Penyusun:
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT., dengan segala kemurahan
dan kemudahan-Nya lah segala yang direncanakan, diusahakan dan dikerjakan
dapat diselesaikan. Buku ajar Perencanaan Instalsi Air Bersih Dan Limbah lanjutan
ini adalah salah satu bentuk upaya profesionalisme dosen sebagai tenaga pendidik
dan pengajar.
Materi ajar Perencanaan Instalsi Air Bersih Dan Limbah bersifat sangat makro, maka
dari itu, kami dari penyusun memilih dan memilah bahan-bahan yang kami rangkum
dalam buku ini, tentu saja pertimbanngan kompetensi mahasiswa menuju
mahasiswa yang berbasis produksi adalah salah satu dari beberapa variable
pertimbanngan tersebut.
Akhirnya, adanya buku ajar ini penyusun harapkan akan mampu memberikan
sumbangsih dalam pendidikan di politeknik secara khusus dan di dunia pendidikan
secara umum. Dan semoga dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kebaikan.
Kami menyadari, dari semua proses yang sudah dilakukan masih banyak
kekurangan yang harus diperbaiki pada tahap berikutnya, untuk itu saran akan
sanngat membantu perkembangan buku ajar ini berikutnya
Pada kesempatan ini pula, kami menghaturkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu keberadaan buku ajar ini. Semoga semua bentuk
kerjasama dan kebersamaan yang sudah terbina dapat memberikan manfaat yang
besar terutama bagi dunia pendidikan.
Penyusun
12
Perencanaan Instalasi Air Bersih Dan Limbah adalah salah satu bagian yang
penting dalam masalah utilitas bangunan atau pun gedung. Air bersih sebagai
bagian yang bersifat vital bagi kehidupan manusia, keberadaannya adalah mutlak,
sehingga perencanaan dan instalasinya pada bangunan harus dipersiapkan secara
optimal, begitupun pengolahan limbah, karena jika tidak adanya pengaturan, akan
menimbulkan masalah nantinya pada bangunan.. Dengan adanya mata kuliah ini
diharapkan staf pengajar dan mahasiswa untuk dapat memahami dan mampu
melakukan perencanaan instalsi air bersih juga limbah pada .
Dalam rangka mencapai tujuan mata kuliah ini, maka materi buku ajar ini
disusun dengan urutan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
BAB II HIDROLOGI
BAB III JARINGAN AIR BERSIH PADA BANGUNAN
BAB IV LIMBAH RUMAH TANGGA BAB V
PENGOLAHAN LIMBAH
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Definisi Air Bersih
Air merupakan kebutuhan utama dalam kehidupan sehari-hari. Setiap makhluk di
bumi memerlukan air untuk kehidupannya. Bagi manusia, air digunakan dalam
berbagai aspek kehidupan, dari skala kecil seperti rumah tangga hingga industri.
Saat ini masalah penyediaan air bersih menjadi perhatian khusus bagi negar-
negara maju maupun negara berkembang seperti Indonesia. Masalah air bersih
adalah masalah yang sering menghampiri, mulai dari kurang tersedianya sumber air
bersih, tidak terjadinya pemerataan pelayanan penyediaan air bersih khususnya di
daerah pedesaan, belum dimanfaatkan secara maksimal sumber-sumber air bersih,
hingga sumber-sumber air bersih yang telah tercemari limbah di kota-kota besar
Air bersih adalah air yang memenuhi persayaratan kesehatan untuk kebutuhan
minum, masak, mandi dan energi. Air sebagai salah satu faktor essensial bagi
kehidupan sangat dibutuhkan dalam kriteria sebagai air bersih. Air dikatakan bersih
bila memenuhi syarat sebagai berikut:
• Jernih/tidak berwarna.
• Tidak berbau.
• Tidak berasa.
1. Air baku untuk air minum rumah tangga, yang selanjutnya disebut air baku
adalah air yang dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah
dan/atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk
air minum.
2. Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan
atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum.
3. Air limbah adalah air buangan yang berasal dari rumah tangga termasuk tinja
manusia dari lingkungan permukiman.
Dalam memilih sumber air baku air bersih, maka harus diperhatikan
persyaratan utamanya yang meliputi kualitas, kuantitas, kontinuitas, dan biaya. Secara
garis besar, sumber air bersih dikelompokkan sebagi berikut:
A. Air Permukaan
Adalah sumber air baku yang berasal dari : sungai, saluran irigasi, danau, dan waduk.
Tiga sisitem pengolahan air permukaan :
c. Air danau (berasal dari air hujan, air sungai dan mata air)
Dari segi kuantitas dan kontinuitas jenis air ini dapat dianggap tidak menimbulkan
masalah yang besar bagi penyediaan air bersih.
4
B. Mata Air
Adalah sumber air yang berasal dari permunculan air ke permukaan tanah sebagai
akibat dari
b. Terhalangnya aliran air oleh lapisan tanah kedap air disebut Aliran Gravitasi Kontak
Ada dua alternatif sistem pengolahan mata iar untuk air bersih, yaitu :
Dari segi kualitas, jenis air ini sangat baik bila dipakai sebagai air baku, karena berasal
dari dalam tanah yang muncul ke permukaan tanah akibat tekanan, sehingga belum
terkontaminasi oleh zat-zat pencemar.. Namun lokasinya yang berada di daerah
terbuka, memungkinkannya terkontaminasi oleh lingkungan sekitar, seperti bakteri E.
Coli yang sering muncul. Dengan kualitas seperti itu pengolahan yang dilakukan
biasanya cukup dengan pembubuhan desinfektan, seperti klorinasi
Dari segi kuantitas dan kontinuitas, jumlah dan kapasitasnya sangat terbatas sehingga
hanya mampu memenuhi kebutuhan sejumlah penduduk.
C. Air Tanah
Adalah sumber air dalam tanah yang tersimpan dalam lapisan aktifer. Air tanah
banyak mengandung garam dan mineral yang terlarut pada waktu air melalui lapisan-
lapisan tanah, sehingga praktis jenis air ini bebas dari polutan karean keeberadaannya
di bawah permukaan tanah. Tetapi kemungkinan tercemar oleh zat yang mengganggu
kesehatan tetap ada, yaitu jika tercemar kandungan Fe, Mn, sehingga pengolahan
yang dilakukan pada umumnya adalah pengolahan kimiawi, yaitu dengan
menambahkan zat-zat kimia tertentu untuk mereduksi logam-logam tersebut
disamping juga membubuhkan zat desinfektan.. Jenis ini dibedakan menjadi :
5
a. Air tanah dangkal; kedalaman muka air tanah kurang dari 20 meter
b. Air tanah dalam; kedalaman muka air tanah lebih besar dari 20 meter. Kualitasnya
lebih baik dari air tanah dangkal
a. Sumur Gali
Dari segi kuantitas, jenis ini relatif cukup untuk air baku, namun dari segi kontinuitas
pengambilan air tanah harus dibatasi, karena dapat menyebabkan masalah penurunan
muka air tanah.
D. Air Hujan
Air hujan disebut juga dengan air angkasa. Merupakan sumber air baku khususnya
bagi daerah yang kesulitan mendapatkan sumber air . Beberapa sifat kualitas dari air
hujan adalah:
- Bersifat lunak karena tidak mengandung larutan garam dan zat-zat mineral
- Bersifat lebih bersih
- Dapat bersifat korosit, karena mengandung zat-zat yang terdapat di udara seperti
CO2 agresif, ataupun SO2, dan adanya SO2 yang tinggi udara jika bercampur dengan
air hujan akan menyeabkan terjadinya hujan asam (acid rain)
CO2 + air hujan → asam carbonat
S2O3 + air hujan → asam sulfat
6
Dari segi kuantitas, air hujan tergantung besar kecilnya curah hujan, sehingga bersifat
fluktuatif yang artinya tidak mampu mencukupi air baku. Begitupun jika dilihat dari segi
kontinuitasnya, air hujan tidak mampu menjadi sumber air baku secara terus menerus
jika musim kemarau.
Air Tanah
Perpipaan
1. Persyaratan Kualitatif. Menggambarkan mutu atau kualitas dari air baku air bersih.
Hal ini meliputi:
a. Syarat-syarat fisik. Air minum harus jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
berasa, dan suhu sebaiknya sama dengan suhu udara atau kurang lebih 350C,
atau 250C + 30C. Pada umumnya ada dua macam warna pada air yaitu apparent
color yang ditimbulkan karena adanya benda-benda zat tersuspensi dari bahan
organik, dan true color adalah warna yang ditimbulkan oleh zat-zat bukan zat
organik.
b. Syarat-syarat Kimia. Air tidak boleh mengandung bahan kimia dalam jumlah yang
melampaui ambang batas. Beberapa persyaratan kimia tersebut antara lain
9
pH. Hal ini penting karena mempengaruhi proses korosi, khususnya pada pH
<6.5 dan >9.5 mempercepat terjadinya korosi.
Total solid (zat padat total). Merupakan bahan yang tertinggal sebagai residu
pada penguapan dan pengeringan pada suhu 103 – 1050C
Zat Organik. Zat organik yang berlebihan akan menyebabkan bau yang tidak
sedap
CO2 agresif. Dapat merusak bangunan, perpipaan dalam distribusi air
Kesadahan total, adalah kesadahan yang disebabkan oleh adanya ionion Ca2
+ Mg2 secara bersamaan.
Kalsium (Ca). Nilai Ca > 200mg/l dapat menyebabkan korosi pada pipa
Besi dan Mangan. Menyebabkan air menjadi keruh dan dapat menghambat
proses desinfeksi
Tembaga (Cu). Pada kadar > 1 mg/l akan menyebabkan rasa tidak enak pada
indera pengecap dan dapat menyebabkan kerusakan hati
Seng( Zn). Kadar > 5 mg/l dapat menyebabkan rasa pahit
Chlorida (Cl). Kadar > 250 mg/l akanmenyebabkan rjasa asin dan bersifat
korosit pada logam
Nitrit. Dapat menyebabkan methamoglobinemia khususnya pada bayi
Fluorida (F). Kadar F < 1 mh/l meneyebabkan kerusakan (carries) pada gigi.
Logam-logam berat (Pb, As, Se, Cd, Cr. Hg. CN). Keberadaannya dapat
mempengaruhi jaringan syaraf, pencernaan, dan kanker
c. Syarat-syarat bakteriologis. Air tidak boleh mengandung kuman patogen dan
parasit seperti virus typhus, kolera, dll.
d. Syarat radiologis. Tidak boleh mengandung zat yang menghasilkan bahan-
bahan yang mengandung radiokatif seperti sinar alfa, beta dan gamma.
2. Persyaratan kuantitatif. Ditinjau dari banyaknya air baky yang tersedia. Artinya air
tersebut mampu memenuhi kebutuhan sesuai dengan jumlah penduduk yang
dilayaninya
1. Rumah Tangga
Pemerintah Indonesia telah menyusun program pelayanan air bersih sesuai dengan
kategori daerah yang dikelompokkan berdasarkan jumlah penduduk.
13
1 Sekolah 10 liter/hari
5 Kantor (1 - 2) m3/unit/hari
6 Toko (1 - 2) m3/unit/hari
7 Rumah Makan 1 m3/unit/hari
8 Hotel/Losmen (100 - 150) m3/unit/hari
Kehilangan Air
Kehilangan air merupakan banyaknya air yang hilang. Hilang yang diperlukan bagi
penjagaan tujuan penyediaan air bersih, yaitu tercukupinya kualitas, kuantitas, dan
kontinuitasnya dan yang disebabkan aktivitas penggunaan dan pengolahan air.
Kehilangan ini ditentukan dengan mengalikan faktor tertentu (15-20%) dengan angka
total produksi air.
Kehilangan air rencana memang dialokasikan khusus untuk kelancaran operasi dan
pemeliharaan fasilitas, faktor ketidaksempurnaan komponen fasilitas dan hal lain
yang direncanakan beban biaya.
Penggunaan air yang sifatnya insidentil, misalnya penggunaan air yang tidak
dialokasikan khusus, seperti pemadam kebakaran.
Perencanaan kebutuhan air bersih yang aman biasanya memperhitungkan kondisi pada
saat terjadinya kebutuhan maksimum (puncak). Untuk keamanan perencanaan jalur
transmisi dan instalasi pengolahan, digunakan faktor hari puncak, sedangkan untuk
keamanan rancangan reservoir dan distribusi, digunakan faktor jam puncak.
15
Untuk mendapatkan hasil perencanaan sistem penyediaan air bersih yang baik, yaitu
supply air tersedia setiap saat dengan debit dan tekanan yang cukup, serta kualitas
memenuhi syarat, maka diperlukan kriteria perencanaan agar sistem berikut dimensi
dan spesifikasi komponen sistem mempunyai kinerja yang baik. Kriteria perencanaan
yang digunakan berpedoman pada kriteria perencanaan dan petunjuk teknik bidang air
bersih. Secara umum kriteria perencanaan yang digunakan dalam perencanaan sistem
penyediaan air bersih ini meliputi hal-hal sebagai berikut:
2. Cakupan pelayanan atau banyaknya penduduk yang dilayani sistem air bersih.
4. Usaha pelayanan air bersih ke konsumen pada umumnya melalui 2 cara yaitu melalui
Sambungan Rumah (SR) dan Hydrant Umum (HU), dengan perbandingan berkisar
antara 50:50 atau 80:20 dimana faktor cost recovery merupakan faktor yang perlu
dipertimbangkan. Besarnya angka perbandingan tersebut ditetapkan berdasarkan
hasil survey dilapangan.
5. Kebutuhan dasar atau besarnya pemakaian air perhari, tergantung pada jenis
kawasan kota kecil, sedang dan metropolitan. Di daerah perkotaan, pemakaian air
untuk sambungan rumah adalah 100-120 l/org/hari sedangkan untuk hydrant umum
adalah 30 l/org/hari.
11. Pipa transmisi direncanakan untuk pengaliran air pada saat debit hari maksimum.
12. Pipa distribusi direncanakan untuk pengaliran air pada saat debit jam puncak.
13. Kapasitas reservoir pada umumnya berkisar antara 15-20% dari total produksi
(Qmax).
Untuk perhitungan hidrolis baik untuk pipa transmisi maupun distribusi, koefisien
kekasaran pipa (koefisien Hazen William) digunakan nilai sebagai berikut:
17. Pipa distribusi, pengaliran pada konsumen dengan menggunakan jaringan pipa
yang direncanakan dapat mengalirkan air dengan jumlah sesuai kebutuhan jam
puncak dengan waktu pengaliran sepanjang 24 jam.
18. Tekanan dan kecepatan pengaliran di dalam pipa, tekanan statis maksimum
sebesar 75 mka atau tergantung pada spesifikasi komponen sistem. Kecepatan
pengaliran 0,3-3 m/detik.
Kriteria perencanaan didasarkan pada pedoman perencanaan sektor air bersih yang
dikeluarkan oleh Direktorat Air Bersih PU – Cipta Karya.
1 Hidran Umum Tergantung dari hasil studi dan Tergantung dari hasil studi dan
kebijakan daerah yaitu berkisar kebijakan daerah yaitu berkisar antara
antara 20-40% daerah 50-100 jiwa/HU
pelayanan
2 Sambungan Tergantung dari hasil studi dan Tingkat pemakaian air berdasarkan
Rumah kebijakan daerah yaitu berkisar kategori kota yaitu :
antara 60-80% pelayanan
Metropolitan 190 l/org/hari
10 Jam operasi 24 24 24
18
Kebutuhan air dihitung berdasarkan kebutuhan untuk rumah tangga (domestik), non
domestik dan juga termasuk perhitungan atas kebocoran air. Analisis kebutuhan air
ini disesuaikan dengan hasil perhitungan proyeksi penduduk, prosentase penduduk
yang dilayani dan besarnya pemakaian air.
P = Po ( 1 + r )n
Kebutuhan air total dihitung berdasarkan jumlah pemakai air yang telah
diproyeksikan untuk 5-10 tahun mendatang dan kebuutuhan rata-rata setiap
pemakai setelah ditambahkan 20 % sebagai faktor kehilangan air (kebocoran)
a. Hitung kebutuhan air bersih dengan mengalikan jumlah jiwa yang akan
dilayani sesuai dengan perencanaan dikali kebutuhan air perorangan perhari
(q) dikali faktor hari maksimum (fmd = 1,05 s/d
1,15) Q = P x q
Qmd = Q x fmd
b. Hitung kebutuhan total air bersih dengan faktor kehilangan 20% dengan
persamaan :
Qt = Qmd x 100/80
c. Bandingkan dengan hasil pengukuran debit sumber air baku apakah dapat
mencukupi atau tidak, jika tidak cari alternatif sumber air baku lain.
b. Identifikasi Sumber Air Baku
Sistem pengolahan air yang dibangun harus dapat memproduksi air yang
memenuhi standar kualitas air bersih yang ditetapkan oleh Departemen
Kesehatan RI.
Sistem penyediaan air bersih yang dirancang merupakan sistem terpilih yang
diperoleh berdasarkan hasil pemilihan terhadap beberapa alternatif pilihan sistem.
Penentuan pilihan didasarkan pada penilaian berdasarkan aspek:
Teknis
Ekonomis
Lingkungan
Kehilangan air yang disebabkan kebocoran teknis dan non teknis diperkirakan
sebesar 20% dari kebutuhan total.
20
Contoh
Tentukan jumlah penduduk pada lima tahun berikutnya, jika pada saat ini jumlah penduduk
adalah 373 jiwa dengan pertumbuhan penduduk adalah 1,5% per tahun!
Jawab:
P = Po (1 + r)n
= 373 (1 + 0, 015)5
= 400 jiwa
Kebutuhan air bersih, Qmd = 400 jiwax 60l/jiwa/hr x 1,05
= 0,375 l/detik
1.6. Soal-soal latihan
1. Jelaskan pentingnya penyediaan air bersih bagi kehidupan manusia!
3. Sebutkan dan jelaskan pengertian dan syarat-syarat air bersih menurut Permenkes No 416
tahun 1990!
21
BAB II
HIDROLOGI
Hidrosfer adalah lapisan air yang ada di permukaan bumi. Kata hidrosfer
berasal dari kata hidros yang berarti air dan sphere yang berarti lapisan.
Hidrosfer di permukaan bumi meliputi danau, sungai, laut, lautan, salju atau
gletser, air tanah dan uap air yang terdapat di lapisan udara.
Hidrologi adalah suatu ilmu tentang kehadiran dan gerakan air di alam. Secara
khusus menurut SNI No. 1724-1989-F, hidrologi didefenisikan sebagai ilmu
yang mempelajari sistem kejadian air di atas, pada permukaan dan di dalam
tanah. Defenisi tersebut terbatas pada hidrologi rekayasa. Secara luas hidrologi
meliputi pula berbagai bentuk air, termasuk transformasi antara keadaan cair,
padat, dan gas dalam atmosfir, di atas dan di bawah permukaan tanah. Di
dalamnya tercakup pula air laut yang merupakan sumber dan penyimpanan air
yang mengaktifkan kehidupan di planet bumi ini.
Siklus hidrologi adalah suatu proses peredaran atau daur ulang air secara yang
berurutan secara terus-menerus. Pemanasan sinar matahari menjadi pengaruh
pada siklus hidrologi. Air di seluruh permukaan bumi akan menguap bila
terkena sinar matahari. Pada ketinggian tertentu ketika temperatur semakin
turun uap air akan mengalami kondensasi dan berubah menjadi titik-titik air dan
jatuh sebagai hujan. Siklus hidrologi dibedakan menjadi tiga, yaitu :
Siklus pendek. Dalam siklus pendek, air laut mengalami pemanasan dan
menguap menjadi uap air.Pada ketinggian tertentu uap air mengalami
kondensasi menjadi awan. Bila butir-butir embun air itu cukup jenuh dengan
uap air, hujan akan turun di atas permukaan laut.
Siklus sedang. Pada siklus sedang, uap air yang berasal dari lautan ditiup
oleh angin menuju ke daratan. Di daratan uap air membentuk awan yang
akhirnya jatuh sebagai hujan di atas daratan. Air hujan tersebut akan
22
Daur atau siklus hidrologi gerakan air laut ke udara, kemudian jatuh ke
permukaan tanah dan akhirnya mengalir ke laut kembali. Siklus peristiwa
tersebut sebenarnya tidaklah sesederhana yang kita bayangkan karena
Daur itu dapat berupa daur pendek, yaitu hujan yang segera dapat mengalir
kembali ke laut.
Tidak adanya keseragaman waktu yang diperlukan oleh suatu daur. Selama
musim kemarau kelihatannya daur seolah-olah berhenti, sedangkan dalam
musim hujan berjalan kembali.
Intensitas dan frekuensi daur tergantung kepada letak geografi dan
keadaan iklim suatu lokasi. Siklus ini berjalan karena sinar matahari. Posisi
matahari akan berubah-ubah setiap masa menurut meridiannya (meskipun
sebenarnya posisi bumi yang berubah).
Berbagai bagian daur dapat menjdi sangat kompleks, sehingga kita hanya
dapat mengamati bagian akhir saja terhadap suatu curah hujan di atas
permukaan tanah yang kemudian mencari jalannya untuk kembali ke laut.
Air hujan yang jatuh di atas permukaan tanah, sebagian kecil akan meresap
(absorbsi) di dalam tanah (infiltrasi), sedang yang lainnya akan menjadi
limpasan permukaan (surface run off). Air meresap ini ada yang keluar dan
kembali ke permukaan melalui mata air (interflow), tapi sebagian besar akan
tetap tersimpan dalam tanah (ground water). Air tanah ini umumnya
membutuhkan waktu yang realtif lama untuk dapat muncul kembali ke
permukaan, yang biasa disebut dengan limpasan air tanah. Semua bagian-
23
bagian air yang disebut di atas tadi pada akhirnya akan mengalir menuju
sungai, waduk, danau, ataupun laut.
Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus
hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air berevaporasi, kemudian
jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan batu, hujan es dan
salju (sleet), hujan gerimis atau kabut. Pada perjalanan menuju bumi beberapa
presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh yang
kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah
mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga cara
yang berbeda:
Dengan demikian ada empat macam proses dalam siklus hidrologi yang harus
dipelajari oleh para ahli hidrologi dan para ahli bangunan air, yaitu:
a. prespitasi
b. evaporasi
c. infiltrasi
Gambar 5
ini, dengan catatan beberapa sistem dapat saja lebih sederhana dan tidak
selengkap gambaran tersebut.
26
Untuk memahami proses di atas, perlu difahami bahwa neraca air selalu
membutuhkan perhitungan volume air yang dibuat pada setiap titik pengukuran
yang dapat diterapkan pada sistem berdasarkan pertimbangan. Biasanya
digunakan data dari hasil pembacaan meter air, namun dalam hal tidak
terdapat meter air maka suatu “perkiraan” berdasarkan data lain yang ada
hubungannya dan penerapan pengalaman (engineering judgement) dapat saja
dilakukan. Neraca air biasanya dihitung dalam kurun waktu tertentu, bisa
bulanan, setengah tahunan (semester) atau 12 bulanan yang pada dasarnya
mencerminkan rata-rata tahunan dari semua bagian/komponen.
27
Istilah input transmisi (transmission input) merujuk kepada volume tahunan air
terolah yang masuk ke sistem transmisi. Istilah input distribusi (distribution
input) merujuk kepada volume tahunan air terolah yang masuk ke sistem
distribusi. Istilah air yang dipasok (supplied water) merujuk kepada input
distribusi dikurangi air terolah yang diekspor (jika tidak mungkin untuk
memisahkan transmisi dari distribusi, air yang dipasok adalah input transmisi
dikurangi air terolah yang diekspor). Istilah volume input sistem (system input
volume) merujuk kepada volume tahunan yang masuk ke bagian SPAM yang
berhubungan dengan perhitungan neraca air.
Selanjutnya, kita dapat melihat matrik standar dari Neraca Air (Water Balance)
yang direkomendasikan oleh International Water Association (IWA), dan telah
dijadikan sebagai standar internasional.
28
Neraca air yang tersisa di permukaan bumi adalah air hujan, yang bermuara
danau, sungai, dan sungai dan dibawa kembali ke lautan, di mana siklus
dimulai lagi.” (Universty of Illinois WW2010 project).
2.3. Hujan
Proses pembentukan hujan terjadi karena penguapan air, terutama air dari
permukaan laut yang naik ke atmosfer, mendingin dan kemudian menyuling
dan jatuh sebagian di atas laut dan sebagian ai atas daratan, sebagian
31
Jika kita membicarakan data hujan, ada 5 buah unsur yang harus kita tinjau,
yaitu:
a. intensitas i, adalah laju curah hujan = tinggi air per satuan waktu, misalnya
mm/menit, mm/jam, mm/hari
b. lama waktu atau durasi t, adalah lamanya curah hujan terjadi dalam menit
atau jam.
32
c. tinggi hujan d, adalah banyaknya atau jumlah hujan yang dinyatakan dalam
ketebalan air di atas permukaan dasar, dalam mm.
2
e. luas, adalah luas geografis curah hujan A, dalam km .
Karakteristik Hujan
1. Durasi Hujan
Durasi hujan adalah lamanya kejadian hujan yang diperoleh dari hasil
pencatatan alat ukur hujan otomatis (dalam menitan, jam-jaman
ataupun harian).
- Talbot (1881)
- Sherman (1905)
- Inshiguro
- Mononobe
dimana:
a,b = konstanta
3. Waktu Konsentrasi
34
- Inlet time (t0) yakni waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir di
atas permukaan tanah menuju aluran drainase.
- Conduit time (td) yakni waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir
di sepanjang saluran drainase sampai ke titik kontrol yang diperlukan.
Data curah hujan yang tercatat diproses berdasarkan areal yang mendapatkan
hujan sehingga didapat tinggi curah hujan rata-rata dan kemudian
meramalkan besarnya curah hujan pada periode tertentu.
1. Metode Aritmatik
Cara mencari tinggi rata-rata curah hujan di dalam suatu daerah aliran
dengan cara arithmatic mean merupakan salah satu cara yang sangat
sederhana. Biasanya cara ini dipakai pada daerah yang datar dan banyak
stasiun curah hujannya, dengan anggapan bahwa di daerah tersebut sifat
curah hujannya adalah sama rata (uniform distribution). Tinggi rata-rata curah
35
Dimana:
Gambar 7
Hasil perhitungan yang diperoleh dengan cara aritmatik ini hampir sama
dengan cara lain apabila jumlah stasiun pengamatan cukup banyak dan
tersebar merata di seluruh wilayah. Keuntungan perhitungan dengan cara
ini adalah lebih obyektif.
Keterangan:
2
A = Luas areal (km )
Gambar 8
Metode poligon Thiessen ini akan memberikan hasil yang lebih teliti
daripada cara aritmatik, akan tetapi penentuan stasiun pengamatan dan
pemilihan ketingggian akan mempengaruhi ketelitian hasil. Metode ini
termasuk memadai untuk menentukan curah hujan suatu wilayah, tetapi
hasil yang baik akan ditentukan oleh sejauh mana penempatan stasiun
pengamatan hujan mampu mewakili daerah pengamatan.
Metode ini dipandang lebih baik tetapi bersifat subyektif dan tergantung
pada keahlian, pengalaman dan pengetahuan pemakai terhadap sifat
curah hujan di wilayah setempat. Perhitungan dilakukan dengan
menghitung luas wilayah yang dibatasi garis isohyet dengan planimeter.
Curah hujan wilayah dihitung berdasarkan jumlah perkalian antara luas
masing-masing bagian isohyet (Ai) dengan curah hujan dari setiap wilayah
yang bersangkutan (Ri) kemudian dibagi luas total daerah tangkapan air
(A). Secara matematik persamaan tersebut sebagai berikut :
38
A A ..... A
1 2 n
dimana :
Gambar 9
Ini adalah cara yang paling teliti untuk mendapatkan hujan areal rata-rata,
tetapi memerlukan jaringan stasiun penakar yang relatif lebih padat yang
memungkinkan untuk membuat garis-garis Isohyet. Pada waktu menggambar
garis-garis Isohyet sebaiknya juga memperhatikan pengaruh bukit atau gunung
terhadap distribusi hujan.
Soal-soal latihan
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan siklus hidrogi dan jelaskan
tahapan-tahapannya!
2. Apa yang dimaksud dengan neraca air dan apa fungsi penggunaan
neraca air?
3. Dalam menentukan curah hujan areal, metode manakah yang
paling efektif, dan apa alasannya?
39
BAB III
JARINGAN AIR BERSIH PADA GEDUNG BERTINGKAT
Jenis penyediaan air minum didalam bangunan gedung ada 2 (dua), yaitu :
Penyediaan air minum dingin, dan Penyediaan air minum panas.
40
Sistem penyediaan air minum dingin dalam suatu bangunan gedung ada 3
(tiga) sistem, yaitu :
Karena terbatasnya tekanan air di pipa distribusi PDAM, maka sistem ini
hanya bisa untuk bangunan kecil atau bangunan rumah sampai dengan 2
(dua) lantai.
Pada umumnya sumber air yang digunakan pada sistem ini adalah, air
yang berasal dari pipa cabang sistem penyediaan air minum secara kolektif
(dalam hal ini pipa cabang distribusi PDAM). Untuk lebih jelasnya sistem ini
dapat dilihat pada gambar
Biasanya sistem ini digunakan bila air yang akan masuk kedalam bangunan,
pengalirannya menggunakan pompa. Prinsip kerja sistem ini dapat dijelaskan
sebagai berikut : Air dari sumur atau yang telah ditampung dalam tangki
bawah dipompakan ke dalam suatu bejana (tangki) tertutup, sehingga air yang
ada didalam tangki tertutup tersebut dalam keadaan terkompresi. Air dari
tangki tertutup tersebut dialirkan ke dalam sistem distribusi bangunan.
Pompa bekerja secara otomatis yang diatur oleh suatu detektor tekanan, yang
menutup/membuka saklar motor listrik penggerak pompa. Pompa berhenti
bekerja kalau tekanan dalam tangki telah mencapai suatu batas maksimum
yang ditetapkan, dan bekerja kembali setelah tekanan dalam tangki mencapai
suatu batas minimum yang ditetapkan. Daerah fluktuasi tekanan biasanya
2 2
ditetapkan antara 1,00 kg/cm sampai 1,50 kg/cm . Pada
41
umumnya sumber air yang digunakan pada sistem ini adalah, air yang berasal
dari reservoir bawah (yang sumbernya bisa dari PDAM atau dari sumur atau
dari PDAM dan sumur) atau langsung dari sumur (air tanah). Untuk lebih
jelasnya sistem ini dapat dilihat pada gambar.
Dalam sistem ini, air ditampung terlebih dahulu pada tangki bawah, lalu
dipompakan ke tangki atas. Tangki atas dapat berupa tangki yang disimpan
diatas atap atau dibangunan yang tertinggi, dan bisa juga berupa menara
air.
Pada umumnya sumber air yang digunakan pada sistem ini adalah, air yang
berasal dari reservoir bawah (yang sumbernya bisa dari PDAM atau dari
sumur atau dari PDAM dan sumur) atau langsung dari sumur (air tanah).
Untuk lebih jelasnya sistem ini dapat dilihat pada gambar di bawah.
42
a. Syarat kualitas
b. Syarat kuantitas
c. Syarat tekanan
a. Syarat kualitas
Air minum yang masuk kedalam bangunan atau masuk kedalam sistem
plambing air minum, harus memenuhi syarat kualitan air minum, yaitu
syarat fisik, syarat kimiawi, dan syarat bakteriologi, yang sesuai dengan
peraturan pemerintah, dalam hal ini Departmen Kesehatan.
b. Syarat kuantitas :
Air minum yang masuk kedalam bangunan atau masuk kedalam sistem
plambing air minum, harus memenuhi syarat kuantitas air minum, yaitu
kapasitas air minum harus mencukupi berbagai kebutuhan air minum
46
Contoh perhitungan :
Dari tabel didapat jumlah Unit Beban Alat Plambing (UBAP) sebagai berikut:
Unit
membandingkan alat plambing tersebut dengan alat plambing yang memakai air dalam debit yang
sama. Beban yang tercantum dalam Tabel adalah untuk seluruh kebutuhan.
Alat plambing yang dilengkapi dengan air panas dan air dingin mempunyai
beban masing-masing sebesar ¾ dari beban yang tercantum dalam Tabel
49
gambar . grafik hubungan antara kebutuhan air minum dengan unit beban alat
plambing
50
c. Syarat tekanan
2
o Untuk Perumahan dan hotel antara 2,5 kg/cm atau 25 meter kolom
2
air (mka) sampai 3,5 kg/cm atau 35 meter kolom air (mka)
2
o Untuk Perkantoran 4,0 kg/cm atau 40 meter kolom air (mka)
2
sampai 5,0 kg/cm atau 50 meter kolom air (mka)
1) 2)
Catatan :
Tekanan Minimum yang dibutuhkan katup gelontor untuk kloset dan urinal yang
dimuat dalam tabel ini adalah tekanan statik pada waktu air mengalir, dan tekanan
2
maksimalnya adalah 4 kg/cm
3)Untuk keran dengan katup yang menutup secara otomatis, kalau tekanan airnya kurang dari yang
minimum dibutuhkan maka katup tidak akan dapat menutup dengan rapat, sehingga air masih akan
menetes dari keran.
4)
Untuk pemanas air langsung dengan bahan bakar gas, tekanan minimum
1) Sumber air
2) Pompa air
4) Tangki air
Sumber air
Sumber air untuk sistem penyedian air minum suatu bangunan gedung ada 2
(dua) macam yaitu : secara individu dan secara kolektif
- Secara individu, adalah sistem penyediaan air minum yang sumber airnya
diambil secara perorangan atau rumah tangga/bangunan.
Sistem penyediaan air minum dengan sumber air secara individu dapat dijelaskan sebagai berikut : Air
dari sumber air yang ada didalam tanah melalui
sumur diangkat kepermukaan tanah dengan menggunakan timba/pompa,
lalu air tersebut digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Ada juga air dari
sumber air yang ada didalam tanah melalui sumur di pompa langsung
ke alat-alat plambing atau di pompa ke menara air, lalu air dari menara air
dialirkan secara gravitasi ke alat-alat plambing. Ada juga yang
menggunakan sumber air dari mata air atau dari air permukaan (sungai atau
kolam).
- Secara kolektif , adalah sistem penyediaan air minum yang sumber airnya
diambil secara bersama-sama atau kolektif yang diselenggarakan oleh
suatu badan atau perusahaan, yang pada umumnya badan atau
perusahaan yang menyelenggarakannya adalah Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM). Sistem yang digunakan untuk mendistribusikan airnya
menggunakan sarana perpipaan. Oleh karena itu sistem ini juga
54
air (mka), dan pada ujung pipa distribusi minimal 10 meter kolom air (mka).
Dari pipa distribusi air dialirkan ke bangunan gedung, bisa secara langsung
keperalatan plambing, bisa juga secara tidak langsung (menggunakan
menara air).
Air dari sistem penyediaan air minum kota (PDAM) pada umumnya
kualitasnya sudah memenuhi persyaratan kualitas air minum, kalau air dari
sumber air individu, ada yang sudah memenuhi syarat kualitas air minum
ada juga yang belum memenuhi. Kalau belum memenuhi syarat kualitas air
minum, maka air tersebut harus diolah terlebih dahulu agar memenuhi
persyaratan air minum, sebelum masuk ke dalam sistem plambing
bangunan gedung.
Pompa air
Pompa air adalah suatu alat untuk menaikan air dari level yang rendah ke
level yang lebih tinggi. Dilihat dari jenisnya dapat dibedakan menjadi 2 (dua),
yaitu pompa hisap dan pompa hisap-tekan. Pompa hisap hanya menaikan air
dari level dibawah pompa kelevel sama dengan level pompa. Pompa hisap-
tekan menaikan air dari level dibawah pompa ke level diatas
55
pompa.
a. Pompa tangan
Pipa hisap yang tegak harus dipasang tegak lurus, dan pipa hisap yang
mendatar harus dipasang agak miring ke atas kearah pompa agar udara
tidak terjebak pada pipa hisap. Pada pipa hisap, udara tidak boleh masuk
kedalam pipa, oleh karena itu pada pipa hisap sedapat mungkin jangan
terlalu banyak sambungan. Karena pada sambungan tersebut udara
mudah masuk
66
Air yang mengalir dalam pipa, mengalir dibawah tekanan (under pressure)
atau disebut juga air mengalir dengan tekanan, yaitu air mengalir dalam
pipa dalam kondisi pipa terisi penuh oleh air, jadi tidak ada udara didalam
pipa. Oleh karena itu air bisa mengalir kebawah, keatas, atau kesamping.
Jadi pipa dapat dipasang tegak, miring keatas, miring kebawah, atau
mendatar. Pada waktu air mengalir dalam pipa, akan timbul gesrekan-
gesrekan antar molekul air dan gesrekan-gesrekan antara air dengan
dinding pipa, hal ini mengakibatkan timbulnya kehilangan tekanan (head
loss) pada waktu air mengalir didalam pipa. Besarnya kehilangna tekan
dalam pipa tergantung dari :
a. Pipa yang terbuat dari bahan yang kuat menahan tekanan air
b. Tidak mudah berkarat
c. Tidak mudah bocor
d. Tidak merubah kualitas air dalam pipa
e. Tidak berubah kualitasnya oleh cuaca (terutama kalau pipa dipasang
diluar bangunan gedung).
f. Peralatan (assesories) pipa harus terbuat dari bahan yang sama dengan
bahan pipa yang akan dipasang. Peralatan pipa diantaranya terdiri dari :
soket, knie, tee, reduser, croos, valve, dan Dop.
Pada umumnya garis tengan pipa air minum bergaris tengan kecil, oleh
karena itu pipa air minum dapat dipasang dengan cara menanam pipa
dalam dinding bangunan.
73
Garis tengan pipa air minum yang ada adalah : ½” , ¾” , 1”, 1 ¼ “, 1 ½ “, 2”, 2
½ “, 3”, 4”, 6”, 8” 10”. Pada umunya yang dipergunakan, yang bergaris tengan
½ “ sampai dengan 1 ¼ “ untuk rumah tinggal. Sebelum menghitung besarnya
garis tengah pipa dan menentukan perletakan peralatang pipa perlu dibuat dulu
gambar isometri. Untuk menentukan garistengah pipa dapat digunakan Tabel di
bawah
Ukuran
m in
1 Bak mandi 1 ½
2 Gabungan bak cuci dan dulang cuci 1 ½
3 Pancuran air minum 1 ½
4 Mesin cuci piring untuk rumah tangga 1 ½
5 Bak cuci dapur untuk rumah tangga 1 ½
6 Bak cuci dapur komersiil 2 ¾
7 Bak cuci tangan 1 ½
8 Bak cuci pakaian (1,2 atau 3 bagian) 1 ½
9 Dus (untuk tiap dus) 1 ½
1 Bak cuci (service slop) 1 ½
1 Bak cuci (jenis bibir penggelontor) 2 ¾
1 Peturasan (katup glontor ¾ “) 2 ¾
1 Peturasan (katup glontor 1 ”) 2 1
1 Peturasan tangki glontor 1 ½
1 Kakus (tangki glontor) 1 ½
1 Kakus (katup glontor) 2 1
1 Kran untuk penyembung slang 1 ½
1 Hidran dinding 1 ½
Ket.
2 5
1. Bak mandi
2. Kakus (katup gelontor)
F E 3. Bak cuci dapur untuk rumah
tangga
4. Kakus (tangki gelontor)
2 5. Pancuran air minum
G 4 6
6. Bak cuci tangan
Dari Tabel diperoleh garis tengah pipa yang berhubungan dengan alat plambing air
minum adalah sebagai berikut :
Dari data tersebut dapat dihitung garis tengah pipa dengan menggunakan
Tabel, sebagai berikut :
80
Pipa A – B :
Garis tengah pipa sama dengan pipa ke bak mandi yaitu pipa dengan garis tengah
d pipa = ½ inch.
Pipa B – C :
+
Total 2
Dari tabel diperoleh d pipa B – C adalah ¾ inch (number of ½ inch. Pipes with
same capacity) sebesar 2,9
Jadi d pipa B – C adalah ¾ inch
Pipa C – D
Dari tabel diperoleh d pipa C – D adalah ¾ inch (number of ½ inch. Pipes with
same capacity) sebesar 2,9 (antara angka 2,9 dan angka 3 perbedaannya kecil
sekali)
Jadi d pipa C – D adalah ¾ inch
81
Pipa D – H
Pipa D – H sama bebannya dengan pipa C – D. Jadi d pipa D–H
adalah ¾ inch
Pipa E – F
d pipa sama dengan pipa ke Pancuran air minum yaitu pipa dengan d pipa ½ inch.
Jadi d pipa E – F ½ inch
Pipa F – G
Beban pipa F – G adalah :
- Pancuran air minum d pipa ½ inci, dari tabel didapat harga 1
- Kakus (katup gelontor) pipa 1 inci, dari tabel didapat harga 6,2
Total 7,2
Dari tabel diperoleh d pipa F – G adalah 1¼ inch (number of ½ inch. Pipes with
same capacity) sebesar 10,9
Pipa I – J
d pipa sama dengan pipa ke bak cuci tangan yaitu pipa dengan d pipa ½ inch.
Total 2
Dari tabel diperoleh d pipa J – K adalah ¾ inch (number of ½ inch. Pipes with
Pipa K – G
Beban pipa K – G adalah :
Dari tabel diperoleh d pipa K – G adalah 1¼ inch (number of ½ inch. Pipes with
same capacity) sebesar 10,2
Pipa G – H
Beban pipa G – H adalah :
Dari tabel 6 diperoleh d pipa G – H adalah 1½ inch (number of ½ inch. Pipes with
same capacity) sebesar 17,4
Pipa H – L
Dari tabel diperoleh d pipa H – L adalah 1½ inch (number of ½ inch. Pipes with
same capacity) sebesar 17,4 (antara angka 18,4 dan angka 17,4 perbedaannya
kecil sekali)
Jadi d pipa H – L adalah 1½ inch
Pipa L – P
Pipa L – P sama bebannya dengan pipa H – L. Jadi d pipa L – P adalah 1½ inch
Tangki air
Tangki air biasa disebut juga reservoir, berfungsi sebagai tempat menyimpan air
minum sementara. Tangki air bisa diletakan dibawah atau diatas tanah (ground
reservoir), pada atap bangunan atau bangunan yang tertinggi, dan pada
menara air. Sebaiknya tangki bawah untuk bangunan gedung tidak diletakan
didalam tanah (ditanam), tetapi diletakan diatas tanah dengan ketinggian sekitar
45 cm sampai 60 cm diatas tanah, agar tidak mudah terkotori, dan mudah untuk
pemeliharaan.
84
Dalam pemasangan tangki air diperlukan ruang bebas yang cukup sekeliling
tangki untuk pemeriksaan dan perawatan, seperti : disebelah atas, disebelah
dinding, dan di bawah dasar reservoir, agar supaya dapat dilakukan pemeriksaan
dan perawatan dengan baik. Ruang bebas tersebut sekurang-kurangnya 45 cm,
tetapi lebih baik dibuat sekitar 60 cm agar mamudahkan pengecatan dinding luar
tangki. Pada tangki air harus dilengkapi perlengkapan sebagai berikut :
Kalau di bawah lantai ini ada bak penampung air kotor atau air buangan, maka
jarak dengan tangki air tersebut di atas tidak boleh kurang dari 5 m.
86
Didalam tangki air tidak boleh ada air mati, jadi air yang masuk duluan harus
keluar duluan (antri). Kedalam tangki air tidak boleh ada binatang atau serangga
yang masuk, oleh karena itu lubang ventilasi harus ditutup oleh bahan yang tidak
bisa ditembus serangga, tetapi udara bisa masuk (biasanya bahan
88
Contoh perhitungan
Untuk menentukan tinggi tangki atas air atau menara air, diperlukan data-data
diantaranya adalah :
Contoh perhitungan
Misalnya tinggi statis peralatan plambing dalam hal ini dari jenis water heater
setinggi 5.00 meter. Kehilangan tekanan air pada pipa diperhitungkan 1,50
meter . Sisa tekanan pada water heater 7,00 meter (lihat Tabel tekanan yang
dibutuhkan alat plambing).
- Tinggi tangki atas air (menara air) + = Tinggi statis peralatan plambing
Kehilangan tekanan pada pipa +Sisa tekanan pada peralatan
plambing.
Yang disebut tinggi menara air, adalah jarak vertikal antara permukaan tanah
setempat dengan dasar tangki air.
Keterangan :
WH = Water Heater (pemanas` air)
Gambar. Sistem pipa pengisi ke atas (tangki air panas dipasang di atap)
94
BAB IV
LIMBAH RUMAH TANGGA
Limbah adalah bahan buangan (bahan yang sudah tidak terpakai). Limbah terdiri
dari limbah padat dan limbah cair. Limbah dibedakan atas 2 jenis, yaitu
Skema. Hubungan antara timbunan sampah, jumlah penduduk, Dan lahan dengan perkembangan
waktu
Dari grafik di atas, terlihat dengan jelas bahwa denngan perkembangan waktu
yang senantiasa diiringi dengan pertmbahan penduduk; maka otomatis jumlah
timbulan sampah semakin meningkat, sementara lahan yang ada tetap.
Lahan yang tersedia akan terus berkurang akibat penggunaan yang lain,
misalnya: untuk perumahan, fasilitas umum, dll.
96
Pemukiman
Perdagangan
Industri
Institusi
Rumah sakit
Pertanian, peternakan, perkebunan
Tempat umum
Sarana transportasi
Water and waste water treatment plant
Rubbish (sampah kering). Sampah dari bahan anorganik dan organik yang
sebagian besar atau seluruh bahannya tidak dapt membusuk
Contoh: logam, kertas, plastik,kaca,dll.
97
Dush dan ash. Sampah dari bahan organik dan anorganik yang merupakan
partikel kecil kecil yang mudah terbawa angin dan membahayakn
pernafasan dan mata
Contoh: Abu dan debu.
Pada sistem ini, sampah yang ada dimasukkan ke dalam wadah yang
bergantung dari tingkat sosial-ekonomi penduduk.
2. Sub-sistem Pengumpulan
Pada sistem ini, penggunaan jenis atau cara pengumpulan bergantung dari
daerah pelayanan, tingkat sosial ekonomi, saran prasarana yang dilayani
99
Kelemahan dari sistem ini dari segi waktu yang tidak efisien, karena
hanya menggunakan satu container, sehingga kemudian sistem ini
dikembangkan menjadi Exchange Container Mode
Sistem ini relatif efektif dalam masalah waktu, namun relatif mahal.
3.
102
Pada sub sistem ini dibahas tentang pemindahan (transfer depo atau transfer
station) dimana fungsinya adalah sebagi tempat penampungan sementra
(TPS). Jenis transfer depo ditinjau dari segi pemuatannya
1. Direct discharge
Sistem ini relatif murah. Terdiri dari tiga jenis tipe, yaitu tipe besar, menengah
dan kecil. Dan jenis ini sering diterpkan di Indonesia.
2. Indirect discharge
103
1. Open dumping
Adalah TPA, dimana sampah yang dibuang diletakkan di atas tanah kosong.
Cara ini tidak dianjurkan untuk digunakan karena sampah yang dibuang
dibiarkan terbuka.
Adalah TPA, dimana sampah yang dibuang diletakkan di atas lubang yang
dibuat dengan traktor, lalu sampah yang ada ditutup oleh lapisan tanah
yang penutupnya dilakukan setiap hari sehingga terbentuk sel-sel
dalamnya
1. Pemilahan
Cara ini membutuhkan teknologi tinggi. Banyak diterapkan pada negara-
negara maju. Untuk penerapan di negara berkembang, pemilihan dilakukan
oleh manusia (pemulung)
2. Pengolahan
Yaitu recycle, reuse dan recovery. Recycle adalah proses pengolahan yang
dilakukan dengan merubah bentuk material sampah secara fisik sehingga
menjadi barang baru yang berguna. Sementara reuse adalah mengembalikan
bkarang yang sudah menjadi sampah menjadi barang berguna tanpa
merubah identitasnya. Sedangkan recovery adalah memanfaatkan sampah
sebagai bahan bakar, seperti memanfaatkan energi yang tersimpan daam
sampah untuk jadi energi listrik
B. Aspek organisasi
C. Aspek pembiayaan
Biasa dengan cara pengadaan retribusi.
D. Aspek pengaturan
Diwujudkan dalam bentuk peraturan pemerintah pusat maupun daerah.
Sistem terpusat atau disebut juga “off site system” adalah sistem
pembuangan air kotor dari tiap-tiap rumah/bangunan gedung,
dialirkan/dibuang bersama-sama dengan menggunakan sistem perpipaan
(disebut sistem rioolering) ke unit pengolahan air kotor untuk suatu kawasan
atau kota.
Air hujan dari bangunan gedung air hujan bisa dalirkan dengan 3 (tiga) cara,
yaitu :
1) Air hujan dari atap bangunan dijatuhkan langsung ke tanah, tidak melalui
talang atap.
2) Air hujan dari atap bangunan dialirkan melalui talang atap, lalu ke talang
tegak, lalu ke saluran air hujan dihalaman gedung, dan akhirnya dialirkan ke
saluran drainase kota.
107
3) Air hujan dari atap bangunan dialirkan melalui talang atap, lalu ke talang
tegak, lalu ke saluran air hujan dihalaman gedung, dan akhirnya dialirkan ke
sumur resapan.
Dari ketiganya, sistem yang baik adalah sistem no 1, dan no 3, hal ini
dikarenakan air hujan akan lebih banyak meresap kedalam tanah, sehingga
ketersediaan air tanah cukup terjamin dan jumlah aliran permukaan akan
sangat sedikit sekali, sehingga akan mengurangi genangan air (banjir akibat
air hujan).
1. Sistem Gravitasi
Air buangan mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih
rendah secara gravitasi ke saluran umum yang letaknya lebih rendah. Air yang
mengalir melalui pipa dari atap dan balkon menuju lantai dasar dan dialirkan
langsung ke saluran kota
108
109
Pipa air hujan berfungsi untuk mengalirkan air hujan dari atap menuju riol
bangunan. Bahan yang dipakai adalah PVC klas 10 bar.
3. Roof Drain
Bagian -bagian yang penting dalam sistem plambing air kotor diantaranya
adalah sebagai berikut:
sebagai berikut : “Air kotor yang dibuang malalui alat-alat saniter, dialirkan
melalui pipa pembuangan air kotor ke tempat pengolahan air kotor (septic
tank atau unit pengolahan air kotor melalui riool kota)”.
Pada umumnya air kotor mengalir secara gravitasi, penggunaan pompa hanya
untuk memompa air kotor dari bak penampung air kotor yang berlokasi di
bagian bawah bangunan (basement) ke unit pengolahan air kotor. Sarana
pengaliran air kotor pada umumnya berupa perpipaan. Bahan pipa yang
digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Nama-nama perpipaan yang ada dalam sistem plambing air kotor diantaranya
adalah :
Pipa cabang mendatar. Adalah pipa pembuangan mendatar yang
menghubungkan pipa pembuangan alat plambing dengan pipa
tegak air buangan. Berfungsi untuk mengalirkan air kotor dari alat plambing
ke pipa tegak air kotor.Dalam sistem plambing air kotor, sistem
pembuangan harus mampu mengalirkan air buangan dengan cepat, dan
biasanya air buangan mengandung bagian-bagian padat.Oleh karena itu
pipa pembuangan cabang mendatar harus mempunyai ukuran dan
kemiringan yang cukup, sesuai dengan banyaknya dan jenis air buangan
yang harus dialirkan. Pada umumnya kemiringan pipa pembuangan
cabang mendatar sebesar 2 %.
Pipa tegak. Adalah pipa pembuangan air kotor yang menghubungkan pipa
cabang mendatar dengan pipa saluran pembuangan gedung.
Saluran pembuangan gedung adalah bagian jaringan pipa terendah dari
sistem pembuangan air kotor yang menerima air kotor dari seluruh jaringan
pipa air kotor, dan menyalurkannya ke tempat pengolahan air kotor.
Kemiringan saluran pembuangan gedung sebesar (0,50 – 4) %.
112
– Penangkap yang sesuai harus dipasang sedekat mungkin dengan alat plambing
yang di layaninya, dengan maksud agar pipa pembuangan yang mungkin
mengalami gangguan sependek mungkin.
Jenis penangkap
- Penangkap lemak
116
- Penangkap pasir
Digunakan pada tempat cuci kaki di kolam renang atau tempat mandi di
pantai, dimana air buangannya mengandung tanah atau pasir. Penangkap
pasir atau tanah ini juga dipasang pada saluran terbuka air hujan di luar
gedung. Prinsip kerjanya adalah mengendapkan tanah atau pasir, karena itu
mulut dari pipa pembuangan dari penangkap terletak di muka air dalam
penangkap seperti konstruksi ‘over – flow’.
3. Pipa ven. Adalah pipa yang dipasang untuk sirkulasi udara ke seluruh
bagian sistem pembuangan air kotor, dan mencegah terjadinya kerja sifon
dan tekanan balik pada perangkap. Terutama untuk bangunan dengan
jumlah 2 lanati atau lebih.
118
Pipa air kotor, bekas, dan kotoran keluar dari perlengkapan saniter
menggunakan pipa tegak agar air buangan dapat mudah berjalan/mengalir
oleh adanya gravitasi bumi. Beberapa pipa dari perlengkapan saniter tersebut
digabungkan menjadi satu pada pipa vertikal utama. Tetapi untuk sampai ke
pipa vertikal utama tersebut tentu dihubungkan dengan pipa horizontal.
Garis tengah pipa air kotor pada umumnya lebih besar dari garis tengah pipa
air minum, untuk garis tengah air kotor yang terkacil adalah 2 inci, bila tidak
mengangkut faeses. Untuk pipa yang bersal dari 1(satu) kloset (wc), diameter
pipa terkecil adalah 3 inci. Oleh karena itu pemasangan pipa air kotor tidak
dapat ditanam didalam dinding, tetapi harus diluar dinding, agar tidak terlihat
perlu ditutup oleh penutup yang serasi dengan kondisi dinding yang
bersangkutan. Bisa juga pipa mendatar diletakan pada lokasi antara lantai
atas dengan plafon. Dan pipa tegak
119
Dalam skala besar, pipa dapat disebut Riol. Riol (riool) adalah pipa yang
digunakan untuk menyalurkan air limbah. Sistem yang digunakan di indonesia
adalah sistem terpisah, oleh karena itu riol (riool) hanya digunakan untuk
mengalirkan air kotor. Riol sendiri terdiri atas 2 jenis yaitu :
Riol Gedung. Adalah bagian dari sistem pembuangan air kotor yang
membentang dari ujung saluran pembuangan gedung dan menyalurkan
buangannya ke saluran pembuangan kota, pribadi, atau tempat
pembuangan lainnya yang dibenarkan.
Riol (riool) kota. Adalah jaringan saluran pembuangan air kotor di kota, yang
menghubungkan saluran riol gedung dengan unit pengolahan air kotor kota.
Karena di Indonesia sistem pengaliran air kotor dengan sistem pengaliran air
hujan terpisah. Oleh karena itu fungsi dari riol kota hanya untuk mengalirkan
air kotor, lebih spesifik lagi air kotor rumah tangga atau limbah cair rumah
tangga.
120
Pipa saluran air limbah menjadi satu kesatuan dalam jaringan pipa air limbah
yang semuanya tertanam di bawah permukaan tanah
Dimensi pipanya besar, karena disamping sebagai tempat penyaluran air
limbah, pipa harus mampu menampung air gelontor dan pada daerha tertentu
pipa dapat memiliki fasilitas jalan inspeksi sehingga petugas dapat berjalan
melakukan pemeriksaan di sepanjang pipa
Pada tempat-tempat pertemuan piapa harus ada bak kontrol.
Bentuk pipa yang digunakan dalam penyaluran air limbah dapat berupa
lingkaran, ellips, bulat telur dan tapal kuda, sedanngkan jenis bahan pipa yang
121
digunakan biasanya terbuat dari galvanis iron pipe (GIP), baja tuang, keramik,
tanah liat, beton cor dan PVC
122
123
Pada penjelasan sebelumnya dijelaskan bahwa air limbah yang akan masuk
pipa harus digelontor air bersih yang besar sama atau lebih besar dari air
limbahnya :
- Perhitungan berdasar debit air minum/bersih rata-rata (1 l/det untuk 1000 org)
Contoh :
Jumlah orang yang buang air limbah : 2000 orang
Perbandingan air limbah :air gelontor : 1 : 1,25
q air bersih rata-rata, qr : 2000/1000 = 2 l/det
q air bersih pada jam puncak, qp : 2,5 x 2 = 5 l/det
debit air limbah domestik adalah 0,6 s/d 0,75 dari debit air bersih saat jam puncak
q air limbah domestik ; 0,75 x 5 = 3,5 l/det
q air gelontor : 1,25 x 3,5 = 4,375 l/det
q air limbah yang masuk pipa = 7,875 l/det
11,25 l/det
125
BAB V
PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH TANGGA
Pengolahan limbah cair dengan sistem setempat (on site) adalah suatu
sistem pengolahan limbah cair yang berada di dalam persil (batas tanah yang
dimiliki) atau pada titik di mana limbah tersebut timbul.
b. Septicktank
Berfungsi untuk menampung tinja, urine dan air gelontoran sekaligus
mematikan bakteri aerob dan anaerob. Konstruksi dapat dibuat dari
pasangan batu bata, spesi campuran 1semen : 3pasir atau Beton,
campuran 1semen : 2 pasir : 3 kerikil Volume konstruksi tergantung dari
jumlah pemakai, dapat dihitung dengan pendekatan berikut :
1) Dimensi ditentukan oleh jumlah pemakai yang membebani septicktank
2) Jumlah air kotor perkapita = 25lh/hari/orang
3) Waktu tinggal di dalam tangki septick, T= 3 hari
4) Gerakan air limbah di dalam tangki septik adalah:
Pada saat masuk dan keluar tangki septik gerakannya adalah
vertikal.
Pada saat berada di dalam tangki septick gerakannya adalah
horizontal. Gerakan aliran ini menjadi penting karena merupakan
gerakan proses dan pembusukan/perombakan/penguraian air
limbah selama 3 hari sehingga diusahakan gerakannya mengikuti
bagian yang terpanjang dari septicktank
5) Dimensi septicktank:
a. Dalam minimum, h = 1.50 m
b. Panjang minimum, l = 1.00 m
c. Lebar minimum, b = 0.75 m
d. Perbandingan panjang (l):lebar (b) = 3 : 2
e. Tangki air dalam tangki sekurang-kurangnya 1,00 m dan
kedalaman maksimum 2,10 m.
f. Tinggi tangki septik adalah tinggi air dalam tangki, ditambah
dengan ruang bebas air sebesar (0,20 – 0,40) m dan ruang
penyimpanan lumpur.
6) Dasar tangki dapat dibuat horizontal atau dengan kemiringan tertentu
untuk memudahkan pengurasan lumpur.
7) Dinding tangki septik harus dibuat tegak
8) Tangki septik ukuran kecil yang hanya melayani satu keluarga dapat
berbentuk bulat dengan diameter sekurang-kurangnya 1,20 m dan
129
Tangki septik
Cubluk
Kriteria desain yang digunakan:
C. Jamban
Terdapat pipa ventilasi (vent) yang 0,5 m lebih tinggi dari atap
d. Peresapan
Air yang keluar dari septic-tank kandungan BOD nya masih cukup tinggi,
dan ada kemungkinan masih mengandung bakteri-bakteri
pathogen atau telur cacing, dan masih berbau. Oleh karena itu bila air
yang keluar dari septic-tank dibuang keperairan terbuka (badan
air terbuka) maka akan menyebabkan pencemaran terhadap perairan
terbuka tersebut. Melihat hal-hal seperti tersebut diatas, maka air yang
keluar dari septic-tank (efluen) tidak boleh dibuang langsung ke badan-
badan air, tanpa pengolahan terlebih dahulu.
Untuk mencegah pencemaran badan air terbuka , maka air yang keluar
dari septicktank perlu diolah terlebih dahulu sampai memenuhi
persyaratan kualitas air kotor yang diizinkan oleh peraturan setempat
sebelum dibuang ke perairan terbuka. Pengolahan ini sangat sulit untuk
dilakukan, karena kapasitas air yang keluar dari septic-tank sangat sedikit
dan tidak terus menerus. Oleh karena itu cara yang paling mudah untuk
mengolah air yang keluar dari septictank, yaitu dengan cara, air yang
keluar dari septick-tank diresapkan kedalam tanah dengan cara
meresapkan melalui sumur resapan atau bidang resapan.
Secara umum fungsi resapan adalah untuk membuang air limbah dari
septictank sehingga didalam septictank tinggal material pada saja. Syarat
teknis peresapan :
10) Konstruksi dapat dibuat dari pasangan batu/bata tanpa
spesi/plesteran agar air dapat masuk meresap kesela-sela batu tapi
konstruksi harus cukup kuat untuk menahan tanah tidak runtuh.
11) Jarak peresapan dengan sumur air bersih, sekurang-kurangnya
untuk :
tanah lempung 6 m , tanah normal 10 m dan tanah berpasir 25 m.
12) Jarak ke pondasi bangunan minimal 1,5m dan jarak ke pipa air
bersih minimal 3m.
13) Pada daerah dengan topografi yang miring, elevasi letak resapan
harus lebih rendah dari elevasi sumur air bersih agar air resapan tidak
masuk ke sumur.
SEPTIC-TANK RESAPAN
8
Pohon besar 3,0 3,0
*) Sampai dengan 30,00 meter untuk pasir dan kerikil, dan lebih besar lagi
untuk batu karang yang tersusun atau tidak tersususn.
Panjang bidang resapan minimal 10,00 meter, dan maksimal 15,00 meter.
Bila dari hasil penelitian diperlukan panjang bidang resapan lebih dari
15,00 mater, maka bidang resapan harus dibuat beberapa dengan
panjang masing -masing maksimal 15,00 meter, dan jarak antara bidang
resapan dari as ke as sebesar 2,50 meter. Kemiringan bidang resapan
sebesar 0,20 %.
JARAK MINIMAL
DENGAN SUMUR
NO JENIS BANGUNAN RESAPAN
1 Bangunan gedung 3,0
2 Batas pemilikan 1,5
3 Sumur air minum 10,5
138
A. Dasar Pertimbangan
Sulitnya mencari lahan untuk tempat pembuangan lumpur septik yang memenuhi
syarat teknis maupun lingkungan, sehingga tidak menjadi sumber polusi untuk air
permukaan dan tanah. Pengurasan dengan sistem manual oleh masing-masing
individu atau pengurasan dengan truck tinja (vacuum truck) untuk pelayanan skala
kota membutuhkan lahan yang cukup luas untuk pengolahan lumpur tinja.
b. Karakteristik buangan
Data-data hasil sampling karakteristik lumpur tinja dapat dilihat pada tabel
a. Kolam Anaerobik
Pada Kolam anaerobik terjadi proses biologis, dimana effisiensi pengolahan sekitar
60 – 70 % dengan waktu detensi 25 hari. Keluaran atau effluen dari proses
anaerobik adalah cairan/supernatan dan lumpur hasil proses biologis dan
sedimentasi. Effluent cairan kemudian dialirkan ke kolam fakultatif, sedangkan
lumpur dialirkan ke sludge drying bed. Konstruksi kolam anaerobik adalah pasangan
batu kali atau beton dimana pada lapisan bawah sebelumnya dilapisi dengan
geomembran/geotekstil sehingga bangunan ini kedap air, karena konsentrasi
buangan yang masuk cukup tinggi. Kriteria desain kolam stabilisasi anaerobik ini
adalah sebagai berikut :
• Debit desain adalah debit rata-rata.
Proses yang terjadi pada kolam fakultatif adalah sama dengan kolam anaerobik
yakni secara biologis yang dapat mengurangi BOD, dimana pada lapisan atas ( 1
meter dibawah permukaan air) terjadi proses aerobik dan pada lapisan bawahnya
proses anaerobik. Keluaran dari kolam fakultatif adalah effluen cairan yang akan
masuk ke kolam maturasi dan lumpur yang akan dialirkan ke sludge drying bed.
Produksi lumpur relatif sedikit, karena waktu detensi relatif lebih lama. Effisiensi
143
Kolam maturasi berfungsi sebagai kolam pematangan. Effluen dari kolam fakultatif
telah mengalami penurunan konsentrasi yang cukup tinggi sesuai effisiensi
pengolahan sekitar 80 – 90 %, tetapi kandungan mikroorganisme masih cukup
tinggi, sehingga belum memenuhi standar untuk dibuang ke badan air. Untuk
menurunkan kandungan mikroorganisme (bakteri patogen) disamping itu BOD dan
SS juga dipisahkan maka diperlukan kolam maturasi. Effisiensi pemisahan bakteri
dapat mencapai 99 % termasuk pengurangan pada unit-unit anaerobik dan fakultatif
yang mendahuluinya. Bakteri patogen dari kolam ini bisa mencapai dibawah FC/100
ml. Waktu detensi kolam maturasi selama 15 hari. Kriteria desain dari kolam
maturasi ini adalah sebagai berikut :
• Debit desain adalah debit rata-rata.
Lumpur yang dihasilkan dari kolam anaerobik paling besar volumenya apabila
144
dibandingkan dari kolam fakultatif dan maturasi (produkasi lumpur kecil). Lumpur
dari kolam tersebut sudah relatif stabil (tidak terurai lagi secara biologis sehingga
tidak ada pengurangan BOD dan SS), tetapi kadar airnya masih cukup tinggi,
sehingga diperlukan sludge drying bed untuk meningkatkan konsentrasi lumpur.
Proses yang terjadi secara fisis yaitu filtrasi melalui media dan penguapan/evaporasi
oleh sinar matahari. Keluaran dari sludge drying bed adalah tanah kering/coke yang
siap dibuang ke alam/tanah terbuka. Letak unit ini harus dekat dengan unit jalan
perasi dan penampung lumpur kering. Pembangunannya dapat bertahap secara
paralel. Kriteria perencanaan bak pengering lumpur ini adalah sebagai berikut :
• Lebar sebuah bak = (4,50 – 7,50) meter.
• Dinding bak dibuat dari beton, pasangan batu bata dengan spesisemen.
• Pipa pemberi yang membawa sludge ke tepi bak yang berdiameter > 150
> Dipasang di atas (di salah satu sisi) dinding memanjang tiap
kompartemen.
> Bila menggunakan bahan pipa dari PVC harus ditanam dalam dinding.
seperti berikut :
• Media kerikil yang dipasang dalam dua lapis dibawah pasir dengan
• Pipa peluap dengan diameter (100 – 150) mm dipasang pada dinding bak.
146
PRASARANA PERSAMPAHAN
14)Lokasi dipilih pada tempat yang jauh dari sumber air bersih, bukan didaerah banjir
dan mudah dijangkau oleh alat transportasi sampah (mobil angkutan sampah)
untuk memudahkan pengangkuatan ketempat pembuangan akhir (TPA);
15)Lokasi TPS harus dimusyawarahkan dan sepakati bersama oleh warga,
terutama warga disekitar lokasi TPS akan dibangun sehingga tidak menimbulkan
konflik sosial;
16)Penyediaan TPS berikut Gerobak Sampah diutamakan bagi kelurahan/desa yang
terjangkau oleh jaringan/sistem persampahan kota atau mempunyai akses yang
dekat ke tempat pembuangan akhir sampah (dengan gerobak sampah mampu
dibuang sendiri ke lokasi TPA). Sedangkan untuk daerah dengan kepadatan
penduduk yang masih rendah dan tanah cukup luas (perdesaan), pembuangan
18)Bangunan TPS dibuat dari konstruksi sederhana, sesuai kondisi sosial setempat
dan dapat menggunakan bahan lokal, seperti dari pasangan batu/batu bata.
Ukuran TPS sekurang-kurangnya mempunyai kapasitas (isi) 2 m3 dengan jarak
antar TPS sekurang-kurangnya 150m.
170
DAFTAR PUSTAKA
4. Dept. Pekerjaan Umum, Dirjen Cipta Karya, Tata Cara Penyaluran Sampah
Perkotaan, Badan Penerbit PU, Jakarta, 1990
5. Eddy and Metcalf, Waste Water Engineering, Mc. Graw Hill, New York, 1991
1. Metode PengujianSNI 05-2418-1991 Metode ini digunakan untuk pengujian meter air
Meter Air Bersih dengan ukuran 13 mm - 40 mm
(Ukuran 13 mm
sampai dengan 40
mm).
2. Metode Pengambilan SNI 05-2419-1991 Metode ini digunakan untuk pengambilan contoh
Contoh Meter Air meter air dengan ukuran 13 mm - 40 mm
Bersih (Ukuran 13 mm
sampai dengan 40
mm)
3. Metode Pengujian SNI 06-2548-1991 Metode ini digunakan untuk menentukan diameter
Diameter Luar Pipa pipa PVC menggunakan jangka sorong
PVC Untuk Air Minum
Dengan Jangka
Sorong.
4. Metode Pengujian SNI 06-2549-1991 Metode ini digunakan untuk menentukan kekuatan
Kekuatan Pipa PVC pipa PVC terhadap tekanan hidrostatik
Untuk Air Minum
Terhadap Tekanan
Hidrostatik.
5. Metode Pengujian SNI 06-2550-1991 Metode ini digunakan untuk menentukan ketebalan
Ketebalan Dinding dinding pipa PVC
Pipa PVC Untuk Air
Minum
6. Metode Pengujian SNI 06-2551-1991 Metode ini digunakan untuk menguji bentuk dan sifat
Bentuk dan Sifat tampak pipa PVC untuk air minum
Tampak Pipa PVC
Untuk Air Minum
7. Metode Pengambilan SNI 06-2552-1991 Metode ini digunakan untuk memperoleh contoh uji
Contoh Uji Pipa PVC yang dapat mewakili
Untuk Air Minum
8. Metode Pengujian SNI 06-2553-1991 Metode ini digunakan untuk menentukan besarnya
Perubahan Panjang perubahan panjang pipa PVC dengan uji tungku
Pipa PVC Untuk Air
Minum Dengan Uji
Tungku.
9. Metode Pengujian SNI 06-2554-1991 Metode ini digunakan untuk menentukan ketahanan
Ketahanan Pipa PVC pipa PVC terhadap metilen klorida
Untuk Air Minum
Terhadap Metilen
Khlorida
10. Metode Pengujian SNI 06-2555-1991 Metode ini digunakan untuk menentukan kadar PVC
Kadar PVC Pada Pipa pada pipa PVC dengan THF
PVC Untuk Air Minum
Dengan THF
11. Metode Pengujian SNI 06-2556-1991 Metode ini digunakan untuk menentukan diameter
Diameter Luar Pipa luar rata-rata pipa PVC
PVC Untuk Air Minum
Dengan Pita Meter
12. Metode Pengujian SNI 06-4821-1998 Metode ini membahas cara uji untuk menentukan
Dimensi Pipa diameter luar dan tebal dinding pipa PE
Polietilen (PE) Untuk
No. Judul Standar Nomor Standar Ruang Lingkup
Air Minum
13. Metode Pengujian SNI 05-6437-2000 Metode ini digunakan untuk uji kinerja (termasuk uji
Kinerja Pompa kavitasi) menggunakan model pompa prototip dan
dengan menggunakan untuk penentuan klasifikasi pompa sentrifugal
Model berukuran besar, pompa aliran campur, pompa aliran
aksial kecuali pompa untuk pembangkit tenaga.
14. Metode Pengujian SNI 19-6449-2000 Metode ini digunakan untuk mengevaluasi
Koagulasi Flokulasi pengolahan dalam rangka mengurangi bahan-bahan
dengan Cara jar terlarut, koloid dan yang tidak dapat mengendap
dalam air dengan memakai bahan kimia dalam proses
koagulasi flokulasi yang dilanjutkan pengendapan
secara gravitasi
15. Metode Pengujian SNI 19-6777-2002 Metode ini digunakan untuk menentukan mutu dari
Kinerja Unit Paket Paket Unit Instalasi Penjernihan Air
Instalasi Penjernihan
Air Kapasitas di
Bawah 5 Liter/ detik
16. Metode Pengujian SNI 19-6778-2002 Cara pengujian ini pada sambungan fiting berulir dan
Tekanan Internal pipa PE bertekanan dengan diameter nominal
Rendah Sambun-gan maksimal 63 mm dilaksanakan dua tahap yang
Mekanik Pipa berbeda antara tekanan external dan internal 0,01
Polietilena (PE) Mpa dan 0,08 Mpa minimal 1 jam tidak bocor.
17. Metode Pengujian SNI 19-6779-2002 Metode ini mencakup : Menentukan perubahan
Perubahan Panjang panjang dari pipa polietilena baik low density (LDPE),
Pipa Polietilena (PE) medium density (MDPE), dan high density (HDPE)
dengan uji rendam maupun uji oven dan menetapkan
nilai maksimum perubahan panjang untuk semua
pipa polietilena.
18. Metode Penentuan SNI 19-6780-2002 Metode ini mencakup : Cara pengujian menentukan
Densitas Referensi densitas referensi pipa PE serta sambungannya yang
Polietilena (PE) Hitam mengandung anti oksida atau stabiliser, juga dengan
dan PE tidak penambahan karbon hitam serta menentukan
berwarna pada Pipa densitas nominal.
PE dan Sambungan
19. Metode Pengujian SNI 19-6781-2002 Metode Pengujian ini mencakup tentang :
Kehilangan Tekanan Cara pengujian turunnya tekanan pada sistem
pada Sistem pengembangan pipa PE secara mekanik dan
Sambungan Mekanik persyaratan kehilangan tekanan maksimum yang
Pipa Polietilena (PE) diperbolehkan pada sistem sambungan Pipa PE.
20. Metode Pengujian SNI 19-6784-2002 Metode ini meliputi prosedur yang digunakan untuk
Koagulasi Flokulasi melaksanakan prakiraan tekanan dalam rangkaian
dan Filtrasi koagulasi flokulasi filtrasi air baku dan air limbah
Bertekanan dalam pipa yang bertekanan, yang mengandung
padatan terlarut relatif rendah (< 30mg/l), untuk setiap
ukuran diameter filter lebih besar dari 100 mm.
Metode ini digunakan untuk menentukan efektifitas
flokulasi atau koagulasi, dan atau keduanya serta
media filter dalam memisahkan padatan terlarut dan
koloid dari air baku dan air limbah
Spesifikasi
21. Spesifikasi Meter Air SNI 05-2547-1991 Spesifikasi ini digunakan dalam menilai mutu meter air
Bersih (Ukuran 13 yang digunakan untuk keperluan air bersih.
mm sampai dengan
40 mm)
22. Spesifikasi Sumur SNI 03-2916-1992 Spesifikasi ini bertujuan memberikan persyaratan
Gali Untuk Sumber Air teknis sumur gali sebagai sumber air baku untuk air
Bersih bersih yang terlindung dari pencemaran
No. Judul Standar Nomor Standar Ruang Lingkup
23. Spesifikasi Instalasi SNI 03-2917-1992 Spesifikasi ini bertujuan untuk men- dapatkan instalasi
Air Minum Tipe air bersih dengan kapasitas 5 Liter/ detik
Cikapayang 5
24. Spesifikasi Cincin SNI 06-4828-1998 Spesifikasi ini membahas persyaratan teknis tentang
Karet Sambungan bentuk dasar, ukuran, bahan dan kekuatan
Pipa Air Minum, Air
Limbah dan Air Hujan
25. Spesifikasi Pipa SNI 06-4829-1998 Spesifikasi ini membahas persyaratan teknis tentang
Polietilen (PE) dan bahan, ukuran, kekuatan hidrostatik, perubahan
Sambungannya Untuk panjang dan densitas
Air Minum
26. Spesifikasi Poli- SNI 06-3822.1-2000 Spesifikasi ini menjelaskan polialumunium klorida cair
Aluminium Khlo- untuk pengelolaan air beserta cara pengujian yang
rida Cair untuk berkaitan
Pengolahan Air
27. Spesifikasi Soda Abu SNI 06-6396-2000 Standar ini meliputi penggunaan soda abu untuk
untuk Pengolahan pengolahan air dalam penyediaan air bersih dan air
Air Bersih industri ini mencakup persyaratan umum, spesifikasi
bahan, pengambilan contoh, pengemasan,
pengiriman dan penandaan serta pengujian
28. Spesifikasi Flensa SNI 07-6404-2000 Spesifikasi ini mencakup dua tipe flensa yang dapat
Pipa Baja untuk digunakan saling tukar bila dimensi yang digunakan
Penyediaan Air Bersih sesuai standar yang ditentukan
Ukuran (110-366) mm
29. Spesifikasi Pipa PVC SNI 03-6419-2000 Standar ini mencakup pipa PVC diameter 110 mm
Bertekanan sampai 315 mm untuk air bersih, yang dibuat sesuai
Berdiameter 110-315 dengan ketentuan pada SNI yang berlaku.
mm untuk Air Bersih
30. Sistem Plambing SNI 03-6481-2000 Standar sistem plambing ini berlaku bagi sistem
plambing yang baru dan bagian dari padanya yang
dipasang setelah standar ini dinyatakan efektif
berlaku.
31. Spesifikasi pipa baja SNI 03-6719-2002 Spesifikasi ini berlaku untuk pipa pembuangan air,
bergelom-bang drainase bawah tanah, gorong-gorong dan bukan
dengan lapis untuk pipa air limbah rumah tangga atau pembuangan
pelindung logam untuk limbah industri; lembaran baja yang digunakan dalam
pembuangan air dan pembuatan pipa memiliki lapis pelindung seng
drainase bawah tanah galvanis, aluminium atau campuran logam seng-
alumunium. Spesifikasi ini tidaktermasuk ketentuan
untuk dudukan pipa, timbunan kembali atau hubungan
antara beban timbunan dan tebal lembaran pipa baja.
32. Spesifikasi Unit Paket SNI 19-6773-2002 Spesifikasi ini berisikan penjelasan mengenai
Instalasi Penjernihan persyaratan teknis dari unit Paket Instalasi
Air Sistem Konven- Penjernihan Air dengan sistem konvensional.
sional Dengan Struktur
Baja
33. Spesifikasi Desinfeksi SNI 19-6783-2002 Standar ini meliputi prosedur untuk desinfeksi pipa
Perpi-paan Air Bersih PVC yang baru dan yang perlu diperbaiki. Semua
perpipaan baru harus didesinfeksi sebelum dipasang.
34. Spesifikasi Pipa SNI 03-6785-2002 Spesifikasi ini meliputi pembuatan dan pengujian pipa
Resin Termoseting resin termoseting bertekanan berpenguat fiberglass
Bertekanan (RTRP) diameter 1 inch (25 mm) sampai 144 inch
Berpenguat Fiber- (3700 mm), pipa adukan plastik berpenguat fiberglass
Glass (RPMP) dan sistem penyambungannya untuk
penggunaan dalam jaringan air baik di atas maupun di
bawah permukaan tanah.
35. Spesifikasi Simbol SNI 19-6786-2002 Spesifikasi ini menetapkan simbol-simbol gambar
Gambar Sistem untuk saluran-saluran perpipaan dan parit termasuk
No. Judul Standar Nomor Standar Ruang Lingkup
Penyediaan Air dan simbol-simbol bagian dan peralatan yang dibuat
Sistem Drainase di dipabrik untuk dipergunakan pada gambar dan
dalam Tanah perencanaan sistem penyediaan air dan sistem
drainase. Untuk suatu gambar yang lebih detail,
simbol-simbol dasar ini dapat dilengkapi dengan
petunjuk-petunjuk yang disyaratkan dalam satu sistem
simbol-simbol yang lebih rinci pada penggambaran
atau pada penjelasan yang diuraikan secara terpisah
simbol-simbol digambarkan pada potongan-potongan
galian dan elevasi.
Tata Cara
36. Tata Cara SNI 03-3981-1995 Tata cara ini digunakan untuk men-dapatkan Instalasi
Perencanaan Saringan Pasir Lambat yang dapat mengolah air baku
Instalasi Saringan menjadi air bersih.
Pasir Lambat.
37. Tata Cara SNI 03-3982-1995 Tata cara ini digunakan untuk memperoleh lama masa
Pengoperasian operasi saringan yang optimum, kuantitas dan
dan Perawatan kualitas air olahan sesuai perencanaan
Instalasi Saringan
Pasir Lambat.
38. Tata Cara Pengelasan SNI 03-6405-2000 Tata cara ini memuat pengelasan di lapangan secara
Pipa Baja untuk Air di manual, semi otomatik dan otomatik dengan proses
Lapangan pengelasan busur logam pada pipa baja yang dibuat di
pabrik
39. Tata Cara SNI 05-6375-2000 Tata cara ini mencakup tentang peralatan dan cara
Pengambilan pengambilan contoh air dari saluran tertutup seperti
Contoh Air dari aliran pada stasiun pembangkit, untuk analisis kimia,
Saluran Tertutup fisika, mikrobiologi dan radiology.
40. Tata Cara Pelapisan SNI 07-6398-2000 Standar ini mencakup bahan dan persyaratan
Epoksi Cair untuk pelaksanaan pada sisitem pelapisan epoksi cair, hal
Bagian dalam dan ini sesuai untuk digunakan pada air bersih dan akan
Luar pada Perpipaan melindungi perpipaan terhadap korosi pada bagian
air dari Baja dalam dan luar pada pipa baja, bagian khusus,
sambungan las, dan sambungan yang dipasang di
bawah tanah atau atau terendam air, pada kondisi
konstruksi normal. Sistem Pelapisan ini tidak
digunakan bagi pipa yang belum ditekuk dan
terpasang. Sistem pelapisan terdiri dari satu lapisan
dasar berupa dua lapisan epoksi, dan satu atau lebih
lapisan penutup berupa dua lapis epoksi. Lapisan
penutup ini dapat menggunakan ter batu bara sebagai
pelapis epoksi, atau menggunakan pelapis epoksi
yang tidak mengandung terbatu bara, tetapi memenuhi
persyaratan standar ini. Sistem pelapisan dapat terdiri
dari dua atau lebih lapisan epoksi yang sama tanpa
menggunakan lapisan daasar. Sisitem pelapisam
harus disesuai kan dengan persyaratan kinerja dalam
standar ini. Sistem pelapisan dapat dilakukan di pabrik
atau di lapangan, sedangkan untuk pengelasan
sambungan dan kerusakan permukaan dilakukan di
lapangan. Sistem pelapisan ini pada umumnya
dilakukan untuk perpipaan air bersih
41. Tata Cara Pemilihan SNI 03-6373-2000 Tata cara ini mengatur mengenai pemilihan dan
dan Pemasanagan pemasangan perpipaan, pipa dan perlengkapan untuk
Ven pada Sistim sistem ven. Juga mengatur diameter minimum pipa
Plumbing ven, ven individu, ven pelepas, ukuran pipa ven,
panjang ven, macam-macam pipa tegak ven dan ven
No. Judul Standar Nomor Standar Ruang Lingkup
pipa tegak. Sebagai tambahan dalam tatacara ini
diatur pula penyambungan dan tingkat ven, ketinggian
diatas alat plambing, ven pelepas untuk pipa tegak,
peralatan perangkap, ven pembuangan dari sumur-
sumur pengumpul dan saluran-saluran pembuangan.
42. Tata Cara SNI 19-6774-2002 Tata cara ini digunakan untuk meren-canakan suatu
Perencanaan Unit unit paket Instalasi Penjernihan Air yang optimal
Paket Instalasi
Penjernihan Air
43. Tata Cara SNI 19-6775-2002 Tata cara ini digunakan untuk peng-operasian dan
Pengoperasian dan pemeliharaan unit paket IPA agar diperoleh
Pemeliharaan Unit kontinuitas, kualitas dan kuantitas air hasil olahan
Paket Instalasi yang sesuai dengan perencanaan
Penjernihan Air
Kapasitas 5 Liter/ detik
Ke atas.
44. Tata Cara SNI 19-6776-2002 Tata cara ini digunakan untuk pengawasan
Pengawasan pelaksanaan pemasangan unit Instalasi Penjernihan
Pemasan-gan Unit Air yang sesuai dengan perencanaan
Paket Instalasi
Penjernihan Air
45. Tata Cara SNI 19-6782-2002 Tata cara ini mencakup cara pemasangan perpipaan
Pemasangan besi daktail dan perlengkapannya untuk pelayanan air
Perpipaan Besi Daktil bersih.
dan
Perlengkapannya.
GARIS-GARIS BESAR RENCANA PENGAJARAN (GBRP)
Jurusan/Program Studi : Teknik Sipil / Konstruksi Gedung
No. Kompetensi Dasar Indikator Pengalaman Materi Pokok Alokasi Sumber Penilaian
Hasil Belajar
Belajar Waktu Bahan
16
bersih
6. Air minum
7. Standar kulaitas air
minum
8. Aggresivitas air
terhadap bahan
bangunan
2. Menyebutkan fungsi-fungsi data Mahasiswa mampu Mengkaji materi Data Hidrologi 2x3x50 Buku Tes lisan
hidrologi dalam perencanaan air bersih menyebutkan fungsi- tentang fungsi- 1. Siklus hidrologi pustaka 5,
dan limbah fungsi data hidrologi fungsi data 2. Neraca air hal 48-64,
dalam perencanaan air hidrologi 3. Curah hujan Laptop,
bersih dan limbah LCD, White
board
5 Merencanakan fasilitas dan jaringan Mahasiswa mampu Merancang fasilitas Perencanaan 3x3x50 Buku Tugas
untuk sarana penyediaan air bersih merencanakan fasilitas dan jaringan untuk 1. Penyediaan air dingin pustaka 4, perencanaan
pada sebuah gedung bertingkat dan jaringan untuk sarana penyediaan 2. Penyediaan air hal 44-58,
sarana penyediaan air air bersih pada panas Laptop,
bersih pada sebuah sebuah gedung 3. Jaringan distribusi LCD, White
gedung bertingkat bertingkat 4. Analisa tekanan board
5. Diameter pipa
6. Bak penampungan
7. Pompa
7 Menyebutkan jenis-jenis limbah rumah Mengkaji materi Dasar-dasar 2x3x50 Buku Tes lisan
tangga serta pengelolaannya tentang jenis-jenis pengelolaan limbah pustaka 3,
Menjelaskan fungsi dan manfaat serta limbah rumah rumah tangga hal 53-68,
cara pengelolaan air limbah tangga serta 1. Pengertian umum Laptop,
pengelolaannya 2. Limbah cair LCD, White
1
7
3. Limbah padat board
8 Merencanakan pengolahan limbah Mahasiswa mampu Merancang model Dasar-dasar 4x3x50 Buku Tugas
rumah tangga merencanakan pengolahan limbah perencanaan pustaka 4, perencanaan
pengolahan limbah rumah tangga pengelolaan limbah hal 25-36,
rumah tangga 1. Cubluk Laptop,
2. Septick tank LCD, White
3. Jamban board
4. Peresapan
5. Instalasi pengolahan
lumpur tinja
6. Tempat pembuangan
sampah
Daftar Pustaka:
Dept. Pekerjaan Umum, Dirjen Cipta Karya, Petunjuk Teknis Sistem Penyediaan Sarana PLP, Jakarta, 1995
Damanhuri T., Teknik Pembuangan Akhir, Bandung, 1995
Damanhuri T. dkk., Limbah Padat, Bandung, 1995
Dept. Pekerjaan Umum, Dirjen Cipta Karya, Tata Cara Penyaluran Sampah Perkotaan, Badan Penerbit PU,
Jakarta, 1990
Eddy and Metcalf, Waste Water Engineering, Mc. Graw Hill, New York, 1991
Ismar G. Buku Seri Ikhtisar Teknik
PEDC, Penyediaan Air Bersih, Bandung
Kawanura, Susunu, Itegred Design of Water Treatment Facilities
Sugiharto, Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah, UIP, 1987
Sosrodarsono, Suyono, Hidrologi untuk Pengairan, Pradnya Paramita, Jakarta
Subarkah, Imam, Hidrology untuk Bangunan Air
18
19
SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)
Mata Kuliah : Perencanaan Instalasi Air Bersih dan Limbah
Pertemuan Ke :1
1. Kompetensi
a. Kompetensi Utama : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa di harapkan mampu
memahami secara komprehensif tentang tentang prosedur dan standar dalam merencanakan
jaringan air bersih dan limbah pada sebuah gedung.
b. Kompetensi Pendukung : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa dapat mengetahui
arti dan tujuan perkuliahan perencanaan instalasi air bersih dan limbah.
2. Pokok Bahasan : pengenalan, memahami tujuan perkuliahan
3. Sub Pokok Bahasan :
a. Kontrak perkuliahan, materi perkuliahan
b. Arti dan tujuan perkuliahan
4. Kegiatan Belajar Mengajar
Pertemuan Ke :2
1. Kompetensi
a. Kompetensi Utama : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa di harapkan mampu
memahami secara komprehensif tentang tentang prosedur dan standar dalam merencanakan
jaringan air bersih dan limbah pada sebuah gedung.
b. Kompetensi Pendukung : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa dapat mengetahui
dan memahami tentang sistem penyediaan air bersih.
2. Pokok Bahasan : Sistem penyediaan air bersih
3. Sub Pokok Bahasan :
a. Pengertian sistem penyediaan air bersih
b. Unit air baku
4. Kegiatan Belajar Mengajar
Pertemuan Ke :3
1. Kompetensi
c. Kompetensi Utama : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa di harapkan mampu
memahami secara komprehensif tentang tentang prosedur dan standar dalam merencanakan
jaringan air bersih dan limbah pada sebuah gedung.
d. Kompetensi Pendukung : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa dapat mengetahui
arti dan tujuan perkuliahan perencanaan instalasi air bersih dan limbah.
2. Pokok Bahasan : Sistem penyediaan air bersih
3. Sub Pokok Bahasan :
a. Air minum
b. Sifat-sifat air
4. Kegiatan Belajar Mengajar
Pertemuan Ke :4
1. Kompetensi
c. Kompetensi Utama : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa di harapkan mampu
memahami secara komprehensif tentang tentang prosedur dan standar dalam merencanakan
jaringan air bersih dan limbah pada sebuah gedung.
d. Kompetensi Pendukung : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa dapat mengetahui
dan memahami tentang sistem penyediaan air bersih.
2. Pokok Bahasan : Sistem penyediaan air bersih
3. Sub Pokok Bahasan :
a. Perencanaan air bersih
4. Kegiatan Belajar Mengajar
Pertemuan Ke :5
1. Kompetensi
a. Kompetensi Utama : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa di harapkan mampu
memahami secara komprehensif tentang tentang prosedur dan standar dalam merencanakan
jaringan air bersih dan limbah pada sebuah gedung.
b. Kompetensi Pendukung : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa dapat memahami
tentang data-data hidrologi dalam sistem perencanaan air bersih.
2. Pokok Bahasan : Data hidrologi
3. Sub Pokok Bahasan :
a. Siklus hidrologi dan neraca air
4. Kegiatan Belajar Mengajar
Pertemuan Ke :6
1. Kompetensi
a. Kompetensi Utama : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa di harapkan mampu
memahami secara komprehensif tentang tentang prosedur dan standar dalam merencanakan
jaringan air bersih dan limbah pada sebuah gedung.
b. Kompetensi Pendukung : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa dapat memahami
tentang data-data hidrologi dalam sistem perencanaan air bersih.
2. Pokok Bahasan : Data hidrologi
3. Sub Pokok Bahasan :
a. Hujan
4. Kegiatan Belajar Mengajar
Pertemuan Ke :7
1. Kompetensi
a. Kompetensi Utama : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa di harapkan mampu
memahami secara komprehensif tentang tentang prosedur dan standar dalam merencanakan
jaringan air bersih dan limbah pada sebuah gedung.
b. Kompetensi Pendukung : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa dapat memahami
tentang sifat-sifat air dalam kaitannya dengan sistem perencanaan air bersih
2. Pokok Bahasan : Jaringan air bersih pada bangunan
3. Sub Pokok Bahasan :
a. Air dingin
4. Kegiatan Belajar Mengajar
Pertemuan Ke :8
1. Kompetensi
a. Kompetensi Utama : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa di harapkan mampu
memahami secara komprehensif tentang tentang prosedur dan standar dalam merencanakan
jaringan air bersih dan limbah pada sebuah gedung.
b. Kompetensi Pendukung : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa dapat memahami
tentang sifat-sifat air dalam kaitannya dengan sistem perencanaan air bersih
2. Pokok Bahasan : Jaringan air bersih pada bangunan
3. Sub Pokok Bahasan :
a. Air panas
4. Kegiatan Belajar Mengajar
PELAKSANAAN MID
SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)
Mata Kuliah : Perencanaan Instalasi Air Bersih dan Limbah
Pertemuan Ke : 10
1. Kompetensi
a. Kompetensi Utama : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa di harapkan mampu
memahami secara komprehensif tentang tentang prosedur dan standar dalam merencanakan
jaringan air bersih dan limbah pada sebuah gedung.
b. Kompetensi Pendukung : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa dapat memahami
tentang sifat-sifat air dalam kaitannya dengan sistem perencanaan air bersih.
2. Pokok Bahasan : Jaringan air bersih pada bangunan
3. Sub Pokok Bahasan :
a. Jaringan distribusi (pipa dan pompa)
4. Kegiatan Belajar Mengajar
Pertemuan Ke : 11
1. Kompetensi
a. Kompetensi Utama : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa di harapkan mampu
memahami secara komprehensif tentang tentang prosedur dan standar dalam merencanakan
jaringan air bersih dan limbah pada sebuah gedung.
b. Kompetensi Pendukung : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa dapat memahami
tentang survey dan data perencanaan dalam perencanaan air bersih.
2. Pokok Bahasan : Limbah Rumah Tangga
3. Sub Pokok Bahasan :
a. Pengertian umum
b. Limbah padat
4. Kegiatan Belajar Mengajar
Pertemuan Ke : 12
1. Kompetensi
a. Kompetensi Utama : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa di harapkan mampu
memahami secara komprehensif tentang tentang prosedur dan standar dalam merencanakan
jaringan air bersih dan limbah pada sebuah gedung.
b. Kompetensi Pendukung : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa dapat memahami
tentang survey dan data perencanaan dalam perencanaan air bersih.
2. Pokok Bahasan : Limbah Rumah Tangga
3. Sub Pokok Bahasan :
a. Limbah cair
4. Kegiatan Belajar Mengajar
Pertemuan Ke : 13
1. Kompetensi
a. Kompetensi Utama : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa di harapkan mampu
memahami secara komprehensif tentang tentang prosedur dan standar dalam merencanakan
jaringan air bersih dan limbah pada sebuah gedung.
b. Kompetensi Pendukung : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa dapat memahami
tentang cara dan prosedur merencanakan sistem penyediaan air bersih.
2. Pokok Bahasan : Pengolahan Limbah
3. Sub Pokok Bahasan :
a. Cubluk
b. Septicktank
4. Kegiatan Belajar Mengajar
Pertemuan Ke : 14
1. Kompetensi
a. Kompetensi Utama : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa di harapkan mampu
memahami secara komprehensif tentang tentang prosedur dan standar dalam merencanakan
jaringan air bersih dan limbah pada sebuah gedung.
b. Kompetensi Pendukung : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa dapat memahami
tentang cara dan prosedur merencanakan sistem penyediaan air bersih.
2. Pokok Bahasan : Pengolahan limbah
3. Sub Pokok Bahasan :
a. Jamban
b. Peresapan
4. Kegiatan Belajar Mengajar
Pertemuan Ke : 15
1. Kompetensi
a. Kompetensi Utama : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa di harapkan mampu
memahami secara komprehensif tentang tentang prosedur dan standar dalam merencanakan
jaringan air bersih dan limbah pada sebuah gedung.
b. Kompetensi Pendukung : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa dapat memahami
dan mengetahui tentang jenis limbah rumah tangga dan pengelolaannya.
2. Pokok Bahasan : Pengolahan limbah
3. Sub Pokok Bahasan :
a. Tempat pembuangan sampah
b. Instalasi pengolahan lumpur tinja
4. Kegiatan Belajar Mengajar
Pertemuan Ke : 16
1. Kompetensi
a. Kompetensi Utama : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa di harapkan mampu
memahami secara komprehensif tentang tentang prosedur dan standar dalam merencanakan
jaringan air bersih dan limbah pada sebuah gedung.
b. Kompetensi Pendukung : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa dapat memahami
dan melakukan perencanaan alat pengolahan limbah rumah tangga
2. Pokok Bahasan : pengelolaan limbah rumah tangga
3. Sub Pokok Bahasan :
a. Septicktank, jamban, instalasi pengolahan lumpur tinja.
4. Kegiatan Belajar Mengajar
PELAKSANAAN FINAL