Anda di halaman 1dari 7

SUMMARY TOPIK 5-6-7

MATA KULIAH ASSESMEN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS


Senin, 10 Oktober 2022

Nama : Purwaningrum Rahayu


NIM : 1102621043

A.Ragam Prosedur Asesmen Informal untuk ABK


Asesmen Informal: asesmen yang dibuat oleh guru sesuai dengan konteks pembelajaran
di kelas. Asesmen informal dilaksanakan oleh guru setelah selesai pembelajaran. Guru
menggunakan tes yang terdapat dalam buku ajar sesuai kurikulum. Teknik pengukuran informal
oleh guru berupa: Observasi, Analisis sampel kerja, Analisis tugas, Infentory informal, Daftar
cek, Skala
penilaian, Kuesioner, Wawancara.

Seperti telah diuraikan di atas bahwa metode atau cara yang dapat digunakan dalam
melaksanakan asesmen antara lain:

a. Observasi, pengamatan yang dilakukan terhadap cara belajar siswa, tingkah laku yang
muncul pada saat siswa belajar, dan sebagainya
b. Tes atau evaluasi hasil belajar, diperoleh dengan cara memberikan tes pada setiap bidang
pengajaran.
c. Wawancara, dilakukan terhadap orang tua, atau keluarga, dan siswa.

Sedangkan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data yang diharapkan melalui
metode di atas adalah:

a. Ceklis, yaitu memberikan tanda pada bagian-bagian yang telah ditentukan pada pedoman
sesuai dengan kemampuan anak.
b. Skala nilai, yaitu bentuk penilaian yang mengarah pada kemampuan atau prestasi belajar
siswa.

Adapun bentuk laporan hasil pelaksanaan asesmen dapat berupa:


a. grafik, yaitu untuk menggambarkan posisi setiap siswa dalam tiap-tiap bidang
pengajaran
b. Data kualitatif, yaitu deskripsi singkat tentang kemampuan siswa dalam belajar untuk
setiap bidang studi
c. Data kuantitatif, yaitu data berupa angka. Supaya tidak menyesatkan, data kuantitatif
ini hendaknya selalu diiringi dengan data kualitatif.

Pada hakikatnya guru mempunyai tugas untuk membantu individu agar dapat belajar
secara baik dan memperoleh hasil yang optimal (sesuai dengan kemampuannya). Oleh karena
itu, dalam merencanakan program pengajaran, guru hendaknya memperhatikan perbedaan-
perbedaan yang dimiliki oleh siswa baik yang bersifat inter individual maupun yang bersifat intra
individual.

Perbedaan-perbedaan itu dapat diketahui melalui kegiatan asesmen.Untuk menentukan


apa yang harus diajarkan kepada siswa secara individu, ada beberapa langkah/urutan yang
harus diperhatikan. Mercer & Mercer (1989:38) menyarankan sebagai berikut: 1) Determine
scope and sequence of skills to be taught, 2) decide what behavior toasses, 3) select an evaluation
activity, 4) administer the evaluation device, 5) record the student’s performance, 6) determine
the specific short- and long range instructional objectives.

Pernyataan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut, Pertama, menentukan skop


atau bidang dan urutan keterampilan yang akan diajarkan. Untuk dapat melaksanakan
hal ini dengan efektif, maka guru harus memahami tingkatan kemampuan siswa dalam
bidang-bidang pengajaran tertentu. Hal ini perlu dilakukan mengingat kemampuan antara siswa
yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda. Guru umumnya dapat mengetahui dengan jelas
keterampilan-keterampilan yang telah dikuasai oleh siswa dan keterampilan yang perlu
dikuasainya. Melalui analisis tugas biasanya guru dapat mengidentifikasi keterampilan siswa
sampai kepada bagian-bagian yang terkecil.
Kedua, Memilih tingkah laku yang akan dinilai. Penilaian tingkah laku dimulai dari
tingkat yang paling global sampai pada tingkat yang paling spesifik. Tingkah laku global yaitu
penggradasian materi kurikulum yang melibatkan tingkah laku siswa dalam rentang keterampilan
yang luas. Misalnya dalam bidang membaca meliputi: keterampilan mengenal huruf dan kata,
pemahaman kata, dan mungkin pemahaman wacana. Sedangkan tingkah laku yang spesifik
mengacu pada penentuan secara langsung tujuan pengajaran, misalnya: siswa perlu belajar bunyi
vokal pendek.
Ketiga, memilih kegiatan evaluasi. Dalam hal ini guru perlu mempertimbangkan apakah
kegiatan itu untuk menilai rentang keteampilan umum atau untuk menilai keterampilan khusus.
Apabila penilaian tentang rentang keterampilan dibutuhkan maka hal itu umumnya dilakukan
tidak secara kontinyu. Misalnya dua kali dalam setahun. Akan tetapi penilaian keterampilan
khusus sebaiknya bersifat kontinyu yang hasilnya dapat digunakan untuk merencanakan
berikutnya.
Keempat, pengadministrasian alat evaluasi. Pengadministrasian alat evaluasi biasanya
diperlukan untuk penilaian awal. Kegiatan ini meliputi identifikasi bidang masalah, pencatatan
pola kesalahan, penilaian keterampilan tertentu. Setelah penilaian awal dilaksanakan dan tujuan-
tujuan pengajaran ditentukan, maka selanjutnya guru juga perlu menentukan prosedur untuk
memonitoring kemajuan.
Kelima, pencatatan penampilan siswa. Ada dua jenis penampilan siswa yang harus
dicatat oleh guru, yaitu penampilan pekerjaan pada sehari-hari yang biasanya dicatat dengan
aktivitas buatan guru; dan penguasaan keterampilan secara keseluruhan yang biasanya dicatat
dalam bagan-bagan atau format kemajuan setiap individu yang telah disediakan untuk keperluan
tersebut.
Keenam, penentuan tujuan pengajaran khusus jangka pendek dan jangka panjang. Tujuan
yang baik adalah tujuan yang dapat mengamati tingkah laku yang terjadi dan menggambarkan
kriteria penilaian yang berhasil. Contoh: tujuan jangka pendek memberi materi berupa huruf-
huruf konsonan seperti: b, c, d, e, f, g dan seterusnya. Tujuan jangka panjang memberikan materi
berupa rangkaiana huruf vocal dan konsonan, siswa dapat menyebutkan 90% fonem yang benar.
Dalam hal ini yang penting adalah bahwa tujuan jangka pendek hendaknya langsung memberi
kontribusi terhadap pencapaian tujuan jangka panjang.

1. OBSERVATIONAL ASSESMENT
Istilah observasi berasal dari bahasa latin yang berarti melihat dan memperhatikan.
Secara luas observasi diartikan pada kegiatan memperhatikan fenomena secara akurat,
mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam
fenomena tersebut (Bainster dalam Poerwandari 2001).
Obsevasi merupakan salah satu metode asesmen yang utama selain dari pada
wawancara. Sebagai sebuah metode asesmen, observasi menjadi sebuah kegiatan yang
bertujuan, terancang dan terlaksana secara sistematis sekaligus harus terstruktur. Observasi
bukanlah sebuah kegiatan sekedar mengamati.
Keahlian observasi ini menjadi standar keterampilan yang dibutuhkan pengajar dalam sebuah
area kerjanya seperti mengobservasi prilaku siswa berkebutuhan khusus bagi guru yang
mengajar sekolah inklusi.
Kerlinger (2003) menegaskan bahwa pengamatan yang dilakukan oleh setiap orang
tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, bahkan tidak dapat memuaskan ilmu
pengetahuan. Observasi yang dilakukan orang sehari-hari tidak dapat dijadikan sebagai data
ilmiah karena tidak menggunakan prosedur pengukuran seperti tidak adanya urutan tindakan
menurut aturan tertentu yang dilakukan tanpa adanya tujuan.
Tujuan dari obsevasi tidak hanya sebatas mengetahui perilaku atau peristiwa tertentu,
namun untuk menghasilkan pengetahuan yang sesuai dengan syarat-syarat penelitian ilmiah
tanpa memerlukan banyak biaya maupun tenaga ahli. Berikut adalah kelemahan dan kelebihan
observasi:
Kartono (1996) Kelebihan observasi:
1. Merupakan alat yang murah, mudah dan langsung mengadakan penelitian
terhadap macam-macam gejala
2. Waktu yang efisien
3. Banyak peristiwa psikis yang didapat saat observasi
4. Mengadakan pengamatan secara serentak dengan observer lebih dari seorang
5. Memberi hasil yang akurat dan digunakan sebagai acuan (Zechmeister, 2001)
Kartono (1996) Kelemahan observasi:
1. Peristiwa tidak dapat selalu diramalkan
2. Banyak peristiwa yang tidak dapat dilakukan dengan observasi langsung seperti
kehidupan pribadi
3. Observe kadang sengaja menimbulkan kesan baik atau sebaliknya yang disebut hallo
offect
4. Orang yang diobservasi merasa terganggu atau tidak nyaman
5. Terpengaruh oleh pengamatan sebelumnya (Generosity effect)
6. Kecenderungan observe untuk menghubungkan kejadian atau situasi yang pernah
dialami
2. CRITERION-REFERRENCED TESTING & CURRICULUM BASED ASSESSMENT
Melibatkan pengukuran tingkat siswa dalam hal hasil kurikulum yang diharapkan dari sekolah. siswa
dinilai berdasarkan kurikulum sekolah. Kegunaan: 1. menilai kinerja siswa dalam kurikulum 2. peran
bahan ajar 3. Kesalahan dan keterampilan siswa yang hilang.
Penilaian berbasis kurikulum yang mengacu pada kriteria
 Berfokus pada pengukuran penguasaan siswa terhadap tujuan yang berasal dari kinerja kelas
 CBA tidak terstandardisasi, sehingga perbandingan antar mata pelajaran, sekolah tidak layak
 CR CBA digunakan untuk tujuan perencanaan
 CBM cukup memadai untuk memantau kurikulum dan pengambilan keputusan
Mengapa merancang kriteria dan standar penilaian yang jelas? 1. Hemat waktu dalam proses
penilaian 2. memungkinkan Anda membuat penilaian yang konsisten dan adil 3. membantu siswa
berpartisipasi dalam pembelajaran mereka sendiri, karena mereka tahu apa yang mereka tuju 4.
menyelamatkan Anda dari keharusan menjelaskan kriteria Anda kepada siswa setelah mereka
menyerahkan pekerjaan mereka, sebagai cara untuk membenarkan nilai yang mereka perjuangkan

3.PORTOFOLIO ASSESSMENT AND OTHER ALTERNATIVE PROCEDURE


Portofolio yang berasal dari kata portfolio sering disebut juga dengan istilah rubrics. Dalam
asesmen, portofolio termasuk asesmen alternatif yang bahannya dapat bervariasi bergantung dari
fungsi dan konteks asesmen. Pada umumnya portofolio berbentuk produk dokumen (tulisan,
gambar, karangan, dll) dan melibatkan komunikasi yang inovatif. Hasil portofolio perorangan
(ataupun
kelompok) seringkali didiskusikan, diseminarkan, dan/atau dipamerkan.
Portofolio diartikan sebagai sekumpulan upaya, kemajuan atau prestasi peserta didik yang
terencana (bertujuan) pada area tertentu. Sementara itu portofolio juga diartikan sebagai suatu
koleksi yang dikhususkan dari pekerjaan peserta didik yang mengalami perkembangan yang
memungkinkan peserta didik dan pendidik menentukan kemajuan yang sudah dicapai oleh peserta
didik. Dikatakan pekerjaan peserta didik mengalami perkembangan, karena mereka dapat merevisi
pekerjaannya berdasarkan hasil "self assessment"nya. Self assessment ini penting dikembangkan
pada diri orang yang belajar, khususnya pada orang (dewasa) yang belajar sendiri dan belajar untuk
mengembangkan kemampuan sendiri. Mereka perlu menilai kemampuan dan kemajuan mereka
sendiri.

Konteks asesmen berkenaan dengan portofolio (Stiggins, 1994: 422):


1 Tujuan: dokumen peningkatan/kemajuan peserta didik selama satu satuan waktu.
2 Hakekat hasil belajar: pengetahuan, penalaran, keterampilan, produk, dan/atau afektif perlu
dinyatakan dalam portofolio yang mengarahkan peserta didik untuk mengumpulkan sampel
pekerjaannya.
3 Fokus bukti: menunjukkan perubahan performan/kinerja peserta didik dari waktu ke waktu atau
status dalam satu aspek tertentu pada waktunya.
4 Rentang waktu: Apabila kemajuan peserta didik menjadi fokus, perlu ada pembatasan waktu (satu
bulan, satu semester).
5 Hakekat bukti: Jenis bukti apa yang akan digunakan untuk menunjukkan kemampuan peserta didik
(tes, sampel pekerjaan, hasil observasi
Kekuatan asesmen portofolio antara lain adalah: (a) memungkinkan pendidik mengases
kemampuan peserta didik untuk membuat, menulis, menghasilkan berbagai tipe tugas akademik;
(b) memungkinkan pendidik menilai keterampilan/kecakapan peserta didik; (c) mendorong
kolaborasi (komunikasi dan hubungan) antara peserta didik dan pendidik; (d) memungkinkan
pendidik mengintervensi proses dan menentukan di mana/bilamana pendidik perlu membantu.
Kelemahan asesmen portofolio di antaranya adalah: memerlukan waktu yang relatif panjang dan
segera (1); pendidik harus tekun, sabar, dan terampil (ii); tidak ada kriteria yang standar (iii).

Yuwono, I. (2017). IDENTIFIKASI DAN ASSEMEN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS.


Universitas Lambung Mangkurat.
Ni'matuzahroh, S., & Prasetyaningrum, S. (2018). Observasi: Teori dan Aplikasi dalam
Psikologi (Vol. 1). UMMPress.
Rustaman, N. Y. (2010). Penilaian portofolio. FMIPA & PPS Universitas Pendidikan Indonesia.
Tersedia: http://etd. eprints. ums. ac. id/2006/3 A, 420030053.

Anda mungkin juga menyukai