NOMOR 2
Prinsip-prinsip penilaian beserta penerapan/contohnya :
a. Valid, Contoh : Dalam pelajaran penjaskes, guru menilai kompetensi permainan
badminton siswa, penilaian dianggap valid jika menggunakan test praktek langsung, jika
menggunakan tes tertulis maka tes tersebut tidak valid.
b. Obyektif, Contoh : Guru memberi nilai 85 untuk materi volley pada si A yang merupakan
tetangga dari guru tersebut, namun si B, yang kemampuannya lebih baik, mendapatkan
nilai hanya 80. Ini adalah penilaian yang bersifat subyektif dan tidak disarankan.
Pemberian nilai haruslah berdasarkan kemampuan siswa tersebut.
c. Adil, Contoh : guru penjaskes laki-laki hendaknya tidak memandang fisik dan rupa dari
murid perempuan yang cantik kemudian memberi perlakuan khusus, semua murid berhak
diperlakukan sama saat KBM maupun dalam pemberian nilai. Nilai yang diberikan sesuai
dengan kenyataan hasil belajar siswa tersebut.
d. Terbuka, Contoh : pada tahun ajaran baru, guru Kimia menerangkan tentang kesepakatan
pemberian nilai dengan bobot masing-masing aspek, misal, Partisipasi kehadiran diberi
bobot 20%, Tugas individu dan kelompok 20%, Ujian tengah semester 25%, ujian akhir
semester 35%. Sehingga disini terjadi keterbukaan penilaian antara murid dan guru.
e. Bermakna, Contoh : bagi guru, hasil penilaian dapat bermakna untuk melihat seberapa
besar keberhasilan metode pembelajaran yang digunakan, sebagai evaluasi untuk
perbaikan kedepan, serta memberikan pengukuran prestasi belajar kepada siswa.
f. Mendidik, Contoh : Budi mendapatkan nilai 60 untuk pelajaran matematika, 50 untuk
bahasa Indonesia, dan 65 untuk Fisika, namun dalam kegiatan ekstrakurikuler futsal, ia
meraih prestasi yang membanggakan. Budi sadar bahwa ia harus menyeimbangkan
prestasi akademik dan non akademiknya, Kemudian budi terpacu untuk mengevaluasi
kesalahannya dan memperbaiki kualitas belajar dan hidupnya, memperoleh nilai yang
baik, juga memperoleh prestasi yang baik.
g. Menyeluruh, Contoh : Dalam penilaian hasil akhir belajar, guru Seni Budaya
mengumpulkan berbagai bukti aktivitas siswa dalam catatan sebelumnya, penilaian yang
dikumpulkan mulai dari pengetahuan tentang seni budaya, keterampilan menari,
menggambar, bermusik, kehadiran dalam KBM, dan penilaian sikap peserta didik, semua
hal tersebut digabungkan menjadi satu dan menghasilkan nilai.
h. Berkesinambungan, Contoh : guru matematika melakukan KBM secara terencana, guru
menjelaskan materi tiap pertemuan, memberikan tugas, mengadakan ulangan harian, ujian
tengah semester, serta ujian akhir semester, semua dilaksanakan secara terus menerus dan
bertahap, dan dari setiap tahap tersebut, guru mengumpulkan informasi yang akan diolah
untuk menghasilkan nilai.
i. Akuntabel Contoh : guru bahasa mandarin dapat menjelaskan secara benar kepada pihak
terkait, tentang proses penilaian, teknik penilaian, prosedur, dan hasil yang sesuai dengan
kenyataan kemampuan hasil belajar peserta didiknya.
NOMOR 3
Macam-macam tes :
1) Tes Diagnostik : tes ini digunakan untuk mendiagnosis seberapa banyak siswa tahu dan
apa yang mereka ketahui. Tes diagnostik dapat membantu guru mengetahui apa yang perlu
ditinjau atau diperkuat di kelas. Mereka juga memungkinkan siswa untuk mengidentifikasi
kelemahannya.
2) Tes Penempatan : tes ini digunakan untuk menempatkan siswa di kelas atau tingkat yang
sesuai. Misalnya, di sekolah bahasa, tes penempatan digunakan untuk memeriksa tingkat
bahasa siswa melalui tata bahasa, kosa kata, pemahaman membaca, menulis, dan
berbicara. Setelah menetapkan level siswa, siswa ditempatkan di kelas yang sesuai dengan
kebutuhannya.
3) Tes Kemajuan atau Prestasi : tes kemajuan atau prestasi mengukur peningkatan siswa
dalam kaitannya dengan silabus yang telah ditetapkan oleh guru. Tes ini hanya berisi soal-
soal yang diajarkan siswa di kelas. Tes ini juga dapat dirumuskan sebagai presentasi,
poster, tugas, atau proyek dalam penelitian kualitatif serta riset kuantitatif. Penataan tes
kemajuan dengan cara ini memperhitungkan berbagai kecerdasan dan gaya belajar yang
berbeda dari para siswa. Namun banyak siswa masih mengharapkan “ujian reguler”
sebagai bagian dari “pembelajaran normal”.
4) Tes Kecakapan : tes ini memeriksa tingkatan kecakapan sehubungan dengan standar
umum. Tes ini memberikan gambaran luas tentang pengetahuan dan kemampuan. Dalam
pembelajaran bahasa Inggris, contohnya adalah ujian TOEFL dan IELTS, yang wajib bagi
penutur bahasa asing yang ingin masuk ke universitas berbahasa Inggris.
Nomor 4
Keunggulan tes objektif.
1. Tes objektif tepat digunakan untuk mengukur proses berpikir rendah sampai dengan
sedang.
2. Semua atau sebagian besar materi yang telah diajarkan dapat ditanyakan saat ujian.
3. Pemberian skor pada setiap siswa dapat dilakukan dengan cepat tepat dan konsisten
karena jawaban yang benar untuk setiap butir soal sudah jelas dan pasti.
4. Dengan tes objektif khususnya pilihan ganda, akan memungkinkan untuk dilakukan
analisis butir soal. Dari hasil analisis butir soal maka akan dapat diperoleh informasi
tentang karakteristik setiap butir soal seperti tingkat kesukaran, daya beda, efektivitas
pengecoh, serta reliabilitasnya.
5. Tingkat kesukaran butir soal dapat dikendalikan.
Beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Kebanyakan tes objektif hanya bisa mengukur proses berpikir rendah.
2. Membuat pertanyaan tes objektif yang baik lebih sukar daripada membuat pertanyaan
tes uraian.
3. Kemampuan anak dapat terganggu oleh kemampuannya dalam membaca dan
menerka.
4. Siswa tidak dapat mengorganisasikan idenya sendiri karena semua alternatif jawaban
untuk setiap pertanyaan sudah diberikan oleh penulis soal.
Kelebihan tes uraian :
1. Memungkinkan siswa menjawab pertanyaantes secara bebas.
2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan kemampuannya dalam
hal menulis, mengutarakan ide-ide atau jalan pikirannya secara terorganisir, berpikir
kreatif dan kritis.
3. Merupakan tes terbaik untuk mengukur kemampuan siswa mengemukakan pandangan
dalam bentuk tulisan.
4. Merupakan tes terbaik untuk mengukur kemampuan siswa menjelaskan,
membandingkan, merangkumkan, membedakan, menggambarkan, dan mengevaluasi
suatu topik atau pokok bahasan.
5. Relatif lebih mudah menyusun pertanyaannya dibandingkan dengan tes bentuk
objektif.
6. Sangat memperkecil kemungkinan siswa menebak jawaban yang benar.
7. Dapat menggalakkan siswa untuk mempelajari secara luas konsep-konsep dan
genelarisasi yang berkaitan dengan topik pembahasanpengajaran.
Kelemahannya tes uraian:
1. Sukar diskor secara benar-benar objektif, walaupun itu tes yang dikualifikasi sebagai
tes uraian objektif sekalipun.
2. Membutuhkan waktu yang lama untuk menjawab satu pertanyaan.
3. Jumlah pokok bahasansub pokok bahasan yang dapat diambil sebagai sumber
pertanyaan sangat terbatas.
4. Membutuhkan waktu yang jauh lebil lama bagi guru untuk membaca dan menilai
semua jawaban siswa.
5. Sering terbuka untuk halo effect yang berupa kecenderungan untuk memberi nilai
tinggi bagi siswa yang dianggapdinilai mempunyai kemampuan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan teman sekelasnya.
NOMOR 5
Langkah-langkah dalam merencanakan sebuah tes, yaitu: (1) menentukan tujuan tes,
(2) menentukan kompetensi yang akan diujikan, (3) menentukan materi yang diujikan, (4)
menetapkan penyebaran butir soal berdasarkan kompetensi, materi, dan bentuk
penilaiannya (tes tertulis: bentuk pilihan ganda, uraian; dan tes praktik), (5) menyusun
kisi-kisinya, (6) menulis butir soal, (7) memvalidasi butir soal atau menelaah secara
kualitatif, (8) merakit soal menjadi perangkat tes, (9) menyusun pedoman penskorannya
(10) uji coba butir soal, (11) analisis butir soal secara kuantitatif dari data empirik hasil
uji coba, dan (12) perbaikan soal berdasarkan hasil analisis kuantitatif.