Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM PENGOLAHAN LIMBAH

INDUSTRI (PLI)

ION EXCHANGER
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktikum Pengolahan Limbah
Industri

Laboratorium PLI

Tanggal Praktikum : 5 September 2019

Tanggal Pengumpulan Laporan : 12 September 2019

Dosen Pembimbing : Ahmad Fauzan Spd, M.T

Oleh :

Jihan Azizah NIM 171411048

PROGRAM STUDI D3-TEKNIK KIMIA

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2019
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penggunaan air di dalam industry, seperti air proses, air umpan boiler, dan air
pendingin memerlukan pengolahan terlebih dahulu agar mencapai persyaratan yang telah
ditetapkan.
Air sisa pembuangan cucian merupakan limbah yang mencemari lingkungan, tetapi
dengan adanya pengolahan diharapkan air tersebut dapat digunakan sebagai air umpan
boiler.
Pengolahan air disini bertujuan untuk memisahkan zat padat terlarut, zat tersuspensi,
dan koloid. Penggunaan alat penukar ion diharapkan dapat mengurangi ion-ion yang tidak
dikehendaki baik kation maupun anion yang ada di dalam air, sehingga air yang dihasilkan
dpat digunakan sebagai air untuk berbagai proses dan air umpan boiler.

1.2. Tujuan Praktikum


1. Melaksanakan operasi pertukaran ion, operasi backwash, dan regenerasi pada resin
kation
2. Menganalisis kesadahan total, mengukur DHL, Fe, kekeruhan dan pH.
3. Menghitung kapasitas pertukaran ion
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penukar ion
Pertukaran ion adalah suatu proses untuk pemurnian air dimana ion-ion dalam suatu
larutan ditukar dengan ion yang menempel pada permukaan resin. Pertukaran ion
merupakan suatu proses reversible dimana penukar ionnya dapat diregenerasi melalui suatu
pencucian dengan regeneran yang ionnya dapat ditukar.

Gambar 1. Skema peralatan penukar kation dan anion


Pertukaran ion secara luas digunakan untuk pengolahan air dan limbah cair, terutama
pada proses penghilangan kesadahan dalam proses demineralisasi air. Sebagai bahan yang
digunakan untuk keperluan proses ini dapat dibedakan menurut ion penukarnya, yakni
kation exchange (pertukaran ion positif) dan anion exchange (pertukaran ion negative).

2.2. Resin penukar ion


Resin adalah senyawa hidrokarbon terpolimerisasi sampai tingkat yang tinggi dan
mengandung ikatan-ikatan hubungan silang (cross linking) serta gugusan yang
mengandung ion-ion yang dapat dipertukarkan. Resin juga merupakan sebuah matriks larut
(atau struktur dukungan) biasanya dalam bentuk kecil (1-2 mm diameter) manik-manik
berwarna putih atau kekuningan, dibuat dari organic polimer substrat. Material ini
mempunyai stuktur pori-pori yang sangat baik pada permukaannya yang dapat dengan
mudah menjebak ion. Ion exchange akan menjebak ion dan dengan simultan juga
melepaskan ion lainnya, sehingga proses ini disebut pertukaran ion.
Berdasarkan gugus fungsionalnya, resin penukar ion terbagi menjadi dua yaitu resin
penukar kation dan resin penukar anion. Resin penukar kation, mengandung kation yang
dapat dipertukarkan, sedangkan resin penukar anion, mengandung anion yang dapat
dipertukerkan. Secara umum struktur resin penukar ion:
Gambar 2. resin penukar kation (kiri) dan resin penukar anion (kanan)

Berdasarkan pada keberadaan gugus, resin penukar ion dapat secara luas
diklasifikasikan dalam 4 golongan:
1. Resin penukar kation bersifat asam kuat (mengandung gugus HSO2)
Resin penukar kation asam kuat yang beroperasi dengan siklus H, akan
diregenerasi dengan menggunakan asam HCl atau H2SO4. Reaksi pada tahap layanan
adalah sebagai berikut:

Konsentrasi asam kelarutan yang dihasilkan oleh reaksi (2.3) disebut free
mineral acid (FMA). Jika nilai FMA turun, berarti kemampuan resin mendekati titik
habis dan regenerasi harus dilakukan. Reaksi pada tahap regenerasi adalah sebagai
berikut:

2. Resin penukar kation bersifat asam lemah (mengandung gugus COOH)


Gugus fungsi pada resin penukar ion asam lemah adalah karboksilat (R-
COOH). Jenis resin ini tidak dapat memisahkan garam yang berasal dari asam kuat dan
basa kuat, tetapi dapat menghilangkan kation yang berasa dari garam bikarbonat untuk
membentuk asam karbonat, atau dengan kata lain resin ini hanya dapat menghasilkan
asam yang lemah dari gugus fungsinya.
Reaksi yang terjadi pada tahap layanan resin penukar kation asam lemah
dengan siklus H, dinyatakan oleh reaksi berikut:

3. Resin penukar anion bersifat basa kuat ( mengandung gugus amina tersier
kuartener)
Resin penukar kation asam kuat sikluh hydrogen akan menguabh garam-garam
terlarut menjadi asam (reaksi 2.4), dan resin penukar anion basa kuat akan
menghilangkan asam-asam tersebut, termasuk asam silikat dan asam karbonat. Reaksi
yang terjadi pada tahap dan regenerasi adalah sebagai berikut:

4. Resin penukar anion bersifat basa lemah (mengandung OH)


Resin penukar ion basa lemah hanya dapat memisahkan asam kuat seperti HCl
dan H2SO4, tetapi tidak dapat menghilangkan asam lemah seperti asam silikat dan
asam karbonat, oleh karena itu resin penukar anion basa lemah kerap disebut sebagai
acid adsorbers.
Resin penukar anion basa lemah dapat diregenerasi dengan NaOH, NH4OH
atau N2CO3 seperti ditunjukkan oleh reaksi dibawah ini :
Sifat-sifat penting resin penukar ion adalah sebagai berikut:

1. Kapasitas penukar ion


Sifat ini menggambarkan ukuran kuantitatif jumlah ion-ion yang dapat
dipertukarkan dan dinyatakan dalam mek (milliekivalen) pergram resin kering dalam
bentuk hydrogen atau kloridanya atau dinyatakan dalam milliekivalen tiap millimetre
resin (meq/ml).
2. Selektivitas
Sifat ini merupakan suatu sifat resin penukar ion yang menunjukkan aktifitas
pilihan atas ion tertentu. Hal ini disebabkan karena penukar ion merupakan suatu proses
stoikhiometri dan reversible dan memenuhi hokum kerja massa. Factor yang
menentukan selektivitas terutama adalah gugus ionogenik dan derajat ikat silang.
Secara umum selektivitas penukar ion dipengaruhi oleh muatan ion dan jari-jari ion.
Selektivitas resin penukar ion akan menentukan dapat atau tidaknya suatu ion
dipisahkan dalam suatu larutan apabila dala larutan tersebut terdapat ion-ion bertanda
muatan sama, demikian juga dapat atau tidaknya ion yang telah terikat tersebut
dilepaskan.
3. Derajat ikat silang (crosslinking)
Sifat ini menunjukkan konsentrasi jembatan yang ada di dalam polimer.
Derajat ikat silang tidak hanya mempengaruhi kelarutan tetapi juga kapasitas
pertukaran, perilaku mekaran, perubahan volume, selektivitas, ketahanan kimia, dan
oksidasi.
4. Prioritas
Nilai prioritas menunjukkan ukuran poro-pori saluran-saluran kapiler. Ukuran
saluran-saluran ini biasanya tidak seragam. Prioritas berbanding langsung dengan
derajat ikat silang, walaupun ukuran saluran-saluran kapilernya tidak seragam. Jalinan
resin penukar mengandung rongga-rongga, tempat air terserap masuk. Prioritas
mempengaruhi kapasitas dan keselektivan. Bila tanpa pori, hanya gugus ionogenik di
permukaan saja yang aktif.
5. Kestabilan resin
Kestabilan penukar ion ditentukan juga oleh mutu produk sejak dibuat.
Kestabilan fisik dan mekanik terutama menyangkut kekuatan dan ketahanan gesekan.
Ketahanan terhadap pengaruh osmotic, baik saat pembebanan maupun regenerasi, juga
terkait jenis monomernya. Kestabilan termal jenis makropori biasanya lebih baik
daripada yang gel. Walau derajat ikat silang serupa. Akan tetapi perlakuan panas
penukar karion makropori agak mengubah struktur kisi ruang dan porositasnya.
2.3. Operasi system pertukaran ion
Operasi system pertukaran ion dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu:

Gambar 3. Operasi system pertukaran ion


1. Tahap layanan (service)
Tahap layanan adalah tahap dimana terjadi reaksi pertukaran ion, sperti
ditunjukkan oleh reaksi-reaksi (2.3),(2.5),(2.6),(2.7), dan (2.8). Sifat tahap ditentukan
oleh konsentrasi ion yang dihilangkan terhadap waktu, atau volume air produk yang
dihasilkan.
Hal yang penting pada tahap layanan adalah kapasitas (teoritik dan operasi)
dan beban pertukaran ion (ion exchange load). Kapasitas pertukaran teoritik
didefinisikan sebagai jumlah ion secara teoritik yang dapat dipertukarkan oleh resin
per satuan massa atau volume resin. Kapasitas operasi adalah kapasitas resin actual
yang digunakan untuk reaksi pertukaran pada kondisi tertentu. Beban pertukaran ion
adalah berat ion yang dihilangkan selama tahap layanan dan diperoleh dari hasil kali
anatara volume air yang diolah selama tahap layanan dengan konsentrasi ion yang
dihilangkan. Tahap layanan ini dilakukan dengan cara mengalirkan air umpan dari
atas (down flow).
2. Tahap pencucian balik (backwash)
Tahap pencucian balik yang dilakukan jika kemampuan resin telah mencapai
titik jenuh. Sebagai pencuci digunakan air produk. Pencucian balik mempunyai
sasaran sebagai berikut:
1) Pemecahan resin yang tergumpal
2) Penghilangan partikel halus yang terperangkap dalam ruang antar resin
3) Penghilangan kantong-kantong gas dalam unggun, dan
4) Pembentukan ulang lapisan resin
Pencucian balik dilakukan dengan pengaliran air dari bawah ke atas (up flow).
Pada tahap ini terjadi pengembangan unggun anatar 50-70%.
3. Tahap regenerasi
Tahap regenerasi adalah operasi penggantian ion yang terserap dengan ion
awal yang semula berada dalam matriks resin dan pengembalian ke tingkat atau ke
tingkat yang diinginkan.
Larutan regenerasi harus dapat menghasilkan titik puncak (mengembalikan
waktu regenerasi dan jumlah larutan yang digunakan). Jika system dapat
dikembalikan ke kemampuan pertukaran awal, maka ekivalen ion yang digantikan
harus sama dengan ion yang dihilangkan selama tahap service. Jadi secara teoritik,
jumlah larutan regenerasi (dalam ekivalen) harus sama dengan jumlah ion (dalam
ekivalen) yang dihilangkan (kebutuhan larutan regenrasi teoritik).
Operasi regenerasi agar resin mempunyai kapasitas seperti semula sengat
mahal, oleh sebab itu maka regenerasi hanya dilakukan untuk menghasilkan sebagian
dari kemampuan pertukaran awal. Tingkat regenerasi dinyatakan sebagai jumlah
larutan regenerasi yang digunakan per volume resin. Perbandingan kapasitas operasi
yang dihasilkan pada tingkat regenerasi tertentu dengan kapasitas pertukaran yang
secara teoritik dapat dihasilkan pada tingkat regenerasi itu di sebut effisiensi
regenerasi. Effisiensi regenerasi resin penukar kation asam kuat yang diregenerasi
dengan H2, anion basa kuat yang diregenerasi dengan NaOH antara 20-50%, oleh
sebab itu pemakaian larutan regenrasi 2-5 kali lebih besar dari kebutuhan teoritik.
Pada resin penukar kation asam lemah dan resin penukar anion basa lemah, efisiensi
dapat mendekati harga 100%, atau dengan kata lain kebutuhan larutan regenerasi
untuk resin penukar golongan lemah lebih sedikit. Hal tersebut dapat dijelaskan
dengan dua alasan. Pertama, kekariban resin golongan lemah dengan ion H+ dan ion
OH- lebih besar dibandingkan dengan resin golongan kuat. Kedua, nilai koefisien
selektivitas untuk regenerasi adalah kebalikan dari koefisien selektivitas untuk
pertukaran awal.
Besaran untuk menyatakan tingkat efisiensi penggunaan larutan regenerasi
adalah regenerasi ratio yang didefinisikan sebagai berat larutan regenerasi dalam
ekivalen atau gram CaCO3 dibagi beban pertukaran ion yang dinyatakan dalam
satuan yang sama. Semakin rendah ratio regenerasi, semakin efisien penggunaan
larutan regenerasi. Harga ratio regenerasi merupakan kabalikan harga koefisien
regenerasi. Operasi regenerasi dilakukan dengan mengalirkan larutan regenerasi dari
atas.
4. Tahap pembilasan
Tahap pembilasan dilakukan untuk menghilangkan sisa larutan regenerasi yang
terperangkap oleh resin. Pembilasan dilakukan menggunakan air produk dengan
aliran down flow dan dilaksanakan dalam dua tingkat, yaitu:
1) Tingkat laju alir rendah untuk menghilangkan larutan regenerasi, dan
2) Tingkat laju tinggi untuk menghilangakn sisa ion.

Limbah pembilasan tingkat laju alir rendah digabungkan dengan larutan garam
dan dibuang. Sedangkan limbah pembilasan tingkat laju alir tinggi disimpan dan
digunakan sebagai pelarut senyawa untuk regenerasi.
III. METODELOGI
3.1. Alat dan Bahan
Tabel 3.1. Alat dan Bahan
Alat Jumlah Bahan Jumlah
Conductometer 1 Air
Turbidity meter 1 HCl 5% 10 L
Gelas kimia 100ml 2 NaOH 5% 10 L
Gelas kimia 50ml 1 Resin penukar kation 50 gram
Pipet 10ml 2 Resin penukar anion 50 gram
Labu titrasi 250ml 2 Indicator EBT 1 gram
Buret 1 EDTA 50 ml
Klem 1 Larutan buffer pH 10 40 ml
KCN 10% 20 ml

3.2. Procedure Kerja


a. Proses pertukaran ion

Air umpan yang bebas Mencatat nilai Fe,


Melakukan pertukaran
kotoran dan padatan, kekeruhan, DHL, pH, dan
kation dan anion
dialirkan melalui bagian total hardness pada air
sekaligus
atas kolom umpan

Mengambil 50ml sampel Mengambil 50ml sampel


Membuat kurva
dari keluaran kolom dari keluaran kolom
hubungan antara DHL,
anion, lalu di analisa kation, lalu di analisa
pH, dan total hardness
DHL, pH dan total DHL, pH dan total
terhadap waktu.
hardnessnya hardnessnya
b. Proses backwash

Melakukan proses
Melakukan backwash
backwash terhadap resin
Mengukur ketinggian secara terpisah antara
dengan ekspansi resin
resin kolom resin penukar
mencapai sekitar 50%
kation dan anion
dari ketinggian awal

Mengambil sampel dari


Mengatur debit air Mengalirkan air umpan
keluaran kalom kation
masuk dan lakukan yang sudah bebas
dan anion kemudian
backwashing selama 10 padatan melalui bagian
analisa nilai
menit bawah kolom
kekeruhannya.

c. Proses regenerasi

Menuangkan 5% HCl 10L


untuk resin kation kedalam
Regeneran dialirkan melalui
tangki regeneran kstion, dan Regenerasi dilakukan secara
bagian atas kolom menuju
menuangkan 5% NaOH 10L terpisah
ke bagian bawah kolom
untuk resin anion kedalam
tangki regeneran anion

Dilanjutkan dengan slow


rinse dan fast rinse Mengatur debit regeneran
menggunakan air bersih dan dilakukan selama 20
sampai pH bagian bawah menit
kolom netral

d. Penentuan kapasitas pertukaran resin

Memasukkan
resin sebanyak
Mencatat waktu
50 gram kedalam Mengambil
yang dibutuhkan
kolom dan sampel 10ml dari
Mencatat nilai sampai total
alirkan air umpan keluaran kolom
total hardness hardness
yang bersih dan analisa pH
pada air umpan mengalami
melalui bagian serta total
kenaikan (kondisi
atas kolom hardness
jenuh)
dengan debit
tertentu
e. Analisa total hardness

Mengambil 50ml Jika cairan menjadi


Menambahkan 2ml
sampel kedalam keruh, tambahkan 1ml
larutan buffer pH 10
tabung erlenmeyer larutan KCN 10%

Titrasi dengan larutan


Mencatat volume
EDTA 1/28N sampai Lalu menambahkan
EDTA yang diperlukan
cairan berubah warna 50mg indikator EBT
untuk titrasi
menjadi biru laut

f. Tahap uji kekeruhan terhadap hasil percobaan

Membilas tabung uji


kekeruhan dengan
sampel yang akan Memasukkan tabung Amati dan catat
diuji, lalu isi tabung kedalam chamber, pembacaan alat
dengan sampel hingga kemudian tutup turbidimeter dengan
leher tabung, tutup, chamber satuan NTU
dan lap dinding luar
tabung

3.3. Keselamatan Kerja


1. Air : pastikan kabel listrik tidak bersinggungan dengan percikana/ tumpahan air
2. HCl dan NaOH :
Bahaya : bila terkena kulit dapat menimbulkan luka bakar. Bila terkena mata
dapat menyebabkan iritasi mata dan kebutaan.
Keselamatan kerja : gunakan kacamata (goggles), masker, dan sarung tangan
IV. DATA PENGAMATAN
a. Proses pertukaran ion
 Umpan:
- Laju alir = 0,284 gpm/ft2
- Konsentrasi :
 DHL = 41,8 𝞵S/cm
 Total hardness =
 pH =6
 Kekeruhan = 2,29 NTU

Pertukaran kation

Effluent:

Tabel 1. Hubungan DHL, total hardness, dan pH terhadap waktu pertukaran kation

Total Hardness
Waktu (menit) DHL (𝞵S/cm) pH
(mg/l CaCO3)*
0 41,8 208,416 6
15 38,8 60,12 6
30 40,4 70,14 6
45 43,5 90,18 7
60 35,2 50,12 7

Pertukaran anion

Effluent:

Table 2. Hubungan DHL, dan pH terhadap waktu pada pertukaran anion

Waktu (menit) DHL (𝞵S/cm) pH


0 41,8 6
15 30,4 6
30 39,8 7
45 41,1 6
60 30,8 6

b. Proses backwash
 Umpan:
- Tinggi resin = 72 cm
- Laju alir :
 Kation = 5,61 gpm/ft2
 Anion = 5,75 gpm/ft2
- Kekeruhan = 1,79 NTU

Effluent backwash :
Table 3. Hubungan kekeruhan terhadap waktu pada proses backwash
Waktu Kekeruhan (NTU)
(menit) Resin kation Resin anion
5 1,79 1,79
10 2,09 1,99
15 1,80 1,85

c. Grafik data pengamatan

Hubungan DHL terhadap Waktu proses


Pertukaran Ion
50
45
40
35
DHL (𝞵S/cm)

30
25
20 Resin Kation
15 Resin Anion
10
5
0
0 10 20 30 40 50 60 70
Waktu (menit)

Grafik 1. Hubungan DHL terhadap waktu proses pertukaran ion


Hubungan pH terhadap Waktu proses Pertukaran
Ion
7.2
7
6.8
6.6
pH

6.4 Resin Kation


6.2 Resin Anion
6
5.8
0 10 20 30 40 50 60 70
Waktu (menit)

Grafik 2. Hubungan pH terhadap waktu proses pertukaran ion

Hubungan Kekeruhan terhadap Waktu proses


Backwash
2.2

2
Kekeruhan (NTU)

1.8

1.6
Resin Kation
1.4
Resin Anion
1.2

1
0 5 10 15 20
Waktu (menit)

Grafik 3. Hubungan kekeruhan terhadap waktu proses backwash


V. CARA PENGOLAHAN DATA
1. Perhitungan Total Hardness *:
EDTA 0.01 N equivalen dengan 400,8 g/L Ca
𝒈
𝒎𝒍 𝑬𝑫𝑻𝑨 𝑪𝒂𝑪𝒐𝟑
𝑳
Tot. Hardness = 𝒙 𝒆𝒒 𝑪𝒂 𝒙 𝒈
𝒎𝒍 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒍𝒆 𝑪𝒂
𝒍

 Volume titrasi = 5,2 ml


𝑔
5.2 𝑚𝑙 𝐸𝐷𝑇𝐴 100/2 𝐶𝑎𝐶𝑜3
𝐿
Tot. Hardness = 𝑥 400,8 𝑔/𝐿 𝐶𝑎 𝑥 𝑔
25 𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 40/2 𝐶𝑎
𝑙

= 208,416 mg/L CaCO3

 Volume titrasi = 1,9 ml


𝑔
1,2 𝑚𝑙 𝐸𝐷𝑇𝐴 100/2 𝐶𝑎𝐶𝑜3
𝐿
Tot. Hardness = 𝑥 400,8 𝑔/𝐿 𝐶𝑎 𝑥 𝑔
20 𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 40/2 𝐶𝑎
𝑙

= 60,12 mg/L CaCO3

 Volume titrasi = 1,75 ml


𝑔
1,75 𝑚𝑙 𝐸𝐷𝑇𝐴 100/2 𝐶𝑎𝐶𝑜3
𝐿
Tot. Hardness = 𝑥 400,8 𝑔/𝐿 𝐶𝑎 𝑥 𝑔
25 𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 40/2 𝐶𝑎
𝑙

= 70,14 mg/L CaCO3

 Volume titrasi = 2,25 ml


𝑔
2.25 𝑚𝑙 𝐸𝐷𝑇𝐴 100/2 𝐶𝑎𝐶𝑜3
𝐿
Tot. Hardness = 𝑥 400,8 𝑔/𝐿 𝐶𝑎 𝑥 𝑔
25 𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 40/2 𝐶𝑎
𝑙

= 90,18 mg/L CaCO3

 Volume titrasi = 1,25 ml


𝑔
1,25 𝑚𝑙 𝐸𝐷𝑇𝐴 100/2 𝐶𝑎𝐶𝑜3
𝐿
Tot. Hardness = 𝑥 400,8 𝑔/𝐿 𝐶𝑎 𝑥 𝑔
25 𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 40/2 𝐶𝑎
𝑙

= 50,12 mg/L CaCO3


2. Perhitungan Ekspansi pada Proses Backwash
 Pada kolom resin kation
𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑐𝑘𝑤𝑎𝑠ℎ − 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑛 𝑘𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛
𝑋 100%
𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑠𝑒𝑡𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑐𝑘𝑤𝑎𝑠ℎ
92−72
= 𝑋 100% = 21,73 %
92

 Pada kolom resin anion


𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑐𝑘𝑤𝑎𝑠ℎ − 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑛 𝑘𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛
𝑋 100%
𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑠𝑒𝑡𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑐𝑘𝑤𝑎𝑠ℎ
88−69
= 𝑋 100% = 21,6 %
88

3. Menghitung Kecepatan Superfisial pada Laju alir Proses Backwash


 Pada Resin Kation
47.3𝑚𝑙 0,001 𝐿 60 𝑠
V= 𝑥 𝑥 = 2,838 L/menit
𝑠 1 𝑚𝑙 1 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
2,838 𝐿 1 𝑔𝑝𝑚
V= 𝑥 𝐿 = 0,751 𝑔𝑝𝑚
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 3,78
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

𝑉 0,751 gpm
Q=𝐴= = 5,61 gpm/ft2
0,134 𝑓𝑡 2

 Pada Resin Anion


48,5 𝑚𝑙 0,001 𝐿 60 𝑠
V= 𝑥 𝑥 = 2,91 L/menit
𝑠 1 𝑚𝑙 1 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
2,91 𝐿 1 𝑔𝑝𝑚
V = 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑥 𝐿 = 0,77 𝑔𝑝𝑚
3,78
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

𝑉 0,77 gpm
Q = 𝐴 = 0,134 𝑓𝑡 2 = 5,75 gpm/ft2

4. Menghitung Kecepatan Superficial pada Laju alir Proses Pertukaran Ion


 Diameter kolom resin penukar ion : 12,6 cm
1 1
 Luas Penampang kolom (A) = 4 𝑥 𝜋 𝑥 𝑑 2 = 4 𝑥 𝜋 𝑥 12,62
1 𝑓𝑡 2
= 124,6 𝑐𝑚2 x 929,03 𝑐𝑚2

= 0.134 𝑓𝑡 2
2,4 𝑚𝑙 0,001 𝐿 60 𝑠
 V= 𝑥 𝑥 = 0,144 L/menit
𝑠 1 𝑚𝑙 1 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
0,144 𝐿 1 𝑔𝑝𝑚
V= 𝑥 𝐿 = 0,038 𝑔𝑝𝑚
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 3,78
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

𝑉 0,038 gpm
 Q=𝐴= 0,134 𝑓𝑡 2
= 0,284 gpm/ft2
VI. PEMBAHASAN
Air permukaan akan banyak mengandung logam terlarut seperti Fe2+, Ca2+, dan Mg2+.
Maka dari itu untuk digunakan sebagai air umpan boiler atau air proses harus dilakukan
pengolahan terlebih dahulu yaitu dengan menggunakan resin penukar ion. Resin penukar ion
akan berfungsi menukarkan ion yang tidak dikehendaki.
Air umpan yang digunakan adalah air permukaan dengan nilai kekeruhan 2,29 NTU
atau bisa dikatakan sebagai air tidak keruh. Air dikatakan keruh apabila air tersebut
mengandung banyak partikel bahan yang tersuspensi sehingga memberikan warna/rupa yang
berlumpur atau kotor dan mempunyai standar nilai kekeruhan 5-25 NTU.
Pada proses service pertukaran ion, air umpan masuk melalui bagian atas kolom resin
penukar kation dan dilanjutkan masuk kedalam kolom resin penukar anion. Di bagian atas
kolom resin penukar kation dan anion terdapat sambungan selang, sehingga menyebabkan
adanya air umpan yang masuk kedalam resin penukar anion tanpa melewati kolom resin
penukar kation terlebih dahulu, yang menyebabkan nilai DHL pada titik waktu tertentu
meningkat dan membuat sistem tidak stabil (nilai DHL naik-turun). Nilai DHL yang
seharusnya adalah terus menurun karena setelah melewati kolom penukar kation dan anion
diharapkan garam-garam sodium didalam air berikatan dengan resin dan menghasilkan H2O
dengan pH netral.
Air yang keluar dari resin penukar kation akan memiliki nilai pH yang asam
dikarenakan air yang telah masuk melewati resin penukar kation akan ditukar ionnya dengan
ion H+ , sehingga membentuk senyawa FMA (Free Mineral Acid) yang mempunyai nilai pH
dibawah 4. Sehingga dapat dikatakan apabila pH FMA sudah mendekati netral resin perlu di
regenerasi. Setelah melewati resin penukar kation, air masuk kedalam resin penukar anion yang
akan menukar ion OH- dengan senyawa FMA dari resin sebelumnya, sehingga menghasilkan
H2O yang mempunyai pH netral.
Hasil dari percobaan yang diolah adalah Total Hardness yang menunjukkan kesadahan
air. Penyebab air menjadi sadah adalah karena adanya ion-ion Ca2+, Mg2+, atau karena adanya
ion-ion logam bervalensi banyak seperti Fe, Mn, dan Zn. Penentuan Ca dan Mg dalam air sadah
dilakukan dengan titrasi EDTA (Ethylene Diamin Tetra Acetic). pH untuk titrasi adalah 10
dengan indicator EBT ( Eriochrom Black T). Dengan diketahuinya volume titrasi maka dapat
diketahui pula Total Hardnessnya. Penjumlahan akhir Total Hardness yang didapat adalah
478,976 mg/L sebagai CaCO3. Dimana hasil tersebut masih masuk dalam kesadahan
maksimum untuk air minum yang nilainya 500 mg/L sebagai CaCO3. Tetapi masuk
kedalam klasifikasi air sangat sadah karena berapa diatas >180 mg/L sebagai CaCO3.
Untuk proses backwash yang telah dilakukan, ekspansi terjadi hanya sekitar 20% saja
karena terbatasnya tinggi kolom resin yang tersedia. Tinggi resin awal untuk resin kation dan
anion adalah sekitar 72 cm dan setelah dilakukan backwash tinggi resin menjadi 92 cm untuk
resin penukar kation dan 88 cm untuk resin penukar anion. Untuk backwash dilakukan secara
terpisah yaitu resin penukar kation terlebih dahulu lalu resin penukar anion. Pelaksanaan
backwash dilakukan pada laju alir yang dikatakan sudah memadai yaitu 5 gpm/ft2, sehingga
resin tidak mengalami channeling dan unggun fouling. Proses backwash dikatakan cukup
apabila effluent backwash terlihat jernih dan resin mengembang smapai 50% atau tergantung
dari freeboard yang tersedia. Air sisa backwash dapat dialirkan ke unit pengolahan air bersih
atau clarifier.

KESIMPULAN
1. Nilai total hardness setelah memasuki kolom penukar ion mengalami penurunan
mulai dari 208,416 mg/L sebagai CaCO3 menjadi 50,12 mg/L sebagai CaCO3.
2. Laju alir untuk proses pertukaran ion adalah 0,284 gpm/ft2
3. Laju alir untuk proses backwash resin penukar kation adalah 5,61 gpm/ft2 dan
resin penukar anion adalah 5,75 gpm/ft2
4. Ekspansi hasil backwash resin penukar kation sebesar 21,73 % dan resin penukar
anion sebesar 21,6 %.
DAFTAR PUSTAKA

A.S.Gokhle, P.K; Mathor and K.S. VenkaTeswarhu. 1987. “Ion Exchange Resin for Water
Purification; Properties and Characteristion”. Water chemestry Division. Bhabha Atomic. Research
Centre. Bombay, India.

Ariyani, Dewi., dkk. 2013. “Analisa Kromatografi Penukar Ion”.


https://dokumen.tips/documents/makalah-resin-penukar-ion.html. Diakses pada 10 September 2019
pukul 20.00

Cahya, Kencana, Rizqi., dkk. 201. “Tugas Utilitas”.


https://www.academia.edu/23843580/ION_EXCHANGE. Diakses pada 10 September 2019 pukul
20.00

Diyah, Erlina, Lestari. 2006.”Kimia Air”. Diktat Penyegaran Operator dan Supervisor Reaktor. Pusbang
Teknologi Reaktor Riset.

Endang, Asijati W. 2004.“Ion Exchanger”. Diktat pada National Training Course on Water Chemistry of
Nuclear Reaktor Sistem. Departemen Kimia FMIPA. Universitas Indonesia.

Khopkar. 1990. “Konsep Dasar Kimia Analitik”. Jakarta: UI Press.

Anda mungkin juga menyukai