Anda di halaman 1dari 177

BUKU AJAR

Perencanaan Instalasi Air


Bersih dan Limbah
SAMPUL

Penyusun:

Sugiarto Badaruddin, ST., MT.

Vita Fajriani Ridwan, ST

PROGRAM STUDI KONSTRUKSI


JURUSAN SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2011
3

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT., dengan segala kemurahan
dan kemudahan-Nya lah segala yang direncanakan, diusahakan dan dikerjakan
dapat diselesaikan. Buku ajar Perencanaan Instalsi Air Bersih Dan Limbah lanjutan
ini adalah salah satu bentuk upaya profesionalisme dosen sebagai tenaga pendidik
dan pengajar.

Materi ajar Perencanaan Instalsi Air Bersih Dan Limbah bersifat sangat makro, maka
dari itu, kami dari penyusun memilih dan memilah bahan-bahan yang kami rangkum
dalam buku ini, tentu saja pertimbanngan kompetensi mahasiswa menuju
mahasiswa yang berbasis produksi adalah salah satu dari beberapa variable
pertimbanngan tersebut.
Akhirnya, adanya buku ajar ini penyusun harapkan akan mampu memberikan
sumbangsih dalam pendidikan di politeknik secara khusus dan di dunia pendidikan
secara umum. Dan semoga dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kebaikan.
Kami menyadari, dari semua proses yang sudah dilakukan masih banyak
kekurangan yang harus diperbaiki pada tahap berikutnya, untuk itu saran akan
sanngat membantu perkembangan buku ajar ini berikutnya
Pada kesempatan ini pula, kami menghaturkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu keberadaan buku ajar ini. Semoga semua bentuk
kerjasama dan kebersamaan yang sudah terbina dapat memberikan manfaat yang
besar terutama bagi dunia pendidikan.

Makassar, Oktober 2011

Penyusun
12

TINJAUAN MATA KULIAH

Perencanaan Instalasi Air Bersih Dan Limbah adalah salah satu bagian yang
penting dalam masalah utilitas bangunan atau pun gedung. Air bersih sebagai
bagian yang bersifat vital bagi kehidupan manusia, keberadaannya adalah mutlak,
sehingga perencanaan dan instalasinya pada bangunan harus dipersiapkan secara
optimal, begitupun pengolahan limbah, karena jika tidak adanya pengaturan, akan
menimbulkan masalah nantinya pada bangunan.. Dengan adanya mata kuliah ini
diharapkan staf pengajar dan mahasiswa untuk dapat memahami dan mampu
melakukan perencanaan instalsi air bersih juga limbah pada .
Dalam rangka mencapai tujuan mata kuliah ini, maka materi buku ajar ini
disusun dengan urutan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
BAB II HIDROLOGI
BAB III JARINGAN AIR BERSIH PADA BANGUNAN
BAB IV LIMBAH RUMAH TANGGA BAB V
PENGOLAHAN LIMBAH
1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Definisi Air Bersih
Air merupakan kebutuhan utama dalam kehidupan sehari-hari. Setiap makhluk di
bumi memerlukan air untuk kehidupannya. Bagi manusia, air digunakan dalam
berbagai aspek kehidupan, dari skala kecil seperti rumah tangga hingga industri.

Dalam dunia kesehatan, khususnya kesehatan lingkungan, perhatian air


dikaitkan sebagi faktor perpindahan/penularan penyakit (agent). Beberapa penyakit
menular seperti typhusabdominalis, cholera, dysentri baciller adalah beberapa jenis
penyakit yang bisa ditularkan oleh air. Selain itu peracunan logam juga terjadi melalui
media air.

Saat ini masalah penyediaan air bersih menjadi perhatian khusus bagi negar-
negara maju maupun negara berkembang seperti Indonesia. Masalah air bersih
adalah masalah yang sering menghampiri, mulai dari kurang tersedianya sumber air
bersih, tidak terjadinya pemerataan pelayanan penyediaan air bersih khususnya di
daerah pedesaan, belum dimanfaatkan secara maksimal sumber-sumber air bersih,
hingga sumber-sumber air bersih yang telah tercemari limbah di kota-kota besar

Air bersih adalah air yang memenuhi persayaratan kesehatan untuk kebutuhan
minum, masak, mandi dan energi. Air sebagai salah satu faktor essensial bagi
kehidupan sangat dibutuhkan dalam kriteria sebagai air bersih. Air dikatakan bersih
bila memenuhi syarat sebagai berikut:

• Jernih/tidak berwarna.

• Tidak berbau.

• Tidak berasa.

Sementara menurut Ketentuan Umum Permenkes


No.416/Menkes/PER/IX/1990, air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan
sehari-hari dan akan menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai
batasannya, air bersih adalah air yang memnuhi persyaratan bagi sistem penyediaan
air minum, simana persyaratannya adalah persyaratan dari segi kualitas air yang
meliputi kualitas fisik, kimia, biologs dan radiologis, sehingga apabila dikomsumsi tidak
menimbulkan efek samping.
2

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 16


Tahun 2005 Tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, didapat beberapa
pengertian mengenai :

1. Air baku untuk air minum rumah tangga, yang selanjutnya disebut air baku
adalah air yang dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah
dan/atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk
air minum.

2. Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan
atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum.

3. Air limbah adalah air buangan yang berasal dari rumah tangga termasuk tinja
manusia dari lingkungan permukiman.

4. Penyediaan air minum adalah kegiatan menyediakan air minum untuk


memenuhi kebutuhan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang sehat,
bersih, dan produktif.

5. Sistem Penyediaan Air Minum yang selanjutnya disebut SPAM merupakan


satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari prasarana dan sarana air
minum.

6. Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun,


memperluas dan/atau meningkatkan sistemfisik (teknik) dan non fisik
(kelembagaan, manajemen,keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalam
kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada
masyarakat menuju keadaan yang lebih baik.

7. Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan,


melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau,
dan/atau mengevaluasi sistem fisik (teknik) dan non fisik penyediaan air
minum.

8. Penyelenggara pengembangan SPAM yang selanjutnya disebut


Penyelenggara adalah badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah,
koperasi, badan usaha swasta, dan/atau kelompok masyarakat yang
melakukan penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum.
3

1.2. Sumber/Asal Air Baku Utama

Dalam memilih sumber air baku air bersih, maka harus diperhatikan
persyaratan utamanya yang meliputi kualitas, kuantitas, kontinuitas, dan biaya. Secara
garis besar, sumber air bersih dikelompokkan sebagi berikut:

A. Air Permukaan

Adalah sumber air baku yang berasal dari : sungai, saluran irigasi, danau, dan waduk.
Tiga sisitem pengolahan air permukaan :

a. Air waduk (berasal dari air hujan)

b. Air sungai (berasal dari air hujan dan mata air)

c. Air danau (berasal dari air hujan, air sungai dan mata air)

Pada umumnya air permukaan telah terkontaminasi dengan berbagai zat-zat


berbahaya berbahaya bagi kesehatan yang berasal dari limbah industri, saluran
selokan dan pertanian seperti Total Suspended Solid (TSS), zat-zat organik, timbal dll.
Kekeruhan berfluktuasi cukup tinggi dipengaruhi oleh musim. Pada musim penghujan
kekeruhan tinggi. Dengan kualitas seperti itu, pengolahan air yang diperlukan adalah
jenis pengolahan lengkap, yang meliputi pengolahan fisik, kimia dan bakteriologis.
Untuk itu diperlukan unit pengolahan air bersih secara lengkap, mulai dari intake
(bangunan penangkap air), bak pengendap / sedimentasi I, bak koagulasi, bak
flokulasi, bak sedimentasi / pengendap II, saringan pasir cepat, pembubuhan
desinfektan.

Gambar 1. . Sistem Air Permukaan

Dari segi kuantitas dan kontinuitas jenis air ini dapat dianggap tidak menimbulkan
masalah yang besar bagi penyediaan air bersih.
4

B. Mata Air

Adalah sumber air yang berasal dari permunculan air ke permukaan tanah sebagai
akibat dari

a. Adanya tekanan hidrolis disebut Aliran Artetis

b. Terhalangnya aliran air oleh lapisan tanah kedap air disebut Aliran Gravitasi Kontak

Ada dua alternatif sistem pengolahan mata iar untuk air bersih, yaitu :

a. Mata air gravitasi dan kran umum

b. Mata air non gravitasi dan hidran umum

Dari segi kualitas, jenis air ini sangat baik bila dipakai sebagai air baku, karena berasal
dari dalam tanah yang muncul ke permukaan tanah akibat tekanan, sehingga belum
terkontaminasi oleh zat-zat pencemar.. Namun lokasinya yang berada di daerah
terbuka, memungkinkannya terkontaminasi oleh lingkungan sekitar, seperti bakteri E.
Coli yang sering muncul. Dengan kualitas seperti itu pengolahan yang dilakukan
biasanya cukup dengan pembubuhan desinfektan, seperti klorinasi

Gambar 2. Sistem Air Bersih dari Mata Air

Dari segi kuantitas dan kontinuitas, jumlah dan kapasitasnya sangat terbatas sehingga
hanya mampu memenuhi kebutuhan sejumlah penduduk.

C. Air Tanah

Adalah sumber air dalam tanah yang tersimpan dalam lapisan aktifer. Air tanah
banyak mengandung garam dan mineral yang terlarut pada waktu air melalui lapisan-
lapisan tanah, sehingga praktis jenis air ini bebas dari polutan karean keeberadaannya
di bawah permukaan tanah. Tetapi kemungkinan tercemar oleh zat yang mengganggu
kesehatan tetap ada, yaitu jika tercemar kandungan Fe, Mn, sehingga pengolahan
yang dilakukan pada umumnya adalah pengolahan kimiawi, yaitu dengan
menambahkan zat-zat kimia tertentu untuk mereduksi logam-logam tersebut
disamping juga membubuhkan zat desinfektan.. Jenis ini dibedakan menjadi :
5

a. Air tanah dangkal; kedalaman muka air tanah kurang dari 20 meter

b. Air tanah dalam; kedalaman muka air tanah lebih besar dari 20 meter. Kualitasnya
lebih baik dari air tanah dangkal

Ada tiga sisitem pengolahan air tanah :

a. Sumur Gali

b. Sumur Pompa Tangan Dangkal (SPT Dangkal)

c. Sumur Pompa Tangan Dalam (SPT Dalam)

Gambar 3. Sistem Air bersih dari sumur dalam

Dari segi kuantitas, jenis ini relatif cukup untuk air baku, namun dari segi kontinuitas
pengambilan air tanah harus dibatasi, karena dapat menyebabkan masalah penurunan
muka air tanah.

D. Air Hujan

Air hujan disebut juga dengan air angkasa. Merupakan sumber air baku khususnya
bagi daerah yang kesulitan mendapatkan sumber air . Beberapa sifat kualitas dari air
hujan adalah:

- Bersifat lunak karena tidak mengandung larutan garam dan zat-zat mineral
- Bersifat lebih bersih
- Dapat bersifat korosit, karena mengandung zat-zat yang terdapat di udara seperti
CO2 agresif, ataupun SO2, dan adanya SO2 yang tinggi udara jika bercampur dengan
air hujan akan menyeabkan terjadinya hujan asam (acid rain)
 CO2 + air hujan → asam carbonat
 S2O3 + air hujan → asam sulfat
6

 N2O3 + air hujan → asam nitrit


Ada dua alternatif sisitem pengolahan air hujan :
a. Penampungan Air Hujan (PAH) Individu; volume sekitar 500 liter (0.5 m3) – 1000
liter (1m3).
b. Penampungan Air Hujan (PAH) Komunal; volume sekitar 30 m3.

Dari segi kuantitas, air hujan tergantung besar kecilnya curah hujan, sehingga bersifat
fluktuatif yang artinya tidak mampu mencukupi air baku. Begitupun jika dilihat dari segi
kontinuitasnya, air hujan tidak mampu menjadi sumber air baku secara terus menerus
jika musim kemarau.

Sumber Kualitas Kuantitas Kontinuitas Harga

Air Tidak baik karena Mencukupi Dapat diambil terus Relatif


permukaan tercemar menerus mahal

Mata Air Relatif baik Sedikit Tidak dapat diambil Murah


secara terus menerus

Air tanah Terpolusi Pengambilan dibatasi


dangkal Relatif cukup karena dapat Relatif
mengakibatkan instrusi
air laut murah
Air tanah Relatif baik
dalam

Sedikit terpolusi oleh Tidak memenuhi Tidak dapat terus-


Air hujan polutan pencemar untuk persediaan murah
menerus diambil
udara air minum

Tabel 1. Sumber air baku

SUMBER AIR KONDISI ALTERNATIF SARANA

Air Tanah Dangkal Sumur Gali (SGL)


Sumur Pompa tangan (SPT)

Air Tanah Air Tanah Dalam Sumur Gali (SGL)


Sumur Pompa tangan (SPT)

Air Tanah Bebas Sumur Gali (SGL)


Sumur Pompa tangan
7

SUMBER AIR KONDISI ALTERNATIF SARANA

Aquifer Sumur Pompa tangan (SPT)

Air Tanah

Aquifer Tertekan Sumur Pompa tangan (SPT)

Penangkap Air Permukaan (PAP)

Instalasi Pengelolaan Air Sederhana


(IPAS)

Saringan Kasar Naik Turun – saringan


Air Permukaan
pasir lambat (SKNT-SPL)

Perpipaan

Aliran Artetis - Perlindungan Mata Air (PMA)


Terpusat - Bangunan Penangkap Mata Air
(Broncaptering)
Aliran Artetis - Perpipaan
Tersebar
Mata Air
Aliran Air Vertikal

Aliran Air Kontak

A. Penampungan Air Hujan


Air Hujan

Tabel 2. Alternatif Sarana Air

1.3. Air Minum


Air minum adalah Air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan
yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum (berdasarkan
standar air minum yang ada)
Standar air minum di indonesia : diterapkan untuk sumber air minum (air baku)
dan air minum sehingga tidak akan menimbulkan dampak negatif terhadap
kesehatan manusia
1. Standar sumber air minum (air baku) : PP 82/2001

2. Standar air minum : Keputusan Menkes No. 907/2002


8

Tabel 3. Drinking Water Standard

1.4. Sistem Penyediaan Air bersih Persyaratan

Pemilihan Sumber Air Bersih

1. Persyaratan Kualitatif. Menggambarkan mutu atau kualitas dari air baku air bersih.
Hal ini meliputi:

a. Syarat-syarat fisik. Air minum harus jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
berasa, dan suhu sebaiknya sama dengan suhu udara atau kurang lebih 350C,
atau 250C + 30C. Pada umumnya ada dua macam warna pada air yaitu apparent
color yang ditimbulkan karena adanya benda-benda zat tersuspensi dari bahan
organik, dan true color adalah warna yang ditimbulkan oleh zat-zat bukan zat
organik.

b. Syarat-syarat Kimia. Air tidak boleh mengandung bahan kimia dalam jumlah yang
melampaui ambang batas. Beberapa persyaratan kimia tersebut antara lain
9

 pH. Hal ini penting karena mempengaruhi proses korosi, khususnya pada pH
<6.5 dan >9.5 mempercepat terjadinya korosi.
 Total solid (zat padat total). Merupakan bahan yang tertinggal sebagai residu
pada penguapan dan pengeringan pada suhu 103 – 1050C
 Zat Organik. Zat organik yang berlebihan akan menyebabkan bau yang tidak
sedap
 CO2 agresif. Dapat merusak bangunan, perpipaan dalam distribusi air

 Kesadahan total, adalah kesadahan yang disebabkan oleh adanya ionion Ca2
+ Mg2 secara bersamaan.
 Kalsium (Ca). Nilai Ca > 200mg/l dapat menyebabkan korosi pada pipa
 Besi dan Mangan. Menyebabkan air menjadi keruh dan dapat menghambat
proses desinfeksi
 Tembaga (Cu). Pada kadar > 1 mg/l akan menyebabkan rasa tidak enak pada
indera pengecap dan dapat menyebabkan kerusakan hati
 Seng( Zn). Kadar > 5 mg/l dapat menyebabkan rasa pahit
 Chlorida (Cl). Kadar > 250 mg/l akanmenyebabkan rjasa asin dan bersifat
korosit pada logam
 Nitrit. Dapat menyebabkan methamoglobinemia khususnya pada bayi
 Fluorida (F). Kadar F < 1 mh/l meneyebabkan kerusakan (carries) pada gigi.
 Logam-logam berat (Pb, As, Se, Cd, Cr. Hg. CN). Keberadaannya dapat
mempengaruhi jaringan syaraf, pencernaan, dan kanker
c. Syarat-syarat bakteriologis. Air tidak boleh mengandung kuman patogen dan
parasit seperti virus typhus, kolera, dll.
d. Syarat radiologis. Tidak boleh mengandung zat yang menghasilkan bahan-
bahan yang mengandung radiokatif seperti sinar alfa, beta dan gamma.

2. Persyaratan kuantitatif. Ditinjau dari banyaknya air baky yang tersedia. Artinya air
tersebut mampu memenuhi kebutuhan sesuai dengan jumlah penduduk yang
dilayaninya

3. Persyaratan kontinuitas. Sangat erat hubungannya dengan kuantitas air. Kontinuitas


artinya adalah bahwa air baku untuk air bersih tersebut dapat diambil terus menerus
dan tidak bersifat fluktuatif
10

Skema 1. Diagram pemilihan sumber air baku


11

Skema 2. Diagram pemilihan sumber air baku


12

Skema 3. Diagram pemilihan sumber air baku

Proyeksi Kebutuhan Air Bersih


Semakin padat jumlah penduduk dan semakin tinggi tingkat kegiatan akan
menyebabkan semakin besarnya tingkat kebutuhan air. Variabel yang menentukan
besaran kebutuhan akan air bersih antara lain adalah sebagai berikut:

Satuan Kebutuhan Air Bersih

Kebutuhan air terbagi atas kebutuhan untuk:

1. Rumah Tangga

2. Non Rumah Tangga

Pemerintah Indonesia telah menyusun program pelayanan air bersih sesuai dengan
kategori daerah yang dikelompokkan berdasarkan jumlah penduduk.
13

No Kategori Kota Jumlah Penduduk Sistem Tingkat


Pemakaian Air

1 Kota Metropolitan > 1.000.000 Non Standar 190

2 Kota Besar 500.000 – Non Standar 170


1.000.000

3 Kota Sedang 100.000 – 500.000 Non Standar 150

4 Kota Kecil 20.000 – 100.000 Standar BNA 130

5 Kota Kecamatan < 20.000 Standar IKK 100

6 Kota Pusat < 3.000 Standar DPP 30


Pertumbuhan

Tabel 3. Tingkat Pemakaian Air Rumah Tangga Sesuai Kategori Kota


Sumber : SK-SNI Air Bersih

No Non Rumah Tangga Tingkat Pemakaian Air


(fasilitas)

1 Sekolah 10 liter/hari

2 Rumah Sakit 200 liter/hari

3 Puskesmas (0,5 - 1) m3/unit/hari


4 Peribadatan (0,5 - 2) m3/unit/hari

5 Kantor (1 - 2) m3/unit/hari
6 Toko (1 - 2) m3/unit/hari
7 Rumah Makan 1 m3/unit/hari
8 Hotel/Losmen (100 - 150) m3/unit/hari

9 Pasar (6 - 12) m3/unit/hari


10 Industri (0,5 - 2) m3/unit/hari
11 Pelabuhan/Terminal (10 - 20) m3/unit/hari
14

No Non Rumah Tangga Tingkat Pemakaian Air


(fasilitas)

12 SPBU (5 - 20) m3/unit/hari


13 Pertamanan 25 m3/unit/hari
Tabel 4. Tingkat Pemakaian Air Non Rumah Tangga
Sumber : SK-SNI Air Bersih

Kehilangan Air

Kehilangan air merupakan banyaknya air yang hilang. Hilang yang diperlukan bagi
penjagaan tujuan penyediaan air bersih, yaitu tercukupinya kualitas, kuantitas, dan
kontinuitasnya dan yang disebabkan aktivitas penggunaan dan pengolahan air.
Kehilangan ini ditentukan dengan mengalikan faktor tertentu (15-20%) dengan angka
total produksi air.

Kehilangan air dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu:

1. Kehilangan air rencana (unacounted for water)

Kehilangan air rencana memang dialokasikan khusus untuk kelancaran operasi dan
pemeliharaan fasilitas, faktor ketidaksempurnaan komponen fasilitas dan hal lain
yang direncanakan beban biaya.

2. Kehilangan air insidentil

Penggunaan air yang sifatnya insidentil, misalnya penggunaan air yang tidak
dialokasikan khusus, seperti pemadam kebakaran.

3. Kehilangan air secara administratif

Kehilangan air secara administratif adalah dapat disebabkan oleh:

 Kesalahan pencatatan meteran

 Kehilangan air akibat sambungan liar

 Kehilangan akibat kebocoran dan pencurian illegal

Perencanaan kebutuhan air bersih yang aman biasanya memperhitungkan kondisi pada
saat terjadinya kebutuhan maksimum (puncak). Untuk keamanan perencanaan jalur
transmisi dan instalasi pengolahan, digunakan faktor hari puncak, sedangkan untuk
keamanan rancangan reservoir dan distribusi, digunakan faktor jam puncak.
15

Kriteria Penyediaan Air Bersih

Untuk mendapatkan hasil perencanaan sistem penyediaan air bersih yang baik, yaitu
supply air tersedia setiap saat dengan debit dan tekanan yang cukup, serta kualitas
memenuhi syarat, maka diperlukan kriteria perencanaan agar sistem berikut dimensi
dan spesifikasi komponen sistem mempunyai kinerja yang baik. Kriteria perencanaan
yang digunakan berpedoman pada kriteria perencanaan dan petunjuk teknik bidang air
bersih. Secara umum kriteria perencanaan yang digunakan dalam perencanaan sistem
penyediaan air bersih ini meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Penentuan daerah pelayanan disesuaikan dengan kondisi setempat berdasarkan


kepadatan penduduk.

2. Cakupan pelayanan atau banyaknya penduduk yang dilayani sistem air bersih.

3. Tingkat pelayanan atau cara penyampaian air ke konsumen.

4. Usaha pelayanan air bersih ke konsumen pada umumnya melalui 2 cara yaitu melalui
Sambungan Rumah (SR) dan Hydrant Umum (HU), dengan perbandingan berkisar
antara 50:50 atau 80:20 dimana faktor cost recovery merupakan faktor yang perlu
dipertimbangkan. Besarnya angka perbandingan tersebut ditetapkan berdasarkan
hasil survey dilapangan.

5. Kebutuhan dasar atau besarnya pemakaian air perhari, tergantung pada jenis
kawasan kota kecil, sedang dan metropolitan. Di daerah perkotaan, pemakaian air
untuk sambungan rumah adalah 100-120 l/org/hari sedangkan untuk hydrant umum
adalah 30 l/org/hari.

6. Pelayanan fasilitas non domestik diperhitungkan sebesar 10-30% dari kebutuhan


domestik.

7. Kebocoran/kehilangan air, biasanya diasumsikan sebesar 20% dari total produksi.

8. Fluktuasi pemakaian air.

9. Pemakaian air pada hari maksimum = (1,10-1,15) x Qtotal.

10. Pemakaian air pada jam maksimum = (1,50-2,00) x Qtotal.

11. Pipa transmisi direncanakan untuk pengaliran air pada saat debit hari maksimum.

12. Pipa distribusi direncanakan untuk pengaliran air pada saat debit jam puncak.

13. Kapasitas reservoir pada umumnya berkisar antara 15-20% dari total produksi
(Qmax).

14. Tekanan air dalam pipa:


16

 Tekanan maksimum direncanakan sebesar 75 m kolom air

 Tekanan minimum direncanakan sebesar 10 m kolom air

15. Kecepatan pengaliran dalam pipa

 Transmisi 0,6 – 4,0 m/detik

 Distribusi 0,6 – 2,0 m/detik

16. Koefisien kekasaran pipa

Untuk perhitungan hidrolis baik untuk pipa transmisi maupun distribusi, koefisien
kekasaran pipa (koefisien Hazen William) digunakan nilai sebagai berikut:

 Pipa PVC : 120 -140

 Pipa Steel : 120

 Pipa GIP : 110

17. Pipa distribusi, pengaliran pada konsumen dengan menggunakan jaringan pipa
yang direncanakan dapat mengalirkan air dengan jumlah sesuai kebutuhan jam
puncak dengan waktu pengaliran sepanjang 24 jam.

18. Tekanan dan kecepatan pengaliran di dalam pipa, tekanan statis maksimum
sebesar 75 mka atau tergantung pada spesifikasi komponen sistem. Kecepatan
pengaliran 0,3-3 m/detik.

Kriteria perencanaan didasarkan pada pedoman perencanaan sektor air bersih yang
dikeluarkan oleh Direktorat Air Bersih PU – Cipta Karya.

No Uraian Prosentase Pelayanan Tingkat Pelayanan

1 Hidran Umum Tergantung dari hasil studi dan Tergantung dari hasil studi dan
kebijakan daerah yaitu berkisar kebijakan daerah yaitu berkisar antara
antara 20-40% daerah 50-100 jiwa/HU
pelayanan

2 Sambungan Tergantung dari hasil studi dan Tingkat pemakaian air berdasarkan
Rumah kebijakan daerah yaitu berkisar kategori kota yaitu :
antara 60-80% pelayanan
Metropolitan 190 l/org/hari

Kota Besar 170 l/org/hari

Kota Sedang 150 l/org/hari


17

No Uraian Prosentase Pelayanan Tingkat Pelayanan

Kota Kecil 130 l/org/hari

Kecamatan 100 l/org/hari

Dengan perkiraan 1 SR melayani 4-6


jiwa.

3 Pemadam Kebutuhan pemadam


kebakaran kebakaran diambil 20% dari
kapasitas reservoir atau 5%
dari kebutuhan domestik

Tabel 5. Alokasi dan Prosentase Pelayanan


Sumber : Juknis Sistem Penyediaan Air Bersih Kimpraswil 1998

Kategori Kota Berdasarkan Jumlah Penduduknya

No Uraian Kota Sedang Kota Kecil Perdesaan


100.000 – 20.000 – 3.000 – 20.000
500.000 100.000

1 Konsumsi unit Sambungan 100-150 100-150 90-100


Rumah (SR) l/org/hari

2 Persentase konsumsi unit 25-30 20-25 10-20


non domestik terhadap
konsumsi domestik

3 Persentase kehilangan air 15-20 15-20 15-20


(%)

4 Faktor Hari Maksimum 1.1 1.1 1.1-1.25

5 Faktor jam puncak 1.5-2.0 1.5-2.0 1.5-2.0

6 Jumlah jiwa per SR 6 5 4-5

7 Jumlah jiwa per Hidrant 100 100-200 100-200


Umum (HU)

8 Sisa tekan minimum di titik 10 10 10


kritis jaringan distribusi (meter
kolom air)

9 Volume reservoir (%) 20-25 15-20 12-15

10 Jam operasi 24 24 24
18

Kategori Kota Berdasarkan Jumlah Penduduknya

No Uraian Kota Sedang Kota Kecil Perdesaan


100.000 – 20.000 – 3.000 – 20.000
500.000 100.000

11 SR/HU (dalam % jiwa) 80-20 70-30 70-30

Tabel 6. Pedoman Perencanaan Air Bersih PU Cipta Karya


Sumber : Juknis Sistem Penyediaan Air Bersih Kimpraswil 1998Tabel 7.

1.5. Tahapan Perencanaan Air Bersih


Dalam pemenuhan kebutuhan prasarana air bersih, maka dilakukan tahapan-tahapan
perencanaan berdasarkan 5 (lima) komponen utama yang terdiri dari:

a. Perhitungan Kebutuhan Air

Kebutuhan air dihitung berdasarkan kebutuhan untuk rumah tangga (domestik), non
domestik dan juga termasuk perhitungan atas kebocoran air. Analisis kebutuhan air
ini disesuaikan dengan hasil perhitungan proyeksi penduduk, prosentase penduduk
yang dilayani dan besarnya pemakaian air.

1. Penentuan jumlah dan kepadatan penduduk


- Tentukan jumlah penduduk awal perencanaan

- Tentukan nilai prosentase pertambahan penduduk pertahunnya (r)

- Hitung pertambahan nilai penduduk sampai akhir tahun perencanaan (misal 5


tahun) dengan menggunakan salah satu metode, misalnya metode geometri:

P = Po ( 1 + r )n

P : jumlah penduduk tahun proyeksi perencanaan

Po : jumlah penduduk tahun yang diketahui

r : prosen pertambahan penduduk tiap

tahun n : tahun proyeksi

 Hitung kepadatan penduduk dengan menggunakan formula

2. Penentuan kebutuhan air bersih


19

Kebutuhan air total dihitung berdasarkan jumlah pemakai air yang telah
diproyeksikan untuk 5-10 tahun mendatang dan kebuutuhan rata-rata setiap
pemakai setelah ditambahkan 20 % sebagai faktor kehilangan air (kebocoran)

a. Hitung kebutuhan air bersih dengan mengalikan jumlah jiwa yang akan
dilayani sesuai dengan perencanaan dikali kebutuhan air perorangan perhari
(q) dikali faktor hari maksimum (fmd = 1,05 s/d
1,15) Q = P x q
Qmd = Q x fmd
b. Hitung kebutuhan total air bersih dengan faktor kehilangan 20% dengan
persamaan :
Qt = Qmd x 100/80
c. Bandingkan dengan hasil pengukuran debit sumber air baku apakah dapat
mencukupi atau tidak, jika tidak cari alternatif sumber air baku lain.
b. Identifikasi Sumber Air Baku

Identifikasi air baku terutama dimaksudkan untuk mendapatkan informasi


mengenai:

 Jarak dan beda tinggi sumber air terhadap daerah pelayanan


 Debit andalan sumber air
 Kualitas air baku dan jenis alokasi sumber air baku pada saat ini

c. Pemeriksaan dan Penilaian Kualitas Air

Sistem pengolahan air yang dibangun harus dapat memproduksi air yang
memenuhi standar kualitas air bersih yang ditetapkan oleh Departemen
Kesehatan RI.

d. Pemilihan Alternatif Sistem

Sistem penyediaan air bersih yang dirancang merupakan sistem terpilih yang
diperoleh berdasarkan hasil pemilihan terhadap beberapa alternatif pilihan sistem.
Penentuan pilihan didasarkan pada penilaian berdasarkan aspek:

 Teknis
 Ekonomis
 Lingkungan

e. Perhitungan Kebocoran/Kehilangan Air

Kehilangan air yang disebabkan kebocoran teknis dan non teknis diperkirakan
sebesar 20% dari kebutuhan total.
20

f. Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih

a. Sistem Penyediaan Air Bersih terdiri dari:

 Sistem Produksi meliputi Intake dan Instalasi Pengolahan Air


 Sistem Distribusi meliputi Reservoir dan Pipa Induk
 Sistem Pemanfaatan melalui Sambungan Rumah dan Hydrant Umum

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem distribusi adalah:

 Pola tata guna lahan


 Kepadatan penduduk
 Kondisi topografi kota
 Rancangan induk kota

Contoh
Tentukan jumlah penduduk pada lima tahun berikutnya, jika pada saat ini jumlah penduduk
adalah 373 jiwa dengan pertumbuhan penduduk adalah 1,5% per tahun!
Jawab:

P = Po (1 + r)n
= 373 (1 + 0, 015)5
= 400 jiwa
Kebutuhan air bersih, Qmd = 400 jiwax 60l/jiwa/hr x 1,05

Kebutuhan total air bersih = 25200 l/hari


= 0,30 l/detik
, Qt = 0,30 x 100/80

= 0,375 l/detik
1.6. Soal-soal latihan
1. Jelaskan pentingnya penyediaan air bersih bagi kehidupan manusia!

2. Jelaskan pengertian ait bersih dan air minum!

3. Sebutkan dan jelaskan pengertian dan syarat-syarat air bersih menurut Permenkes No 416
tahun 1990!
21

BAB II
HIDROLOGI

2.1. Siklus Hidrologi

Hidrosfer adalah lapisan air yang ada di permukaan bumi. Kata hidrosfer
berasal dari kata hidros yang berarti air dan sphere yang berarti lapisan.
Hidrosfer di permukaan bumi meliputi danau, sungai, laut, lautan, salju atau
gletser, air tanah dan uap air yang terdapat di lapisan udara.

Hidrologi adalah suatu ilmu tentang kehadiran dan gerakan air di alam. Secara
khusus menurut SNI No. 1724-1989-F, hidrologi didefenisikan sebagai ilmu
yang mempelajari sistem kejadian air di atas, pada permukaan dan di dalam
tanah. Defenisi tersebut terbatas pada hidrologi rekayasa. Secara luas hidrologi
meliputi pula berbagai bentuk air, termasuk transformasi antara keadaan cair,
padat, dan gas dalam atmosfir, di atas dan di bawah permukaan tanah. Di
dalamnya tercakup pula air laut yang merupakan sumber dan penyimpanan air
yang mengaktifkan kehidupan di planet bumi ini.

Siklus hidrologi adalah suatu proses peredaran atau daur ulang air secara yang
berurutan secara terus-menerus. Pemanasan sinar matahari menjadi pengaruh
pada siklus hidrologi. Air di seluruh permukaan bumi akan menguap bila
terkena sinar matahari. Pada ketinggian tertentu ketika temperatur semakin
turun uap air akan mengalami kondensasi dan berubah menjadi titik-titik air dan
jatuh sebagai hujan. Siklus hidrologi dibedakan menjadi tiga, yaitu :

 Siklus pendek. Dalam siklus pendek, air laut mengalami pemanasan dan
menguap menjadi uap air.Pada ketinggian tertentu uap air mengalami
kondensasi menjadi awan. Bila butir-butir embun air itu cukup jenuh dengan
uap air, hujan akan turun di atas permukaan laut.
 Siklus sedang. Pada siklus sedang, uap air yang berasal dari lautan ditiup
oleh angin menuju ke daratan. Di daratan uap air membentuk awan yang
akhirnya jatuh sebagai hujan di atas daratan. Air hujan tersebut akan
22

mengalir melalui sungai-sungai, selokan dan sebagainya hingga kembali


lagi ke laut.
 Siklus panjang. Pada siklus panjang, uap air yang berasal dari lautan ditiup
oleh angin ke atas daratan. Adanya pendinginan yang mencapai titik beku
pada ketinggian tertentu, membuat terbentuknya awan yang mengandung
kristal es. Awan tersebut menurunkan hujan es atau salju di pegunungan. Di
permukaan bumi es mengalir dalam bentuk gletser, masuk ke sungai dan
selanjutnya kembali ke lautan.

Daur atau siklus hidrologi gerakan air laut ke udara, kemudian jatuh ke
permukaan tanah dan akhirnya mengalir ke laut kembali. Siklus peristiwa
tersebut sebenarnya tidaklah sesederhana yang kita bayangkan karena

 Daur itu dapat berupa daur pendek, yaitu hujan yang segera dapat mengalir
kembali ke laut.
 Tidak adanya keseragaman waktu yang diperlukan oleh suatu daur. Selama
musim kemarau kelihatannya daur seolah-olah berhenti, sedangkan dalam
musim hujan berjalan kembali.
 Intensitas dan frekuensi daur tergantung kepada letak geografi dan
keadaan iklim suatu lokasi. Siklus ini berjalan karena sinar matahari. Posisi
matahari akan berubah-ubah setiap masa menurut meridiannya (meskipun
sebenarnya posisi bumi yang berubah).
 Berbagai bagian daur dapat menjdi sangat kompleks, sehingga kita hanya
dapat mengamati bagian akhir saja terhadap suatu curah hujan di atas
permukaan tanah yang kemudian mencari jalannya untuk kembali ke laut.

Air hujan yang jatuh di atas permukaan tanah, sebagian kecil akan meresap
(absorbsi) di dalam tanah (infiltrasi), sedang yang lainnya akan menjadi
limpasan permukaan (surface run off). Air meresap ini ada yang keluar dan
kembali ke permukaan melalui mata air (interflow), tapi sebagian besar akan
tetap tersimpan dalam tanah (ground water). Air tanah ini umumnya
membutuhkan waktu yang realtif lama untuk dapat muncul kembali ke
permukaan, yang biasa disebut dengan limpasan air tanah. Semua bagian-
23

bagian air yang disebut di atas tadi pada akhirnya akan mengalir menuju
sungai, waduk, danau, ataupun laut.

Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus
hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air berevaporasi, kemudian
jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan batu, hujan es dan
salju (sleet), hujan gerimis atau kabut. Pada perjalanan menuju bumi beberapa
presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh yang
kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah
mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga cara
yang berbeda:

a. Evaporasi / transpirasi : Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di


tanaman, dsb. kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan
kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan
menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam
bentuk hujan, salju, es.

b. Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah : Air bergerak ke dalam tanah melalui


celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat
bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau
horizontal dibawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali
sistem air permukaan.
c. Air Permukaan : Air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan aliran
utama dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah,
maka aliran permukaan semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat
biasanya pada daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan
membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan disekitar
daerah aliran sungai menuju laut. Air permukaan, baik yang mengalir
maupun yang tergenang (danau, waduk, rawa), dan sebagian air bawah
permukaan akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan berakhir ke
laut. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam komponen-komponen
siklus hidrologi yang membentuk sisten Daerah Aliran Sungai (DAS). Jumlah
air di bumi secara keseluruhan relatif tetap, yang berubah adalah wujud dan
tempatnya.
24

Dengan demikian ada empat macam proses dalam siklus hidrologi yang harus
dipelajari oleh para ahli hidrologi dan para ahli bangunan air, yaitu:
a. prespitasi

b. evaporasi

c. infiltrasi

d. surface run off

Seorang ahli hidrologi harus dapat menginterpretasikan data yang tersedia


untuk studinya. Dari studinya itu harus dapat meramalkan suatu besaran
ekstrim yaitu debit maksimum (banjir) atau debit minimum (debit-debit kecil).

Gambar 4. Siklus Hidrologi


(Sumber : Soemarto, 1987)
25

Gambar 5

2.2. Neraca Air


Neraca air adalah suatu hitungan (analisa kuantitatif) besaran volumetrik yang
terkait dengan sistem input dan output dalam suatu sistem penyediaan dan
pelayanan air bersih. Sudah menjadi ketentuan umum dalam dunia air minum
bahwa neraca air (water balance) adalah dasar yang paling esensial untuk
melakukan perhitungan terhadap tingkat kehilangan air. Berdasarkan IWA
Manual of Best Practice : Performance Indicators for Water Supply Services
yang diterbitkan oleh IWA Publishing Tahun 2000, secara prinsip input dan
output tipikal sistem pelayanan air minum (SPAM) secara berurutan dari air
baku sampai ke pelanggan dapat dilihat pada gambar berikut

ini, dengan catatan beberapa sistem dapat saja lebih sederhana dan tidak
selengkap gambaran tersebut.
26

Gambar 6. Definisi Input dan Output SPAM

Untuk memahami proses di atas, perlu difahami bahwa neraca air selalu
membutuhkan perhitungan volume air yang dibuat pada setiap titik pengukuran
yang dapat diterapkan pada sistem berdasarkan pertimbangan. Biasanya
digunakan data dari hasil pembacaan meter air, namun dalam hal tidak
terdapat meter air maka suatu “perkiraan” berdasarkan data lain yang ada
hubungannya dan penerapan pengalaman (engineering judgement) dapat saja
dilakukan. Neraca air biasanya dihitung dalam kurun waktu tertentu, bisa
bulanan, setengah tahunan (semester) atau 12 bulanan yang pada dasarnya
mencerminkan rata-rata tahunan dari semua bagian/komponen.
27

Istilah “Pengambilan Air” (Water Abstracted) merujuk kepada volume tahunan


air yang diambil untuk input ke Instalasi Pengolahan Air/IPA (atau secara
langsung dialirkan ke sistem transmisi dan distribusi) yang diambil dari sumber
air baku. Istilah Air baku, import atau ekspor (raw water, imported or exported)
merujuk kepada volume tahunan transfer air baku yang melintasi batas wilayah
operasional. Transfer dapat terjadi di manapun di antara lokasi pengambilan
dan IPA. Istilah input pengolahan (treatment input) merujuk kepada volume
tahunan air baku yang masuk ke IPA. Istilah air yang diproduksi (water
produced) merujuk kepada volume tahunan air terolah yang dimasukkan ke
dalam pipa transmisi atau secara langsung ke sistem distribusi. Volume
tahunan air yang didistribusikan ke pelanggan tanpa pengolahan sebelumnya
harus pula dihitung sebagai air yang diproduksi. Istilah air terolah, impor atau
ekspor (treated water, imported or exported) merujuk kepada volume tahunan
air curah terolah yang melintasi batas wilayah operasional. Transfer dapat
terjadi di mana saja di hilir IPA. Volume tahunan air (jika ada) yang diambil dan
didistribusikan ke pelanggan tanpa pengolahan (misalkan yang berasal dari
sumber mata air) harus pula dihitung sebagai air terolah dalam lingkup neraca
air.

Istilah input transmisi (transmission input) merujuk kepada volume tahunan air
terolah yang masuk ke sistem transmisi. Istilah input distribusi (distribution
input) merujuk kepada volume tahunan air terolah yang masuk ke sistem
distribusi. Istilah air yang dipasok (supplied water) merujuk kepada input
distribusi dikurangi air terolah yang diekspor (jika tidak mungkin untuk
memisahkan transmisi dari distribusi, air yang dipasok adalah input transmisi
dikurangi air terolah yang diekspor). Istilah volume input sistem (system input
volume) merujuk kepada volume tahunan yang masuk ke bagian SPAM yang
berhubungan dengan perhitungan neraca air.

Selanjutnya, kita dapat melihat matrik standar dari Neraca Air (Water Balance)
yang direkomendasikan oleh International Water Association (IWA), dan telah
dijadikan sebagai standar internasional.
28

Tabel 7. Komponen Neraca Air

Tabel 8. Komponen Neraca Air Secara Rinci


29
30

Tabel 9. Profil Penyelenggaraan Air Bersih Dunia

Neraca air yang tersisa di permukaan bumi adalah air hujan, yang bermuara
danau, sungai, dan sungai dan dibawa kembali ke lautan, di mana siklus
dimulai lagi.” (Universty of Illinois WW2010 project).

2.3. Hujan

Hujan merupakan komponen masukan yang paling penting dalam proses


analisis hidrologi, karena kedalaman curah hujan (rainfall depth) yang turun
dalam suatu DAS akan dialihragamkan menjadi aliran di sungai, baik melalui
limpasan permukaan (surface runoff), aliran antara (interflow, sub-surface
runoff), maupun sebagai aliran air tanah (groundwater flow) (Sri Harto, 1993).

Proses pembentukan hujan terjadi karena penguapan air, terutama air dari
permukaan laut yang naik ke atmosfer, mendingin dan kemudian menyuling
dan jatuh sebagian di atas laut dan sebagian ai atas daratan, sebagian
31

meresap ke dalam tanah (infiltrasi), sebagian di tahan tumbuh-tumbuhan


(intersepsi), sebagian menguap kembali (evaporasi) dan sebagian menjadi
lembab. Air yang meresap ke dalam tanah sebagian menguap melalui pori-pori
di dalam tanah (evapotranspirasi) dan demikian pula air yang ditahan tumbuh-
tumbuhan sebagian menguap(transpirasi). Terangkatnya udara keatas dapat
terjadi dengan 3 cara yaitu hujan konvektif, hujan siklon (cyclonic) dan hujan
orografik (orographic rainfall). Air hujan yang menguap, yang meresap ke
dalam tanah, yang ditahan tumbuh-tumbuhan dan transpirasi tidak ikut menjadi
aliran air di dalam sungai dan disebut air hilang. Para pakar hidrologi telah
lama mengetahui bahwa dari seluruh jumlah prespitasi yang jatuh ke wilayah
daratan, hanya seperempatnya yang kembali ke laut melalui limpasan
langsung (direct runoff) atau aliran air tanah (ground water flow). Karena itu
pada umumnya diyakini bahwa penguapan dari daratan merupakan sumber
lengas yang utama bagi hujan di daratan. Kebanyakan gagasan untuk
memperbesar hujan telah didasarkan atas anggapan (yang sekarang ternyata
salah) bahwa hujan yang lebih besar dapat diperoleh dari peningkatan jumlah
air di atmosfir. Sekarang disadari bahwa penguapan dari permukaan laut
adalah sumber utama air hujan, dan diperkirakan tidak lebih dari sepuluh
persen dari hujan di daratan berasal dari penguapan.

Untuk memperoleh besaran hujan yang dapat dianggap sebagai kedalaman


hujan, diperlukan sejumlah stasiun hujan dengan pola penyebaran yang telah
diatur oleh WMO (World Meteorological Organisation). Alat pengukur hujan
terdiri dari dua jenis, yaitu alat ukur hujan biasa (manual raingauge) dan alat
ukur hujan otomatik (automatic raingauge) (Sri Harto, 1993).

Jika kita membicarakan data hujan, ada 5 buah unsur yang harus kita tinjau,
yaitu:

a. intensitas i, adalah laju curah hujan = tinggi air per satuan waktu, misalnya
mm/menit, mm/jam, mm/hari

b. lama waktu atau durasi t, adalah lamanya curah hujan terjadi dalam menit
atau jam.
32

c. tinggi hujan d, adalah banyaknya atau jumlah hujan yang dinyatakan dalam
ketebalan air di atas permukaan dasar, dalam mm.

d. frekuensi, adalah frekuensi terjadinya hujan, biasanya dinyatakan dengan


waktu ulang (return period) T, misalnya sekali dalam T tahun.

2
e. luas, adalah luas geografis curah hujan A, dalam km .

Hubungan antara intensitas, durasi dan tinggi hujan dinyatakan sebagai


berikut:

Intensitas rata-rata Idirumuskan sebagai berikut:

Karakteristik Hujan

1. Durasi Hujan
Durasi hujan adalah lamanya kejadian hujan yang diperoleh dari hasil
pencatatan alat ukur hujan otomatis (dalam menitan, jam-jaman
ataupun harian).

2. Intensitas Curah Hujan


Jika kita diminta untuk menyiapkan perencanaan teknik bangunan air,
pertama-tama yang harus kita tentukan adalah berapa debit yang
harus diperhitungkan dimana besarnya debit rencana ditentukan oleh
intensitas curah hujan. Intensiatas curah hujan adalah jumlah hujan
dalam tiao satuan waktu, yang biasanya dinyatakan dalam milimeter
per jam. Besarnya intensitas curah hujan berbeda-beda, tergantung
dengan lamanya curah hujan dan frekuensi kejadian. Pada umumnya
semakin besar durasi hujan t, intensitas hujannya semakin kecil. Jika
tidak ada waktu untuk mengamati besarnya intensitas hujan atau
33

karena disebabkan tidak adanya alat untuk mngamati, maka dapat


ditempuh cara empiris dengan menggunakan rumus-rumus berikut ini:

- Talbot (1881)

- Sherman (1905)

- Inshiguro

- Mononobe

dimana:

i = intensitas curah hujan (mm/jam)

t = waktu (durasi) curah hujan, menit untuk persamaan Talbot,


Sherman dan Inshiguro, dan jam untuk persamaan Mononobe

a,b = konstanta

d24 = tinggi hujan maksimum dalam 24 jam (mm)

3. Waktu Konsentrasi
34

Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan air untuk mengalir


dari titik yang paling jauh pada aliran ke titik kontrol yang ditentukan di
bagian hilir saluran. Pada prinsipnyawaktu konsentrasi dapat dibagi
menjadi dua bagian yaitu:

- Inlet time (t0) yakni waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir di
atas permukaan tanah menuju aluran drainase.

- Conduit time (td) yakni waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir
di sepanjang saluran drainase sampai ke titik kontrol yang diperlukan.

Waktu konsentrasi (tc) dapat dihitung dengan rumus berikut:

Analisa Data Curah Hujan

Data curah hujan yang tercatat diproses berdasarkan areal yang mendapatkan
hujan sehingga didapat tinggi curah hujan rata-rata dan kemudian
meramalkan besarnya curah hujan pada periode tertentu.

 Menentukan Curah Hujan Areal


Dengan melakukan penakaran dan pencatatan curah hujan, kita hanya
mendapatkan data curah hujan di suatu titik tertentu (point rainfall). Jika dalam
suatu areal terdapat beberapa alat penakar atau pencatat curah hujan, maka
dapat diambil nilai rata-rata utnuk mendapatkan nilai mcurah hujan areal. Ada
tiga macam cara yang berbeda dalam menetukan tinggi curah hujan pada
areal tertentu dari angka-angka curah hujan di beberapa titik pos pencatat
curah hujan atau AWLR (Automatic Water Level Recorder), antara lain:

1. Metode Aritmatik

Cara mencari tinggi rata-rata curah hujan di dalam suatu daerah aliran
dengan cara arithmatic mean merupakan salah satu cara yang sangat
sederhana. Biasanya cara ini dipakai pada daerah yang datar dan banyak
stasiun curah hujannya, dengan anggapan bahwa di daerah tersebut sifat
curah hujannya adalah sama rata (uniform distribution). Tinggi rata-rata curah
35

hujan didapatkan dengan mengambil nilai rata-rata pengukurna hujan di


pos penakar hujan di dalam areal tersebut. Cara perhitungannya adalah
sebagai berikut:

Dimana:

d = tinggi curah hujan rata-rata (mm)

d1, d2, d3,...dn = tinggi curah hujan di stasiun 1,2,3,...,n (mm)

n = banyaknya stasiun penakar hujan

Gambar 7

Hasil perhitungan yang diperoleh dengan cara aritmatik ini hampir sama
dengan cara lain apabila jumlah stasiun pengamatan cukup banyak dan
tersebar merata di seluruh wilayah. Keuntungan perhitungan dengan cara
ini adalah lebih obyektif.

2. Metode Poligon Thiesen

Metode ini digunakan apabila dalam suatu wilayah stasiun


36

pengamatan curah hujannya tidak tersebar merata. Curah hujan rata-rata


dihitung dengan mempertimbangkan pengaruh tiap-tiap stasiun
pengamatan, yaitu dengan cara menggambar garis tegak lurus dan
membagi dua sama panjang garis penghubung dari dua stasiun
pengamatan. Dengan demikian tiap stasiun penakar R n akan terletak pada
suatu poligon tertentu An. Dengan menghitung perbandingan luas untuk
setiap stasiun yang besarnya = A n/A, dimana A adalah luas daerah
penampungan atau jumlah luas seluruh areal yang dicari tinggi curah
hujannya. Curah hujan rata-rata diperoleh dengan cara menjumlahkan
pada masing-masing penakar yang mempunyai daerah pengaruh yang
dibentuk dengan menggambarkan garis-garis sumbu tegak lurus terhadap
garis penghubung antara dua pos penakar. Curah hujan wilayah tersebut
dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut.

Keterangan:

2
A = Luas areal (km )

d = Tinggi curah hujan rata-rata areal

d1, d2, d3,...dn = Tinggi curah hujan di pos 1, 2, 3,...n

A1, A2, A3,...An= Luas daerah pengaruh pos 1, 2, 3,...n


37

Gambar 8

Metode poligon Thiessen ini akan memberikan hasil yang lebih teliti
daripada cara aritmatik, akan tetapi penentuan stasiun pengamatan dan
pemilihan ketingggian akan mempengaruhi ketelitian hasil. Metode ini
termasuk memadai untuk menentukan curah hujan suatu wilayah, tetapi
hasil yang baik akan ditentukan oleh sejauh mana penempatan stasiun
pengamatan hujan mampu mewakili daerah pengamatan.

3. Metode Garis Isohyet

Metode ini dipandang lebih baik tetapi bersifat subyektif dan tergantung
pada keahlian, pengalaman dan pengetahuan pemakai terhadap sifat
curah hujan di wilayah setempat. Perhitungan dilakukan dengan
menghitung luas wilayah yang dibatasi garis isohyet dengan planimeter.
Curah hujan wilayah dihitung berdasarkan jumlah perkalian antara luas
masing-masing bagian isohyet (Ai) dengan curah hujan dari setiap wilayah
yang bersangkutan (Ri) kemudian dibagi luas total daerah tangkapan air
(A). Secara matematik persamaan tersebut sebagai berikut :
38

Gambar Pembagian Wilayah Hujan dengan Metode Isohiet


n
Ai
PW   Pi
i 1 At
Pw A1P1  A2P2 .... AnPn

A  A ..... A
1 2 n
dimana :

Pw = curah hujan wilayah


A1,A2,...An = luas bagian-bagian antara
garis-garis isohiet
P1,P2,...Pn = curah hujan rata-rata pada
bagian A1,A2,...An

Gambar 9

Ini adalah cara yang paling teliti untuk mendapatkan hujan areal rata-rata,
tetapi memerlukan jaringan stasiun penakar yang relatif lebih padat yang
memungkinkan untuk membuat garis-garis Isohyet. Pada waktu menggambar
garis-garis Isohyet sebaiknya juga memperhatikan pengaruh bukit atau gunung
terhadap distribusi hujan.

Soal-soal latihan
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan siklus hidrogi dan jelaskan
tahapan-tahapannya!
2. Apa yang dimaksud dengan neraca air dan apa fungsi penggunaan
neraca air?
3. Dalam menentukan curah hujan areal, metode manakah yang
paling efektif, dan apa alasannya?
39

BAB III
JARINGAN AIR BERSIH PADA GEDUNG BERTINGKAT

Bangunan gedung pada umumnya merupakan bangunan yang dipergunakan


oleh manusia untuk melakukan kegiatannya, agar supaya bangunan gedung yang
dibangun dapat dipakai, dihuni, dan dinikmati oleh pengguna, perlu dilengkapi
dengan prasarana lain, yang disebut prasarana bangunan atau utilitas bangunan.

Utilitas Bangunan merupakan kelengkapan dari suatu bangunan gedung, agar


bangunan gedung tersebut dapat berfungsi secara optimal. Disamping itu
penghuninya akan merasa nyaman, aman, dan sehat.

Ruang lingkup dari Utilitas Bangunan diantaranya adalah Sistem plambing .


Lingkup plambing diantaranya adalah : sistem penyediaan air minum, sistem
pembuangan air kotor, dan sistem pembuangan air hujan didalam bangunan
gedung.

Plambing dapat didefinisikan sebagai berikut : Sistem Plambing suatu bangunan


gedung adalah perpipaan sistem penyediaan air minum, perpipaan system
pembuangan air kotor, dan perpipaan sistem pembuangan air hujan.

Karena plambing merupakan bagian dari utilitas bangunan, maka tujuan


penempatan plambing dalam suatu bangunan gedung juga, agar penghuni bangunan
gedung tersebut merasa aman, nyaman, dan sehat.

SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

Jenis penyediaan air minum didalam bangunan gedung ada 2 (dua), yaitu :
Penyediaan air minum dingin, dan Penyediaan air minum panas.
40

3.1. Sistem Penyediaan Air Minum Dingin

Sistem penyediaan air minum dingin dalam suatu bangunan gedung ada 3
(tiga) sistem, yaitu :

a. Sistem sambungan langsung

Sistem sambungan langsung adalah sistem dimana pipa distribusi


kebangunan gedung disambung langsung dengan pipa cabang dari sistem
penyediaan air minum secara kolektif/sistem perpipaan (dalam hal ini pipa
cabang distribusi PDAM).

Karena terbatasnya tekanan air di pipa distribusi PDAM, maka sistem ini
hanya bisa untuk bangunan kecil atau bangunan rumah sampai dengan 2
(dua) lantai.

Pada umumnya sumber air yang digunakan pada sistem ini adalah, air
yang berasal dari pipa cabang sistem penyediaan air minum secara kolektif
(dalam hal ini pipa cabang distribusi PDAM). Untuk lebih jelasnya sistem ini
dapat dilihat pada gambar

b. Sistem tangki tekan

Biasanya sistem ini digunakan bila air yang akan masuk kedalam bangunan,
pengalirannya menggunakan pompa. Prinsip kerja sistem ini dapat dijelaskan
sebagai berikut : Air dari sumur atau yang telah ditampung dalam tangki
bawah dipompakan ke dalam suatu bejana (tangki) tertutup, sehingga air yang
ada didalam tangki tertutup tersebut dalam keadaan terkompresi. Air dari
tangki tertutup tersebut dialirkan ke dalam sistem distribusi bangunan.

Pompa bekerja secara otomatis yang diatur oleh suatu detektor tekanan, yang
menutup/membuka saklar motor listrik penggerak pompa. Pompa berhenti
bekerja kalau tekanan dalam tangki telah mencapai suatu batas maksimum
yang ditetapkan, dan bekerja kembali setelah tekanan dalam tangki mencapai
suatu batas minimum yang ditetapkan. Daerah fluktuasi tekanan biasanya
2 2
ditetapkan antara 1,00 kg/cm sampai 1,50 kg/cm . Pada
41

umumnya sumber air yang digunakan pada sistem ini adalah, air yang berasal
dari reservoir bawah (yang sumbernya bisa dari PDAM atau dari sumur atau
dari PDAM dan sumur) atau langsung dari sumur (air tanah). Untuk lebih
jelasnya sistem ini dapat dilihat pada gambar.

c. Sistem tangki atap

Apabila sistem sambungan langsung oleh berbagai hal tidak dapat


diterapkan, maka dapat diterapkan sistem tangki atap.

Dalam sistem ini, air ditampung terlebih dahulu pada tangki bawah, lalu
dipompakan ke tangki atas. Tangki atas dapat berupa tangki yang disimpan
diatas atap atau dibangunan yang tertinggi, dan bisa juga berupa menara
air.

Pada umumnya sumber air yang digunakan pada sistem ini adalah, air yang
berasal dari reservoir bawah (yang sumbernya bisa dari PDAM atau dari
sumur atau dari PDAM dan sumur) atau langsung dari sumur (air tanah).

Untuk lebih jelasnya sistem ini dapat dilihat pada gambar di bawah.
42

Gambar. SISTEM SAMBUNGAN LANGSUNG


43

Gambar. SISTEM TANGKI TEKAN DENGAN SUMBER AIR DARI SUMUR

Gambar. SISTEM TANGKI TEKAN DENGAN SUMBER AIR DARI PDAM


44

GAMBAR : 4 . SISTEM DENGAN TANGKI ATAP


45

gambar : 5. sistem dengan menara air

Agar supaya sistem penyediaan air minum di dalam bangunan gedung


(plambing air minum) dapat berfungsi secara optimal, maka perlu
memenuhi beberapa persyaratan diantaranya adalah :

a. Syarat kualitas

b. Syarat kuantitas

c. Syarat tekanan

a. Syarat kualitas

Air minum yang masuk kedalam bangunan atau masuk kedalam sistem
plambing air minum, harus memenuhi syarat kualitan air minum, yaitu
syarat fisik, syarat kimiawi, dan syarat bakteriologi, yang sesuai dengan
peraturan pemerintah, dalam hal ini Departmen Kesehatan.

b. Syarat kuantitas :

Air minum yang masuk kedalam bangunan atau masuk kedalam sistem
plambing air minum, harus memenuhi syarat kuantitas air minum, yaitu
kapasitas air minum harus mencukupi berbagai kebutuhan air minum
46

bangunan gedung tersebut.

Untuk menghitung besarnya kebutuhan air minum dalam bangunan


gedung didasarkan pada pendekatan sebagai berikut :

- Jumlah penghuni gedung, baik yang permanen maupun yang


tidak permanen.
- Unit beban alat plambing
- Luas lantai bangunan

Perhitungan kebutuhan air berdasarkan luas lantai banguan hanya digunakan


untuk menentukan kebutuhan air pada waktu pra rancangan, tidak untuk
bangunan gedung yang sudah selesai rancangannya. Perhitungan
berdasarkan jumlah penghuni, dipakai untuk bangunan gedung rumah
tinggal.

Contoh perhitungan :

a) Menentukan banyaknya kebutuhan air minum untuk rumah tinggal


sederhana dengan jumlah penghuni sebanyak 5 jiwa.

Asumsikan kebutuhan air sebesar 100 l/jiwa/hari.

Kebutuhan air sebesar : 5 jiwa X 100 l/jiwa/hari = 500 l/hari.

b) Menentukan banyaknya kebutuhan air minum untuk rumah tinggal mewah


dengan jumlah penghuni sebanyak 8 jiwa.

Asumsikan kebutuhan air sebesar 250 l/jiwa/hari.

Kebutuhan air sebesar : 8 jiwa X 250 l/jiwa/hari = 2.000 l/hari.

Perhitungan berdasarkan Unit Beban Alat Plambing, dipakai untuk bangunan


gedung berlantai banyak.

Contoh perhitungan berdasarkan Unit Beban Alat Plambing (UBAP).


47

Menentukan banyaknya kebutuhan air minum untuk bangunan hotel dengan


jumlah lantai sebanyak 8 lantai. Asumsikan dalam hotel tersebut terdapat
peralatan plambing sebagai berikut :
- Kakus dengan tangki gelontor sebanyak 50 unit
- Peturasan sebanyak 10 unit
- Bak cuci tangan sebanya 50 unit
- Bak mandi sebanyak 50 unit
- Dus sebanyak 10 unit

Untuk menghitung besarnya kebutuhan air digunakan tabel dan


gambar/grafik di bawah

Dari tabel didapat jumlah Unit Beban Alat Plambing (UBAP) sebagai berikut:

Kakus dengan tangki gelontor 50 unit X 5 = 250 UBAP


Peturasan sebanyak 10 unit X 10 = 100 UBAP
Bak cuci tangan sebanya 50 unit X 2 = 100 UBAP
Bak mandi sebanyak 50 unit X 4 = 200 UBAP
Dus sebanyak 10 unit X 4 = 40 UBAP

Jumlah total unit beban alat plambing 690 UBAP

Dari Gambar/Grafik didapat besarnya kebutuhan air minum, sebesar


680l/menit
48

Unit

Alat Plambing Hunian Jenis Katup Bebang


No Alat
Plambing
(NUAP)

1 Kakus Umum Katup Gelontor 10


2 Kakus Umum Tangki Gelontor 5
3 Peturasan Umum Katup Gelontor 25 mm (1 10
4 Peturasan Umum Katup Gelontor 20 mm (1/2 5
5 Peturasan Umum Tangki Gelontor 3
6 Bak cuci Tangan Umum Kran 2
7 Bak mandi Umum Kran 4
8 Dus Umum Katup Pencampur 4
9 Bak cuci Kantor, dan Kran 3

10 Bak cuci Dapur Hotel, Restoran Kran 4


11 Kakus Pribadi Katup Gelontor 6
12 Kakus Pribadi Tangki Gelontor 3
13 Bak cuci Tangan Pribadi Kran 1
14 Bak Mandi Pribadi Kran 2
15 Pancuran Pribadi Katup Pencampur 2
16 Kelompok Kamar Pribadi Katup Gelontor untuk 8
17 Dus Terpisah Pribadi Katup Campuran 2
18 Kelompok Kamar Pribadi Tangki Gelontor untuk 6
19 Bak cuci Dapur Pribadi Kran 3
20 Bak cuci Pakaian Pribadi Kran 3
21 Alat Plambing Pribadi Kran 3
tabel .beban kebutuhan alat plambing
* Beban alat plambing yang tidak tercantum dalam Tabel harus diperkirakan dengan

membandingkan alat plambing tersebut dengan alat plambing yang memakai air dalam debit yang
sama. Beban yang tercantum dalam Tabel adalah untuk seluruh kebutuhan.

Alat plambing yang dilengkapi dengan air panas dan air dingin mempunyai
beban masing-masing sebesar ¾ dari beban yang tercantum dalam Tabel
49

gambar . grafik hubungan antara kebutuhan air minum dengan unit beban alat
plambing
50

c. Syarat tekanan

Tekanan air yang kurang mencukupi akan menimbulkan kesulitan


dalam pemakaian air. Tekanan yang berlebihan dapat menimbulkan
rasa sakit terkena pancaran air serta mempercepat kerusakan
peralatan plambing, dan menambah kemungkinan timbulnya pukulan
air. Besarnya tekanan air yang baik berkisar dalam suatu daerah yang
agak lebar dan bergantung pada persyaratan pemakaian atau alat
yang harus dilayani Tekana air yang berada pada sistem plambing
(pada pipa) tekanannya harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
diantaranya yaitu :

2
o Untuk Perumahan dan hotel antara 2,5 kg/cm atau 25 meter kolom
2
air (mka) sampai 3,5 kg/cm atau 35 meter kolom air (mka)
2
o Untuk Perkantoran 4,0 kg/cm atau 40 meter kolom air (mka)
2
sampai 5,0 kg/cm atau 50 meter kolom air (mka)

Tekanan tersebut tergantung dari peraturan setempat. Tekanan yang


dibutuhkan alat plambing dapat dibaca pada Tabel di bawah

No Nama alat Plambing Tekanan yang Tekanan


dibutuhkan standar

1 Katup gelontor kloset 1) 2)


0,70
2 Katup gelontor peturasan 2)
0,40
3 Keran yang menutup sendiri, otomatik 3)
0,70
4 Pancuran mandi, dengan
0,70
pancaran halus/tajam
5 Pancuran mandi (biasa) 0,35
6 Keran biasa 0,30 1.00

7 Pemanas air langsung, dengan


bahan bakar gas 4)
0,25 – 0,70

tabel.tekanan yang dibutuhkan alat plambing


51

1) 2)
Catatan :

Tekanan Minimum yang dibutuhkan katup gelontor untuk kloset dan urinal yang
dimuat dalam tabel ini adalah tekanan statik pada waktu air mengalir, dan tekanan

2
maksimalnya adalah 4 kg/cm

3)Untuk keran dengan katup yang menutup secara otomatis, kalau tekanan airnya kurang dari yang
minimum dibutuhkan maka katup tidak akan dapat menutup dengan rapat, sehingga air masih akan
menetes dari keran.

4)
Untuk pemanas air langsung dengan bahan bakar gas, tekanan minimum

yang dibutuhkan biasanya dinyatakan/dicantumkan pada alat pemanas tersebut

Untuk bangunan yang berlantai banyak, misalnya 64 tingkat, maka tekanan


air dilantai bawah (untuk sistem pengaliran air dengan menggunakan tangki
atap) akan sangat besar, yaitu sebasar 64 X 3,50
m = 224 meter kolom air (mka). Oleh karena itu, agar tekana air tidak
melampoi batas yang ditentukan, maka bangunan tersebut harus dibagi
menjadi beberapa bagian atau zona, dimana setiap zona tekanan airnya
tidak melampoi tekanan yang terlah ditentukan. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Gambar di bawah
52

Gambar. pembagian zona tekanan


53

3.2. Komponen-komponen yang penting


Komponen-komponen atau bagian-bagian yang penting didalam sistem
penyediaan air minum suatu bangunan diantaranya adalah :

1) Sumber air

2) Pompa air

3) Pipa air dan perlengkapannya (assesories)

4) Tangki air

5) Peralatan plambing air minum

Sumber air

Sumber air untuk sistem penyedian air minum suatu bangunan gedung ada 2
(dua) macam yaitu : secara individu dan secara kolektif

- Secara individu, adalah sistem penyediaan air minum yang sumber airnya
diambil secara perorangan atau rumah tangga/bangunan.
Sistem penyediaan air minum dengan sumber air secara individu dapat dijelaskan sebagai berikut : Air
dari sumber air yang ada didalam tanah melalui
sumur diangkat kepermukaan tanah dengan menggunakan timba/pompa,
lalu air tersebut digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Ada juga air dari
sumber air yang ada didalam tanah melalui sumur di pompa langsung
ke alat-alat plambing atau di pompa ke menara air, lalu air dari menara air
dialirkan secara gravitasi ke alat-alat plambing. Ada juga yang

menggunakan sumber air dari mata air atau dari air permukaan (sungai atau
kolam).

- Secara kolektif , adalah sistem penyediaan air minum yang sumber airnya
diambil secara bersama-sama atau kolektif yang diselenggarakan oleh
suatu badan atau perusahaan, yang pada umumnya badan atau
perusahaan yang menyelenggarakannya adalah Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM). Sistem yang digunakan untuk mendistribusikan airnya
menggunakan sarana perpipaan. Oleh karena itu sistem ini juga
54

disebut : “penyediaan air minum sistem perpipaan”.


Sistem penyediaan air minum dengan sumber air secara kolektif dapat
dijelaskan sebagai berikut : Air dari sumber air (air tanah tertekan, mata air,
atau air permukaan) di alirkan melalui saluran transmisi (saluran pembawa) air
baku, baik secara gravitasi maupun secara pemompaan ke bangunan atau
unit pengolahan air minum (water treatment plan) untuk diolah agar supaya air dari
sumber air yang belum memenuhi syarat kualitas air minum
menjadi memenuhi syarat kualitas air minum. Air minum dari unit
pengolahan air minum (water treatment plan) dialirkan melalui pipa transmisi
(pipa pembawa) air minum secara gravitasi atau pemompaan ke reservoir.
Air minum dari reservoir didistribusikan ke konsumen atau pemakai
melalui pipa atau jaringan pipa distribusi (pipa atau jaringan pipa pembagi)
secara gravitasi atau secara pemompaan atau gabungan pemompaan
dan gravitasi”. Tekanan air pada pipa distribusi, maksimal 40 meter kolom

air (mka), dan pada ujung pipa distribusi minimal 10 meter kolom air (mka).
Dari pipa distribusi air dialirkan ke bangunan gedung, bisa secara langsung
keperalatan plambing, bisa juga secara tidak langsung (menggunakan
menara air).

Air dari sistem penyediaan air minum kota (PDAM) pada umumnya
kualitasnya sudah memenuhi persyaratan kualitas air minum, kalau air dari
sumber air individu, ada yang sudah memenuhi syarat kualitas air minum
ada juga yang belum memenuhi. Kalau belum memenuhi syarat kualitas air
minum, maka air tersebut harus diolah terlebih dahulu agar memenuhi
persyaratan air minum, sebelum masuk ke dalam sistem plambing
bangunan gedung.

Pompa air

Pompa air adalah suatu alat untuk menaikan air dari level yang rendah ke
level yang lebih tinggi. Dilihat dari jenisnya dapat dibedakan menjadi 2 (dua),
yaitu pompa hisap dan pompa hisap-tekan. Pompa hisap hanya menaikan air
dari level dibawah pompa kelevel sama dengan level pompa. Pompa hisap-
tekan menaikan air dari level dibawah pompa ke level diatas
55

pompa.

Dari cara kerjanya, pompa dapat dibedakan menjadi

a. Pompa tangan

b. Pompa mekanik (digerakan dengan cara mekanik). Dilihat dari cara


meletakan pompa, pompa mekanik dibedakan menjadi 2 (dua)
golongan, yaitu :
- Pompa yang diletakan diatas permukaan air (pompa centrifugal dan
pompa jet).
- Pompa yang diletakan didalam air, yang disebut pompa rendam
(submersible pump).
Pompa centrifugal akan efektif digunakan untuk menaikan air dari
kedalaman lebih kecil atau sama dengan 7.00 meter (jarak dari pompa
sentrifugal dengan permukaan air yang akan di pompa < 7.00 meter).
Untuk menaikan air, bila kedalaman muka air lebih besar dari 7.00 meter
dari permukaan tanah, sebaiknya digunakan pompa jet (jet pump), atau
pompa rendam (submersible pump). Agar pompa bisa berfungsi secara
optimal (terutama pada pompa centrifugal),maka udara tidak boleh masuk
kedalam pipa hisap.
56

Gambar. Pompa tangan


57

Gambar. cara kerja pompa tangan


58

Gambar. Pompa mekanik


59

Gambar. Detail pompa mekanik


60

Gambar.Pemasangan foot valve


61

Gambar. layout pompa jet


62

Gambar. pompa jet


63

Gambar. detail jet pada pompa jet


64

Gambar. pompa submersible


65

Peralatan (assesories) yang harus ada sekitar pompa adalah :

o Foot valve, berfungsi untuk mencegah air turun kembali.


o Pipa hisap dan peralatannya , (soket, knie) berfungsi sebagai jalan air ke
pompa air
o Pompa itu sendiri, berfungsi untuk menaikan air.
o Fleksible joint, berfungsi agar pada waktu pompa akan dipasang
setelah diperbaiki (dilepas), pada waktu pemasangnya kembali tidak
mengalami kesulitan.
o Sambungan peredam getaran, berfungsi untuk meredam getaran pompa
agar tidak merambat ke pipa. Sambungan peredam getaran biasanya
dipasang pada pompa dengan kapasitas yang besar
o Pipa tekan, berfungsi sebagai jalan air dari pompa air.
o Katup (valve), berfungsi untuk mengatur aliran air, biasanya yang
digunakan adalah dari jenis gate valve (katup sorong).
o Katup searah (swing valve), berfungsi untuk menahan air balik agar
tidak menekan pompa.
o Saringan (strainer), : berfungsi untuk menyaring kotoran agar tidak
masuk kedalam pompa
o Kadang-kadang manometer, berfungsi untuk mengukur tekanan air.
Biasanya dipasang pada pompa dengan kapasitas yang besar.

Pipa hisap yang tegak harus dipasang tegak lurus, dan pipa hisap yang
mendatar harus dipasang agak miring ke atas kearah pompa agar udara
tidak terjebak pada pipa hisap. Pada pipa hisap, udara tidak boleh masuk
kedalam pipa, oleh karena itu pada pipa hisap sedapat mungkin jangan
terlalu banyak sambungan. Karena pada sambungan tersebut udara
mudah masuk
66

Gambar. peralatan yang harus dipasang pada pompa cestrifugal


67

Gambar. cara pemasangan pipa hisap


68

Gambar. cara pemasangan otomat pompa


69

Pipa air dan peralatannya (assesories)

Air yang mengalir dalam pipa, mengalir dibawah tekanan (under pressure)
atau disebut juga air mengalir dengan tekanan, yaitu air mengalir dalam
pipa dalam kondisi pipa terisi penuh oleh air, jadi tidak ada udara didalam
pipa. Oleh karena itu air bisa mengalir kebawah, keatas, atau kesamping.
Jadi pipa dapat dipasang tegak, miring keatas, miring kebawah, atau
mendatar. Pada waktu air mengalir dalam pipa, akan timbul gesrekan-
gesrekan antar molekul air dan gesrekan-gesrekan antara air dengan
dinding pipa, hal ini mengakibatkan timbulnya kehilangan tekanan (head
loss) pada waktu air mengalir didalam pipa. Besarnya kehilangna tekan
dalam pipa tergantung dari :

 Kekasaran dinding pipa. Makin kasar dinding pipa makin besar


kehilangan tekanannya.
 Panjang pipa. Makin panjang pipa, makin besar kehilangan tekanannya.
 Kecepatan air dalam pipa. Makin cepat air mengalir dalam pipa makin
besar kehilangan tekanannya.
 Banyaknya perlengkapan (assesories) pipa.Makin banyak
perlengkapan pipa makin besar kehilangan tekanannya.
Menghitung besarnya kehilangan tekanan air dalam pipa dapat
menggunakan rumus “Hazen William” yang sudah dirubah menjadi
“Nomogram”. Lihat tabel
70

Tabel. nomogram untuk menentukan kehilangan tekanan dalam


pipa kecil dari hazen dan Williams (untuk c = 100)
71

Tabel. Nomogram untuk menentukan kehilangan tekanan dalam peralatan pipa


dari hazen dan williams (untuk c = 100)
72

Pipa yang digunakan untuk digunakan dalam sistem plambing air


minum harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Pipa yang terbuat dari bahan yang kuat menahan tekanan air
b. Tidak mudah berkarat
c. Tidak mudah bocor
d. Tidak merubah kualitas air dalam pipa
e. Tidak berubah kualitasnya oleh cuaca (terutama kalau pipa dipasang
diluar bangunan gedung).
f. Peralatan (assesories) pipa harus terbuat dari bahan yang sama dengan
bahan pipa yang akan dipasang. Peralatan pipa diantaranya terdiri dari :
soket, knie, tee, reduser, croos, valve, dan Dop.

 Soket, berfungsi untuk menyambung 2 (dua) pipa lurus.


 Knie, berfungsi untuk menyambung 2 (dua) pipa berubah arah
 Tee, berfungsi untuk menyambung 3 (tiga) pipa yang bertemu
 Reduser, berfungsi untuk menyambung 2 (dua) pipa dengan garis
tengah berbeda.
 Croos, berfungsi untuk menyambung 4 (empat) pipa lurus
 Valve, berfungsi untuk mengatur atau menutup aliran air
Dop, berfungsi untuk menutup ujung pipa

Pada umumnya garis tengan pipa air minum bergaris tengan kecil, oleh
karena itu pipa air minum dapat dipasang dengan cara menanam pipa
dalam dinding bangunan.
73

Gambar. macam-macam peralatan pipa


74

Gambar. lokasi penempatan katup (valve)

Gambar. Contoh Lubang Pemeriksa di lantai


75

Gambar. penempatan pipa dalam dinding


76

Garis tengan pipa air minum yang ada adalah : ½” , ¾” , 1”, 1 ¼ “, 1 ½ “, 2”, 2
½ “, 3”, 4”, 6”, 8” 10”. Pada umunya yang dipergunakan, yang bergaris tengan
½ “ sampai dengan 1 ¼ “ untuk rumah tinggal. Sebelum menghitung besarnya
garis tengah pipa dan menentukan perletakan peralatang pipa perlu dibuat dulu
gambar isometri. Untuk menentukan garistengah pipa dapat digunakan Tabel di
bawah

Ukuran
m in

1 Bak mandi 1 ½
2 Gabungan bak cuci dan dulang cuci 1 ½
3 Pancuran air minum 1 ½
4 Mesin cuci piring untuk rumah tangga 1 ½
5 Bak cuci dapur untuk rumah tangga 1 ½
6 Bak cuci dapur komersiil 2 ¾
7 Bak cuci tangan 1 ½
8 Bak cuci pakaian (1,2 atau 3 bagian) 1 ½
9 Dus (untuk tiap dus) 1 ½
1 Bak cuci (service slop) 1 ½
1 Bak cuci (jenis bibir penggelontor) 2 ¾
1 Peturasan (katup glontor ¾ “) 2 ¾
1 Peturasan (katup glontor 1 ”) 2 1
1 Peturasan tangki glontor 1 ½
1 Kakus (tangki glontor) 1 ½
1 Kakus (katup glontor) 2 1
1 Kran untuk penyembung slang 1 ½
1 Hidran dinding 1 ½

Tabel. Ukuran minimum pipa penyediaan air alat plambing


77

Size of pipe ½ 5/8 ¾ 1 1¼ 1½ 2 2½ 3 4 6 8 10


(inch)
Number of ½
inch. 37, 11
Pipes with 1 1,7 2,9 6,2 10,9 17,4 65,5 189 527 1.200 2.090
same 8 0,5
capacity
Tabel.The number of ½ in pipes that will discharge as much as A single pipe of any
other size for the same pressure loss
78

Gambar . Contoh gambar isometri


79

Contoh Perhitungan menentukan dimensi pipa air minum

Tentukan dimensi pipa air minum pada gambar berikut :

Ket.
2 5

1. Bak mandi
2. Kakus (katup gelontor)
F E 3. Bak cuci dapur untuk rumah
tangga
4. Kakus (tangki gelontor)
2 5. Pancuran air minum
G 4 6
6. Bak cuci tangan

Menghitung Dimensi Pipa Air Minum

Dari Tabel diperoleh garis tengah pipa yang berhubungan dengan alat plambing air
minum adalah sebagai berikut :

1. Bak Mandi garis tengah pipa ½ inch


2. Kakus (katup gelontor) garis tengah pipa 1 inch
3. Bak cuci dapur untuk rumah tangga garis tengah pipa ½ inch
4. Kakus (tangki gelontor) garis tengah pipa ½ inch
5. Pancuran air minum garis tengah pipa ½ inch
6. Bak cuci tangan garis tengah pipa ½ inch

Dari data tersebut dapat dihitung garis tengah pipa dengan menggunakan
Tabel, sebagai berikut :
80

Pipa A – B :

Garis tengah pipa sama dengan pipa ke bak mandi yaitu pipa dengan garis tengah

d pipa = ½ inch.

Jadi d pipa A – B = ½ inch

Pipa B – C :

Beban pipa B – C adalah :

- Bak mandi d pipa ½ inci, dari tabel 6 didapat harga 1


- Kakus (tangki gelontor) pipa ½ inci, dari tabel 6 didapat harga 1

+
Total 2

Dari tabel diperoleh d pipa B – C adalah ¾ inch (number of ½ inch. Pipes with
same capacity) sebesar 2,9
Jadi d pipa B – C adalah ¾ inch

Pipa C – D

Beban pipa C – D adalah :

- Bak mandi d pipa ½ inci, dari tabel 6 didapat harga 1


- Kakus (tangki gelontor) pipa ½ inci, dari tabel didapat harga 1
- Bak cuci dapur untuk rumah tangga pipa ½ inci, dari tabel 6 didapat 1
+
Total 3

Dari tabel diperoleh d pipa C – D adalah ¾ inch (number of ½ inch. Pipes with
same capacity) sebesar 2,9 (antara angka 2,9 dan angka 3 perbedaannya kecil
sekali)
Jadi d pipa C – D adalah ¾ inch
81

Pipa D – H
Pipa D – H sama bebannya dengan pipa C – D. Jadi d pipa D–H
adalah ¾ inch

Pipa E – F
d pipa sama dengan pipa ke Pancuran air minum yaitu pipa dengan d pipa ½ inch.
Jadi d pipa E – F ½ inch

Pipa F – G
Beban pipa F – G adalah :
- Pancuran air minum d pipa ½ inci, dari tabel didapat harga 1

- Kakus (katup gelontor) pipa 1 inci, dari tabel didapat harga 6,2

Total 7,2

Dari tabel diperoleh d pipa F – G adalah 1¼ inch (number of ½ inch. Pipes with
same capacity) sebesar 10,9

Jadi d pipa F – G adalah 1¼ inch

Pipa I – J
d pipa sama dengan pipa ke bak cuci tangan yaitu pipa dengan d pipa ½ inch.

Jadi d pipa I – J ½ inch


Pipa J – K

Beban pipa J – K adalah :


- Bak cuci tangan d pipa ½ inci, dari tabel didapat harga 1

- Kakus (tangki gelontor) pipa ½ inci, dari tabel didapat harga 1

Total 2
Dari tabel diperoleh d pipa J – K adalah ¾ inch (number of ½ inch. Pipes with

same capacity) sebesar 2,9


82

Jadi d pipa J – K adalah ¾ inch

Pipa K – G
Beban pipa K – G adalah :

- Bak cuci tangan d pipa ½ inci, dari tabel didapat harga 1


- Kakus (tangki gelontor) pipa ½ inci, dari tabel didapat 1
- Kakus (katup gelontor) pipa 1 inci, dari tabel didapat 6,
+
Total 8,2

Dari tabel diperoleh d pipa K – G adalah 1¼ inch (number of ½ inch. Pipes with
same capacity) sebesar 10,2

Jadi d pipa K – G adalah 1¼ inch

Pipa G – H
Beban pipa G – H adalah :

- Pancuran air minum d pipa ½ inci, dari tabel didapat harga 1


- Kakus (katup gelontor) pipa 1 inci, dari tabel didapat harga 6,2
- Bak cuci tangan d pipa ½ inci, dari tabel didapat harga 1
- Kakus (tangki gelontor) pipa ½ inci, dari tabel didapat 1
- Kakus (katup gelontor) pipa 1 inci, dari tabel didapat 6,
+
Total 15,4

Dari tabel 6 diperoleh d pipa G – H adalah 1½ inch (number of ½ inch. Pipes with
same capacity) sebesar 17,4

Jadi d pipa G – H adalah 1½ inch


83

Pipa H – L

Beban pipa H – L adalah :

- Bak mandi d pipa ½ inci, dari tabel didapat harga 1


- Kakus (tangki gelontor) pipa ½ inci, dari tabel didapat harga 1
- Bak cuci dapur untuk rumah tangga pipa ½ inci, dari tabel didapa 1
- Pancuran air minum d pipa ½ inci, dari tabel didapat harga 1
- Kakus (katup gelontor) pipa 1 inci, dari tabel didapat harga 6,2
- Bak cuci tangan ( ) pipa ½ inci, dari tabel didapat harga 1
- Kakus (tangki gelontor) pipa ½ inci, dari tabel didapat harga 1
- Kakus (katup gelontor) pipa 1 inci, dari tabel didapat harga 6,
+
Total 18,4

Dari tabel diperoleh d pipa H – L adalah 1½ inch (number of ½ inch. Pipes with
same capacity) sebesar 17,4 (antara angka 18,4 dan angka 17,4 perbedaannya
kecil sekali)
Jadi d pipa H – L adalah 1½ inch

Pipa L – P
Pipa L – P sama bebannya dengan pipa H – L. Jadi d pipa L – P adalah 1½ inch

Tangki air

Tangki air biasa disebut juga reservoir, berfungsi sebagai tempat menyimpan air
minum sementara. Tangki air bisa diletakan dibawah atau diatas tanah (ground
reservoir), pada atap bangunan atau bangunan yang tertinggi, dan pada
menara air. Sebaiknya tangki bawah untuk bangunan gedung tidak diletakan
didalam tanah (ditanam), tetapi diletakan diatas tanah dengan ketinggian sekitar
45 cm sampai 60 cm diatas tanah, agar tidak mudah terkotori, dan mudah untuk
pemeliharaan.
84

Gambar. Perletakan tangki diatas tanah

Dalam pemasangan tangki air diperlukan ruang bebas yang cukup sekeliling
tangki untuk pemeriksaan dan perawatan, seperti : disebelah atas, disebelah
dinding, dan di bawah dasar reservoir, agar supaya dapat dilakukan pemeriksaan
dan perawatan dengan baik. Ruang bebas tersebut sekurang-kurangnya 45 cm,
tetapi lebih baik dibuat sekitar 60 cm agar mamudahkan pengecatan dinding luar
tangki. Pada tangki air harus dilengkapi perlengkapan sebagai berikut :

- Penutup tangki : agar tangki terhindar dari pengotoran.


- Ventilasi : agar ada hubungan antara udara didalam tangki dan udara
diluar tangki
- Man hole : agar orang bisa masuk untuk membersihkan tangki.
- Pipa peluap : agar air bisa meluap kaluar tangki bila tangki sudah penuh.
- Pipa inlet : untuk memasukan air kedalam tangki.
85

- Pipa outlet : untuk mengalirkan air kebangunan gedung.


- Pipa drain : untuk pengurasan.

Tangki-tangki yang digunakan untuk menyimpan air minum harus dibersihkan


secara teratur, agar kualitas air minum tetap terjaga. Disamping itu sinar
matahari tidak boleh masuk atau menembus kedalam tangki, agar lumut
(ganggang) tidak tumbuh. Disyaratkan juga agar tangki air tidak merupakan
bagian struktural dari bangunan, serta lokasinya tidak berdekatan dengan
tempat pembuangan air kotor atau kotoran lainnya. Serta lokasi tangki juga
tidak boleh di tempat yang sering didatangi orang, kecuali petugas yang akan
melakukan perawatan dan pembersihan.

Gambar di bawah menunjukan beberapa contoh pemasangan tangki air.


Gambar (a) adalah yang paling umum dilaksanakan. Gambar (b) adalah contoh
dimana suatu bangunan tidak mempunyai ruang bawah tanah, dan menunjukan
pemasangan tangki di ruang khusus di bawah lantai terbawah dari bangunan.
Untuk bangunan yang tidak mempunyai ruang bawah tanah, tangki air tidak
boleh ditanam langsung dalam tanah di bawah lantai terbawah. Gambar (c)
menunjukan keadaan dimana tangki dipasang pada lantai terbawah, dengan
menyingkirkan sebagian dari pelat lantai yang bersangkutan.

Kalau di bawah lantai ini ada bak penampung air kotor atau air buangan, maka
jarak dengan tangki air tersebut di atas tidak boleh kurang dari 5 m.
86

Gambar. Contoh penempatan tangki air yang benar


87

Gambar. Contoh penempatan tangki air yang kurang benar

Tangki air harus terbuat dari bahan sebagai berikut :

 Tidak mudah bocor


 Tahan terhadap tekanan air
 Tahan terhadap perubahan cuaca (bila tangki air diletakan diluar bangunan)
 Tidak menyebabkan air berubah kualitasnya

Didalam tangki air tidak boleh ada air mati, jadi air yang masuk duluan harus
keluar duluan (antri). Kedalam tangki air tidak boleh ada binatang atau serangga
yang masuk, oleh karena itu lubang ventilasi harus ditutup oleh bahan yang tidak
bisa ditembus serangga, tetapi udara bisa masuk (biasanya bahan
88

yang digunakan adalah kasa nyamuk).

Menentukan volume tangki air

Untuk menentukan volume tangki air, perlu data-data mengenai :

 Kebutuhan air per orang per hari,


 Jumlah penghuni bangunan gedung,
 Lama waktu pemompaan.

Contoh perhitungan

Misalnya jumlah penghuni bangunan gedung sebanyak 7 jiwa. Kebutuhan air


sebanyak 200 l/hari/jiwa
- Maka kebutuhan air sebanyak : 7 jiwa X 200 l/hari/jiwa = 1.400 l/hari.
- Kalau pompa dijalankan 1 kali dalam 1 hari, maka volume tangki air sebesar
3
minimal 1.400 l atau 1, 4 m .
- Kalau pompa dijalankan 2 kali dalam 1 hari, maka volume tangki air
3
sebesar minimal 700 l atau 0,70 m .
- Kalau pompa dijalankan 3 kali dalam 1 hari, maka volume tangki air
3
sebesar minimal 467 l atau 0,47 m , atau 500 l.
Berat tangki air adalah berat tangki itu sendiri ditambah berat air di dalam tamgki.
Kalau volume air 1 (satu) liter sama dengan berat air 1 (satu) kg, jadi bila
3
volume air 1.000 liter, atau 1 m sama dengan berat air sebesar 1.000 kg atau 1
ton.

Menentukan tinggi tangki atas air (menara air)

Untuk menentukan tinggi tangki atas air atau menara air, diperlukan data-data
diantaranya adalah :

 Tinggi statis peralatan plambing


 Kehilangan tekanan dalam pipa
 Sisa tekanan pada peralatan plambing
89

Contoh perhitungan

Misalnya tinggi statis peralatan plambing dalam hal ini dari jenis water heater
setinggi 5.00 meter. Kehilangan tekanan air pada pipa diperhitungkan 1,50
meter . Sisa tekanan pada water heater 7,00 meter (lihat Tabel tekanan yang
dibutuhkan alat plambing).

- Tinggi tangki atas air (menara air) + = Tinggi statis peralatan plambing
Kehilangan tekanan pada pipa +Sisa tekanan pada peralatan
plambing.

- Tinggi tangki atas air (menara air) = 5 m + 1,50 m + 7,00 m = 13,50 m

Yang disebut tinggi menara air, adalah jarak vertikal antara permukaan tanah
setempat dengan dasar tangki air.

Peralatan plambing air minum

Peralatan plambing adalah peralatan yang dipasang di dalam maupun di


luar bangunan gedung, untuk menyediakan (mengeluarkan) air minum,
atau dengan kata lain peralatan yang dipasang pada ujung akhir pipa untuk
menyediakan (mengeluarkan) air minum. Peralatan plambing tersebut
diantaranya adalah : Katup (kran), dan Shower.
90

Keterangan :
WH = Water Heater (pemanas` air)

Gambar . Layout pemasangan menara air


91

LANGKAH-LANGKAN PERANCANGAN SISTEM PLAMBING AIR MINUM

1. Tentukan letak masing-masing alat plambing air minum

2. Buat gambar lay out jaringan pipa air minum

3. Buat gambar isometri jaringan pipa air minum

4. Tentukan garis tengan pipa air minum dengan mengacu pada


Tabel (Ukuran minimum pipa penyediaan air alat plambing) dan Tabel
(The number of ½ inch pipes that will discharge as much as a single pipe
of any other size for the same pressure loss)

5. Tentukan letak peralatan pipa (accessories pipes) pada gambar isometri


jaringan pipa air minum

6. Tentukan sisa tekanan pada masing-masing alat plambing sesuai dengan


sisa tekan yang dibutuhkan oleh masing-masing alat plambing
sesuai denga Tabel (Tekanan yang dibutuhkan alat plambing)

7. Hitung kehilangan tekanan pada pipa dan peralatannya (kehilangan


tekanan pada pipa dan peralatannya untuk rumah tinggal sebesar 1 mka
sampai 2 mka)

8. Untuk menentukan Head Pompa (Hp) digunakan rumus sebagai berikut :


Hp = Kehilangan tekanan + sisa tekan pada alat plambing + Hst. Hst
adalah jarak vertikal antara pompa dan pipa out let pada menara

9. Untuk menentukan tinggi menara air digunakan rumus sebagai berikut :


Hst adalah jarak vertikal antara permukaan tanah dan alat plambing yang
tertinggi atau alat plambing dengan total kehilangan tekanan (kehilangan
tekanan dalam pipa + sisa tekanan) yang paling besar
92

3.3. Sistem Penyediaan Air Minum Panas


Sistem penyediaan air minum yang panas (air panas) dalam bangunan gedung
ada 2(dua) sistem, yaitu : sistem individu dan sistem kolektif.
Sistem individu adalah sistem penyediaan air panas dalam bangunan gedung
secara parsil, dimana setiap alat plambing yang membutuhkan air panas,
mempunyai sumber air panas tersendiri. Misalnya untuk kamar
mandi mempunyai satu sumber air panas sendiri, yaitu berupa unit water
heater, dimana sumber pemanasnya bisa dari gas atau listrik.
Sistem kolektif adalah sistem penyediaan air panas secara bersama-sama
dalam satu bangunan gedung, dimana setiap alat plambing yang
membutuhkan air panas, memperoleh air panas dari satu sumber.
Pipa yang dipergunakan untuk mengalirkan air panas harus terbuat dari bahan
yang tahan terhadap air panas, biasanya dari bahan besi (cast iron). Bila
pipanya panjang untuk menjaga agar air panas tidak terlalu banyak kehilangan
kalornya (panasnya), maka pipa tersebut harus diisolasi oleh bahan yang bisa
menahan panas. Untuk bangunan gedung yang memerlukan air panas selama
24 jam terus menerus, diperlukan pengaliran air panas “secara tertutup”.
93

Gambar. Sistem pipa pengisi ke atas (tangki air panas dipasang di atap)
94

Gambar. Sistem kombinasi pipa pengisi ke atas dan kebawah


95

BAB IV
LIMBAH RUMAH TANGGA

Limbah adalah bahan buangan (bahan yang sudah tidak terpakai). Limbah terdiri
dari limbah padat dan limbah cair. Limbah dibedakan atas 2 jenis, yaitu

4.1. Limbah padat.

Adalah bahan buangan yang berbentuk padat, biasanya disebut sampah.


Limbah padat atau sampah adalah semua buangan padat yang dihasilkan
oleh aktifitas hidup manusia dan hewan yang dibuang karena sudah tidak
berguna lagi

Skema. Hubungan antara timbunan sampah, jumlah penduduk, Dan lahan dengan perkembangan
waktu

Ket. TPA : Tempat Pembuangan Akhir

Dari grafik di atas, terlihat dengan jelas bahwa denngan perkembangan waktu
yang senantiasa diiringi dengan pertmbahan penduduk; maka otomatis jumlah
timbulan sampah semakin meningkat, sementara lahan yang ada tetap.
Lahan yang tersedia akan terus berkurang akibat penggunaan yang lain,
misalnya: untuk perumahan, fasilitas umum, dll.
96

Penanganan sampah selain untuk keindahan lingkungan juga untuk alasan


kesehatan. Penanganan sampah padat yang banyak idlakukan adalah melalui
dekomposisi yaitu pembusukan sampah dari bahan organik untuk menjadi
pupuk.

Jenis peruntukan Tingkat pelayanan (%)

Pelita V – 1990 Pelita VI -1995 Pelita VII-2000

Komersial dan 100 100 100


pasar

Pemukiman 50* 80* 100


Tabel. Program pemerintah dalam masalah persampahan
*100% untuk wilayah kepadatan > 150 orang/ha

Sumber dan Jenis Sampah Padat

Sumber-sumber timbulan sampah diakibatkan karena berbagai kegiatan


sebagi berikut:

 Pemukiman
 Perdagangan
 Industri
 Institusi
 Rumah sakit
 Pertanian, peternakan, perkebunan
 Tempat umum
 Sarana transportasi
 Water and waste water treatment plant

Sementara itu. Jenis-jenis sampah terdiri atas:

 Garbage (sampah basah) : Tersusun dari bahan organik, bersifat cepat


0 0
membusuk jika dalam keadaan basah dan temperatur 20 -30 C.
Contoh : Sampah rumah tangga, sampah rumah makan, dll.

 Rubbish (sampah kering). Sampah dari bahan anorganik dan organik yang
sebagian besar atau seluruh bahannya tidak dapt membusuk
Contoh: logam, kertas, plastik,kaca,dll.
97

 Dush dan ash. Sampah dari bahan organik dan anorganik yang merupakan
partikel kecil kecil yang mudah terbawa angin dan membahayakn
pernafasan dan mata
Contoh: Abu dan debu.

 Demolition dan construction wastes. Sampah sisa bahan bangunan.,


seperti: puing-puing, pecahan tembok, genteng, dll.
 Bulky wastes. Sampah barang bekas, apakah itu yang dalam kondisi masih
bisa terpakai atau tidak. Contoh: kulkas, tv, radio, handphone, dll.
 Hazardous wastes. Sampah yang berbahaya (B3: Bahan Buangan
Berbahaya). Contoh: barang barang bekas medis (suntik, masker), kertas
pembungkus pestisida, mesiu, sampah nuklir.
 Water and waste water treatment plant. Sampah berupa hasil sampingan
pengolahan air bersih maupun air kotor, biasanya dalam bentuk gas dan
lumpur

Faktor yang mempengaruhi jenis, macam, dan besarnya timbulan sampah

 Jenis bangunan yang ada


 Tingkat aktivitas
 Iklim
 Musim
 Letak geografis
 Topografi
 Demografi
 Sosial ekonomi
 Teknologi

Sistem Pengolahan Limbah Padat

domestik A. Aspek Operasional


98

Gambar. Sistem pengolahan sampah secara umum


1. Sub sistem Pewadahan

Pada sistem ini, sampah yang ada dimasukkan ke dalam wadah yang
bergantung dari tingkat sosial-ekonomi penduduk.
2. Sub-sistem Pengumpulan
Pada sistem ini, penggunaan jenis atau cara pengumpulan bergantung dari
daerah pelayanan, tingkat sosial ekonomi, saran prasarana yang dilayani
99

Gambar. Sub-sistem pengumpulan secara umum

Dari gambar di atas, dapat dilihat berbagai jalur pengumpulan yaitu:

 Pengumpulan individu tidak langsung. Kendaran pengumpul (misalnya


gerobak) mengambil lanngsung sampah dari pengguna jasa, lalu diangkut
ke transfer depo (tps) lalu dibawa truk sampah untuk diuang ke TPA
(Tempat Pembuangan Akhir)
 Pengumpulan individu langsung. Kendaraan pengangkut (truk) langsung
mengambil timbulan sampah dari pengguna jasa untuk kemudian dibawa
ke TPA
 Pengumpulan komunal langsung. Maksudnya pengguna jasa
mengumpulkan sampah secara komunal pada wadah komunal untuk
diangkut oleh kendaraan pengangkut langsung dibuang ke TPA
 Pengumpulan komunal tidak langsung. Maksudnya adalah pengguna jasa
mengumpulkan sampah secara komunal pada wadah komunal untuk
dibawa oleh kendara pengumpul untuk dibawa ke transfer depo lalu
diangku ke TPA
100

Subsistem Pengumpulan dengan Container

Container adalah wadah yang dipakai sebagai tempat timbulan sampah,


dimana dapat digunakan secara indivudi atau komunal.
Jenis ini terdiri atas 2, yaitu container dengan roda (hauled) yang dapat
dipindahkan, dan container yang sifatnya tetap (station). Sub sistem ini terdiri
atas :
1. Hauled Container System. Menggunakan container yang dapat
dipindahkan. Pada sistem ini, alurnya adalah untuk container yang sudh
penuh digerakkan ke transfer depo untuk dilakukan pemindaha sampah,
saat kosong, container dipindahkan ke posisi semula
- Conventional Mode

Gambar, Conventional Mode

Kelemahan dari sistem ini dari segi waktu yang tidak efisien, karena
hanya menggunakan satu container, sehingga kemudian sistem ini
dikembangkan menjadi Exchange Container Mode

- Exchange Container Mode


101

Gambar. Exchange Container Mode

Sistem ini relatif efektif dalam masalah waktu, namun relatif mahal.

2. Stationer Container System. Ssiem pengumpulan dengan menggunakan


container yang tidak dapat dipindahkan, sehingga sampah yang ada
dijemput oleh kendaraan pengangkut

3.
102

Sub sistem pemindahan dan pengangkutan

Pada sub sistem ini dibahas tentang pemindahan (transfer depo atau transfer
station) dimana fungsinya adalah sebagi tempat penampungan sementra
(TPS). Jenis transfer depo ditinjau dari segi pemuatannya
1. Direct discharge

Sistem ini relatif murah. Terdiri dari tiga jenis tipe, yaitu tipe besar, menengah
dan kecil. Dan jenis ini sering diterpkan di Indonesia.

2. Indirect discharge
103

Keuntungan dari sistem ini adalah dapat dilakkan pemilihan sampah


berdasarkan jenisnya, sehingga dapat dengan tepat ditentukan cara
pengelolahannya. Namun cara ini cukup mahal, dan banyak diterapkan di
negara maju
3. Combine direct discharge and indirect discharge
Merupakan kombinasi antara direct discharge dan indirect discharge.
Sistem ini banyak digunakan di negara maju

Subsistem Pembuangan akhir

Tempat pembuangan akhir (TPA) yang sering digunakan adalah:

1. Open dumping
Adalah TPA, dimana sampah yang dibuang diletakkan di atas tanah kosong.
Cara ini tidak dianjurkan untuk digunakan karena sampah yang dibuang
dibiarkan terbuka.

2. Control land fill


Adalah TPA, dimana sampah yang dibuang diletakkan di atas lubang yang
dibuat dengan traktor, dan jika sudah penuh ditup dengan lapisan tanah
kurang lebih 20 cm
104

3. Sanitary land fill

Adalah TPA, dimana sampah yang dibuang diletakkan di atas lubang yang
dibuat dengan traktor, lalu sampah yang ada ditutup oleh lapisan tanah
yang penutupnya dilakukan setiap hari sehingga terbentuk sel-sel
dalamnya

Sub sistem pemilahan dan pengolahan

1. Pemilahan
Cara ini membutuhkan teknologi tinggi. Banyak diterapkan pada negara-
negara maju. Untuk penerapan di negara berkembang, pemilihan dilakukan
oleh manusia (pemulung)
2. Pengolahan
Yaitu recycle, reuse dan recovery. Recycle adalah proses pengolahan yang
dilakukan dengan merubah bentuk material sampah secara fisik sehingga
menjadi barang baru yang berguna. Sementara reuse adalah mengembalikan
bkarang yang sudah menjadi sampah menjadi barang berguna tanpa
merubah identitasnya. Sedangkan recovery adalah memanfaatkan sampah
sebagai bahan bakar, seperti memanfaatkan energi yang tersimpan daam
sampah untuk jadi energi listrik
B. Aspek organisasi

Unsur organisasi yang diperlukan dalam pengelolaan sampah menyangkut


yaitu Tenaga kerja dan Struktur organisasi
105

C. Aspek pembiayaan
Biasa dengan cara pengadaan retribusi.

D. Aspek pengaturan
Diwujudkan dalam bentuk peraturan pemerintah pusat maupun daerah.

Aspek peran serta masyarakat


Dalam aspek ini tinjauannya bagaimana melibatkan masyarakat dalm artian
ikut serta bertanggungjawab baik aktif maupun pasif, secara individu,
komunal dalam mewujudkan kebersihan lingkungan.

4.2. Limbah Cair


Adalah bahan buangan yang berbentuk cair. Termasuk dalam limbah cair
diantaranya adalah : air kotoran, air bekas, dan air hujan.

 Air kotoran adalah air buangan yang mengandung kotoran manusia.


 Air bekas adalah air buangan yang berasal dari alat-alat plambing lainnya,
seperti bak mandi (termasuk bath tub), bak cuci tangan, bak cuci dapur,
dan lain-lainnya yang tidak mengandung kotoran manusia.
 Air kotor adalah air buangan yang terdiri dari air kotoran dan air bekas.
 Air hujan adalah air yang jatuh dari atas (langit).
 Air kotor dari bangunan gedung disebut juga air limbah domestik atau air
limbah rumah tangga. Sistem pembuangan air kotor pada bangunan
gedung ada 2 (dua) cara yaitu :

1. Sistem individu (on site)


Sistem individu atau disebut juga “on site system” adalah sistem
pembuangan air kotor rumah tangga dari tiap-tiap rumah tangga/bangunan
gedung atau beberapa rumah/bangunan gedung.
106

2. Sistem terpusat (of site)

Sistem terpusat atau disebut juga “off site system” adalah sistem
pembuangan air kotor dari tiap-tiap rumah/bangunan gedung,
dialirkan/dibuang bersama-sama dengan menggunakan sistem perpipaan
(disebut sistem rioolering) ke unit pengolahan air kotor untuk suatu kawasan
atau kota.

Air hujan dari bangunan gedung air hujan bisa dalirkan dengan 3 (tiga) cara,
yaitu :
1) Air hujan dari atap bangunan dijatuhkan langsung ke tanah, tidak melalui
talang atap.
2) Air hujan dari atap bangunan dialirkan melalui talang atap, lalu ke talang
tegak, lalu ke saluran air hujan dihalaman gedung, dan akhirnya dialirkan ke
saluran drainase kota.
107

3) Air hujan dari atap bangunan dialirkan melalui talang atap, lalu ke talang
tegak, lalu ke saluran air hujan dihalaman gedung, dan akhirnya dialirkan ke
sumur resapan.
Dari ketiganya, sistem yang baik adalah sistem no 1, dan no 3, hal ini
dikarenakan air hujan akan lebih banyak meresap kedalam tanah, sehingga
ketersediaan air tanah cukup terjamin dan jumlah aliran permukaan akan
sangat sedikit sekali, sehingga akan mengurangi genangan air (banjir akibat
air hujan).

Setiap gedung yang direncanakan harus mempunyai perlengkapan drainase


untuk menyalurkan air hujan dari atap dan halaman (dengan pengerasan) di
dalam persil ke saluran pembuangan campuran kota.
Pengaliran Air Hujan Dengan 2 Cara

1. Sistem Gravitasi

Air buangan mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih
rendah secara gravitasi ke saluran umum yang letaknya lebih rendah. Air yang
mengalir melalui pipa dari atap dan balkon menuju lantai dasar dan dialirkan
langsung ke saluran kota
108
109

2. Sistem Bertekanan (Storm Water)

Sistem yang menggunakan alat ( pompa ) karena saluran umum letaknya


lebih tinggi dari letak alat plambing, sehingga air buangan di kumpulkan
terlebih dahulu dalam suatu bak penampungan, kemudian di pompakan
keluar ke roil umum. Sistem ini mahal, tetapi biasa digunakan pada bangunan
yang mempunyai alat – alat plambing di basement pada bangunan tinggi /
bertingkat banyak.
Sistemnya yaitu, air hujan yang masuk ke lantai basement melalui ramp dan
air buangan lain yang berasal dari cuci mobil dan sebagainya dalam bak
penampungan sementara (sump pit) di lantai basement terendah untuk
kemudian dipompakan keluar menuju saluran kota.
110

Peralatan Sistem Drainase dan Air Hujan

1. Pompa Drainase (Storm Water Pump)

Pompa drainase berfungsi untuk memompakan air dari bak penampungan


sementara menuju saluran utama bangunan. Pompa yang digunakan
adalah jenis submersible pump (pompa terendam) dengan system operasi
umumnya automatic dengan bantuan level control yang ada di pompa dan
system parallel alternate.

2. Pipa Air Hujan

Pipa air hujan berfungsi untuk mengalirkan air hujan dari atap menuju riol
bangunan. Bahan yang dipakai adalah PVC klas 10 bar.
3. Roof Drain

Roof Drain berfungsi sama dengan floor drain, hanya penempatannya di


atap bangunan dan air yang dialirkan adalah air hujan. Bahan yang dipakai
adalah cast iron dengan diberi saringan berbentuk kubah di atasnya
4. Balcony Drain

Berfungsi sama seperti roof drain, hanya penempatannya pada balkon

SISTEM PEMBUANGAN AIR KOTOR

Bagian -bagian yang penting dalam sistem plambing air kotor diantaranya
adalah sebagai berikut:

1. Perpipaan (Sistem perpipaan)

Sistem pembuangan air kotor dalam bangunan gedung dapat dijelaskan


111

sebagai berikut : “Air kotor yang dibuang malalui alat-alat saniter, dialirkan
melalui pipa pembuangan air kotor ke tempat pengolahan air kotor (septic
tank atau unit pengolahan air kotor melalui riool kota)”.
Pada umumnya air kotor mengalir secara gravitasi, penggunaan pompa hanya
untuk memompa air kotor dari bak penampung air kotor yang berlokasi di
bagian bawah bangunan (basement) ke unit pengolahan air kotor. Sarana
pengaliran air kotor pada umumnya berupa perpipaan. Bahan pipa yang
digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

 Tidak mudah bocor


 Tahan terhadap asam
 Tahan terhadap cuaca, untuk pipa yang diletakan di luar bangunan gedung

Nama-nama perpipaan yang ada dalam sistem plambing air kotor diantaranya
adalah :
 Pipa cabang mendatar. Adalah pipa pembuangan mendatar yang
menghubungkan pipa pembuangan alat plambing dengan pipa
tegak air buangan. Berfungsi untuk mengalirkan air kotor dari alat plambing
ke pipa tegak air kotor.Dalam sistem plambing air kotor, sistem
pembuangan harus mampu mengalirkan air buangan dengan cepat, dan
biasanya air buangan mengandung bagian-bagian padat.Oleh karena itu
pipa pembuangan cabang mendatar harus mempunyai ukuran dan
kemiringan yang cukup, sesuai dengan banyaknya dan jenis air buangan
yang harus dialirkan. Pada umumnya kemiringan pipa pembuangan
cabang mendatar sebesar 2 %.
 Pipa tegak. Adalah pipa pembuangan air kotor yang menghubungkan pipa
cabang mendatar dengan pipa saluran pembuangan gedung.
 Saluran pembuangan gedung adalah bagian jaringan pipa terendah dari
sistem pembuangan air kotor yang menerima air kotor dari seluruh jaringan
pipa air kotor, dan menyalurkannya ke tempat pengolahan air kotor.
Kemiringan saluran pembuangan gedung sebesar (0,50 – 4) %.
112

2. Perangkap dan penangkap.


Tujuan utama dari sistem pembuangan air kotor dalam bangunan gedung
adalah mengalirkan air kotor dari dalam bangunan gedung keluar, ke
dalam unit pengolahan air kotor (septic tank) atau riol kota, tanpa
menimbulkan pencemaran kepada lingkungannya maupun dalam
bangunan gedung itu sendiri. Pipa pembuangan air kotor didalam
bangunan gedung tidak terus menerus mengalirkan air kotor, jadi tidak
selamanya pipa tersebut terisi dengan air, hal ini akan menyebabkan
masuknya gas yang berbau atau beracun dari septic tank atau dari riol,
disamping gas juga ada kemungkinan serangga bisa masuk, Untuk
mencegah masuknya hal tersebut diatas, maka pada sistem pembuangna
air kotor didalam bangunan gedung perlu dipasang suatu alat yang
disebut“perangkap”atau “trap”, biasanya berbentuk leher angsa atau “U”,
yang akan menahan bagian terakhir dari air penggelontor, sehingga
merupakan suatu “penyekat” atau penutup air
113

yang mencegah masuknya gas. Fungsi perangkap adalah, untuk


mencegah bau busuk (gas) dari septic-tank atau riol masuk ke dalam
ruangan dimana alat-alat plambing air kotor (alat-alat saniter) berada. Agar
perangkap dapat berfungsi dengan baik, maka perangkap
tersebut harus memenuhi beberapa persyaratan diantaranya adalah
sebagai berikut :
(a). Kedalaman air penutup. Kedalaman air penutup ini biasanya berkisar
antara 50 mm sampai 100 mm.
(b). Konstruksinya harus sedemikian rupa agar dapat selalu bersih dan
tidak menyebabkan kotoran tertahan atau mengendap. Aliran air
buangan harus menimbulkan efek “membersihkan diri”, jadi perangkap
tersebut dan permukaan dalamnya harus cukup licin agar kotoran tidak
tersangkut atau menempel pada permukaannya.
(c). Konstruksi perangkap harus sedemikian rupa sehingga fungsi air
sebagai “penutup”tetap dapat dipenuhi.
(d). Konstruksi perangkap harus cukup sederhana agar mudah
membersihkannya karena endapan kotoran lama kelamaan tetap akan
terjadi.
Jenis perangkap dapat di kelompokkan menjadi :

- Perangkap yang di pasang pada alat plambing dan pipa pembuangan.


114

- Perangkap yang menjadi satu dengan alat plambing.


115

- Perangkap yang di pasang di luar gedung

Penangkap (interceptor). Persyaratan penangkap

– Penangkap yang sesuai harus dipasang sedekat mungkin dengan alat plambing
yang di layaninya, dengan maksud agar pipa pembuangan yang mungkin
mengalami gangguan sependek mungkin.

– Konstruksinya harus mudah dibersihkan, dilengkapi dengan tutup yang mudah


dibuka dan letak dari penangkap dalam ruang sedemikian rupa sehingga sampah
dari penangkap mudah dibuang keluar ruang.

– Konstruksi penangkap harus mampu secara efektif memisahkan minyak, lemak


dan sebagainya dari air buangan.Konstruksi penangkap umumnya juga merupakan
‘perangkap’, karena itu bila telah dipasang penangkap dilarang memasang
perangkap, sebab dapat terjadi ‘perangkap ganda’

Jenis penangkap

- Penangkap lemak
116

- Penangkap bahan bakar dan minyak pada bengkel


117

- Penangkap pasir
Digunakan pada tempat cuci kaki di kolam renang atau tempat mandi di
pantai, dimana air buangannya mengandung tanah atau pasir. Penangkap
pasir atau tanah ini juga dipasang pada saluran terbuka air hujan di luar
gedung. Prinsip kerjanya adalah mengendapkan tanah atau pasir, karena itu
mulut dari pipa pembuangan dari penangkap terletak di muka air dalam
penangkap seperti konstruksi ‘over – flow’.

- Penangkap plastik rambut, dll.

3. Pipa ven. Adalah pipa yang dipasang untuk sirkulasi udara ke seluruh
bagian sistem pembuangan air kotor, dan mencegah terjadinya kerja sifon
dan tekanan balik pada perangkap. Terutama untuk bangunan dengan
jumlah 2 lanati atau lebih.
118

Pipa air kotor, bekas, dan kotoran keluar dari perlengkapan saniter
menggunakan pipa tegak agar air buangan dapat mudah berjalan/mengalir
oleh adanya gravitasi bumi. Beberapa pipa dari perlengkapan saniter tersebut
digabungkan menjadi satu pada pipa vertikal utama. Tetapi untuk sampai ke
pipa vertikal utama tersebut tentu dihubungkan dengan pipa horizontal.

Pemasangan pipa terhadap konstruksi perlu diperhatikan. Jangan sampai


seluruh konstruksi bangunan sudah selesai dikerjakan tetapi pipa belum
terpasang. Memasang pipa yang dilakukan belakangan. Akan memperlemah
konstruksi bangunan. Untuk itu perlu perencanaan yang baik antara
perencanaan plumbing dan pemberian perkuatan pada konstruksi
bangunan.Seluruh instalasi pipa harus sudah terpasang dengan benar
sebelum pekerjaan pemasangan lanjutan berlangsung. Misalnya pemasangan
instalasi pipa pada kamar mandi harus sudah terpasang sebelum keramik
dinding terpasang. Atau juga pemasangan pipa horizontal air hujan harus
sudah terpasang sebelum memasang plafon. Pipa yang menembus pondasi
akan memperlemah pondasi, maka pada bagian yang menembus tersebut
harus diperkuat oleh tulangan lain. Agar permukaan pipa tidak langsung
bersentuhan dengan lubang pada pondasi maka diberi selubung. Pipa
mungkin saja mengalami patah pada titik di mana pipa tersebut bertemu
dengan elemen bangunan. Hal ini terjadi akibat mengembang dan
menyusutnya pipa karena adanya perubahan temperatur. Untuk itu, lubang
tempat pipa tersebut diberi selubung pipa baja. Selubung pipa dapat
diterapkan pada instalasi pipa horizontal dan pipa vertikal

Garis tengah pipa air kotor pada umumnya lebih besar dari garis tengah pipa
air minum, untuk garis tengah air kotor yang terkacil adalah 2 inci, bila tidak
mengangkut faeses. Untuk pipa yang bersal dari 1(satu) kloset (wc), diameter
pipa terkecil adalah 3 inci. Oleh karena itu pemasangan pipa air kotor tidak
dapat ditanam didalam dinding, tetapi harus diluar dinding, agar tidak terlihat
perlu ditutup oleh penutup yang serasi dengan kondisi dinding yang
bersangkutan. Bisa juga pipa mendatar diletakan pada lokasi antara lantai
atas dengan plafon. Dan pipa tegak
119

diletakan pada shaf.

Perlengkapan (assessoris) pipa air kotor diantaranya adalah sebagai berikut:

 Soket , berfungsi untuk menyambung 2(dua) pipa yang lurus.


 Belokan (elbow), berfungsi untuk menyambung 2(dua) pipa yang berubah
arah (belok). Dalam sistem pembuangan air kotor, karena yang terangkut
dalam pengaliran air adalah benda kasar (faeses), maka belokan tidak
boleh terlalu tajam, oleh karena itu untuk belokan dipergunakan elbow,
bukan knie seperti air minum.
 Reducer. Pada sistem pengaliran air kotor sebenarnya tidak dikenal
reducer, tetapi pembesaran pipa, dimana fungsinya untuk menyambung
pipa kecil dengan pipa yang lebih besar. Reducer yang dipergunakan juga
dari type long radius reducer.
 Tee, berfungsi untuk menyambung 3 (tiga) buah pipa menjadi satu. Dalam
sistem pembuangan air kotor, karena yang terangkut dalam pengaliran air
adalah benda kasar (faeses), maka pertemuan pipa tidak boleh terlalu
tajam, oleh karena itu untuk sambungan ini dipergunakan “Tee Y”, bukan
tee seperti air minum.
 Dop, berfungsi untuk menutup ujung pipa.
 Lubang pembersih (cleanout), berfungsi untuk pemeliharaan pipa

Dalam skala besar, pipa dapat disebut Riol. Riol (riool) adalah pipa yang
digunakan untuk menyalurkan air limbah. Sistem yang digunakan di indonesia
adalah sistem terpisah, oleh karena itu riol (riool) hanya digunakan untuk
mengalirkan air kotor. Riol sendiri terdiri atas 2 jenis yaitu :

 Riol Gedung. Adalah bagian dari sistem pembuangan air kotor yang
membentang dari ujung saluran pembuangan gedung dan menyalurkan
buangannya ke saluran pembuangan kota, pribadi, atau tempat
pembuangan lainnya yang dibenarkan.
 Riol (riool) kota. Adalah jaringan saluran pembuangan air kotor di kota, yang
menghubungkan saluran riol gedung dengan unit pengolahan air kotor kota.
Karena di Indonesia sistem pengaliran air kotor dengan sistem pengaliran air
hujan terpisah. Oleh karena itu fungsi dari riol kota hanya untuk mengalirkan
air kotor, lebih spesifik lagi air kotor rumah tangga atau limbah cair rumah
tangga.
120

Gbr. 1 Pemasangan pipa riol lingkungan

Gbr. 2 Pipa riol baja

Beberapa hal spesifik yang terdapat dalam jaringan riol kota:

 Pipa saluran air limbah menjadi satu kesatuan dalam jaringan pipa air limbah
yang semuanya tertanam di bawah permukaan tanah
 Dimensi pipanya besar, karena disamping sebagai tempat penyaluran air
limbah, pipa harus mampu menampung air gelontor dan pada daerha tertentu
pipa dapat memiliki fasilitas jalan inspeksi sehingga petugas dapat berjalan
melakukan pemeriksaan di sepanjang pipa
 Pada tempat-tempat pertemuan piapa harus ada bak kontrol.
 Bentuk pipa yang digunakan dalam penyaluran air limbah dapat berupa
lingkaran, ellips, bulat telur dan tapal kuda, sedanngkan jenis bahan pipa yang
121

digunakan biasanya terbuat dari galvanis iron pipe (GIP), baja tuang, keramik,
tanah liat, beton cor dan PVC
122
123

Kuantitas air limbah

Pada penjelasan sebelumnya dijelaskan bahwa air limbah yang akan masuk
pipa harus digelontor air bersih yang besar sama atau lebih besar dari air
limbahnya :

Air gelontor > air limbah

Untuk menghitung debit air limbahnya dapat dilakukan dengan 2 cara:

- Perhitungan berdasar debit air limbah domestik perkapita = 150 lt/orang/hari


Contoh :
124

Jumlah orang yang buang air limbah : 2000 orang


Perbandingan air limbah : air gelontor : 1 : 1,25
q air limbah domestik : 150 x 2000 = 300.000l/hr
q air gelontor : 1,25 x 300.000 =375.000 l/hr
q air limbah yang masuk pipa =675.000l/hr
=7,8125 l/det

Air limbah tersebut dianggap menigsi pipa sebesar 70-75%


Kekuatan/kapasitas pipa yang direncanakan adalah:
Qpipa = 100/70 x 7,8125 = 11,1607 l/det

- Perhitungan berdasar debit air minum/bersih rata-rata (1 l/det untuk 1000 org)
Contoh :
Jumlah orang yang buang air limbah : 2000 orang
Perbandingan air limbah :air gelontor : 1 : 1,25
q air bersih rata-rata, qr : 2000/1000 = 2 l/det
q air bersih pada jam puncak, qp : 2,5 x 2 = 5 l/det
debit air limbah domestik adalah 0,6 s/d 0,75 dari debit air bersih saat jam puncak
q air limbah domestik ; 0,75 x 5 = 3,5 l/det
q air gelontor : 1,25 x 3,5 = 4,375 l/det
q air limbah yang masuk pipa = 7,875 l/det

kekuatan/kapasitas pipa yang direncanakan adalah : Q pipa = 100/70 x 7,875 =

11,25 l/det
125

BAB V
PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH TANGGA

5.1. Pengolahan Limbah Cair Domestik dengan Sistem Setempat (On-Site)

Pengolahan limbah cair dengan sistem setempat (on site) adalah suatu
sistem pengolahan limbah cair yang berada di dalam persil (batas tanah yang
dimiliki) atau pada titik di mana limbah tersebut timbul.

Keuntungan yang diperoleh dari sistem ini adalah:

• Biaya pembuatan murah


• Dapat dibuat secara individu
• Teknologi sederhana
• Proses pembangunan sederhana
• Sistem yang terpisah tiap rumah dapat menjaga privacy yang aman & bebas
dalam penggunaanya
• Operasi pemeliharaan mudah & murah
• Manfaatnya dapat dirasakan secara langsung
Sementara kerugiannya adalah:
•Tidak cocok untuk daerah pemukiman dengan kepadatan yang tinggi
•Tidak cocok untuk daerah dengan muka air tanah tinggi •Tidak cocok
untuk jenis tanah yang permeabilitasnya tinggi
•Dapat mencemari air tanah (sumur) disekitarnya jika diaplikasikan pada jenis
tanah yang tidak cocok.

a. Bore hole latrine (Cubluk).

Cubluk merupakan lubang yang digunakan untuk menampung air limbah


manusia dari jamban dan juga air dari kamar mandi yang berfungsi
sebagai tempat pengendapan tinja dan juga media peresapan dari cairan
yang masuk. Karakteristiknya adalah
126
Lubang 30‐40 cm dengan diameter 30
Kedalaman 4‐8 m (tipikal 6m)
Diberi plat dengan lubang di tengah untuk pijakan dan penutup
Ditujukan untuk keluarga dengan jumlah anggota keluarga 5‐6 orang
127
128

b. Septicktank
Berfungsi untuk menampung tinja, urine dan air gelontoran sekaligus
mematikan bakteri aerob dan anaerob. Konstruksi dapat dibuat dari
pasangan batu bata, spesi campuran 1semen : 3pasir atau Beton,
campuran 1semen : 2 pasir : 3 kerikil Volume konstruksi tergantung dari
jumlah pemakai, dapat dihitung dengan pendekatan berikut :
1) Dimensi ditentukan oleh jumlah pemakai yang membebani septicktank
2) Jumlah air kotor perkapita = 25lh/hari/orang
3) Waktu tinggal di dalam tangki septick, T= 3 hari
4) Gerakan air limbah di dalam tangki septik adalah:
 Pada saat masuk dan keluar tangki septik gerakannya adalah
vertikal.
 Pada saat berada di dalam tangki septick gerakannya adalah
horizontal. Gerakan aliran ini menjadi penting karena merupakan
gerakan proses dan pembusukan/perombakan/penguraian air
limbah selama 3 hari sehingga diusahakan gerakannya mengikuti
bagian yang terpanjang dari septicktank
5) Dimensi septicktank:
a. Dalam minimum, h = 1.50 m
b. Panjang minimum, l = 1.00 m
c. Lebar minimum, b = 0.75 m
d. Perbandingan panjang (l):lebar (b) = 3 : 2
e. Tangki air dalam tangki sekurang-kurangnya 1,00 m dan
kedalaman maksimum 2,10 m.
f. Tinggi tangki septik adalah tinggi air dalam tangki, ditambah
dengan ruang bebas air sebesar (0,20 – 0,40) m dan ruang
penyimpanan lumpur.
6) Dasar tangki dapat dibuat horizontal atau dengan kemiringan tertentu
untuk memudahkan pengurasan lumpur.
7) Dinding tangki septik harus dibuat tegak
8) Tangki septik ukuran kecil yang hanya melayani satu keluarga dapat
berbentuk bulat dengan diameter sekurang-kurangnya 1,20 m dan
129

tinggi sekurang-kurangnya 1,00 m.


9) Penutup tangki septik maksimum terbenam ke dalam tanah 0,40 m.
130

Gambar. Septictank dengan 1 compartmen

Gambar. Septictank dengan 2 compartmen


131

Perencanaan sistem sanitasi cubluk dan septicktank

Kriteria yang digunakan yaitu:

Terhindar dari air hujan

Jarak cubluk & pondasi min50% dari kedalaman cubluk

Ventilasi memadai & cahaya matahari cukup dapat menembus ruang


jamban
Pemilihan jenis (Cubluk/tangki septik)
132
133

Penentuan ukuran tangki septik/cubluk

 Tangki septik

P: Jumlah pemakai (orang)

S: Jumlah lumpur diendapkan (jika untuk tinja saja + 25


liter/orang/tahun)

N: Waktu pengurasan lumpur (minimal 2 tahun)

Q: Jumlah air limbah yang dibuang (liter/orang/

 Cubluk
Kriteria desain yang digunakan:

•Daya resap tanah > 10 liter/m2/hari

•Jarak antara cubluk & sumur sesuai

•Kedalaman cubluk berdasarkan tinggi muka air tanah

Luas area ruang penirisan: (P x Q) / (Lc)

P: Jumlah pemakai (orang)

Q: Jumlah air limbah yang dibuang (liter/orang/kapita)


Lc: Kapasitas daya serap tanah (10‐25 liter/m2/hari)
134

C. Jamban

1. Ventilated Improved Pit Latrine.

 Mencegah dan serangga (lalat) bau

 Terdapat pipa ventilasi (vent) yang 0,5 m lebih tinggi dari atap

 Diameter pipa vent 150 mm

 Dilengkapi dengan super structure


135

2. Water Seal Latrine


 Berfungsi mencegah dan kontak bau dengan lalat
 Lubang sama‐ dengan dug well latrine, diameter 75 cm & kedalaman 3 3,5 m

 Ditutup dengan plat (semem/beton) dengan ukuran 90cm x 90cm x


5 cm
 Dibuat miring dengan slope 0,5 inchi
 Wadah penampungan untuk tempat dengan dimensi 42,5 cm x
12,5 cm (20 cm)
 Perangkap dari pipa  7,5 cm yang menyimpan air sebagai water
seal dengan ketinggian 2 cm
 Perangkap dihubungkan dengan wadah
136

d. Peresapan

Air yang keluar dari septic-tank kandungan BOD nya masih cukup tinggi,
dan ada kemungkinan masih mengandung bakteri-bakteri
pathogen atau telur cacing, dan masih berbau. Oleh karena itu bila air
yang keluar dari septic-tank dibuang keperairan terbuka (badan
air terbuka) maka akan menyebabkan pencemaran terhadap perairan
terbuka tersebut. Melihat hal-hal seperti tersebut diatas, maka air yang
keluar dari septic-tank (efluen) tidak boleh dibuang langsung ke badan-
badan air, tanpa pengolahan terlebih dahulu.
Untuk mencegah pencemaran badan air terbuka , maka air yang keluar
dari septicktank perlu diolah terlebih dahulu sampai memenuhi
persyaratan kualitas air kotor yang diizinkan oleh peraturan setempat
sebelum dibuang ke perairan terbuka. Pengolahan ini sangat sulit untuk
dilakukan, karena kapasitas air yang keluar dari septic-tank sangat sedikit
dan tidak terus menerus. Oleh karena itu cara yang paling mudah untuk
mengolah air yang keluar dari septictank, yaitu dengan cara, air yang
keluar dari septick-tank diresapkan kedalam tanah dengan cara
meresapkan melalui sumur resapan atau bidang resapan.

Secara umum fungsi resapan adalah untuk membuang air limbah dari
septictank sehingga didalam septictank tinggal material pada saja. Syarat
teknis peresapan :
10) Konstruksi dapat dibuat dari pasangan batu/bata tanpa
spesi/plesteran agar air dapat masuk meresap kesela-sela batu tapi
konstruksi harus cukup kuat untuk menahan tanah tidak runtuh.
11) Jarak peresapan dengan sumur air bersih, sekurang-kurangnya
untuk :
tanah lempung 6 m , tanah normal 10 m dan tanah berpasir 25 m.

12) Jarak ke pondasi bangunan minimal 1,5m dan jarak ke pipa air
bersih minimal 3m.
13) Pada daerah dengan topografi yang miring, elevasi letak resapan
harus lebih rendah dari elevasi sumur air bersih agar air resapan tidak
masuk ke sumur.

Agar supaya baik sumur resapan, bidang resapan, maupun septicktank


tidak mengganggu lingkungan sekitarnya maka lokasi dari sumur
resapan, bidang resapan, dan septic-tank ada persyaratan jarak tertentu.
Persyaratan jarak minimum dari septic-tank, dan peresapan
137

untuk kondisi tanah biasa dapat dibaca pada tabel di bawah

SEPTIC-TANK RESAPAN

1 Bangunan 1,5 3,0


2 Batas-batas pemilikan 1,5 1,5
3 Sumur 10,00 *) 10,0
4 Aliran air 7,5 30,0
5 Pemotongan/Peninggian 7,5 30,0
6 Pipa air minum 3,0 3,0

7 Jalan setapak 1,5 1,5

8
Pohon besar 3,0 3,0

TABEL .PERSYARATAN JARAK MINIMUM DARI SEPTIC TANK DAN


RESAPAN UNTUK KONDISI TANAH NORMAL
Sumber data : Cotteral dan Norris (1969)

*) Sampai dengan 30,00 meter untuk pasir dan kerikil, dan lebih besar lagi
untuk batu karang yang tersusun atau tidak tersususn.

Panjang bidang resapan minimal 10,00 meter, dan maksimal 15,00 meter.
Bila dari hasil penelitian diperlukan panjang bidang resapan lebih dari
15,00 mater, maka bidang resapan harus dibuat beberapa dengan
panjang masing -masing maksimal 15,00 meter, dan jarak antara bidang
resapan dari as ke as sebesar 2,50 meter. Kemiringan bidang resapan
sebesar 0,20 %.

JARAK MINIMAL
DENGAN SUMUR
NO JENIS BANGUNAN RESAPAN
1 Bangunan gedung 3,0
2 Batas pemilikan 1,5
3 Sumur air minum 10,5
138

4 Aliran air (sungai) 30,0


5 Pipa air minum 3,0
6 Jalan 1,5
7 Pohon besar 3,0

TABEL .JARAK MINIMAL SUMUR RESAPAN AIR HUJAN DENGAN


BANGUNAN LAINNYA
139
140
141

Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja

A. Dasar Pertimbangan

a. Terbatasnya lahan disekitar permukiman

Sulitnya mencari lahan untuk tempat pembuangan lumpur septik yang memenuhi
syarat teknis maupun lingkungan, sehingga tidak menjadi sumber polusi untuk air
permukaan dan tanah. Pengurasan dengan sistem manual oleh masing-masing
individu atau pengurasan dengan truck tinja (vacuum truck) untuk pelayanan skala
kota membutuhkan lahan yang cukup luas untuk pengolahan lumpur tinja.

b. Karakteristik buangan

Karakteristik lumpur tinja merupakan buangan dengan kandungan unsur terbesar


adalah organik biodegradabel sehingga pengolahan dapat dilakukan melalui suatu
instalasi secara biologis. Dari hasil sampling lumpur tinja menunjukkan bahwa
karakteristik lumpur tinja adalah sebagai berikut :
Lumpur Tinja :

• BOD5 20º C = 8.250 mg/ltr

• COD = 17.500 mg/ltr

• Suspended Solid = 2.000 mg/ltr

Data-data hasil sampling karakteristik lumpur tinja dapat dilihat pada tabel

5.1 dibawah ini.

B. Metode Penanganan Lumpur Septik


142

Memperhatikan karakteristik lumpur tinja dimana kandungan unsur terbesarnya


adalah zat organik yang biodegradabel (dapat terurai secara biologis), maka sistem
pengolahan dilakukan secara biologis dengan menggunakan kolam stabilisasi.
Pemilihan teknologi Pengolahan Lumpur Tinja mengacu kepada Buku Pedoman
Survey dan Perencanaan Instalasi Lumpur Tinja, yang dikeluarkan Direktorat PLP,
Ditjen Cipta Karya, tahun 1992.
Penanganan pengolahan lumpur tinja yang akan diterapkan seperti dijelaskan dalam
gambar di bawah. Secara garis besar unit proses yang tergambar pada gambar itu
adalah sebagai berikut :

a. Kolam Anaerobik

Pada Kolam anaerobik terjadi proses biologis, dimana effisiensi pengolahan sekitar
60 – 70 % dengan waktu detensi 25 hari. Keluaran atau effluen dari proses
anaerobik adalah cairan/supernatan dan lumpur hasil proses biologis dan
sedimentasi. Effluent cairan kemudian dialirkan ke kolam fakultatif, sedangkan
lumpur dialirkan ke sludge drying bed. Konstruksi kolam anaerobik adalah pasangan
batu kali atau beton dimana pada lapisan bawah sebelumnya dilapisi dengan
geomembran/geotekstil sehingga bangunan ini kedap air, karena konsentrasi
buangan yang masuk cukup tinggi. Kriteria desain kolam stabilisasi anaerobik ini
adalah sebagai berikut :
• Debit desain adalah debit rata-rata.

• Kedalaman air = (1,8 – 2,5) meter.

• Jagaan = (0,3 – 0,5) meter.

• Beban BOD volumetrik = (500 – 800) g BOD/(m³.hari).

• Rasio panjang dan lebar = (2 – 4) : 1

• Effisiensi pemisahan BOD > 60 %.

b. Kolam Stabilisasi Fakultatif

Proses yang terjadi pada kolam fakultatif adalah sama dengan kolam anaerobik
yakni secara biologis yang dapat mengurangi BOD, dimana pada lapisan atas ( 1
meter dibawah permukaan air) terjadi proses aerobik dan pada lapisan bawahnya
proses anaerobik. Keluaran dari kolam fakultatif adalah effluen cairan yang akan
masuk ke kolam maturasi dan lumpur yang akan dialirkan ke sludge drying bed.
Produksi lumpur relatif sedikit, karena waktu detensi relatif lebih lama. Effisiensi
143

pengolahan sekitar 80 – 90 % dengan waktu detensi 54 hari. Secara lengkap kriteria


desain kolam stabilisasi fakultatif adalah sebagai berikut :
• Debit desain adalah debit rata-rata.

• Kedalaman air = (1,2 – 1,8) meter.

• Jagaan = (0,3 – 0,5) meter.

• Beban BOD volumetrik = (40 – 60) g BOD/(m³.hari).

• Rasio panjang dan lebar = (2 – 4) : 1

• Effisiensi pemisahan BOD > 70 %.

• BOD influen < 400 mg/lt

• BOD effluent > 50 mg/lt.

c. Kolam Stabilisasi Maturasi

Kolam maturasi berfungsi sebagai kolam pematangan. Effluen dari kolam fakultatif
telah mengalami penurunan konsentrasi yang cukup tinggi sesuai effisiensi
pengolahan sekitar 80 – 90 %, tetapi kandungan mikroorganisme masih cukup
tinggi, sehingga belum memenuhi standar untuk dibuang ke badan air. Untuk
menurunkan kandungan mikroorganisme (bakteri patogen) disamping itu BOD dan
SS juga dipisahkan maka diperlukan kolam maturasi. Effisiensi pemisahan bakteri
dapat mencapai 99 % termasuk pengurangan pada unit-unit anaerobik dan fakultatif
yang mendahuluinya. Bakteri patogen dari kolam ini bisa mencapai dibawah FC/100
ml. Waktu detensi kolam maturasi selama 15 hari. Kriteria desain dari kolam
maturasi ini adalah sebagai berikut :
• Debit desain adalah debit rata-rata.

• Jagaan = (0,3 – 0,5) meter.

• Beban BOD volumetrik = (40 – 60) g BOD/(m³.hari).

• Rasio panjang dan lebar = (2 – 4) : 1

• Effisiensi pemisahan BOD > 70 %.

• Effisiensi pemisahan E.coli > 95 % (termasuk kolam-kolam sebelumnya).

d. Sludge Drying Bed

Lumpur yang dihasilkan dari kolam anaerobik paling besar volumenya apabila
144

dibandingkan dari kolam fakultatif dan maturasi (produkasi lumpur kecil). Lumpur
dari kolam tersebut sudah relatif stabil (tidak terurai lagi secara biologis sehingga
tidak ada pengurangan BOD dan SS), tetapi kadar airnya masih cukup tinggi,
sehingga diperlukan sludge drying bed untuk meningkatkan konsentrasi lumpur.
Proses yang terjadi secara fisis yaitu filtrasi melalui media dan penguapan/evaporasi
oleh sinar matahari. Keluaran dari sludge drying bed adalah tanah kering/coke yang
siap dibuang ke alam/tanah terbuka. Letak unit ini harus dekat dengan unit jalan
perasi dan penampung lumpur kering. Pembangunannya dapat bertahap secara
paralel. Kriteria perencanaan bak pengering lumpur ini adalah sebagai berikut :
• Lebar sebuah bak = (4,50 – 7,50) meter.

• Panjang sebuah bak = (3 x 6) meter.

• Ketinggian dinding bak = 45 cm diatas pasir.

• Tinggi jagaan = (15 – 25) cm.

• Dinding bak dibuat dari beton, pasangan batu bata dengan spesisemen.

• Pipa pemberi yang membawa sludge ke tepi bak yang berdiameter > 150

mm dan dari bahan GIP.

• Pipa distributor mempunyai kriteria :

> Dipasang di atas (di salah satu sisi) dinding memanjang tiap

kompartemen.

> Diameter > 100 mm.

> Bahan GI.

> Bila menggunakan bahan pipa dari PVC harus ditanam dalam dinding.

• Pipa pemberi pipa pembuangan dipasang pada drainase bak

dengan diameter minimal 15 cm.

• Kadar air lumpur kering optimal = (70 – 80) %.

• Tebal lumpur kering diatas pasir = (20 – 30) cm.

• Tebal lumpur basah diatas pasir = (30 – 45) cm.

• Media pasir yang dipasang pada lapisan teratas mempunyai criteria

seperti berikut :

> Ukuran efektif = (0,30 – 0,50) mm.


145

> Koefisien keseragaman < 5.

> Tebal pasir = (15,0 – 22,5) cm.

> Kandungan kotoran < 1 % terhadap volume pasir.

• Media kerikil yang dipasang dalam dua lapis dibawah pasir dengan

urutan dari atas sebagai berikut :

> Diameter (3-6) mm dipasang 15 cm diatas dasar bak.

> Diameter (20 – 40) mm dipasang 15 cm diatas pipa penangkap, di

kanan kiri pipa penangkap setebal diameternya (10 – 15) cm.

• Pipa peluap dengan diameter (100 – 150) mm dipasang pada dinding bak.
146

Gambar. Skema instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT)


147

PRASARANA PERSAMPAHAN

Prasarana persampahan yang dimaksudkan disini adalah prasarana persampahan


dilingkungan permukiman. Pemilihan prioritas kegiatan persampahan diprioritaskan
pada pembangunan tempat penampungan sementara (TPS) sebagai tempat
pengumpul pembuangan sampah dari rumah-rumah dan Gerobak sampah sebagai
alat pengumpul sampah sedangkan untuk penyediaan tempat sampah ditiap rumah
dapat disediakan sendiri secara swadaya.
Persyaratan umum pembangunan prasarana persampahan :

14)Lokasi dipilih pada tempat yang jauh dari sumber air bersih, bukan didaerah banjir
dan mudah dijangkau oleh alat transportasi sampah (mobil angkutan sampah)
untuk memudahkan pengangkuatan ketempat pembuangan akhir (TPA);
15)Lokasi TPS harus dimusyawarahkan dan sepakati bersama oleh warga,
terutama warga disekitar lokasi TPS akan dibangun sehingga tidak menimbulkan
konflik sosial;
16)Penyediaan TPS berikut Gerobak Sampah diutamakan bagi kelurahan/desa yang
terjangkau oleh jaringan/sistem persampahan kota atau mempunyai akses yang
dekat ke tempat pembuangan akhir sampah (dengan gerobak sampah mampu
dibuang sendiri ke lokasi TPA). Sedangkan untuk daerah dengan kepadatan

penduduk yang masih rendah dan tanah cukup luas (perdesaan), pembuangan

sampah dapat dilakukan dengan cara menggali lubang sampah ditanah


dipekarangan untuk dibakar atau ditimbun tanah kembali setelah penuh.
17)Pengumpulan sampah dari rumah-rumah sekurang-kurangnya 2 hari sekali dan
pembungan sampah dari TPS sekurang-kurangnya seminggu sekali dengan
volume sampah minimal, untuk menghindari bau, mencegah pencemaran
lingkungan dan kemungkinan sarang vektor penyakit (lalat).
Masyarakat bersedia membentuk kelembagaan pengelola pemanfaatan dan

18)Bangunan TPS dibuat dari konstruksi sederhana, sesuai kondisi sosial setempat
dan dapat menggunakan bahan lokal, seperti dari pasangan batu/batu bata.
Ukuran TPS sekurang-kurangnya mempunyai kapasitas (isi) 2 m3 dengan jarak
antar TPS sekurang-kurangnya 150m.
170

DAFTAR PUSTAKA

1. Dept. Pekerjaan Umum, Dirjen Cipta Karya, Petunjuk Teknis Sistem


Penyediaan Sarana PLP, Jakarta, 1995
2. Damanhuri T., Teknik Pembuangan Akhir, Bandung, 1995

3. Damanhuri T. dkk., Limbah Padat, Bandung, 1995

4. Dept. Pekerjaan Umum, Dirjen Cipta Karya, Tata Cara Penyaluran Sampah
Perkotaan, Badan Penerbit PU, Jakarta, 1990
5. Eddy and Metcalf, Waste Water Engineering, Mc. Graw Hill, New York, 1991

6. Ismar G. Buku Seri Ikhtisar Teknik

7. PEDC, Penyediaan Air Bersih, Bandung

8. Kawanura, Susunu, Itegred Design of Water Treatment Facilities

9. Sugiharto, Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah, UIP, 1987

10. Sosrodarsono, Suyono, Hidrologi untuk Pengairan, Pradnya


Paramita, Jakarta
11. Subarkah, Imam, Hidrology untuk Bangunan Air
DAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI)
BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL

No. Judul Standar Nomor Standar Ruang Lingkup


D Pemukiman (Cipta Karya)
4. Air Bersih/ Air Minum

1. Metode PengujianSNI 05-2418-1991 Metode ini digunakan untuk pengujian meter air
Meter Air Bersih dengan ukuran 13 mm - 40 mm
(Ukuran 13 mm
sampai dengan 40
mm).
2. Metode Pengambilan SNI 05-2419-1991 Metode ini digunakan untuk pengambilan contoh
Contoh Meter Air meter air dengan ukuran 13 mm - 40 mm
Bersih (Ukuran 13 mm
sampai dengan 40
mm)
3. Metode Pengujian SNI 06-2548-1991 Metode ini digunakan untuk menentukan diameter
Diameter Luar Pipa pipa PVC menggunakan jangka sorong
PVC Untuk Air Minum
Dengan Jangka
Sorong.
4. Metode Pengujian SNI 06-2549-1991 Metode ini digunakan untuk menentukan kekuatan
Kekuatan Pipa PVC pipa PVC terhadap tekanan hidrostatik
Untuk Air Minum
Terhadap Tekanan
Hidrostatik.
5. Metode Pengujian SNI 06-2550-1991 Metode ini digunakan untuk menentukan ketebalan
Ketebalan Dinding dinding pipa PVC
Pipa PVC Untuk Air
Minum
6. Metode Pengujian SNI 06-2551-1991 Metode ini digunakan untuk menguji bentuk dan sifat
Bentuk dan Sifat tampak pipa PVC untuk air minum
Tampak Pipa PVC
Untuk Air Minum
7. Metode Pengambilan SNI 06-2552-1991 Metode ini digunakan untuk memperoleh contoh uji
Contoh Uji Pipa PVC yang dapat mewakili
Untuk Air Minum
8. Metode Pengujian SNI 06-2553-1991 Metode ini digunakan untuk menentukan besarnya
Perubahan Panjang perubahan panjang pipa PVC dengan uji tungku
Pipa PVC Untuk Air
Minum Dengan Uji
Tungku.
9. Metode Pengujian SNI 06-2554-1991 Metode ini digunakan untuk menentukan ketahanan
Ketahanan Pipa PVC pipa PVC terhadap metilen klorida
Untuk Air Minum
Terhadap Metilen
Khlorida
10. Metode Pengujian SNI 06-2555-1991 Metode ini digunakan untuk menentukan kadar PVC
Kadar PVC Pada Pipa pada pipa PVC dengan THF
PVC Untuk Air Minum
Dengan THF
11. Metode Pengujian SNI 06-2556-1991 Metode ini digunakan untuk menentukan diameter
Diameter Luar Pipa luar rata-rata pipa PVC
PVC Untuk Air Minum
Dengan Pita Meter
12. Metode Pengujian SNI 06-4821-1998 Metode ini membahas cara uji untuk menentukan
Dimensi Pipa diameter luar dan tebal dinding pipa PE
Polietilen (PE) Untuk
No. Judul Standar Nomor Standar Ruang Lingkup
Air Minum
13. Metode Pengujian SNI 05-6437-2000 Metode ini digunakan untuk uji kinerja (termasuk uji
Kinerja Pompa kavitasi) menggunakan model pompa prototip dan
dengan menggunakan untuk penentuan klasifikasi pompa sentrifugal
Model berukuran besar, pompa aliran campur, pompa aliran
aksial kecuali pompa untuk pembangkit tenaga.
14. Metode Pengujian SNI 19-6449-2000 Metode ini digunakan untuk mengevaluasi
Koagulasi Flokulasi pengolahan dalam rangka mengurangi bahan-bahan
dengan Cara jar terlarut, koloid dan yang tidak dapat mengendap
dalam air dengan memakai bahan kimia dalam proses
koagulasi flokulasi yang dilanjutkan pengendapan
secara gravitasi
15. Metode Pengujian SNI 19-6777-2002 Metode ini digunakan untuk menentukan mutu dari
Kinerja Unit Paket Paket Unit Instalasi Penjernihan Air
Instalasi Penjernihan
Air Kapasitas di
Bawah 5 Liter/ detik

16. Metode Pengujian SNI 19-6778-2002 Cara pengujian ini pada sambungan fiting berulir dan
Tekanan Internal pipa PE bertekanan dengan diameter nominal
Rendah Sambun-gan maksimal 63 mm dilaksanakan dua tahap yang
Mekanik Pipa berbeda antara tekanan external dan internal 0,01
Polietilena (PE) Mpa dan 0,08 Mpa minimal 1 jam tidak bocor.
17. Metode Pengujian SNI 19-6779-2002 Metode ini mencakup : Menentukan perubahan
Perubahan Panjang panjang dari pipa polietilena baik low density (LDPE),
Pipa Polietilena (PE) medium density (MDPE), dan high density (HDPE)
dengan uji rendam maupun uji oven dan menetapkan
nilai maksimum perubahan panjang untuk semua
pipa polietilena.
18. Metode Penentuan SNI 19-6780-2002 Metode ini mencakup : Cara pengujian menentukan
Densitas Referensi densitas referensi pipa PE serta sambungannya yang
Polietilena (PE) Hitam mengandung anti oksida atau stabiliser, juga dengan
dan PE tidak penambahan karbon hitam serta menentukan
berwarna pada Pipa densitas nominal.
PE dan Sambungan
19. Metode Pengujian SNI 19-6781-2002 Metode Pengujian ini mencakup tentang :
Kehilangan Tekanan Cara pengujian turunnya tekanan pada sistem
pada Sistem pengembangan pipa PE secara mekanik dan
Sambungan Mekanik persyaratan kehilangan tekanan maksimum yang
Pipa Polietilena (PE) diperbolehkan pada sistem sambungan Pipa PE.
20. Metode Pengujian SNI 19-6784-2002 Metode ini meliputi prosedur yang digunakan untuk
Koagulasi Flokulasi melaksanakan prakiraan tekanan dalam rangkaian
dan Filtrasi koagulasi flokulasi filtrasi air baku dan air limbah
Bertekanan dalam pipa yang bertekanan, yang mengandung
padatan terlarut relatif rendah (< 30mg/l), untuk setiap
ukuran diameter filter lebih besar dari 100 mm.
Metode ini digunakan untuk menentukan efektifitas
flokulasi atau koagulasi, dan atau keduanya serta
media filter dalam memisahkan padatan terlarut dan
koloid dari air baku dan air limbah
Spesifikasi
21. Spesifikasi Meter Air SNI 05-2547-1991 Spesifikasi ini digunakan dalam menilai mutu meter air
Bersih (Ukuran 13 yang digunakan untuk keperluan air bersih.
mm sampai dengan
40 mm)
22. Spesifikasi Sumur SNI 03-2916-1992 Spesifikasi ini bertujuan memberikan persyaratan
Gali Untuk Sumber Air teknis sumur gali sebagai sumber air baku untuk air
Bersih bersih yang terlindung dari pencemaran
No. Judul Standar Nomor Standar Ruang Lingkup
23. Spesifikasi Instalasi SNI 03-2917-1992 Spesifikasi ini bertujuan untuk men- dapatkan instalasi
Air Minum Tipe air bersih dengan kapasitas 5 Liter/ detik
Cikapayang 5
24. Spesifikasi Cincin SNI 06-4828-1998 Spesifikasi ini membahas persyaratan teknis tentang
Karet Sambungan bentuk dasar, ukuran, bahan dan kekuatan
Pipa Air Minum, Air
Limbah dan Air Hujan
25. Spesifikasi Pipa SNI 06-4829-1998 Spesifikasi ini membahas persyaratan teknis tentang
Polietilen (PE) dan bahan, ukuran, kekuatan hidrostatik, perubahan
Sambungannya Untuk panjang dan densitas
Air Minum
26. Spesifikasi Poli- SNI 06-3822.1-2000 Spesifikasi ini menjelaskan polialumunium klorida cair
Aluminium Khlo- untuk pengelolaan air beserta cara pengujian yang
rida Cair untuk berkaitan
Pengolahan Air
27. Spesifikasi Soda Abu SNI 06-6396-2000 Standar ini meliputi penggunaan soda abu untuk
untuk Pengolahan pengolahan air dalam penyediaan air bersih dan air
Air Bersih industri ini mencakup persyaratan umum, spesifikasi
bahan, pengambilan contoh, pengemasan,
pengiriman dan penandaan serta pengujian
28. Spesifikasi Flensa SNI 07-6404-2000 Spesifikasi ini mencakup dua tipe flensa yang dapat
Pipa Baja untuk digunakan saling tukar bila dimensi yang digunakan
Penyediaan Air Bersih sesuai standar yang ditentukan
Ukuran (110-366) mm
29. Spesifikasi Pipa PVC SNI 03-6419-2000 Standar ini mencakup pipa PVC diameter 110 mm
Bertekanan sampai 315 mm untuk air bersih, yang dibuat sesuai
Berdiameter 110-315 dengan ketentuan pada SNI yang berlaku.
mm untuk Air Bersih
30. Sistem Plambing SNI 03-6481-2000 Standar sistem plambing ini berlaku bagi sistem
plambing yang baru dan bagian dari padanya yang
dipasang setelah standar ini dinyatakan efektif
berlaku.
31. Spesifikasi pipa baja SNI 03-6719-2002 Spesifikasi ini berlaku untuk pipa pembuangan air,
bergelom-bang drainase bawah tanah, gorong-gorong dan bukan
dengan lapis untuk pipa air limbah rumah tangga atau pembuangan
pelindung logam untuk limbah industri; lembaran baja yang digunakan dalam
pembuangan air dan pembuatan pipa memiliki lapis pelindung seng
drainase bawah tanah galvanis, aluminium atau campuran logam seng-
alumunium. Spesifikasi ini tidaktermasuk ketentuan
untuk dudukan pipa, timbunan kembali atau hubungan
antara beban timbunan dan tebal lembaran pipa baja.
32. Spesifikasi Unit Paket SNI 19-6773-2002 Spesifikasi ini berisikan penjelasan mengenai
Instalasi Penjernihan persyaratan teknis dari unit Paket Instalasi
Air Sistem Konven- Penjernihan Air dengan sistem konvensional.
sional Dengan Struktur
Baja
33. Spesifikasi Desinfeksi SNI 19-6783-2002 Standar ini meliputi prosedur untuk desinfeksi pipa
Perpi-paan Air Bersih PVC yang baru dan yang perlu diperbaiki. Semua
perpipaan baru harus didesinfeksi sebelum dipasang.
34. Spesifikasi Pipa SNI 03-6785-2002 Spesifikasi ini meliputi pembuatan dan pengujian pipa
Resin Termoseting resin termoseting bertekanan berpenguat fiberglass
Bertekanan (RTRP) diameter 1 inch (25 mm) sampai 144 inch
Berpenguat Fiber- (3700 mm), pipa adukan plastik berpenguat fiberglass
Glass (RPMP) dan sistem penyambungannya untuk
penggunaan dalam jaringan air baik di atas maupun di
bawah permukaan tanah.
35. Spesifikasi Simbol SNI 19-6786-2002 Spesifikasi ini menetapkan simbol-simbol gambar
Gambar Sistem untuk saluran-saluran perpipaan dan parit termasuk
No. Judul Standar Nomor Standar Ruang Lingkup
Penyediaan Air dan simbol-simbol bagian dan peralatan yang dibuat
Sistem Drainase di dipabrik untuk dipergunakan pada gambar dan
dalam Tanah perencanaan sistem penyediaan air dan sistem
drainase. Untuk suatu gambar yang lebih detail,
simbol-simbol dasar ini dapat dilengkapi dengan
petunjuk-petunjuk yang disyaratkan dalam satu sistem
simbol-simbol yang lebih rinci pada penggambaran
atau pada penjelasan yang diuraikan secara terpisah
simbol-simbol digambarkan pada potongan-potongan
galian dan elevasi.
Tata Cara
36. Tata Cara SNI 03-3981-1995 Tata cara ini digunakan untuk men-dapatkan Instalasi
Perencanaan Saringan Pasir Lambat yang dapat mengolah air baku
Instalasi Saringan menjadi air bersih.
Pasir Lambat.
37. Tata Cara SNI 03-3982-1995 Tata cara ini digunakan untuk memperoleh lama masa
Pengoperasian operasi saringan yang optimum, kuantitas dan
dan Perawatan kualitas air olahan sesuai perencanaan
Instalasi Saringan
Pasir Lambat.
38. Tata Cara Pengelasan SNI 03-6405-2000 Tata cara ini memuat pengelasan di lapangan secara
Pipa Baja untuk Air di manual, semi otomatik dan otomatik dengan proses
Lapangan pengelasan busur logam pada pipa baja yang dibuat di
pabrik
39. Tata Cara SNI 05-6375-2000 Tata cara ini mencakup tentang peralatan dan cara
Pengambilan pengambilan contoh air dari saluran tertutup seperti
Contoh Air dari aliran pada stasiun pembangkit, untuk analisis kimia,
Saluran Tertutup fisika, mikrobiologi dan radiology.
40. Tata Cara Pelapisan SNI 07-6398-2000 Standar ini mencakup bahan dan persyaratan
Epoksi Cair untuk pelaksanaan pada sisitem pelapisan epoksi cair, hal
Bagian dalam dan ini sesuai untuk digunakan pada air bersih dan akan
Luar pada Perpipaan melindungi perpipaan terhadap korosi pada bagian
air dari Baja dalam dan luar pada pipa baja, bagian khusus,
sambungan las, dan sambungan yang dipasang di
bawah tanah atau atau terendam air, pada kondisi
konstruksi normal. Sistem Pelapisan ini tidak
digunakan bagi pipa yang belum ditekuk dan
terpasang. Sistem pelapisan terdiri dari satu lapisan
dasar berupa dua lapisan epoksi, dan satu atau lebih
lapisan penutup berupa dua lapis epoksi. Lapisan
penutup ini dapat menggunakan ter batu bara sebagai
pelapis epoksi, atau menggunakan pelapis epoksi
yang tidak mengandung terbatu bara, tetapi memenuhi
persyaratan standar ini. Sistem pelapisan dapat terdiri
dari dua atau lebih lapisan epoksi yang sama tanpa
menggunakan lapisan daasar. Sisitem pelapisam
harus disesuai kan dengan persyaratan kinerja dalam
standar ini. Sistem pelapisan dapat dilakukan di pabrik
atau di lapangan, sedangkan untuk pengelasan
sambungan dan kerusakan permukaan dilakukan di
lapangan. Sistem pelapisan ini pada umumnya
dilakukan untuk perpipaan air bersih

41. Tata Cara Pemilihan SNI 03-6373-2000 Tata cara ini mengatur mengenai pemilihan dan
dan Pemasanagan pemasangan perpipaan, pipa dan perlengkapan untuk
Ven pada Sistim sistem ven. Juga mengatur diameter minimum pipa
Plumbing ven, ven individu, ven pelepas, ukuran pipa ven,
panjang ven, macam-macam pipa tegak ven dan ven
No. Judul Standar Nomor Standar Ruang Lingkup
pipa tegak. Sebagai tambahan dalam tatacara ini
diatur pula penyambungan dan tingkat ven, ketinggian
diatas alat plambing, ven pelepas untuk pipa tegak,
peralatan perangkap, ven pembuangan dari sumur-
sumur pengumpul dan saluran-saluran pembuangan.
42. Tata Cara SNI 19-6774-2002 Tata cara ini digunakan untuk meren-canakan suatu
Perencanaan Unit unit paket Instalasi Penjernihan Air yang optimal
Paket Instalasi
Penjernihan Air
43. Tata Cara SNI 19-6775-2002 Tata cara ini digunakan untuk peng-operasian dan
Pengoperasian dan pemeliharaan unit paket IPA agar diperoleh
Pemeliharaan Unit kontinuitas, kualitas dan kuantitas air hasil olahan
Paket Instalasi yang sesuai dengan perencanaan
Penjernihan Air
Kapasitas 5 Liter/ detik
Ke atas.
44. Tata Cara SNI 19-6776-2002 Tata cara ini digunakan untuk pengawasan
Pengawasan pelaksanaan pemasangan unit Instalasi Penjernihan
Pemasan-gan Unit Air yang sesuai dengan perencanaan
Paket Instalasi
Penjernihan Air

45. Tata Cara SNI 19-6782-2002 Tata cara ini mencakup cara pemasangan perpipaan
Pemasangan besi daktail dan perlengkapannya untuk pelayanan air
Perpipaan Besi Daktil bersih.
dan
Perlengkapannya.
GARIS-GARIS BESAR RENCANA PENGAJARAN (GBRP)
Jurusan/Program Studi : Teknik Sipil / Konstruksi Gedung

Mata Kuliah : Perencanaan Instalsi Air Bersih Dan Limbah


Kode / SKS/ jam : SG367533 / 3 / (16 x 50)
Semester : Ganjil (Tiga)
Deskripsi Singkat : Mata kuliah ini mempelajari tentang sistem penyediaan air bersih untuk sebuah gedung dan menjelaskan
tentang perencanaan jaringan air bersih pada sebuah gedung bertingkat.
Standar Kompetensi : Setelah menyelesaikan mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan mampu merencanakan jaringan air bersih dan
limbah pada sebuah gedung bertingkat

No. Kompetensi Dasar Indikator Pengalaman Materi Pokok Alokasi Sumber Penilaian

Hasil Belajar
Belajar Waktu Bahan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)


Setelah mengikuti mata kuliah
ini,mahasiswa diharapkan akan dapat:
1. Menjelaskan sistem pengelolaan air Mahasiswa mampu Mengkaji substansi Pendahuluan : Buku
bersih dan instansi yang terkait di menjelaskan tentang sistem pengelolaan 1. Latar belakang 4x 3 x 50 pustaka 1, Tes uraian
dalamnya. sistem pengelolaan air air bersih dan penyediaan air bersih hal 31- Terbatas
bersih dan instansi instansi terkait 2. Air di bumi 35,Laptop,
terkait di dalamnya 3. Sifat-sifat Air LCD,
4. Sistem penyediaan White board
air bersih
5. Perencanaan air

16
bersih
6. Air minum
7. Standar kulaitas air
minum
8. Aggresivitas air
terhadap bahan
bangunan

2. Menyebutkan fungsi-fungsi data Mahasiswa mampu Mengkaji materi Data Hidrologi 2x3x50 Buku Tes lisan
hidrologi dalam perencanaan air bersih menyebutkan fungsi- tentang fungsi- 1. Siklus hidrologi pustaka 5,
dan limbah fungsi data hidrologi fungsi data 2. Neraca air hal 48-64,
dalam perencanaan air hidrologi 3. Curah hujan Laptop,
bersih dan limbah LCD, White
board

5 Merencanakan fasilitas dan jaringan Mahasiswa mampu Merancang fasilitas Perencanaan 3x3x50 Buku Tugas
untuk sarana penyediaan air bersih merencanakan fasilitas dan jaringan untuk 1. Penyediaan air dingin pustaka 4, perencanaan
pada sebuah gedung bertingkat dan jaringan untuk sarana penyediaan 2. Penyediaan air hal 44-58,
sarana penyediaan air air bersih pada panas Laptop,
bersih pada sebuah sebuah gedung 3. Jaringan distribusi LCD, White
gedung bertingkat bertingkat 4. Analisa tekanan board
5. Diameter pipa
6. Bak penampungan
7. Pompa

7 Menyebutkan jenis-jenis limbah rumah Mengkaji materi Dasar-dasar 2x3x50 Buku Tes lisan
tangga serta pengelolaannya tentang jenis-jenis pengelolaan limbah pustaka 3,
Menjelaskan fungsi dan manfaat serta limbah rumah rumah tangga hal 53-68,
cara pengelolaan air limbah tangga serta 1. Pengertian umum Laptop,
pengelolaannya 2. Limbah cair LCD, White

1
7
3. Limbah padat board
8 Merencanakan pengolahan limbah Mahasiswa mampu Merancang model Dasar-dasar 4x3x50 Buku Tugas
rumah tangga merencanakan pengolahan limbah perencanaan pustaka 4, perencanaan
pengolahan limbah rumah tangga pengelolaan limbah hal 25-36,
rumah tangga 1. Cubluk Laptop,
2. Septick tank LCD, White
3. Jamban board
4. Peresapan
5. Instalasi pengolahan
lumpur tinja
6. Tempat pembuangan
sampah

Daftar Pustaka:

Dept. Pekerjaan Umum, Dirjen Cipta Karya, Petunjuk Teknis Sistem Penyediaan Sarana PLP, Jakarta, 1995
Damanhuri T., Teknik Pembuangan Akhir, Bandung, 1995
Damanhuri T. dkk., Limbah Padat, Bandung, 1995
Dept. Pekerjaan Umum, Dirjen Cipta Karya, Tata Cara Penyaluran Sampah Perkotaan, Badan Penerbit PU,
Jakarta, 1990
Eddy and Metcalf, Waste Water Engineering, Mc. Graw Hill, New York, 1991
Ismar G. Buku Seri Ikhtisar Teknik
PEDC, Penyediaan Air Bersih, Bandung
Kawanura, Susunu, Itegred Design of Water Treatment Facilities
Sugiharto, Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah, UIP, 1987
Sosrodarsono, Suyono, Hidrologi untuk Pengairan, Pradnya Paramita, Jakarta
Subarkah, Imam, Hidrology untuk Bangunan Air

18
19
SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)
Mata Kuliah : Perencanaan Instalasi Air Bersih dan Limbah

Kode Mata Kuliah : SG 367533


Waktu Pertemuan : 150 Menit/Minggu

Pertemuan Ke :1

1. Kompetensi
a. Kompetensi Utama : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa di harapkan mampu
memahami secara komprehensif tentang tentang prosedur dan standar dalam merencanakan
jaringan air bersih dan limbah pada sebuah gedung.
b. Kompetensi Pendukung : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa dapat mengetahui
arti dan tujuan perkuliahan perencanaan instalasi air bersih dan limbah.
2. Pokok Bahasan : pengenalan, memahami tujuan perkuliahan
3. Sub Pokok Bahasan :
a. Kontrak perkuliahan, materi perkuliahan
b. Arti dan tujuan perkuliahan
4. Kegiatan Belajar Mengajar

Tahap Kegiatan Pengajar Kegiatan Media dan Alat


Mahasiswa Pengajaran
Pendahuluan 1. Mengabsen mahasiswa Menyimak LCD, Papan
2. Menjelaskan cakupan materi pertemuan ke 1 Tulis, Komputer
3. Menjelaskan kompetensi yang akan dicapai
dalam perkuliahan ini
Penyajian 4. Menjelaskan isi dari kontrak perkuliahan dan Menyimak dan LCD, Papan
materi-materi yang akan diikuti selama proses mencatat Tulis, Komputer
perkuliahan serta memberikan pemahaman
tentang arti dan tujuan perkuliahan
Penutup 5. Menutup pertemuan menyimpulkan materi Menyimak dan
pertemuan mencatat
a. Menunjuk beberapa mahasiswa secara
acak untuk meyebutkan apa saja yang
menjadi isi dari kontrak perkuliahan dan
menjelaskan tentang tujuan dari
perkuliahan
b. Mengundang komentar atau pertanyaan
dari mahasiswa lain
6. Memberi gambaran umum tentang materi
yang akan datang
5. Evaluasi : Mengadakan Quis tentang materi perkuliahan
6. Referensi : PEDC, Penyediaan Air Bersih, Bandung, Totok,C. Ir. Dkk., Teknologi Penyediaan
Air Bersih, Bina Aksara, Damanhuri T. dkk., Limbah Padat, Bandung, 1995, dll.
SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)
Mata Kuliah : Perencanaan Instalasi Air Bersih dan Limbah

Kode Mata Kuliah : SG 367533


Waktu Pertemuan : 150 Menit/Minggu

Pertemuan Ke :2

1. Kompetensi
a. Kompetensi Utama : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa di harapkan mampu
memahami secara komprehensif tentang tentang prosedur dan standar dalam merencanakan
jaringan air bersih dan limbah pada sebuah gedung.
b. Kompetensi Pendukung : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa dapat mengetahui
dan memahami tentang sistem penyediaan air bersih.
2. Pokok Bahasan : Sistem penyediaan air bersih
3. Sub Pokok Bahasan :
a. Pengertian sistem penyediaan air bersih
b. Unit air baku
4. Kegiatan Belajar Mengajar

Tahap Kegiatan Pengajar Kegiatan Media dan Alat


Mahasiswa Pengajaran
Pendahuluan 1. Mengabsen mahasiswa Menyimak LCD, Papan
2. Menjelaskan cakupan materi pertemuan ke 2 Tulis, Komputer
3. Menjelaskan kompetensi yang akan dicapai
dalam perkuliahan ini
Penyajian 4. Penyajian : Menyimak dan LCD, Papan
a. Menjelaskan tentang sistem penyediaan air mencatat Tulis, Komputer
bersih
b. Menjelaskan tentang sumber unit air baku
Penutup 5. Menutup pertemuan dan menyimpulkan Menyimak dan
materi pertemuan mencatat
a. Menunjuk beberapa mahasiswa secara
acak untuk meyebutkan tentang sistem
penyediaan air bersih dan unit air baku
b. Mengundang komentar atau pertanyaan
dari mahasiswa lain
6. Memberi gambaran umum tentang materi
yang akan datang
5. Evaluasi : Mengadakan Quis tentang materi perkuliahan
6. Referensi : PEDC, Penyediaan Air Bersih, Bandung, Totok,C. Ir. Dkk., Teknologi Penyediaan
Air Bersih, Bina Aksara, Damanhuri T. dkk., Limbah Padat, Bandung, 1995, dll.
SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)
Mata Kuliah : Perencanaan Instalasi Air Bersih dan Limbah

Kode Mata Kuliah : SG 367533


Waktu Pertemuan : 150 Menit/Minggu

Pertemuan Ke :3

1. Kompetensi
c. Kompetensi Utama : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa di harapkan mampu
memahami secara komprehensif tentang tentang prosedur dan standar dalam merencanakan
jaringan air bersih dan limbah pada sebuah gedung.
d. Kompetensi Pendukung : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa dapat mengetahui
arti dan tujuan perkuliahan perencanaan instalasi air bersih dan limbah.
2. Pokok Bahasan : Sistem penyediaan air bersih
3. Sub Pokok Bahasan :
a. Air minum
b. Sifat-sifat air
4. Kegiatan Belajar Mengajar

Tahap Kegiatan Pengajar Kegiatan Media dan Alat


Mahasiswa Pengajaran
Pendahuluan 1. Mengabsen mahasiswa Menyimak LCD, Papan
2. Menjelaskan cakupan materi pertemuan ke 1 Tulis, Komputer
3. Menjelaskan kompetensi yang akan dicapai
dalam perkuliahan ini
Penyajian 4. Penyajian : Menyimak dan LCD, Papan
a. Menjelaskan tentang air minum mencatat Tulis, Komputer
b. Menjelaskan tentang sifat-sifat air
Penutup 5. Menutup pertemuan menyimpulkan materi Menyimak dan
pertemuan mencatat
c. Menunjuk beberapa mahasiswa secara
acak untuk meyebutkan tentang syarat-
syarat air minum
d. Mengundang komentar atau pertanyaan
dari mahasiswa lain
6. Memberi gambaran umum tentang materi
yang akan datang
5. Evaluasi : Mengadakan Quis tentang materi perkuliahan
6. Referensi : PEDC, Penyediaan Air Bersih, Bandung, Totok,C. Ir. Dkk., Teknologi Penyediaan
Air Bersih, Bina Aksara, Damanhuri T. dkk., Limbah Padat, Bandung, 1995, dll.
SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)
Mata Kuliah : Perencanaan Instalasi Air Bersih dan Limbah

Kode Mata Kuliah : SG 367533


Waktu Pertemuan : 150 Menit/Minggu

Pertemuan Ke :4

1. Kompetensi
c. Kompetensi Utama : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa di harapkan mampu
memahami secara komprehensif tentang tentang prosedur dan standar dalam merencanakan
jaringan air bersih dan limbah pada sebuah gedung.
d. Kompetensi Pendukung : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa dapat mengetahui
dan memahami tentang sistem penyediaan air bersih.
2. Pokok Bahasan : Sistem penyediaan air bersih
3. Sub Pokok Bahasan :
a. Perencanaan air bersih
4. Kegiatan Belajar Mengajar

Tahap Kegiatan Pengajar Kegiatan Media dan Alat


Mahasiswa Pengajaran
Pendahuluan 1. Mengabsen mahasiswa Menyimak LCD, Papan
2. Menjelaskan cakupan materi pertemuan ke 2 Tulis, Komputer
3. Menjelaskan kompetensi yang akan dicapai
dalam perkuliahan ini
Penyajian 4. Penyajian : Menyimak dan LCD, Papan
a. Menjelaskan tentang sistem perencanaan air mencatat Tulis, Komputer
bersih

Penutup 5. Menutup pertemuan dan menyimpulkan Menyimak dan


materi pertemuan mencatat
c. Menunjuk beberapa mahasiswa secara
acak untuk meyebutkan tentang sistem
perencir bersihanaan
d. Mengundang komentar atau pertanyaan
dari mahasiswa lain
6. Memberi gambaran umum tentang materi
yang akan datang
5. Evaluasi : Mengadakan Quis tentang materi perkuliahan
6. Referensi : PEDC, Penyediaan Air Bersih, Bandung, Totok,C. Ir. Dkk., Teknologi Penyediaan
Air Bersih, Bina Aksara, Damanhuri T. dkk., Limbah Padat, Bandung, 1995, dll.
SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)
Mata Kuliah : Perencanaan Instalasi Air Bersih dan Limbah

Kode Mata Kuliah : SG 367533


Waktu Pertemuan : 150 Menit/Minggu

Pertemuan Ke :5

1. Kompetensi
a. Kompetensi Utama : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa di harapkan mampu
memahami secara komprehensif tentang tentang prosedur dan standar dalam merencanakan
jaringan air bersih dan limbah pada sebuah gedung.
b. Kompetensi Pendukung : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa dapat memahami
tentang data-data hidrologi dalam sistem perencanaan air bersih.
2. Pokok Bahasan : Data hidrologi
3. Sub Pokok Bahasan :
a. Siklus hidrologi dan neraca air
4. Kegiatan Belajar Mengajar

Tahap Kegiatan Pengajar Kegiatan Media dan Alat


Mahasiswa Pengajaran
Pendahuluan 1. Mengabsen mahasiswa Menyimak LCD, Papan
2. Menjelaskan cakupan materi pertemuan ke 3 Tulis, Komputer
3. Menjelaskan kompetensi yang akan dicapai
dalam perkuliahan ini
Penyajian 4. Penyajian : Menyimak dan LCD, Papan
a. Menjelaskan defenisi siklus hidrologi dan mencatat Tulis, Komputer
neraca air
Penutup 5. Menutup pertemuan dan menyimpulkan Menyimak dan
materi pertemuan mencatat
a. Menunjuk beberapa mahasiswa secara
acak untuk menjelaskan defenisi siklus
hidrologi dan neraca air
b. Mengundang komentar atau pertanyaan
dari mahasiswa lain
6. Memberi gambaran umum tentang materi
yang akan datang
5. Evaluasi : Mengadakan Quis tentang materi perkuliahan
6. Referensi : PEDC, Penyediaan Air Bersih, Bandung, Totok,C. Ir. Dkk., Teknologi Penyediaan
Air Bersih, Bina Aksara, Damanhuri T. dkk., Limbah Padat, Bandung, 1995, dll.
SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)
Mata Kuliah : Perencanaan Instalasi Air Bersih dan Limbah

Kode Mata Kuliah : SG 367533


Waktu Pertemuan : 150 Menit/Minggu

Pertemuan Ke :6

1. Kompetensi
a. Kompetensi Utama : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa di harapkan mampu
memahami secara komprehensif tentang tentang prosedur dan standar dalam merencanakan
jaringan air bersih dan limbah pada sebuah gedung.
b. Kompetensi Pendukung : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa dapat memahami
tentang data-data hidrologi dalam sistem perencanaan air bersih.
2. Pokok Bahasan : Data hidrologi
3. Sub Pokok Bahasan :
a. Hujan
4. Kegiatan Belajar Mengajar

Tahap Kegiatan Pengajar Kegiatan Media dan Alat


Mahasiswa Pengajaran
Pendahuluan 1. Mengabsen mahasiswa Menyimak LCD, Papan
2. Menjelaskan cakupan materi pertemuan ke 4 Tulis, Komputer
3. Menjelaskan kompetensi yang akan dicapai
dalam perkuliahan ini
Penyajian 4. Penyajian : Menyimak dan LCD, Papan
a. Menjelaskan tentang hujan dalam kaitannya mencatat Tulis, Komputer,
dengan sistem perencanaan air bersih
Penutup 5. Menutup pertemuan dan menyimpulkan Menyimak dan
materi pertemuan mencatat
a. Menunjuk beberapa mahasiswa secara
acak untuk menjelaskan tentang hujan
b. Mengundang komentar atau pertanyaan
dari mahasiswa lain
6. Memberi gambaran umum tentang materi
yang akan datang
5. Evaluasi : Mengadakan Quis tentang materi perkuliahan
6. Referensi : PEDC, Penyediaan Air Bersih, Bandung, Totok,C. Ir. Dkk., Teknologi Penyediaan
Air Bersih, Bina Aksara, Damanhuri T. dkk., Limbah Padat, Bandung, 1995, dll.
SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)
Mata Kuliah : Perencanaan Instalasi Air Bersih dan Limbah

Kode Mata Kuliah : SG 367533


Waktu Pertemuan : 150 Menit/Minggu

Pertemuan Ke :7

1. Kompetensi
a. Kompetensi Utama : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa di harapkan mampu
memahami secara komprehensif tentang tentang prosedur dan standar dalam merencanakan
jaringan air bersih dan limbah pada sebuah gedung.
b. Kompetensi Pendukung : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa dapat memahami
tentang sifat-sifat air dalam kaitannya dengan sistem perencanaan air bersih
2. Pokok Bahasan : Jaringan air bersih pada bangunan
3. Sub Pokok Bahasan :
a. Air dingin
4. Kegiatan Belajar Mengajar

Tahap Kegiatan Pengajar Kegiatan Media dan Alat


Mahasiswa Pengajaran
Pendahuluan 1. Mengabsen mahasiswa Menyimak LCD, Papan
2. Menjelaskan cakupan materi pertemuan ke 5 Tulis, Komputer
3. Menjelaskan kompetensi yang akan dicapai
dalam perkuliahan ini
Penyajian 4. Penyajian : Menyimak dan LCD, Papan
a. Menjelaskan sistem penyediaan air dingin mencatat Tulis, Komputer

Penutup 5. Menutup pertemuan dan menyimpulkan Menyimak dan


materi pertemuan mencatat
a. Menunjuk beberapa mahasiswa secara
acak untuk menjelaskan tentang sistem
penyediaan air dingin
b. Mengundang komentar atau pertanyaan
dari mahasiswa lain
6. Memberi gambaran umum tentang materi
yang akan datang
5. Evaluasi : Mengadakan Quis tentang materi perkuliahan
6. Referensi : PEDC, Penyediaan Air Bersih, Bandung, Totok,C. Ir. Dkk., Teknologi Penyediaan
Air Bersih, Bina Aksara, Damanhuri T. dkk., Limbah Padat, Bandung, 1995, dll.
SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)
Mata Kuliah : Perencanaan Instalasi Air Bersih dan Limbah

Kode Mata Kuliah : SG 367533


Waktu Pertemuan : 150 Menit/Minggu

Pertemuan Ke :8

1. Kompetensi
a. Kompetensi Utama : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa di harapkan mampu
memahami secara komprehensif tentang tentang prosedur dan standar dalam merencanakan
jaringan air bersih dan limbah pada sebuah gedung.
b. Kompetensi Pendukung : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa dapat memahami
tentang sifat-sifat air dalam kaitannya dengan sistem perencanaan air bersih
2. Pokok Bahasan : Jaringan air bersih pada bangunan
3. Sub Pokok Bahasan :
a. Air panas
4. Kegiatan Belajar Mengajar

Tahap Kegiatan Pengajar Kegiatan Media dan Alat


Mahasiswa Pengajaran
Pendahuluan 1. Mengabsen mahasiswa Menyimak LCD, Papan
2. Menjelaskan cakupan materi pertemuan ke 6 Tulis, Komputer
3. Menjelaskan kompetensi yang akan dicapai
dalam perkuliahan ini
Penyajian 4. Penyajian : Menyimak dan LCD, Papan
a. Menjelaskan tentang sistem penyediaan air mencatat Tulis, Komputer
panas
Penutup 5. Menutup pertemuan dan menyimpulkan Menyimak dan
materi pertemuan mencatat
a. Menunjuk beberapa mahasiswa secara
acak untuk menjelaskan tentang sistem
penyediaan air panas dalam bangunan
b. Mengundang komentar atau pertanyaan
dari mahasiswa lain
6. Memberi gambaran umum tentang materi
yang akan datang
5. Evaluasi : Mengadakan Quis tentang materi perkuliahan
6. Referensi : PEDC, Penyediaan Air Bersih, Bandung, Totok,C. Ir. Dkk., Teknologi Penyediaan
Air Bersih, Bina Aksara, Damanhuri T. dkk., Limbah Padat, Bandung, 1995, dll.
SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)
Mata Kuliah : Perencanaan Jalan Pemukiman

Kode Mata Kuliah : SG 363532


Waktu Pertemuan : 150 Menit/Minggu
Pertemuan Ke :9

PELAKSANAAN MID
SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)
Mata Kuliah : Perencanaan Instalasi Air Bersih dan Limbah

Kode Mata Kuliah : SG 367533


Waktu Pertemuan : 150 Menit/Minggu

Pertemuan Ke : 10

1. Kompetensi
a. Kompetensi Utama : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa di harapkan mampu
memahami secara komprehensif tentang tentang prosedur dan standar dalam merencanakan
jaringan air bersih dan limbah pada sebuah gedung.
b. Kompetensi Pendukung : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa dapat memahami
tentang sifat-sifat air dalam kaitannya dengan sistem perencanaan air bersih.
2. Pokok Bahasan : Jaringan air bersih pada bangunan
3. Sub Pokok Bahasan :
a. Jaringan distribusi (pipa dan pompa)
4. Kegiatan Belajar Mengajar

Tahap Kegiatan Pengajar Kegiatan Media dan Alat


Mahasiswa Pengajaran
Pendahuluan 1. Mengabsen mahasiswa Menyimak LCD, Papan
2. Menjelaskan cakupan materi pertemuan ke 7 Tulis, Komputer
3. Menjelaskan kompetensi yang akan dicapai
dalam perkuliahan ini
Penyajian 4. Penyajian : Menyimak dan LCD, Papan
a. Menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan mencatat Tulis, Komputer
jaringan distribusi
Penutup 5. Menutup pertemuan dan menyimpulkan Menyimak dan
materi pertemuan mencatat
a. Menunjuk beberapa mahasiswa secara
acak untuk menjelaskan jaringan distribusi
b. Mengundang komentar atau pertanyaan
dari mahasiswa lain
6. Memberi gambaran umum tentang materi
yang akan datang
5. Evaluasi : Mengadakan Quis tentang materi perkuliahan
6. Referensi : PEDC, Penyediaan Air Bersih, Bandung, Totok,C. Ir. Dkk., Teknologi Penyediaan
Air Bersih, Bina Aksara, Damanhuri T. dkk., Limbah Padat, Bandung, 1995, dll.
SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)
Mata Kuliah : Perencanaan Instalasi Air Bersih dan Limbah

Kode Mata Kuliah : SG 367533


Waktu Pertemuan : 150 Menit/Minggu

Pertemuan Ke : 11

1. Kompetensi
a. Kompetensi Utama : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa di harapkan mampu
memahami secara komprehensif tentang tentang prosedur dan standar dalam merencanakan
jaringan air bersih dan limbah pada sebuah gedung.
b. Kompetensi Pendukung : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa dapat memahami
tentang survey dan data perencanaan dalam perencanaan air bersih.
2. Pokok Bahasan : Limbah Rumah Tangga
3. Sub Pokok Bahasan :
a. Pengertian umum
b. Limbah padat
4. Kegiatan Belajar Mengajar

Tahap Kegiatan Pengajar Kegiatan Media dan Alat


Mahasiswa Pengajaran
Pendahuluan 1. Mengabsen mahasiswa Menyimak LCD, Papan
2. Menjelaskan cakupan materi pertemuan ke 8 Tulis, Komputer
3. Menjelaskan kompetensi yang akan dicapai
dalam perkuliahan ini
Penyajian 4. Penyajian : Menyimak dan LCD, Papan
a. Menjelaskan tentang limbah secara umum mencatat Tulis, Komputer
b. Menjelaskan tentang limbah padat dan
pengelolahannya
Penutup 5. Menutup pertemuan dan menyimpulkan Menyimak dan
materi pertemuan mencatat
a. Menunjuk beberapa mahasiswa secara
acak untuk menjelaskan pengelolalahan
limbah padat
b. Mengundang komentar atau pertanyaan
dari mahasiswa lain
6. Memberi gambaran umum tentang materi
yang akan datang
5. Evaluasi : Mengadakan Quis tentang materi perkuliahan
6. Referensi : PEDC, Penyediaan Air Bersih, Bandung, Totok,C. Ir. Dkk., Teknologi Penyediaan
Air Bersih, Bina Aksara, Damanhuri T. dkk., Limbah Padat, Bandung, 1995, dll.
SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)
Mata Kuliah : Perencanaan Instalasi Air Bersih dan Limbah

Kode Mata Kuliah : SG 367533


Waktu Pertemuan : 150 Menit/Minggu

Pertemuan Ke : 12

1. Kompetensi
a. Kompetensi Utama : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa di harapkan mampu
memahami secara komprehensif tentang tentang prosedur dan standar dalam merencanakan
jaringan air bersih dan limbah pada sebuah gedung.
b. Kompetensi Pendukung : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa dapat memahami
tentang survey dan data perencanaan dalam perencanaan air bersih.
2. Pokok Bahasan : Limbah Rumah Tangga
3. Sub Pokok Bahasan :
a. Limbah cair
4. Kegiatan Belajar Mengajar

Tahap Kegiatan Pengajar Kegiatan Media dan Alat


Mahasiswa Pengajaran
Pendahuluan 1. Mengabsen mahasiswa Menyimak LCD, Papan
2. Menjelaskan cakupan materi pertemuan ke 10 Tulis, Komputer
3. Menjelaskan kompetensi yang akan dicapai
dalam perkuliahan ini
Penyajian 4. Penyajian : Menyimak dan LCD, Papan
a. Menjelaskan tentang limbah cair dan mencatat Tulis, Komputer
pengelolahannya
Penutup 5. Menutup pertemuan dan menyimpulkan Menyimak dan
materi pertemuan mencatat
a. Menunjuk beberapa mahasiswa secara
acak untuk menjelaskan tentang limbah
cair
b. Mengundang komentar atau pertanyaan
dari mahasiswa lain
6. Memberi gambaran umum tentang materi
yang akan datang
5. Evaluasi : Mengadakan Quis tentang materi perkuliahan
6. Referensi : PEDC, Penyediaan Air Bersih, Bandung, Totok,C. Ir. Dkk., Teknologi Penyediaan
Air Bersih, Bina Aksara, Damanhuri T. dkk., Limbah Padat, Bandung, 1995, dll.
SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)
Mata Kuliah : Perencanaan Instalasi Air Bersih dan Limbah

Kode Mata Kuliah : SG 367533


Waktu Pertemuan : 150 Menit/Minggu

Pertemuan Ke : 13

1. Kompetensi
a. Kompetensi Utama : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa di harapkan mampu
memahami secara komprehensif tentang tentang prosedur dan standar dalam merencanakan
jaringan air bersih dan limbah pada sebuah gedung.
b. Kompetensi Pendukung : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa dapat memahami
tentang cara dan prosedur merencanakan sistem penyediaan air bersih.
2. Pokok Bahasan : Pengolahan Limbah
3. Sub Pokok Bahasan :
a. Cubluk
b. Septicktank
4. Kegiatan Belajar Mengajar

Tahap Kegiatan Pengajar Kegiatan Media dan Alat


Mahasiswa Pengajaran
Pendahuluan 1. Mengabsen mahasiswa Menyimak LCD, Papan
2. Menjelaskan cakupan materi pertemuan ke 11 Tulis, Komputer
3. Menjelaskan kompetensi yang akan dicapai
dalam perkuliahan ini
Penyajian 4. Penyajian : Menyimak, LCD, Papan
a. Menjelaskan sistem pengolahan limbah mencatat dan Tulis, Komputer
dengan menggunakan cubluk menghitung
b. Menjelaskan sistem pengolahan limbah
dengan menggunakan septicktank
Penutup 5. Menutup pertemuan dan menyimpulkan Menyimak dan
materi pertemuan mencatat
a. Menunjuk beberapa mahasiswa secara
acak untuk menjelaskan tentang cubluk
dan septicktank
b. Mengundang komentar atau pertanyaan
dari mahasiswa lain
6. Memberi gambaran umum tentang materi
yang akan datang
5. Evaluasi : Mengadakan Quis tentang materi perkuliahan
6. Referensi : PEDC, Penyediaan Air Bersih, Bandung, Totok,C. Ir. Dkk., Teknologi Penyediaan
Air Bersih, Bina Aksara, Damanhuri T. dkk., Limbah Padat, Bandung, 1995, dll.
SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)
Mata Kuliah : Perencanaan Instalasi Air Bersih dan Limbah

Kode Mata Kuliah : SG 367533


Waktu Pertemuan : 150 Menit/Minggu

Pertemuan Ke : 14

1. Kompetensi
a. Kompetensi Utama : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa di harapkan mampu
memahami secara komprehensif tentang tentang prosedur dan standar dalam merencanakan
jaringan air bersih dan limbah pada sebuah gedung.
b. Kompetensi Pendukung : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa dapat memahami
tentang cara dan prosedur merencanakan sistem penyediaan air bersih.
2. Pokok Bahasan : Pengolahan limbah
3. Sub Pokok Bahasan :
a. Jamban
b. Peresapan
4. Kegiatan Belajar Mengajar

Tahap Kegiatan Pengajar Kegiatan Media dan Alat


Mahasiswa Pengajaran
Pendahuluan 1. Mengabsen mahasiswa Menyimak LCD, Papan
2. Menjelaskan cakupan materi pertemuan ke 12 Tulis, Komputer
3. Menjelaskan kompetensi yang akan dicapai
dalam perkuliahan ini
Penyajian 4. Penyajian : Menyimak, LCD, Papan
a. Menjelaskan tentang sistem pengolahan mencatat dan Tulis, Komputer
jamban menghitung
b. Menjelaskan sistem pengolahan pada
peresapan
Penutup 5. Menutup pertemuan dan menyimpulkan Menyimak dan
materi pertemuan mencatat
a. Menunjuk beberapa mahasiswa secara
acak untuk menjelaskan tentang jamban
b. Mengundang komentar atau pertanyaan
dari mahasiswa lain
6. Memberi gambaran umum tentang materi
yang akan datang
5. Evaluasi : Mengadakan Quis tentang materi perkuliahan
6. Referensi : PEDC, Penyediaan Air Bersih, Bandung, Totok,C. Ir. Dkk., Teknologi Penyediaan
Air Bersih, Bina Aksara, Damanhuri T. dkk., Limbah Padat, Bandung, 1995, dll.
SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)
Mata Kuliah : Perencanaan Instalasi Air Bersih dan Limbah

Kode Mata Kuliah : SG 367533


Waktu Pertemuan : 150 Menit/Minggu

Pertemuan Ke : 15

1. Kompetensi
a. Kompetensi Utama : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa di harapkan mampu
memahami secara komprehensif tentang tentang prosedur dan standar dalam merencanakan
jaringan air bersih dan limbah pada sebuah gedung.
b. Kompetensi Pendukung : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa dapat memahami
dan mengetahui tentang jenis limbah rumah tangga dan pengelolaannya.
2. Pokok Bahasan : Pengolahan limbah
3. Sub Pokok Bahasan :
a. Tempat pembuangan sampah
b. Instalasi pengolahan lumpur tinja
4. Kegiatan Belajar Mengajar

Tahap Kegiatan Pengajar Kegiatan Media dan Alat


Mahasiswa Pengajaran
Pendahuluan 1. Mengabsen mahasiswa Menyimak LCD, Papan
2. Menjelaskan cakupan materi pertemuan ke 13 Tulis, Komputer
3. Menjelaskan kompetensi yang akan dicapai
dalam perkuliahan ini
Penyajian 4. Penyajian : Menyimak dan LCD, Papan
a. Menjelaskan tentang pengolahan limbah mencatat Tulis, Komputer
sampah
b. Menjelaskan tentang instalasi pengolahan
lumpur tinja
Penutup 5. Menutup pertemuan dan menyimpulkan Menyimak dan
materi pertemuan mencatat
a. Menunjuk beberapa mahasiswa secara
acak untuk menjelaskan tentang instalasi
pengolahan lumpur tinja
b. Mengundang komentar atau pertanyaan
dari mahasiswa lain
6. Memberi gambaran umum tentang materi
yang akan datang
5. Evaluasi : Mengadakan Quis tentang materi perkuliahan
6. Referensi : PEDC, Penyediaan Air Bersih, Bandung, Totok,C. Ir. Dkk., Teknologi Penyediaan
Air Bersih, Bina Aksara, Damanhuri T. dkk., Limbah Padat, Bandung, 1995, dll.
SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)
Mata Kuliah : Perencanaan Instalasi Air Bersih dan Limbah

Kode Mata Kuliah : SG 367533


Waktu Pertemuan : 150 Menit/Minggu

Pertemuan Ke : 16

1. Kompetensi
a. Kompetensi Utama : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa di harapkan mampu
memahami secara komprehensif tentang tentang prosedur dan standar dalam merencanakan
jaringan air bersih dan limbah pada sebuah gedung.
b. Kompetensi Pendukung : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa dapat memahami
dan melakukan perencanaan alat pengolahan limbah rumah tangga
2. Pokok Bahasan : pengelolaan limbah rumah tangga
3. Sub Pokok Bahasan :
a. Septicktank, jamban, instalasi pengolahan lumpur tinja.
4. Kegiatan Belajar Mengajar

Tahap Kegiatan Pengajar Kegiatan Media dan Alat


Mahasiswa Pengajaran
Pendahuluan 1. Mengabsen mahasiswa Menyimak LCD, Papan
2. Menjelaskan cakupan materi pertemuan ke 16 Tulis, Komputer
3. Menjelaskan kompetensi yang akan dicapai
dalam perkuliahan ini
Penyajian 4. Penyajian : Menyimak, LCD, Papan
a. Menjelaskan dan melakukan perencanaan mencatat dan Tulis, Komputer
septicktank, jamban, dan instalasi pengolahan menghitung
lumpur tinja
Penutup 5. Menutup pertemuan dan menyimpulkan Menyimak dan
materi pertemuan mencatat
a. Menunjuk beberapa mahasiswa secara
acak untuk melakukan perencanaan alat
pengolahan limbah rumah tangga.
b. Mengundang komentar atau pertanyaan
dari mahasiswa lain
6. Memberi gambaran umum tentang materi
yang akan datang
5. Evaluasi : Mengadakan Quis tentang materi perkuliahan
6. Referensi : PEDC, Penyediaan Air Bersih, Bandung, Totok,C. Ir. Dkk., Teknologi Penyediaan
Air Bersih, Bina Aksara, Damanhuri T. dkk., Limbah Padat, Bandung, 1995, dll.
SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)
Mata Kuliah : Perencanaan Instalasi Air Bersih dan Limbah

Kode Mata Kuliah : SG 367533


Waktu Pertemuan : 150 Menit/Minggu
Pertemuan Ke : 17

PELAKSANAAN FINAL

Anda mungkin juga menyukai