Anda di halaman 1dari 35

ASESMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA

MAKALAH INSTRUMEN EVALUASI NON TES

DOSEN PENGAMPU

Dr. Ali Asmar, M.Pd

Saddam Al Aziz, S.Pd., M.Pd

DISUSUN OLEH

Anggota Kelompok 3:

Dyah Pramesya Rahayu (20029115)

Jessycha Tri Nugraha (20029121)

Novia Novika (20029131)

Salsabila Fitri (20029141)

Ulfa Wahyuni Fitri (20029151)

Dito Hari Putra (20029011)

Fahrezi Anwar (20029116)

Hotnita Saputri Siregar (20029016)

Tika Hesti (20029149)

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan sebuah makalah dengan judul “Instrumen Evaluasi Non Tes”.
Atas izin-Nya pula makalah ini dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini
tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak.
Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu penulis dalam pembuatan makalah ini dan berbagai sumber yang telah penulis
pakai sebagai data dalam makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan menuju
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.

Padang, 17 Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................ii
BAB 1.....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................1
C. Tujuan............................................................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................3
A. Pengertian Instrument Non-tes....................................................................................................3
B. Penilaian Non-Tes dalam Matematika.........................................................................................22
C. Mengukur Validitas Non Tes........................................................................................................25
D. Reliabilitas Non Tes.....................................................................................................................26
BAB III..................................................................................................................................................31
PENUTUP.............................................................................................................................................31
A. Kesimpulan.................................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................32

ii
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi
yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Sesuai dengan
pengertian tersebut maka setiap kegiatan evaluasi atau penilaian merupakan suatu proses
yang sengaja direncanakan untuk memperoleh informasi atau data, berdasarkan data tersebut
kemudian dicoba membuat keputusan. Dalam hubungan dengan kegiatan pengajaran Norman
E. Gronlund merumuskan pengertian evaluasi sebagai berikut : evaluasi adalah suatu proses
yang sistematis untuk menentukan dan membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-
tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa.
Dengan kata-kata yang berbeda, tetapi mengandung pengertian yang sama,
Wrightstone dan kawan-kawan mengemukakan rumusan evaluasi pendidikan sebagai
berikut : evaluasi pendidikan adalah penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa
kearah tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang telah ditetapkan di dalam kurikulum. Selanjutnya
Guba dan Lincoln menyatakan evaluasi adalah suatu proses untuk menggambarkan peserta
didik dan menimbangnya dari segi nilai dan arti. Definisi ini menegaskan bahwa evaluasi
berkaitan dengan nilai dan arti.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli,
maka dapat dipahami bahwa evaluasi adalah sesuatu yang mampu mengukur kemampuan dan
prestasi siswa selama masa-masa belajarnya baik perkembangan siswa maupun penurunan
dalam prestasi siswa.
Adapun langkah awal yang sangat penting dilakukan dalam evalusi pendidikan adalah
pengukuran dan penilaian. Kegiatan pengukuran yang dilakukan biasanya dalam berbentuk
tes. Namun, tes bukanlah satu-satunya alat yang digunakan untuk pengukuran dan penilaian,
sebab masih ada tehnik yang lain, yaitu non tes. Tehnik non tes bisa berbentuk observasi,
wawancara, angket, studi kasus, dll. Sebelum peneliti menggunakan suatu tes, hendaknya
guru mengukur terlebih dahulu derajat validitasnya berdasarkan kriteria tertentu.
Validitas merupakan syarat yang terpenting dalam suatu alat evaluasi. Validitas juga
berarti bahwa penilaian harus benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Selain validitas
ada juga yang dinamakan dengan reabilitas. Reabilitas juga merupakan salah satu hal yang
penting sebelum peneliti ingin menggunakan instrument penelitian.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi
rumusan masalahnya adalah :
1
Apa-apa saja yang termasuk ke dalam instrument non tes?
Bagaimana mengukur validitas dan reliabilitas non tes?

C. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan ini adalah:
Untuk mengetahui apa-apa saja yang termasuk ke dalam intrumen non tes
Untuk mengetahui cara mengukur validitas dan reliabilitas non tes

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Instrument Non-tes
Pada saat melakukan penelitian di bidang pendidikan, peneliti biasanya akan
menggunakan dua macam bentuk instrumen yaitu instrumen berbentuk tes dan non tes
Instrumen dalam lingkup evaluasi pendidikan didefinisikan sebagai perangkat untuk
mengukur hasil belajar siswa yang mencakup hasil belajar dalam ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik.
Instrumen berbentuk tes digunakan untuk mengukur prestasi belajar. Instrumen non
tes digunakan untuk mengukur aspek lain seperti sikap. Instrumen non tes seringkali
digunakan tanpa “menguji” objek/subjek penelitian tetapi digunakan dengan cara tertentu,
tujuan utamanya biasanya adalah untuk mendapatkan beragam informasi terkait kondisi
objek/subjek yang sedang diteliti.
Instrument non-tes adalah instrumen selain tes prestasi belajar. Alat penilaian yang
dapat digunakan antara lain adalah lembar pengamatan/observasi( seperti catatan harian,
portofolio) dan instrument tes sikap, minat, dan sebagainya. Pada prinsipnya, prosedur
penulisan butir soal untuk instrument non tes adalah sama dengan prosedur penilaian tes pada
tes prestasi belajar, yaitu menyusun kisi-kisi tes, menuliskan butir soal berdasarkan kisinya,
telaah, validasi uji coba akhir, perbaikan butir berdasarkan hasil uji coba.
Instrumen non tes digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa dari ranah sikap
hidup (afektif domain) dan ranah keterampilan (psychomotoric domain) , sedangkan teknik
tes digunakan untuk mengukur ranah kognitif (proses berfikir). Kedua instrument ini sangat
penting digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa.
Penilaian non tes adalah penilaian kelas yang berupa penilaian yang berbentuk
pengamatan, angket (kuesioner), penilaian proyek, penilaian unjuk kerja, penilaian produk,
dan portofolio.
Macama macam instrumen non tes
A. Observasi
Observasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan
memperhatikan tingkah lakunya. Menurut Arikunto (2012), Observasi adalah
suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti
serta pencatatan secara sistematis. Secara umum observasi adalah cara
menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan
mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan
rasional mengenai fenomena-fenomena yang sedang dijadikansasaran
pengamatan(Arifin, 2009).
Observasi adalah aktivitas mencatat suatu gejala/peristiwa dengan bantuan
alat/instrumen untuk merekam/mencatatnya guna tujuan ilmiah atau tujuan
3
lainnya (Morris, 1973). Dengan demikian, pengamat (observer) menggunakan
seluruh panca indra untuk mengumpulkan data melalui interaksi langsung
dengan orang yang diamati. Pengamat harus menyaksikan secara langsung
semua peristiwa/gejala yang sedang diamati. Prinsip umum dalam
melakukanobservasi adalah pengamat tidak memberikan perlakuan tertentu
kepada subjek
yangdiamati,melainkanmembiarkansubjekyangsedangdiamatiberucapdan
bertindak sama persis dengan kehidupan mereka sehari-hari (Syamsudin,
2014).
Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah
melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen.
Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku
yangdigambarkan akan terjadi. Dari penelitian berpengalaman
diperolehsuatu petunjuk bahwa mencatat data observasi bukanlah sekedar
mencatat, tetapi juga mengadakan pertimbangan kemudian mengadakan
penilaian ke dalam
suatuskalabertingkat.Misalnyakitamemperhatikanreaksipenontontelevisi, bukan
hanya mencatat bagaimana reaksi itu, dan berapa kali muncul,tetapi  juga
menilai reaksi tersebut, sangat, kurang, atau tidak sesuai dengan yang kita
kehendaki.Observasidapatdilakukanpadaberbagitempatmisalnyakelaspada waktu
pelajaran, dihalaman sekolah pada waktu bermain, dilapangan pada waktu murid
olah raga, upacara danlain-lain.
Menurut Sutrisno Hadi (1986) ada 3 jenis observasi, yaitu:
1. Observasi partisipan dannonpartisipan
Observasi partisipan adalah observasi dimana orang yang
mengobservasi(observer ) ikut ambil bagian alam kegiatan yang dilakukan
oleh objek yang diamatinya. Sedangkan observasi nonpartisipan, observasi
tidakmengambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objeknya.Atau
evaluator berada “diluar garis” seolah-olah sebagai penonton belaka.
Contoh observasi partisipatif : Misalnya guru ingin mengamati
sikapsetiapanakdalampraktikumdengancaraturutsertadalamkegiatan
praktikum. Kalau observasi nonpartisipatif, guru hanya sebagai
pengamat, dan tidak ikut melakukan kegiatan praktikum.
2. Observasi sistematis dan observasinonsitematis
Observasi sistematis(berstruktur) adalah observasi yang telah dirancang
secara sistematis, dimana faktor-faktor yang akan diamati sudah didaftar
secara sistematis dan sudah diatur menurut kategorinya (Arikunto,2012). Jadi
observasi terstruktur dilakukan apabila penelititelah tahu dengan pasti
tentang variabel apa yang akan diamati, peneliti menggunakan instrumen
penelitian yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya (Sugiyono,2015). Ciri
pokok observasi ini adalah adanya kerangka yang memuat faktor-faktor yang
telah diatur kategorisasinya dan ciri-ciri khusus dari tiap-tiap faktor dalam
kategori-kategoriitu (Arifin, 2009). Sedangkan observasi nonsistematis
4
(tidak berstruktur) yaitu apabila dalam pengamatan tidak terdapat stuktur
ketegori yang akan diamati dan peneliti tidak menggunakan instrumen yang
baku, tetapi hanya rambu-rambu pengamatan (Sugiyono, 2015).
Contoh observasi sistematis misalnya guru yang sedang mengamati anak-
anak mengerjakan soal matematika di papan tulis . Disini sebelum guru
melaksanakan observasi sudah membuatkategori-kategori (instrumen) yang
akan diamati, misalnya tentang: kerapian, kesiapan, kedisiplinan,
ketangkasan, kerjasama dan kebersihan. Kemudian ketegori-kategori itu
dicocokkan dengan tingkah laku murid dalam menanambunga. Kalau
observasi nonsistematis maka guru tidak membuat kategori- kategori diatas,
tetapi langsung mengamati anak yang sedang mengerjakan soal di papan
tulis.

3. ObservasiEksperimental
Observasi eksperimental adalah observasi yang dilakukan secara
nonpartisipatif tetapi sistematis. Tujuannya untuk mengetahui atau melihat
perubahan, gejala-gejala sebagai akibat dari situasi yangsengaja diadakan.
Peneliti dapat mengendalikan unsur-unsur penting dalam situasi sedemikian
tupa sehingga situasi itu dapat diatur sesuaidengan tujuanevaluasi.

Manfaat observasi
1. Menilai minat, sikap dan nilai yang terkandung dalam diri siswa.
2. Melihat proses kegiatan yang dilakukan oleh siswamaupun kelompok.
3. Suatu tes essay / obyektif tidak dapat menunjukan seberapa kemampuan
siswa dapat menjelaskan pendapatnya secara lisan, dalam bekerja
kelompok dan juga kemampuan siswa dalam mengumpulkan data

Ciri-ciri observasi menurut Good, dkk (1936) 


1. Observasi mempunyai arah yang khusus
2. Observasi ilmiah tentang tingkah laku adalahsistematis
3. Observasi bersifat kuantitatif, mencatat jumlah peristiwa tentang tipe-
tipe tingkah lakutertentu.
4. Dalam observasi mengadakan catatan dengansegera
5. Observasi meminta keahlian, dilakukan oleh seseorang yang memang
telah terlatih untukmelakukannya
6. Hasil observasi dapat dicek dan dibuktikan untuk menjamin keadaan
dankesahihan.

Ciri-ciri observasi yang dikemukakan oleh Good dkk mempunyai


kelemahan,antaralain.
1. Dalampenyelidikanyangbersifateksploitatif, justru yang bersifat
kuantitatif dikesampingkan.

5
2. dalam observasi  partisipan tidak dapat melakukan pencatatan dengan
segera. Oleh karena itu, observasi harus dilakukan secara hati-hati dan
terencana(Arifin,2009).

Kelebihan dan Kelemahan Observasi 


Observasi sebagai alat penilai non-tes, mempunyai beberapa kelebihan,
antaralain:
a. Observasi dapat memperoleh data sebagai aspek tingkah lakuanak.
b. Dalam observasi memungkinkan pencatatan yang serempak dengan
terjadinya suatu gejala atau kejadian yangpenting
c. Observasi dapat dilakukan untuk melengkapi dan mencek data yang
diperoleh dari teknik lain, misalnya wawancara atauangket
d. Observer tidak perlu mengunakan bahasa untuk berkomunikasi
dengan objek yang diamati, kalaupun menggunakan, maka hanya sebentar
dan tidak langsung memegangperan.
Selain keuntungan diatas, observer juga mempunyai beberapa kelemahan,
antara lain:
a. Observer tidak dapat mengungkapkan kehidupan pribadi seseorag yang
sangat dirahasiakan. Apabila seseorang yang diamati sengaja
merahasiakan kehidupannya maka tidak dapat diketahui dengan
observasi. Misalnya mengamati anak yang menyayi, dia kelihatan
gembira, lincah. Tetapi belum tentu hatinya gembira, dan bahagia.
Mungkin sebaliknya, dia sedih dan duka tetapi dirahasiakan.
b. Apabila si objek yang diobservasikan mengetahui kalausedang
diobservasi maka tidak mustahil tingkah lakunya dibuat-buat, agar
observer merasa senang.
c. Observer banyak tergantung kepada faktor-faktor yangtidak dapat
dikontrol sebelumya.
Langkah-langkah menyusun pedoman observasi menurut Arifin
(2009): 
1. Merumuskan tujuan observasi
2. Merumuskan kisi-kisi observasi
3. Merumuskan pedomanobservasi
4. Menyusun aspek-aspek yang akan diobservasi
5. Melakukan uji coba pedomanobservasi
6. Merevisi pedoman observasi
7. Melaksanakanobservasi
8. Mengolah dan menafsirkan hasilobservasi

Contoh InstrumenObservasi
Hari/tanggal :
Materi :
Observer :
6
 No. Nama Lengkap Aspek yang diobservasi Jumlah
Skor
1 2 3 4 5
Jumlah rata-rata persentase
Keterangan

No Aspek Skor Kriterian Penilaian

Hadir tepat waktu pada saat proses


3
belajar
1 Kehadiran
2 Terlamabat

1 Tidak masuk karena izin sakit

Sering bertanya dan memberikan


3
pendapat

Pernah bertanya dan memberikan


2 Keaktifan 2
pendapat

Tidak pernah bertanya dan memberikan


1
pendapat

3 Aktif dalam iskusi kelompok


Berfikir bersama
3 2 Kurang aktif dalam diskusi kelompok
dengan kelompok
1 Tidak aktif dalam diskusi kelompok

3 Jujur pada saat mengerjakan tes

4 Kejujuran 2 Kurang jujur pada saat mengerjakan tes

1 Tidak jujur pada saat mengerjakan tes

Cakap dan mampu berkomunikasi lisan


3
didepan kelas dengan jelas

Kemampuan Dalam berkomunikasi di depan kelas


5 2
berkomunikasi kurang jelas dan terlihat grogi

Dalam berkomunikasi lisan di depan


1
kelas suara terlalu pelan, dan tidak jelas

B. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu bentuk instrumen evaluasi jenis non tes yang
dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab baik secara langsung tanpa alat
perantara maupun secara tidak langsung. Tujuan wawancara adalah:
1. Memperoleh informasi secara langsung guna menjelaskan suatu
halataukondisi tertentu. 
2. Untuk melengkapi suatu penyelidikanilmiah. 
7
3. Untuk memperoleh data agar dapat memengaruhi situasi atau orangtertentu.

 Langkah-langkah untuk melakukanwawancara:


a. Merumuskan tujuanwawancara
b. Membuat kisi-kisi dan pedomanwawancara
c. Menyusun pertanyaan yang sesuai dengan data yangdiperlukan.
d. Melakukan uji coba untuk melihat kelemahan-kelemahan pertanyaan yang
disusun, sehingga dapat diperbaikilagi.
e. Melaksanakan wawancara dalam situasi yangsebenarnya.

 Jenis-jenis wawancara 
Ada dua jenis wawancara yang dapat pergunakan sebagai alat evaluasi, yaitu:
1. Wawancara terpimpin  (Guided Interview) yang juga seringdikenal
dengan istilah wawancara berstruktur (Structured Interview) atau
wawancara sistematis (Systematic Interview). Wawancara terpimpin adalah
wawancara yang dilakukan oleh subjek evaluasi dengan cara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang sudah disusun terlebih dahulu. Dalam hal ini
responden tinggal memilih jawaban yang sudah dipersiapkan oleh penanya.
2. Wawancara tidak terpimpin  (Un-Guided Interview) yangsering
dikenal dengan istilah wawancata sederhana (Simple Interview) atau
wawancaratidak sistematis ( Non-Systematic Interview), atau wawancara
bebas. Wawancara tidak terpimpin adalah kegiatanwawancaradimana
responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya, tanpa
dibatasi oleh patokan-patokan yangtelah dibuat oleh subjek evaluasi.
(Arikunto,2012)

 Kelebihan dan kelemahan jenisinstrumenwawancara

Kelebihan:

1. Dapat memperoleh informasi secara langsung sehingga objectivitas


dapatdiketahui.
2. Peneliti dapat membantu menjelaskan lebih, jika responden mengalami
kesulitan menjawab yang diakibatkan kurang paham dengan
maksudpertanyaan.
3. Penelitidapatmengontroljawabanrespondensecaralebihteliti
denganmengamatireaksiatautingkahlakuyangdiakibatkanoleh  pertanyaan
dalam proses wawancara.
4. Peneliti dapat memperoleh informasi yang tidak dapat diungkapkan dengan
cara kuesioner ataupun observasi.(Sukardi,2015)
Kelemahan: 
1. Jika subjek yang ingin diteliti banyak, maka akan memakan waktu yang
banyakpula.
8
2. Terkadang wawancara berlangsung berlarut-larut tanpaarah.
3. Adanya sikap yang kurang baik dari responden maupunpenanya.
4. Kelancaran wawancara dapat dipengaruhi oleh keadaansekitar pelaksanaan
wawancara.
5. Wawancara menuntut penguasaan bahasa yang baik dan sempurna
daripewawancara. Adanya pengaruh subjektif dari pewawancara dapat
mempengaruhi hasilwawancara (Arifin, 2009)

Contoh instrumen wawancara


1. Kisi kisi pedoman wawancara

Bentuk
No Masalah Tujuan Pertanyaan
pertanyaan

2. Format Wawancara
a. Kondisikan agar suasana wawancara menjadi nyaman-akrab dan
jauhkan dari situasi formal agar siswa menjadi terbuka dengan
cara santun dan ramah.
b. Mulailah dengan pertanyaan pendahuluan yang bersifat indormal,
misalnya apa kabar?, siapa nama?, tinggal dimana?, hobi?, cita-
cita dll

No Aspek wawancara Jawaban

1 Siapa nama guru Matematika yang pernah


mengajar anda?

2 Bagaimana karakter beliau?

3 Bagaimana pendapat anda dengan proses


pengajaran yang barusan anda ikuti?

4 Apakah kamu menyukai pembelajaran


matematika?

5 Apa saranmu agar pembelajaran


matematika bisa menyenangkan bagi

9
semua siswa?
....................................................

Catatan :
Interviwer

(tanda tangan )

C. Angket (Kuesioner)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertuliskepada responden
untuk dijawab. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabelyang akan diukur dan tahu apa
yang bisa diharapkan dari responden. Selain itu kuesioner juga cocok digunakan
bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas (sugiyono,
2015). Pada dasarnya angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi
oleh orang yang akan diukur (responden). Pada umumnya tujuan penggunaan
angket atau kuesioner dalam proses pembelajaran terutama adalah
untukmemperoleh data mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu
bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka. Macam-
macam kuesioner dapat ditinjau dari beberapa segi, yaitu pembagian kuesioner
ditinjau dari segi siapa yang menjawab dan ditinjau dari segi cara menjawab.
 Jenis-jenis angket/ kuesioner 
1. Ditinjau dari segi siapa yang menjawab, kuesioner/angket dibagi
menjadi duayaitu:
a. Kuesionerlangsung 
Suatu kuesioner dikatakan sebagai kuesioner langsung adalah
apabila kuesioner tersebut dikirimkan dan diisi langsung oleh
orang yang akan dimintai jawabann tentang dirinya(responden).
b. Kuesionertidaklangsung 
tidaklangsungadalahkuesioneryangdikirimkandandiisi bukan oleh
orang yang diminta keterangannya. Kuesioner jenis ini biasanya
digunakan untuk mencari data tentang bawahan, anak, saudara,
tetangga, dan sebagainya.
2. Ditinjau dari segi cara menjawab atau strukturnya, kuesionerdibagi
menjadi dua yaitu:
a. Kuesionertertutup(berstruktur)

10
Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang disusun dengan
menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga pengisi hanya
tinggal memberi tanda centang pada jawaban yangdipilih.
Contoh:
Tingkat pendidikan yang sekarang anda ikuti adalah:
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi

b. Kuesioner Tebuka
Kuesioner terbuka adalah Kuesioner yang disusun sedemikian
rupasehingga para pengisi bebas mengemukakan pendapatnya.
Kuesioner terbuka disusun apabila jawabannya akan beraneka
ragam. Dengan kata lain, kuesioner ini adalah angket/kuesioner
yang membutuhkan jawaban uraian panjang, dari anak dan bebas.
Yang biasanya anak dituntut untuk memberi penjelasan-penjelasan,
alasan-alasan terbuka.
Contoh:
Untukmembimbingmahasiswakearahterbiasamembaca buku-buku
asing, maka sebaiknya setiap dosen menunjuk buku asing sebagai
salah satu buku wajib. Bagaimana pendapat saudara? Jawab:
(Arikunto,2009)

 Prinsip Penulisan Angket:


Umar Sekaran (1992) mengemukakan beberapa prinsip dalam penulisan
angket sebagai teknik pengumpulan data, yaitu:  Prinsip penulisan,
pengukuran dan penampilan fisik.
1. PrinsipPenulisan 
Prinsip penulisan menyangku beberapa faktor yaitu:
a. Isi dan tujuanpertanyaan 
b. Bahasa yang digunakan 
c. Tipe dan bentukpertanyaan 
d. Pertanyaan tidakmendua 
e. Tidak menanyakan yang sudahlupa 
f. Pertanyaan tidakmenggiring 
g. Panjangpertanyaan 
h. Urutan pertanyaan
2. PrinsipPengukuran 
Angket yang diberikan kepada responden adalah instrumen
penelitian, yang digunakan untuk mengukur variabel yang akan
diteliti. Oleh karena itu instrumen angket tersebut harus dapat
digunakan untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel tentang
11
variabel
yangdiukur.Supayadiperolehdatapenelitianyangvaliddanreliabel,mak
a sebelum instrumen angket tersebut diberikan kepada responden,
maka perlu diuji validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu.

3. Penampilan fisik 
Penampilan fisik angket sebagai alat pengumpul data akan
mempengaruhi respon atau keseriusan responden dalam mengisi
angket. Angket yang dibuat di kertas buram, akan mendapat respon
yang kurang menarik bagi responden, bila dibandingkan angket
yangdicetak dalam kertas yang bagus dan berwarna. Tetapi angket
yang dicetak dikertas yang bagus dan berwarna akan menjadi mahal.
(Sugiyono,2015) 

 Syarat membuat angket yang baik:


1. Setiap item harus dibuat dengan bahasa yang jelas dan tidak
mempunyai arti yangmeragukan. 
2. Peneliti hendaknya menghindari pertanyaan atau pernyataan ganda
dalam satuitem. 
3. Item pertanyaan atau pernyataan berkaitan dengan permasalahan yang
hendak dipecahkan dalampenelitian. 
4. Bahasa yang digunakan hendaknya menggunakan bahasa yang baku. 
5. Peneliti hendaknya tidak terlalu mudah menggunakanitem-item negatif
atau item yang menjebak responden. 
6. Peneliti hendaknya membangun item kuesioner yang terarah dalam
kisi-kisi kerja atau framework permasalahan. 
 Petunjuk membuat angket:  
1. Mulai dengan pengantar yang isinya permohonan mengisi kuesioner
sambil dijelaskan maksud dantujuannya.
2. Jelaskan petunjuk atau cara mengisinya supaya tidaksalah.
3. Mulai dengan pertanyaan untuk mengungkapkan identitas responden.
4. Isi pertanyaan sebaiknya dibuat beberapa katergori atau bagian sesuai
dengan variabel yang diungkapkan sehingga mudahmengolahnya.
5. Rumusan pertanyaan dibuat singkat, tetapi jelas sehingga tidak
membingungkan dan salah mengakibatkanpenafsiran
6. Hubungan antara pertanyaan yang satu dengan pertanyaan yang lain
harus dijaga sehingga tampak logikanya dalam satu rangkaian yang
sistematis.
7. Usahakan kemungkinan agar jawaban, kalimat, dan rumusannya tidak
lebih panjang daripada pertanyaan.

12
8. Kuesioner yang terlalu banyak atau terlalu panjang akan
melelahkandan membosankan responden sehingga pengisiannya tidak
objektif lagi.
9. Ada baiknya kuesioner diakhiri dengan tanda tangan responden untuk
menjamin keabsahanjawabannya.

 Kelebihan dan kelemahan angket 


Kelebihan:
a. Tetap terjaga kerahasiaan responden untuk menjawab sesuai dengan
pendapatpribadi. 
b. Dapat disebarkan untuk responden yang berjumlah besar dengan waktu
yang relatifsingkat. 
c. Tetap terjaganya objektivitas responden dari pengaruh luar terhadap
satu permasalahan yangditeliti. 
d. Tetap terjaga kerahasiaan responden untuk menjawab sesuai dengan
pendapatpribadi. 
e. Penggunaan waktu yang lebih fleksibel sesuai dengan waktu yang telah
diberikanpeneliti. 
f. Dapat menjaring informasi dalam skala luas dengan waktucepat. 
Kelemahan:
a. Peneliti tidak dapat melihat reaksi responden ketika memberikan
informasi melalui isiankuesioner.
b. Responden tidak memberikan jawaban dalam waktu yang telah
ditentukan.
c. Responden memberikan jawaban secaraasal-asalan.
d. Kembalinya kuesioner bergantung pada kesadaranresponden.

Contoh:
ANGKET MINAT SISWA
TERHADAP PEMBELAJARAN

Mata Pelajaran :……………………


Kelas/ Semester : …………………………
Hari/tanggal : ………………

Petunjuk

13
1. Pada angket ini terdapat 34 pernyataan. Pertimbangkan baik-baik setiap pernyataan
dalam kaitannya dengan materi pembelajaran yang baru selesai kamu pelajari, dan
tentukan kebenaranya.
2. Berilah jawaban yang benar sesuai dengan pilihanmu.
3. Pertimbangkan setiap pernyataan secara terpisah dan tentukan kebenarannya.
Jawabanmu jangan dipengaruhi oleh jawaban terhadap pernyataan lain.
4. Catat responmu pada lembar jawaban yang tersedia, dan ikuti petunjuk-petunjuk lain
yang mungkin diberikan berkaitan dengan lembar jawaban. Terima kasih.

Keterangan Pilihan jawaban:


1. = sangat tidak setuju
2. = tidak setuju
3. = ragu-ragu
4. = setuju
5. = sangat setuju
PERNYATAAN

Pilihan Jawaban
NO Pertanyaan
1 2 3 4 5

1. Guru benar-benar mengetahui bagaimana membuat kami menjadi


antuasias terhadap materi pelajaran

2. Hal-hal yang saya pelajari dalam pembelajaran ini akan bermanfaat


bagi saya

3. Saya yakin bahwa saya akan berhasil dalam pembelajaran ini

4. Pembelajaran ini kurang menarik bagi saya

5. Guru membuat materi pelajaran ini menjadi penting

6. Saya perlu beruntung agar mendapat nilai yang baik dalam


pembelajaran ini

7. Saya harus bekerja sangat keras agar berhasil dalam pembelajaran


ini.

8. Saya tidak melihat bagaimana hubungan antara isi pelajaran ini


dengan sesuatu yang telah saya ketahui

9. Guru membuat suasana menjadi tegang apabila membangun

14
sesuatu pengertian

10. Materi pembelajaran ini terlalu sulit bagi saya

11. Apakah saya akan berhasil/tidak berhasil dalam pembelajaran ini,


hal itu tergantung pada saya

12. Saya merasa bahwa pembelajaran ini memberikan banyak


kepuasan kepada saya

13. Dalam pembelajaran ini, saya mencoba menentukan standar


keberhasilan yang sempurna

14. Saya berpendapat bahwa nilai dan penghargaan lain yang saya
terima adalah adil jika dibandingkan dengan yang diterima oleh
siswa lain

15. Siswa di dalam pembelajaran ini tampak rasa ingin tahunya


terhadap materi pelajaran

16. Saya senang bekerja dalam pembelajaran ini

17. Sulit untuk memprediksi berapa nilai yang akan diberikan oleh
guru untuk tugas-tugas yang diberikan kepada saya

18. Saya puas dengan evaluasi yang dilakukan oleh guru dibandingkan
dengan penilaian saya sendiri terhadap kinerja saya

19. Saya merasa puas dengan apa yang saya peroleh dari pembelajaran
ini

20. Isi pembelajaran ini sesuai dengan harapan dan tujuan saya

21. Guru melakukan hal-hal yang tidak lazim dan menakjubkan yang
menarik

22. Para siswa berperan aktif di dalam pembelajaran

23. Untuk mencapai tujuan saya, penting bagi saya untuk berhasil
dalam pembelajaran ini

24. Guru menggunakan bermacam-macam teknik mengajar yang


menarik

25. Saya tidak berpendapat bahwa saya akan memperoleh banyak


keuntungan dari pembelajaran ini

26. Saya sering melamun di dalam kelas.

15
27. Pada saat saya mengikuti pembelajaran ini, saya percaya bahwa
saya dapat berhasil jika saya berupaya cukup keras

28. Manfaat pribadi dari pembelajaran ini jelas bagi saya

29. Rasa ingin tahu saya sering kali tergerak oleh pertanyaan yang
dikemukakan dan masalah yang diberikan guru pada materi
pembelajaran ini

30. Saya berpendapat bahwa tingkat tantangan dalam pembelajaran ini


tepat, tidak terlalu gampang dan tidak terlalu sulit

31. Saya merasa agak kecewa dengan pembelajaran ini

32. Saya merasa memperoleh cukup penghargaan terhadap hasil kerja


saya dalam pembelajaran ini, baik dalam bentuk nilai, komentar
atau masukan lain

33. Jumlah tugas yang harus saya lakukan adalah memadai untuk
pembelajaran semacam ini

34. Saya memperoleh masukan yang cukup untuk mengetahui tingkat


keberhasilan kinerja saya

D. Skala sikap
Sikap merupakan suatu kecenderungan tingkah laku untuk berbuat sesuatu
dengan cara, metode, teknik dan pola tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik
berupa orang-orang maupun objek-objek tertentu. Sikap mengacu kepada
perbuatan atau perilaku seseorang, tetapi tidak berarti semua perbuatan identik
dengan sikap. Untuk menilai sikap seseorang terhadap objek tertentu dapat dapat
dilakukan dengan melihat respons yang teramati dalam menghadapi objek yang
bersangkutan. Menurut Eagly dan Chaiken (1993: 10) dapat dibedakan menjadi
tiga yaitu respons kognitif, respons afektif, respons tingkah laku. Respons
kognitifmerupakan representasi apa yang diketahui, dipahami, dan dipercayai
oleh individu pemilik sikap. Respons afektif merupakan perasaan yang
menyangkut aspek emosional. Respons tingkah laku merupakan kecenderungan
berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang.
Adapun model-model skala sikap yang bisa digunakan untuk menilaisikap
peserta didik terhadap suatu objek, antara lain: 
1. Menggunakan bilangan untuk menunjukkan tingkat-tingkatdari objek sikap
yang dinilai, seperti 1, 2, 3, 4 dan seterusnya.
2. Menggunakan frekuensi terjadinya atau timbulnya sikap itu, seperti: selalu,
sering kali, kadang-kadang, pernah, dan tidakpernah.
3. Menggunakan istilah-istilah yang bersifat kualitatif, seperti bagus sekali, baik,
sedang, dan kurang. Ada juga istilah-istilah lain seperti: sangat setuju, etuju,
ragu-ragu (tidak punya pendapat), tidak setuju,dan sangat tidaksetuju.
16
4. Menggunakan istlah-istilah yang menunjukkanstatus/kedudukan, seperti
sangat rendah, di bawa rata-rata, di atas rata-rata, dan sangattinggi.
5. Menggunakankodebilanganatauhuruf,sepertiselalu(diberikode (5), kadang-
kadang (4), jarang (3), jarang sekali (2), dan tidak pernah (1). (Arifin, 2009)

 Pengembangan skala sikap oleh Likert


Salah satu model untuk mengukur sikap, yaitu dengan menggunakanskala
sikap yang dikembangkan oleh Likert. Dalam skala Likert, peserta didik
tidak disuruh memilih pernyataan-pernyataan yang positif saja, tetapi
memilih juga pernyataan-pernyataan yang negatif. Tiap item dibagi ke
dalam lima skala, yaitu sangat setuju, setuju, tidak tentu, tidak setuju dan
sangat tidak setuju. Setiap pernyataan positif diberi bobot 4, 3, 2, 1, dan 0
sedangkan pernytaan negatif diberi bobot sebaliknya, yaitu 0, 1, 2, 3 dan 4.
Untuk menyusun skala Likert, dapat mengikuti langkah-langkah berikut:
a. Memilih variabel afektif yang akandiukur.
b. Membuat beberapa pernyataan tentang variabel afektif yang akan
diukur.
c. Mengklasifikasikan pernyataan positif dannegatif.
d. Menentukan jumlah gradual dan frase atau angka yang dapat menjadi
alternatifpilihan.
e. Menyusun pernyataan dan pilihan jawaban menjadi sebuahalat
penilaian.
f. Melakukan ujicoba
g. Membuang butir-butir pernyataan yang kurangbaik.
h. Melaksanakan penilian. (Arifin,2009)

Contoh : Sikap peserta didik terhadap mata pelajaran


matematika
Petunjuk:
1. Pengisian skala ini tidak ada hubungannya dengan prestasi belajar, anda
tidak perlu mencantumkan nama dan nomorabsen.
2. Pilihlah salah satu alternatif jawaban yang paling sesuai dengan cara
memberikantandacentang(√)padakolomkosongyangtelah disediakan.
Keterangan:
SS = Sangat setuju
S =Setuju
TT = Tidak setuju
TS = Tidaksetuju
STS = Sangat tidaksetuju

No Pertanyaan SS S TT TS STS

17
1 Saya mempersiapkan diri untuk menerima
pembelajaran Matematika di kelas

2 Saya berperan aktif dalam kegiatan


pembelajaran Matematika

3 Saya menyukai pembelajaran Matematika

4 Saya senang menegrjakan tugas Matematika di


rumah

dst

Tanda tangan responden

…………………. 

E. Daftar Cek
Daftar cek adalah suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang akan
diamati. Daftar cek dapat memungkinkan guru sebagai penilai mencatat tiap-tiap
kejadian yang betapapun kecilnya, tetapi dianggap penting. Ada bermacam-
macamaspek perbuatan yang biasanya dicantumkan dalam daftar cek, kemudian
tinggal memberikan tanda centang pada tiap-tiap aspek tersebut sesuai dengan
hasil penilaiannya. Daftar cek banyak manfaatnya, anatara lain membantu guru
untuk mengingat-ingat apa yang harus diamati, dan dapat memberikan informasi
kepadastakeholder.Namun,penilaianharustetapwaspadakemungkinan perilaku
penting yang belum tercakup di dalam daftar cek, karena itu penilaian jangan
terlalu laku dengan apa yang sudah tertulis pada daftar cektersebut. 
Contoh:
Daftar cek tentang keaktifan peserta didik dalam diskusi kelompok pada mata
pelajaranMatematika

NO Nama Siswa SB B C K SK

1 Dyah

2 Jessycha

3 Novia

4 Salsabila

18
5 Ulfa

6 Dito

7 Fahrezi

8 Hotnita

9 Tika

Keterangan :
SB = sangat baik
B = baik
C = cukup
K =kurang
SK = sangat kurang

F. Skala Penilaian (RatingScale) 


Dalam daftar cek, penilaian hanya dapat mencatat ada tidaknyavariabel tingkah
laku tertentu, sedangkan dalam skala penilaian fenomena-fenomena yang akan
dinilai itu disusun dalam tingkatan-tingkatan yang telah ditentukan. Jadi, tidak
hanya mengukur secara mutlak ada atau tidak adanya variabel tertentu, tetapi
lebih jauh mengukur bagaimana intensitas gejala yang ingin diukur. Pencatatan
melalui daftar cek termasuk pencatatan yang kasar. Fenomena-fenomena hanya
dicatat ada tau tidak ada. Hal ini agak kurang realistik. Perilaku manusia, baik
yang berwujud sikap jiwa, aktivitas, maupun prestasi belajar timbul dalam dalam
tingkatan-tingkatan tertentu. Oleh karena itu, untuk mengukur hal-hal tersebut
ada baiknya digunakan penilaian. Namun demkian, skala penilaian juga
mempunyai kelemahan, antaralain: 
1. Ada kemungkinan terjadinya halo effects, yaitu kelemahan yang akan timbul
jika dalam pencatatan observasi terpikat oleh kesan-kesan umumyang baik
pada peserta didik sementara ia tidak menyeldiki kesan-
kesanumumitu.Misalnya,seorangguruterkesanolehsopansantundari peserta
didik sehingga memberikan nilai yang tinggi pada segi-segi yang
lain,padahalmungkinpesertadidiktersebuttidakdemikianadanya.Bisa juga guru
terkesan dengan model berpakaian atau penampilan umum peserta didik.
Begitu juga sebaliknya, seorang guru mungkin memberikan nilai yang
rendah, karena peserta didik kurang span dan tidak berpakaian rapi.
2. Generosity effects, yaitu kelemahan yang akan muncul bila ada keinginan
untuk berbuat bak. Misalnya, seorang guru dalam keadaan ragu-ragu, maka
ia cenderung akan memberikan nilai yangtinggi.

19
3. Carry-over effects, yaitu kelemahan akan muncul jika guru tidak dapat
memisahkan satu fenomena yang lain. Jika fenomena yang muncul dinilai
baik, maka fenomen yang lain akan dinilai baikpula.
(Arifin, 2009)

Contoh:
 Nama : Kelas :

Umur : Sekolah:

Hari : Tanggal:

N Aspek Yang dinilai Tanggal ST T S R SR


O

1 Sopan Santun

2 Tolong Menolong

3 Bersikap Ramah

4 Menggang Teman

5 Pemberani

6 Pemarah

7 Egois

Keterangan
ST = Sangat Tinggi
T = Tinggi
S =Sedang
R =Rendah
SR = Sangatrendah

G. Sosiometri
Sosiometriadalahsuatuproseduruntukmerangkum,menyusundansampai batas
tertentu dapat mengkuantifikasi pendapat-pendapat peserta didik tentang
penerimaan teman sebayanya serta hubungan di antara mereka. Seperti
diketahui, di sekolah banyak peserta didik kurang mampu menyesuaikan diri
20
dengan lingkungan. Dia tampak murung, mengasingkan diri, mudah tersinggung
atau bahkan over-acting. Hal ini dapat dilihat ketika mereka sedang istirahat,
bermain atau mengerjakan tugas kelompok. Fenomena tersebut menunjukkan
adanya kekurangmampuan peserta didik dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Kondisi seperti ini perlu diketahui dan dipelajari oleh guru dan
dicarikan upaya untukmemperbaikinya, karena dapat mengganggu
prosesbelajarnya. Salah satu cara untuk mengetahui kemampuan sosial peserta
didik adalah sosiometri. Terdapat beberapa langkah dalam menggunakan
sosiometri, yaitu:
1. Memberikan “petunjuk”ataupertanyaan-pertanyaan, seperti:
“tuliskanpadaselembarkertasnamateman-temanmuyangpaling
baik”atau“siapatemanmuyangpalingbaikdidalamkelas?” atau “siapa di antara teman-
temanmu yang sering meminjam buku pelajarankepadateman-
temanyanglain?”.Usahakantidakterjadi kompromi untuk saling memilih diantara
pesertadidik.
2. Mengumpulkan jawaban yang sejujurnya dari semua peserta didik.
3. Jawaban-jawaban tersebut dimasukkan ke dalamtabel.
4. Pilihan-pilihan yang tertera dalam tabel digambarkan pada sebuah sosiogram.
(Arifin, 2009)
H. CatatanInsidental (AnecdotalRecord) 
Catatan insidental adalah catatan-catatan singkat tentang peristiwa- peristiwa
sepintas yang dialami peserta didik secara perseorangan. Catatan ini merupakan
pelengkap dalam rangka penilaian guru terhadap peserta didiknya,
terutamayangberkenaandengantingkahlakupesertadidik.Catatantersebut biasanya
berbunyi:
a. Tanggal 23 Februari 2017, Gita menangis sendiri di belakang sekolah, tanpa
sebab.
b. Tanggal 05 Maret 2017, Gita mengambil mistar teman sebangkunyadan
tidakmengembalikannya.
c. Tanggal 21 Maret 2017, Gita berkelahi dengan Galih, karena Gita berkata,
“Galih anak pungut”. 
Catatan insidental semacam ini mungkin belum berarti apa-apa bagi keperluan
penilaian Gita, tetapi setelah dihubungkan dengan data-data yang lain
seringkali memberikan petunjuk yang berguna. Catatan ini dapat dibuat di
buku khusus atau pada kartu-kartu kecil, sehingga memudahkandalam
penafsirannya. Untuk mengatasi kesulitan-kesulitan dalam pelaksanaan catatan
insidental, guru perlu memperhatikan hal-hal berikut ini:
1. Tetapkanterlebihdahulupesertadidikyangsangatmemerlukan penyelidikan.
Dalam hal apakah penyelidikan itu harus dilakukan.
2. Setiap kegiatan pencatatan suatu peristiwa hendaknya diambil kesimpulan
sementara. Kesimpulan final baru ditentukan
setelahmembandingkanbeberapakesimpulansementaradaribeberapakegiatan
pencatatan.
21
3. Fokusperhatianguruadalahtingkahlakupesertadidikyangdianggap perlu
diselidiki itu.

Contoh Kartu Catatan Insidental:

Hari/tanggal/bulan/tahun : Rabu, 21 Maret 2017


 Nama Peserta Didik : Gita
 Nama SMP/ Kelas : SMP N 1 Semarang/ KelasVII
 Nama Observer : Anggi
Tempat Observasi : di Kelas 
Catatan: Peristiwa: Gita berkelahi dengan Galih, karena Gita berkata:
Galih anak pungut.
Kesimpulan sementara: Gita membuat orang lain tidak senang.

B. Penilaian Non-Tes dalam Matematika


Teknik penilaian non-tes dapat dikelompokkan atas pengamatan/observasi, wawancara,
angket atau kuesioner, dan dokumen. Penilaian non-tes ini misalnya pengamatan dalam unjuk
kerja (performance), pengamatan kegiatan dalam melaksanakan tugas (proyek/project),
pengamatan terhadap hasil kerja dalam membuat suatu produk (product), dan pemeriksaan
terhadap dokumen misalnya portofolio (portofolio).
1. Penilaian Unjuk Kerja
Penilaian unjuk kerja adalah penilaian yang dilakukan dengan cara mengamati kegiatan siswa
dalam melakukan suatu kegiatan. Oleh karena itu dalam penilaian unjuk kerja diperlukan
instrumen misalnya berupa lembar pengamatan atau lembar observasi. Penilaian unjuk kerja
berguna untuk mengukur keterampilan atau sikap siswa melakukan kerja tertentu. Contoh
unjuk kerja yang dapat diamati antara lain: kemampuan siswa dalam menggunakan atau
mendemonstrasikan alat peraga matematika, memecahkan masalah kontekstual, dan
melakukan penelitian matematika sederhana.
Instrumen penilaian unjuk kerja dapat terdiri dari lembar pengamatan saja, misalnya dalam
kegiatan menggambar bangun datar dan memberi nama sudut, membagi sudut yang telah
diketahui menjadi dua sama besar. Pada lembar pengamatan harus didefinisikan aspek yang
dinilai berupa perilaku yang diharapkan muncul dari siswa selama proses unjuk kerja, aspek-
aspek yang dinilai ini dipilih dengan mempertimbangkan kompetensi dasar yang harus
dicapai siswa. Selain itu juga dicantumkan pedoman penskoran dan cara menilainya termasuk
bagaimana mengubah dari data kualitatif menjadi kuantitatif. Instrumen penilaian unjuk kerja
22
dapat berupa lembar pengamatan/observasi dengan skala rentang (rating scale) dan daftar cek
(check list).

2. Penilaian Produk
Penilaian produk adalah penilaian terhadap keterampilan dalam membuat suatu produk.
Dalam matematika, produk yang dapat dibuat misalnya bangun datar persegi, persegi
panjang, segitiga, dan bangun datar lainnya dari bahan kertas atau kayu atau bahan lainnya;
benda-benda ruang seperti kubus, balok, prisma, dan sebagainya dari bahan kertas atau kayu
atau bahan lainnya. Atau membuat benda- benda ruang yang ada dan dikenal di lingkungan
sekitar siswa seperti membuat dos untuk tempat kue (berbentuk balok atau kubus), dadu, dan
sebagainya. Produk juga dapat berupa hasil kerja siswa misalnya gambar, grafik, diagram,
membuat denah berskala, dan sebagainya.
Penilaian produk tidak hanya dilakukan terhadap hasil akhir produk, tetapi juga terhadap
proses ketika membuat produk. Pengembangan produk meliputi tiga tahap, yaitu tahap
persiapan, tahap proses pembuatan, dan tahap penilaian akhir produk. Pada setiap tahapan
dalam pembuatan produk perlu dilakukan penilaian. Oleh karena itu, penilaian unjuk kerja
dapat mengacu pada tahapan ini.
Tahap 1: persiapan
Penilaian pada tahap persiapan meliputi penilaian terhadap kemampuan siswa dalam
merencanakan, menggali dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.
Tahap 2: proses pembuatan produk
Penilaian pada tahap pembuatan produk meliputi penilaian terhadap kemampuan siswa dalam
menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.
Tahap 3: penilaian (appraisal) akhir produk
Penilaian pada tahap penilaian akhir produk meliputi penilaian terhadap kemampuan siswa
dalam membuat produk sesuai kegunaannya dan memenuhi kriteria keindahan dengan
menggunakan bahan, alat, dan teknik tertentu.
Produk dinilai secara holistik (keseluruhan) dan analitik (bagian-bagian). Penilaian dengan
cara holistik didasarkan pada kesan keseluruhan dari produk. Penilaian dengan cara analitik
didasarkan pada aspek-aspek produk yang biasanya dilakukan terhadap semua kriteria yang
terdapat pada semua tahap proses pengembangan produk.

3. Penilaian Proyek
Proyek adalah rencana pekerjaan dengan sasaran khusus dan saat penyelesaian yang tegas.
Penilaian proyek adalah penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam
periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa penyelidikan (misalnya eksplorasi) terhadap
23
sesuatu yang mencakup perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan
penyajian data. Penilaian proyek dimaksudkan untuk mengetahui: pemahaman siswa dalam
bidang tertentu, kemampuan siswa mengaplikasikan pengetahuan tertentu melalui suatu
penyelidikan, kemampuan siswa memberi informasi tentang sesuatu yang menjadi hasil
penyelidikannya.
Dalam matematika proyek misalnya siswa diminta melakukan kegiatan mengumpulkan data,
menganalisis, dan membuat laporannya; siswa diminta mengamati dan menyelidiki sifat-sifat
kesejajaran rusuk-rusuk kubus dan menuliskan hasil-hasil temuannya. Kegiatan siswa yang
termasuk proyek antara lain: penelitian sederhana tentang air di rumah, perkembangan harga
sembako dalam suatu periode tertentu. Kegiatan siswa yang juga termasuk proyek antara lain
terkait dengan penelitian sederhana terhadap suatu masalah, misalnya mencari rata-rata
banyaknya mobil yang melewati suatu jalan tertentu per jam.
Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian proyek, yaitu:
a. Kemampuan pengelolaan yang meliputi kemampuan dalam memilih topik (bila belum
ditentukan secara spesifik oleh guru), mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan
data serta penulisan laporan.
b. Relevansi yaitu kesesuaian dengan mata pelajaran ditinjau dari segi pengetahuan,
keterampilan dan pemahaman selama proses belajar.
c. Keaslian yaitu proyek yang dilakukan siswa merupakan karya nyata siswa dengan
kontribusi guru pada petunjuk dan dukungan.

Penilaian hasil karya dalam proyek dilakukan dari proses perencanaan, proses pengerjaan
tugas sampai hasil akhir proyek. Oleh karena itu perlu ditetapkan hal-hal atau aspek yang
perlu dinilai, seperti penyusunan desain, pengumpulan data, analisis data dan penyiapan
laporan tertulis. Instrumen penilaian proyek dapat terdiri dari lembar pengamatan (observasi)
dengan daftar cek (check list) dan skala rentang (rating scale).

4. Penilaian Portofolio
Portofolio adalah suatu kumpulan sistematis hasil-hasil pekerjaan seseorang. Penilaian
portofolio adalah penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang
menunjukkan perkembangan kemampuan siswa dalam suatu periode tertentu. Informasi
perkembangan siswa dapat berupa hasil karya terbaik siswa selama proses belajar, pekerjaan
hasil tes, piagam penghargaan, atau bentuk informasi lain yang terkait kompetensi tertentu
dalam suatu mata pelajaran. Dari informasi perkembangan itu siswa dan guru dapat menilai
kemajuan belajar yang dicapai dan siswa terus berusaha memperbaiki diri.
Dalam matematika, portofolio dapat berupa dokumen hasil kerja siswa misalnya hasil
pekerjaan di rumah, sertifikat hasil lomba, tugas-tugas karya ilmiah siswa, dan sebagainya.

24
Secara teknis pengelolaan penilaian portofolio dapat ditempuh dalam berbagai variasi.
Walaupun demikian pengelolaannya mengacu pada paling sedikit 7 unsur kunci, yaitu:
a. Membuat siswa memahami makna portofolio dalam kaitan dengan pencapaian dan
kemajuan hasil belajarnya;
b. Menentukan topik pekerjaan atau karya siswa yang akan dikoleksi sebagai portofolio;
c. Mengumpulkan dan menyimpan pekerjaan atau karya siswa yang dipilih sebagai
portofolio;
d. Memilih atau menentukan kriteria untuk menilai pekerjaan atau karya siswa yang akan
dikoleksi sebagai portofolio;
e. Membantu dan mendorong siswa agar selalu mengevaluasi dan memperbaiki hasil-hasil
pekerjaan atau karya portofolio mereka;
f. Menjadwalkan dan melaksanakan pertemuan portofolio dengan siswa;
g. Melibatkan orang tua dan unsur lain terkait dalam program dan pelaksanaan penilaian
portofolio siswa.

C. Mengukur Validitas Non Tes


Validitas atau kesahihan berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana ketetapan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Validitas merupakan syarat
yang terpenting dalam suatu alat evaluasi. Validitas juga berarti bahwa penilaian harus benar-
benar mengukur apa yang hendak diukur. Misalnya, barometer adalah alat pengukur tekanan
udara dan tidak tepat apabila digunakan untuk mengukur temparatur udara.
Penggunaan instrumen-instrumen non tes seperti angket, lembar observasi, wawancara,
pemeriksaan dokumen dan studi kasus dalam kegiatan penelitian pendidikan kini telah
banyak digunakan oleh mahasiswa jurusan kependidikan, guru, dosen, maupun praktisi
pendidikan lainnya. Instrumen tersebut digunakan di dalam penelitian yang bersifat kualitatif
seperti penelitian deskriptif, survey, atau penelitian tindakan kelas. Penelitian yang baik harus
menggunakan instrumen yang baik dan valid.
Penyusunan instrumen yang baik perlu diperhatikan validitas instrumen yang dihasilkan.
Karena itu dalam proses pengembangannya, validasi instrumen adalah suatu langkah kegiatan
yang mesti diperhatikan peneliti sebelum menggunakan instrumen tersebut. Diharapkan
apabila peneliti memahami secara mendalam tentang validasi instrumen non tes, maka
diharapkan pada saat melakukan kegiatan penelitian bidang pendidikan, instrumen yang
dipakai untuk menggali data benar-benar valid sehingga akan dapat pula diperoleh data yang
ilmiah.
Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada
perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek
yang diteliti. Tetapi perlu diketahui bahwa kebenaran realita data menurut penelitian
kualitatif tidak bersifat tunggal, tetapi jamak dan tergantung pada kemampuan peneliti

25
mengkonstruksi fenomena yang diamati, serta dibentuk dalam diri seorang sebagai hasil
proses mental tiap individu dengan berbagai latar belakangnya.
Oleh karena itu bila terdapat 10 peneliti dengan latar belakang yang berbeda meneliti pada
obyek yang sama, akan mendapatkan 10 temuan, dan semuanya dinyatakan valid, kalau apa
yang ditemukan itu tidak berbeda dengan kenyataan sesungguhnya yang terjadi pada obyek
yang diteliti. Dalam obyek yang sama peneliti yang berlatar belakang Pendidikan akan
menemukan data yang berbeda dengan peneliti yang berlatar belakang Manajemen,
Antropologi, Sosiologi, Kedokteran, Tehnik dan sebagainya.
Dengan menggunakan instrument yang valid dalam pengumpulan data, maka diharapkan
hasil penelitian akan menjadi valid. Jadi instrumen yang valid merupakan syarat mutlak
untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid. Hal ini tidak berarti bahwa dengan
menggunakan instrument yang telah teruji validitasnya otomatis hasil (data) penelitian
menjadi valid. Hal ini masih akan dipengaruhi oleh kondisi obyek yang diteliti, dan
kemampuan orang yang menggunakan instrument untuk mengumpulkan data.

D. Reliabilitas Non Tes


Suatu alat evaluasi memiliki reliabilitas, bila menunjukkan keterangan hasilnya. Dengan kata
lain, orang yang akan mendapat skor yang sama bila di tes kembali dengan alat uji yang
sama.
Pengertian reliabilitas dalam penelitian kuantitatif, sangat berbeda dengan reliabilitas dalam
penelitian kualitatif. Hal ini terjadi karena terdapat perbedaan paradigma dalam melihat
reliabilitas. Menurut penelitian kualitatif, suatu reliabilitas itu bersifat majemuk/ganda,
dinamis/ selalu berubah, sehingga tidak ada yang konsisten, dan berulang seperti semula.
Heraclites dalam Nasution menyatakan bahwa “Air mengalir terus, waktu terus berubah,
situasi senantiasa berubah dan demikian pula perilaku manusia yang terlibat dalam situasi
sosial. Dengan demikian tidak ada suatu data yang tetap/konsisten/stabil.
Selain itu, cara melaporkan penelitian bersifat ideosyneratic dan invidualistik, selalu berbeda
dari orang perorang. Tiap peneliti memberi laporan menurut bahasa dan jalan fikiran sendiri.
Demikian dalam pengumpulan data, pencatatan hasil observasi dan wawancara terkandung
unsur-unsur individualistic. Proses penelitian sendiri selalu bersifat personalistik dan tidak
ada dua peneliti akan menggunakan dua cara yang persis sama.
A. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Penelitian Kualitatif
Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility (validitas internal),
transferability (validitas ekternal), dependability (releabilitas), dan comfirmability
(obyektivitas). Berikut penjelasan lebih rinci dan jelas tentang Uji keabsahan data dalam
penelitian kualitatif.
1. Uji Credibility ( Validitas Internal )

26
Terdapat beberapa macam cara untuk mengetahui hasil dari uji credibility atau kepercayaan
terhadap penelitian kualitatif, yaitu :
a. Perpanjangan Pengamatan
Perpanjangan pengamatan adalah dimana peneliti kembali lagi kelapangan, melakukan
pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru.
Dengan perpanjangan pengamatan peneliti akan semakin dekat dan mengenal narasumber,
sehingga narasumber akan memberikan informasi secara terbuka dan dalam keadaan yang
tidak terpaksa.
Pada tahap awal peneliti memasuki lapangan, peneliti masih dianggap orang asing, masih
dicurigai, sehingga informasi yang diberikan belum lengkap, tidak mendalam, dan mungkin
masih banyak yang dirahasiakan. Sehingga dalam mengatasi hal ini diperlukan perpanjangan
pengamatan. berapa lama perpanjangan ini dilakukan, akan sangat tergantung pada keadaan,
keluasan dan kepastian data. Kedalaman artinya apakah peneliti ingin menggali data sampai
pada tingkat makna. Makna berarti data yang di balik yang tampak. Yang tampak orang
sedang menangis, tetapi sebenarnya dia tidak sedih tetapi malah sedang bahagia. Keluasan
berarti, banyak sedikitnya imformasi yang diperoleh.
Dalam hal ini setelah peneliti memperpanjang pengamatan, apakah akan menambah fokus
penelitian, sehingga memerlukan tambahan informasi baru lagi. Data yang pasti adalah data
yang valid yang sesuai dengan apa yang terjadi. Untuk memastikan siapa yang menjadi
provokator dalam kerusuhan, maka harus betul-betul ditemukan secara pasti siapa yang
menjadi provokator.
Dalam perpanjangan pengamatan untuk menguji kredibilitas data penelitian ini, sebaiknya
difokuskan pada pengujian terhadap data yang telah diperoleh, apa data yang diperoleh itu
setelah dicek kembali kelapangan benar atau tidak, berubah atau tidak, apabila setelah dicek
kembali ke lapangan data sudah benar berarti kredibel, maka waktu perpanjangan
pengamatan dapat diakhiri.
Untuk membuktikan apakah peneliti itu melakukan uji kredibilitas melalui perpanjangan
pengamatan atau tidak, maka akan lebih baik kalau dibuktikan dengan surat keterangan
perpanjangan. Selanjutnya surat keterangan perpanjangan ini dilampirkan dalam laporan
penelitian.
b. Meningkatkan ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan
berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan
dapat direkam secara pasti dan sistematis. Sebagai contoh melihat sekelompok masyarakat
yang sedang olah ragapagi. Mengapa dengan meningkatkan ketekunan dapat meningkatkan
kredibilitas data? Meningkatkan ketekunan itu ibarat kita mengecek soal-soal, atau manakala
yang telah dikerjakan, ada yang salah satu tidak. Dengan meningkatkan ketekunan itu, maka
peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah
atau tidak. Dengan demikian juga dengan meningkatkan ketekunan maka, peneliti dapat
27
memberikan diskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati sebagai bekal
peneliti untuk meningkatkan ketekunan dengan cara membaca berbagai referensi buku
maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang
diteliti. Dengan membaca ini maka wawasan peneliti akan semakin luas dan tajam, sehingga
dapat digunakan untuk memeriksa data yang ditemukan itu benar/dipercaya atau tidak.
c. Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai
sumber dengan berbagai cara. Dan berbagai waktu dengan demikian terdapat triangulasi
sumber, trangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu.
1. Triangulasi sumber
Trangiualasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data
yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Sebagai contoh, untuk menguji kredibilitas
data tentang daya kepemimpinan seseorang, maka pengumpulan data pengujian data yang
telah diperoleh dilakukan ke bawahan yang dipimpin, ke atasan yang menugasi, dan keteman
kerja yang merupakan kelompok kerjasama.
2. Triangulasi teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data
kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan
wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi atau kuesioner.
3. Triangulasi waktu
Triangulasi juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan
teknik wawancara dipagi hari saat narasumber masih segar belum banyak masalah, akan
memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel.
d. Analisis kasus negatif
Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil penelitian hingga
pada saat tertentu. Mengapa dengan analisis kasus negatif akan dapat meningkatkan
kredibilitas data? Melakukan analisis kasus negatif berarti peneliti mencari data yang berbeda
atau bahkan bertentangan dengan data yang telah ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang
berbeda atau bertentangan dengan data yang ditemukan sudah dapat dipercaya. Tetapi bila
peneliti masih mendapatkan data-data yang bertentangan dengan data yang ditemukan, maka
peneliti mungkin akan merubah temuannya.
e. Menggunakan Bahan Referensi
Yang dimaksud menggunakan referensi di sini adalah adanya pendukung untuk membuktikan
data yang telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai contoh, data hasil wawancara perlu
didukung dengan adanya rekaman wawancara.
f. Mengadakan Member Check

28
Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data.
Tujuan member check adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai
dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh
pemberi data berarti datanya data tersebut valid, sehingga semakin kredibel/dipercaya, tetapi
apabila data yang ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh
pemberi data, maka peneliti perlu melakukan diskusi dengan pemberi data. Jadi tujuan
member check adalah agar informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan
laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan.
Pelaksanaan member check dapat dilakukan setelah satu periode pengumpulan data selesai,
atau setelah mendapat suatu temuan, pengumpulan data selesai, atau setelah mendapat suatu
temuan, atau kesimpulan. Caranya dapat dilakukan secara individual, dengan cara peneliti
datang ke pemberi data, atau melalui forum diskusi kelompok. Dalam diskusi kelompok
peneliti menyampaikan temuan kepada sekelompok pemberi data. Dalam diskusi kelompok
tersebut, mungkin ada data yang disepakati, ditambah, dikurangi atau ditolak oleh pemberi
data. Setelah data disepakati bersama, maka para pemberi data diminta untuk
menandatangani, supaya lebih otentik, selain itu juga sebagai bukti bahwa peneliti telah
melakukan member check.
2. Pengujian Tranferability
Adapun cara untuk memahami hasil penelitian kualitatif sehingga ada kemungkinan untuk
menerapkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti dalam membuat laporannya harus
memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. Dengan demikian maka
pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian tersebut, sehingga dapat memutuskan dapat atau
tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut di tempat lain.
Bila pembaca laporan penelitian memperoleh gambaran yang sedemikian jelasnya, “semacam
apa” suatu hasil penelitian dapat diberlakukan (transferability), maka laporan tersebut
memenuhi standar tranferabilitas.
3. Pengujian Dependability
Dalam penelitian kuantitatif, dependability disebut reliabilitas. Suatu penelitian yang reliabel
adalah apabila orang lain dapat mengulangi/mereplikasi proses penilaian tersebut. Dalam
penelitian kualitatif, uji dependability (reliabilitas) dilakukan dengan melakukan audit
terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak melakukan proses
penelitian kelapangan, tetapi bisa memberikan data. Peneliti ini perlu diuji depenabilitynya
(reliabilitasnya). Kalau proses penelitian tidak dilakukan tetapi datanya ada, maka penelitian
tersebut tidak reliable atau dependable.
Untuk itu pengujian dependability dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap
keseluruhan proses penelitian. Caranya dilakukan oleh editor yang independen, atau
pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian.
Bagaimana peneliti mulai menentukan masalah /fokus, memasuki lapangan, menentukan
sumber data, melakukan analisis data, melakukan uji keabsahan data, sampai membuat
kesimpulan harus dapat ditunjukkan oleh peneliti. Jika peneliti tak mempunyai dan tak dapat
29
menunjukkan “jejak aktivitas lapangannya”. Maka depenabilitas (reliabilitas) penelitiannya
patut diragukan.
4. Pengujian Konfirmability
Pengujian konfirmability dalam penelitian kuantitif disebut dengan uji obyektivitas penelitian.
Penelitian dikatakan obyektif bila hasil penelitan telah disepakati banyak orang. Dalam
penellitian kualitatif, uji konfirmability mirip dengan uji dependability, sehingga
pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji konfimability berarti menguji hasil
penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi
dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar
konfirmability. Dalam penelitian, jangan sampai proses tidak ada, tetapi hasilnya ada.

30
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Instrument non-tes adalah instrumen selain tes prestasi belajar. Alat penilaian yang dapat
digunakan antara lain adalah lembar pengamatan/observasi (seperti catatan harian, portofolio)
dan instrument tes sikap, minat, dan sebagainya. Pada prinsipnya, prosedur penulisan butir
soal untuk instrument non tes adalah sama dengan prosedur penilaian tes pada tes prestasi
belajar, yaitu menyusun kisi-kisi tes, menuliskan butir soal berdasarkan kisinya, telaah,
validasi uji coba akhir, perbaikan butir berdasarkan hasil uji coba.
2. Validitas atau kesahihan berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana ketetapan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Validitas merupakan syarat
yang terpenting dalam suatu alat evaluasi. Validitas juga berarti bahwa penilaian harus benar-
benar mengukur apa yang hendak diukur. Misalnya, barometer adalah alat pengukur tekanan
udara dan tidak tepat apabila digunakan untuk mengukur temparatur udara.
3. Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility (validitas internal),
transferability (validitas ekternal), dependability (releabilitas), dan comfirmability
(obyektivitas).

31
DAFTAR PUSTAKA
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PTRajaGrafindo,
M.Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Tehnik Evaluasi Pengajaran, Cet 13, Bandung : PT
Remaja Rosdakarya , 2006
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Cet III, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011
Sudaryono, Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta: Graha Ilmu,2012
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Cet III, Jakarta : Bumu Aksara, 2001
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 200

32

Anda mungkin juga menyukai