Disusun Oleh:
Kelompok 7
Putri Nur Indah Sari 119310032
Santi Dwi Apriyani 119310033
Sarah Dila Rahmawati Putri 119310034
Riska Fadilah Rangkuti 119310035
Asisten
Preza Setiawan 119210174
LABORATORIUM HIDRAULIKA
PROGRAM STUDI TEKNIK BIOSISTEM
JURUSAN TEKNIK PROSES DAN HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2021
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
Jalan Terusan Ryacudu, Desa Way Hui, Kecamatan Jati Agung, Lampung Selatan 35365
Telepon: (0721) 8030188, Email: pusat@itera.ac.id, Website: http://www.itera.ac.id
LEMBAR PENGESAHAN
Telah Disetujui,
KELOMPOK : 7 (Tujuh)
Lampung Selatan,_____________________2021
Asisten,
PREZA SETIAWAN
NIM. 119210174
Institut Teknologi Sumatera Kelompok 7
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat,
rahmat, dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan ini yang berjudul
Laporan Praktikum Mekanika Fluida. Adapun tujuan dari kami akan laporan ini
adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Mekanika Fluida Semester 4 Tahun
Ajaran 2020/2021 di Institut Teknologi Sumatera. Dalam menyelesaikan laporan
ini, kami mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak sehingga pada
akhirnya laporan ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kami
ucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Nova Anika, S.T.P, M.Si, Ph.D. dan Pak Drs. Tamrin Ajis, selaku dosen
mata kuliah Mekanika Fluida yang sudah memberi materi mengenai mata
kuliah tersebut dengan baik.
2. Preza Setiawan selaku asisten praktikum mata kuliah Mekanika Fluida
3. Orang tua dan keluarga kami, yang telah memberi banyak motivasi pada
kami dalam mengerjakan laporan ini.
4. Teman-teman Teknik Biosistem Institut Teknologi Sumatera yang telah
memberi dukungan dan sediki banyaknya kontribusi pada kelompok kami.
Akhir kata, kami meminta maaf jika masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan dalam penulisan ataupun penyusunan laporan praktikum ini. Kami
sangat menerima kritik dan saran dari pembaca agar kedepannya kami dapat
memperbaikinya dan dapat membuat karya yang lebih baik lagi.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
OSBORNE REYNOLD
Gambar 3.3.1. Meja Hidraulik ...........................................................................84
Gambar 3.3.2. Stopwatch ...................................................................................84
Gambar 3.3.3. Gelas Ukur ................................................................................84
Gambar 3.3.4. Tinta ...........................................................................................85
Gambar 3.3.5. Alat Osborne Reynold Satu Set .................................................85
Gambar 3.5.1. Sambungkan meja hidraulik ke stopkontak ...............................87
Gambar 3.5.2. Memasukkan tinta ......................................................................87
Gambar 3.5.3. Menyalakan meja .......................................................................87
Gambar 3.5.4. Buka tutup tinta..........................................................................88
Gambar 3.5.5. Atur katup ..................................................................................88
Gambar 3.5.5. Atur Suhu Air .............................................................................88
Gambar 3.5.5. Hitung volume dengan stopwacth ..............................................89
Gambar 3.5.5. Atur katup ...................................................................................89
Gambar 3.5.5. Matikan meja hidraulik ...............................................................89
TINGGI METASENTRIK
Gambar 4.3.1. Penggaris..................................................................................101
Gambar 4.3.2. Bejana Air ...............................................................................101
Gambar 4.3.3. Ponton .....................................................................................101
Gambar 4.5.1. Mengukur panjang dan lebar ponton .......................................104
Gambar 4.5.2. Masukkan ponton ke air ...........................................................104
Gambar 4.5.3. Menggeser beban ....................................................................104
TEKANAN HIDROSTATIS
Gambar 5.3.1. Alat Peraga Tekanan Hidrostatis .............................................133
Gambar 5.3.2. Satu Set Alat Pemberat ............................................................133
Gambar 5.3.3. Gelas Ukur ...............................................................................133
Gambar 5.3.4. Gantungan pemberat ................................................................134
Gambar 5.4.1. Sketsa Alat Percobaan Tekanan Hidrostatis ............................135
Gambar 5.5.1. Kalibrasi sampai stabil .............................................................136
Gambar 5.5.2. Menggantungkan alat pemberat ...............................................136
Gambar 5.5.3. Mengisi air agar stabil .............................................................136
Gambar 5.5.4. Mengatur beban pengatur .......................................................137
Gambar 5.5.5. Mengisi air ...............................................................................137
DAFTAR GRAFIK
OSBORNE REYNOLD
Grafik 3.7.1. Re vs Q aliran laminar ...............................................................95
Grafik 3.7.2. Log F vs Log Re pada aliran laminar ........................................96
Grafik 3.7.3. Re vs Q aliran transisi ................................................................96
Grafik 3.7.4. Log F vs Log Re pada aliran transisi .........................................96
Grafik 3.7.5. Re vs Q aliran turbulen ..............................................................97
Grafik 3.7.6. Log F vs Log Re pada aliran turbulen .......................................97
TINGGI METASENTRIK
Grafik 4.7.1. Hubungan tinggi metasentrik dengan sudut tinggi massa
pengatur 0 cm bagian kanan ....................................................121
Grafik 4.7.2. Hubungan tinggi metasentrik dengan sudut tinggi massa
pengatur 0 cm bagian kiri ........................................................122
Grafik 4.7.3. Hubungan tinggi metasentrik dengan sudut tinggi massa
pengatur 5 cm bagian kanan ...................................................122
Grafik 4.7.4. Hubungan tinggi metasentrik dengan sudut tinggi massa
pengatur 5 cm bagian kiri ........................................................123
Grafik 4.7.5. Hubungan tinggi metasentrik dengan sudut tinggi massa
pengatur 10 cm bagian kanan .................................................123
Grafik 4.7.6. Hubungan tinggi metasentrik dengan sudut tinggi massa
pengatur 10 cm bagian kiri ......................................................124
Grafik 4.7.7. Hubungan tinggi metasentrik dengan sudut tinggi massa
pengatur 15 cm bagian kanan .................................................124
Grafik 4.7.8. Hubungan tinggi metasentrik dengan sudut tinggi massa
pengatur 15 cm bagian kiri .....................................................125
Grafik 4.7.9. Hubungan tinggi metasentrik dengan sudut tinggi massa
pengatur 20 cm bagian kanan ..................................................125
Grafik 4.7.10. Hubungan tinggi metasentrik dengan sudut tinggi massa
pengatur 20 cm bagian kiri .....................................................126
TEKANAN HIDROSTATIS
Grafik 5.7.1. Hubungan tinggi air terhadap momen terendam sebagian ......146
Grafik 5.7.2. Hubungan tinggi air terhadap momen terendam seluruhnya ...146
DAFTAR TABEL
OSBORNE REYNOLD
Tabel 3.6.1. Data hasil praktikum ..................................................................90
Tabel 3.7.1. Data hasil perhitungan ...............................................................95
TINGGI METASENTRIK
Tabel 4.6.1. Data hasil percobaan untuk tinggi massa pengatur 0 cm .........105
Tabel 4.6.2. Data hasil percobaan untuk tinggi massa pengatur 5 cm ........106
Tabel 4.6.3. Data hasil percobaan untuk tinggi massa pengatur 10 cm .......106
Tabel 4.6.4. Data hasil percobaan untuk tinggi massa pengatur 15 cm .......107
Tabel 4.6.5. Data hasil percobaan untuk tinggi massa pengatur 20 cm .......107
Tabel 4.6.6. Data hasil percobaan tinggi metasentrik ..................................108
Tabel 4.7.1. Data hasil perhitungan untuk tingga massa pengatur 0 cm .....119
Tabel 4.7.2. Data hasiil perhitungan untuk tinggi massa pengatur 5 cm .....119
Tabel 4.7.3. Data hasiil perhitungan untuk tinggi massa pengatur 10 cm ..120
Tabel 4.7.4. Data hasiil perhitungan untuk tinggi massa pengatur 15 cm ..120
Tabel 4.7.5. Data hasiil perhitungan untuk tinggi massa pengatur 20 cm ..121
TEKANAN HIDROSTATIS
Tabel 5.6.1. Data hasil percobaan ................................................................138
Tabel 5.7.1 Data hasil perhitungan tekanan hidrostatis ..............................145
MODUL I
Preza Setiawan
NIM. 119210174
MODUL 1
KEHILANGAN TINGGI TEKAN
1.1. Pendahuluan
Dalam suatu aliran fluida close conduit (saluran tertutup) atau pipa, terjadi
kehilangan tinggi tekan, Hal-hal yang menjelaskan terjadinya kehilangan
tinggi tekan dapat digolongan menjadi dua jenis, yaitu :
a. Major Losses
Major losses adalah kehilangan tinggi tekan akibat gosokan yang
terjadi antara fluida dengan dinding pipa abu perubahan kecepatan
yang dialami oleh aliran fluida. Contohnya adalah kehilangan tinggi
akibat gesekan pada pipa lurus.
b. Minor Losses
Minor losses adalah kehilangan tinggi tekan akibat perubahan geometri
pipa. Contohnya adalah kehilangan tinggi tekan karena kontraksi tiba-
tiba. Ekspansi tiba-tiba, dan lingkungan pada pipa
Dalam praktikum ini, digunakan dua pipa yaitu pipa biru dan pipu abu-abu.
Pipa-SLSD EÕUX WHUG
apat kehilangan tinggi tekan akibat faktor gesekan pipa
lurus, tikungan tajam dengan jari-jari 0 mm, dan tikungan dengan jari -jari
12,7 mm. Sementara pada pipa abu-abu terdapat kehilangan tinggi tekan
akibat faktor gesekan pipa lurus, kontraksi, ekspansi. tikungan dengan jari-
jari 50 mm, 100 mm, dan 150 mm.
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum tinggi tekan ini adalah
sebagai berikut :
a. Stopwatch
d. Piezometer
Kehilangan tinggi tekan suatu fluida dalam pipa dapat terjadi karena faktor
gesekan (major losses) atau akibat faktor perubahan bentuk geometri pipa
(minor losses). Major Losses merupakan kehilangan tinggi tekan akibat
gesekan yang terjadi antara fluida dengan dinding pipa atau perubahan
kecepatan yang dialami oleh aliran fluida, contohnya yaitu kehilangan tinggi
akibat gesekan pada pipa lurus.(Asdak, 2007)
Suatu pipa lurus dengan diameter (D) yang tetap, akan mempunyai tinggi
tekan akibat gesekan sepanjang pipa (L) sebesar :
/Y
+O
I (1.1)
'J
Dimana :
3-3൯
൫
9 '
>
-ቀ ቁ (1.2)
Ȗ J '
Lalu yang kedua yaitu dengan adanya tinggi tekan yang dirumuskan
sebagai berikut :
3-3൯
൫
9 '
> -
- ቀ ቁ - (1.3)
Ȗ J ' &F
Dimana :
Hl = kehilangan energi akibat tikungan
K = koefisien kehilangan tinggi tekan
+O
+OE
+I (1.5)
f. Lalu buka pipa yang sebelumnya tertutup dan tutup pipa yang tadi
terbuka
h. Lalu untuk menghitung waktu debit air, siapkan stopwatch dan gelas
ukur, hitung waktu yang digunakan untuk mengisi gelas ukur sebanyak
500 mL
i. Setelah itu matikan kembali alat yang telah digunakan dan praktikum
pun selesai
1 9 1 821,86 717,6 868,88 754,4 0,151 0,153 0,063 0,061 0,149 0,145
2 6,3 1 879,29 657,26 961,82 706,38 0,257 0,255 0,178 0,176 0,227 0,265
3 5,7 1 912,47 733,8 984,79 774,22 0,233 0,232 0,168 0,144 0,199 0,250
3 4 7 8 9 10 Q
1.7. Perhitungan
a. Nilai Q
9
4
W
Hasil perhitungan tiap percobaan :
Q = = 0,111111
4
=
4
=
b. Nilai v
Rumus mencari v :
4
9
$
Y = 765,261
Y = 1093,231
Y = 1208,308
c. Nilai Hf
Y
>+
+@
Y
-
0,002
Y
= 0,002
-
Y
= 0,002
-
d. Nilai Re
Y'
5H
X
5H
= 10,407
5H
= 14,86
5H
= 16,43
e. Nilai Fb
)E
ξ5H
)E = 0,175
ඥ
)E = 0,1609
ඥ
)E = 0,1596
ඥ
f. Nilai Fdw
'J+I
)GZ
9
/
-
)GZ
g. Nilai Log Hf
/2*+I
/2*
ሺ ሻ = 1,36
/2*
ሺ ሻ
/2*
ሺ ሻ
h. Nilai Log Q
/2*4
/2*
ሺ ሻ = 0,9542
/2*
ሺ ሻ
/2*
ሺ ሻ
a. Nilai Q
9
4
W
Hasil perhitungan tiap percobaan :
4
=
4 = 0,1851852
4 = 0,1960784
b. Nilai v
Rumus mencari v :
4
Y
$
Hasil perhitungan tiap percobaan :
Y = 247,43
Y = 343,664
Y = 363,87
c. Nilai Hf
Y
>+
@
Y
- = 0,00584
Y
-
Y
-
d. Nilai Re
Y
'
5H
X
Hasil perhitungan tiap percobaan :
5H
= 6,48
5H
= 9,003
5H
= 9,53
e. Nilai Fb
)E
ξ5H
)E
=
ඥ
)E
=
ඥ
)E
=
ඥ
f. Nilai Fdw
'J+I
)GZ
9
/
Hasil perhitungan tiap percobaan :
)GZ
)GZ
)GZ
g. Nilai Log Hf
/2*+I
/2*
൫ ൯
-
=
/2*
൫ ൯
- =
/2*
൫ ൯
-
=
h. Nilai Log Q
/2*4
/2*
ሺ ሻ =
-
/2*
ሺ ሻ =
-
/2*
ሺ ሻ =
-
a) Nilai Q
9
4
W
4
4
4
b) Nilai v
Rumus mencari v :
4
Y
$
Y
Y
Y
c) Nilai HL
+/
>+
+@
+/
-
=
+/
-
=
+/
-
=
d) 1LODL+/KH
0)
5XPXVGDODPPHQFDUL+/KH
0) :
Y '
>
+/
ቆ ቇ@
J '
+/
- ቀ
ቁ൨
=
+/
- ቀ
ቁ൨
=
+/
- ቀ
ቁ൨
=
e) Nilai HL (he = 0)
Y ' '
+/
>൬ ൰ ൬ ൰ @
J' '
+/
ቀ ቁ- ቀ ቁ൨ =
+/
ቀ ቁ- ቀ ቁ൨
=
+/
ቀ ቁ- ቀ ቁ൨
=
a) Nilai Q
9
4
W
4
=
4
=
4
=
b) Nilai v
Rumus mencari v :
4
Y
$
Y
=
Y
=
Y
=
c) Nilai HL
+/
>+
+@
+/
- =
-
+/
- =
-
+/
- =
-
d) 1LODL+/KH
0)
5XPXVGDODPPHQFDUL+/KH
0) :
Y '
+/
>൬ ൰ @
J '
+/
- ቀ
ቁ൨
=
+/
- ቀ
ቁ൨
=
+/
- ቀ
ቁ൨
=
e) Nilai HL(he=0)
Y ' '
+/
> ൬ ൰ ൬ ൰ @
J ' '
+/
ቀ ቁ- ቀ ቁ൨
=
+/
ቈ൬ ൰ ൬
൰
+/
ቈ൬ ൰ ൬
൰
a. Nilai Q
9
4
W
4
=
4
=
4
=
b. Nilai v
Rumus mencari v :
4
Y
$
Hasil perhitungan tiap percobaan :
Y
=
Y
=
Y
=
c. Nilai Re
Y'
5H
X
Hasil perhitungan tiap percobaan :
5H
=
5H
=
5H
=
d. Nilai Fb
)E
ξ5H
)E
=
ඥ
)E
=
ඥ
)E
=
ඥ
e. Nilai Ht
+W
>+
+@
+W
- Ͳǡ
=ͳͳͶͶͺ
+W
-
=-
+W
-
=-
f. Nilai Hf
Y
)E/
+I
'J
ሺ ሻ
ሺ ሻ
+I
=
ሻ
ሺ
ሺ
ሻ
ሺ ሻ
ሺ
ሻ
+I
ሻ
ሺ
ሺ
ሻ
ሺ ሻ
ሺ
ሻ
+I
ሻ
ሺ
ሺ
ሻ
g. Nilai HLG
+/*
+W
+I
+/*
-
-
-
+/*
- =
-
-
+/*
-
- =
-
h. Nilai kb
+/*J
NE
Y
Hasil perhitungan tiap percobaan :
൫ ሺ
൯ሻ
-
NE
=
-
൫ ሺ
൯ሻ
-
NE
=
-
൫ ሺ
൯ሻ
-
NE
=
-
i. Nilai Kl
J 5
>
.O +W
ቆ @
ቇ+I
Y /
ሻ
ሺ
ሺ ሻ
ሺሻ
.O
ቂ
- ሺሻሺ ሻቁ
-ቀ
- ቃ
=
-
ሻ
ሺ ሺ
ሻ
ሺሻ
.O
ቈ
ቆ ቇ
ሻ
ሺ
ሺ ሻ
ሻ
ሺ ሺ
ሻ
ሺሻ
.O
ቈ
ቆ ቇ
ሻ
ሺ
ሺ ሻ
a. Nilai Q
9
4
W
Hasil perhitungan tiap percobaan :
4
=
4
=
4
=
b. Nilai v
Rumus mencari v :
4
Y
$
Y
=
Y
=
Y
=
c. Nilai Re
Y'
5H
X
Hasil perhitungan tiap percobaan :
5H
=
5H
=
5H
=
d. Nilai Fb
)E
ξ5H
)E
=
ඥ
)E
=
ඥ
)E
=
ඥ
e. Nilai Ht
+W
>+
+@
+W
- =
-
+W
- =
-
+W
- =
-
f. Nilai Hf
Y
)E/
+I
'J
Hasil perhitungan tiap percobaan :
ሺ ሻ
ሺ ሻ
+I
=
ሻ
ሺ
ሺ
ሻ
ሺ ሻ
ሺ
ሻ
+I
=
ሻ
ሺ
ሺ
ሻ
ሺ ሻ
ሺ ሻ
+I
=
ሻ
ሺ
ሺ
ሻ
g. Nilai HLG
+/*
+W
+I
+/*
-
- =
-
+/*
-
- =
-
+/*
-
- =
-
h. Nilai Kb
+/*J
NE
Y
Hasil perhitungan tiap percobaan :
൫ ሺ
൯ሻ
-
NE
=
-
൫ ሺ
൯ሻ
-
NE
=
-
൫ ሺ
൯ሻ
-
NE
=
-
i. Nilai Kl
J 5
>
.O +W
ቆ @
ቇ+I
Y /
ሻ
ሺ
ሺ ሻ
ሺ
ሻ
.O
ቂ - ሺሻሺ
-ቀ
-
ቁ
ቃ=
-
ሻ
ሻ
ሺ
ሺ ሻሺ
ሻ
.O
ቈ
ቆ ቇ
ሺ ሻ
ሺ
ሻ
ሻ
ሺ
ሺ ሻሺ
ሻ
.O
ቈ
ቆ ቇ
ሺሻ
ሺ
ሻ
a. Nilai Q
9
4
W
Hasil perhitungan tiap percobaan :
4
=
4
=
4
=
b. Nilai v
Rumus mencari v :
4
Y
$
Hasil perhitungan tiap percobaan :
Y
=
Y
=
Y
=
c. Nilai Re
Y'
5H
X
Hasil perhitungan tiap percobaan :
5H
=
5H
=
5H
=
d. Nilai Fb
)E
ξ5H
)E
=
ඥ
)E
=
ඥ
)E
=
ඥ
e. Nilai Ht
+W
>+
+@
+W
-
=
-
+W
-
+W
-
=
f. Nilai Hf
Y
)E/
+I
'J
ሺ ሻ
ሺ ሻ
+I
=
ሻ
ሺ
ሺ
ሻ
ሺ ሻ
ሺ
ሻ
+I
=
ሻ
ሺ
ሺ
ሻ
ሺ ሻ
ሺ ሻ
+I
=
ሻ
ሺ
ሺ
ሻ
g. nilai HLG
+/*
+W
+I
+/*
-
-=
-
+/*
-
-=
-
+/*
-
- =
-
h. Nilai Kb
+/*J
NE
Y
Hasil perhitungan tiap percobaan :
൫ ሺ
൯ሻ
-
NE
-
൫ ሺ
൯ሻ
-
NE
=
-
൫ ሺ
൯ሻ
-
NE
=
-
i. Nilai Kl
J 5
>
.O +W
ቆ @
ቇ+I
Y /
ሺሻ
ሺ ሻ
ሺ ሻ
.O
ቈ
ቆ ቇ
ሺሻ
ሺ
ሻ
ሻ
ሺ
ሺ ሻ
ሺ ሻ
.O
ቈ
ቆ ቇ
ሺሻ
ሺ
ሻ
ሻ
ሺ
ሺ ሻ
ሺ ሻ
.O
ቈ
ቆ ቇ
ሺሻ
ሺ
ሻ
a. Nilai Q
9
4
W
Hasil perhitungan tiap percobaan :
4
=
4
=
4
=
b. Nilai v
Rumus mencari v :
4
Y
$
Hasil perhitungan tiap percobaan :
Y
=
Y
=
Y
=
c. Nilai Re
Y'
5H
X
Hasil perhitungan tiap percobaan :
5H
=
5H
=
5H
=
d. Nilai Fb
)E
ξ5H
)E
=
ඥ
)E
ඥ
)E
=
ඥ
e. Nilai Ht
+W
>+
+@
+W
-
=
+W
-
=
-
+W
-
=
-
f. Nilai Hf
Y
)E/
+I
'J
Hasil perhitungan tiap percobaan :
ሺ ሻ
ሺ ሻ
+I
=
ሻ
ሺ
ሺ
ሻ
ሺ ሻ
ሺ
ሻ
+I
=
ሻ
ሺ
ሺ
ሻ
ሺ ሻ
ሺ ሻ
+I
=
ሻ
ሺ
ሺ
ሻ
g. Nilai HLG
+/*
+W
+I
+/*
-
-=
-
+/*
-
-=
-
+/*
-
- =
-
h. Nilai Kb
+/*J
NE
Y
Hasil perhitungan tiap percobaan :
൫ ሺ
൯ሻ
-
NE
=
-
൫ ሺ
൯ሻ
-
NE
=
-
൫ ሺ
൯ሻ
-
NE
=
-
i. Nilai Kl
J 5
>
.O +W
ቆ @
ቇ+I
Y /
ሺሻ
ሺ ሻ
ሺ
ሻ
.O
ቈ
ቆ ቇ
ሺሻ
ሺ
ሻ
ሻ
ሺ
ሺ ሻ
ሺ
ሻ
.O
ቈ
ቆ ቇ
ሺሻ
ሺ
ሻ
ሻ
ሺ
ሺ ሻ
ሺ
ሻ
.O
ቈ
ቆ ቇ
ሺሻ
ሺ
ሻ
a. Nilai Q
9
4
W
Hasil perhitungan tiap percobaan :
4
=
4
=
4
=
b. Nilai v
Rumus mencari v :
4
Y
$
Hasil perhitungan tiap percobaan :
Y
=
Y
=
Y
=
c. Nilai Re
Y'
5H
X
Hasil perhitungan tiap percobaan :
5H
=
5H
=
5H
=
d. Nilai Fb
)E
ξ5H
)E
=
ඥ
)E
=
ඥ
)E
=
ඥ
e. Nilai Ht
+W
>+
+@
+W
-
=
-
+W
-
=
-
+W
-
=
-
f. Nilai Hf
Y
)E/
+I
'J
ሺ ሻ
ሺ ሻ
+I
=
ሻ
ሺ
ሺ
ሻ
ሺ ሻ
ሺ
ሻ
+I
=
ሻ
ሺ
ሺ
ሻ
ሺ ሻ
ሺ ሻ
+I
=
ሻ
ሺ
ሺ
ሻ
g. Nilai HLG
+/*
+W
+I
+/*
-
-
=
-
+/*
-
-
=
-
+/*
-
-
=-
h. Nilai Kb
+/*J
NE
Y
Hasil perhitungan tiap percobaan :
൫ ሺ
൯ሻ
-
NE
=
-
൫ ሺ
൯ሻ
-
NE
=
-
൫ ሺ
൯ሻ
-
NE
=
-
i. Nilai kl
J 5
>
.O +W
ቆ @
ቇ+I
Y /
ሺሻ
ሺ ሻ
ሺ ሻ
.O
ቈ
ቆ ቇ
ሺሻ
ሺ
ሻ
ሻ
ሺ
ሺ ሻ
ሺ ሻ
.O
ቈ
ቆ ቇ
ሺሻ
ሺ
ሻ
ሻ
ሺ
ሺ ሻ
ሺ ሻ
.O
ቈ
ቆ ቇ
ሺሻ
ሺ
ሻ
Log Hf VS Log Q
3 2.301 2.096 2
2 1.36
1
Log Hf
0
-0.95 -0.79 -0.75
-1
-2 -2.69 -2.69
-3
-4
Log Q
Fb VS Re
0.4 0.17593403
0.160925313 0.156948778
0.35
0.3
0.25 0.198036451 0.18242244 0.179834232
Fb
0.2
0.15
0.1
0.05
0
10.40756005 14.86794293 16.43298956
Re
Grafik 1.7.2 Fb VS Re
Fdw VS Re
0.001 0.000583027 0.000583027
0 -0.000583027
10.40756005 14.86794293 16.43298956
-0.001
-0.002
Fdw
-0.002807962
-0.003
-0.004 -0.004492738
-0.005 -0.005615923
-0.006
Re
+/KH
+/KH96+/KH
7000 6265.058134
6000 5588.277163
5000
4000
2896.962881
3000
2000
1000
0
614.8981575 1186.146137 1329.797054
HL (he=0)
Kb VS Kl
-9.2
-9.4 -10.98294437 -10.04600347 -9.797761074
-9.6 -9.797761074
-9.797760658
-9.797758254
-9.797758255
-9.8
-10.04600347
-10.04600293
-10.04599929
-10
Kb
-10.2
-10.4
-10.6
-10.8 -10.98294437
-10.98294404
-10.98294056
-11
-11.2
Kl
Grafik 1.7.5 Kb VS Kl
1.8. Analisis
Pada percobaan kehilangan tinggi tekan ini dilakukan beberapa percobaan
yaitu 9 percobaan yang terbagi oleh kehilangan tinggi tekan pada pipa lurus,
lalu kehilangan tinggi tekan akibat ekpansi dan akibat kontraksi, lalu
kehilangan tinggi tekan pada pipa tikungan tajam dengan R yang bervariasi
yaitu R = 0, R = 12,7mm, R = 50mm, R = 100mm, dan R = 150mm. Dan
pada percobaan ini juga dibandingkan nilai-nilai yang telah di cari dengan
persamaan yang diberikan.
Pada pecobaan pertama dan kedua membandingkan hal yang sama dan
mencari atau menghitung hal yang sama juga, dan jika dibandingkan untuk
nilai Q dan v yang dihasilkan suatu perbedaan yang cukup jauh untuk nilai v
yang dimana lebih tinggi nilai untuk pipa biru yang bernilai 765,26
dibanding pipa abu-abu yang bernilai 247,43 lalu sedangkan nilai Q nya
lebih tinggi di pipa abu-abu yang bernilai 0,133 dibanding pipa biru yang
bernilai 0,111. Lalu untuk nilai log yang dihasilkan dari percobaan pertama
dan kedua memiliki nilai yang tidak terlalu berbeda jauh yaitu hanya
berbeda 1 - 0,5 saja.
Lalu pada percobaan 3 dan 4 yang tentang kehilangan tinggi tekan akibat
ekspansi dan kontraksi, memiliki nilai yang sama dalam Q dan v nya
dikarenakan dalan satu pipa yang sama sehingga nilai nya pun sama juga.
Lalu untuk nilai HL dengan he
0 dan he = 0 juga pada percobaan 3 dan 4
ini memiliki nilai yang sama yDQJEHUQLODLXQWXN
0 dan 614,89
untuk nilai he = 0, juga yang berbeda dari percobaan ini terletak pada nilai
HL biasanya, karena rumus dalam mencari HL tersebut ialah pengurangan
terhadap pipa nya saja sehingga sacara otomatis berbeda karena pada
percobaan 3 dn 4 berbeda pipa yang di amatinya.
Lalu pada pencarian yng terakhir yaitu kehilangan tinggi tekan akibat siku
tikungan tajam yang mana pada percobaan ni memiliki 5 jenis R yang di
amati seperti yang telah disebutkan diawal tadi, untuk kelimapercobaan nilai
Q, v, Re, dan Fb nya memiliki nilai yang sama yaitu berturut-turut, 0,111;
765,26; 10,40; 0,17 dikarenakan terdapat dalam pipa yang sama yaitu pipa
biru, lalu perbedaaan nya terdapat pada nilai Kl nya yang jikadilihat
berdasarkan yang sudah dihitung maka bisa dilihat nilai dari pipa dengan R
yang panjang memiliki nilai Kl yang relatif lebih besar jika dibanding
dengan yang miliki R yang pendek atau bahkan R nya 0, seperti pada R = 0
nilai kl nya adalah -10,98 sedangkan untuk R = 12,7 mm nilai kl nya adalah
-1,72. Lalu perbedaan yang lainnya ialah pada nilai Ht nya yang itu
merupakan pengurangan dari nilai pipa yang dilawatinya sehingga berbeda
nilai yang dihasilkan sebab setiap percobaan menggunakan pipa yang
berbeda satu sama lain. Lalu pada nilai HLG juga memiliki nilai yang
sangat besar seperti pada R = 100 mm yang memiliki nilai HLG nya -
328158 karena pengurangan yang dilakukan tidak terlalu seimbang sehingg
menghasilkan hasil yang seperti itu.
Pada semua percobaan yang telah dilakukan kehilangan tinggi tekan ini
memiliki banyak hal yang perlu dihitung dan di amati sehingga harus penuh
ketelitian dalam mengolah data yang telah diambil atau dalam proses
pengambilan data tetsebut.
1.9. Kesimpulan
Pada praktikum ini bisa disimpulkan bahwa :
1. Kehilangan tinggi tekan merupakan pengurangan nilai dari tinggi suatu
fluida yang sedang diamati
2. Pada percobaan kontraksi dan ekspansi memiliki nilai yang sama
sehingga bisa dikatakan bahwa percobaan tersebut sama dan bentuk
percobaann nya.
3. Untuk pipa tikungan yang miliki R yang panjang akan bernilai beesar
sehingga bisa disimpulkan bahwa semakin panjang R nya maka akan
semakin besar pula nilai Kl yang dihitung atau yang dihasilkan.
1.10. Saran
Adapun saran untuk praktikum ini adalah :
1. Praktikan lebih berhati-hati dalam mengolah data sehingga data
perhitungan yang dihasilkan bagus dan sempurna
2. Praktikan mencatat dengan baik semua yang ada dalam percobaan
sehingga tidak kebingungan dalam percobaan nya.
1.11.Daftar Pustaka
%DPEDQJ7ULDGPRGMR³
Hidraulika II´<RJ\DNDUWD
&KD\ $VGDN
Hidrologi ³
dan Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai”,Gajah Mada University Press, Yogyakarta
Andayani, Reni, Bahder Djohan, and Nurmansyah Nurmansyah.
"Analisis Kehilangan Tinggi Tekan dan Kebutuhan Air Jaringan
Distribusi Air Bersih di Perumnas Talang Kelapa
Palembang." Bentang: Palembang
1.12.Lampiran
MODUL II
Preza Setiawan
NIM. 119210174
MODUL 2
TUMBUKAN AKIBAT PANCARAN FLUIDA(Jet Impact)
2.1.Pendahuluan
2.2. Tujuan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini, yaitu :
a. Meja Hidraulik
c. Piringan Cekung
f. Piringan 30ஈ
g. Beban Pemberat
h. Stopwatch
Jet impact didasarkan pada peristiwa tumbukan, dalam hal ini tumbukan
pancaran fluida dengan suatu permukaan. Momentum adalah besaran yang
merupakan ukuran mudah atau sukarnya suatu benda mengubah keadaan
geraknya (mengubah kecepatannya, diperlambat atau dipercepat).
Bentuk umum teori momentum fluida :
)W P¨Y
F.t = m.(vawal-vakhir) (2.4.1)
Gaya ukur (Fukur) adalah gaya tekan fluida yang menumbuk piringan dan
dapat diperoleh dengan meninjau hubunngan gaya yang terjadi pada sistem
EDWDQJ3DGD NHDGDDQ DZDO Ȉ0$ VHLPEDQJ
batang hanya memiliki momen per dan momen benda. Pada kondisi awal,
beban masih berada pada posisi awal (0) sehingga berlaku :
Ȉ0$
kx+m.g.l=0 (2.4.2)
e. Lalu baca nilai simpangan yang terjadi, yaitu dengan melihat nilai yang
lurus dengan garis tengah yang berada pada beban pemberat.
i. Langkah terakhir yaitu matikan pompa, setelah itu matikan mesin meja
hidraulik dengan menekan tombol berwarna merah.
2.7.Perhitungan
9
Q= (2.7.1)
௧
Debit Rendah :
Q1 = = 0,00031506m3/s
Q2 = = 0,000313087m3/s
Q3 = = 0,000330033m3/s
ഥ=
4
= 0,0003194 m3/s
Debit Sedang :
Q1 = = 0,00041425m3/s
Q2 = = 0,0004329m3/s
Q3 = = 0,00044484m3/s
ഥ
4= = 0,0004307 m3/s
Debit Tinggi :
Q1 = = 0,0004902m3/s
Q2 = = 0,00052687m3/s
Q3 = = 0,000573394m3/s
ഥ=
4
= 0,0005302 m3/s
Nilai V
4
V= (2.7.2)
$
Debit Rendah :
V1 = = 4,013 m2/s
V2 = = 3,988m2/s
V3 = = 4,204 m2/s
ഥ =
9 = 4,068m2/s
Debit Sedang :
V1 = = 5,277 m2/s
V2 = = 5,514m2/s
V3 = = 5,666m2/s
ഥ=
9 = 5,486m2/s
Debit Tinggi :
V1 = = 6,244 m2/s
V2= = 6,711m2/s
V3= = 7,304m2/s
ഥ=
9 = 6,753m2/s
Nilai V0
VO = ට9-JV (2.7.3)
Debit Rendah :
V0 (2) = ට = 3,896 m2/s
-[[
V0(3) = ට-[[
= 4,117 m2/s
ഥ0
9 = = 3,978m2/s
Debit Sedang :
V0 (1) = ට = 5,207 m2/s
-[[
V0 (2) =ට = 5,448 m2/s
-[[
V0(3) = ට = 5,602 m2/s
-[[
ഥ0
9 = = 5,419m2/s
Debit Tinggi :
V0 (1) = ට = 6,186 m2/s
-[[
V0 (2) =ට = 6,657 m2/s
-[[
V0(3) = ට = 7,254 m2/s
-[[
ഥ0
9 = = 6,699m2/s
Nilai Fhitung :
Fh = 2 x W x Vo (2.7.4)
Debit Rendah:
Fh1 = 2 x 0.61 x 3,922 = 4,784 N
Fh2 = 2 x 0,61 x 3,896 = 4,753 N
Fh3 = 2 x 0,61 x 4,117 = 5,022 N
ത
തത=
)K
= 4,853 N
Debit Sedang:
Fh1 = 2 x 0.61 x 5,207 = 6,353 N
Fh2 = 2 x 0,61 x 5,448 = 6,647 N
Fh3 = 2 x 0,61 x 5,602 = 6,834 N
ത
തത=
)K
= 6,611 N
Debit Tinggi:
Fh1 = 2 x 0.61 x 6,186 = 7,547 N
Fh2 = 2 x 0,61 x 6,657 = 8,122 N
Fh3 = 2 x 0,61 x 7,254 = 8,850 N
ത
തത=
)K
= 8,173 N
Nilai Fukur :
Fukur = 4 x g x Y (2.7.5)
Debit Rendah :
Fu1 = 4 x 9,8 x 0,025 = 0,98 N
Fu2 = 4 x 9,8 x 0,025 = 0,98 N
Fu3 = 4 x 9,8 x 0,025 = 0,98 N
ത
തത=
)X = 0,98 N
Debit Sedang :
Fu1 = 4 x 9,8 x 0,054 = 2,116 N
Fu2 = 4 x 9,8 x 0,054 = 2,116 N
Fu3 = 4 x 9,8 x 0,054 = 2,116 N
ത=
ത
ത
)X = 2,116 N
Debit Tinggi :
Fu1 = 4 x 9,8 x 0,078 = 3,057 N
Fu2 = 4 x 9,8 x 0,078 = 3,057 N
Fu3 = 4 x 9,8 x 0,078 = 3,057 N
ത=
ത
ത
)X = 3,057 N
Nilai Efisiensi :
)
XNXU
n= x 100% (2.7.6)
)
KLWXQJ
Debit Rendah :
n1 = x 100 % = 20,480 %
n2 = x 100 % = 20,615 %
n3 = x 100 % = 19,510 %
Q
ത= = 20,202 %
Debit Sedang :
n1 = x 100 % = 33,316 %
n2 = x 100 % = 31,845 %
n3 = x 100 % = 30,970 %
͵͵ǡ͵ͳ
͵ͳǡͺͶͷ
͵ͲǡͻͲ
Q
ത= = 32,043 %
͵
Debit Tinggi :
n1 = x 100 % = 40,512 %
n2 = x 100 % = 37,645 %
n3 = x 100 % = 34,546 %
Q
ത= = 37,568 %
9
Q= (2.7.7)
௧
Debit Rendah :
Q1 = = 0,000290529 m3/s
Q2 = = 0,000290529 m3/s
Q3 = = 0,000263435 m3/s
ഥ=
4
= 0,0002815 m3/s
Debit Sedang :
Q1 = = 0,000340136 m3/s
Q2 = = 0,000341763 m3/s
Q3 = = 0,000342231 m3/s
ഥ=
4
= 0,0003414 m3/s
Debit Tinggi :
Q1 = = 0,0005488 m3/s
Q2 = = 0,00054288 m3/s
Q3 = = 0,000538213 m3/s
ഥ=
4
= 0,0005433 m3/s
Nilai V
4
V= (2.7.8)
$
Debit Rendah :
V1 = = 3,701 m2/s
V2= = 3,701m2/s
V3 = = 3,355m2/s
ഥ=
9 = 3,585m2/s
Debit Sedang :
V1 = = 4,332 m2/s
V2 = = 4,353m2/s
V3 = = 4,359m2/s
ഥ=
9 = 4,348m2/s
Debit Tinggi :
V1 = = 6,991 m2/s
V2 = = 6,915m2/s
V3 = = 6,856m2/s
ഥ
9= = 6,921 m2/s
Nilai V0
VO = ට9-JV (2.7.9)
Debit Rendah :
V0 (1) = ට = 3,601 m2/s
-[[
V0 (2) =ට = 3,601 m2/s
-[[
V0(3) = ට = 3,246 m2/s
-[[
ഥ0
9 = = 3,483 m2/s
Debit Sedang :
V0 (1) = ට = 4,248 m2/s
-[[
V0 (2) =ට = 4,269 m2/s
-[[
V0(3) = ට = 4,275 m2/s
-[[
ഥ0
9 = = 4,264 m2/s
Debit Tinggi :
V0 (1) = ට = 6,939 m2/s
-[[
V0 (2) =ට = 6,863 m2/s
-[[
V0(3) = ට = 6,803m2/s
-[[
ഥ0
9 = = 6,868m2/s
Nilai Fhitung :
Fh = 2 x W x Vo (2.7.10)
Debit Rendah:
Fh1 = 2 x 0.61 x 3,601 = 4,394 N
Fh2 = 2 x 0,61 x 3,601 = 4,394 N
Fh3 = 2 x 0,61 x 3,246 = 3,960 N
ത
തത=
)K
= 4,249 N
Debit Sedang:
Fh1 = 2 x 0.61 x 4,248 = 5,183 N
Fh2 = 2 x 0,61 x 4,269 = 5,208 N
Fh3 = 2 x 0,61 x 4,275 = 5,216 N
ത
തത
ത
)K
= = 5,202 N
Debit Tinggi:
Fh1 = 2 x 0.61 x 6,939 = 8,465N
Fh2 = 2 x 0,61 x 6,863 = 8,373 N
Fh3 = 2 x 0,61 x 6,803 = 8,299 N
ത
തത=
)K
= 8,379 N
Nilai Fukur :
Fukur = 4 x g x Y (2.7.11)
Debit Rendah :
Fu1 = 4 x 9,8 x 0,001 = 0,039 N
Fu2 = 4 x 9,8 x 0,001 = 0,039 N
Fu3 = 4 x 9,8 x 0,001 = 0,039 N
ത=
ത
ത
)X = 0,039 N
Debit Sedang :
Fu1 = 4 x 9,8 x 0,016 = 0,627 N
Fu2 = 4 x 9,8 x 0,016 = 0,627 N
Fu3 = 4 x 9,8 x 0,016 = 0,627 N
ത
തത=
)X =
N
Debit Tinggi :
Fu1 = 4 x 9,8 x 0,096 = 3,763 N
Fu2 = 4 x 9,8 x 0,096 = 3,763 N
Fu3 = 4 x 9,8 x 0,096 = 3,763 N
ത=
ത
ത
)X = 3,763 N
Nilai Efisiensi :
)
XNXU
n= x 100% (2.7.12)
)
KLWXQJ
Debit Rendah :
n1 = x 100 % = 0,892 %
n2 = x 100 % = 0,892 %
n3 = x 100 % = 0,989 %
Q
ത= = 0,924 %
Debit Sedang :
n1 = x 100 % = 12,100 %
n2 = x 100 % = 12,040 %
n3 = x 100 % = 12,023 %
Q
ത= = 12,055 %
Debit Tinggi :
n1 = x 100 % = 44,452 %
n2 = x 100 % = 44,944%
n3 = x 100 % = 45,340 %
Q
ത= = 44,912 %
Nilai Q
9
Q= (2.7.13)
௧
Debit Rendah :
Q1 = = 0,000339443 m3/s
Q2 = = 0,000346981 m3/s
Q3 = = 0,000354359 m3/s
ഥ=
4
= 0,0003469 m3/s
Debit Sedang :
Q1 = = 0,000446429 m3/s
Q2 = = 0,00044405 m3/s
Q3 = = 0,000448833 m3/s
ഥ=
4
= 0,0004464 m3/s
Debit Tinggi :
Q1 = = 0,0005435 m3/s
Q2 = = 0,000532481 m3/s
Q3 = = 0,000556793 m3/s
ഥ=
4
= 0,0005443 m3/s
Nilai V
4
V= (2.7.14)
$
Debit Rendah :
V1 = = 4,324 m2/s
V2 = = 4,420 m2/s
V3 = = 4,514 m2/s
ഥ=
9 = 4,419 m2/s
Debit Sedang :
V1 = = 5,686 m2/s
V2 = = 5,656 m2/s
V3 = = 5,717 m2/s
ഥ=
9 = 5,687m2/s
Debit Tinggi :
V1 = = 6,923 m2/s
V2 = = 6,783 m2/s
V3 = = 7,092 m2/s
ഥ=
9 = 6,933 m2/s
Nilai V0
VO = ට9-JV (2.7.15)
Debit Rendah :
V0 (1) = ට = 4,239 m2/s
-[[
V0 (2) =ට = 4,337 m2/s
-[[
V0(3) = ට = 4,433 m2/s
-[[
ഥ0
9 = = 4,433m2/s
Debit Sedang :
V0 (1) = ට = 5,622 m2/s
-[[
V0 (2) =ට = 5,592m2/s
-[[
V0(3) = ට = 5,653m2/s
-[[
ഥ0
9 = = 5,622 m2/s
Debit Tinggi :
V0 (1) = ට = 6,870 m2/s
-[[
V0 (2) =ට = 6,729 m2/s
-[[
V0(3) = ට = 7,041m2/s
-[[
ഥ0
9 = = 6,880m2/s
Nilai Fhitung :
Fh = 2 x W x Vo (2.7.16)
Debit Rendah:
Fh1 = 2 x 0.61 x 4,239 = 5,172 N
Fh2 = 2 x 0,61 x 4,337 = 5,291 N
Fh3 = 2 x 0,61 x 4,433 = 5,408 N
ത
തത=
)K
= 5,290 N
Debit Sedang:
Fh1 = 2 x 0.61 x 5,622 = 6,859 N
Fh2 = 2 x 0,61 x 5,592 = 6,822 N
Fh3 = 2 x 0,61 x 5,653 = 6,897 N
ത
തത=
)K
= 6,860 N
Debit Tinggi:
Fh1 = 2 x 0.61 x 6,870 = 8,382N
Fh2 = 2 x 0,61 x 6,729 = 8,210 N
Fh3 = 2 x 0,61 x 7,041 = 8,590 N
ത
തത=
)K
= 8,394 N
Nilai Fukur :
Fukur = 4 x g x Y (2.7.17)
Debit Rendah :
Fu1 = 4 x 9,8 x 0,06 = 2,352 N
Fu2 = 4 x 9,8 x 0,06 = 2,352 N
Fu3 = 4 x 9,8 x 0,06 = 2,352 N
ത=
ത
ത
)X = 2,352 N
Debit Sedang :
Fu1 = 4 x 9,8 x 0,098 = 3,841 N
Fu2 = 4 x 9,8 x 0,098 = 3,841 N
Fu3 = 4 x 9,8 x 0,098 = 3,841 N
ത
തത=
)X = 3,841 N
Debit Tinggi :
Fu1 = 4 x 9,8 x 0,136 = 5,331 N
Fu2 = 4 x 9,8 x 0,136 = 5,331 N
Fu3 = 4 x 9,8 x 0,136 = 5,331 N
ത
തത=
)X = 5,331 N
Nilai Efisiensi :
)
XNXU
n= x 100% (2.7.18)
)
KLWXQJ
Debit Rendah :
n1 = x 100 % = 45,474 %
n2 = x 100 % = 44,448 %
n3 = x 100 % = 43,488 %
Q
ത= = 44,470 %
Debit Sedang :
n1 = x 100 % = 56,000 %
n2 = x 100 % = 56,307 %
n3 = x 100 % = 55,694 %
Q
ത= = 56,000 %
Debit Tinggi :
n1 = x 100 % = 63,598 %
n2 = x 100 % = 64,935 %
n3 = x 100 % = 62,057 %
Q
ത= = 63,530 %
Nilai Q
9
Q= (2.7.19)
௧
Debit Rendah :
Q1 = = 0,000353857 m3/s
Q2 = = 0,000327011 m3/s
Q3 = = 0,000330469 m3/s
ഥ=
4
= 0,0003371 m3/s
Debit Sedang :
Q1 = = 0,000470367 m3/s
Q2 = = 0,000462107 m3/s
Q3 = = 0,000463822 m3/s
ഥ=
4
= 0,0004654 m3/s
Debit Tinggi :
Q1 = = 0,0005320 m3/s
Q2 = = 0,000541126 m3/s
Q3 = = 0,000552486 m3/s
ഥ=
4
= 0,0005419 m3/s
Nilai V
4
V= (2.7.20)
$
Debit Rendah :
V1 = = 4,507 m2/s
V2 = = 4,165m2/s
V3 = = 4,209m2/s
ഥ=
9 = 4,294 m2/s
Debit Sedang :
V1 = = 5,991 m2/s
V2 = = 5,886m2/s
V3 = = 5,908 m2/s
ഥ=
9 = 5,929m2/s
Debit Tinggi :
V1 = = 6,777 m2/s
V2 = = 6,893m2/s
V3 = = 7,038m2/s
ഥ=
9 = 6,902 m2/s
Nilai V0
VO = ට9-JV (2.7.21)
Debit Rendah :
V0 (1) = ට = 4,426 m2/s
-[[
V0 (2) =ට = 4,077 m2/s
-[[
V0(3) = ට = 4,122 m2/s
-[[
ഥ0
9 = = 4,209 m2/s
Debit Sedang :
V0 (1) = ට = 5,931 m2/s
-[[
V0 (2) =ට = 5,824 m2/s
-[[
V0(3) = ට = 5,846 m2/s
-[[
ഥ0
9 = = 5,867 m2/s
Debit Tinggi :
V0 (1) = ට = 6,723 m2/s
-[[
V0 (2) =ට = 6,840 m2/s
-[[
V0(3) = ට = 6,986m2/s
-[[
ഥ0
9 = = 6,850m2/s
Nilai Fhitung :
Fh = 2 x W x Vo (2.7.22)
Debit Rendah:
Fh1 = 2 x 0.61 x 4,426 = 5,400 N
Fh2 = 2 x 0,61 x 4,077 = 4,974 N
Fh3 = 2 x 0,61 x 4,122 = 5,029 N
ത
തത=
)K
= 5,135 N
Debit Sedang:
Fh1 = 2 x 0.61 x 5,931 = 7,235 N
Fh2 = 2 x 0,61 x 5,824 = 7,106 N
Fh3 = 2 x 0,61 x 5,846 = 7,133 N
ത
തത=
)K
= 7,158 N
Debit Tinggi:
Fh1 = 2 x 0.61 x 6,723 = 8,202 N
Fh2 = 2 x 0,61 x 6,840 = 8,345 N
Fh3 = 2 x 0,61 x 6,986 = 8,523 N
ത
തത=
)K
= 8,357 N
Nilai Fukur :
Fukur = 4 x g x Y (2.7.23)
Debit Rendah :
Fu1 = 4 x 9,8 x 0,021 = 0,823 N
Fu2 = 4 x 9,8 x 0,021 = 0,823 N
Fu3 = 4 x 9,8 x 0,021 = 0,823 N
ത=
ത
ത
)X = 0,823 N
Debit Sedang :
Fu1 = 4 x 9,8 x 0,050 = 1,96 N
Fu2 = 4 x 9,8 x 0,050 = 1,96 N
Fu3 = 4 x 9,8 x 0,050 = 1,96 N
ത
തത=
)X = 1,96 N
Debit Tinggi :
Fu1 = 4 x 9,8 x 0,074 = 2,900 N
Fu2 = 4 x 9,8 x 0,074 = 2,900 N
Fu3 = 4 x 9,8 x 0,074 = 2,900 N
ത
തത=
)X = 2,900 N
Nilai Efisiensi :
)
XNXU
n= x 100% (2.7.24)
)
KLWXQJ
Debit Rendah :
n1 = x 100 % = 15,243 %
n2 = x 100 % = 16,547 %
n3 = x 100 % = 16,366 %
Q
ത= = 16,052 %
Debit Sedang :
n1 = x 100 % = 27,086 %
n2 = x 100 % = 27,581 %
n3 = x 100 % = 27,477 %
Q
ത= = 27,381 %
Debit Tinggi :
n1 = x 100 % = 35,364 %
n2 = x 100 % = 34,759 %
n3 = x 100 % = 34,033 %
Q
ത= = 34,719 %
6 4.85381266
5
4
3
2
1
0
0.98 2.1168 3.0576
F. Ukur (N)
Grafik 2.7.1. Hubungan Nilai F Hitung dan F Ukur pada Piringan Datar
F. Ukur VS W
3.5
0.6
3 3.0576
2.5
0.6
F. Ukur
2 2.1168
1.5
1 0.6
0.98
0.5
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Berat (W)
6 0.0392 5.2027
5 4.2494
4
3
2
1
0
0.0392 0.6272 3.7632
F. Ukur (N)
Grafik 2.7.3. Hubungan Nilai F Hitung dan F Ukur pada Piringan Cekung
F. Ukur VS W
4 0.6
3.5 3.7632
3
2.5
F. Ukur
2
1.5
1
0.6
0.5 0.6272
0.6
0 0.0392 1, 0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Berat (W)
5
4
3
2
1
0
2.352 3.8416 5.3312
F. Ukur (N)
F. Ukur VS W
6
0.6
5 5.3312
F. Ukur 4 0.6
3.8416
3
0.6
2 2.352
0 1, 0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Berat (W)
Grafik 2.7.6. Hubungan Nilai F Ukur dan W pada Piringan Setengah Bola
6 5.135
5
4
3
2
1
0
0.8232 1.96 2.9006
F. Ukur (N)
Grafik 2.7.7. Hubungan Nilai F Hitung dan F Ukur pada Piringan 30°
F. Ukur VS W
3.5
3 0.6
2.9006
F. Ukur 2.5
2 0.6
1.96
1.5
1 0.6
0.8232
0.5
0 1, 0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Berat (W)
2.8. Analisis
Fhitung nya. Nilai Fhitung paling besar terdapat pada debit tinggi piringan datar
sebesar 8,850 N dan nilai paling kecil berada di debit rendah piringan cekung
sebesar 3,960 N. Sedangkan nilai Fukur paling besar terdapat pada debit tinggi
piringan setengah bola sebesar 5,331 N, dan nilai Fukur paling kecil terdapat
pada debit rendah piringan cekung sebesar 0,039 N.
2.9. Kesimpulan
2.10. Saran
1.12.Lampiran
MODUL III
Preza Setiawan
NIM. 119210174
MODUL 3
OSBORNE REYNOLD
3.1. Pendahuluan
Dalam suatu aliran fluida di sebuah pipa pasti memiliki jenis aliran
tertentu. Fluida merupakan suatu zat yang dapat mengalir, zat tersebut bisa
berbentuk cair ataupun gas. Aliran yang terdapat dalam sebuah pipa dapat
dibedakan menjadi 3 jenis aliran, yaitu laminar, turbulen, dan juga transisi.
Untuk mengidentifikasi jenis aliran pada suatu fluida dapat dilakukan
melalui pengamatan, dan perhitungan. Pada pengamatannya, aliran
laminar terlihat bergerak teratur dengan membentuk garis lintas kontinu
dan tidak saling berpotongan, aliran turbulen memiliki karakteristik aliran
yang bergerak secara tidak teratur, saling bertumbukan dan garis lintasya
bertabrakan, sedangkan aliran transisi merupakan fase peralihan antara
fase aliran laminar menuju fase aliran turbulen. Sedangkan pada
perhitungannya, dapat menggunakan persamaan Bilangan Reynolds untuk
mengidentifikasi jenis aliran yang terbentuk.
Bilangan Reynold mengambil dari nama penelitinya. Prof. Osbourne
Reynold (Inggris, 1812-1912). Aliran laminar memiliki Re<2000, aliran
transisi memiliki Re antara 2000< Re4000 dan turbulen memiliki
Re>4000. Jenis aliran yang terjadi pada percobaan Osborne Reynolds
dipengaruhi oleh kecepatan aliran air terhadap waktu dan volume dimana
akan didapatkan nilai bilangan Reynolds.
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini, yaitu sebagai
berikut:
a. Meja hidrolik
Gambar 3.3.2Stopwatch
c. Gelas ukur
d. Tinta
Y'
5H
(3.4.1)
Keterangan:
Re = Bilangan Reynold
v = Kecepatan aliran fluida (m/s)
D = Diameter pipa (m)
µ = Viskositas kinematik (m2/s)
e. Mengatur aliran sampai steady flow atau stabil, yaitu dengan memutar
katup berlawanan arah jarum jam. Kemudian buka penutup tinta yang
ada pada alat osborne reynold.
3.7. Perhitungan
b. Aliran Transisi
4 = 1,677 x 10-5 m3/s
4 = 1,760 x 10-5m3/s
4 = 1,577 x 10-5 m3/s
c. Aliran Turbulen
4 = 4,728x 10-5 m3/s
4 = 6,097 x 10-5 m3/s
4 = 3,642 x 10-5 m3/s
b. Aliran Transisi
Y -
= ͳǡ
ͷ -
[
m/s
[
Y -
-
[
= m/s
[
Y -
= ͳǡ
ͷͻ
-
[
m/s
[
c. Aliran Turbulen
Y -
= Ͷǡ
ͻͷ
-
[
m/s
[
Y -
-
[
=m/s
[
Y -
= ͵ǡ
ͺ͵͵
-
[
m/s
[
a. Aliran Laminer
-
[[
5H
-
= 692,96
[
-
[[
5H
-
= 470,22
[
-
[[
5H
-
= 537,72
[
b. Aliran Transisi
-
[[
5H
-
= 2174,80
[
-
[[
5H
-
= 2282,01
[
-
[[
5H
-
= 2044,45
[
c. Aliran Turbulen
-
[[
5H
-
= 6128,51
[
-
[[
5H
-
= 7903,54
[
-
[[
5H
-
= 4721,97
[
b. Aliran Transisi
I
= 0,029
I
= 0,028
I
= 0,031
c. Aliran Turbulen
I
= 0,010
I
= 0,008
I
= 0,013
c. Aliran Turbulen
/RJ
I
/RJ
/RJ
I
/RJ
/RJ
I
/RJ
RE VS Q ALIRAN LAMINER
800 692.9596177
537.7236808
600 470.2275973
RE
400
200
0
0,00000534 616 0,00000362779 0,00000414852
Q ALIRAN LAMINER
-0.9 -0.924378865
-0.95
-1 -1.034528288
-1.05
Log Re
RE VS Q ALIRAN TRANSISI
2282.006121
2300
2174.798911
2200
RE
2100 2044.454852
2000
1900
0,0000167785 0,0000176056 0,0000157729
Q ALIRAN TRANSISI
-1.52 -1.531239741
-1.54 -1.552137665
-1.56
Log Re
RE VS Q ALIRAN TURBULEN
10000 7903.547306
8000 6128.516837
RE
6000 4721.977939
4000
2000
0
0,0000472813 0,0000609756 0,0000364299
Q ALIRAN TURBULEN
-1.981175629
-2
-2.091642153
-2.1
-2.2
Log Re
3.8.Analisis
aliran laminar dan turbulen, hal ini dapat terjadi karena adanya perubahan
pada penampang pipa. Pada pratikum tersebut, kecepatan aliran (v) terendah
terdapat pada aliran transisi pada percobaan ke-3 dengan nilai 1,659 × 10-5
m/s, sedangkan kecepatan aliran (v) tertinggi terdapat pada aliran turbulen
percobaan ke-2 yaitu sebesar 6,416 × 10-5 m/s. Debit terendah berada pada
aliran transisi sebesar 1,577 x 10-5, dan debit tertinggi berada pada aliran
turbulen dengan nilai 6,097 x 10-5.
Dari hasil perhitungan bilangan Reynold didapatkan hasil dari tiap aliran
tidak sesuai dengan nilai bilangan Reynold secara teoritis, yaitu aliran
laminar memiliki bilangan reynold dibawah 2000, aliran transisi memiliki
bilangan reynold antara 2000 menuju 4000 (2000 < Re < 4000) dan aliran
turbulen memiliki nilai bilangan reynold sebesar diatas 4000(Re > 4000).
Ketidaksesuaian ini disebabkan karena data yang dihitung tidak didapat
melalui percobaan secara langsung, melainkan berupa data sekunder yang
telah disiapkan oleh asisten praktikum, sehingga hasil perhitungan yang
didapat tidak sesuai dengan nilai bilangan reynold secara teoritis.
3.9.Kesimpulan
3.10.Saran
Dari hasil dari pratikum yang telah di lakukan menndapatkan saran sebagai
berikut:
a. Pratikan diharapkan menonton dan memahami video pratikum yang
berada di youtube chanel.
b. Data yang disajikan pada video yang di tampilkan pada youtube kurang
jelas, dan pada penjelasan alat dan bahan, pada saat penyebutan meja
hidrolik alat tidak ditampilkan secara jelas
c. Praktikan diharapkan teliti dalam menganalisis dan menghitung data
sekunder yang telah diberikan.
3.11.Daftar Pustaka
3.12.Lampiran
MODUL IV
Preza Setiawan
NIM. 119210174
MODUL 4
TINGGI METASENTRIK
4.1. Pendahuluan
4.2. Tujuan
Benda yang terendam di dalam air akan mengalami gaya ±gaya sebagai
berikut :
a. Berat sendiri benda atau gaya gravity Fg = m.g dengan arah vertikal ke
bawah di titik berat benda
b. Tekanan air dengan arah vertikal ke atas (Fb). Gaya ke atas ini di sebut
gaya apung atau gaya buoyancy Fb = 9GȖDLU-LND)J!
akan tenggelam Fg = Fb maka benda akan melayang (terendam) Fg < Fb
maka benda akan terapung (Darmadi, 2011). Salah satu syarat
keseimbangan benda adalah dapat terapung, tidak stabil, stabil dan netral
ditentukan oleh tinggi metasintrik. Metasintrik adalah perpotongan pusat
apung dalam keadaan tegak, garis netral tersebut akan berhimpit dengan
sumbu tegak. Gaya apung (FB) dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan :
)% ȡȖ9 (4.4.1)
Dimana :
ȡ = Rapat massa zat cair
Ȗ = Percepatan gravitasi
V=Volume zat cair yang dipindahkan oleh benda apung
Stabilitas merupakan kemampuan bagian lambung benda yang tercelup
sebagianatau keseluruhan untuk mengapung tegak lurus, ketika kehilangan
keseimbangan benda mampu kembali pada posisi tegak lurus setelah
penyebab kemiringanhilang. Adapun cara tinggi metasentrik dengan
menggunakan rumus :
GN = delta m. Xi/M. tan o° (4.4.2)
Dimana
GN = Tinggi Metasentrik (m)
delta m = Selisih massa pengatur dengan massa ponton (kg)
Xi = Jarak massa pengaatur (m)
M = Massa ponton
tan o° = Sudut (°)
Tabel 4.6.1. Data Hasil Percobaan untuk Tinggi Massa Pengatur 0 cm.
1 0 0 0 0
2 10 2 10 1
3 20 3 20 3
4 30 5 30 4
5 40 6 40 5
6 50 7 50 7
7 60 8 60 8
8 70 9 70 10
Sumber: Data Hasil Percobaan untuk Tinggi Massa Pengatur 0 cm
1 0 0 0 0
2 10 4 10 2
3 20 6 20 5
4 30 8 30 6
5 40 10 40 8
Sumber: Data Hasil Percobaan untuk Tinggi Massa Pengatur 10 cm
1 0 0 0 0
2 10 3 10 3
3 20 5 20 4
Sumber: Data Hasil Percobaan untuk Tinggi Massa Pengatur 20 cm
4.7. Perhitungan
NJî
*1
NJî
WDQ
= 2.131 m
NJî
*1
NJî
WDQ
= 3.413 m
NJî
*1
NJî
WDQ
= 4.985 m
NJî
*1
NJî
WDQ
= 6.847 m
NJî
*1
NJî
WDQ
= 9.002 m
GN percobaannya
0.283 m + 0.851 m + 2.131 m + 4.985 m + 4.985 m + 6.847 m + 9.002 m
7
=3.439 m
NJî
*1
NJî
WDQ
= 6.847 m
NJî
*1
NJî
WDQ
= 10.02 m
*13HUFREDDQ
0.141 m + 0.851 m + 0.851 m + 1.703 m + 6.847 m + 10.02 m
6
= 3.424 m
*13HUFREDDQ
0.283 m + 1.135 m + 2.131 m + 3.988 m + 5.706 m + 7.716
7
= 2.994 m
NJî
*1
NJî
WDQ
= 1.135 m
NJî
*1
NJî
WDQ
= 2.131 m
NJî
*1
NJî
WDQ
= 3.988 m
NJî
*1
NJî
WDQ
= 5.706 m
NJî
*1
NJî
WDQ
= 9.4704 m
*13HUFREDDQ
0.425 m + 1.135 m + 2.131 m + 3.988 m + 5.706 m + 9.4704 m
6
= 3.265 m
NJî
*1
NJî
WDQ
= 4.985 m
NJî
*1
NJî
WDQ
= 8.590 m
GN Percobaan
0.283 m + 0.851 m + 1.703 m + 2.841m + 4.985 m + 8.590 m
6
= 2.750 m
Menghitung jarak pusat daya apung ke metasentrik (BN) dan menghitung tingi
metasentrik analisis (GNa).
Data ponton:
Y1 = 0 cm
Y2 = 5 cm
Y3 = 10 cm
Y4 = 15 cm
Y5 = 20 cm
Y1 Bagian kanan dan kiri untuk Y1 adalah 0 cm
%*
\
îG
î
= 0,01 m
GNa = BN ±BG1
= 1,44 ×10-3 ±0,01
= 0,156 m
= 0,19 m
GNa = BN ±BG5
= 1,44 ×10-3 ±0,19
= 0,0233 m
Menghitung koreksi GN
Untuk koreksi GN dengan beban pada 0 cm
*1
*1D
.RUHNVL*1
î
*1
î
= 95 % (Kanan)
Untuk koreksi GN dengan beban pada 0 cm
*1
*1D
.RUHNVL*1
î
*1
î
= 95.4 % (Kiri)
Untuk koreksi GN dengan beban pada 5 cm
*1
*1D
.RUHNVL*1
î
*1
î
= 98 % (Kanan)
Untuk koreksi GN dengan beban pada 5 cm
*1-*1D
.RUHNVL*1
î
*1
î
= 98 % (Kiri)
Untuk koreksi GN dengan beban pada 0,10 m
*1*1D
.RUHNVL*1
î
*1
î
= 96% (Kanan)
8
6.847311629
7
6 4.985171235
5
4 3.413866411
3 2.131274318
2
0.851122492
1 0 0.283563364
0
0 2 3 5 6 7 8 9
sudut (
)
4 2.84169909
1.703457481
2 0.851122492
0 0.141738484
0
0 1 3 4 5 7 8 10
sudut (
)
7
5.706093024
6
5 3.988136988
4
3 2.131274318
2 1.135638321
1 0 0.283563364
0
0 2 4 5 7 8 9
sudut (
)
Grafik 4.7.4. Hubungan Tinggi Metasentrik dengan Sudut untuk Tinggi Massa
Pengatur 5 cm bagian Kiri
8
7
5.706093024
6
5 3.988136988
4
3 2.131274318
2 1.135638321
1 0.425561246
0
0
0 3 4 5 7 8 11
sudut (
)
Grafik 4.7.5. Hubungan Tinggi Metasentrik dengan Sudut untuk Tinggi Massa
Pengatur 10 cm bagian Kanan
7
6 4.985171235
5
4
2.84169909
3
1.703457481
2
0.851122492
1 0 0.283563364
0
0 2 3 4 5 7 10
sudut (
)
Grafik 4.7.6. Hubungan Tinggi Metasentrik dengan Sudut untuk Tinggi Massa
Pengatur 10 cm bagian Kiri
4
3 2.560399808
2
1
0 0.283563364 0.56781916
0
0 2 4 6 8 10
sudut (
)
Grafik 4.7.7. Hubungan Tinggi Metasentrik dengan Sudut untuk Tinggi Massa
Pengatur 15 cm bagian Kanan
4
2.991102741
3
2 1.135638321
1 0.425561246
0
0
0 3 4 7 8 10
Axis Title
Grafik 4.7.8. Hubungan Tinggi Metasentrik dengan Sudut untuk Tinggi Massa
Pengatur 15 cm bagian Kiri
1.2
1
0.8
0.6 0.425561246
0.4
0.2 0
0
0 3 5
sudut (
)
Grafik 4.7.9. Hubungan Tinggi Metasentrik dengan Sudut untuk Tinggi Massa
Pengatur 20 cm bagian Kanan
0.8
0.6
0.425561246
0.4
0.2
0
0
0 3 4
sudut (
)
4.8. Analisis
4.9. Kesimpulan
4.10. Saran
Adapun saran pada praktikum tentang tinggi metasentrik kali ini adalah
sebagai berikut:
a. Lebih memahami modul yang diberikan terlebih dahulu
b. Diharapkan agar praktikan menonton youtube dan lebih mematuhi
peraturan dalam praktikum online ini
c. Praktikan agar lebih aktif dalam asistensi dan mengerjakan modul
sampai jadwal yang ditentukan
d. Diharapkan lebih teliti lagi dalam perhitungan
4.12. Lampiran
MODUL V
Preza Setiawan
NIM. 119210174
MODUL 5
TEKANAN HIDROSTATIS
5.1. Pendahuluan
Tekanan hidrostatis merupakan tekanan yang diakibatkan oleh gaya yang ada
pada zat cair terhadap suatu luas bidang tekan pada kedalaman tertentu.
Biasanya tekanan akan bergantung pada luas bidang tekan, kedalaman zat cair,
massa jenis, dan percepatan gravitasi. Bila seluruh partikel fluida dalam
keadaan diam relatif terhadap suatu sistem koordinat, maka fluida tersebut
berada dalam keadaan statis. tekanan pada zat padat hanya kearah bawah, hal
ini berlaku jika tidak ada gaya dari luar. Hal ini berbeda pada tekanan zat cair,
tekanan pada zat cair menyebar ke segala arah. Adanya tekanan di dalam zat
cair disebabkan oleh gaya gravitasi yang bekerja pada setiap bagian zat cair
tersebut. Besar tekanan zat cair bergantung pada kedalaman zat cair, semakin
dalam letak suatu bagian zat cair, akan semakin besar pula tekanan pada
bagian itu.
Tekanan di definisikan sebagai gaya persatuan luas dimana gaya F dipahami
bekerja tegak lurus terhadap permukaan A. Konsep tekanan berguna dalam
membahas fluida. Dari fakta eksperimental, fluida memberikan tekanan
kesegala arah. Hal ini diketahui dari perenang dan penyelam yang merasakan
tekanan air di dalam tubuh mereka. Pada setiap titik, pada fluida diam (statis),
besarnya tekanan dari segala arah adalah sama. Tekanan pada satu sisi harus
sama dengan tekanan di sisi lainnya. Jika hal ini tidak terjadi maka akan ada
gaya total, sehingga benda dapat bergerak. Artinya, dalam fluida statis
tekanannya harus sama besar.
d. Gantungan pemberat
Setiap benda yang berada di dalam air akan mendapat tekanan tegak lurus
permukaannya sebesar ρ.g.h (ɏadalah massa jenis air).
Besarnya gaya tekan pada bidang rata adalah :
)
ȡJ$
\FJ
(5.4.1)
Dimana :
ȇ = Massa jenis air (Kg/m3)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
ycg = Jarak titik berat bidang dari muka air (m)
A = Luas permukaan bidang rata (m2)
Icg = Momen inersia bidang rata terhadap sumbu horisontal
yang memotong titik berat bidang (Kg.m2)
ș = Sudut kemiringan bidang terhadap permukaan air (o)
Zcf = Jarak titik kerja gaya dari muka air (m)
G
\
FJ
\
- (5.5.6)
ȡ
EG G EGሺ
ȡ GD
ሻ
P ቀDቁ\
- (5.5.7)
/ /
1. Siapkan alat dan bahan kemudia kalibrasikan alat agar seimbang, sampai
posisi berada di tengah.
Pengisian Bejana
No
Berat Beban m
Tinggi Air Y (mm)
(gr)
1 20 51
2 40 59
3 60 65
4 80 71
5 100 76
6 120 80
7 140 86
8 160 91
9 180 96
10 200 101
11 220 106
12 240 112
13 260 117
14 280 122
15 300 128
16 320 133
17 340 138
18 360 143
19 380 149
20 400 154
Sumber : Data Hasil Percobaan
5.7. Perhitungan
Untuk h = 0,096 m
Mteoritis = 1,7165-(11,03625 x 0,09)
= 0,6570 Nm
Untuk h = 0,101 m
Mteoritis = 1,7165-(11,03625 x 0,095)
= 0,6022 Nm
b. Untuk terendam sebagian
h > R1.cos a R1= 100 mm
h > 100.cos a
h > 100 x 1
h > 0,1 m
Untuk h = 0,106 m
Mteoritis = 1,7165-(11,03625 x 0,1)
= 0,5480 Nm
Untuk h = 0,112 m
Mteoritis = 1,962-(14,715 x 0,106)+(122,625 x 0,106^3)
= 0,4862 Nm
Untuk h = 0,117 m
Mteoritis = 1,962-(14,715 x 0,111)+(122,625 x 0,111^3)
= 0,4371 Nm
Untuk h = 0,122 m
Mteoritis = 1,962-(14,715 x 0,116)+(122,625 x 0,116^3)
= 0,3891 Nm
Untuk h = 128 m
Mteoritis = 1,962-(14,715 x 0,122)+(122,625 x 0,122^3)
= 0,3363 Nm
Untuk h = 133 m
Mteoritis = 1,962-(14,715 x 0,127)+(122,625 x 0,127^3)
= 0,2930 Nm
Untuk h = 138 m
Mteoritis = 1,962-(14,715 x 0,132)+(122,625 x 0,132^3)
= 0,2541 Nm
Untuk h = 143 m
Mteoritis = 1,962-(14,715 x 0,137)+(122,625 x 0,137^3)
= 0,2160 Nm
Untuk h = 149 m
Mteoritis = 1,962-(14,715 x 0,143)+(122,625 x 0,143^3)
= 0,1752 Nm
Untuk h = 154 m
Mteoritis = 1,962-(14,715 x 0,148)+(122,625 x 0,148^3)
= 0,1441 Nm
Tinggi vs Momen
0.900
0.800
0.700
Momen (Nm)
0.600
0.500
0.400 Aktual
0.300
Teoritis
0.200
0.100
0.000
0 0.05 0.1 0.15 0.2
Tinggi (m)
Tinggi vs Momen
1.400
1.200
Momen (Nm)
1.000
0.800
0.600 Aktual
0.400 Teoritis
0.200
0.000
0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12
Tinggi (m)
5.8. Analisis
Tekanan di dalam fluida tak bergerak yang di akibatkan oleh adanya gaya
gravitasi disebut tekanan hidrostatik. Pada percobaan praktikum tekanan
hidrostatis ada 3 komponen yang mempengaruhinya yaitu kedalaman air,gaya
normal, dan momen gaya. Pertama, ditinjau hubungan masa terhadap
kedalaman air. Hal ini dibuktikan pada percobaan pertama dengan beban
yang ditentukan sebesar 0,02 kg, didapatkan ketinggian air 0,051 m. Pada
percobaan kedua dengan beban 0,04 kg menghasilkan kedalaman didapatkan
0,059 m. Selanjutnya, pada percobaan ketiga dengan beban 0,06 kg
didapatkan kedalaman 0,065 m. Begitu pun seterusnya hingga beban 0,4 kg
didapat kedalaman 0,154 m. Hal ini dapat disimpulkan bahwa massa
berbanding lurus dengan kedalaman air. Semakin besar masa maka semakin
besar atau tinggi kedalaman airnya.
Masa juga bergantung pada gaya yang mempengaruhinya, Pada Kedalaman
air sebesar 0,051 m dengan massa 0,02 kg, didapatkan gaya normal sebesar
0,1962 N. Pada percobaan kedua dengan kedalaman air 0,059 m dan beban
0,04 kg, didapatkan gaya normal sebesar 0,3924 N. Selanjutnya, pada
kedalaman 0,065 m dan beban 0,06 kg, gaya yang bekerja sebesar 0,5886 N.
Jadi, semakin besar masa yang diperoleh maka semakin besar pula gaya
normal yang didapatkan terhadap suatu benda tersebut.
Dan juga megetahui momen teoritis untuk terendam sebagian dan terendam
seluruhnya, dimana terendam seluruhnya h < 1 dan untuk terendam sebagian
h > 100. Diamana kedalaman atau ketinggian air sangat berpengaruh pada
momen teoritis untuk terendam seluruhnya dan terendam sebagian ini, pada
kedalaman air 0,051 m diperoleh momen teoritis 1,1536 Nm sampai dengan
ketinggian air 0,096 m diperoleh momen teoritis 0,6570 Nm dimana dari
kedalaman itu diketahui bahwa hanya terendam sebagian dan dari ketinggian
0,051 m sampai 0,096 itu diketahui terendam seluruhnya. Jadi semakin kecil
atau rendah ketinggian air semakin tinggi nilai teoritisnya atau nilai
ketinggian air berbanding terbalik dengan momen teoritis tersebut.
Setelah meninjau kedalaman dan gaya yang bekerja pada sistem, massa juga
mempengaruhi momen aktual, semakin besar massa maka nilai momen aktual
akan semakin besar, sebaliknya jika massa nya lebih ringan maka nilai
momen aktual juga semakin kecil. Terlihat bahwa dengan massa 0,02 kg
memiliki momen aktual 0,0392 Nm. Dengan masa 0,04 kg, didapatkan
momen aktual 0,0784 Nm. Dan selanjutnya momen teoritis jika
ketinggiannya besar maka momen teoritisnya akan bernilai rendah,
sebaliknya jika ketinggiannya rendah maka nilai momen teoritis akan tinggi.
Dibuktikan terhadap masa 0,02 kg memiliki momen teoritis 1,1542. Dan
dengan masa 0,04 kg, didapatkan momen teoritis 1,0653.
Pada tabel hasil perhitungan momen aktual, momen teoritis dan gaya, pada
grafik momen aktual terhadap kedalaman air menunjukkan bahwa garis linear
dimulai dari kanan bawah menuju kiri atas dengan kemiringan yang sejajar.
Begitu pula dengan grafik momen teoritis terhadap kedalaman air
menunjukkan bahwa garis linear dimulai dari kanan bawah menuju kiri atas
dengan kemiringan yang konstan, yang artinya semakin dalam kedalaman air
maka akan semakin kecil nilai momen aktual dan momen teoritisnya.
5.9. Kesimpulan
5.10. Saran
5.12. Lampiran
MODUL VI
Preza Setiawan
NIM. 119210174
MODUL 6
AMBANG BATAS DAN AMBANG TAJAM
6.1. Pendahuluan
Untuk menghitung debit saluran air dapat digunakan alat yaitu ambang lebar
dan ambang tajam. Dalam pengaplikasian dalam kehidupan sehari-hari,
anbang digunakan untuk meninggiikan muka air di daerah sungai atau dalam
saluran irigasi untuk mengairi area persawahan dan untuk menentukan debit
air yang mengalir pada saluran terbuka. Ambang lebar dan ambang tipis
dibedakan pada bentuk fisiknya yang mengakibatkan perbedaan jatuhnya
aliran. Pada ambang lebar air akan jatuh lebih lunak daripada ambang tipis.
Ambang merupakan salah satu jenis bangunan air yang dapat digunakan
untuk menaikkan tinggi muka air serta menentukan debit aliran air yang ada.
Dalam percobaan praktikum kali ini akan ditinjau aliran pada ambang yang
merupakan aliran berubah tiba-tiba. Selain itu, dengan cara memperhatikan
aliran pada ambang lebar atau tajam dapat dipelajari karakteristik dan sifat-
sifat aliran secara garis besar. Ambang yang digunakan yaitu ambang lebar
dan ambang tajam.
b. Ambang Lebar
c. Ambang Tipis.
e. Penggaris
Aliran pada ambang atau pelimpah merupakan salah satu jenis aliran pada
saluran terbuka. Profil pelimpah akan menentukan bentukan tirai luapan
(flow nappe) yang akan terjadi di atas ambang tersebut. Tirai luapan ini
dianggap mengalami pengudaraan, yaitu keadaan saat permukaan atas dan
bawah tirai luapan tersebut memiliki tekanan udara luar sepenuhnya.
Namun, pengudaraan di bawah tirai luapan kurang sempurna. Hal ini berti
terjadi pengurangan tekanan dibawah tirai luapan akibat udara yang
tergantikan oleh pancaran air.
Pengurangan tekanan ini dapat menimbulkan hal-hal yang akan terjadi
sebagai berikut.
4
9 (6.4.1)
$
Untuk menghitung bilangan froude pada ambang lebar dan ambang tipis
dapat digunakan rumus sebagai berikut.
9
)U
(6.4.2)
ඥJ\
Kemudian, untuk mencari energi spesifik di ambang lebar dan ambang tajam
dapat digunakan rumus sebagai berikut.
9
(V \ (6.4.3)
ඥJ
8QWXNPHQFDULK¶SDGDDPEDQJOHEDUGDQ
sebagai berikut.
K
+-7LQJJLDPEDQJ (6.4.4)
Pada ambang lebar untuk mencari nilai Cd digunakan rumus sebagai berikut.
4DNWXDO
&G
(6.4.5)
E
K
Pada ambang tipis untuk mencari nilai Cd digunakan rumus sebagai berikut.
4DNWXDO
&G
(6.4.6)
E
K ඥJ
Kemudian dalam mencari Qteori pada ambang lebar dan ambang tipis dapat
digunakan rumus sebagai berikut.
4WHRUL EYK(6.4.7)
AMBANG TAJAM
DEBIT
Percobaan (m3/S) Y ( m) A ( m2)
1 0,0017 0,01977 0,0072
2 0,00197 0,10977 0,00816
3 0,0057 0,15987 0,00992
Sumber : Data Hasil Percobaan
6.7. Perhitungan
Percobaan 2 :
V = = 0,2414 m/s
Fr = = 0,2337
Es = 0,10877 = 0,10028
+¶ = 0,084 ±0,06 = 0,024 m
Cd = = 3,8844
Qteori = 0,084 x 0,2414 x 0,08 = 0,00162
H/L = = 1,05 m
Log H = -1,0757
Log Q = -2,706
4 = 0,0157
Percobaan 3 :
V = = 0,37298 m/s
Fr = = 0,2671
Es = 0,1987 = 0,2301
+¶ = 0,091 ±0,06 = 0,031 m
Cd = = 4,9698
Qteori = 0,091 x 0,37298 x 0,08 = 0,002715
H/L = = 1,1375 m
Log H = -1,0409\
Log Q = -2,4318
4 = 0,0239
Percobaan 2 :
V = = 0,2414 m/s
Fr = = 0,5482
Es = 0,15987 = 0,1229
+¶ = 0,87 ±0,06 = 0,81 m
Cd = = 0,0183
Qteori = 0,87 x 0,2414 x 0,05 = 0,01050
H/L = = 17,4 m
Log H = -0,0604
Log Q = -2,7055
4 = 0,01571
Percobaan 3 :
V = = 0,5746 m/s
Fr = = 0,5537
Es = 0,15987 + = 0,2344
+¶ = 0,96 ±0,06 = 0,9 m
Cd = = 0,0452
Qteori = 0,96 x 0,5746 x 0,05 = 0,0275
H/L = = 19,2 m
Log H = -0,0177
Log Q = -2,2441
4 = 0,03191
Cd ambang lebar
3.884498815
4
3 2.337585998
2
0
0.975 1.05 1.1375
H/L
0.035
0.03
0.025 0.019245675 0.018302501
0.02
0.015
0.01
0.005
0
15.4 17.4 19.2
H/L
Cd ambang lebar
3.884498815
4
3 2.337585998
2
0
0.018 0.024 0.031
h'
Grafik 6.7.3. K¶
vs Cd ambang lebar
0.035
0.03
0.025 0.019245675 0.018302501
0.02
0.015
0.01
0.005
0
0.71 0.81 0.9
h'
Grafik 6.7.4. K¶
vs Cd ambang tajam
0.02
0.015714871
0.015
0.008400926
0.01
0.005
0
0.078 0.084 0.091
H
0.025
0.02 0.015714871
0.014244021
0.015
0.01
0.005
0
0.078 0.084 0.091
H
V vs A ambang lebar
0.012
0.00992
0.01
0.00816
A ambang lebar
0.008 0.0072
0.006
0.004
0.002
0
0.106944444 0.241421569 0.372983871
V
V vs A ambang tajam
0.012
0.00992
0.01
0.00816
0.008 0.0072
A ambang tajam
0.006
0.004
0.002
0
0.236111111 0.241421569 0.574596774
V
-1.06
-1.075720714
-1.08
-1.1 -1.107905397
-1.12
Log Q
-0.02
-0.04
-0.060480747
-0.06
-0.08
-0.1 -0.113509275
-0.12
Log Q
6.8. Analisis
Modul ini membahas tentang pelimpah ambang lebar dan ambang tajam.
Dengan menggunakan satu set alat multiguna, mistar ukur, pelimpah
ambang tajam dan pelimpah ambang lebar. Praktikan meletakkan pelimpah
ambang lebar ke saluran air. Ukur menggunakan mistar untuk menentukan
nilai h, Y1 dan juga Y2. Putar keran dengan aliran yang berbeda selama tiga
kali. Setiap percobaan tentukan selang waktu yang berbeda sebanyak tiga
kali percobaan. Secara visualisasi, pelimpah ambang lebar mempunyai
profil muka air yang bergerak secara paralel, sedangkan pelimpah ambang
tajam mempunyai profil muka air yang panjang mercu lebih kecil.
Ambang merupakan salah satu jenis bangunan air yang digunkan untuk
menaikkan tinggi muka air serta dapat mengatur debit aliran air demi
kebutuhan dan keperluan lainnya. Pengetahuan untuk sifat ambang ini
sangat perlu di ketahui untuk perenecanaan bangunan air untuk
pendistribusian air maupun pengaturan sungai. Fungsi dari mempelajari
praktikum ini yaitu untuk pengaplikasian dalam perencanaan bangunan
waduk, bendungan dan bangunan air lainnya. Pemodelan ambang ini juga
berguna untuk meninggikan muka air sehingga dapat mengairi ke tempat
yang jauh dan lebih luas.
Pada praktikum kali ini juga didapatkan data yang dihasilkan dan
perhitungan yang telah didapatkan. Untuk menghitung kecepatan aliran
pada ambang lebar dan ambang tipis didapatkan perhitungan. Pada
percobaan pertama ambang lebar didapatkan nilai kecepatannya yaitu
0,10634 m/s, kemudian pada percobaan kedua didapatkan nilai
kecepatannya yaitu 0,2414 m/s, dan pada percobaan ketiga didapatkan nilai
kecepatannya yaitu 0,3729 m/s. Kemudian pada percobaan pertama ambang
tipis didapatkan hasil yaitu 0,2361 m/s, pada percobaan kedua ambang tipis
didapatkan hasil yaitu 0,2414 m/s, dan pada percobaan ketiga ambang tipis
didapatkan hasil yaitu 0,5745 m/s.
Kemudian untuk mencari bilangan Froude atau nilai Fr nya pada masing-
masing ambang. Pada ambang lebar percobaan pertama didapatkan hasil
0,1092, pada percobaan kedua didapatkan nilai yaitu 0,2337, dan pada
percobaan ketiga didapatkan nilai yaitu 0,2671. Pada ambang tipis
percobaan pertama didapatkan hasil yaitu 0,5361, pada percobaan kedua
didapatkan hasil yaitu 0,5461, dan pada percobaan ketiga didapatkan hasil
yaitu 0,5537.
Kemudian untuk mencari nilai total tinggi ambang dengan tiga kali
percobaan dengan masing-masing ambang. Pada ambang lebar percobaan
pertama didapatkan hasil yaitu 0,018 m, pada percobaan kedua didapatkan
hasil yaitu 0,024 m, dan pada percobaan ketiga didapatkan hasil yaitu 0,031
m. kemudian pada percobaan pertama ambang tipis didapatkan hasil yaitu
0,71 m, pada percobaan kedua didapatkan nilai yaitu 0,81 m, dan pada
percobaan ketiga didapatkan hasil yaitu 0,9 m.
Kemudian untuk mencari nilai debit secara teori pada kedua ambang
tersebut. Pada percobaan pertama ambang lebar didapatkan nilai yaitu
0,00066, pada percobaan kedua didapatkan nilai yaitu 0,0016, dan pada
percobaan ketiga didapatkan nilai yaitu 0,0027. Kemudian pada ambang
tipis percobaan pertama didapatkan nilai yaitu 0,0091, pada percobaan
kedua didapatkan nilai yaitu 0,0105, dan pada percobaan ketiga yaitu
didapatkan nilai 0,02758.
Kemudian untuk mencari nilai Log dari H pada kedua ambang tersebut.
Pada percobaan pertama ambang lebar didapatkan nilai yaitu -1,1079, pada
percobaan kedua didapatkan nilai yaitu -1,0757, dan pada percobaan ketiga
didapatkan nilai yaitu -1,041. Kemudian pada ambang tipis percobaan
pertama didapatkan nilai yaitu -0,1135, pada percobaan kedua didapatkan
nilai yaitu -0,0605, dan pada percobaan ketiga yaitu didapatkan nilai -
0,0177.
Kemudian untuk mencari nilai Log dari Q pada kedua ambang tersebut.
Pada percobaan pertama ambang lebar didapatkan nilai yaitu -3,144, pada
percobaan kedua didapatkan nilai yaitu -2,706, dan pada percobaan ketiga
didapatkan nilai yaitu -2,432. Kemudian pada ambang tipis percobaan
pertama didapatkan nilai yaitu -2,77, pada percobaan kedua didapatkan nilai
yaitu -2,706, dan pada percobaan ketiga yaitu didapatkan nilai -2,244.
Kemudian untuk mencari nilai dari Q2 akar 3 pada kedua ambang tersebut.
Pada percobaan pertama ambang lebar didapatkan nilai yaitu 0,0084, pada
percobaan kedua didapatkan nilai yaitu 0,0157, dan pada percobaan ketiga
didapatkan nilai yaitu 0,0239. Kemudian pada ambang tipis percobaan
pertama didapatkan nilai yaitu 0,0142, pada percobaan kedua didapatkan
nilai yaitu 0,0157, dan pada percobaan ketiga yaitu didapatkan nilai 0,0319.
6.9. Kesimpulan
6.10. Saran
6.12. Lampiran
MODUL VII
Preza Setiawan
NIM. 119210174
MODUL 7
PINTU SORONG DAN AIR LONCAT
7.1. Pendahuluan
Pintu sorong adalah sistem mirip sistem irigasi yang berfungsi untuk
mengatur keluar masuknya debit air.koefisien debit air pada pintu sorong
merupakan fungsi parameter hidrolis yang mana terbagi menjadi sua aliran
yaitu aliran bebas dan aliran terendam.
Aliran yang mengalir dibawah pintu sorong dimulai dari aliran superkritis
kemudian berubah menjadi aliran subkritis yang mana pada aliran super
kritis kedalaman air kecil dengan kecepatan besar,dan sebaliknya pada
aliran sub kritis kedalaman air besar dengan kecepatan kecil.
Air loncat adalah fenomena yang terjadi karena adanya tekanan pada air di
bawah bagian yang tidak terutup sepenuhnya pada pintu sorong.loncatan
air ini menyebabkan turbulensi yang melepaskan energi yang cukup
besar.proses airloncat juga biasanya digunakan untuk meredam Sebagian
besar energi yang terjadi,selain itu air loncat juga digunakan untuk
menaikkan tinggi muka air di bagian hilir dan untuk menyediakan
keutuhan tinggi tekanan pengairan ke dalam suatu saluran.
Adapun tujuan dari lilakukannya praktikum tentang pintu sorong dan air
loncat ini yaitu:
a. Mempelajari sifat aliran yang melalui pintu sorong
b. Menentukan koefisien kecepatan dan koefisien kontraksi
c. Menentukan gaya-gaya yang bekerja pada pintu sorong Fg dan Fb
d. Mengamati profil aliran air loncat.
e. Menghitung besarnya kehilangan energi akibat air loncat.
f. Menghitung kedalaman kritis dan energi minimum.
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
a. Saluran terbuka
Pintu sorong yang di gunakan adalah pintu air gesek tegak dengan tipe
aliran bawah.pada rancangan pintu sorong ini perhatian utaman adalah
hubungan antar ebit dan distri busi tekanan pada pintu sorong dan samping
saluran.
Debit Aliran (Q) Berdasarkan Venturimemeter
Dalam praktikum pintu sorong dan air loncat pengukuran debit digunakan
dengan venturimeter.dengan menerapkan prinsip kekekalan energi,implus-
momentum,dan kontinuitas (kekekalan massa),serta dengan asumsi terjadi
kehilangan energi,dapat diterapkan persamanaan Bernoulli untuk
menghitung besar debit berdasarkan tinggi muka air sebelum dan pada
kontraksi.
Besar debit (Q) dapat diperoleh dengan rumus:
ȡ
൫U D
-ȡ൯ቀʌG
ቁJ¨K
4ඩ G
(7.4.1)
-
ቈ ȡD
G
Dimana:
d1 = 3,15cm
d2 = 2,00cm
g = 9,81m/s2
ȡDLU = 1,00gr/cm3 pada suhu 0ιC
ȡ
Hg = 13,6gr/cm3
Besarnya debit teoretis adalah :
J
<
4U = b<ඨ ቁ < (7.4.2)
ቀ
<
< 4$
&& = dan Cv = (7.4.3)
<J 47
J
<
4$ = b&F.&Y.<J &F (7.4.4)
ඨ ቆ
<J
ቇ
<
Dimana:
g = Percepatan gravitasi = 9,81 m/s2
b = lebar saluran = 8 cm
Dimana:
g = Percepatan gravitasi = 9,81 m/s2
b = lebar saluran = 8 cm
Air Loncat
Aliran loncat adalah aliran yang tercadi pada pintu sorong yang berubah
tiba-tiba sehingga muncul perubahan tinggi muka air dari subkritis menjadi
superkritis. Aliran yang keluar dari pintu biasanya mempunyai semburan
kecepatan tinggi yang dapat mengikis dasar saluran ke arah hilir. Peristiwa
ini disebut air loncat dan sering terjadi pada saluran di hilir kolam pembilas
atau di kaki pelimbah.
Bilangan frout adalah bilangan yang tak berdimensi yang merupakan
indeks rasio antara inersia terhadap gaya gravitasi.
9
Fr = (7.4.8)
ඥJ\
Kedalaman di hulu (<D) dan kedalaman di hilir (<E) air loncat mempunyai
hubungan sebagi berikut:
<E
ඥሺ
= ඃ )
UDሻ
ඇ (7.4.9)
<D
Dimana:
E = energi spesifik pada titik tinjauan (m)
y = kedalaman air di titik yang ditinjau (m)
m
v = kecepatan air di titik yang ditinjau ( /s)
m
g = percepatan gravitasi ( /s)
3. Setelah aliran stabil, mengukur dan mencatat Yo, Yg, Yb, Ya, Xa, dan
Xb pada formulir percobaan B (debit berubah Yg tetap).
Data-data dan rumus yang harus diketahui pada percobaan kali ini
adalah sebagai berikut:
Tabel 7.6.1. Pintu Sorong pada Debit Tetap dan Pintu Sorong Berubah
2
No Yo(m) Yg(m) Ya(m) Yb(m) Xa(m) Xb(m) Q(m /s)
Tabel 7.6.2. Pintu Sorong pada Debit Berubah dan Pintu Sorong Tetap
2
No Yo(m) Yg(m) Ya(m) Yb(m) Xa(m) Xb(m) Q(m /s)
7.7. Perhitungan
[[
Qt1 = 0,08 x 0.025ඨ
[[
Qt2 = 0,08 x 0.028ඨ
[[
Qt3 = 0,08 x 0,031ඨ
Cv1 =
Cv1 = 0.52462306
Cv2 =
Cv2 = 0,76936242
ͷ
Cv3 =
Cv3 = 0,94778609
Cc1 =
Cc1 = 0,54348
Cc2 =
Cc2 = 0,6087
Cc3 =
Cc3 = 0,67391
d. Menghitung Debit Aktual
[[
Qa1 = 0,08 x 0,54348 x 0,52462306 x 0,046ඨ[
[[
Qa2 = 0,08 x 0,6087 x 0,76936242 x 0,046 ඨ[
[[
Qa3 = 0,08 x 0,67391 x 0,94778609 x 0,046 ඨ[
\R î4
ხ \
Fg = [0,5 × ȡ
× g × Y1× ( ±1)] + [
(1 - )]
\ Eî
< \J
Fg1 = 73,789 N
Fg2 = [0,5 x 1000 x 9,81 x (0,028)2
[
( -@>
- @
[
Fg2 = 11007,4 N
Fg3 = [0,5 x 1000 x 9,81 x (0,031)2
[
( -@>
- @
[
Fg3 = 1266,26 N
Fr1 =
[[[
Fr1 = ,03709851
Fr2 =
[[
Fr2 = 0,15730988
Fr3 =
[[[
Fr3 = 1,69442818
h. Perbandingan Kedalaman di Hulu dan Hilir
್
1 [
= (ට൫
൯-
ೌ
್
1 = 0,05246521
௬ೌ
್
2 [
= (ට൫
൯-
ೌ
್
2 = 0,22246976
ೌ
್
3 [
= (ට൫
൯-
ೌ
್
3 ʹǡ
=͵ͻʹͺ͵͵ͳ
ೌ
-
¨h1 =
[[
¨h1 = 0,0125 m
-
¨h2 =
[[
¨h2 = 0,08985 m
-
¨h3 =
[[
¨h3 = 0,0402 m
YC1 =ට
[[
YC1 = 0,02616784 m
YC2 =ට
[[
YC2 = 0,03170008 m
Yc3 =ට
[[
Yc3 = 0,03678468 m
Emin1 = x 0,02616784
Emin1 = 1,75602
Emin2 = x 0,03170008
Emin2 = 2,69177
Emin3 = x 0,03678468
Emin3 = 0,0551770
Cv1 =
Cv1 = 0,87923376
Cv2 =
Cv2 = 0,82704435
Cv3 =
Cv3 = 0,86871455
Cc1 =
Cc1 = 0,77143
Cc2 =
Cc2 = 0,8
Cc3 =
Cc3 = 0,77778
[[
Qa1 = 0,08 x 0,77143 × 0,0,87923376 × 0,035ඨ[
[[
Qa2 = 0,08 × 0,8 × 0,82704435 × 0,04ඨ [
[[
Qa3 = 0,08 × 0,77778 × 0,86871445 × 0,045ඨ[
Fh1 = 30,612105 N
Fh2 = 9,49608 N
Fh3 = 5,67018 N
Fg1 =
[
[0,5 x 1000 x 9,81 x (0,027)2 ( -@>
- @
[
Fg1 = 320,325 N
Fg2 =
[
[0,5 x 1000 x 9,81 x (0,032)2 ( -ሻ
ሺ-
ሿ>[ሻሿ
Fg2 = 824,045 N
Fg3 =
[
[0,5 x 1000 x 9,81 x (0,035)2 ( -@>
- @
[
Fg3 = 778595 N
Fr1 =
[[[
Fr1 = 0,03709851
Fr2 =
[[
Fr2 = 0,15730988
Fr3 =
[[[
Fr3 = 1,69442818
<E
1 [
= (ට൫
൯-
<D
<E
1 = 0,05246521
<D
<E
2 [
= (ට൫
൯-
<D
<E
2 = 0,22246976
<D
<E
3 [
= (ට൫
൯-
<D
<E
3 = 2,39628331
<D
-
¨h1 =
[[
¨h1 = 0,06667 m
-
¨h2 =
[[
¨h2 = 0,09961 m
-
¨h3 =
[[
¨h3 = 0,08889 m
YC1 = ට
[[
YC1 = 0,03678468 m
YC2 = ට
[[
YC2 = 0,03678468 m
Yc3 = ට
[[
Yc3 = 0,03678468 m
Emin1 = x 0,03678468 m
Emin1 = 0,05517702
Emin2 = x 0,03678468 m
Emin2 = 0,05517702
Emin3 = x 0,03678468 m
Emin3 = 0,05517702
2 0,0026 0,77 0,61 0,002 9,5 11007,4 0,16 1,8 0,22 0,09 0,05
3 0,0026 0,93 0,67 0,003 5,67 1266,26 1,7 1,4 2,39 0,04 0,06
1 0,0028 0,88 0,77 0,019 27,6 320,32 0,047 1,67 0,067 0,067 0,05
2 0,003 0,83 0,8 0,003 14,8 824,05 0,197 1,86 0,278 0,09 0,05
3 0,0029 0,87 0,78 0,003 5,67 778595 2,275 1,8 3,21 0,089 0,05
Cc vs Yg/Yo (1)
0.8
0.7
0.575
0.6 0.673913043
0.5
Yg/Yo
Cc vs Yg/Yo (2)
0.805
0.421052632
0.8
0.8
0.795
Yg/Yo
0.79
0.785
0.78 0.576923077
0.775 0.777777778
0.318181818
0.77 0.771428571
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
Cc
Cv vs Yg/Yo (1)
1
0.575
0.947786086
0.8
0.511111111
0.6 0.769362422
Yg/Yo
0.368
0.4 0.524623063
0.2
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
Cv
Cv vs Yg/Yo (2)
0.89
0.88 0.318181818
0.879233758
0.87 0.576923077
0.868714549
Yg/Yo
0.86
0.85
0.84
0.83 0.421052632
0.827044346
0.82
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
Cv
Cv vs Fh (1)
1 5.67018
0.9 0.947786086
0.8
0.7
9.49608
0.6 0.769362422 30.612105
Fh
0.5 0.524623063
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 5 10 15 20 25 30 35
Cv
Cv vs Fh (2)
0.89
0.88
0.87 5.67018 27.590625
0.868714549 0.879233758
0.86
Fh
0.85
0.84
0.83 14.837625
0.827044346
0.82
0 5 10 15 20 25 30
Cv
800
600
400
0.368 0.575
200 2.410451505 223.3186776
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
Fg/Fh
80000 55.53752066
60000
40000
20000 0.318181818
11.60992256
0
-20000 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
Fg/Fh
2.5 1.489361702
Yb/Ya (oercobaan)
2.39628331
2
1.5
1
1.25 1.805555556
0.5 0.0524652090.222469759
0
0 0.5 1 1.5 2
Yb/Ya (teori)
2.5
2
1.5
1 1.666666667
0.5 0.066622488
1.861111111
0 0.278087199
1.65 1.7 1.75 1.8 1.85 1.9
-0.5
Yb/Ya (teori)
Yb/Ya vs Fr (1)
3
2.5
2 1.694428178
2.39628331
Fr
1.5
1 0.037098505
0.052465209
0.5
0.157309875
0 0.222469759
0 0.5 1 1.5 2
Yb/Ya
Yb/Ya vs Fr (2)
3.5 2.275374982
3 3.217866159
2.5
2
Fr
1.5 0.047109213
1 0.066622488
0.5 0.196637344
0 0.278087199
-0.5 0 0.5 1 1.5 2 2.5
-0.5
Yb/Ya
Yc vs Emin (1)
0.04
0.035
0.03 0.055177024
0.025 0.036784683
Emin
0.02
0.047550118
0.015 0.039251757
0.031700079
0.026167838
0.01
0.005
0
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06
Yc
Yc vs Emin (2)
0.04 0.055177024
0.035 0.036784683
0.03
0.025
Emin
0.02
0.015
0.01
0.005
0
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06
Yc
7.8. Analisis
Percobaan kali ini tentang pintu sorong dan air loncat, diperoleh nilai
tinggi muka air di hulu pintu sorong (Y0), tinggi bukaan pintu sorong
terhadap dasar saluran (Yg), tinggi muka air tepat sebelum air loncat (Ya),
tinggi muka air tepat setelah air loncat (Yb), kedudukan horizontal titik
Ya, dari titik acuan jarak horizontal (Xa), kedudukan horizontal Yb dari
titik acuan jarak horizontal (Xb), dan waktu dari debit air tetap dan
berubah-ubah.
Pada praktikum kali ini dapat di simpulkan bahwa aliran pada pintu sorong
terdapat dua kondisi , yaitu debit berubah dn pintu sorong tetap dan debit
tetap dan pintu sorong berubah. Pada percobaan di peroleh hasil bilangan
Froude dengan nilai 0,04. Maka aliran pertama bersifat subkritik. Pada
percobaan kedua di peroleh hasil bilangan Froude sebesar 0.16. Maka
aliran kedua bersifat subkritik. Pada percobaan ketiga di peroleh hasil
bilangan Froude sebesar 1.7. Maka aliran ketiga bersifat superkritik. Maka
pada hasil di atas pada percobaan debit tetap pintu sorong tetap di dapat
hasil dua aliran subkritik dan satu aliran superkritik. Pada percobaan debit
tetap dan pintu sorong berubah, pada percobaan pertama didapatkan nilai
bilangan Froude sebesar 0,047. Dengan hal ini aliran air pada percobaan
pertama bersifat subkritik. Kemudian untuk percobaan kedua, didapatkan
nilai bilangan Froude sebesar 0,197. Dengan demikian aliran air pada
bercobaan kedua bersifat subkritik. Untuk percobaan ketiga, didapatkan
nilai bilangan Froude sebesar 2,275. Dengan demikian aliran air pada
percobaan ketiga bersifat superkritik.
7.9. Kesimpulan
Pada praktikum kali ini kita dapat menarik kesimpulan sebagi berikut:
a. Terdapat 2 sifat aliran yaitu aliran subkritik dan aliran superkritik.
b. Sifat aliran di tentukan dengan bilangan Froude dimana untuk nilai
kisaran < 0,1 maka aliran air bersifat subkritik, lalu untuk nilai kisaran
= 1 maka aliran bersifat kritik, kemudian untuk nilai kisaran > 0,1 maka
aliran bersifat subkritik.
c. Pada percobaan aliran debit tepat dan pintu sorong berubah di dapat sifat
aliran pertama subkritik, pada aliran kedua subkritik, dan untuk aliran
ketiga adalah superkritik.
d. Sifat aliran air pada debit berubah dan pintu sorong tetap pada
percobaan pertama adalah subkritik, pada percobaan kedua adalah
subkritik, dan pada percobaan ketiga adalah superkritik.
7.10. Saran
7.12. Lampiran
MODUL VIII
Preza Setiawan
NIM. 119210174
MODUL 8
ALIRAN MELALUI VENTURIFLUME
8.1. Pendahuluan
8.2. Tujuan
Persamaan Kontinuitas:
$ၶ
Yၶ
$
ၷ
Yၷ (1.2)
Hasil dari gabungan persamaan Bernoulli dan Kontinuitas akan
menghasilkan persamaan perhitungan debit pada venturimeter sebagai
berikut:
JK
ၶ
-Kၷ
4 F$
ၷඨ $ၷ (1.3)
- ð
$ၶ
2. Buka tutup katup bawah untuk mengisi air dan kemudian buka katup atas
untuk memastikan debit air sampai ke pipa, akan tetapi terlebih dahulu
untuk meng kalibrasi agar sejajar untuk dialirkan ke piezometer.
5. Setelah mendapat 8 sampel tutup katup atas dan bawah, dan setelah itu
matikan meja hidraulik.
Data Alat :
No.
Tabung A(h1) B C D(h2) E F G H J K L
Piezometer
Diameter
(mm) 26,00 23,20 18,40 16,00 16,80 18,47 20,16 21,84 23,53 25,21 26,00
0,000125 0,543 0,539 0,533 0,518 0,519 0,527 0,537 0,542 0,544 0,547 0,547
0,00025 0,527 0,510 0,478 0,423 0,428 0,459 0,499 0,519 0,533 0,540 0,542
0,000375 0,497 0,469 0,398 0,264 0,284 0,339 0,446 0,480 0,507 0,523 0,524
Sumber: data percobaan
8.7. Perhitungan
IDPa = -
=0
IDPb = -
= - 0,0828060
IDPc = -
= - 0,4283409
IDPd = -
= - 0,85659
IDPe = -
= - 0,67929
IDPf = -
= - 0,4197224
IDPg = -
= - 0,2533384
IDPh = -
= - 0,1446386
IDPj = -
Ͷ
= - 0,07038003
IDPk = -
= - 0,01883909
IDPl = -
͵ͳ
=0
U2 = = 0,621699 m/s
U2 = = 1,243398 m/s
U2 = = 1,865097 m/s
±
ADPA1 =
î
=0
±
ADP b1 =
î
= - 0,0005274
±
ADPc1 =
î
= - 0,0013186
±
ADPd1 =
î
= - 0,0033
±
ADPe1 =
î
= - 0,00316
±
ADPf1 =
î
= - 0,0021098
±
ADPg1 =
î
= - 0,0007912
±
ADPh1 =
î
= - 0,0001318
±
ADPj1 =
î
= - 0,0001318
±
ADPk1 =
î
= - 0,0005274
±
ADPl1 =
î
= - 0,0005274
±
ADPA2 =
î
=0
±
ADPb2 =
î
= - 0,0022417
±
ADPc2 =
î
= - 0,0064615
±
ADPd2 =
î
= - 0,01371
±
ADPe2 =
î
= - 0,01305
±
ADPf2 =
î
= - 0008967
±
ADPg2 =
î
= - 0,003692
±
ADPh2 =
î
= - 0,001054
±
ADPj2 =
î
= - 0,007912
Ͳ
±
ADPk2 =
î
= - 0,001714
±
ADP l2 =
î
= - 0,001978
±
ADPA3 =
î
=0
±
ADPb3 =
î
= - 0,003692
±
ADPc3 =
î
= - 0,013054
±
ADPd3 =
î
= - 0,03073
±
ADP3 =
î
= - 0,02809
±
ADPf3 =
î
= - 0,020835
±
ADPg3 =
î
= - 0,006725
Ͳ
±
ADPh3 =
î
= - 0,002241
±
ADPj3 =
î
= - 0,001318
-
ADPk3 =
î
= - 0,003428
±
ADPl3 =
î
= - 0,00356
ൈ
Nilai Konstanta = 0,000201ඨ
±
= - 0,142522
8.7.6. Nilai koefisien untuk setiap debit Q
C1 =
î
-
ට
-
= - 0,005547
C2 =
î
- ට
-
= - 0,005439
C3 =
î
- ට
ʹͶ
-
= - 0,005451
8.7.7. Laju aliran teoritis untuk setiap debit
= 0,000125 m3/s
= 0,00025 m3/s
= 0,000375 m3/s
Ketinggian
Tabung (m)
-
B 0,0232 0,0004227 0,539 0,021 -0,08280
0,00052474
-
C 0,0184 0,000265 0,533 0,015 -0,42834
0,00131186
-
F 0,01847 0,000268 0,527 0,009 -0,41972
0,00210989
-
G 0,02016 0,000319 0,537 0,019 -0,25334
0,00079121
-
H 0,02184 0,000375 0,542 0,024 -0,14464
0,00013186
-
J 0,02553 0,000435 0,544 0,028 -0,07038
0,00013186
-
K 0,02521 0,000499 0,547 0,29 -0,01883
0,00052747
Tabung (m)
Tabung (m)
-
B 0,0232 0,0004227 0,469 0,205 -0,08280
0,00369231
-
C 0,0184 0,000265 0,398 0,134 -0,42834
0,01305496
-
F 0,01847 0,000268 0,339 0,075 -0,41972
0,02083520
-
G 0,02016 0,000319 0,446 0,182 -0,25334
0,00672525
-
H 0,02184 0,000375 0,48 0,216 -0,14464
0,00224176
-
J 0,02553 0,000435 0,507 0,243 -0,07038
0,00131868
-
K 0,02521 0,000499 0,523 0,259 -0,01883
0,00342857
Q Vs ¥
႙í႙
0.0004 0.000375
0.00035
0.0003
0.00025
Debit (m³/s)
0.00025
0.0002
0.00015 0.000125
0.0001
0.00005
0
0.158113883 0.32249031 0.482700735
¥
႙í႙
C Vs Qaf
-0.00536
0.000125 0.00025 0.000375
-0.00538
-0.0054
-0.00542
-0.00543929
-0.00544 -0.005450949
-0.00546
C
-0.00548
-0.0055
-0.00552
-0.005547009
-0.00554
-0.00556
Qaf
IDP Vs ADP 1
0 0
-0.01883909
-0.082806088 -0.070380034
-0.1
-0.144638659
-0.2
-0.253338462
-0.3
-0.4 -0.419722432
IDP
-0.4283409
-0.5
-0.6
-0.679290129
-0.7
-0.8
-0.856587654
-0.9
ADP 1
Grafik 8.7.3. Distance Along Venturi vs ADP
IDP Vs ADP 2
0 0
-0.01883909
0 -0.070380034
-0.082806088
-0.1 -0.144638659
-0.2 -0.253338462
-0.3
-0.4283409 -0.419722432
-0.4
IDP
-0.5
-0.6 -0.679290129
-0.7
-0.8 -0.856587654
-0.9
ADP 2
IDP Vs ADP 3
0 0
-0.01883909
0 -0.070380034
-0.082806088
-0.1 -0.144638659
-0.2 -0.253338462
-0.3
-0.4283409 -0.419722432
-0.4
IDP
-0.5
-0.6 -0.679290129
-0.7
-0.8 -0.856587654
-0.9
ADP 3
8.8. Analisis
VHOLVLK NHWLQJJLDQ
- +ၷ
JDULV
VHPDNLQ
KLGUDXOLN
EHVDU +ၶ
QLO
semakin kecil nilai koefisiennya.
Ideal dimensionless pressure mempunyai nilai negatif yang dipengaruhi
oleh hasil selisih kuadrat luas penampang. Actual dimensionless pressure
juga memiliki nilai negatif yang dipengaruhi oleh selisih nilai ketinggian
garis hidraulik antara masing- masing ketinggian garis hidraulik dengan
ketinggian garis hidraulik tapping A. Selain itu, Actual dimensionless
pressure juga dipengaruhi oleh nilai U yang merupakan hasil bagi antara
debit dan luas penampang masing- masing tapping.
Pada percobaan venturimeter kali ini, didapat hasil dari pengukuran luas
daerah tapping venturimeter berbeda-beda contohnya pada A1 yaitu
0,0005309 m2 dan A2 yaitu 0,000201 m2. Dengan demikian diperoleh juga
nilai IDP yang berbeda-beda setiap percobaannya. Nilai kecepatan aliran
(U) setiap percobaan yang diperoleh yaitu 0,621699; 1,243393; dan
1,865097. ADP setiap debit dalam ketiga percobaan juga berbeda-beda.
Nilai konstanta yang diperoleh yaitu -0,142522 dan untuk nilai konstanta
setiap percobaan yaitu -0,005547; -0,005439; -0,005451. Begitu pula
dengan laju aliran setiap debit yang diperoleh selama percobaan sama
dengan laju aliran setiap debit untuk teoritisnya yaitu 0,000125 m3/s;
0,00025 m3/s; 0,000375 m3/s. Oleh karena itu nilai keeroran dari percobaan
sangat minim dan sedikit yaitu hanya berkisar 0,00000001%.
8.9 Kesimpulan
8.12 Lampiran
LAMPIRAN A
LAMPIRAN B