No. Absen : 16
Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah Swt. atas rahmat dan hidayah-Nya maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan bacaan buku Membaca Sebagai Suatu
Keterampilan Berbahasa. Penulisan laporan bacaan ini untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia.
Dalam penulisan laporan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-
pihak yang membantu dalam menyelesaikan laporan bacaan ini, khususnya kepada Bapak
Gumgum Gumilang, S.Pd selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Dalam penulisan laporan ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan, baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis.
Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis akan menerima kritikan dan saran yang
bersifat membangun. Akhir kata penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembaca sekalian. Terima kasih.
Penulis
BUKU NON FIKSI
Disusun oleh:
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas akhir Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Semester Genap
IDENTITAS BUKU
Dia sering mengukuti berbagai seminar dan lokakarya di dalam dan di luar negeri dalam
bidang kebahasaan antara lain Hasseit (Belgia, 1972), di Paris (Prancis 1973), di Hambrug-
Jerman (1981), di Tokyo Jepang (1983).
Anggota tim Evalator program Akta Mengajar V (Sejak Tahun 1981), anggota Tim
Penilai Karya-karya penelitian bahasa dan sastra Indonesia dan daerah yang di sponsori oleh
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Dapartemen Pendidikan dan Kebudayaan (sejak
tahun 1976).
Tinjauan Umum
A. Keterampilan Berbahasa
Keterampilan berbahasa (atau language arts, language skills) biasanya mencakup
empat segi, yaitu:
1. Keterampilan menyimak/mendengarkan.
2. Keterampilan berbicara.
3. Keterampilan membaca.
4. Keterampilan menulis.
2. Tujuan Membaca
Tujuan utama dalam membaca adalah untuk memperoleh informasi, mencakup isi,
memahami makna bacaan. Berikut ini, kita kemukakan beberapa yang penting:
a. Membaca untuk menentukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah
dilakukan oleh tokoh.
b. Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan
menarik.
c. Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian
cerita.
d. membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan
seperti cara mereka itu.
e. Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa.
f. membaca untuk menemukan apakah tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-
ukuran tertentu.
g. Membaca untuk menemukan bagaimana caranya tokoh berubah.
4. Aspek-aspek Membaca
Sebagai garis besarnya, terdapat dua aspek penting dalam membaca, yaitu:
a. Keterampilan yang bersifat mekanik, mencakup:
- Pengenalan bentuk huruf
- Pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem/grafem, kata, frase, pola klausa,
kalimat, dan lain-lain)
- Pengenalan hubungan/korespondensi pola ejaan dan bunyi.
- Kecepatan membaca ketaraf lambat.
b. Keterampilan yang bersifat pemahaman, mencakup:
- Memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal)
- memahami signifikansi atau makna.
- Evaluasi atau pemahaman (isi, bentuk)
- Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan.
(Broughton (et al) 1978 : 211)
Untuk keterampilan pemahaman, yang paling tepat adalah dengan membaca dalam
hati, yang dapat pula dibagi atas:
a. Membaca Ekstensif, mencakup:
1. membaca survei
2. membaca sekilas
3. membaca dangkal
b. Membaca Intensif, mencakup:
1. Membaca telaah isi, yang mencakup membaca teliti, membaca
pemahaman, membaca kritis, membaca ide.
2. Membaca telaah bahasa, yang mencakup membaca bahasa asing,
membaca sastra.
Membaca Nyaring
A. Pengertian
Membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi
guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk
menangkap serta memahami informasi, pikiran, dan perasaan seseorang pengarang.
Orang yang membaca nyaring haruslah mengerti makna serta perasaan yang
terkandung dalam bahan bacaan. Harus mempelajari keterampilan-keterampilan
penafsiran atas lambang-lambang tertulis sehingga penyusunan kata-kata serta penekanan
sesuai dengan ujaran pembicaraan yang hidup.
Membaca nyaring menuntut agar pembaca memiliki kecepatan mata yang tinggi
serta pandangan mata yang jauh. Pembaca juga harus dapat mengelompokan kata-kata
dengan baik dan tepat agar jelas maknanya bagi para pendengar.
Membaca nyaring adalah sebuah pendekatan yang dapat memuaskan memenuhi
berbagai ragam tujuan serta mengembangkan sejumlah keterampilan serta minat.
Membaca nyaring merupakan suatu keterampilan yang serba rumit, kompleks, dan
banyak seluk beluknya.
B. Membaca Ekstensif
Membaca ekstensif berarti mebaca secara luas. Objeknya meliputi sebanyak
mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin. Pengertian atau pemahaman yang
bertaraf relative rendah sudah memadai untuk ini, karena memang begitulah tuntutannya
dan juga karena bahan bacaan itu sendiri memang sudah banyak serta berlebih-lebihan,
seperti halnya dengan laporan-laporan surat kabar. Nama atau etiket itu menyatakan
bahwa orang-orang yang mempergunakannya tidaklah mengenai keterampilan-
keterampilan aktual yang berbelit-belit, yang rumit, tetapi dengan efek-efek yang
dihasilkan oleh pekerjaan keterampilan-keterampilan tersebut. Dengan kata lain suatu
keakraban yang begitu mantap, dengan isi bahan bacaan yang menjadi tujuan dan
tuntutan kegiatan membaca ekstensif adalah untuk memahami isi uang penting-penting
dengan cepat sehingga dengan demikian membaca secara efesien dapat terlaksana.
Membaca ekstensif ini meliputi pula:
1. Membaca survei.
Sebelum kita mulai membaca, kita mensurvei bahan bacaan yang akan dipelajari,
yang akan ditelaah, dengan jalan:
- Memeriksa, meneliti indeks-indeks, daftar kata-kata yang terdapat dalam buku-
buku
- Melihat-lihat, memeriksa, meneliti judul-judul bab yang terdapat dalam buku-
buku yang bersangkutan
- Memeriksa, meneliti bagan, skema, outline buku yang bersangkutan.
2. Membaca sekilas
Membaca sekilas adalah sejenis membaca yang membuat mata kita bergerak dengan
cepat melihat, memperhatikan bahan tulisan untuk mencari serta mendapatkan
informasi, penerangan.
Ada tiga tujuan utama dalam membaca sekilas ini, yaitu:
- untuk memperoleh suatu kesan umum dari suatu buku atau artikel, tulisan singkat.
- untuk menemukan hal tertentu dari suatu bahan bacaan.
- untuk menemukan/menempatkan bahan yang diperlukan dalam perpustakaan.
(Albert (et al) 1961a : 30)
C. Membaca Intensif
Membaca Intensif adalah studi seksama, telaah teliti, dan penanganan terperinci yang
dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira dua sampai
empat halaman setiap hari. Kuesioner, latihan pola-pola kalimat, latihan kosa kata, telaah
kata-kata, dikte, dan diskusi umum merupakan bagian dan teknik membaca intensif.
Yang termasuk ke dalam membaca intensif ini ialah:
1) Membaca telaah isi
2) Membaca telaah bahasa
Tujuan utama adalah untuk memperoleh sukses dalam pemahaman penuh terhadap
argumen-argumen yang logis, urutan-urutan retoris atau pola-pola teks, pola-pola
simbolisnya; nada-nada tambahan yang bersifat emonisional dan sosial, pola-pola sikap
dan tujuan sang pengarang, dan juga sarana-sarana linguistik yang dipergunakan untuk
mencapai tujuan.
Erat berhubungan dengan tingkat pemahaman ini adalah kecepatan membaca. Jelas
sekali terlihat bahwa kecepatna akan menurun kalau kedalaman serta keterperincian
pemahaman semakin bertambah, semakin menigkat, tetapi jangan pula kita lupakan
bahwa ada faktro-faktor yang lain yang turut campur tangan hal ini. Salah satu diantara
faktor-faktor tersebut adalah kejelasan teks bacaan itu sendiri. Faktor lain adalah
pengenalan pembaca terhadap isi bahan bacaan.
B. Membaca Teliti
Jenis membaca teliti ini menuntut suatu pemutaran atau pembalikan pendidikan yang
menyeluruh. Membaca teliti membutuhkan sejumlah keterampilan, antara lain:
- Survei yang cepat untuk memperhatikan/melihat organisasi dan pendekatan umum
- Membaca secara seksama dan membaca ulang paragraf-paragraf untuk menemukan
kalimat-kalimat judul dan perincian-perincian penting.
- Penemuan hubungan setiap paragraph dengan keseluruhan tulisan atau artikel.
3. Membuat catatan
Proses pembuatan catatan tersebut akan membantu kita dalam tiga hal penting, yaitu:
- Menolong kita untuk memahami apa yang kita baca atau kita dengar
- Membuat kita terus menerus mencari fakta-fakta dan ide-ide yang penting
- Membantu ingatan kita.
Catatan-catatan dapat dibuat berdasarkan bacaan kita dan dapat juga dilakukan di
dalam kelas waktu guru mengajarkan suatu mata pelajaran.
4. Dalam Kelas
Ada pula saatnya guru kita ingin menyampaikan informasi melebihi bahan-bahan yang
tertera didalam buku pegangan dan mempergunakan pendekatan kuliah.
5. Menelaah Tugas
Agar para siswa dapat menyelesaikan serta menelaah tugas itu dengan baik, mereka
sebaiknya telah dibiasakan dengan studi SQ3R, yaitu:
- Survey (Peneletian pendahuluan)
- Question (Tanya), membaca untuk menjawab sejumlah pertanyaan.
- Read (Baca)
- Recite (Ceritakanlah kembali dengan kata-kata sendiri)
- Review (Tinjauan Kembali)
C. Membaca Pemahaman
Membaca pemahaman yang dimaksud disini adalah sejenis membaca yang bertujuan
untuk memahami:
1. Standar Kesastraan
Kesusastraan dapat di klasifikasikan dalam berbagai cara, antara lain sebagai berikut:
- Puisi atau Prosa
- Fakta atau Fiksi
- Klasik atau Modern
- Subjektif atau Objektif
- Eksposisi atau normatif
2. Resensi Kritis
Agar tetap mendapat informasi mengenai apa yang dipikirkan serta dituliskan oleh
orang-orang besar dalam kehidupan, seseorang dapat membaca resensi-resensi kritis
mengenai fiksi maupun yang non fiksi.
Membaca resensi-resensi yang kritis akan turut membantu kita untuk mempelajari
secara cepat standar-standar karya sastra yang bermutu tinggi.
3. Drama Tulis
Ada dua cara untuk menikmati sandiwara/drama. Yang pertama adalah pada
tingkatan aksi primitif, dalam hal ini penonton atau pemirsa bergetar karena
ketegangan, kekejaman, sehingga menimbulkan keinginan besar untuk melihat betapa
caranya hal itu dikeluarkan, diperankan. Yang kedua adalah tingkatan individual uang
bersifat interpretatif, dalam hal ini pembaca dapat menarik kesimpulan, menvisualkan
tokoh-tokoh, memproyeksikanakibat-akibat, serta mengadakan interpretasi-interpretasi
ketika dia membaca, membawa kesempurnaan pengalamannya sendiri pada bacaan
itu.
Sikap kritis yang logis terhadap drama, yang antara lain mengerti akan:
a. Prinsip-prinsip kritik drama
b. Unsur-unsur drama
c. Jenis-jenis drama
4. Pola-pola Fiksi
a. Pengertian Fiksi
Fiksi merupakan penyajian atau presentasi cara seorang pengarang memandang
hidup ini. Dengan singkat, Fiksi adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk
membedakan uraian yang tidak bersifat historis dari uraian yang bersifat historis,
dengan penunjukan khusus atau penekanan khusus pada segi sastranya. (Brooks,
Purset and Warren, 1952 : 9)
b. Fiksi dan Nonfiksi
Perbedaan utama antara fiksi dan nonfiksi terletak pada tujuan. Maksud dan tujuan
dari cerita atau narasi yang nonfiksi, seperti sejarah, biografi, cerita berita, dan
cerita perjalanan, adalah menciptakan kembali apa-apa yang telah terjadi secara
aktual.
c. Unsur-unsur Fiksi
Khusus bagi suatu cerita pendek yang lengkap, maka unsur-unsur di bawah ini
harus dimiliki:
- Tema
- Plot, perangkap atau konflik dramatik
- Pelukisan watak
- Ketegangan dan pembayangan
- Kesegaran dan suasana
- Point of view
- Fokus terbatas dan kesatuan
d. Jenis-jenis Fiksi
1) Berdasarkan bentuk
- Novel
- Short strory (Cerita pendek)
- Short short story (Cerita singkat)
- Vignette (cerita sangat singkat)
2) Berdasarkan Isi
- Impresionisme
- Romantik
- Realisme
- Sosialis-realisme
- Realisme sebenarnya
- Naturalisme
- Ekspresionisme
- Simbolisme
3) Berdasarkan Kritik Sastra
- Novel yang menuntut kritik sastra serius: Novel-novel yang baik, Novel-
novel yang mungkin saja baik
- Novel-novel yang berada di bawah taraf kritik sastra yang serius
e. Pernyataan-pernyataan Pembimbing Meresensi Fiksi
Pernyataan-pernyataan pembimbing yang dimaksudkan itu, antara lain mengenai:
- Tema
- Point of view
- Tokoh
- Plot
- Bahasa
D. Membaca Kritis
Membaca kritis adalah sejenis membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh
tegangan hati, mendalam, evaluatif, serta analitis, dan bukan hanya mencari kesalahan.
Pada umumnya, membaca kritis menuntut para pembaca agar:
a. Memahami maksud penulis
b. Memahami organisasi dasar tulisan
c. dapat menilai penyajian penulis/pengarang
d. dapat menerapkan prinsip-prinsip kritis pada bacaan sehari-hari
e. Meningkatkan minat baca, kemampuan baca, dan berpikir kritis
f. mengetahui prinsip-prinsip pemilihan bahan bacaan
g. membaca majalah atau publikasi-publikasi periodik yang serius
E. Membaca Ide
Membaca ide adalah sejenis kegiatan membaca yang ingin mencari, memperoleh, serta
memanfaatkan ide-ide yang terdapat pada bacaan.
Berikut ini akan diperbincangkan apa yang disebut pembaca yang baik
1) Pembaca baik tahu mengapa dia membaca, yaitu ada dua maksud umum: mencari
informasi, menikmati bacaan
2) Pembaca yang baik memahami apa yang dibacanya
3) Pembaca yang baik harus menguasai kecepatan membaca
4) Pembaca yang baik harus mengenal media cetak
BAB V
A. Pendahuluan
Bacaan terdiri isi dan bahasa. Isi dianggap sebagai yag bersifat rohaniah, sedangkan
bahasa sebagai yang bersifat jasmaniah. Keserasian antara isi dan bahasa suatu bahan
bacaan mencerminkan keindahan serta kemanunggalannya. Membaca telaah bahasa
mencakup pula:
1. Membaca bahasa
2. Membaca sastra
Berikut ini akan dibahas satu persatu.
B. Membaca Bahasa
Tujuan utama pada membaca bahasa ini adalah:
a. Memperbesar daya kata
b. Mengembangkan kosa kata
Setiap orang mempunyai dua jenis umum daya kata. Yang satu dipergunakan dalam
berbicara dan menulis. Ini merupakan daya memilih serta mempergunakan kata-kata yang
mengekspresikan makna secara jelas dan tepat. Yang satu lagi adalah daya kata
dipergunakan dalam mebaca dan menyimak. Ini adalah daya untuk menghadapi serta
menggarap kata-kata baru dan yang belum lazim, memperoleh makna cukup dari kata-
kata tersebut, sehingga bagian tempatnya muncul itu dapat dimengerti, masuk akal.
C. Membaca Sastra
Keindahan suatu karya sastra tercermin dari keserasian, keharmonisan antara
keindahan bentuk dan keindahan isi. Untuk itu diperlukan norma-norma, antara lain
norma-norma estetika, sastra, dan moral.
1. Bahasa Ilmiah dan Bahasa Sastra
Memperbincangkan perbedaan penggunaan bahasa dalam karya ilmiah dan karya
sastra, kita pada dasarnya memperbincangkan masalah konotasi dan denotasi dalam
kegiatan menulis. Setiap tulisan yang ingin serta berusaha agar menarik hati serta
meyakinkan harus mempergunakan konotasi-konotasi. Kesimpilannya: Bahasa ilmiah
pada umumnya bersifat denotatif, dan bahasa sastra pada umumnya bersifat konotatif.
2. Gaya Bahasa
a. Perbandingan
Gaya bahasa metafora, kesamaan, dan analogi sama-sama membuat komparasi
atau perbandingan, tetapi dengan cara-cara yang berbeda.
1) Metafora adalah sejenis gaya bahasa perbandingan yang paling singkat, padat,
tersusun rapi.
2) Kesamaan berbeda dengan metafora. Kalau metafora menyatakan secara tidak
langsung adanya kesamaan antara dua hal, gaya bahasa kesamaan atau
persamaan menyatakan serta menegaskan bahwa yang satu sama dengan yang
lain, biasanya mempergunakan kata-kata seperti atau sebagai dan sejenisnya.
3) Analogi, biasanya melihat beberapa titik persamaan, bukan hanya satu saja.
Analogi yang sugestif acapkali menekankan suatu ide.
b. Hubungan
Sinekdok dan metonimia termasuk gaya bahasa hubungan, kedua-duanya
menggunakan nama sesuatu dengan yang lainnya yang ada hubungannya.
1) Sinekdok, memberi nama suatu bagian apabila yang dimaksud adalah
keseluruhan, atau sebaliknya keseluruhan pengganti sebagia.
2) Metonimia adalah pengunaan suatu kata bagi yang lainnya yang dimaksud
materi bagi objek yang terbuat dari padanya, pencipta atau sumber sesuatu,
sesuatu kata yang ada hubungannya yang erat dengan objek. Metonimia, suatu
gaya bahasa umum menggambarkan salah satu cara perubahan makna kata.
c. Pernyataan
Dari segi tarafnya, pernyataan ini terbagi atas tiga jenis, yaitu:
1) Hiperbola adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang
berlebih-lebihan, yang dilebih-lebihkan, denagan maksud memberi penekanan
pada suatu pernyataan atau situasi, untuk memperhebat, meningkatkan kesan
dan pengaruhnya.
2) Litotes kebalikan dari hiperbola, adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung
pernyataan yang dikecil-kecilkan, dikurangi dari kenyataan yang sebenarnya.
3) Ironi adalah sejenis gaya bahasa yang mengimplikasi sesuatu yang nyata
berbeda, bahkan ada kalanya bertentanan dari apa yang sebenarnya dikatakan
itu.