Anda di halaman 1dari 70

LAPORAN PRAKTIKUM

WATER TREATMENT

RANCANG BANGUN PROTOTIPE PENGOLAHAN AIR


PERMUKAAN MENGGUNAKAN ALAT SEMI-MANUAL
DAN SEMI-AUTOMATIC PADA SAMPEL AIR CAMPURAN
TANAH DAN AIR KOLAM POLITEKNIK NEGERI
JAKARTA

Kelompok :4
Kelas : 4E
Disusun Oleh : Rendi Nurdiansyah (2102321009)
Dosen Pengajar : Isnanda Nuriskasari, S.Si., M.T.

PROGRAM STUDI TEKNIK REKAYASA


KONVERSI ENERGI
JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan manusia, salah
satunya adalah kebutuhan akan air bersih dan air minum. Keberadaan air di muka
bumi ini sangat berlimpah, mulai dari mata air, sungai, waduk, danau, laut, hingga
samudera. Luas wilayah perairan lebih besar dari pada luas wilayah daratan.
Walaupun demikian, tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Air bersih yang memenuhi standar atau persyaratan
kesehatan adalah air minum yang tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa serta
memenuhi baku mutu lingkungan yang dipersyaratkan. 
Limbah adalah semua benda yang berbentuk padat , cair, maupun  gas,
merupakan  bahan  buangan  yang berasal dari aktivitas manusia secara perorangan
maupun hasil  aktivitas kegiatan lainnya diantaranya industri, rumah sakit,
laboratorium, reactor nuklir dan lain-lain.
Peningkatan volume limbah cair  yang disalurkan ke sungai merupakan suatu
hal yang sangat penting untuk dipecahkan. Karena pertambahan limbah sekecil
apapun bila dalam jumlah yang besar dapat memberikan konstribusi yang besar dalam
hal perusakan lingkungan. Meningkatnya limbah cair (waste water) pada
kawasan sungai, disamping disebabkan oleh peningkatan jumlah perindustrian, akan
tetapi juga disebabkan oleh peningkatan jumlah populasi penduduk, terutama yang
berasal dari limbah rumah tangga seperti peningkatan kadar desinfektan, deterjen dan
sumber-sumber lainnya (Mahida, 1981:1).  Oleh karena itu untuk mendapatkan air
dengan kualitas yang baik untuk dikonsums imaupun dibuang kembali ke lingkungan,
dilakukan Water Treatment Plant (WTP).
Water Treatment Plant memperlakukan air baku dari sungai, danau,waduk
atau sumber bawah tanah lainnya agar menjadi air yang dapat dibuang kembali ke
lingkungan maupun yang dapat dikonsumsi untuk umat manusia. Pada proses
pengolahan air dilakukan beberapa proses yakni koagulasi, flokulasi, sedimentasi,
filtrasi, dan desinfaksi. Dari proses diatas proses yang sangat penting adalah
sedimentasi karena proses ini jembatan antara air baku dan air siap konsumsi.
1.2 Batasan Masalah
Batasan Masalah yang ada pada praktikum ini yaitu :
1. Apa syarat air bersih ?
2. Apa saja bahan – bahan yang mendukung proses treatment air limbah ?
3. Air yang digunakan adalah campuran dari Tanah yang ada di
Politeknik Negeri Jakarta
4. Pembuatan rancang bangun design alat proses Water Treatment SEMI-
Manual meliputi proses Pra-sedimentasi, Flokuasi Koagulasi,
Sedimentasi, dan Filtrasi
5. Air permukaan yang diuji menggunakan sample air kolam Politeknik
Negeri Jakarta
6. Pembuatan rancang bangun design alat proses wtp hanya meliputi
dimensi pada proses koagulasi, flokulasi, sedimentasi, dan filtrasi
7. Design pompa hanya terbatas pada perhitungan ukuran pipa normal
(NPS), total headloss dan daya air.
8. Design pengaduk hanya terbatas pada perhitungan kebutuhan motor

1.3 Tujuan
a. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pencemaran air dan proses
pengolahan air limbah menjadi air bersih.
b. Mahasiswa mampu menjelaskan parameter pengukuran kualitas air
limbah dan air bersih, seperti warna, bau, temperatur, pH, dan TDS.
c. Mahasiswa mampu merancang prototype sederhana untuk pengolahan
air limbah menjadi air bersih, dan menjelaskan fungsi masing-masing
elemen penyusun prototype tersebut.
d. Mahasiswa mampu merancang prototype pengolahan air kolam PNJ
menjadi air bersih, dan menjelaskan fungsi masing-masing elemen
penyusun prototype tersebut.
e. Mahasiswa mampu melakukan analisa terhadap hasil pengolahan air
limbah menjadi air bersih menggunakan prototype yang telah dirancang.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Dasar Teori


Air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi
kehidupan manusia, serta makhluk hidup lainnya sehingga harus dijaga kualitasnya demi
tercapai keseimbangan ekosistem. Untuk melestarikan sumber daya air, diperlukan upaya
pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air secara bijaksana dengan
memperhatikan keseimbangan ekologis. Pengelolaan kualitas air perlu dilakukan untuk
menjamin agar kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya dalam kondisi
alamiahnya. Pengendalian pencemaran air dilakukan untuk menjamin kualitas air agar
sesuai dengan baku mutu air melalui upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran
air serta pemulihan kualitas air.
Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas air
yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air
untuk keperluan domestik yang semakin turun. Kegiatan industri, domestik, dan kegiatan
yang lain berdampak negatif terhadap sumber daya air, menyebabkan penurunan kualitas
air. Kondisi ini menimbulkan gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi semua makhluk
hidup yang bergantung pada sumber daya air. Oleh karena itu, pengolahan sumber daya
air sangat penting agar dimanfaatkan secara berkelanjutan dengan tingkat mutu yang
diinginkan. Salah satu langkah pengelolaan yang dilakukan adalah pemantauan dan
interprestasi data kualitas air, mencakup kualitas fisika, kimia, dan biologi. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 tahun 1990 tentang Pengendalian
Pencemaran Air mendefinisikan kualitas air sebagai sifat air dan kandungan makhluk
hidup, zat, energi, atau komponen lain didalam air. Kualitas air dinyatakan dengan
beberapa parameter, yaitu parameter fisika (suhu, kekeruhan, padatan terlarut dan
sebagainya), parameter kimia (pH, BOD, COD, kadar logam, dan sebagainya). Dan
parameter biologi (keberadaan plankton, bakteri, dan sebagainya).
Berdasarkan peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air
menjadi beberapa golongan menurut peruntukkannya. Adapun pengolonggan air menurut
(Banurea, 2008) adalah sebagai berikut:
1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara
langsung, tanpa pengolahan terlebih dahulu.
2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum.
3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan
pertenakan.
4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha
di perkotaan, industri, dan pembangkit tenaga listrik.
Berdasarkan analisis air maka air digolongkan dalam 3 yaitu;
1. Air kotor/air tercemar
Air yang bercampur dengan satu atau berbagai campuran hasil buangan yang
disebut air tercemar/air kotor.
2. Air bersih
Air bersih adalah air yang sudah terpenuhi syarat fisik, kimia namun
bakteriologi belum terpenuhi. Air bersih ini diperoleh dari sumur gali, sumur bor,
air hujan, air dari sumber mata ai.
3. Air siap diminum/air minum
Air siap minum/air minum ialah air yang sudah terpenuhi sifat fisik, kimia
maupun bakteriologi serta level kontaminasi maksimum (LKM). Level
kontaminasi maksimum meliputi sejumlah zat kimia, kekeruhan dan bakteri
coliform yang diperkenankan dalam batas-batas aman.
2.1.1 Karakteristik Air Limbah
Air limbah adalah air dari suatu daerah pemukiman yang telah dipergunakan untuk
berbagai keperluan, harus dikumpulkan dan dibuang untuk menjaga lingkungan hidup
yang sehat dan baik (Tchobanoglous, 1991). Berdasarkan perseyawaannya yang
terkandung dalam air limbah, maka sifat air dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1. Sifat fisik
2. Sifat kimia
3. Sifat biologis
Pengamatan dari ketiga sifat tersebut terhadap air limbah, akan sangat berguna dalam
menetapkan jenis parameter pencemar yang terdapat di dalamnya.
2.1.2 Parameter Fisik
Sifat fisik dapat dilihat dengan mata dan dirasakan secara langsung, seperti
memperhatikan kekeruhan, bau, temperatur, dan warna dari air.
 Kekeruhan menunjukkan sifat optis air yang mengakibatkan terbatasnya cahaya
masuk ke dalam air. Hal ini terjadi karena adanya bahan terapung lumpur yang
melayang dan juga terurainya zat-zat tertentu seperti bahan organik dan jasad
renik.
 Bau timbul karena adanya aktivitas mikroorganisme yang menguraikan zat
organic atau dari reaksi kimia yang terjadi dan menghasilkan gas tertentu.
 Warna dapat berasal dari zat pewarna. Warna juga merupakan ciri kualitatif untuk
mengkaji kondisi umum air limbah. Jika coklat, umur air kurang dari 6 jam.
Warna abu-abu muda, abu-abu setengah tua tandanya air sedang mengalami
pembusukan oleh bakteri. Jika abu-abu tua hitam berarti sudah busuk akibat
bakteri.
 Suhu dari air limbah sangat berpengaruh terhadap kecepatan reaksi kimia dan tata
kehidupan dalam air. Pembusukan terjadi pada suhu tinggi serta tingkat oksidasi
juga lebih besar.
2.1.3 Parameter Kimia
Air limbah tentunya mengandung berbagai macam zat kimia. Bahan organik pada air
limbah dapat menghabiskan oksigen serta akan menimbulkan rasa dan bau yang tidak
sedap pada penyediaan air bersih (Sugiharto, 1987). Bahan kimia yang terdapat dalam
zat cair menentukan tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan. Semakin besar jumlah
zat kimia yang terkandung, maka semakin terbatas penggunaan air tersebut. Berikut ini
beberapa parameter kimia terhadap kualitas air limbah :
 Derajat keasaman (pH)
Konsentrasi ion H+ adalah ukuran kualitas air yang menunjukkan derajat
keasaman air. Air yang baik memiliki nilai pH netral (6-8).
 Nitrogen
Nitrogen dalam air limbah umumnya terdapat dalam bentuk organik yang
kemudian oleh bakteri akan dirubah menjadi ammonia. Kondisi aerobik akan
mengubah ammonia menjadi nitrat dan nitrit.
 Sulfat
Sulfat dapat diubah menjadi sulfit dan gas hidrogen sulfide (H 2S) oleh bakteri
pada kondisi anaerob. H2S bersifat racun dan berbau busuk dan bersifat korosif
apabila bereaksi dengan gas lain yang terkandung dalam air limbah.
 Phospat
Tingginya kandungan phospat akan merangsang pertumbuhan tumbuhan air yang
berakibat pada jumlah O2 yang terlarut dalam air sungai berkurang. Senyawa
phospat umumnya berasal dari sisa deterjen.

 BOD (Biochemical Oxygen Demand)


BOD adalah banyaknya O2 dalam miligram per liter yang diperlukan untuk
menguraikan bahan organik oleh bakteri sehingga air menjadi jernih. Angka
BOD merupakan parameter pencemar air limbah yang dapat menunjukkan
derajat pengotoran air limbah.
 COD (Chemical Oxygen Demand)
COD adalah adalah banyaknya O2 dalam miligram per liter yang diperlukan
untuk menguraikan bahan organik secara kimiawi dengan K2Cr2O7 sebagai
sumber oksigen. Besarnya perbandingan COD dan BOD tergantung ada atau
tidaknya zat racun yang mengganggu kerja bakteri.
2.1.4 Parameter Biologi
Pemeriksaan biologis di dalam air limbah bertujuan untuk mengetahui apakah ada
bakteri-bakteri pathogen yang terdapat di dalam air limbah (Sugiharto, 1987). Berbagai
jenis bakteri yang terdapat di dalam air limbah sangat berbahaya karena menyebabkan
penyakit. Adanya mikroorganisme mempunyai peran yang sangat penting dalam proses
pembusukan bahan organik. Mikroorganisme tersebut adalah bakteri, jamur dan
ganggang.

2.2 Proses Pengolahan Air


Air baku belum tentu memenuhi standar, maka sering kali dilakukan pengolahan air
untuk memenuhi standar air bersih. Tergantung kualitas air bakunya, pengolahan air
bersih dapat sangat sederhana sampai sangat kompleks. Apabila air bakunya baik, maka
mungkin tidak diperlukan pengolahan sama sekali. Apabila hanya ada kontaminasi
kuman, maka desinfeksi saja sudah cukup. Dan apabila air baku semakin jelek
kualitasnya, maka pengolahan harus lengkap, yaitu melalui proses prasedimentasi,
koagulasi dan flokulasi, sedimentasi, filtrasi & adsorpsi, dan desinfeksi.
2.2.1 Prasedimentasi
Pengendapan memanfaatkan gravitasi bumi dan tanpa pembubuhan zat kimia. Unit ini
dibutuhkan bila turbidity air tinggi, besar dari 7 NTU.
2.2.2 Koagulasi dan flokulasi
Aliran air yang telah melewati unit prasedimentasi selanjutnya akan dibubuhi zat
kimia Aluminium sulfat (Al2(SO4)3). Pada unit ini terjadi satuan proses. Fungsi kimiawi
tersebut untuk menjadikan partikel koloid bermuatan. Kondisi aliran pada koagulasi
biasanya turbulen, sedangkan pada flokulasi terjadi aliran laminer.

2.2.3 Sedimentasi
Sedimentasi merupakan proses pengendapan partikel-partikel zat padat dalam suatu
cairan sebagai akibat gaya gravitasi baik individu atau bersama-sama sehingga
menghasilkan cairan yang lebih jernih dan suspensi yang lebih kental. Flok yang
terbentuk pada proses flokulasi diharapkan akan mengendap akibat gaya beratnya sendiri
pada unit sedimentasi ini.
2.2.4 Filtrasi & Adsorpsi
Air akan melewati lapisan/media filter sehingga diharapkan partikel yang mungkin
masih ada terbawa air olahan pada unit ini akan tersangkut pada media filter. Pada bagian
ini terdapat media yang berperan sebagai adsorben yaitu zat yang berfungsi untuk
menyerap kontaminan berbahaya pada air. Contoh adsorben yang digunakan adalah arang
aktif dan zeolit. Material tersebut memiliki kemampuan untuk menyerap logam-logam
yang terkandung dalam air, kontaminan zat warna yang terkandung dalam air, dan
kontaminan zat organik yang berbahaya seperti fenol.
2.2.5 Desinfeksi
Pada tahap ini dilakukan pemberantasan selektif terhadap organisme pathogen,
umumnya menggunakan klorin atau ozon. Mekanisme klorinasi adalah dengan merusak
enzim utama yang ada dalam sel bakteri, sehingga dinding selnya menhadi rusak atau
bahkan hancur. Akibatnya bakteri akan mati. Klorinasi dapat digunakan sebagai langkah
akhir dalam pengolahan air limbah. Klorin dalam dosis rendah sudah teruji efektif untuk
membunuh bakteri, namun tidak berbahaya bagi makhluk hidup. Klorin ada yang
berbentuk gas, dan ada pula yang berbentuk kristal garam hipoklorit.
BAB III
METODE PENELITIAN
2.3 Diagram Pengerjaan Praktikum SEMI-MANUAL

MULAI

Pengambilan Sampel Air Limbah

Sebelum Pra-Sedimentasi

Pengukuran PH, TDS, dan Warna

Sesudah Pra-Sedimentasi

Pengukuran PH, TDS, dan Warna

A.Tanpa Tawas B. Tawas 1%

Sedimentasi

Pengukuran PH, TDS, dan Warna

Filtrasi

Pengukuran PH, TDS, dan Warna

SELESAI
2.3.2 Diagram Pengerjaan Praktikum SEMI-AUTOMATIS

MULAI

Memompa Sampel Air Kolam PNJ

Pengukuran PH, TDS, dan Warna

A.Tanpa Tawas B. Tawas 1%

Flokuasi dan Koagulasi

Pengukuran PH, TDS, dan Warna

Sedimentasi

Pengukuran PH, TDS, dan Warna

Filtrasi

Pengukuran PH, TDS, dan Warna

SELESAI
2.4 Penjelasan Langkah Kerja

2.4.2 SEMI-MANUAL
1. Siapkan sampel air limbah satu ember besar dengan komposisi air tanah
dan tanah, lalu aduk hingga tercampur rata.

Gambar 3.1 Pengadukan sampel air campuran tanah

2. Amati perubahan yang terjadi dan ukur PH, TDS, dan Warna pada air
3. Setelah itu langsung masuk ke proses Pra-Sedimentasi dengan
mendiamkan 20 menit

Gambar 3.2 Setelah Pra-Sedimentasi (20Menit)


4. Pindahkan air dari dalam ember ke ember yang lain atau wadah yang
telah di sediakan dengan menggunakan pompa air tangan agar endapan
hasil Pra-Sedimentasi tadi tidak ikut masuk ke dalam wadah
Gambar 3.3 Pompa Air Tangan
5. Pisahkan air setelah Pra-Sedimentasi tadi ke dalam 2 buah teko yang
salah satunya diberikan tawas 1% dikalikan dari sejumlah volume air
yang dimasukkan ke dalam teko A dan teko B

Gambar 3.4 Teko A Gambar 3.5 Teko B

6. Berikan perilaku yang sama kepada kedua sampel dengan mengaduk


selama 10 menit lalu amati dan ukur PH,TDS dan Warna
Gambar 3.6 Teko A dan B setelah 10 menit pengadukan

7. Diamkan selama 30 menit Setelah itu amati dan ukur PH, TDS, dan
Warna
8. Tutup saluran/valve dari alat filtrasi berikan perilaku yang sama pada
kedua sampel tersebut
Gambar 3.7 Proses Filtrasi
9. Tunggu sampai dengan 10 menit lalu bukan keran atau valvenya untuk
mengalirkan air kembali pada teko

Gambar 3.8 Proses Filtrasi

10.Ukur PH, TDS, dan Warna amati perubahannya


11.Lakukan langkah ke 10 sampai dengan 12 sampai dengan 3x
pengulangan atau sama dengan 30menit dengan masing masing
pengulangan 10 menit
12.Catat hasil dari data yang telah di dapat dan buat kesimpulannya

2.4.3 SEMI-AUTOMATIS
1. Rangkai dan susun alat
alat yang telah di
rancang

Gambar 3.9 Merangkai Prototype

2. Jalankan alat sesuai


prosedur yang sudah di
berikan. Akan tetapi, saat
pengisian air ke
mixer kedua terjadi
beberapa masalah. Yaitu
dengan adanya
kebocoran pada
bagian wadah flokuasi,
sehingga kami melakukan
beberapa improvisasi
untuk mengatasi
masalah tersebut
Gambar 3.10 Menjalankan Prototype
3. Ukur dan catat PH, dan TDS, dan Warna disetiap Proses dikarenakan
prosesnya continous maka lakukan di setiap proses
4. Amati dan berikan kesimpulan terhadap data yang telah dikumpulkan
BAB IV
ANALASIS DATA
4.1 SEMI-MANUAL
Gambar 4.1 Skema Pengolahan air Prototype sederhana
4.1.1 Hasil Pengamatan

1. Tingkat keasaman atau pH


PH
6
5.25
5

3.87
4

3 2.59 2.6
PH

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa tingkat pH air kolam PNJ mengalami
perubahan yang cukup fluktuatif. Pada saat masih di air kolam mendapatkan nilai pH
6,52 lalu mengalami penurunan hingga akhirnya pada tahap filtrasi mendapatkan nilai
pH 3,87. Namun, pada pH 3,87 masih belum memenuhi standar baku air yaitu 6-9
berdasarkan Permen LHK.

2. TDS

TDS
6000
5424

5000 4635 4498

4000
ppm

3000

2000

1000
66
0

Dilihat pada grafik TDS air kolam PNJ mengalami kenaikan cukup fluktuatif
yang bermula dari 66 ppm lalu naik menjadi 4635 pada tahap flokulasi dan
koagulasi lalu turun sedikit sebanyak 4498 di tahap sedimentasi dan naik
kembali sebanyak 5414 di tahap filtrasi. Jauhnya perbandingan TDS yang
didapatkan pada saat di air kolam dengan pada saat di filtrasi adalah karena
jumlah Tawas yang digunakan sebanyak 100 gram pada air 6 liter.

Filtrasi
Flokuasi dan
Sebelum Sesudah Pre- Koagulasi Sendimentasi
10
Parameter Pre- Sedimentasi (10 Menit (30 Menit) 10 menit
menit 10 menit ketiga
Sedimentasi (20 Menit) pengadukan) pertama
kedua

pH 5.2 2.5 2.6 2.6 2.4 2.64 2.60


6
TDS 145 237 282 282 285 270 2771
8 9 9 4 3
Warn 4 3 2.6 3.5 2 1 1
a

Ket Indikator Warna :


- 1 : Sangat Jernih
- 1.5 : Jernih
- 2 : Agak Jernih
- 2.5 : Tidak Keruh, tidak jernih
- 3 : Agak keruh
- 3.5 : Keruh
- 4 : Sangat Keruh

4.2 SEMI-AUTOMATIS
Analisa Kebutuhhan Jenis dan Spesifikasi Pompa
4.2.1. Perencanaan Output Pompa
Pada Prototipe Pengolahan Air Permukaan Menggunakan Sampel Air Kolam
di Politeknik Negeri Jakarta, dibutuhkan sebuah pompa untuk men-suplai air yang
berada di dalam kolam dan disalurkan ke sistem pengolahan air.

• Direncanakan:
Wadah koagulasi memiliki kapasitas 10 L, untuk pengadukan koagulan
dengan raw water dibutuhkan pengisian air selama 75 detik sampai seluruh air dapat
teraduk rata

Debit (Q) : 0.13 l/detik


Kecepatan aliran : 0.5 m/s
Pompa : Submersible Pump
panjang pipa discharge :2m
panjang pipa suction : 0.1 m
Pipa pembawa : PVC
Elevasi Dasar : 0 m dari elevasi dasar kolam
Waktu yang dibutuhkan : 75 detik

4.2.2. Perencanaan Sistem Pemipaan Pompa


Ketika memindahkan air kolam menuju sistem pengolahan air, dibutuhkan alat
transportasi air, gambar dibawah ini
adalah rancangan tranportasi air dari
dalam air (pompa) menuju sistem
pengolahan air menggunakan pipa.

Gambar 4.2 Sistem Pemipaan Pompa

Perencanaan dan Perhitungan Diameter Pipa Air, Luas pipa:


1. Luas Permukaan pipa

0.00013 m 3 /s
A=
0.5 m/s
2. Diameter pipa
D=

4 x 2.6 x 10−4 m2
3.14
𝐷 = 0.0181 𝑚=18.1991 𝑚𝑚

Menyesuaikan ukuran pipa yang terdapat dipasaran maka digunakan pipa PVC
yang memiliki ukuran sebesar ½ inch, tebal dinding 1,5 mm sehingga didapatkan
diameter dalam pipa sebesar 19 mm = 0.0019 m

3. Kecepatan air dalam pipa

3
−5 m
4 x 13 x 10
detik
π x( 0.019 m)2

4.2.3. Menentukan Jenis Aliran


Diketahui pada uji sampel suhu air kolam yaitu sebesar 30℃ Berdasarkan buku
Elementari Fluid Mechanics, pada air bersuhu 30℃, maka:
−3 kN
1. Spesific weight : 9.7668 x 10
m3
kg
2. Density :0.9956 3
m
−2 kg
3. Dynamic viscosity :0.8004 x 10
ms
2
m
4. Kinematic viscosity : 0.8039 x 10−6
s
Menentukan aliran laminar dan turbulen dari nilai bilangan reynolds :

μ 1 ρ
Jika v= maka = ; sehingga :
ρ v μ

m
0.4585 0.019 m
s
ℜ= 2 = 10836.5468(aliran turbulen)
−6 m
0.8039 x 10
s
Material pipa yang digunakan adalah PVC, diterangkan dalam skripsi dengan
judul “ANALISIS PERHITUNGAN DEBIT DAN HEAD LOSS PADA SISTEM
JARINGAN PIPA DI PDAM TIRTANADI CABANG SUNGGAL KAWASAN
PERUMAHAN TAMAN SETIA BUDI INDAH II MEDAN” bahwa nilai koefisien
kekasaran (𝜀) pipa 𝑃𝑉𝐶 = 0.0015 sehingga nilai koefisien gesek dapat dirumuskan
dengan persamaan:
ε
relative roughness=
d

0.0015 mm
relative roughness=
19 mm
relative roughness=7.8947 x 10−5

Gambar 4.3 Diagram moody


Dari diagram Moody diatas berdasarkan nilai relative roughness dan Reynolds
number dapat diperoleh jika nilai koefisien gesek pada pipa PVC yaitu 𝑓=0.011
4.2.3 Perhitungan HeadLoss
A. Perhitungan HeadLoss pada pipa isap (suction pipe)
1.Ujung masuk pipa

v2
H l=f x
2g
𝑓= 0.5 (Sularso Pompa & Kompressor)
2
m
(0.485 )
s −3
H l=0.5 x =0.6203 x 10
m
2 x 9.81 2
s
Pipa (0,1 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟) jumlah = 1

L v2
H l=f
D2g
𝑓=0,011 (dari diagram moody)
2
m
(0.4585
)
0.1 m s −3
H l=0.011× × H =0.6203 x 10 m
0.019 m m l
2 x 9.81 2
s

B. Perhitungan Headloss pada pipa buang (Discharge Pipe)


1. Pipa buang 2 meter

L v2
H l=f
D 2g

f =0,011

m 2
(0.4585
)
2 [m] s
H l=0.011 x x
0.019 [ m ] m
2 x 9.81 2
s
−3
H l=12.406 x 10 m

2. Elbow 90 ° berjumlah 3 buah


2
V
Hf =f
2g

f =0.15 (Sularso Pompa & Kompressor)

( )
2
m
0.4585
s −3
Hf =0.15 Hf =1.6072 x 10 m
m
2 x 9.81 2
s
−3
H f total =3× 1.6072 x 10 m
−3
H f total =4.8216 x 10 m
3. Pipa buang 0,5 meter
2
L v
H l=f
D 2g
f = 0,011

H l=0.011
0.5 m ( m 2
0.4585
s )
=3.1016 x 10−3 m
0.019 m m
2 x 9.81 2
s
4. Ballvalve berjumlah 3 buah
2
V
∆ h=K
2g

K = 11 (ASHRAE Handbook, 2001)

( )
2
m
0.4585
s
∆ h=11 x
m
2 x 9.81 2
s

∆ h=117.8616 x 10−3 m
−3
∆ h=3 x 117.8616 x 10 m

∆ h=353.5848 x 10−3 m

1 1
5. Percabangan Tee (Pipa 1=∅ inc h Pipa 2 =∅ inc h )
2 2
Q2 /Q 1=1.0 maka, f 1 dan f 2=1.29 (Sularso, Pompa dan Kompressor Hal.
38)

v 21
H f 1−2=f 2
2g

H f 1−2=1.29
( m 2
s
0.4585 )
m
2 x 9.81 2
s
−3
H f 1−2=13.8219 x 10 m
1 1
6. Percabangan Tee (Pipa 1=∅ inc h Pipa 3 =∅ inc h )
2 2
Q3
=1.0 maka, f 1 dan f 3=0.35(Sularso, Pompa dan Kompressor Hal.
Q1
38)
2
v1
H f 1−3=f 2 s
2g

H f 1−3=0.35
( m 2
0.4058
s )
m
2 x 9.81 2
s

H f 1−3=3.7501 x 10−3 m

1 1
7. Pertemuan Tee (Pipa 1=∅ inc h Pipa 2 =∅ inc h )
2 2
Q2
=1.0 maka, f 1 dan f 2=0.91(Sularso, Pompa dan Kompressor Hal. 38)
Q1

v 21
H f 1−2=f 2
2g

H f 1−2=0.91
(
0.4585
m 2
s )
m
2 x 9.81 2
s
−3
H f 1−2=9.7503 x 10 m

1 1
8. Pertemuan Tee (Pipa 1=∅ inc h Pipa 2 =∅ inc h )
2 2
Q3
=1.0 maka, f 1 dan f 3=0.91(Sularso, Pompa dan Kompressor Hal. 38)
Q1

2
v1
H f 1−3=f 2
2g

( )
2
m
0.4585
s
H f 1−3=0.60
m
2 x 9.81 2
s
−3
H f 1−2=6.4288 x 10 m

9. Ujung keluar pipa


2
v
Hf =f
2g

f 0.1Koefisien kerugian gesek (Sularso Pompa & Kompressor)

m
0.4058
s
Hf =0.1
m
2 x 9.81 2
s
−3
Hf =2.3369 x 10 m

Total Head Loss ( Hl)=410.5924 x 10−3 m


4.2.4 Head Total
Untuk menghitung head total pompa digunakan rumus :

2
v
H total =ha +∆ h p + hl +
2g
1. Head Statis Total

Gambar 4.4 Sistem Perpipaan Pompa Menuju Wadah

h a=hd +hs h a=2 m+ (−0.39 m) h a=1.61 m

2. Perbedaan tekanan
Perbedaan tekanan
yang bekerja pada kedua
permukaan air ∆ h p=0
(dianggap 0 karena nilai tekanan
air pada kolam dan wadah
sama)
3. Head loss
Kerugian head pipa, katup, dan
belokan
Head Loss (Hl) = 410.002 ×10−3 m

Maka Head Total


2
v
H total=ha +∆ h p + hl +
2g

H total=1.61 m+0+ 410.002 x 10−3 m+


( m 2
0.4585
s
=2.0453 m
)
m
2 x 9.81 2
s
4.2.5 Perhitungan Daya Air
3
kN −5 m
PW =γQH PW =9.7688 x 10−3 3
x 13 x 10 x 2.0453 m
m s
−6 −3
PW =2.5974 x 10 kW =2.5974 x 10 W
4.2.6 Menentukan Spesifikasi Pompa
Diketahui dan direncanakan:

−3 3
Q ¿ 7.8 x 10 m /menit

Headloss total ¿ 2.0453 m

PW ¿ 2.5974 x 10−3 W

Suction pipe ¿½”

Discharge pipe ¿½”


Gambar 4.5 Pompa
Dari perhitungan diatas maka digunakan pompa jenis submersible dengan
spesifikasi berikut :

Jenis pompa : Submersible water Pump,


Inlet/Outlet : 1/2 Inch male thread (Memenuhi)
Voltage ` : 12 VDC ,
Power : 22 W (Memenuhi)
Flow Rate : 800 L/ H (Memenuhi)
Kecepatan aliran : 0.7 m/s (Memenuhi)
Max Head Loss : 5 Meter (Memenuhi)
Size : 6.5 cm ( D ) × 8 cm( H).

4.2.7 Mendesain Wadah untuk Setiap Proses


A. Kriteria Peerencanaan
Pemilihan pada proses pengolahan air yang
akandirancangdidasarkanatashasil output ataukriteria yang diinginkan
yaitu:
 Biaya produksi dan operasi rendah.
 Dalam segi perawatan mudah dan sederhana.

Berdasarkankriteriatersebutmakaakandigunakanmetodepengolahan air
secarafisik dan metodafisik-kimia. Metoda fisika yaitu pengolahan air
menggunakan penyaringan untuk menyisikan bahan yang tersuspensi untuk
disaring, maupun di endapkan, sedangkan metoda fisik-kimia yaitu
penambahan zat kimia pada proses pengolahan air untuk mengubah zat-zat
yang terkandung di dalamnya agar mudah diendapkan. Unit operasi dengan
metoda fisik yang akan digunakan yaitu sedimentasi dan filtrasi sedangkan
untuk unit proses dengan metoda fisik-kimia yaitu koagulasi dan flokulasi.

B. Desain proses pada pengolahan air


Air hujan yang tertampung pada kolam yang berada di kolam PNJ, dialirkan
menggunakan pompa kewadah koagulasi untuk mencampurkan dengan
bahan kimia (koagulan) sehingga koloid yang terdapat pada air permukaan
tersebut terjadi desatabilisasi. Selanjutnya air olahan dari koagulasi dialirkan
menggunakan tekanan yang didapat dari proses koagulasi kedalam flokulasi
untuk memperbesar flokulan dengan cara pengadukan lambat menggunakan
sekat-sekat (baffle), setelah mengalami destabilisasi pada proses koagulasi
dan flokulasi lalu selanjutnya air dialirkan kedalam wadah sedimentasi.

Di dalam wadah sedimentasi aliran air bergerak menuju outlet sedimentasi


dengan arah aliran upflow(alirankeatas), untuk mengendapkan secara
gravitasi sedimen yang telah terbentuk pada proses sebelumnya. Hasil air
yang telah diendapkan, selanjutnya masuk ke dalam proses filtrasi untuk
memfilter padatan tersuspensi (flok) yang tidak dapat di endapkan.

Setelah semua air berhasildiolah pada proses


filtrasiselanjutnyadialirkankepenampung air diakhir proses. Air
dalamwadahpenampunginitelahdapatdigunakanuntukkepentingansanitasi .

Berikut merupakan skema proses

Gambar 4.6 Diagram air proses pengolahan air


C. DesainTeknisPengolahan Air
Kapasitasalatprototipepengolahan yang direncanakan:

Kapasitaspengolahan : 10 liter per− proses

Total dissolved solids (TDS) : 150 ppm

Total efisiensipengolahan : 90 %

4.2.8 Mendesain Wadah Koagulasi


Wadah koagulasi, merupakan wadah yang berfungsi sebagai tempat
berlangsungnya pengadukan air denganbahankimia(koagulan) dengan cara
pengadukan cepat (flash mixing). Terdapat beberapa faktor utama dalam
merancang wadah koagulasi, diantaranya:

1. Volume Air
Wadah koagulasi dibuat dengan rancangan untuk mengolah 10 literair
pada satu kali proses koagulasi. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan
hasil output yang lebih optimal.
2. Bentuk Wadah
Proses pada koagulasi dipengaruhi oleh bentuk wadah karena dalam
pengadukan dapat terjadi dead zone atau zona mati dimana zona ini tidak
terkena pengadukan secara merata.
3. Waktu Tunggu (detention time)
Pengadukan proses koagulasi membutuhkan waktu 10detik – 15 menit.

Berdasarkan dua hal diatas dibuat wadah koagulasi seperti Gambar 4.6
Sehingga direncanakan:
1. Volume (V) : 10 liter
2. Waktu Tunggu (td) : 75 detik
3. BahanTank : Pipa PVC 8 inch
Perhitungan Berdasarkan Kebutuhan Air:
 Q yang dibutuhkan

V
Q=
t

10
Q= =0.1333 liter /detik
75

 Tinggi tabung berdiameter8 inchuntuk menampung air dengan debit


0.1333 dalam waktu 75 detik

Q=V /t

2
π ×r ×T
0.1333=
75
2
π ×1,038 ×T
0.1333=
75

10
T= 2
π ×1,038

T =2,9543 dm ≈ 29,5430 cm

 Sehingga di dapatkan dimensi tabung

D=20,76 cmdan T =29,5430 cm

Volume poros dan pengaduk

Direncanakan:

Gambar 4.7 Sketsa ukuran poros dan pengaduk di dalam wadah koagulasi
 Diameter poros=8 mm
 Panjang poros=350 mm
 Tebal pengaduk=2 mm
 Panjang pengaduk=125 mm

Perhitungan:

1. Volume Poros

V =π × r 2 ×t
2
V =π × 8 × 350

V =70371,6754 mm3 ≈ 0,07037 d m3

2. Volume Pengaduk

V =P × L ×T
V =125× 2× 20

2 −3 3
V =5000m m ≈ 5 ×10 d m

Total Volume Pengaduk=2 × ( 5× 10−3 d m3 ) =10× 10−3 d m3

Sehingga di dapatkan Volume total yaitu Volume Poros + Pengaduk

V =0,07037 d m + ( 10 ×10 ) d m
3 −3 3

3 3
V =0,08037 d m ≈ 80370 mm

Ukuran tabung berdasarkan kebutuhan volume air, poros dan paddle

Vtot=Kebutuhan volume air+(Vporos +Vpaddle)

Vtot=( π ×103,82 ×295.43 ) + ( 0,08037 )

3 3
Vtot=10080350,9850 mm ≈ 10,0803 d m

Kebutuhan Tinggi Volume Tabung

Vtot
T=
π × r2

10,0803
T= =2,9780 dm ≈ 29,7802 cm
π ×1,038 2

Menentukan Kecepatan Aliran untuk mengetahui jenis aliran yang


terjadi dalam wadah dengan menggunakan bilangan reynold:

Q
v=
A
−3 3
0.1333× 10 m /detik
v=
1
π ×207,6 × 10−3 m
4
m
v=8,1754 ×10−4
s
Berdasarkan pengukuran suhu, suhu yang berada di kolam sekitar
31 ° Celcius , maka berdasarkan (Reynold dan Richards, 1996)bilangan reynold
sebelum pengadukan daapat dirumuskan dengan:

 (
viskositas absolut air μ=0,7834
N . det
m
2 )
 densitas air( ρ=0,99537 gram/ c m3 )

ρ× d 2 × v
NR e =
μ

m
995,37 [ kg/m 3 ] × ( 207,6 ×10−3 m ) ×8,1754 × 10−4
2

s
ℜ=
N . det
0,7834 × 10−3 2
m

Re =215,6439(aliran laminer)

Hasil Rancangan, sebagai berikut :

Gambar 4.8 Hasil Desain Wadah Koagulasi Prototipe pengolahan air

 Bentuk: Tabung(Ditetapkan desain wadah koagulasi berbentuk


tabung adalah untuk mengurangi dead zone. Zona mati (dead
zone) merupakan area dimana tidak terjadinya proses
pengadukan sehingga keefektifan proses pengadukan berkurang.
 Berdasarkan rencana desain wadah koagulasi dapat menampung
air dengan debit Q=0.1333liter /detik .
 Free space:150 mm
 Tebaldinding: 4,20 mm
 Diameter luar: 216 mm

Gambar 4.9 Tampak Atas Wadah Koagulasi

 Diameter dalam:216 mm−( 2× 4,20 mm ) =207,6 mm


 Rencanadesainuntuk volume
wadahkoagulasidapatmenampungsebesarV =10liter , hasil dari
Perhitungan dan Validasi sesuai data dilapangan menunjukan
volume V =10,0803liter , maka desain yang dibuat sudah
memenuhi kriteria volume yang diinginkan.
 Berdasarkanperhitungan yang dibuattinggi yang
diperlukanuntukwadahkoagulasiadalaht=295,430 mm, sehingga
dibuat wadah dengantinggit=300 mm dan free spacet=150 mm
 Ketinggian total : 300 mm+150 mm=450 mm
 Jenisaliran air yang
terjadididalamwadahkoagulasiberdasarkanhasilperhitunganmeng
hasilkanaliranlaminer. Aliranlaminer yang
terjadidiakibatkanbelumterjadinyapengadukan yang
seharusnyaterjadiketikapengaduk (mixer) telahberjalan.
 Vortex yang terjadiberdasarkan uji cobamerupakanjenisvortex
berotasiatau vortex paksa, dimanavortex yang
terjadiakibatadanyapusaran air yang berasaldarikecepatan mixer
saatpengadukan.
 BahanWadahPrototipeuntukwadahkoagulasi : PVC

Tabel 4.1Dimensi unit koagulasi


Deskripsi Satuan Hasil
Tipepengadukan - Mekanis

Jumlah Unit Unit 1

BentukWadah - Tabung

Panjang mm 450

Lebar mm 216

Tabel 4.2 Hasil EvaluasiKoagulasi


Parameter KriteriaDesain Sumber Hasil Keterangan

Td 60 – 180detik Samosir, 2009 75 detik Memenuhi

G 100 detik – 1000 Qasimdkk, 630 detik Memenuhi


detik 2000

G.Td 30.000 – 60.000 47.250 Memenuhi

Gambar engineering desainwadahkoagulasisecara detail dapatdilihat pada Lampiran


5 .lembar 129

1.
2.
3.
4.
4.1.
4.2.
4.2.1.
4.2.9 Mendesain Wadah Flokulasi
Wadah flokulasi, merupakan wadah yang berfungsi sebagai tempat berlangsungnya
penggabunganflok-floksehinggamenjadiflokdenganukuran yang lebihbesar.
Terdapatbeberapafaktorutamadalammerancangwadahflokulasi, diantaranya:

1. Volume Air
Wadahflokulasidibuat dengan rancangan untuk mengolah 10 liter air pada satu kali
proses flokulasi. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan hasil output yang lebih optimal.
2. Waktu Tunggu
Pengadukan proses flokulasi pada proses direct-filtration membutuhkan waktu
34 detik .

Direncanakan:

 Jenisflokulasi:
Jenispengadukan yang terjadi di dalam wadah flokulasi ini adalah
pengadukan jenis hidrolis. Pengadukan jenis hidrolis merupakan
pengadukan yang disebabkan oleh terjadinya energi gesek
maupun energi potensial (jatuhan) untuk mendapatkan
turbulensi sehingga flok-flok tersebut dapat menjadi flok dengan
ukuran yang lebih besar.
 Bentuk wadah flokulasi direncakan berbentuk balok (cuboid)
sejumlah 2 unit kompartemen dengan susunan bertumpuk,unit
kompartemen inlet diatas dan unit kompartemen output
dibawah. Untuk memperbesar energi gesek maupun energi
potensial(jatuhan).
 Pengadukan jenis hidrolis dengan menggunakan kanal bersekat
(baffled channel) mengakibatkan banyaknya headloss yang terjadi
di dalam wadah flokulasi.
 Perancangan dan perhitungan dimensi wadah flokulasi
1. Dimensi Inlet
Direncanakan

Gambar 4.10 Sketsa dan Hasil RancanganWadah Inlet Flokulasi

Inlet yang direncanakanmenggunakan pipa pvcdenganspesifikasisebagaiberikut:


 Bahan: Inlet menggunakan pipa pvcukuran ¾ inch
 Diameter luar: 26 mm
 Ketebalandinding pipa: 1,80 mm
 Diameter dalam: 26 mm−( 2× 1,80 mm )=22,4 mm
 Panjang pipa: 100 mm ≈ 10 cm
 Q input Flokulasi: 0,01538 l/detik ≈ 0,01538× 10−3 m3 /detik
2. Perhitungan Inlet
 Kecepatanaliran input
Q
v=
A
−3 3
0,01538× 10 m /detik
v=
1
π ×(22,4 × 10−3 m)
4
m mm
v=8,7421 ×10− 4 ≈ 0,8742
s s
3. Dimensi Unit Wadah Flokulasi
Direncanakan

 Bentuk : Persegi Panjang (Rectangular Tank)


 Jumlah : 2unitdenganukuranwadah yang sama
 Volume : 5 d m3 per-unit wadah flokulasi

Perhitungan dan Validasi

 Panjang =300,denganketebalanakriliksebesar (3 mm ×2=6 mm ¿


maka, panjang total 300 mm+6 mm=306 mm
 Lebar = 220,denganketebalanakriliksebesar (
3 mm ×2=6 mm ¿maka, panjang total 220 mm+6 mm=226 mm
 Tinggi= 85,dengan ketebalan akrilik sebesar 3 mmmaka,
panjang total 85 mm+3 mm=88 mm
 Volume = V = p × l×T =300 × 220× 85
4 3 3
 V =561×10 mm =5,61 d m ≈ 5,61 Liter
4. Headloss pada wadahFlokulasi

Dikarenakan terdapat (baffled channel), maka di dalam wadah flokulasiter dapat


headloss yang dapat digunakan untuk memenuhi gradient kecepatan yang
telahditentukan:
Pada suhu31 ℃ nilai:

−3 N × detik
 μ( viskositas absolut )=0,7834 × 10 2
m
 ρ( densitas)=995,37 kg/ m 3

Direncanakan:

1. kompartemen I G = 100 deti k −1


2. Waktu flokulasiI =22 detik
3. kompartemen II G =40 deti k−1
4. Waktu flokulasi II = 12 detik

Perhitungan:

Gambar 4.11Sketsa dan Hasil desainFlokulasikompartemen I (inlet)

 PerhitunganHeadlosspada kompartemen I
μ×t 2
Hf = G
ρ× g
N × detik
−3
0,7834 ×10 × 22 detik
m2 −1 2
¿ (100 deti k )
kg 2
995,37 3 × 9.81 m/s
m
¿ 0,01765 m≈ 17,65 mm
Sehingga diketahui Headlossyang terjadi pada kompartemen I sebesar17,65 mm
 PerhitunganHeadlosspada kompartemenII

Gambar 4.12 Sketsa dan HasilFlokulasikompartemen II (outlet)

μ×t 2
Hf = G
ρ× g

N × detik
0,7834 ×10−3 2
× 12detik
m −1 2
¿ ( 40 deti k )
kg 2
995,37 3 × 9.81 m/s
m
−5
¿ 1,283 ×10 m ≈ 0,0128mm

Sehingga diketahuiHeadlossyang terjadi pada kompartemen II sebesar0,0128 mm


5. Dimensi Outlet Flokulasi
Direncanakan

Gambar 4.13 Sketsadan Hasil Output Flokulasi


 Bentuk : Persegipanjang (Rectangle)
 Panjang : 70 mm
 Lebar :80 mm
 Perhitungan
 Luas Penampang
L=Panjang × Lebar
L=70 mm × 80 mm
2 2
L=5600 m m ≈ 5,6 m
 Kecepatanaliran output
v=Q/ A

10−3 m 3
0,01538×
detik
v= 2
5,6 m

−6 m mm
v=2,7464 ×10 ≈ 0,002746
s s

Tabel 4.3Dimensi unit flokulasi


Deskripsi Satuan Hasil

Tipepengadukan - Hidrolis

Jumlah Unit unit 2

BentukWadah - Cuboid

Panjang Wadah mm 306

LebarWadah mm 226

Volume Wadah Liter 5,61

Tabel 4.4 Hasil EvaluasiKriteriaDesainFlokulasi


Parameter KriteriaDesain Sumber Hasil Keterangan

-
Td1 - 22 detik -
Td2 - - 12 detik -

Burton,
Td total 2– 10menit 34 detik TidakMemenuhi
dkk., 2003

−1
G1 Burton, 100 deti k Memenuhi
25 detik-150 detik
G2 dkk., 2003 40 deti k −1 Memenuhi

-
G1.Td - 2.640 -

G2.Td - - 540 -

Total
−¿ - 3.180 -
(G.Td)

Untuk Parameter diatas yang tidakmemenuhiyaitu Td(Waktu Tunggu).


Disebabvolumewadahflokulasimengikuti volume dariwadahkoagulasisebesar10 liter yang
bertujuanuntuk proses air yang mengalirdidalamwadahflokulasi, dapatberjalandengansekali
proses, makasolusikedepannyadibuat volume wadahflokulasidengan volume yang
lebihbesaratau debit masukan yang lebihkecildariwadahsebelumnyauntukmencapai Td =2 –
10 menit. Berdasarkan Burton, dkk., 2003 hasil kali G dengan Td tidak didefinisikan

4.2.10 Mendesain Wadah Sedimentasi


Wadah sedimentasi, merupakan wadah yang berfungsi sebagai tempat berlangsungnya
pengendapanflok-flok yang telahterbentukdari proses koagulasi dan flokulasi. Wadahsedimentasi
yang dirancanginimengikutijenisyaitusedimentasitipe 2 dipilihjenisinikarenasesuaidengan unit proses
yang
sudahdilewatisebelumnya.Terdapatbeberapafaktorutamadalammerancangwadahsediementasi,
diantaranya :

1. Waktu pengendapanatauwaktudetensi (td)


2. Debit (Q)
A. Perancangan dan perhitungandimensiwadahsedimentasi
1. Perhitungan Kinerja Wadah Sedimentasi

(a)TampakSamping (b)TampakAtas

Gambar 4.14 Sketsa dan Hasil RancanganWadahSedimentasi

Direncanakan:
Berikutmerupakan data yang didapatkandariujicoba :

1. Kriteria bentuk wadah persegi panjang dengan perbandingan panjang dengan


lebar=2 :1 (Berdasarkan buku Al-Layla dalam judul Water Supply Engineering)
2. Panjang wadah p=440 mm , dan lebar wadah l=220 mm
3. Dengankedalamanwadahsedimentasi H=375 mm
4. Waktu tunggut d=200 detik
5. Debit Q=Q input sedimentasi=0,01470 L/detik

Dengan data yang terdapatdiatasmakadapatdihitung :


 Luas permukaanwadahsedimentasi
As= p x l
As=440 mm x 220 mm
2
As=96800 mm
2
As=0,0968m
 Over flowrate (vo )
Q
v o=
As
−3 3
0,01470× 10 m /detik
v o= 2
0,0968 m
v o=1,5185 ×10−4 m/ detik
v o=0,1518 mm /detik
 Waktu tunggu
Berdasarkan uji cobadidapatkanwaktutungguuntukwadahsedimentasisebesar
t d=200 detik .
2. CekBilangan Reynold pada zona input

Berdasarkanpengukuransuhu, suhu yang beradadikolamsekitar31 °Celcius , maka


berdasarkan (Reynold dan Richards, 1996):

( )
2
−6 m
viskositas kinematik air μ=1,0105 ×10 .
detik

 R (Jari-jariHidrolis)
A
R=
P
( b+ Xy ) y
R=
b+ 2 y √ 1+ x
2

( 210+3 y ) y
R=
210+(2× 48) √1+3 2
16992 mm 2
R= =33,0854 mm
513,5786 mm
 Bilangan Reynold
v× R
ℜ=
μ
mm
0,1518 × 33,0854 mm
detik
ℜ=
0,0010105 m m2 /detik
ℜ=4.970,1768
 Bilangan Fraude
v
Fr=
√g× R
0,1518 ×10−4 m/ s
Fr=
√ 9,81 ×0,0030 m
−3
Fr=1,615 ×10
3. Perhitungan Dimensi Inlet Sedimentasi
Pada zona inlet aliran air berjenisdownflow bergerakmenujuruanglumpur. Bagian
yang beradadiantaradindingflokulasi yang terdapat Inlet sedimentasisampaiplate
settler, dimanfaatkanuntukmenambahefisiensipengendapan.

Untukmenjagaflok yang telahterbentukdariprosesflokulasi, makakecepatanaliran


yang terjadi pada wadahsedimentasiharuslebihkecildari pada kecepatanaliran di
wadahflokulasi.

Perhitungan dan validasi pada zona Inlet


Dimensi zona inlet yang berada pada wadahsedimentasisamadengan output
wadahflokulasi.

Gambar 4.15Sketsa Inlet WadahSedimentasi


 Panjang zona inlet = 70 mm
 Lebar zona inlet =80 mm
 Luas zona Inlet (L)
L= p ×l
L=70 × 80
L=4200 mm2 ≈ 42 c m2
 Kecepatanaliran zona inlet (v)
Q input sedimentasi=0,01470 L/detik
Q
v=
A
0,01470 L/detik
v=
0,42d m2
dm m
v=0,03501 ≈ 0,0035
detik s

1.
2.
4. Perhitungan Dimensi Unit Wadah Sedimentasi
 Perhitungan Zona lumpur
Ruanglumpur yang direncanakanberbentuklimasterpancung yang dapatdilihat
pada gambardibawahini:

(a) Tampaksamping (b) Tampakisometrik

(c) Hasil Rancangan

Gambar 4.16 Sketsa dan Hasil Rancangan Zona Lumpur WadahSedimentasi

Direncanakan
 Panjang zona lumpur(P1)= 268 mm
 Lebar zona lumpur(L1) =220 mm
 Panjang zona lumpur(P2)=210 mm
 Lebar zona lumpur(L2) =220 mm
 Kedalaman(H) =48 mm ≈ 4,8 cm
 Perhitungan
 Q input sedimentasi=0,01470 L/detik
 Luas zona (A1)
A=P1 × L 1
A=268 mm× 220 mm
2 2
A=58960 mm ≈ 589,6 c m
 Luas zona (A2)
A=P2 × L 2
A=210 mm× 220 mm
2 2
A=46200 m m ≈ 462 c m
 Volume ruanglumpur
H
V= ( A 1+ A 2+ √ A 1+ A 2)
3

4,8 cm
(589,6 c m + 462 c m + √589,6 c m + 462 c m )
2 2 2 2
V=
3

V =1734,4454 cm 3 ≈ 1,7344 d m3

 Lama pengisian
Td=Volume ×Q
3 3
Td=1,7344 d m × 0,01470 d m / detik
Td=0,0254 detik

Didalamwadahsedimentasiterdapatsettler. Settler
digunakanuntukmeningkatkanefektifitaspengendapandengancaramemperluas zona
pengendapan dan memperpendekjarakpengendapan.

5. Perhitungan dan dimensi Settler (Pall Ring)


(a) Pall Ring (b) Ruang Pall Ring

(c) Hasil Rancangan

Gambar 4.17Sketsa dan Hasil RancanganSusunan Pall Ring dan Ruang Pall Ring

Direncanakan:

Q (debit) : 0,01470 l/detik

Jumlahsettler (pall ring) : 92 unit

Q (Dbit) setiap unit : 1,5978 ×10−4 l /detik

Panjang ruangsettler :220 mm

Lebar ruangsettler : 220 mm

Tinggiruangsettler : 225 mm

Volume ruangsettler( v) : 10,89 liter

Jaraksettler keruanglumpur : 89,22 mm

Jaraksettler kepelimpah: 7 mm
6. Dimensi Outlet Sedimentasi
Dibandingkanpelimpah (weir) berbentukpersegi-empat, bentuksegitiga(V-Notch-
90o)lebihbaikuntukmencegahflok-flok yang megambangsehinggadipilihsebagai Output
sedimentasi.

PerhitunganPelimpah
Direncanakan :

(a) TampakSamping

(b) TampakAtas

Gambar 4.18 Sketsa dan Hasil RancanganPelimpah (Weir) berbentuksegitiga(V-notch-90o)

 Panjang gutter :220 mm


 Lebargutter : 51 mm ≈ 0,051m
 Jenis : Weir segi tiga (V-notch-90 o )
 Koefisien debit : 0,6 – 0,7
 Ketinggian air diatasweir : 31 mm ≈ 0,031m
 Perhitungan :
 Debit
5
8
Q= C d . √ 2 g . b . h 2
15

5
8
Q= × 0,6 × √ 2 ×9,81 m/s 2 × 0,051m ×0,035 m 2
15

−5
Q=1,4174 × 1,1688 ×10
−5 3
Q=1,6566 × 10 m /s

Liter
Q=0,01656
s

Jadi, total debit yang masuk kedalamV-notch yang berjumlah 8 buah


maka debit yang didapat di kalikan 8.

Liter Liter −4 3
Q Total=8 ×0,01656 =0,1325 ≈ 1,3253 ×10 m / s
s s
 Kedalaman kritis (minimum) pada hilir gutter


2
3 q
yc=
g


2
3 ( 1,3253× 10−4 ) m3 /s
yc= 2
9,81 m/ s

yc= 3
√ 1,7564 ×10−8 m6 /s 2
9,81m/ s
2

−3
y c =1,2142 ×10 m ≈1,2142 mm

 Kedalaman maksimum pada hulu gutter


H O = (1,2142× 10−3 m)2 +
2 ×(1,3253× 10−4 m3 / s)2
9,81 m/ s2 ×(0,051m)2 ×(1,2142× 10−3 m)

√ −6
H O = (1,4744 ×10 m¿ ¿ 2)+
3,5128 ×10−8 m6 / s2
−5 3 2
3,0981 ×10 m / s
¿

H O =0,001135 m≈ 1,1353 mm

 Debit yang keluardari Unit Sedimentasisebesar


Liter −4 3
Q Total Vnotch=0,1325 ≈ 1,3253 ×10 m /s
s
Tabel 4.5Dimensi Unit Sedimentasi
Deskripsi Satuan Hasil

Jumlah Unit Unit 1

BentukWadah - Rectangle

ArahAliran - Horizontal

Panjang Mm 440

Lebar Mm 220

Tabel 4.6 Hasil EvaluasiSedimentasi


Parameter KriteriaDesain Sumber Hasil Keterangan

Surface 3,8 – 7,5 SNI 6774,2008 6,75 Memenuhi


Loading m3/(m2.jam) m3/(m2.jam)

Td >4 menit Kawamura, 200 detik TidakMeme


1991 nuhi

Nre <2000 SNI 6774,2008 4970,1768 Tidakmeme


nuhi

Nfr >10-5 Kawamura, 16,15 x 10-5 Memenuhi


1991

Keterangan:

Untuk Parameter diatas yang tidak memenuh iyaitu Td(Waktu Tunggu) dan Nre
(Bilangan Reynold). Dikarenakan menggunakan sistem kontinyu maka,waktu tunggu
menjadi lebih sedikit untuk mengatasi hal tersebut maka perlu menambah volume dari bak
untuk mencapai kriteria>4 menit, dan untuk memenuhi kriteria NRE(Number Reynold) pada
zona inlet maka di zona inlet ditambah sekat (baffle) untuk mengurangi turbulen yang
memasuki wadah sedimentasi.
Analisa Kebutuhan Pengadukan
4.2.11 Menentukan Jenis dan Ukuran Pengaduk
1. Viskositas
Air permukaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air kolam yang berada di
Politeknik Negeri Jakarta. untuk menentukan bentuk impeller, viskositas air
merupakan salah satu unsur yang penting. dalam hal ini air kolam yang berada di
politeknik negeri jakarta dianggap sebagai air pada umumnya.
2. Pola Aliran

Untuk mengurangi dead zone digunakan wadah, dengan bentuk tabung. Sehingga
dirancang untuk membuat aliran radial agar air dan koagulan akan tercampur pada
bagian diantara dua buah impeller.

3. Kecepatan

Pencampuran koagulan dengan air kolam pada proses koagulasi dilakukan dengan
cara pengadukan cepat dan kecepatan rendah.

Berdarakan 3 hal diatas, ditpilih pengaduk menggunakan jenis dayung hal ini
dikarenakan pengaduk dayung digunakan untuk viskositas rendah, kecepatan rendah,
dan memiliki aliran air radial. Panjang total dari pengadukan dayung biasanya
60−80 % dari diameter tangki dan lebar dari daunnya 1/6−1/10 dari panjangnya,
maka dapat diketahui:

60
D p= × 207,6 mm=124,56 mm≈ 125 mm
100

1
L p= ×125 mm=20,83mm ≈ 20 mm
6
Gambar 4.19 Pengaduk

4.
4.1.

4.2.
4.3.

4.3.1.

4.2.12 Menentukan Daya Pengaduk


Dalam menentukan daya mixer terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan,

1. Massa jenis air, 995,37 kg /m3


2. Ukuran pengaduk, D p=125 mm L p=20 mmT p=2 mm
A p =125× 20=2500 m m 3
Pengaduk ×2=5000 mm2
3. Drag coefficient C D =2,05
4. Kecepatan pengaduk, 200 rpm

Sehingga dapat dihitung, Perhitungan daya mixe r 1:

 Kecepatan keliling poros


π ×8 × 200 0,0837 m
vp= =
60× 1000 s
 Gaya pengaduk

( )
2
1 m kg
F D =2,05 × × 0,0837 ×0,005 m2 × 995,37 3
2 s m

F D =0,0357 N

 Daya yang diperlukan untuk mengaduk dapat diketahui dengan rumus di bawah ini :

m
P=0,0357 N × 0,0837
s

−3
P=2,988 × 10 watt

 Momen inersia pada poros

1 2
I = ×0,1414 kg × ( 0,004 m)
2

−6 2
I =1,1312× 10 kg m

 Momen inersia pada pengaduk

1
I= ×0,0936 kg × ( 0,125 m )2=1,2187 ×10−4 kgm2
12

 Momen inersia total

−4 2
I poros + I pengaduk =1,23 ×10 kgm

 Percepatan sudut

2 × π ×200
ω 1= =20,9439rad /s
60

20,9439rad /s−0 rad /s rad


a= =20,9439 2
1 s

 Torsi

T =( 1,23 ×10 kgm × 20,9439rad /s ) + ( 0,0357 N × 0,0625 )


−4 2 2

−3 −3 −3
T =2,576 ×10 + 2,23125× 10 =4,8073 ×10 Nm

 Daya
−3
4,8073 × 10 Nm × 2 π ×200
P= =0,1006 watt
60
−3
P1 + P2=2,988 ×10 watt+0,1006 watt=0,1036 watt

Perhitungan daya mixe r 2


 Torsi pada poros

( ) ( )
4
N π × 8 ( mm )
70× 102 ×4,3633 ×10−3
( Rad ) ×
mm2 32
T=
350 mm

T =0,5483 Nmm

 Moment inertia pada Pengaduk

1 2
I= ×0,0936 kg × ( 0,125 m )
12

−4 2
I =1,2187 ×10 kgm

 Percepatan sudut

2 × π ×200
ω 1= =20,9439rad /s
60

20,9439rad /s−0 rad /s rad


a= =20,9439 2
1 s

 Gaya pengaduk

1
F D =2,05 × × 0,0837
2 (m 2
s
2
) kg
×0,005 m × 995,37 3
m

F D =0,0357 N

 Torsi pada Pengaduk


−4 2 rad
(1,2187 ×10 kgm × 20,9439 )+(0,0357 N × 0,0625 m)
s2
−3 −3
2,5524 ×10 Nm+ 2,2312×10 Nm
4,7836 × 10−3 Nm
 Daya
2 × π × 200( Rpm) ×4,7836 ( Nmm)
P=
60× 1000

P=0,1001(watt)

4.2.13 Menentukan Jumlah Sekat Dalam Wadah Flokulasi


Direncanakan sebuah unit flokulator dengan dua buah kompartemen yang disusun
secara vertikal setiap kompartemen memiliki nilai Gradien Kecepatan yang berbeda sesuai
dengan alirannya, kompartemen I memiliki nilai G yang lebih besar karena kompartemen ini
terletak di atas, aliran air yang masuk berasal dari proses koagualasi, kompartemen II
memiiki G yang kecil karena terletak di bawah dan mengalir ke proses sedimentasi.

1. kompartemen I G = 100 deti k −1


2. kompartemen II G = 40 deti k−1

Menentukan jumlah sekat berdasarkan nilai gradien;

Kompartemen I

[( )]
2 1

)( 0,085 × ( 0,268× 4 ) × 100


−3
2 ×0,7834 × 10 ×22 3
n=
995,37 ( 1.44+ 0,012 ) 0,15 ×10
−3

n=43,3817 ≈ 44

Kompartemen II

{[ ][ ]}
−3 2 1
2 ×0,7834 × 10 ×12 0,085 ×(0,268 ×2) ×40 3
n= −3
995,37 ( 1.44+ 0,012 ) 0,15 ×10

n=12,4290 ≈12
Merancang Unit Filtrasi
1.
2.
3.
4.
4.1.
4.2.
4.3.
4.4.
4.2.14 Perancangan Unit Filter
Unit wadahFiltrasidirancangdenganwadah yang memfokuskanaliran air
mengalirkesatutitikuntukmengoptimalkan proses dalammengurangisifatfisik air
yaitupartikeltersuspensi dan kandunganmikroba pada air melalui media
berporiataumateriberpori. Jenis filter yang dipakaiyaitutipepasircepat (rapid sand filter)
yang didasarkan pada segiratefiltrasi dan lama waktu proses (run filter) dalammengolah air.

Luas permukaan bak filter (Af) sebanding dengan kecepatan filtrasi (V f). Berdasarkan
luas permukaan bak, ukuran (pnajang dan lebar, atau diameter) dapat ditentukan.
Perbandingan lebar terhadap panjang berkisar 1:1 hingga 1:2 (Masduqi dan Assomadi,
2019).

Dalam perancangannya, luas permukaan bak dihitung dengan persamaan (1), berikut
adalah perhitungannya:

A. Perencanaan Dimensi wadah Unit Filtrasi :


 Debit (Q) : 0.0002 m3/detik
 V filtrasi : 6 m3/jam.m2
Sehingga dapat dihitung
 Luas Wadah (A)
Q 0,0002m3 /detik
=
V filtrasi 6 m3 /3600. m2
2
A=0,0864 m
 Panjang (p) ¿ 0.4 m
 Lebar (l)
2
0,0864 m
l= =0,25 m
0.4 m
4.2.15 Desain Wadah Unit Filtrasi
Setelah perancangan dan perhitungan wadah unit filtrasi telah dilakukan,
berikut adalah desain wadah filtrasi:
(a) tampakatas (b) TampakSamping

Gambar
4.20

SketsaDesainWadah Unit Filtrasi


4.2.16 Perhitungan HeadLoss Media
A. Media Pasir Silika
 Tebal Media : 4 cm
 Porositas (ɛ) : 0,41
 FaktorBentuk (ψ) : 0,75
 Specific Gravity : 2,65 kg/m3
 Distribusi media pasir silica dapatdilihat pada Tabel4.7:

Tabel4.7Distribusi Media PasirSilika


Diameter (m) (d) FraksiBerat (x) Nre Cd Cd.x/d
0,00069 100% 1,09 22,01 31898,55

 NRe0.069
Ψ .d . V f
v
6m
0,75× 0.00069 m×
3600
−6
0,7870× 10 m/detik
N ℜ=1,09

 Cd 0.069
24 24
= =22,01
N ℜ 1,09

 Headloss
2
L. V f CD.x
1,067
Ψ . ε 4. g
∑ d
2
m
0,04 m×(6 )
3600
1,067 × 31898,55=0,018 m ≈ 1,8 cm
0,75× 0,414 ×9,81 m/ detik
B. Media PasirZeolith
 Tebal Media : 3 cm
 Porositas (ɛ) : 0,53
 FaktorBentuk (ψ) : 0,8
 Specific Gravity : 2,65 kg/m3
 Distribusi media penyanggadapatdilihat pada Tabel4.8:

Tabel4.8Distribusi Media PasirZeolit


Diameter (m) (d) FraksiBerat (x) Nre Cd Cd.x/d
0,004 100% 6,77 5,08 1270

6m
0,80× 0,004 m ×
 Nre0.4 cm 3600
¿ −6
=6,77
0,7870 ×10 m/detik
24 3
 Cd 0.4 cm ¿ + +0,34=5,08
6,7 √ 6,7

( )
2
m
0,03 m× 6
3600
 Headloss ¿ 1,067 ×1270
4 m
0,8× 0,53 × 9,81
detik
−4 −2
¿ 1,82× 10 m ≈ 1,82× 10 cm

Headloss media yang terjadiadalah 1,81 cm

4.2.17 Analisa Perbandingan Tipe Media Terhadap Hasil Air


Pada Unit Filtrasiini, telahdilakukan uji cobaterhadaptipe media filter yang
dipakaiyaituperbandingan media filter pasircepat (rapid sand filter) dengan media
pasirlambat (slow sand filter) terhadaphasilkeluaranyaitu, pH, TDS, Bau dan Warna.
Berikutadalah data yang diperoleh:
Tabel 4.9 Hasil Uji Coba Pengaruh Kadar KoagulanTerhadapKarakteristik Air
Dalam pelaksanaannya, dilakukan variasi peletakkan lapisan media filter yaitu pasir
silica dan pasir zeolith untuk mendapatkan data dengan dosis koagulan 5 gram. Dengan data
sebagai berikut:
- Filter Pasir Cepat (Rapid Sand Filter)
Pada tipe media ini, kedua jenis media sebagai media penyaring dengan pasir zeolith
diletakkan pada lapisan atas dan pasir silica diletakkan di bawah lapisan pasir zeolith.

Tabel 4.10 Hasil Uji Coba Rapid Sand Filter dengan Dosis 5 gram

- Filter
Pasir
Lambat (Slow Sand Filter)
Pada tipe media ini, pasir zeolith sebagai media penyangga dan pasir silica sebagai
media penyaring. Pasir silica diletakkan pada lapisan atas dan pasir zeolith diletakkan di
bawah lapisan pasir silica.

Tabel 4.11 Hasil Uji Slow Sand Filter dengan Dosis Koagulan 5 gram

Berdasarakan data yang diperoleh, kadarph dan TDS


cenderungstabilseiringnyawaktuberjalantetapiterdapatperbedaan TDS dariduatipe media
filter yaitu TDS lebihtinggi pada tipe media filter pasirlambat (slow sand filter). Filter
pasirlambatcukupefektifdigunakanuntukmenghilangkankandunganbahan organic dan
organisme pathogen pada air baku yang mempunyai kekeruhan relative rendah

4.3 Perubahan Langkah kerja pada Prototype SEMI-AUTOMATIC


Gambar 4.21 Prototipe Pengolahan Air Permukaan

Pengubahan sistem pada prototype diatas dikarenakan proses pada sedimentasi bisa dibilang
tidak efektif dimaana yang harusnya saat sedimentasi air tidak terus mengalir agar
memberikan waktu bagi partikel partikel pada air membentuk flok flok berwarna hijau

Gambar 4.22 Flok Flok pada saat sedimentasi dengan menghentikan aliran
Flok Flok
akan terjatuh
kebawah dan

membuat dead zone pada wadah sedimentasi, kami mengubah wadah sedimentasi dengan
membuat aliran tidak melewati Pall ring tetapi melalui Cap yang ada di samping wadah
sedimentasi

Gambar 4.23 Wadah Filtrasi yang diubah


Penggunannya
Penggunaan Cap atau pipa pembuangan sangat diperlukan sebagai media tempat air mengalir
ke wadah filtrasi
Gambar 4.24 Prototype yang telah di modifikasi
Prototype yang telah dimodifikasi ini memiliki tingkat efisiensi yang lebih tinggi
dibandingkan prototipe dengan aliran continous karena proses sedimentasinya memiliki
waktu untuk membuat flok berada pada dead zone

Gambar 4.25 Hasil dari Filtrasi dengan


menggunakan Prototype yang telah dimodifikasi

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.1.1 SEMI-MANUAL

1. Percobaan protoype pengolahan air kapasitas 10 liter selesai dan


berhasil dilakukan.
2. Percobaan membuktikan bahwa water treatment plant mampu
menjernihkan air
3. Hasil analisa data percobaan sebagai berikut;
a. pH air tanpa tawas terus menurun karena tidak adanya reaksi dan
peruraian partikel partikel
b. TDS air tanpa tawas terus meningkat dari angka kecil berkisar 170
– 370
c. Warna air tanpa tawas masih bisa dibilang tidak keruh dan tidak
jernih
4. Hasil akhir, bila dibandingkan dengan air tawas 1%, lebih jernih air
dengan tawas. Maka tawas dapat digunakan sebagai penjernih air
dengan syarat sesuai kadar perbandingan tawas dengan banyak dan
seberapa kotor airnya.

5.1.2 SEMI-AUTOMATIS

1. Untuk memanfaatkan air permukaan yang tertampung di kolam yang


berada di kampus PNJ untuk dijadikan kebutuhan air sanitasi dengan
kualitas yang memenuhi kriteria menurut Peraturan Menteri
Kesehatan No. 32 tahun 2017 kesehatan.
2. Prototipe pengolahan air permukaan menjadi air sanitasi di kolam
Kampus PNJ dapat meningkatkan kualitas air dengan parameter yang
telah ditentukan sebagai berikut :
a) PH 6,5
b) TDS 150 ppm
c) Warna menjadi lebih bening
3. Dalam perancangan pada “Rancang Bangun Prototipe Pengolahan Air
Permukaan menggunakan sampel air kolam di Politeknik Negeri
Jakarta” ini diperoleh unit operasi sesuai dengan karateristik air kolam
yang diolah, sebagai berikut :
a) Koagulasi
Proses koagulasi yang dihasilkan merupakan air yang sudah dicampur
dengan tawas menggunakan pengadukan cepat didalam wadah
berbentuk lingkaran untuk mengurangi dead zone dalam
pengadukannya. Dengan kapasitas wadah 10 liter air.
b) Flokulasi

Hasil yang telah mengalami destabilisasi koloid selanjutnya masuk


ketahap flokulasi yang ditujukan untuk memperbesar flok-flok agar
lebih mudah di endapkan dengan sekat-sekat(baffle) yang terdapat
didalam wadah dengan 2 kompartemen dan volume tiap kompartemen
5 liter. Jika dijumlahkan sekali proses flokulasi sama dengan proses
koagulasi yaitu dapat menampung 10 liter air.

c) Sedimentasi
Proses pengendapan dilakukan pada tahap ini menggunakan aliran
kontinyu sehingga fungsi keefektifan pengendapan kurang maksimal,
sehingga ditambah settler yang menggunakan pall ring untuk
membantu flok-flok agar tidak ikut terbawa ke proses selanjutnya
d) Filtrasi
Dari perhitungan dan perencanaan wadah filtrasi serta dengan 6 kali
percobaan dapat ditentukan kondisi optimum dari media filter dalam
proses filtrasi yaitu dengan bentuk dari wadah unit filtrasi dan
pemilihan tipe media filter berdasarkan hubungan headloss dengan
pH. Tipe media filter adalah media filter pasir cepat (rapid sand filter)
yang dapat menahan tinggi permukaan air dengan stabil dalam waktu
3 menit dan wadah unit filtrasi dengan bentuk yang memfokuskan
pada satu titik ke tengah (center) dengan berlandaskan pada luas
permukaan filtrasi (Af) yang sebanding dengan kecepatan filtrasi (Vf).
4. Berdasarkan hasil analisa dan perhitungan untuk kebutuhan pompa
yang digunakan pada prototipe pengolahan air permukaan dapat
disesuaikan dengan spesifikasi dan jenis pompa yang berada dipasaran
dengan debit maximum sebesar 800 liter/hour, head maximum sampai
5 meter, kecepatan aliran 0.7 m/s dan daya pompa 22 W.
5. Untuk mengaduk air permukaan yang dicampur koagulan padat
diperlukan pengaduk dengan ketentuan, sebagai berikut:
• Jenis pengaduk, paddle
• Dimensi. Diameter 125 mm, lebar 20 mm, dan tinggi 2 mm
6. Dibutuhkan motor dengan daya 29,338 watt untuk mengaduk air.
7. Dibuat wadah flokulasi dengan banyak skat di kompartemen I, 44 dan
kompartemen II, 12

5.2 Saran
5.2.1 SEMI-MANUAL

1. Ikuti SOP percobaan dari awal hingga akhir dengan fokus dan teliti
2. Lakukan perlahan ketika menuangkan air pre-sedimentasi ke wadah
satunya agar endapan di dasar tidak terikut
3. Aduk sampel air yang ditambahkan tawas agar tawas melarut
keseluruhan
4. Bilas dan lap dengan benar alat ukut pH dan TDS
5. Alat ukur digital pH bisa ditambahkan alat ukur pH berupa kertas
indikator sebagai dasar penentu angka depan pH
5.2.2 SEMI-AUTOMATIS

1. Untuk mendapatkan hasil hasil olah yang lebih efektif lebih baik
menggunakan system instalasi semi-kontinyu yang dimana untuk unit
operasi sedimentasi menggunakan system batch agar terjadi endapan
dengan waktu tunggu.
2. Proses pendesainan bertahap sesuai urutan proses, sehingga debit
yang dihasillkan pada proses sebelumnya dapat dijadikan landasan
untuk mendesain dimensi unit setelahnya.
3. Dari segi wadah sebaiknya diberi perekat kembali pada sambungan
akrilik yang membentuk wadah sebelum dilakukan pengujian, untuk
mecegah terjadinya kebocoran yang menghambat proses uji coba
prototipe.
4. Untuk menentukan jenis dan spesifikasi Pompa yang dibutuhkan pada
prototipe pengolahan air pemukaan ini kedepannya akan lebih
dihitung lebih detail seperti adanya perhitungan daya efisiensi pompa,
daya poros dan sebagainya.
5. Untuk pemilihan material pengaduk dan poros perhatikan sifat korosi
material, karena koagulan merupakan zat asam. Gunakan dimmer
untuk mendapatkan daya motor yang diinginkan, atau dapat juga
menggunakan program arduino.
6. Pada wadah unit filtrasi, dalam realisasi sebaiknya menggunakan
lembaran akrilik yang lebih tebal untuk bisa menahan media filter.
Wadah filtrasi membutuhkan tumpuan untuk menopang wadah agar
penyaluran hasil akhir tidak ada yang terbuang.
7. Pemberian karet yang kuat pada sambungan socket pipa, agar tidak
mengalami kebocoran yang dapat menghambat debit inlet maupun
outlet pada masing-masing wadah. Pemberian seal pada sambungan
pipa ke elbow, tee dan valve agar tidak lepas secara tiba-tiba selama
operasi berlangsung.
No.Dokumen : -
Revisi :-
TglDibuat : 04 April 2022
Halaman :1 dari 2

STANDAR
OPERASONAL
PROSEDUR(SOP)

PENGGUNAAN PROTOTYPE SEDERHANA PENGOLAHAN AIR CAMPURAN


TANAH POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
Alat dan Bahan
a. Ember besar (2 buah) h. Pasir Silika

b. Teko 5 Liter (2 buah) i. Zeolit

c. Wadah Filtrasi j. ijuk / sabut kelapa

d. Alat ukur PH k. Spons putih

e. Alat ukur TDS l. Batu kerikil

f. Gelas beaker m. Tawas

g. Stopwatch n. Sampel air limbah

Prosedur Penanganan

a. Siapkan tanah dengan mengambil yang ada dekat dengan pohon pinus
dan masukkan ke dalam ember yang nantinya akan dicampurkan
dengan air yang telah di siapkan di dalam ember besar

b. Susun bahan bahan pada prortotype sederhana proses filtrasi, dimulai


PROSEDUR dari : busa, arang, silica, zeolit, ijuk, krikil, dan busa. Dimaksudkan
sebagai penyingkatan waktu dalam melakukan praktek

c. Setelah air dan tanah yang telah di siapkan tadi di campurkan lalu
aduk hingga warna dari air terlihat keruh dan sudah tercampur rata
dengan tanah

d. Amati perubahan Warna dan ukur PH, TDS dengan menggunakan alat
ukur yang dipinjam di tool store, lakukan pengukuran di setiap step
atau proses yang telah dilakukan dan catat hasil

e. Setelah itu diamkan selama 20 menit yang mana disini sudah


masuk ke tahap Pra-sedimentasi yang bertujuan sebagai
mengendapkan material material kasar yang telah tercampur tadi
agar saat dituangkan tidak tercampur ke dalam ember yang masih
belum ada airnya agar saat dimasukkan kedalam teko yang
nantinya akan menjadi tempat sampel sudah tidak ada material
kasar yang masuk

f. Lalu pompa air menggunakan pompa sederhana yaitu pompa


tangan dimaksudkan untuk mengalirkan air agar material kasar
yang mengendap dibawah tadi tidak masuk ke dalam ember yang
lainnya

g. Lalu lakukan pengukuran seperti pada point “c” dan catat hasil
pengukuran

h. Pada tahap selanjutnya adalah memisahkan air ke dalam dua


sampel yaitu Teko A dan Teko B yang dimana Teko A adalah air
tanpa tawas dan Teko B adalah air dengan campuran tawas 1%
masukkan air dengan takaran max 5L jika air tidak dapat mencapai
5% maka kedua sampel harus disama ratakan

i. Lalu masukkan tawas ke dalam Teko B sebanyak 1% dari 5L adalah


50 gr kemudian aduk kedua sampel tadi dengan diberikan perilaku
yang batas waktu 10Menit disini bertujuan agar air yang masih
keruh tadi dapat membuat flok flok dimana flok tadi adalah bakteri
yang terurai dari air

j. Setelah itu lakukan pengukuran seperti pada point “c” dan catat
hasil pengukuran

k. Diamkan selama 30 menit, ini adalah tahap Sedimentasi yang


bertujuan sebagai pengendapan material material sisa yang masih
belum mengendap

l. Setelah itu lakukan pengukuran seperti pada point “c” dan catat
hasil pengukuran

m. Sebelum masuk pada proses filtrasi tutup valve pada prorotype


agar air yang masuk tidak langsung mengalir keluar dan air yang
dimasukkan hanya 60% dari seluruh air yang ada pada teko agar
endapan tidak ikut tersaring masuk ke dalam prortype

n. Bersihkan teko yang masih memiliki endapan yang tidak ikut masuk
tadi

o. Setelah air masuk ke dalam wadah filtrasi maka diamkan selama 10


menit dan berikan perilaku yang sama kepada kedua sampel

p. Lalu buka valve pada Prototype dan tampung menggunakan teko

q. Setelah itu lakukan pengukuran seperti pada point “c” dan catat
hasil pengukuran

r. Lakukan tahap pada point “m” “o” “p” “q” berulang sampai dengan
3x pengulangan dimulai dari pengukuran pertama

s. Bandingkan air dari kedua sampel dan dokumentasikan sebagai


hasil dari praktikum

No.Dokumen : -
Revisi :-
TglDibuat : 23Agustus2021
Halaman :1 dari 2

STANDAR
OPERASONAL
PROSEDUR(SOP)

PROTOTIPE ALAT PENGOLAHAN AIR PERMUKAAN MENGGUNAKAN


SAMPEL AIR KOLAM PNJ
AlatdanBahan
a. Pompa

b. Koagulan (tawas)

c. Mixer untukkoagulasi

d. WadahKoagulasi

e. WadahFlokulasi

f. WadahSedimentasi

g. Filtrasi

ProsedurPenanganan

a. Air permukaan yang tercemar pada kolam PNJ


dialirkanmenggunakanpompakealatprototipepengolahan air.

b. Air yang dialirkandarikolammelewati pipa yang


terdapatpembubuhankoagulan (tawas)
PROSEDUR
c. Penambahankoagulantawassesuaidosis, dengancarapemutupan valve
pada jalurutama pipa kekoagulasi dan pembukaan valve yang
kearahlubangpembubuhantawas .
Sepertilangkah-langkah pada gambardibawahini:

1. Langkah pembubuhan tawas

disampingadalahkondisi ball valve ketika air


3
1

4 2

dialirkanmenggunakanpompamenujuprototipeuntukpembubuhantawasygtelahdir
encanakan, pertamadimasukkanlewat pipa pada nomor 4.
Syaratuntukpembubuhantawas pada kondisiiniadalah :

1. Ball valve nomor 1 dan 2 dalamkeadaantertutup dan ball valve nomor 3


dalamkeadaamterbuka, sehinggatidakadaaliran air ygmelewati ball valve
nomor 1 dan 2 dapatdimanfaatuntukpembubuhantawasmelalui pipa
nomor 4.
2. Langkah setelah pembubuhan tawas

setelah langkah pembubuhan tawas pada


3
gambar diatas,
1 langkahselanjutnyayaitumenutupballvalvenomor 3 dan membuka
ball valve nomor 1 dan 2 dan pipa nomor 4 ditutupmenggunakan
cap ukuran ½”. Sehinggatawas yang telahdibubuhkan pada
4 2
langkahsebelumnya, akanterbawa pada aliran air yang melewati
ball valve nomor 1 dan 2
kewadahkoagulasiuntukdiadukmenggunakan mixer.

d. Air yang telah mengalami penambahan koagulan (tawas)


selanjutnya memasuki pengadukan cepat menggunakan mixer,
setelah air menyentuh permukaan pengaduk putar dimmer
perlahan hingga mencapai kecepatan yang diinginkan. Untuk
menambahkan opsi kecepatan pada dimmer, perlu dilakukan
kalibrasi dengan cara isi wadah koagulasi dengan air hingga penuh,
putar dimmer secara perlahan hituung kecepatan putar poros
dengan tachometer, berikan tanda pada tachometer ssesuai
dengan kecepatan yang diinginkan.

e. Setelah koloid mengalami destabilisasi selanjutnya koloid


teraglomerasi dalam proses flokulasimenggunakansekat-sekat
(baffled channel) mengalirdarikompartemenflokulasi yang
beradadiatasmenujukompartemenflokulasi outlet yang
beradadibawah.

f. Setelah koloid tersebut mengalami pembesaran berat maka


selanjutnya dapat diendapkan menuju fase sedimentasi

g. Di dalam fase sedimentasi air melewatisecarakontinyu


(tanpaadanyawaktutunggu) keluar pada pelimpah(weir) dengan V-
notch berbentuksegitiga 90o yang selanjutnyamasukke unit filtasi

h. Pada unit filtrasi air yang


belumsempurnamengalamipengendapanmakakoloidtersebutakand
ifilter dan koloid yang tersisamenyangkut pada media filter .

i. Air
difiltrasiselanjutnyakeluarkepenampunganakhiruntukdimantfaatka
natauselesaidalampengolahan air tersebut.

Anda mungkin juga menyukai