6. Pada wadah unit filtrasi, dalam realisasi sebaiknya menggunakan
lembaran akrilik yang lebih tebal untuk bisa menahan media filter.
Wadah filtrasi membutuhkan tumpuan untuk menopang wadah agar
penyaluran hasil akhir tidak ada yang terbuang.
7. Pemberian karet yang kuat pada sambungan socket pipa, agar tidak
mengalami kebocoran yang dapat menghambat debit inlet maupun
outlet pada masing-masing wadah. Pemberian seal pada sambungan
pipa ke elbow, tee dan valve agar tidak lepas secara tiba-tiba selama
operasi berlangsung.
No.Dokumen : -
Revisi :-
TglDibuat : 04 April 2022
Halaman :1 dari 2
STANDAR
OPERASONAL
PROSEDUR(SOP)
Prosedur Penanganan
a. Siapkan tanah dengan mengambil yang ada dekat dengan pohon pinus
dan masukkan ke dalam ember yang nantinya akan dicampurkan
dengan air yang telah di siapkan di dalam ember besar
c. Setelah air dan tanah yang telah di siapkan tadi di campurkan lalu
aduk hingga warna dari air terlihat keruh dan sudah tercampur rata
dengan tanah
d. Amati perubahan Warna dan ukur PH, TDS dengan menggunakan alat
ukur yang dipinjam di tool store, lakukan pengukuran di setiap step
atau proses yang telah dilakukan dan catat hasil
g. Lalu lakukan pengukuran seperti pada point “c” dan catat hasil
pengukuran
j. Setelah itu lakukan pengukuran seperti pada point “c” dan catat
hasil pengukuran
l. Setelah itu lakukan pengukuran seperti pada point “c” dan catat
hasil pengukuran
n. Bersihkan teko yang masih memiliki endapan yang tidak ikut masuk
tadi
q. Setelah itu lakukan pengukuran seperti pada point “c” dan catat
hasil pengukuran
r. Lakukan tahap pada point “m” “o” “p” “q” berulang sampai dengan
3x pengulangan dimulai dari pengukuran pertama
No.Dokumen : -
Revisi :-
TglDibuat : 23Agustus2021
Halaman :1 dari 2
STANDAR
OPERASONAL
PROSEDUR(SOP)
b. Koagulan (tawas)
c. Mixer untukkoagulasi
d. WadahKoagulasi
e. WadahFlokulasi
f. WadahSedimentasi
g. Filtrasi
ProsedurPenanganan
4 2
dialirkanmenggunakanpompamenujuprototipeuntukpembubuhantawasygtelahdir
encanakan, pertamadimasukkanlewat pipa pada nomor 4.
Syaratuntukpembubuhantawas pada kondisiiniadalah :
i. Air
difiltrasiselanjutnyakeluarkepenampunganakhiruntukdimantfaatka
natauselesaidalampengolahan air tersebut.