Oleh :
ERLY KUSUMAWATI
IKA WAHYUNI
2023
EVALUASI
Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan
sebagai pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa (the worth and merit) dari tujuan
yang dicapai, desain, implementasi dan dampak untuk membantu membuat keputusan,
membantu pertanggung jawaban dan meningkatkan pemahaman terhadap fenomena. Menurut
rumusan tersebut, inti dari evaluasi adalah penyediaan informasi yang dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan.
Dapat disimpulkan juga bahwa evaluasi merupakan proses (bukan hasil) yang sistematis dan
berkelanjutan untuk mengumpulkan, mendeskripsikan, mengintepretasikan dan menyajikan
informasi untuk dapat digunakan sebagai dasar membuat keputusan dan atau menyusun
kebijakan. Adapun tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh informasi yang akurat dan
objektif tentang suatu program. Informasi tersebut dapat berupa proses pelaksanaan program,
dampak/hasil yang dicapai, efisiensi serta pemanfaatan hasil evaluasi yang difokuskan untuk
program itu sendiri, yaitu untuk mengambil keputusan apakah dilanjutkan, diperbaiki atau
dihentikan. Selain itu, juga dipergunakan untuk kepentingan penyusunan program berikutnya
maupun penyusunan kebijakan yangterkait dengan program.
Dari rumusan-rumusan diatas sedikitnya ada tiga aspek yang perlu diperhatikan untuk lebih
memahami apa yang dimaksud dengan evaluasi, khususnya evaluasi pembelajaran, yaitu:
1. Kegiatan evaluasi merupakan proses yang sistematis. Ini berarti bahwa evaluasi
merupakan kegiatan terencana dan dilakukan secara berkesinambungan. Evaluasi
bukan hanya merupakan kegiatan akhir ataupenutup dari sebuah program
pembelajaran, melainkan kegiatan yang dilakukan pada permulaan, selama program
berlangsung, dan pada akhir program setelah program pembelajaran itu dianggap
selesai.
2. Di dalam kegiatan evaluasi diperlukan berbagai informasi atau data yang menyangkut
objek yang sedang dievaluasi, hal ini bisa diperoleh melalui tesyang tepat.
3. Setiap kegiatan evaluasi pembelajaran, tidak terlepas dari tujuan pembelajaran yang
hendak dicapai dan proses pembelajaran yang berlangsung.
Menurut Scriven (1967), fungsi evaluasi pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu fungsi formatif dan fungsi sumatif.
Fungsi formatif dilaksanakan apabila hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi diarahkan
untuk memperbaiki bagian tertentu atau sebahagian besar kurikulum yang dikembangkan.
Sedangkan fungsi sumatif dihubungan dengan menyimpulkan mengenai kebaikan dari system
secara keseluruhan, dan fungsi ini baru dapat dilaksanakan apabila pengembangan suatu
kurikulum telah dianggap selesai.
INSTRUMEN EVALUASI NON TES
ANGKET
Angket termasuk alat untuk mengumpulkan dan mencatat data atau informasi, pendapat dan
paham dalam hubungan kausal. Angket mempunyai kesamaan dengan wawancara, kecuali
dalam implementasinya. Angket dilaksanakan secara tertulis, sedangkan wawancara
dilaksanakan secara lisan.
Keuntungan angket antara lain:
1. Responden dapat menjawab dengan bebas tanpa dipengaruhi oleh hubungan
denganpenilai,
2. Informasi atau data terkumpul lebih mudah karena itemnya homogeny,
3. Dapat digunakan untuk mengumpulkan data dari jumlah responden yang besar
yangdijadikan sampel.
Kelemahannya adalah:
1. Ada kemungkinan angket diisi oleh orang lain,
2. Hanya diperuntukan bagi yang dapat melihat saja,
3. Responden hanya menjawab berdasarkan jawaban yang ada.
Angket terdiri atas beberapa bentuk:
1. Bentuk angket berstruktur, yaitu angket yang menyediakan kemungkinan jawabannya.
2. Bentuk angket tak berstruktur, yaitu bentuk angket yang memberikan jawaban secara
terbuka yang respondennya secara bebas menjawab pertanyaan tersebut.
Menurut Sugiyono (2006: 200-203) dalam pembuatan angket sebagai alat evaluasi,
ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru, diantaranya:
1. Isi dan tujuan pertanyaan
yang dimaksud disini adalah apakah isi pertanyaan tersebut merupakan
bentuk pengukuran atau bukan? Kalau berbentuk pengukuran, maka dalam membuat
pertanyaan harus teliti, setiap pertanyaan harus disusun dalam skala pengukuran dan
jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur objek yang diamati.
2. Bahasa yang digunakan
bahasa yang digunakan dalam penulisan angket harus disesuaikan dengan
kemampuan berbahasa, jenjang pendidikan, keadaan social budaya peserta didik.
3. Tipe dan bentuk pertanyaan
tipe pertanyaan dalam angket dapat terbuka atau tertutup dan bentuknya dapat
menggunakan kalimat positif atau negative. Pertanyaan terbuka, adalah pertanyaan
yang mengharapkan responden untuk menuliskan jawabannya berbentuk uraian
tentang sesuatu hal. Sebaliknya pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang
mengharapkan jawaban singkat atau mengharapkan responden untuk memilih salah
satu alternatif jawaban dari setiap pertanyaan yang telah tersedia. Setiap pertanyaan
angket yang mengharapkan jawaban berbentuk data nominal, ordinal, interval dan
ratio adalah bentuk pertanyaan tertutup.
4. Pertanyaan tidak mendua
Setiap pertanyaan dalam angket jangan mendua sehingga menyulitkan responden
untuk memberikan jawaban.
Contoh: Bagaimana pendapat anda tentang kualitas dan relevansi media
pembelajaran yang digunakan guru dengan tujuan pembelajaran? Ini adalah contoh
pertanyaan mendua, karena menanyakan tentang dua hal sekaligus, yaitu kualitas dan
relevansi. Sebaiknya pertanyaan tersebut dijadikan menjadi dua pertanyaan.
5. Tidak menanyakan yang sudah lupa
Setiap pertanyaan dalam angket, sebaiknya juga tidak menyanyakan hal-hal yang
sekiranya peserta didik sudah lupa atu pertanyaan yang
memerlukan jawaban dengan berfikir hebat.
Contohnya: Apa media pembelajaran yang pernah digunakan gurumu sewaktu berada
di Sekolah Dasar (SD)? Jika sekarang peserta didik tersebut berada di tingkat satuan
pendidikan menengah atas, tentu akan sulit baginya untuk menjawab pertanyaan
tersebut
6. Pertanyaan tidak menggiring
Pertanyaan dalam angket sebaiknya juga tidak menggiring ke jawaban yang baik saja
atau ke yang jelek saja.
Contohnya: Bagaimanakah prestasi belajar anda selama berada di Sekolah Dasar?
Jawaban peserta didik tentu cenderung menyatakan baik.
7. Panjang pertanyaan
Pertanyaan dalam angket sebaiknya tidak terlalu panjang sehingga akan membuat
jenuh peserta didik dalam mengisinya. Bila jumlah variabelnya banyak, sehingga
memerlukan instrument yang banyak, maka angket tersebut dibuat bervariasi dalam
penampilan, model, skala pengukuran yang digunakan dan cara pengisiannya.
Disarankan empiric jumlah pertanyaan yang memadai adalah antara 20 s/d 30
pertanyaan.
8. Urutan pertanyaan
Urutan pertanyaan dalam angket, dimulai dari yang umum sampai menuju ke hal yang
spesifik atau dari yang mudah ke hal yang sulit atau diacak. Hal ini perlu
dipertimbangkan karena secara psikologis akan mempengaruhi semangat peserta didik
untuk menjawab.
9. Prinsip pengukuran
Angket yang diberikan kepada peserta didik adalah merupakan alat
untuk memperoleh suatu informasi tentang suatu objek, oleh karena itu angket
tersebut harus dapat digunakan untuk mendapatkan data yang valid dan reliable
tentang objek yang hendak diukur. Supaya diperoleh data dan informasi yang valid
dan reliable, maka sebelum angket diberikan, perlu diuji validitas dan reliabilitasnya
terlebih dahulu. Angket yang tidak valid dan reliable bila digunakan untuk
mengumpulkan data, akan menghasilkan data yang tidak valid dan reliable pula.
10. Penampilan fisik angket
Penampilan fisik angket sebagai alat pengumpul data akan mempengaruhi respon atau
keseriusan peserta didik dalam mengisi angket. Angket yang dibuat di kertas buram,
akan mendapat respon yang kurang menarik bagi peserta didik, bila dibandingkan
angket yang dicetak dalam kertas yang bagus dan berwarna akan menjadi lebih mahal.
SKALA PENGUKURAN
Dalam membuat pedoman observasi dan angket diperlukan penggunaan skala
pengukuran agar informasi yang diperoleh dapat ditranformasi secara kuantitatif sehingga
menghasilkan informasi sesuai dengan yang diharapkan. Skala pengukuran merupakan
kesepakatan yang digunakan sebagaiacuan untuk menentukan panjang pendeknya interval
yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan
menghasilkan data kuantitatif. Dengan skala pengukuran ini, maka nilai variable yang diukur
dengan instrument tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga akan lebih akurat,
efisien dan komunikatif.
Adapun jenis-jenis skala pengukuran yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
1. Skala likert
Skala likert digunakan untuk mengukur variable sikap, pendapat dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang suatu objek. Dengan skala likert, maka
variable yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variable. Kemudian indikator
dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrument yang dapat berupa
pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrument yang menggunakan skala
likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negative, yang dapat
berupa kata-kata antara lain:
A. Sangat setuju A. Selalu
B. Setuju B. Sering
C. Tidak setuju C. Kadang-kadang
D. Sangat tidak setuju D. Tidak pernah
A. Sangat positif A. Sangat baik
B. Positif B. Baik
C. Negative C. Tidak baik
D. Sangat negative D. Sangat tidak baik
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor, misalnya:
Alternatif Jawaban Skor
Setuju/sangat baik 4
Setuju/baik 3
Tidak setuju/tidak baik 2
Sangat tidak setuju/sangat tidak baik 1
2. Skalaguttman
Skala pengukuran dengan tipe ini, akan didapat jawaban yang tegas, yaitu “ya-tidak” ;
“benar-salah” ; “pernah-tidak pernah” dan lain-lain. Data yang diperoleh dapat berupa
data interval atau rasio dikhotomi (dua alternative). Jadi kalau pada skala likert
terdapat 3,4,5,6,7 interval, dari kata “sangat setuju” sampai ”sangat tidak setuju”,
maka pada skala guttman hanya ada dua interval yaitu “setuju” atau “tidak setuju”.
Instrument yang menggunakan skala guttman dilakukan apabila ingin mendapatkan
jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan.
Contoh :
1. Bagaimana pendapat anda tentang metode ceramah yang digunakan guru dalam
mengajar TIK?
a. Baik
b. Tidak baik