Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENGEMBANGAN INSTRUMEN EVALUASI JENIS NON-TES


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran Bahasa Arab
Dosen Pengampu :
Machrup Eko Cahyono, M.Pd.I.

Disusun oleh kelompok 8 :


1. Zahwa Fadillatuz Zamroni 126202201005
2. Haris Ibnu Achmad 126202202039
3. Masrurin Win Hayati 126202202048

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
MEI 2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah ilmiah mengenai Pengembangan Instrumen Evaluasi
Jenis Non-tes. Makalah ilmiah ini sudah selesai kami susun dengan maksimal
dengan bantuan pertolongan dari berbagai pihak, sehingga tak lupa kami
mengucapkan begitu banyak terimakasih atas kontribusinya dalam pembuatan
makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari seutuhnya bahwa masih jauh dari
kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu, kami terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca sehingga kami bisa melakukan perbaikan makalah
ilmiah sehingga menjadi makalah yang baik dan benar.
Akhir kata kami meminta semoga makalah ilmiah tentang Pengembangan
Instrumen Evaluasi Jenis Non-tes ini bisa memberi manfaat ataupun inspirasi
pada pembaca.

Tulungagung, 19 Mei 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN iJUDUL......................................................................................i
KATA iPENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR iISI..................................................................................................iii
BAB iI iPENDAHULUAN i
A. LatariBelakang iMasalah.............................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB iII iPEMBAHASAN
A. IApa Pengertian Evaluasi Nontes ...............................................................2
B. iApa Saja Macam-macam Instrument Evaluasi Non-tes..............................2
C. iBagaimana Teknik Pemberian Penghargaan Evaluasi Non-tes .................3
BAB iIII iPENUTUP i
A. Kesimpulan..................................................................................................10
B. Saran.............................................................................................................11
DAFTAR iPUSTAKA.....................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Instrumen non-tes dapat digunakan jika ingin mengetahui kualitas
proses dan produk dari suatu pekerjaan serta hal-hal yang berkenaan
dengan domain afektif, seperti sikap, minat, bakat dan motivasi. Setiap
dimensi dan aspek yang diukur memerlukan alat atau instrumen yang
berbeda. Pada prinsipnya, setiap melakukan evaluasi pembelajaran, dapat
menggunakan teknik tes dan non-tes, sebab hasil belajar atau aspek-aspek
pembelajaran bersifat aneka ragam. Hasil belajar dapat berupa
pengetahuan teoretis, keterampilan, dan sikap. Pengetahuan teoretis dapat
diukur dengan menggunakan teknik tes. Keterampilan dapat diukur
dengan menggunakan tes perbuatan. Adapun perubahan sikap dan
pertumbuhan anak dalam psikologi hanya dapat diukur dengan teknik non-
tes misalnya observasi, wawancara, skala sikap, dan lain-lain.
Dengan kata lain, banyak aspek pembelajaran termasuk jenis hasil
belajar yang hanya dapat diukur dengan teknik non-tes. Jika hasil
evaluator hanya menggunakan teknik tes saja, tentu data yang
dikumpulkan menjadi kurang lengkap dan tidak bermakna, bahkan dapat
merugikan pihak-pihak tertentu. Justru teknik non-tes digunakan sebagai
suatu kritikan tehadap kelemahan teknik tes.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian evaluasi non-tes?
2. Apa saja macam-macam instrument evaluasi non-tes?
3. Bagaimana teknik pemberian penghargaan evaluasi non-tes?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian evaluasi non-tes.
2. Untuk mengetahui macam-macam instrument evaluasi non-tes.
3. Untuk mengetahui teknik pemberian penghargaan evaluasi non-tes.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Evaluasi Non-Tes


Adapun menurut Hasyim, ”Penilaian non test adalah penilaian
yang mengukur kemampuan siswa secara langsung dengan tugas-tugas riil
dalam proses pembelajaran”. Contoh penilaian non test banyak terdapat
pada keterampilan menulis untuk bahasa, percobaan laboratorium sains,
bongkar pasang mesin, teknik dan sebagainya”. Teknik penilaian non-tes
berarti melaksanakan penilaian dengan tidak menggunakan tes. Sedangkan
teknik penilaian non tes tulis maksudnya adalah bentuk evaluasi non tes
yang berbentuk tulisan atau non lisan.1
Alat atau instrumen merupakan sesuatu yang dapat digunakan
untuk mempermudah seseorang melaksanakan tugas atau mencapai tujuan
dengan lebih efektif dan efisien. Sedangkan istilah evaluasi merupakan
suatu proses untuk memperoleh kualitas tertentu terutama yang berkenaan
dengan nilai dan arti, istilah lain yang memiliki maksan yang hampir sama
dengan evaluasi adalah penilaian (assessment) dan pengukuran. Secara
sederhana penilaian dan pengukuran meruapakan komponen yang ada di
dalam ruang lingkup evaluasi, dimana penilaian merupakan proses
berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi, sedangkan
pengukuran lebih khusus mengumpulkan informasi yang bersifat
kuantitatif atas sesuatu.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas maka instrument evaluasi
jenis non-tes diartikan sebagai sesuatu yang digunakan untuk
mempermudah pihak-pihak tertentu untuk memperoleh kualitas atas suatu
objek dengan menggunakan teknik non-tes.2

1
Pengembangan instrument evaluasi jenis nontes (online) diakses dari
https://id.scribd.com/document/361546741/Pengembangan-Instrumen-Evaluasi-Jenis-Non-Tes
pada 26 April 2018.
2
Instrumen Penilaian Non-Tes, diakses dari
http://andinurdiansah.blogspot.com/2010/09/instrumen-non-tes.html pada 21 April pukul 15:30
WIB.

2
B. Macam-Macam Instrumen Evaluasi Non-Tes
1. Observasi
Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara
sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena,
baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan
untuk mencapai tujuan tertentu. Alat yang digunakan dalam
melakuakan observasi disebut pedoman observasi. Observasi tidak
hanya digunakan dalam kegiatan evaluasi, tetapi juga dalam bidang
penelitian, terutama penelitian kualitatif. Tujuan utama obsevasi
adalah untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai suatu
fenomena, baik yang berupa peristiwa maupun tindakan, baik dalam
situasi yang sesungguhnya maupun dalam situasi buatan, untuk
mengukur perilaku kelas (baik perilaku guru maupun perilaku peserta
didik)., interaksi antara peserta didik dan guru. Dalam evaluasi
pembelajaran, observasi dapat digunakan untuk menilai proses dan
hasil belajar peserta didik, seperti tingkah laku peserta didik pada
waktu belajar, berdiskusi, mengerjakan tugas, dan lain-lain.
Observasi juga dapat digunakan untuk menilai penampilan guru
dalam mengajar, suasana kelas, hubungan guru dengan peserta didik,
dan perilaku sosial lainnya. Obsevasi mempunyai karakteristik yaitu
mempunyai arah dan tujuan yang jelas. Hal ini dimaksudkan agar
pelaksanaan observasi tidak menyimpang dari permasalahan.
Ciri-ciri observasi yang dikemukakan oleh Good dkk.
Mempunyai kelemahan, yaitu: dalam observasi partisipan tidak dapat
dilakukan dengan hati-hati dan terencana. Dilihat dari kerangka
kerjanya, observasi dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
a. Observasi berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai
observer telah ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan
kerangka kerja yang berisi faktor-faktor yang telah diatur

3
kategorisasinya. Isi dan luas materi observasi telah ditetapkan
dn dibatasi dengan jelas dan tegas.
b. Observasi tak berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai
observer tidak dibatasi oleh suatu kerangka kerja yang pasti.
Kegiatn observasi hanya dibatasi oleh tujuan observasi itu
sendiri.3
2. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu bentuk instrument evaluasi
jenis non tes yang dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab baik
secara langsung tanpa alat perantara maupun secara tidak langsung.
Wawancara bertujuan untuk memperoleh informasi untuk
menjelaskan suatu kondisi tertentu, melengkapi penyelidikan ilmiah
atau untuk mempengaruhi situasi atau orang tertentu.
Berikut ini merupakan langkah-langkah untuk melakukan
wawancara:
a. Merumuskan tujuan wawancara
b. Membuat pedoman wawancara
c. Menyususn pertanyaan yang sesuai dengan data yang diperlukan
d. Melakukan uji coba
e. Melaksanakan wawancara.
Sedangkan kelemahan dan kelebihan jenis instrument wawancara
adalah sebagai berikut:
a. Kelemahan:
1) Jika subjek yang ingin diteliti banyak, maka akan memakan
waktu yang banyak pula.
2) Terkadang wawancara berlangsung berlarut-larut tanpa arah.
3) Adanya sikap yang kurang baik dari responden maupun
penanya.
b. Kelebihan:

3
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 152-
156

4
1) Dapat memperoleh informasi secara langsung sehingga
objectivitas dapat diketahui.
2) Dapat memperbaiki proses dan hasil belajar.
3) Pelaksanaannya lebih fleksibel, dinamis dan personal.4
3. Skala Sikap
Untuk menilai sikap seseorang terhadap objek tertentu dapat
dapat dilakukan dengan melihat respons yang teramati dalam
menghadapi objek yang bersangkutan. Eagly dan Chaiken
berpendapat bahwa hal tersebut dapat dibedakan menjadi tiga yaitu
respons kognitif, respons afektif, respons tingkah laku. Respons
kognitif merupakan representasi apa yang diketahui, dipahami, dan
dipercayai oleh individu pemilik sikap. Respons afektif merupakan
perasaan yang menyangkut aspek emosional. Respons tingkah laku
merupakan kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap
yang dimiliki oleh seseorang.
Adapun model-model skala sikap yang bisa digunakan untuk
menilai sikap peserta didik terhadap suatu objek, antara lain:
a. Menggunakan bilangan untuk menunjukkan tingkat-tingkat dari
objek sikap yang dinilai, seperti 1, 2, 3, 4 dan seterusnya.
b. Menggunakan frekuensi terjadinya atau timbulnya sikap itu,
seperti: selalu, sering kali, kadang-kadang, pernah, dan tidak
pernah.
c. Menggunakan istilah-istilah yang bersifat kualitatif, seperti bagus
sekali, baik, sedang, dan kurang. Ada juga istilah-istilah lain
seperti: sangat setuju, etuju, ragu-ragu (tidak punya pendapat),
tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
d. Menggunakan istlah-istilah yang menunjukkan status/kedudukan,
seperti sangat rendah, di bawa rata-rata, di atas rata-rata, dan
sangat tinggi.

4
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, hlm. 157-159

5
e. Menggunakan kode bilangan atau huruf, seperti selalu (diberi
kode 5), kadang-kadang (4), jarang (3), jarang sekali (2), dan
tidak pernah (1).
4. Daftar Cek
Daftar cek adalah suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek
yang akan diamati. Daftar cek dapat memungkinkan guru sebagai
penilai mencatat tiap-tiap kejadian yang betapapun kecilnya, tetapi
dianggap penting. Ada bermacam-macam aspek perbuatan yang
biasanya dicantumkan dalam daftar cek, kemudian tinggal
memberikan tanda centang pada tiap-tiap aspek tersebut sesuai dengan
hasil penilaiannya. Daftar cek banyak manfaatnya, anatara lain
membantu guru untuk mengingat-ingat apa yang harus diamati, dan
dapat memberikan informasi kepada stakeholder. Namun, penilaian
harus tetap waspada kemungkinan perilaku penting yang belum
tercakup di dalam daftar cek, karena itu penilaian jangan terlalu laku
dengan apa yang sudah tertulis pada daftar cek tersebut.
Contoh:
Daftar cek tentang keaktifan peserta didik dalam diskusi
kelompok pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
No. Nama Siswa SB B C K SK
1. Yudistira √
2. Bima √
3. Arjuna √
4. Nakula √
5. Sadewa √
Keterangan :
SB : sangat baik
B : baik
C :cukup
K : kurang

6
SK :sangat kurang5
5. Skala Penilaian
Dalam daftar cek, penilaian hanya dapat mencatat ada tidaknya
variabel tingkah laku tertentu, sedangkan dalam skala penilaian
fenomena-fenomena yang akan dinilai itu disusun dalam tingkatan-
tingkatan yang telah ditentukan. Jadi, tidak hanya mengukur secara
mutlak ada atau tidak adanya variabel tertentu, tetapi lebih jauh
mengukur bagaimana intensitas gejala yang ingin diukur. Pencatatan
melalui daftar cek termasuk pencatatan yang kasar. Fenomena-
fenomena hanya dicatat ada tau tidak ada. Hal ini agak kurang
realistik. Perilaku manusia, baik yang berwujud sikap jiwa, aktivitas,
maupun prestasi belajar timbul dalam dalam tingkatan-tingkatan
tertentu. Oleh karena itu, untuk mengukur hal-hal tersebut ada baiknya
digunakan penilaian. Namun demkian, skala penilaian juga
mempunyai kelemahan, antara lain:
a. Ada kemungkinan terjadinya halo effects, yaitu kelemahan yang
akan timbul jika dalam pencatatan observasi terpikat oleh kesan-
kesan umum yang baik pada peserta didik sementara ia tidak
menyeldiki kesan-kesan umum itu. Misalnya, seorang guru
terkesan oleh sopan santun dari peserta didik sehingga
memberikan nilai yang tinggi pada segi-segi yang lain, padahal
mungkin peserta didik tersebut tidak demikian adanya. Bisa juga
guru terkesan dengan model berpakaian atau penampilan umum
peserta didik. Begitu juga sebaliknya, seorang guru mungkin
memberikan nilai yang rendah, karena peserta didik kurang span
dan tidak  berpakaian rapi.
b. Generosity effects, yaitu kelemahan yang akan muncul bila ada
keinginan untuk berbuat bak. Misalnya, seorang guru dalam
keadaan ragu-ragu, maka ia cenderung akan memberikan nilai
yang tinggi.

5
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, hlm. 157-164

7
c. Carry-over effects, yaitu kelemahan akan muncul jika guru tidak
dapat memisahkan satu fenomena yang lain. Jika fenomena yang
muncul dinilai baik, maka fenomen yang lain akan dinilai baik
pula.6
6. Angket
Angket merupakan alat untuk mengumpulkan dan mencatat data,
informasi, pendapat, dan paham dalam hubungan kausal. Angket dapat
dikelompokan benjadi beberapa kelompok. Angket berdasarkan bentuknya
dibagi menjadi dua jenis,yaitu:
a. Angket berstruktur merupakan angket yang menyediakan
beberapa kemungkinan jawaban. Angket jenis ini terdiri dari tiga
bentuk:
1) Bentuk jawaban tertutup, yaitu angket yang telah
menyediakan alternative jawaban,
2) Bentuk jawaban tertutup tetapi alternative terakhir
merupakan jawaban terbuka yang dapat memberikan
kesempatan kepada responden untuk memberikan jawaban
secara bebas.
3) Bentuk jawaban bergambar, yaitu angket yang memberikan
alternative jawaban berupa gambar.
b. Angket tidak berstruktur merupakan angket yang memberikan
jawaban secara terbuka. Angket ini memberikan gambaran lebih
tentang situasi, namun kurang dapat dinilai secara objektif dan
tidak dapat diukur secara statistic sehingga data yang diperoleh
sifatnya umum.
Sedangkan ditinjau dari responden yang menjawab, maka
angket dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Angket Langsung
Disebut angket langsung apabila angket dikirimkan dan
diisi langsung oleh orang yang akan dimintai jawaban tentang

6
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, hlm. 165-166

8
dirinya.
b. Angket Tidak Langsung
Angket diisi oleh orang yang bukan dimintai keterangan
tentang dirinya.
Berikut ini merupakan langkah-langkah menyusun angket:
a. Menyusun kisi-kisi angket
b. Menyusun pertaanyaan-pertanyaan dan bentuk jawaban yang
diinginkan.
c. Membuat pedoman cara menjawab.
d. Melakukan uji coba angket untuk mengetahui kelemahan
angket tersebut.
e. Merevisi angket berdasarkan hasil uji coba
f. Menggandakan angket sesuai jumlah responden
Sama halnya dengan instrument lain, angket juga
memiliki beberapa kelemahan dan keunggulan, antara lain:
a. Kelemahan:
1) Ada kemungkinan angker diisi oleh orang yang bukan
menjadi target.
2) Target menjawab berdasarkan altternatif jawaban yang
tersedia.
b. Keunggulan:
1) Responden dapat meenjawab dengan bebas tanpa
dipengaruhi hubungan dengan peneliti atau penilai.
2) Informasi yang terkumpul lebih mudah karena homogen.
3) Dapat mengumpulkan data dari jumlah responden yang
relative banyak.
7. Studi Kasus
Studi kasus merupakan studi mendalan dan komperhensif
(mampu mengungkapkan semua aspek yang melatarbelakangi
suatu kasus) tentang peserta didik, kelas atau sekolah. Beriku ini
merupakan tiga pertanyaan inti dalam studi kasus yang harus

9
dijawab guru:
a. Mengapa kasus tersebut bisa terjadi?
b. Apa yang dilakukan oleh seseorang dalam kasus tersebut?
c. Bagaimana pengaruh tingkah laku seseorang terhadap
lingkungan?
8. Catatan Insidental
Catatan insidental merupakan catatan-catatan tentang
peristiwa sepintas yang dialami peserta didik secara perseorangan.
Catatan tersebut belum berarti apa-apa terhadap penilaian
sesorang, namun dapat menjadi petunjuk yang berguna apabila
dihubungkaan dengan data-data.
9. Sosiometri
Sosiometri mrupakan suatu prosedur unruk merangkum,
menyusun, dan sampai batas tertentu dappat mengkualifikasi
pendapat-pendapat peserta didik tentang penerimaan terhadap
sesama serta hubungan diantara mereka. Langkah dalam
menggunakan sosiometri:
a. Memberikan petunjuk atau pertanyaan. Misal: tuliskan pada
selembar kertas nama temanmu yang paling baik.
b. Mengumpulkan jawab yang sesungguhnya dari peserta didik.
c. Memasukan jawaban ke dalam tabel.
d. Gambarkan jawaban dalam sebuah sosiogram.
10. Inventori Kepribadian
Inventori kepribadian hampir serupa dengan tes kepribadian,
namun pada inventori kepribadian jawaban peserta didik selalu
benar selama menyatakan dengan sesungguhnya. Walaupun
demikian digunakan pula skala-skala tertentu untuk
mengkuantifikasi jawab agar dapat dibandingkan.7
C. Teknik Pemberian Penghargaan Evaluasi Non-Tes
7
Muhammad Reza, Evaluasi : Pengembangan Instrumen Jenis Non Tes. Diakases dari
http://animeindonesialoverz.blogspot.com/2017/03/evaluasi-pengembangan-instrumen-jenis.html
pada 2 September 2018

10
Dalam melakukan penilaian, kebanyakan guru-guru di sekolah
hanya memberikan nilai pada akhir pembelajaran, guru masih belum
terbiasa memberikan penghargan terhadap tingkah laku peserta didik yang
baik. Sebaliknya, guru sering memberikan komentar negatif atau
perlakuan yang kasar terhadap tingkah laku peserta didik yang salah. Hal
ini akan berdampak negatif bagi perkembangan kepribadian peserta didik
itu sendiri. Ibnu kaldun pernah berkata “barang siapa yang mendidik
dengan kekerasan dan paksan, maka peserta didik akan melakukan suatu
perbuatan dengan paksaan pula, menimbulkan ketidak gairahan jiwa,
lenyapnya aktifitas akibat peserta didik malas, suka berdusta dan berkata
buruk”. Peserta didik akan menampilkan perbuatan yang berlainan dengan
kata hatinya, karena takut akan kekerasan (hukuman).
Depdiknas berpendapat bahwasannya penghargaan, ganjaran,
hadiah, imbalan, merupakan rangsangan yang diberikan kepada peserta
didik dalam rangka memperkuat suatu respon tertentu yang dipandang
baik, tepat atau sesuai dengan norma yang diharapkan. Menurut teori
behavioristik, pemberian penghargaan dapat memberikan dampak yang
positif bagi peserta didik dalam belajarnya, yaitu:
1. Menimbulkan respon yang positif
2. Menciptakan kebiasaan yang relatif kokoh didalam dirinya
3. Menimbulkan perasaan senang dalam melakukan suatu pekerjaan
4. Menimbulkan antusiasme, semangat untuk terus melakukan belajar
5. Semakain percaya diri.
Pemberian penghargaan terhadap peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan perhatian, motivasi,
semangat, dan kemudahan belajar, serta memodifikasi tingkahlaku peserta
didik yang kurang positif menjadi tingkah laku yang produktif. Agar
pemberian penghargaan tersebut efektif, maka guru hendaknya
menunjukan sikap yang ramah, suara yang lembut, bahasa yang santun,
kegembiraan atau kepuasan terhadap prestasi peserta didik.

11
Dalam pemberian penghargaan, ada dau teknik yang dapat
digunakan guru, yaitu:
1. Teknik verbal, yaitu pemberian penghargaan yang berupa pujian,
dukungan, dorongan, atau pengakuan, seperti: kata bagus, benar,
betul, tepat, baik dan lain sebagainya.
2. Teknik non verbal, yaitu pemberian penghargaan melalui:
a. Gestur tubuh, yaitu mimik dengan gerakan tubuh (senyuman,
anggukan, acungan ibu jari, dan tepukan tangan.
b. Cara mendekati, yaitu guru mendekati peserta didik untuk
menunjukan perhatian atau kesenangnaya terhadap pekerjaan atau
penampilan peserta didik.
c. Sentuhan, seperti : menepuk-nepuk bahu, menjabat tangan, dan
mengelus kepala, dengan memperhatikan: usia anak, budaya dan
norma agama.
d. Kegiatan yang menyenangkan, yaiu memberi kesempatan kepada
perta didik untuk melakukan kegiatan yang disenanginya sebagai
penghargaan atas prestasi belajar yang baik.
e. Simbol atau benda, seperti komentar tertulis secara positif pada
buku peserta didik, piagam penghargaan, dan hadiah.8

8
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2009), hlm. 160

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penilaian non-test adalah “penilaian pengamatan perubahan tingkah
laku yang berhubungan dengan apa yang dapat diperbuat atau dikerjakan
oleh peserta didik dibandingkan dengan apa yang diketahui atau
dipahaminya”. Menurut Hasyim, ”Penilaian non-test adalah penilaian yang
mengukur kemampuan siswa secara langsung dengan tugas-tugas riil
dalam proses pembelajaran.
Teknik penilaian non-tes berarti melaksanakan penilaian dengan tidak
menggunakan tes. Sedangkan teknik penilaian non-tes tulis maksudnya
adalah bentuk evaluasi non-tes yang berbentuk tulisan atau non lisan.
Alat atau instrumen merupakan sesuatu yang dapat digunakan untuk
mempermudah seseorang melaksanakan tugas atau mencapai tujuan
dengan lebih efektif dan efisien. Sedangkan istilah evaluasi merupakan
suatu proses untuk memperoleh kualitas tertentu terutama yang berkenaan
dengan nilai dan arti, istilah lain yang memiliki maksan yang hampir sama
dengan evaluasi adalah penilaian (assessment) dan pengukuran.
1. Macam-macam instrument evaluasi non-tes
a. Observasi
Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan
secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai
fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam
situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.
b. Wawancara (Interview)
Wawancara merupakan salah satu bentuk instrument evaluasi
jenis non tes yang dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab
baik secara langsung tanpa alat perantara maupun secara tidak
langsung.
c. Skala Sikap

13
Untuk menilai sikap seseorang terhadap objek tertentu dapat
dapat dilakukan dengan melihat respons yang teramati dalam
menghadapi objek yang bersangkutan.
d. Daftar Cek
Daftar cek adalah suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-
aspek yang akan diamati.
e. Skala Penilaian
Dalam daftar cek, penilaian hanya dapat mencatat ada tidaknya
variabel tingkah laku tertentu, sedangkan dalam skala penilaian
fenomena-fenomena yang akan dinilai itu disusun dalam tingkatan-
tingkatan yang telah ditentukan.
Pemberian penghargaan terhadap peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan perhtian, motivasi, semangat,
dan kemudahan belajar, serta memodifikasi tingkahlaku peserta didik yang
kurang positif menjadi tingkah laku yang produktif.
B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami susun, kita sebagai peran
mahasiswa harus menguasai ilmu yang kita peroleh dan mencari
kebenaran ilmu itu. Sehingga kita dapat memahami dan
mengembangkannya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi para pembaca dan bisa dijadikan bahan rujukan atau sebagai referensi
bacaan dalam proses pembelajaran tersebut. Terimakasih.

14
DAFTAR PUSTAKA

Pengembangan instrument evaluasi jenis nontes (online) diakses dari


https://id.scribd.com/document/361546741/Pengembangan-Instrumen-
Evaluasi-Jenis-Non-Tes pada 26 April 2018.
Instrumen Penilaian Non-Tes, diakses dari
http://andinurdiansah.blogspot.com/2010/09/instrumen-non-tes.html pada 21
April pukul 15:30 WIB.
Arifin, Zainal, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2009)
Reza, Muhammad, Evaluasi : Pengembangan Instrumen Jenis Non Tes. Diakases
dari http://animeindonesialoverz.blogspot.com/2017/03/evaluasi-
pengembangan-instrumen-jenis.html pada 2 September 2018

15

Anda mungkin juga menyukai