Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN BUKU NONFIKSI

Nama : Elsa Nur Azzizah

Kelas : XII MIPA 5

No. Absen : 16

SMA NEGERI 2 KUNINGAN


Jalan Arujikartawinata No 16 Kuningan
Kata Pengantar

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah Swt. atas rahmat dan hidayah-Nya maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan bacaan buku Membaca Sebagai Suatu
Keterampilan Berbahasa. Penulisan laporan bacaan ini untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia.

Dalam penulisan laporan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-
pihak yang membantu dalam menyelesaikan laporan bacaan ini, khususnya kepada Bapak
Gumgum Gumilang, S.Pd selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Dalam penulisan laporan ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan, baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis.
Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis akan menerima kritikan dan saran yang
bersifat membangun. Akhir kata penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembaca sekalian. Terima kasih.

Kuningan, Maret 2016

Penulis
BUKU NON FIKSI

Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa


Oleh : Prof. DR. Henry Guntur Tarigan

Disusun oleh:

Elsa Nur Azzizah

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas akhir Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Semester Genap

IDENTITAS BUKU

Judul : Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa

Pengarang : Prof. DR. Henry Guntur Tarigan

Penerbit : Angkasa Bandung

Tahun terbit : 2015

Cetakan : Cetakan Pertama

Kota terbit : Bandung

Tebal buku : 149 halaman

Haraga buku : Rp. 25.000,00.-


KEPENGARANGAN

Henry Guntur Tarigan, dilahirkan pada tanggal 23 September 1933 di Linggajulu,


Kabanjahe, Sumatera Utara. Menyelesaikan pendidikan pada Fakultas Keguruan dan ilmu
pendidikan Universitas Padjadjaran Bandung(1962). Mengikuti Study Pascasarjana Linguistik
di Rijkuniversitiet Leiden Nederland (1971-1973): meraih gelar Doktor dalam bidang
Linguistik pada Fakultas Sastra Universitas Indonesia (1975) dengan disertasi berjudul
Morfologi Bahasa Simalungun. Sampai saat ini menjadi pengajar di FPBIS IKIP Bandung
dengan pangkat/jabatan terakhir Pembina Utama Muda/Lektor Kepala Golongan IV/c;
Fakultas Pascasarjana IKIP Bandung dan STIALAN RI Bandung.

Dia sering mengukuti berbagai seminar dan lokakarya di dalam dan di luar negeri dalam
bidang kebahasaan antara lain Hasseit (Belgia, 1972), di Paris (Prancis 1973), di Hambrug-
Jerman (1981), di Tokyo Jepang (1983).

Anggota tim Evalator program Akta Mengajar V (Sejak Tahun 1981), anggota Tim
Penilai Karya-karya penelitian bahasa dan sastra Indonesia dan daerah yang di sponsori oleh
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Dapartemen Pendidikan dan Kebudayaan (sejak
tahun 1976).

Karya-karyanya antara lain: Struktur Sosial Masyarakat Simalungun, Morfologi Bahasa


Simalungun, Prinsip-prinsip Dasar Puisi, Prinsip-prinsip Dasar Fiksi, Prinsip-prinsip Dasar
Drama, Prinsip-prinsip Dasar Kritik Sastra, Pengantar Sintaksis, Bahasa Karo, Sastra Lisan
Karo, Percikan Budaya Karo, Psikolinguistik, Tata Bahasa Tagmemik, Linguistik Konstratif,
Menyimak (Sebagai suatu keterampilan berbahasa), Berbicara (Sebagai suatu keterampilan
berbahasa), Membaca (Sebagai suatu keterampilan berbahasa), Menulis (Sebagai suatu
keterampilan berbahasa),dan Tatarucingan Sunda.
BAB I

Tinjauan Umum
A. Keterampilan Berbahasa
Keterampilan berbahasa (atau language arts, language skills) biasanya mencakup
empat segi, yaitu:
1. Keterampilan menyimak/mendengarkan.
2. Keterampilan berbicara.
3. Keterampilan membaca.
4. Keterampilan menulis.

Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum memasuki sekolah, sedangkan


membaca dan menulis dipelajari di sekolah. Keempat keterampilan tersebut pada
dasarnya merupakan satu kesatuan (Dawson, (et al) 1963 : 27).

1. Hubungan antara Berbicara dan Menyimak


a. Ujaran biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru (imitasi).
b. Meningkatkan keterampilan menyimak berarti membantu meningkatkan kualitas
berbicara seseorang.
c. Bunyi atau suara merupakan suatu faktor penting dalam peningkatan cara
pemakaian kata-kata anak.
2. Hubungan antara Menyimak dan Membaca
a. Menyimak merupakan cara atau mode utama bagi pelajaran lisan.
b. Kosa kata atau pembendaharaan kata menyimak yang sangat terbatas mempunyai
kaitan dengan kesukaran-kesukaran dalam membaca secara baik.
c. Pembeda-bedaan atau diskriminasi pendengaran yang jelek acapkali dihubungkan
dengan membaca yang tidak efektif dan mungkin merupakan suatu faktor
pendukung faktor tambahan dalam ketidakmampuan membaca.
3. Hubungan antara Berbicara dan Membaca
a. Performasi atau penampilan membaca berbeda sekali dengan kecakapan bahasa
lisan.
b. kosa kata khusus mengenai bahan bacaan haruslah diajarkan secara langsung.
4. Hubungan antara Ekspresi Lisan dan Ekspresi Tulis
Komunikasi lisan dan komunikasi tulis erat sekali berhubungan karena keduanya
mempunyai banyak persamaan, antara lain:
a. Seorang anak belajar berbicara jauh sebelum dia dapat menulis dan kosa kata,
pola-pola kalimat, serta organisasi ide-ide yang memberi ciri kepada ujarannya
merupakan dasar bagi ekspresi tulis berikutnya.
b. Seorang anak yang telah dapat menulis dengan lancar biasanya dapat pula
menuliskan pengalaman-pengalaman pertamanya secara tepat tanpa diskusi lisan
pendahuluan, tetapi dia masih perlu membicarakan ide-ide yang rumit yang dia
peroleh dari tangan kedua.
B. Membaca
1. Pengertian Batasan Membaca
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca
untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-
kata/bahasa tulis.
Dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan
pembacaan sandi, berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan
peyangdian. Membaca dapat pula diartikan sebagai suatu metode yang kita
pergunakan untuk berkomunikasi dengan diri kita sendiri dan kadang-kadang dengan
orang lain.
Secara singkat reading adalah bringing meaning to and getting meaning from
printed or written material, memetik serta memahami arti atau makna yang
terkandung di dalam bahan tertulis (Finochiaro and Bonomo 1973 : 119).

2. Tujuan Membaca
Tujuan utama dalam membaca adalah untuk memperoleh informasi, mencakup isi,
memahami makna bacaan. Berikut ini, kita kemukakan beberapa yang penting:
a. Membaca untuk menentukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah
dilakukan oleh tokoh.
b. Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan
menarik.
c. Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian
cerita.
d. membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan
seperti cara mereka itu.
e. Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa.
f. membaca untuk menemukan apakah tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-
ukuran tertentu.
g. Membaca untuk menemukan bagaimana caranya tokoh berubah.

3. Membaca sebagai Suatu Keterampilan


Keterampilan membaca mencakup tiga komponen, yaitu:
a. Pengenalan terhadap aksara serta tanda-tanda baca.
b. Kolerasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik yang
formal.
c. Hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna atau meaning (Broughton (et
al) 1978 : 90)

4. Aspek-aspek Membaca
Sebagai garis besarnya, terdapat dua aspek penting dalam membaca, yaitu:
a. Keterampilan yang bersifat mekanik, mencakup:
- Pengenalan bentuk huruf
- Pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem/grafem, kata, frase, pola klausa,
kalimat, dan lain-lain)
- Pengenalan hubungan/korespondensi pola ejaan dan bunyi.
- Kecepatan membaca ketaraf lambat.
b. Keterampilan yang bersifat pemahaman, mencakup:
- Memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal)
- memahami signifikansi atau makna.
- Evaluasi atau pemahaman (isi, bentuk)
- Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan.
(Broughton (et al) 1978 : 211)
Untuk keterampilan pemahaman, yang paling tepat adalah dengan membaca dalam
hati, yang dapat pula dibagi atas:
a. Membaca Ekstensif, mencakup:
1. membaca survei
2. membaca sekilas
3. membaca dangkal
b. Membaca Intensif, mencakup:
1. Membaca telaah isi, yang mencakup membaca teliti, membaca
pemahaman, membaca kritis, membaca ide.
2. Membaca telaah bahasa, yang mencakup membaca bahasa asing,
membaca sastra.

5. Mengembangkan Keterampilan Membaca


Singkatnya dalam mengembangkan serta meningkatkan keterampilan membaca
para pelajar, guru mempunyai tanggung jawab berat, paling sedikit meliputi enam hal
utama yaitu:
a. Memperluas pengalaman para pelajar sehingga mereka akan memahami keadaan
dan seluk-beluk kebudayaan.
b. Mengajarkan bunyi-bunyi (bahasa) makna-makna kata-kata baru.
c. Mengajarkan hubungan bunyi bahasa dan lambang atau symbol.
d. Membantu para pelajar memahami struktur-struktur.
e. Mengajarkan keterampilan-keterampilan pemahaman.
f. Membantu para pelajar untuk meningkatkan kecepatan dalam membaca.

6. Tahap-tahap Perkembangan Membaca


a. Tahap I
Dalam tahap ini, para pelajar haruslah bimbingan untuk mengembangkan atau
meningkatkan reponsi-reponsi visual yang otomatis terhadap gambaran-
gambaran huruf yang akan mereka lihat pada halaman cetakan.
b. Tahap II
Guru atau kelompok guru bahasa asing pada sekolah yang bersangkutan
menyususn kata-kata serta struktur-struktur yang telah diketahui tersebut menjadi
bahan dialog atau paragraph yang beraneka ragam, para pelajar dibimbing serta
dibantu dalam membaca bahan yang baru disusun yang mengandung unsur-unsur
yang sudah biasa bagi mereka.
c. Tahap III
Para Pelajar mulai membaca bahan yang berisi sejumlah kata dan struktur yang
masih asing atau belum biasa bagi mereka. Suatu komite guru-guru dapat
menulis atau menyediakan bahan yang dimaksud, atau menyusun teks-teks
dengan kosa kata dan struktur yang bertaraf rendah tetapi berdaya tarik yang
bertaraf tinggi selaras dengan usia para pelajar.
d. Tahap IV
Beberapa spesialis dalam bidang membaca menganjurkan penggunaan teks-teks
sastra yang telah disederhanakan atau majalah-majalah sebagai bahan bacaan
pada tahap ini. Tetapi terdapat pula sejumlah ahli yang menolak anjuran tersebut
dengan alasan bahwa bahan serupa itu tidak lagi mencerminkan gaya bahasa atau
semangat serta jiwa pengarang.
e. Tahap V
Bahan bacaan tidak dibatasi. Seluruh dunia buku terbuka bagi para pelajar.
BAB II

Membaca Nyaring
A. Pengertian
Membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi
guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk
menangkap serta memahami informasi, pikiran, dan perasaan seseorang pengarang.
Orang yang membaca nyaring haruslah mengerti makna serta perasaan yang
terkandung dalam bahan bacaan. Harus mempelajari keterampilan-keterampilan
penafsiran atas lambang-lambang tertulis sehingga penyusunan kata-kata serta penekanan
sesuai dengan ujaran pembicaraan yang hidup.
Membaca nyaring menuntut agar pembaca memiliki kecepatan mata yang tinggi
serta pandangan mata yang jauh. Pembaca juga harus dapat mengelompokan kata-kata
dengan baik dan tepat agar jelas maknanya bagi para pendengar.
Membaca nyaring adalah sebuah pendekatan yang dapat memuaskan memenuhi
berbagai ragam tujuan serta mengembangkan sejumlah keterampilan serta minat.
Membaca nyaring merupakan suatu keterampilan yang serba rumit, kompleks, dan
banyak seluk beluknya.

B. Keterampila-keterampilan yang Dituntut dalam Mambaca Nyaring


Pembicaraan terdahulu mengemukakan bahwa membaca nyaring merupakan suatu
ativitas yang menuntut aneka ragam keterampilan. Berikut ini sejumlah keterampilan
yang dituntut dalam membaca nyaring pada setiap kelas sekolah dasar.
1. Kelas 1
a. Mempergunakan ucapan yang tepat
b. Mempergunakan frase yang tepat (bukan kata demi kata)
c. Mempergunakan intonasi suara yang wajar agar makna mudah dipahami
d. Memiliki perawakan dan sikap yang baik serta merawat buku dengan baik
e. Menguasai tanda-tanda baca sederhana
2. Kelas II
a. Membaca dengan terang dan jelas
b. Membaca dengan penuh perasaan, ekspresi
c. Membaca tanpa tertegun-tegun, tanpa terbata-bata
3. Kelas III
a. Membaca dengan penuh perasaan, ekspresi
b. Mengerti serta memahami bahan bacaan.
4. Kelas IV
a. Memahami bahan bacaan tingkat dasar
b. Kecepatanmata dan suara : 3 patah kata dalam satu detik.
5. Kelas V
a. Membaca dengan pemahaman dan perasaan
b. Aneka kecepatan membaca nyaring bergantung pada bahan bacaan
c. Dapat membaca tanpa terus-menerus melihat pada bahan bacaan.
6. Kelas VI
a. Membaca nyaring dengan penuh perasaan dan ekspresi
b. Membaca dengan penuh kepercayaan (pada diri sendiri) dan mempergunakan frase
atau suasana kata yang tepat.
(Barbe and Abbott 1975 : 156-167; Dawson (et al) 1963 : 216).

C. Peningkatan Keterampilan Membaca Nyaring


Seorang pembaca nyaring yang baik biasanya berhasrat sekali menyampaikan sesuatu
yang penting kepada para pendengarnya. Agar dapat membaca nyaring dengan baik, sang
pembaca haruslah menguasai keterampilan-keterampilan persepsi (penglihatan dan daya
tanggap) sehingga dia mengenal/memahami kata-kata dengan cepat dan tepat.
Untuk membantu para pendengar menangkap serta memahami maksud pengarang,
pembaca biasanya mempergunakan berbagai cara, antara lain:
a. Dia menyoroti ide-ide dengan mempergunakan penekanan yang jelas
b. Dia menjelaskan perubahan satu ide ke ide lainnya
c. Dia mempergunakan kesatuan-kesatuan kata-kata yang tepat dan baik
d. Menghubungkan ide-ide yang bertautan dengan jalan menjaga suaranya agar tinggi
sampai akhir dan tujuan tercapai
e. Menjelaskan klimaks-klimaks dengan gaya dan daya ekspresi yang baik dan tepat.

Keterampilan-ketarampilan membaca nyaring akan berkembang secara wajar, secara


ilmiah dalam membaca drama.
BAB III

Membaca Dalam Hati


A. Pengantar
Tujuan utama membaca dalam hati adalah untuk memperoleh informasi. Setelah
meninggalkan bangku sekolah, mayoritas pelajar akan sedikit sekali membaca bersuara,
membaca nyaring, tetapi membaca dalam hati. Walaupun para ahli berbeda pendapat
mengenai jangka/jumlah waktu yang akan dipergunakan untuk membaca dalam hati di
sekolah, namun semua sependapat bahwa lebih banyak waktu harus diberikan untuk itu
bila para pelajar meningkat dari kelas rendah ke kelas yang lebih tinggi.
Latihan membaca dalam hati haruslah dimulai semenjak anak-anak sudah dapat
membaca sendiri. Harus disadari bahwa keterampilan membaca dalam hati merupakan
kunci bagi semua ilmu pengetahuan. Bila seseorang dapat membentuk konsep-konsep
serta sikap-sikap pribadi, hal itu berarti dia telah memperluas kesatuan-kesatuan
pikirannya serta memperoleh dasar pendapat, keputusannya. Dia akan menguasai cerita-
cerita dan uraian-uraian sebagai suatu keseluruhan yang dalam kegiatan membaca
nyaring kini hanya dapat memahami fragmen-fragmen yang lepas-lepas saja. Pada
membaca dalam hati ini, anak mencapai kecepatan dalam pemahaman frase-frase,
memperkaya kosa katanya, dan memperoleh keuntungan dalam hal keakraban dengan
sastra yang baik. Dibanding membaca nyaring, membaca dalam hati ini jauh lebih
ekonomis, dapat dilakukan disegala tempat.
Membaca secara perorangan menurut selera masing-masing disebut personalized
reading. Kenyataan ini menuntut peningkatan pengajaran cara membaca serupa ini di
sekolah-sekolah. Pengajaran membaca perorangan atau peralized reading instruction
merupakan suatu falsafah pengajaram, merupakan suatu pendekatan terhadap organisasi
kelas.
Dalam garis besarnya membaca dalam hati dapat dibagi atas:
a. Membaca ekstensif
b. Membaca Intensif

Berikut ini akan dibicarakan satu persatu secara terperinci

B. Membaca Ekstensif
Membaca ekstensif berarti mebaca secara luas. Objeknya meliputi sebanyak
mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin. Pengertian atau pemahaman yang
bertaraf relative rendah sudah memadai untuk ini, karena memang begitulah tuntutannya
dan juga karena bahan bacaan itu sendiri memang sudah banyak serta berlebih-lebihan,
seperti halnya dengan laporan-laporan surat kabar. Nama atau etiket itu menyatakan
bahwa orang-orang yang mempergunakannya tidaklah mengenai keterampilan-
keterampilan aktual yang berbelit-belit, yang rumit, tetapi dengan efek-efek yang
dihasilkan oleh pekerjaan keterampilan-keterampilan tersebut. Dengan kata lain suatu
keakraban yang begitu mantap, dengan isi bahan bacaan yang menjadi tujuan dan
tuntutan kegiatan membaca ekstensif adalah untuk memahami isi uang penting-penting
dengan cepat sehingga dengan demikian membaca secara efesien dapat terlaksana.
Membaca ekstensif ini meliputi pula:
1. Membaca survei.
Sebelum kita mulai membaca, kita mensurvei bahan bacaan yang akan dipelajari,
yang akan ditelaah, dengan jalan:
- Memeriksa, meneliti indeks-indeks, daftar kata-kata yang terdapat dalam buku-
buku
- Melihat-lihat, memeriksa, meneliti judul-judul bab yang terdapat dalam buku-
buku yang bersangkutan
- Memeriksa, meneliti bagan, skema, outline buku yang bersangkutan.
2. Membaca sekilas
Membaca sekilas adalah sejenis membaca yang membuat mata kita bergerak dengan
cepat melihat, memperhatikan bahan tulisan untuk mencari serta mendapatkan
informasi, penerangan.
Ada tiga tujuan utama dalam membaca sekilas ini, yaitu:
- untuk memperoleh suatu kesan umum dari suatu buku atau artikel, tulisan singkat.
- untuk menemukan hal tertentu dari suatu bahan bacaan.
- untuk menemukan/menempatkan bahan yang diperlukan dalam perpustakaan.
(Albert (et al) 1961a : 30)

Berikut ini kita perbincangkan satu-persatu secara selayang pandang.


1) Memperoleh kesan umum
Bila kita ingin memperoleh suatu kesan umum dari sesuatu buku nonfiksi
(sejarah, biografi, ilmu pengetahuan, seni dan sebagainya) dengan cepat, kita
dapat melakukannya dengan jalan meneliti halaman judul, kata pengantar, daftar
isi, dan indeks. Dengan cara ini, kita dapat mempelajari sifat hakikat dan
jangkauan buku tersebut, susunan atau organisasinya, dan sikap umum penulis
serta pendekatannya terhadap bahan atau subjek pembicaraan.
Kita dapat meperoleh kesan umum dari suatu novel dengan jalan mengadakan
pandangan sekilas serta menaruh perhatian tertentu pada bagian tertentu sambil
jalan. Kalau kita tertarik hanya pda plot atau sifat umum novel tersebut, kita
memperoleh suatu ide yang baik dari/mengenai buku tersebut dalam tempo
setengah jam atau kurang.
Kita dapat membaca sekilas suatu artikel dalam majalah atau rencana dalam
surat kabar dengan cara berikut. Bacalah pertama sekali paragraf awal dan
paragraf akhir. Kedua paragraf ini biasanya menyatakan kepada kita pokok
masalah artikel tersebut dan sikap serta pandangan umum penulis terhadap pokok
masalah. Sesudah itu, telitilah secara sekilas pilihan tersebut untuk mencari
kalimat-kalimat judul serta petunjuk-petunjuk lainnya mengenai hal-hal penting
yang diperbicangkan itu.
2) Menemukan hal tertentu
Kita acapkali membaca sekilas untuk mendapatkan fakta atau hal tertentu.
Orang yang teliti hampir terus menerus membaca sekilas dalam kehidupan sehari-
hari. Petunjuk-petunjuk berikut ini akan dapat menolong kita dalam usaha
mendapatkan informasi yang tepat dengan cepat.
- Tentukan dengan jelas hal atau fakta apa yang hendak dicari atau sediakan
pertanyaan yang akan dijawab.
- Siapkan/ingat kata atau kata-kata yang paling tepat dipakai untuk menunjuk
hal tersebut.
- Bila kita mencari informasi dalam suatu buku, baiklah kita melihat apakah
kata atau detail tersebut tercantum dalam indeks. Kalau tidak ada, carilah di
bawah subjek yang lebih luas yang mungkin mencakup bahan/subjek tersebut.
- Liriklah setiap halaman dengan cepat hanya untuk mencari kata detail yang
diinginkan.
3) Menemukan bahan dalam perpustakaan
Dalam pencarian bahan yang diperlukan di perputakaan, kita pun membaca
sekilas kartu katalog untuk mendapatkan buku-buku yang sesuai. Bila kita sudah
menemukan sebuah buku yang mungkin berguna, selanjutnya lihatlah daftar isi
dan daftar kata-kata untuk menemukan apakah buku tersebut memuat hal-hal yang
kita kehendaki. Kalau kita telah mendapatkan suatu majalah yang kira-kira
memberi harapan, liriklah halaman demi halaman dengan cepat mencari bahan
yang ada sangkut pautnya dengan pokok atau topik pembicaraan kita. Apabila kita
telah menemui apa yang kita ingini dengan membaca sekilas, ubahlah cara
membaca kita. Bacalah bahan itu dengan teliti, catatlah hal-hal yang penting serta
fakta-fakta penunjang.
3. Membaca dangkal
Membaca dangkal pada hakikatnya bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang
dangkal yang bersifat larutan, yang tidak mendalam dari suatu bahan bacaan.
Membaca dangkal ini biasanya dilakukan bila kita membaca demi kesenangan,
membaca bacaan ringan yang mendatangkan kebahagian di waktu senggang.

C. Membaca Intensif
Membaca Intensif adalah studi seksama, telaah teliti, dan penanganan terperinci yang
dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira dua sampai
empat halaman setiap hari. Kuesioner, latihan pola-pola kalimat, latihan kosa kata, telaah
kata-kata, dikte, dan diskusi umum merupakan bagian dan teknik membaca intensif.
Yang termasuk ke dalam membaca intensif ini ialah:
1) Membaca telaah isi
2) Membaca telaah bahasa

Istilah membaca intensif menyatakan bahwa bukanlah hakikatnya keterampilan-


keterampilan yang terlihat yang paling diutamakan atau yang paling menarik perhatian
kita, tetapi hasil-hasilnya: dalam hal ini suatu pengertian, suatu pemahaman yang
mendalam serta terperinci terhadaptanda-tanda hitam atau aksara di atas kertas. Membaca
Intensif pada hakikatnya memerlukan teks yang panjang tidak lebih dari 500 kata (yang
dapat dibaca dalam jangka waktu 2 menit dengan kecepatan kira-kira 5 kata dalam satu
detik).

Tujuan utama adalah untuk memperoleh sukses dalam pemahaman penuh terhadap
argumen-argumen yang logis, urutan-urutan retoris atau pola-pola teks, pola-pola
simbolisnya; nada-nada tambahan yang bersifat emonisional dan sosial, pola-pola sikap
dan tujuan sang pengarang, dan juga sarana-sarana linguistik yang dipergunakan untuk
mencapai tujuan.
Erat berhubungan dengan tingkat pemahaman ini adalah kecepatan membaca. Jelas
sekali terlihat bahwa kecepatna akan menurun kalau kedalaman serta keterperincian
pemahaman semakin bertambah, semakin menigkat, tetapi jangan pula kita lupakan
bahwa ada faktro-faktor yang lain yang turut campur tangan hal ini. Salah satu diantara
faktor-faktor tersebut adalah kejelasan teks bacaan itu sendiri. Faktor lain adalah
pengenalan pembaca terhadap isi bahan bacaan.

D. Keterampilan yang dituntut pada membaca dalam hati


Membaca dalam hati merupakan suatu kegiatan yang menuntut aneka ragam
keterampilan.Berikut ini kita kemukakan sejumlah keterampilan yang dituntut pada setiap
kelas sekolah dasar khusus pada membaca dalam hati, agar tujuan dapat dicapai.
1. Kelas I
a. Membaca tanpa bersuara, tanpa gerakan-gerakan bibir, dan tanpa berbisik.
b. Membaca tanpa gerakan-gerakan kepala.
2. Kelas II
a. Membaca tanpa gerakan-gerakan bibir dan kepala
b. Membaca lebih cepat secara dalam hati daripada secara bersuara.
3. Kelas III
a. Membaca dalam hati tanpa menunjuk-nunjuk dengan jari, tanpa gerakan bibir
b. Memahami bahan bacaan yang dibaca secara diam atau secara dalam hati
c. Lebih cepat membaca dalam hati daripada membaca bersuara.
4. Kelas IV
a. Mengerti serta memahami bahan bacaan pada tingkat dasar
b. Kecepatan mata dalam membaca 3 kata perdetik.
5. Kelas V
a. Membaca dalam hati jauh lebih cepat daripda membaca bersuara
b. Membaca dengan pemahaman yang baik
c. Membaca tanpa gerakan-gerakan bibir atau kepala atau menunjuk-nunjuk dengan
jari tangan
d. Menikmati bahan bacaan yang dibaca dalam hati itu, senang membaca dalam hati.
6. Kelas VI
a. Membaca tanpa gerakan-gerakan bibir, tanpa komat-kamit
b. Dapat menyesuaikan kecepatan membaca dengan tingkat kesukaran yang terdapat
dalam bahan bacaan
c. Dapat membaca 180 patah kata dalam satu menit pada bacaan fiksi pada tingkat
dasar.

(Barbe and Abbortt 1975 : 156-167)


BAB IV

Membaca Telaah Isi


A. Pendahuluan
Menelaah isi suatu bacaan menuntut ketelitian, pemahaman, kekritisan berpikir, serta
keterampilan menangkap ide-ide yang tersirat dalam bahan bacaan.
Membaca telaah isi terbagi atas:
1. Membaca teliti
2. Membaca pemahaman
3. Membaca kritis
4. Membaca ide

B. Membaca Teliti
Jenis membaca teliti ini menuntut suatu pemutaran atau pembalikan pendidikan yang
menyeluruh. Membaca teliti membutuhkan sejumlah keterampilan, antara lain:
- Survei yang cepat untuk memperhatikan/melihat organisasi dan pendekatan umum
- Membaca secara seksama dan membaca ulang paragraf-paragraf untuk menemukan
kalimat-kalimat judul dan perincian-perincian penting.
- Penemuan hubungan setiap paragraph dengan keseluruhan tulisan atau artikel.

1. Membaca paragraf dengan pengertian


Suatu paragraf yang tertulis rapi biasanya mengandung sebuah pikiran pokok. Perlu
diketahui bahwa terdapat sejumlah cara untuk mengembangkan pikiran pokok suatu
paragraf, antara lain:
a. Dengan mengemukakan alasan-alasan
Kita dapat melihat bahwa pikiran pokok itu dinyatakan dengan jelas dalam suatu
kalimat judul.
b. Dengan mengutarakan perincian-perincian
Apabila pikiran pokok sesuatu paragraf merupakan suatu pernyataan yang
memerlukan suatu penjelas atau ketarang, penulis yang baik akan mengutarakan
perincian-perincian yang membuat keterangan itu jelas dan lengkap.
c. Dengan mengetengahkan satu atau lebih contoh
Sering pula, sebagai pengganti menerangkan makna kalimat judul, seseorang
penulis mengetengahkan satu atau lebih contoh untuk menjelaskan apa yang dia
maksudkan.
d. Dengan memperbandingkan atau mempertentangkan dua hal

2. Membaca pilihan yang lebih panjang


Seperti juga halnya kalimat-kalimat mengembangkan pikiran pokok suatu
paragraf, sesuatu paragraf pun turut pula menunjang dalam pengembangan pikiran
pokok keseluruhan bab atau artikel. Kemampuan untuk menghubung-hubungkan
paragraf-paragraf tunggal dan kelompok-kelompok paragraf dengan pengenalan
keseluruhan tulisan sangat penting dalam membaca teliti. Begitu pula kemampuan
untuk membeda-bedakan, antara paragraf-paragraf yang memuat serta menyajikan ide-
ide pokok atau ide-ide uatama dan paragraf-paragraf yang semata-mata hanya
menguraikan atau menerangkan ide-ide dalam paragraf-paragraf yang terdahulu.

3. Membuat catatan
Proses pembuatan catatan tersebut akan membantu kita dalam tiga hal penting, yaitu:
- Menolong kita untuk memahami apa yang kita baca atau kita dengar
- Membuat kita terus menerus mencari fakta-fakta dan ide-ide yang penting
- Membantu ingatan kita.
Catatan-catatan dapat dibuat berdasarkan bacaan kita dan dapat juga dilakukan di
dalam kelas waktu guru mengajarkan suatu mata pelajaran.

4. Dalam Kelas
Ada pula saatnya guru kita ingin menyampaikan informasi melebihi bahan-bahan yang
tertera didalam buku pegangan dan mempergunakan pendekatan kuliah.

5. Menelaah Tugas
Agar para siswa dapat menyelesaikan serta menelaah tugas itu dengan baik, mereka
sebaiknya telah dibiasakan dengan studi SQ3R, yaitu:
- Survey (Peneletian pendahuluan)
- Question (Tanya), membaca untuk menjawab sejumlah pertanyaan.
- Read (Baca)
- Recite (Ceritakanlah kembali dengan kata-kata sendiri)
- Review (Tinjauan Kembali)

C. Membaca Pemahaman
Membaca pemahaman yang dimaksud disini adalah sejenis membaca yang bertujuan
untuk memahami:
1. Standar Kesastraan
Kesusastraan dapat di klasifikasikan dalam berbagai cara, antara lain sebagai berikut:
- Puisi atau Prosa
- Fakta atau Fiksi
- Klasik atau Modern
- Subjektif atau Objektif
- Eksposisi atau normatif
2. Resensi Kritis
Agar tetap mendapat informasi mengenai apa yang dipikirkan serta dituliskan oleh
orang-orang besar dalam kehidupan, seseorang dapat membaca resensi-resensi kritis
mengenai fiksi maupun yang non fiksi.
Membaca resensi-resensi yang kritis akan turut membantu kita untuk mempelajari
secara cepat standar-standar karya sastra yang bermutu tinggi.
3. Drama Tulis
Ada dua cara untuk menikmati sandiwara/drama. Yang pertama adalah pada
tingkatan aksi primitif, dalam hal ini penonton atau pemirsa bergetar karena
ketegangan, kekejaman, sehingga menimbulkan keinginan besar untuk melihat betapa
caranya hal itu dikeluarkan, diperankan. Yang kedua adalah tingkatan individual uang
bersifat interpretatif, dalam hal ini pembaca dapat menarik kesimpulan, menvisualkan
tokoh-tokoh, memproyeksikanakibat-akibat, serta mengadakan interpretasi-interpretasi
ketika dia membaca, membawa kesempurnaan pengalamannya sendiri pada bacaan
itu.
Sikap kritis yang logis terhadap drama, yang antara lain mengerti akan:
a. Prinsip-prinsip kritik drama
b. Unsur-unsur drama
c. Jenis-jenis drama

4. Pola-pola Fiksi
a. Pengertian Fiksi
Fiksi merupakan penyajian atau presentasi cara seorang pengarang memandang
hidup ini. Dengan singkat, Fiksi adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk
membedakan uraian yang tidak bersifat historis dari uraian yang bersifat historis,
dengan penunjukan khusus atau penekanan khusus pada segi sastranya. (Brooks,
Purset and Warren, 1952 : 9)
b. Fiksi dan Nonfiksi
Perbedaan utama antara fiksi dan nonfiksi terletak pada tujuan. Maksud dan tujuan
dari cerita atau narasi yang nonfiksi, seperti sejarah, biografi, cerita berita, dan
cerita perjalanan, adalah menciptakan kembali apa-apa yang telah terjadi secara
aktual.
c. Unsur-unsur Fiksi
Khusus bagi suatu cerita pendek yang lengkap, maka unsur-unsur di bawah ini
harus dimiliki:
- Tema
- Plot, perangkap atau konflik dramatik
- Pelukisan watak
- Ketegangan dan pembayangan
- Kesegaran dan suasana
- Point of view
- Fokus terbatas dan kesatuan
d. Jenis-jenis Fiksi
1) Berdasarkan bentuk
- Novel
- Short strory (Cerita pendek)
- Short short story (Cerita singkat)
- Vignette (cerita sangat singkat)
2) Berdasarkan Isi
- Impresionisme
- Romantik
- Realisme
- Sosialis-realisme
- Realisme sebenarnya
- Naturalisme
- Ekspresionisme
- Simbolisme
3) Berdasarkan Kritik Sastra
- Novel yang menuntut kritik sastra serius: Novel-novel yang baik, Novel-
novel yang mungkin saja baik
- Novel-novel yang berada di bawah taraf kritik sastra yang serius
e. Pernyataan-pernyataan Pembimbing Meresensi Fiksi
Pernyataan-pernyataan pembimbing yang dimaksudkan itu, antara lain mengenai:
- Tema
- Point of view
- Tokoh
- Plot
- Bahasa

D. Membaca Kritis
Membaca kritis adalah sejenis membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh
tegangan hati, mendalam, evaluatif, serta analitis, dan bukan hanya mencari kesalahan.
Pada umumnya, membaca kritis menuntut para pembaca agar:
a. Memahami maksud penulis
b. Memahami organisasi dasar tulisan
c. dapat menilai penyajian penulis/pengarang
d. dapat menerapkan prinsip-prinsip kritis pada bacaan sehari-hari
e. Meningkatkan minat baca, kemampuan baca, dan berpikir kritis
f. mengetahui prinsip-prinsip pemilihan bahan bacaan
g. membaca majalah atau publikasi-publikasi periodik yang serius

E. Membaca Ide
Membaca ide adalah sejenis kegiatan membaca yang ingin mencari, memperoleh, serta
memanfaatkan ide-ide yang terdapat pada bacaan.
Berikut ini akan diperbincangkan apa yang disebut pembaca yang baik
1) Pembaca baik tahu mengapa dia membaca, yaitu ada dua maksud umum: mencari
informasi, menikmati bacaan
2) Pembaca yang baik memahami apa yang dibacanya
3) Pembaca yang baik harus menguasai kecepatan membaca
4) Pembaca yang baik harus mengenal media cetak
BAB V

Membaca Telaah Bahasa

A. Pendahuluan
Bacaan terdiri isi dan bahasa. Isi dianggap sebagai yag bersifat rohaniah, sedangkan
bahasa sebagai yang bersifat jasmaniah. Keserasian antara isi dan bahasa suatu bahan
bacaan mencerminkan keindahan serta kemanunggalannya. Membaca telaah bahasa
mencakup pula:
1. Membaca bahasa
2. Membaca sastra
Berikut ini akan dibahas satu persatu.

B. Membaca Bahasa
Tujuan utama pada membaca bahasa ini adalah:
a. Memperbesar daya kata
b. Mengembangkan kosa kata

Setiap orang mempunyai dua jenis umum daya kata. Yang satu dipergunakan dalam
berbicara dan menulis. Ini merupakan daya memilih serta mempergunakan kata-kata yang
mengekspresikan makna secara jelas dan tepat. Yang satu lagi adalah daya kata
dipergunakan dalam mebaca dan menyimak. Ini adalah daya untuk menghadapi serta
menggarap kata-kata baru dan yang belum lazim, memperoleh makna cukup dari kata-
kata tersebut, sehingga bagian tempatnya muncul itu dapat dimengerti, masuk akal.

1. Memperbesar Daya Kata


Dalalam kegiatan membaca bahasa untuk memperbesar daya kata, ada beberapa hal
yang harus kita ketahui, antara lain:
a. Ragam-ragam bahasa
Secara garis besar, ragam bahasa dapat dibedakan menjadi 5, yaitu:
- Bahasa formal, adalah bahasa yang dipakai pada saat-saat resmi oleh orang-
orang yang dianggap mempergunakan bahasa yang terbaik.
- Bahasa informal atau bahasa tidak resmi, adalah bahasa yang dipakai saat
situasi-situasi tidak resmi. Lebih banyak dipakai secara lisan daripada tulisan.
- Bahasa percakapan, adalah bahasa yang umum dipakai dalam percakapan,
bahasa yang telah biasa kita pakai semenjak kecil.
- Bahasa Kasar, adalah bahasa orang yang tidak berpendidikan atau bahasa
yang tidak baku.
- Bahasa slang, adalah bahasa yang ditunjukan pada kelompok-kelompok
khusus serta terbatas.
- Bahasa teknis, adalah bahasa yang dipakai pada profesi-profesi tertentu yang
telah mengembangkan kosa kata sendiri.
b. Mempelajari makna kata dan konteks
Untuk memiliki suatu kosa kata yang efektif, kita harus membuat suatu upaya
tertentu untuk memperoleh kata-kata baru untuk menempati wadah kata-kata yang
cenderung kita buang atau hindari. Ada dua cara yaitu melalui pengalaman dan
melalui bacaan.
Kita dapat mempelajari makna kata melalui pengalaman. Semakin banyak
pengalaman yang kita miliki, semakin kaya pulalah kosa kata kita. Kita dapat
mempelajari makna kata melalui bacaan. salah satu cara terbaik untuk memperoleh
kata-kata adalah melalui bacaan kita.
Ada beberapa cara, konteks dapat mencerminkan makna suatu kata, di
antaranya:
1. Konteks dapat membatasi kata
2. Konteks dapat memasukkan suatu pertandingan atau pertentangan, suatu
komparasi atau kontras, yang dapat menolong kita memahami makna kata.
3. Suasana bagian sebagai suatu keseluruhan dapat mencerminkan makna kata.
c. Bagian-bagian kata
Sebagai tambahan penggunaan petunjuk-petunjuk konteks untuk menentukan
makna sesuatu kata baru, kadang-kadang kita dapat pula memperhitungkan
maknanya dari pengetahuan mengenai bagian-bagian kata. Banyak, tetapi tidak
semua, kata yang terdiri atas bagian-bagian berikut ini:
1. Prefiks (atau awalan)
2. Root (akar atau dasar kata)
3. Suffiks (atau akhiran)
4. Infiks (atau sisipan)
d. Penggunaan Kamus
Kamus adalah rekaman kata-kata yang membangun sesuatu bahasa. Bahasa
adalah sesuatu yang hidup, tumbuh, berkembang, dan berubah. Kamuspun harus
berubah, karena kamus tidaklah mendikte, memerintah pemakaian kata-kata, tetapi
justru sebaliknya, kamus harus mengikutinya.
e. Aneka Makna
Kita telah mengetahui bahwa kamus ddapat merupakan suatu sumber penting
bagi pemerolehan kata-kata baru. Tetapi, masih terdapat sumberdaya kata
tersembunyi lainnya, yaitu telaah makna-makna varian yang beraneka ragam. Kita
harus memiliki suatu kebiasaan memperlihatkan makna-makna yang berbeda yang
dikandung dalam sesuatu kata. Kita harus paham akan homoni, yaitu kata-kata
yang sama bentuk bunyinya, tetapi berlainan makna.
f. Idiom (Ungkapan)
Sebagai tambahan terhadap makna-makna harfiah kata-kata individual, kita
pun acapkali menemui ekspresi-ekspresi atau kelompok-kelompok kata yang
menuntut perlakuan khusus. Kelompok kata-kata itu disebut idiom. Dengan kata
lain, Idiom adalah kelompok kata-kata yang mengandung makna khusus.
Idiom merupakan ekspresi yang tidak dapat dimengerti dari makna terpisah,
makna sendiri-sendiri setiap kata dalam kelompok itu. Kata-kata itu harus
diperlakukan “sebagai suatu kesatuan”.
g. Sinonim dan Antonim
Sinonim adalah kata-kata yang mempunyai makna umum yang sama atau
bersamaan (Berrett : 1956 : 302), tetapi berbeda dalam konotasi atau nilai kata
(Perrin; 1968 : 348)
Antonim adalah kata-kata yang berlawanan maknanya (Albert (et al); 1961a :
81). Sebagian pembaca kita harus sadar bahwa penulis dapat mengarahkan
perhatian pada suatu ide tertentu dengan mempergunakan kontras atau
pertentangan.
h. Konotasi
Dalam kamus, kita akan mendapati secara eksplitis makna harfiah setiap kata
yang kita cari. Akan tetapi, acapkali pula, kata-kata mengandung suatu konotasi
tambahan, yaitu bahwa kata-kata tersebut bermakna lebih daripada yang
dikatakannya. Konotasi atau nilai kata ini cenderung menyentuh hati kita secara
mendalam dan membangkitkan arus-arus dalam terpendam yang kadang-kadang
memesona kita dengan kejutan.
Secara umum terdapat dua jenis konotasi, yaitu konotasi pribadi dan konotasi
umum. Konotasi pribadi adalah hasil dari pengalaman pribadi seseorang. Konotasi
umum adalah hasil dari pengalaman orang-orang sebagai suatu kelompok sosial.
Kata denotasi mengacu pada batasab harfiah sesuatu kata, kepada makna yang
disepakati oleh kebanyakan orang, konotasi mengacu pada segala sesuatu yang
disarankan oleh sebuah kata, selera emosionalnya, nadanya yang menyenangkan
atau tidak, dan sebagainya (Moore; 1960 : 213; Perrin, 1968 : 373-374).
i. Derivasi Kata
Telaah mengenai asal-usul kata atau derivasi kata, bukan hanya merupakan
sesuatu yang bermanfaat tetapi juga sangat menarik hati. Kalau kita ingin
memperkaya kosa kata kita serta meningkatkan daya kata, pengetahuan mengenai
derivasi atau asal-usul kata sangat penting. Dalam pembendaharaan kata-kata
bahasa Indonesia misalnya, kita mengetahui bahwa banyak kata asing yang turut
memperkaya kosa kata bahasa kita.

2. Menggabungkan Kosa Kata Kritik


Dalam upaya mengembangkan kosa kata kritik ini, kita perlu mengetahui beberapa
hal, antara lain:
a. Bahasa kritik sastra
Dari pembicaraan terdahulu, dapat ditarik kesimpulan serta harus disadari
benar akan adanya dua fakta yang sangat penting mengenai kata-kata:
1) Kebanyakan kata dalam pemakaian umum mengandung lebih dari satu makna.
2) Kita tidak akan pernah memperoleh segala makna dari sesuatu kata dalam
setiap pertemuan dengannya.

Kata-kata penilaian dari kritik yang mengutarakan informasi khusus kepada


orang lain. Ada kata-kata yang mengekspresikan kemurahan hati, ketidaksetujuan,
ketidakacuhan, atau ketidakpastian dengan teapat dan jelas. Semua itu merupakan
alat atau sarana berpikir jelas dan tepat.

b. Memetik kata dari konteks


Bagaimana kita memahami makna kata yang baru yang kita temui dalam
bacaan? Kadang-kadang, kita mendapatkan suatu petunjuk bagi makna suatu kata
dari akar kata, dasar kata, prefiks, atau sufiksnya. Kadang-kadang, kita dapat
memperoleh petunjuk dari konteks, tempat kata/istilah baru tersebut dipakai.
Ada tiga jenis makna, yaitu:
- Makna denotatif suatu kata, adalah sesuatu atau segala sesuatu yang dapat
diterapi oleh kata tersebut.
- Makna designatif suatu kata, adalah jumlah karakteristik yang dimiliki oleh
benda tertentu kalau kata itu diterapkan padanya.
- Makna konotatif suatu kata, adalah segala sesuatu yang disarankan, yang
dianjurkan oleh kata itu, segala sesuatu yang teringat atau diingatkan kalau
kita memikirkan sesuatu yang dinamai oleh kata itu.
c. Petunjuk-petunjuk Konteks
Secara garis besarnya, terdapat lima konteks mencerminkan makna yaitu:
- Definisi atau bahasa
- Contoh
- Uraian baru
- Mempergunakan pengubah
- Mempergunakan kontras

C. Membaca Sastra
Keindahan suatu karya sastra tercermin dari keserasian, keharmonisan antara
keindahan bentuk dan keindahan isi. Untuk itu diperlukan norma-norma, antara lain
norma-norma estetika, sastra, dan moral.
1. Bahasa Ilmiah dan Bahasa Sastra
Memperbincangkan perbedaan penggunaan bahasa dalam karya ilmiah dan karya
sastra, kita pada dasarnya memperbincangkan masalah konotasi dan denotasi dalam
kegiatan menulis. Setiap tulisan yang ingin serta berusaha agar menarik hati serta
meyakinkan harus mempergunakan konotasi-konotasi. Kesimpilannya: Bahasa ilmiah
pada umumnya bersifat denotatif, dan bahasa sastra pada umumnya bersifat konotatif.
2. Gaya Bahasa
a. Perbandingan
Gaya bahasa metafora, kesamaan, dan analogi sama-sama membuat komparasi
atau perbandingan, tetapi dengan cara-cara yang berbeda.
1) Metafora adalah sejenis gaya bahasa perbandingan yang paling singkat, padat,
tersusun rapi.
2) Kesamaan berbeda dengan metafora. Kalau metafora menyatakan secara tidak
langsung adanya kesamaan antara dua hal, gaya bahasa kesamaan atau
persamaan menyatakan serta menegaskan bahwa yang satu sama dengan yang
lain, biasanya mempergunakan kata-kata seperti atau sebagai dan sejenisnya.
3) Analogi, biasanya melihat beberapa titik persamaan, bukan hanya satu saja.
Analogi yang sugestif acapkali menekankan suatu ide.
b. Hubungan
Sinekdok dan metonimia termasuk gaya bahasa hubungan, kedua-duanya
menggunakan nama sesuatu dengan yang lainnya yang ada hubungannya.
1) Sinekdok, memberi nama suatu bagian apabila yang dimaksud adalah
keseluruhan, atau sebaliknya keseluruhan pengganti sebagia.
2) Metonimia adalah pengunaan suatu kata bagi yang lainnya yang dimaksud
materi bagi objek yang terbuat dari padanya, pencipta atau sumber sesuatu,
sesuatu kata yang ada hubungannya yang erat dengan objek. Metonimia, suatu
gaya bahasa umum menggambarkan salah satu cara perubahan makna kata.
c. Pernyataan
Dari segi tarafnya, pernyataan ini terbagi atas tiga jenis, yaitu:
1) Hiperbola adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang
berlebih-lebihan, yang dilebih-lebihkan, denagan maksud memberi penekanan
pada suatu pernyataan atau situasi, untuk memperhebat, meningkatkan kesan
dan pengaruhnya.
2) Litotes kebalikan dari hiperbola, adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung
pernyataan yang dikecil-kecilkan, dikurangi dari kenyataan yang sebenarnya.
3) Ironi adalah sejenis gaya bahasa yang mengimplikasi sesuatu yang nyata
berbeda, bahkan ada kalanya bertentanan dari apa yang sebenarnya dikatakan
itu.

Anda mungkin juga menyukai