Anda di halaman 1dari 6

Tugas Tutorial Mandiri 2

Nama Mahasiswa : Nihayatus Sholihah


NIM : 857736296
Mata Kuliah / Kode : Pend Bhs Indonesia di SD / PDGK 4202
Tutor : Ana Rediati, S.Pd.,M.Pd.
Skor Maksimum : 100

1. Jelaskan empat aspek keterampilan pada pembelajaran bahasa Indonesia di SD!


Jawab :
Keterampilan berbahasa mempunyai empat (4) aspek, yaitu keterampilan menyimak,
keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Setiap elemen
saling berkaitan erat, tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Para ahli menyebutnya sebagai “
Catur Tunggal “.
Keterampilan menyimak berkaitan erat dengan keterampilan berbicara. Ketika seseorang tak
mampu menyimak dengan baik maka orang tersebut kemungkinan besar tidak akan mampu
berbicara dengan fasih. Keterampilan menyimak bukan hanya mendengar saja seperti yang
selama ini kita kira. Menyimak adalah suatu tahapan lebih tinggi dari mendengar, karena
menyimak merupakan keterampilan merekam bunyi bahasa yang diucapkan lalu diolah dan
diubah menjadi bentuk makna kemudian dievaluasi selanjutnya ditarik simpulan dan terakhir
ditanggapi. Jadi jelas bukan kalau menyimak itu tidak hanya sekedar mendengar? Hanya saja
mendengar memang tahapan awal dari menyimak. Seorang anak yang terlahir dengan
kekurangan pada alat pendengaran berpengaruh besar pada proses keterampilan berbicaranya,
karena anak tersebut tak mampu menerima pesan yang masuk melalui alat dengarnya, sehingga
kosakata yang dimilikinya terbatas atau malah kosong sama sekali.
Keterampilan membaca berkaitan erat dengan keterampilan menulis. Keliru sekali kalau
seseorang mengatakan, “ Silakan simak bacaan di bawah ini !”, karena simak yang merupakan
kata dasar dari menyimak adalah tahapan lebih tinggi dari mendengar seperti yang dipaparkan
di atas bukan dari proses membaca. Hubungan menulis dengan membaca adalah bahwa seorang
yang menulis pasti membutuhkan seorang yang membaca tulisannya. Pasangan ahli bahasa
dalam buku-buku pengantar kuliahnya, mendefinisikan membaca sebagai proses perubahan
wujud lambang/ tanda / tulisan menjadi wujud makna (Suhendar dan Supinah ,1992:23).
Sementara seorang profesor ahli kebahasaan menyebutkan bahwa menulis merupakan suatu
kegiatan yang produktif dan ekspresif (Tarigan, 1986: 3-4). Sebetulnya banyak sekali
pengertian menulis dari para ahli yang memiliki bermacam- macam makna tergantung siapa
yang mengartikannya. Secara umum pengertian menulis adalah proses mewujudkan pikiran,
gagasan, ide dan pendapat dalam bentuk tulisan.

2. Buku teks merupakan salah satu unsur pendukung dalam kesuksesan pembelajaran
bahasa. Untuk menyusun buku teks pun tidak serta merta disusun ala kadarnya tetapi
memiliki beberapa prinsip, jelaskan syarat buku teks menurut Tarigan!
Jawab :
Menurut Tarigan & Tarigan (2009: 22) buku teks atau buku ajar yang ideal adalah buku yang
memenuhi syarat / kriteria berikut.
1) Mempunyai landasan, prinsip, dan sudut pandang tertentu yang melandasi konsep-
konsep yang digunakan dalam buku teks harus jelas.
2) Relevan dengan kurikulum.
3) Menarik minat pembaca yang menggunakannya.
4) Mampu memberi motivasi kepada para pemakainya.
5) Dapat menstimulasi aktivitas siswa.
6) Membuat ilustrasi yang mampu menarik penggunaannya.
7) Pemahaman harus didahului komunikasi yang tepat.
8) Isi menunjang mata pelajaran lain.
9) Menghargai perbedaan individu.
10) Berusaha memantapkan nilai yang berlaku dalam masyarakat.
11) Mempertimbangkan aspek linguistik sesuai dengan kemampuan siswa yang memakai.
12) Menggunakan konsep yang jelas sehingga tidak membingungkan siswa.
13) Mempunyai sudut pandang (point of view) yang jelas.

3. Membaca dan menulis merupakan aspek keterampilan dalam bahasa Indonesia


yang harus dikuasai siswa, salah satu yang menunjang keterampilan tersebut adalah
pembelajaran membaca dan menulis permulaan (MMP). Jelaskan tujuan pembelajaran
MMP di kelas rendah dan kelas tinggi serta berikan contohnya!
Jawab:
A. Tujuan Pembelajaran MMP di kelas rendah masih bersifat mekanis, yaitu melatih siswa
menggerakkan mata dari kiri ke kanan, mengasosiasikan huruf dengan bunyi bahasa, dan
membaca kata-kata dan kalimat sederhana.
Dalam Kurikulum 2014 (dalam Mulyanti, 2012) “Tujuan pembelajaran Membaca Menulis
Permulaan (MMP) tercermin dalam kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator aspek
membaca dan menulis untuk kelas 1 SD.” Tujuan pengajaran Membaca Menulis Permulaan
(MMP) pada dasarnya adalah memberikan bekal pengetahuan dan kemampuan siswa untuk
menguasai tehnik-tehnik membaca dan menulis serta menangkap isi bacaan dengn baik dan
benar.
Tujuan utama pembelajaran MMP di SD kelas rendah adalah:
1. Membina kemampuan mengasosiasikan huruf dengan bunyi (pengenalan bentukhuruf).
2. Membina membaca kata-kata dan kalimat sederhana (pengenalan unsur linguistik).
Contohnya adalah
1. Memperkenalkan bentuk-bentuk huruf (tulisan);
2. Membaca tulisan bergambar;
3. Membaca tulisan tanpa gambar; dan
4. Memperkenalkan huruf suku kata.
B. Tujuan pembelajaran MMP di kelas tinggi merupakan kelanjutan dari membaca di kelas
rendah yang biasanya disebut Membaca Lanjut yang penekanannya pada pemahaman.
Menurut Tarigan membaca di kelas tinggi ini melatih siswa dalam keterampilan yang bersifat
pemahaman (comprehension skills) yang mencakup aspek-aspek berikut ini:
1. Memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal).
2. Memahami signifikansi atau makna (antara lain maksud dan tujuan pengarang
relevansi/keadaan kebudayaan, reaksi pembaca).
3. Evaluasi atau penilaian (isi, bentuk).
4. Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan.
Aktivitas yang tepat untuk MMP kelas tinggi adalah membaca dalam hati (silent reading)
dibagi menjadi dua, yaitu (a) membaca ekstensif (extensive reading) dan (b) membaca intensif
(intensive reading).
Membaca ekstensif mecakup (1) membaca survei (survey reading),
(2) membaca sekilas (skimming), dan (3) membaca dangkal (superficial reading).
Membaca intensif mencakup (1) membaca telaah isi (content study reading)
yang terdiri dari (i) membaca teliti (close reading), (ii) membaca pemahaman
(comprehension reading), (iii) membaca kritis (critical reading), dan (iv) membaca
ide (reading for ideas); (2) membaca telaah bahasa (language study reading) yang
terdiri dari (i) membaca bahasa asing (foreign language reading) dan (ii) membaca
sastra (literary reading).
4. Ada banyak jenis metode pembelajaran MMP yang dapat kita gunakan dalam
pembelajaran. Jelaskan perbedaan metode eja dan metode SAS dalam pembelajaran
membaca dan menulis permulaaan.
Jawab:
Metode Eja
Pembelajaran membaca dan menulis permulaan dengan metode ini memulai pengajarannya
dengan memperkenalkan huruf-huruf alpabetis. Huruf-huruf tersebut dihafalkan dan dilafalkan
peserta didik sesuai dengan bunyinya menurut abjad.
Sebagai contoh:
A a, B b, C c, D d, E e, F f, G g, Dilafalkan sebagai: a, be, ce, de, e, ef, ge, dan seterusnya.
Setelah melalui tahapan ini, para siswa diajak untuk berkenalan dengan suku kata dengan cara
merangkaikan beberapa huruf yang sudah dikenalnya
Misalnya:
b, a, ba (dibaca be, a ba)
d, u du (dibaca de, u du)
ba – du dilafalkan badu
b, u, k, u menjadi: b, u bu (dibaca be, u bu) k, u ku (dibaca ke, u ku)
bu – ku dilafalkan buku

Metode SAS
Metode ini mengawali pembelajarannya dengan menampilkan dan memperkenalkan sebuah
kalimat utuh. Mula-mula anak disuguhi sebuah struktur yang memberi makna lengkap, yakni
struktur kalimat yang bertujuan membangun konsep-konsep kebermaknaan pada diri anak.
Selanjutnya melalui proses analitik, anak-anak diajak untuk mengenal konsep kata. Kalimat
utuh yang dijadikan tonggak dasar diuraikan ke dalam satuan-satuan bahasa yang lebih kecil
yang disebut kata. Proses penganalisisan atau penguraian ini terus berlanjut hingga sampai pada
wujud satuan bahasa terkecil yang tidak bisa diuraikan lagi, yakni huruf-huruf.
Dengan demikian proses penguraian dan penganalisisan dalam pembelajaran MMP dengan
metode SAS meliputi;
1) kalimat menjadi kata-kata
2) kata menjadi suku-suku kata; dan
3) suku kata menjadi huruf-huruf
Pada tahap berikutnya anak-anak didorong melakukan kerja sintetis (menyimpulkan). Satuan
bahasa yang telah terurai dikembalikan lagi kepada satuannya semula, yakni dari huruf-huruf
menjadi suku kata, dari suku kata menjadi kata, dari kata menjadi kalimat lengkap.

5. Pembelajan bahasa Indonesia di SD tidak dapat terlepas dari pembelajaran sastra.


Jelaskan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia dengan fokus sastra di SD serta
bagaimana wujud pembelajaran sastra di SD (berikan contoh pembelajaran sesuai
kompetensi dasar sastra di SD)!
Jawab :
Di sekolah dasar pelajaran sastra dan bahasa Indonesia lebih difokuskan pada
kemampuan siswa untuk berbahasa dan berapresiasi sastra. Dalam kegiatan
pembelajaran bahasa Indonesia siswa dilatih untuk lebih sering berkomunikasi menggunakan
bahasa, sedangkan untuk pembelajaran sastra siswa difokuskan untuk meningkatkan
kemampuan dalam menghayati, menikmati dan memahami karya sastra.
Dengan demikian yang harus terjadi dalam pembelajaran sastra ialah kegiatan
mengapresiasi karya sastra bukan hanya sekedar paham pengetahuan teori sastra. Hal ini
sejalan dengan pendapat Huck dkk. (1987) bahwa pembelajaran sastra di sekolah dasar harus
memberi pengalaman kepada murid yang akan berkontribusi pada empat tujuan (1)
menumbuhkan kesenangan pada buku, (2) menginterpretasi bacaan sastra, (3)
mengembangkan kesadaran bersastra, dan (4) mengembangkan apresiasi
Menumbuhkan Kesenangan Pada Buku
Pembelajaran sastra harus membuat anak merasa senang membaca, membolak-balik buku, dan
gemar menari bacaan.
Salah satu cara terbaik untuk membuat anak tertarik pada buku menurut Huck (1987) ialah
memberikan siswa lingkungan kaya dengan buku-buku yang baik. Biarkan mereka
menemukan buku yang menarik perhatian mereka, beri mereka waktu untuk membaca atau
secara teratur guru membacakan untuk mereka, beri mereka waktu untuk menceritakan apa
yang sudah mereka baca pada satu sama lain dan biarkan mereka memberikan pendapat mereka
melalui berbagai macam aktivitas respon kreatif.
Dan satu hal penting yang disarankan oleh Huck ialah siswa harus diberi kesempatan
mengamati atau melihat orang-orang dewasa menikmati buku. Melalui kegiatan yang menarik
minatnya, mereka akan memperoleh kesenangan.
Menginterpretasi Bacaan Sastra
Guru dan siswa dapat membicarakan tentang makna pribadi yang mungkin terdapat pada suatu
cerita untuk kehidupannya sendiri.
Ketika siswa mulai membicarakan penyebab tertentu pada suatu cerita, mereka bisa
mengembangkan wawasan lebih banyak kepada orang lain. Ketika siswa menghubungkan apa
yang mereka baca dengan latar belakang pengalamannya, berarti mereka sudah mengerti
makna cerita itu.
Mengembangkan Kesadaran Bersastra
Langkah awal yang baik dalam mengembangkan pemahaman tentang bentuk-bentuk sastra
ialah anak-anak di sekolah dasar sangat senang membandingkan berbagai awal dan akhir cerita
rakyat dan sangat suka menulis ceritanya sendiri.
Anak-anak harus pula diarahkan untuk menemukan elemen-elemen sastra secara berangsur-
angsur karena elemen-elemen itu yang akan memberikan mereka bekal dalam memahami
makna cerita atau puisi yang dibaca. Dengan demikian guru-guru juga harus menguasai
pengetahuan tentang bentuk-bentuk cerita, elemen-elemen cerita, dan pengetahuan tentang
cerita.
Pemahaman siswa sekolah dasar mengenai bentuk-bentuk sastra tidak seperti mereka sudah
dapat membedakan bentuk prosa dan puisi, fiksi dan nonfiksi, antara realism dan fantasi. Tetapi
cara mereka memahami hanya dengan bercerita kepada gurunya bahwa cerita Bawang Putih
dan Cinderella itu mirip.
Mengembangkan Apresiasi
Jika semua siswa bisa diberi kesempatan menemukan kesenangan terhadap bacaan, mereka
akan bisa membangun dasar yang kokoh dalam mengapresiasi sastra. Dan apabila siswa sudah
mampu menemukan kegembiraan dalam banyak jenis bacaan dari banyak periode waktu,
memberikan penghargaan pada alur cerita dan pengarangnya, dan memberikan pengalaman
kritis sehingga mendapatkan kegembiraan secara sadar.
Mengenalkan sastra kepada anak sedari dini dapat membantu perkembangan bahasa dan
kreativitasnya. Sastra anak-anak yang baik juga akan membuahkan pengalaman-pengalaman
estetik kepada anak, maka dari itu sastra yang dikenalkan kepada anak harus menyenangkan
agar anak-anak dapat menikmati dan mendapat pengalaman baru dari apa yang ia baca. Lebih
banyak buku yang mereka baca lebih banyak kegembiraan dan kenikmatan yang mereka
peroleh.

Anda mungkin juga menyukai