Seperti telah diuraikan di atas bahwa metode atau cara yang dapat digunakan dalam
melaksanakan asesmen antara lain:
a. Observasi, pengamatan yang dilakukan terhadap cara belajar siswa, tingkah laku yang
muncul pada saat siswa belajar, dan sebagainya
b. Tes atau evaluasi hasil belajar, diperoleh dengan cara memberikan tes pada setiap bidang
pengajaran.
c. Wawancara, dilakukan terhadap orang tua, atau keluarga, dan siswa.
Sedangkan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data yang diharapkan melalui
metode di atas adalah:
a. Ceklis, yaitu memberikan tanda pada bagian-bagian yang telah ditentukan pada pedoman
sesuai dengan kemampuan anak.
b. Skala nilai, yaitu bentuk penilaian yang mengarah pada kemampuan atau prestasi belajar
siswa.
Pada hakikatnya guru mempunyai tugas untuk membantu individu agar dapat belajar
secara baik dan memperoleh hasil yang optimal (sesuai dengan kemampuannya). Oleh karena
itu, dalam merencanakan program pengajaran, guru hendaknya memperhatikan perbedaan-
perbedaan yang dimiliki oleh siswa baik yang bersifat inter individual maupun yang bersifat intra
individual.
1. OBSERVATIONAL ASSESMENT
Istilah observasi berasal dari bahasa latin yang berarti melihat dan memperhatikan.
Secara luas observasi diartikan pada kegiatan memperhatikan fenomena secara akurat,
mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam
fenomena tersebut (Bainster dalam Poerwandari 2001).
Obsevasi merupakan salah satu metode asesmen yang utama selain dari pada
wawancara. Sebagai sebuah metode asesmen, observasi menjadi sebuah kegiatan yang
bertujuan, terancang dan terlaksana secara sistematis sekaligus harus terstruktur. Observasi
bukanlah sebuah kegiatan sekedar mengamati.
Keahlian observasi ini menjadi standar keterampilan yang dibutuhkan pengajar dalam sebuah
area kerjanya seperti mengobservasi prilaku siswa berkebutuhan khusus bagi guru yang
mengajar sekolah inklusi.
Kerlinger (2003) menegaskan bahwa pengamatan yang dilakukan oleh setiap orang
tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, bahkan tidak dapat memuaskan ilmu
pengetahuan. Observasi yang dilakukan orang sehari-hari tidak dapat dijadikan sebagai data
ilmiah karena tidak menggunakan prosedur pengukuran seperti tidak adanya urutan tindakan
menurut aturan tertentu yang dilakukan tanpa adanya tujuan.
Tujuan dari obsevasi tidak hanya sebatas mengetahui perilaku atau peristiwa tertentu,
namun untuk menghasilkan pengetahuan yang sesuai dengan syarat-syarat penelitian ilmiah
tanpa memerlukan banyak biaya maupun tenaga ahli. Berikut adalah kelemahan dan kelebihan
observasi:
Kartono (1996) Kelebihan observasi:
1. Merupakan alat yang murah, mudah dan langsung mengadakan penelitian
terhadap macam-macam gejala
2. Waktu yang efisien
3. Banyak peristiwa psikis yang didapat saat observasi
4. Mengadakan pengamatan secara serentak dengan observer lebih dari seorang
5. Memberi hasil yang akurat dan digunakan sebagai acuan (Zechmeister, 2001)
Kartono (1996) Kelemahan observasi:
1. Peristiwa tidak dapat selalu diramalkan
2. Banyak peristiwa yang tidak dapat dilakukan dengan observasi langsung seperti
kehidupan pribadi
3. Observe kadang sengaja menimbulkan kesan baik atau sebaliknya yang disebut hallo
offect
4. Orang yang diobservasi merasa terganggu atau tidak nyaman
5. Terpengaruh oleh pengamatan sebelumnya (Generosity effect)
6. Kecenderungan observe untuk menghubungkan kejadian atau situasi yang pernah
dialami
2. CRITERION-REFERRENCED TESTING & CURRICULUM BASED ASSESSMENT
Melibatkan pengukuran tingkat siswa dalam hal hasil kurikulum yang diharapkan dari sekolah. siswa
dinilai berdasarkan kurikulum sekolah. Kegunaan: 1. menilai kinerja siswa dalam kurikulum 2. peran
bahan ajar 3. Kesalahan dan keterampilan siswa yang hilang.
Penilaian berbasis kurikulum yang mengacu pada kriteria
Berfokus pada pengukuran penguasaan siswa terhadap tujuan yang berasal dari kinerja kelas
CBA tidak terstandardisasi, sehingga perbandingan antar mata pelajaran, sekolah tidak layak
CR CBA digunakan untuk tujuan perencanaan
CBM cukup memadai untuk memantau kurikulum dan pengambilan keputusan
Mengapa merancang kriteria dan standar penilaian yang jelas? 1. Hemat waktu dalam proses
penilaian 2. memungkinkan Anda membuat penilaian yang konsisten dan adil 3. membantu siswa
berpartisipasi dalam pembelajaran mereka sendiri, karena mereka tahu apa yang mereka tuju 4.
menyelamatkan Anda dari keharusan menjelaskan kriteria Anda kepada siswa setelah mereka
menyerahkan pekerjaan mereka, sebagai cara untuk membenarkan nilai yang mereka perjuangkan