Anda di halaman 1dari 29

PENGEMBANGAN INSTRUMEN EVALUASI DAN ASESMEN

Penulis
Kelompok :4
Anggota : Fifi Salia Putri (1813022049)
Mery Anjasari (1853022003)
Notarisman Halawa (1813022057)
Sela Marlina (1813022033)
Kelas :A

Mata Kuliah : Evaluasi Pembelajaran Fisika


Dosen : Dr. H. Undang Roidin, M. Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Pengembangan
Instrumen Evaluasi dan Asesmen ini dengan tepat waktu.
Makalah yang berjudul “ Pengembangan Instrumen Evaluasi dan Asesmen “ ini
dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Fisika
yang diberikan oleh asisten dosen pengampu mata kuliah ini yaitu Bapak Dr.
Undang Rosidin, M.Pd.
Terlepas dari itu, dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan. Kami
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca terkait makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kelompok kami maupun bagi yang
membacanya.

Bandar Lampung, 06 Maret 20120

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
COVER............................................................................................................... i

KATA PENGANTAR........................................................................................ ii

DAFTAR ISI...................................................................................................... iii

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 2
1.3 Tujuan.................................................................................................... 2

II. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Instrumen................................................................................ 3
2.2 Instrumen Evaluasi................................................................................... 3
2.3 Instrumen Asesmen..................................................................................16

III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan...............................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA

iii
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ketercapaian tujuan pembelajaran dapat diketahui dengan cara melakukan
evaluasi pembelajaran. Dimana dalam menilai keberhasilan dari suatu
proses pembelajaran diperlukan suatu alat penilaian atau istrumen
penilaian. Penilaian dan asesmen merupakan suatu proses atau kegiatan
yang sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi
tentang proses dan hasil belajar peserta didik dalam rangka membuat
keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu.

Asesmen memegang peran yang sangat penting, karena asesmen,


diharapkan dapat memberikan umpan balik mengenai materi yang telah
dipelajari peserta didik, efektifitas dari proses pembelajaran dan hasil
belajar peserta didik. Asesmen memiliki bebrapa fungsi seperti mengukur
kemajuan, menunjang penyusunan rencana serta memperbaki atau
melakukan penyempurnaan. Dalam upaya pengembangan kualitas
instrumen evaluasi dan asesmen diperlukan berbagai teknik serta langkah-
langkah yang menunjang evaluasi dan asesmen sehingga proses
pembelajaran berjalan sesuai dengan prinsip evaluasi dan asesmen itu
sendiri. Dalam makalah ini akan dibahas apa saja instrumen evaluasi dan
asesmen yang digunakan dalam proses pembelajaran.
2

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah kali ini adalah sebagai berikut.
1. Apa itu instrumen evaluasi dan pengembangannya ?
2. Bagaimana pengembangan instrumen asesmen ?

C. Tujuan
Tujuan pada makalah ini, mahasiswa diharapkan mampu:
1. Mengetahui pengembangan instrumen evaluasi
2. Memahami instrument asesmen dan pengembangannya.
II. PEMBAHASAN

II.1 Pengertian Instrumen


Dalam Kamus Populer Inggris-Indonesia (Harjono, 2002: 201), istilah
instrumen diartikan sebagai alat pengukur. Pengertian yang sama pun
tertuang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Alwi, 2002: 437), yang
menyatakan bahwa kata instrumen dapat diartikan sebagai: (1) alat yang
dipakai untuk mengerjakan sesuatu (seperti alat yang dipakai oleh pekerja
teknik, alat-alat kedokteran, optik dan kimia); dan (2) sarana penelitian
(berupa seperangkat tes, dsb) untuk mengumpulkan data sebagai bahan
pengolahan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen adalah suatu alat yang
digunakan untuk menilai suatu pekerjaan serta sebagai sarana
pengumpulan data.

II.2 Instrumen Evaluasi


Menurut Rosidin (2017: 61) pengertian instrumen dalam lingkup evaluasi
diartikan sebagai perangkat untuk mengukur hasil belajar siswa yang
mencakup hasil belajar dari arah kognitif, afektif, dan psikomotor. Bentuk
instrumen dapat berupa test maupun non test. Instrumen bentuk tes
mencakup tes uraian (uraian objektif dan uraian bebas), tes pilihan ganda,
jawaban singkat, menjodohkan, benar salah, unjuk kerja (permormance
test), dan portofolio. Instrumen bentuk nontes mencakup: wawancara,
angket, dan pengamatan (observasi).
4

Perlu diketahui bahwa sebelum digunakan, instrumen perlu dianalisis


terlebih dahulu. Menurut Rosidin (2017: 61) dua karakteristik penting
dalam menganalisis instrument adalah validitas dan reliabilitas.
instrumen diktakan valid (tepat, absah) apabila instrument digunakan
untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Perlu diketahui bahwa
sebuah instrument untuk mengevaluasi hasil belajar perlu memenuhi syarat
sebelum digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar agar terhindar dari
kesalahan dan ketidakvalidan data.

Suatu instrumen evaluasi dikatakan baik apabila mampu mengevaluasi


sesuatu yang dievaluasi sesuai dengan keadaan sebenarnya. Fungsi serta
pentingnya instrumen evaluasi dalam proses belajar mengajar adalah untuk
memperoleh hasil yang lebih baik sesuai dengan kenyataan yang
dievaluasi (Arifin, 2011: 117).

II.2.1Syarat-Syarat Instrumen Evaluasi


Adapun syarat-syarat dari instrument evaluasi agar dapat dikatakan baik
menurut Rosidin (2017: 62) terbagi menjadi tujuh, yaitu :
a. Validitas
Menurut Sukardi (2008: 31) validitas instrument suatu evaluasi, tidak
lain adalah derajat yang menunjukkan dimana suatu tes mengukur apa
yang hendak diukur. Hal ini sesuai dengan pendapat Rosidin (2017: 62)
yang menyatakan bahwa validitas adalah kemampuan instrument
tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Tinggi rendahnya
validitas instrument dapat dihitung dengan uji validitas dan dinyatakan
dalam koefisien validitas.
b. Reliabilitas
Menurut Sukardi (2008: 43) reliabilitas adalah karakter lain dari
evaluasi. Reliabilitas juga dapat diartikan sama dengan konsistensi atau
keajegan. Sedangkan menurut Rosidin (2017: 62) instrument dikatakan
memiliki reliabilitas yang tinggi manakala instrument tersebut dapat
menghasilkan hasil pengukuran yang tetap. Serta tinggi rendahnya
5

reliabilitas suatu instrument dapat dinilai dengan uji reliabilitas dan


dinyatakan dengan koefisien reliabilitas. Berdasarkan kedua pernyataan
tentang reliabilitas dapat disimpulkan bahwa reliabilitas adalah
konsistensi dari suatu instrument agar menghasilkan hasil evaluasi yang
selalu tetap.
c. Objektivitas
Dalam instrument evaluasi perlu ditekankan instrument tersebut tidak
dapat mengarah pada subjektivitas atau melihat orang yang akan
dievaluasi. Dalam menekan pengaruh subyektifitas yang tidak bisa
dihindari hendaknya evaluasi dilakukan mengacu kepada pedoman
tertama menyangkut masalah kontinuitas dan komprehensif.
d. Praktibilitas
Sebuah instrument perlu bersifat praktis dalam pengadministrsiannya
dan mudah dilaksanakan, tidak menuntut peralatan yang banyak dan
memberikan audiens kebebasan untuk mengerjakan apa yang dianggap
mudah dikerjakan terlebih dahulu. Serta dalam instrument tersebut
perlu diadakan kunci jawaban agar memudahkan si evaluator dalam
mengoreksi hasilnya dan disertai dengan petunjuk yang jelas.
e. Ekonomis
Instrument evaluasi tersebut harus bersifat ekonomis dengan tidak
membutuhkan biaya yang mahal, tenaga yang banyak dan waktu yang
lama.
f. Taraf Kesukaran
Instrument yang baik terdiri dari butir-butir soal yang tidak terlalu
mudah maupun sukar. Karena hal tersebut dapat membuat audiens
menjadi malas maupun putus asa jika menghadapi soal yang terlalu
sulit ataupun sukar.
Seharusnya soal tersebut dibuat berdasarkan proporsinya dimana tetap
merangsang audiens untuk menjawab soal namun tidak membuat
audiens putus asa.
6

g. Daya Pembeda
Daya pembeda suatu instrument adalah kemampuan instrument untuk
membedakan mana audiens yang memiliki kemmpuan tinggi serta
audiens yang berkemampuan rendah. Hal ini dimaksudkan agar audiens
yang kemampuannya menengah kebawah akan diberikan soal yang
sesuai dengan kemampuannya, begitupun sebaliknya.

II.2.2 Langkah-Langkah Menyiapkan Instrumen Evaluasi


Menurut Rosidin (2017: 64), langkah-langkah dalam menyiapkan
instrument evaluasi terdiri dari empat langkah, yaitu :
a. Menentukan unit materi yang akan dievaluasi atau dites.
Sebelum kita membuat suatu instrument, kita harus menentukan
materi apa yang akan dievaluasi agar dapat membuat soal yang
dibuat hanya berhubungan dengan materi yang akan diujikan.

b. Merumuskan Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) dan Tujuan


Pembelajaran Khusus (TPK).
Tujuan pembelajaran harus sesuai dengan tujuan dari kurikulum
yang digunakan. Tujuan Pembelajaran Umum dirumuskan dalam
bentuk dan kata-kata yang lebih umum. Sedangkan TPK lebih
merupakan rincian dari tujuan pembelajaran umumnya dan harus
mencakup ABCD, yaitu :
A : Audience, yaitu subjek yang akan dievaluasi.
B: Behaviour, yaitu perilaku yang akan didemonstrasikan
responden.
C: Condition, kondisi atau persyaratan yang dilakukan.
D: Degree, seberapa baiknya responden dapat melakukan (B).
c. Menyiapkan kisi-kisi
Kisi-kisi atau tabel spesifikasi perlu dibuat, gunanya untuk
membuat rencana berapa jumlah butir tes yang akan dibuat sesuai
dengan TPK yang telah dirumuskan.
d. Membuat butir-butir tes yang relevan dengan TPK.
7

II.2.3 Langkah-Langkah Pengembangan Instrumen


Menurut Rusilowati (dalam Rosidin, 2017: 65) pengembangan
instrumen tes dan nontes memiliki langkah-langkah yang harus diikuti,
yaitu :
a. Menentukan Spesifikasi Instrumen
Spesifikasi instrumen terdiri atas tujuan dan kisi-kisi instrumen.
Tujuan pengembangan instrumen tes dan nontes sangat tergantung
pada data yang akan dihimpun. Instrumen tes mencakup kognitif,
afektif, dan psikomototik, sedangkan instrumen nontes mencakup
afektif dan psikomotorik.
Setelah tujuan ditetapkan, maka selanjutnya adalah menyusun kisi-
kisi instrument.
b. Menulis Instrumen
Setelah menyusun kisi-kisi untuk membuat instrument dan
menentukan spesifikasinya, langkah selanjutnya adalah menulis
instrument. Kaidah penulisan butir instrument yaitu :
 Materi
Ketika menulis instrument evaluasi, pernyataan yang ditulis
harus sesuai dengan rumusan indikator/kompetensi.
 Konstruksi
Yang dimaksud dengan konstruksi adalah pernyataan harus
dirumuskan dengan singkat, serta kalimat bebas dari pernyataan
tidak berhubungan, makna ganda, serta kata yang tidak pasti.
 Bahasa/ budaya
Bahasa yang digunakan harus bersifat komunikatif, sesuai
dengan jenjang pendidikan responden, menggunakan bahasa
Indonesia yang baku, serta tidak menggunakan bahasa yang
hanya berlaku disuatu temoat ataupun bahasa yang tabu.
c. Menentukan Skala Instrumen
Setelah menulis instrument, langkah selanjutnya adalah
menentukan skala yang akan digunakan sebagai patokan untuk
memberikan nilai. Untuk mengembangkan skala perlu dilakukan :
8

3.1.1.1 Mnentukan objek sikap yang akan dikembangkan skalanya.


3.1.1.2 Menyusun kisi-kisi innstrumen.
3.1.1.3 Menulis butir pernyataan.
3.1.1.4 Melengkapi butir pernyataan denga skala.
d. Sistem Penskoran
System penskoran digunakan sesuai dengan skala yang ditentukan.
Skor tertinggi diberi nilai 10 ataupun skor terendah diberi nilai 1
sesuai dengan skala yang digunakan. Selanjutnya dianalisis untuk
tingkat siswa dan tingkat kelasnya, dengan mencari rata-rata skor.
Hasil analisis tersebut digunakan untuk menafsirkan ranah dari
setiap siswa dan kelas terhadap suatu objek. Hasil tafsiran
kemudian digunakan oleh guru untuk melakukan perbaikan, baik
dari metode belajar maupun alat peraga yang digunakan.
e. Telaan Instrumen
Kegiatan telaah ini dapat dilakukan oleh guru maupun sdengan
teman sejawat. Kegiatan telaah instrumen adalah kegiatan meneliti
tentang : (a) kesesuaian antara butir pertanyaan/pernyataan dengan
indikator; (b) kekomunikatifan bahasa yang digunakan; (c) benar
tidaknya tata bahasa yang digunakan; (d) ada tidaknya bias pada
pertanyaan/pernyataan; (e) kemenarikan format instrument; (f)
kecukupan butir instrument, agar tidak membosankan. Hasil telaah
kemudian digunakan untuk perbaikan.
f. Merakit Instrumen
Setelah diperbaiki, instrument dirakit dengan memperhatikan
format, tata letak, urutan pernyataan dan pertanyaan. Format
instrument harus dibuat menarik.
g. Uji Coba Instrumen
Setelah dirakit, instrument diujicobakan sesuai dengan populasi
yang ingin dinilai. Pada uji coba yang perlu dicatat adalah saran-
saran dari responden.
9

h. Analisis Hasil Uji Coba


Analisis hasil ini meliputi semua variasi dari jawaban tiap butir
pertanyaan/pernyataan. Semakin banyak variasi dari jawaban
responden maka semakin baik hasil instrument tersebut sesuai
dengan skala yang digunakan.
i. Perbaikan Instrumen
Perbaikan dilakukan berdasarkan saran dannn masukan dari hasil
uji coba responden.
j. Pelaksanaan Pengukuran
Pelaksananan pengukuran dilaksanakan secara representative, baik
kondisi ruang, temoat duduk, ataupun lainnya.
k. Penafsiran Hasil Pengukuran
Hasil pengukuran berupa skor atau angka, penafsiran
hasilpengukuran ini disebut penilaian. Untuk menilai haruslah ada
kriteria atau patokannya, dan kriteria terebut harus berdasar pada
skala dan jumlah butir yang digunakan.

II.2.4 Jenis Instrument Evaluasi Teknik Tes


Terdapat tiga jenis ranah instrument yaitu ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor.
a. Instrument Tes pada Domain Kognitif
Untuk mengembangkan tes dalam ranah kognitif termasuk mudah
dilakukan, karena hampir semua jenis tes dapat digunakan untuk
mengukur ranah ini. Beberapa tes yang dapat digunakan :
- Tes lisan - Bentuk Tes uraian
- Tes pilihan ganda - Bentuk tes jawaban ingkat
- Bentuk Tes uraian - Bentuk tes menjodohkan
objektif
b. Instrument Tes pada Domain Afektif
Tes domain afekitif dapat dikembangkan dalam beberapa focus
sikap antara lain :
10

- Sikap terhadap mata pelajaran


- Sikap positive terhadap belajar
- Sikap terhadap diri sendiri
- Sikap positif terhadap perbedaan
- Sikap terhadap permasalahan factual yang ada disekitarnya
Penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu
dengan observasi perilaku, wawancara, dan lapioran pribadi.
c. Instrument Tes pada Domain Psikomotor
Umumnya pelajaran psikomotor lebih cenderung melalui gerakan
dan menekankan pada reaksi fisik taupun keterampilan tangan.
Hasil belajar psikomotorik dapat dibagi menjadi tiga: specific
responding (merespon hal-hal bersifat fisik), motor
chaining(menggabungkan 2 keterampilan dasar), dan rule using
(memiliki pengalaman untuk melakukan keterampilan komplek).
Soal untuk ranah psikomotor harus mengacu pada standar
kompetensi yang kemudian dijabarkan dalam kompetensi dasar
yang akan dijabarkan lagi menjadi indikator. Instrumen psikomotor
terdiri dari dua macam yaitu : (1) soal ; dan (2) lembar yang
digunakan untuk mengamati dan menilai jwaban siswa.

II.2.5 Jenis Instrumen Evaluasi Teknik Nontes


Sebagaimana yang diuraikan lebih lanjut oleh Nana Sudjana ( dalam
Hutapea, 2019:152) bahwa guru dalam menggunakan bentuk non-tes
untuk menilai hasil dan proses belajar masih sangat terbatas jika
dibandingkan dengan bentuk tes dalam menilai hasil dan proses belajar
peserta didik. Guru-guru di sekolah pada umumnya lebih banyak
menggunakan tes daripada non-tes. Hal ini dapat terjadi oleh karena alat
tes mudah dibuat, kemudian dapat digunakan lebih praktis, serta yang
dinilai hanya terbatas pada aspek kognitif berdasarkan hasil belajar
yang diperoleh peserta didik setelah menyelesaikan pengalaman
belajarnya di kelas. Penyusunan teknik tes lebih mudah daripada teknik
non-tes.
11

Penilaian non test adalah “penilaian pengamatan perubahan tingkah


laku yang berhubungan dengan apa yang dapat diperbuat atau
dikerjakan oleh peserta didik dibandingkan dengan apa yang diketahui
atau dipahaminya”. Dengan kata lain penilaian non test behubungan
dengan penampilan yang dapat diamati dibandingkan dengan
pengetahuan dan proses mental lainnya yang tidak dapat diamati oleh
indera. (Prianto, 2015)
Menurut Rosidin (2017), teknik penilaian nontes yang mengacu pada
penilaian kelas yang meliputi unjuk kerja, sikap, proyek, produk,
portofolio, dan penilaian diri.
a. Instrumen Evaluasi Teknik Observasi
Observasi langsung adalah satu-satunya cara untuk mengevaluasi
beberapa aspek belajar dan perkembangan yang memerlukan info
tambahan dari alat evaluasi yang lain. Hasil belajar dalam bidang
keterampilan dan perubahan perilaku dan perkembangan hubungan
sosial sering sulit dievaluasi hanya dengan tes (paper and pencils).
Hasil belajar dan aspek perkembangan dapat dievaluasi misalnya
dengan evaluasi siswa ketika dalam pelajaran pidato didepan kelas,
hasail prakarya atau menulis, evaluasi hubungan dengan teman-
temannya, dan tanya langsung kepada mereka apa minatnya
(interest). Umumnya tujuan dan keinginan hasil belajar yang telah
dirumuskan merupakan acuan dalam mengobservasi. Langkah-
langkah yang diikuti untuk mengontrol observasi yaitu :
1. Membatasi observasi pada area perilaku yang tidak dapat dievaluasi
dengan alat evaluasi yang lain.
2. Membatasi observasi pada waktu tertentu untuk beberapa perilaku
yang tertentu saja.
3. Membatasi observasi perilaku pada anak-anak yang memerlukan
pertolongan khusus. (Rosidin, 2017)
b. Penilaian Untuk Kerja
Penilaian untuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan
mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu.
12

Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian


kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu
seperti : praktik di laboratorium, praktek sholat, praktek OR,
presentasi, diskusi, bermain peran, memainkan alat musik,
bernyanyi, membaca puisi/deklamasi dll. Cara penilaian ini dianggap
lebih otentik daripada tes tertulis karena apa yang dinilai lebih
mencerminkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya.

Untuk mengamati unjuk kerja peserta didik dapat menggunakan alat


atau instrumen berupa daftar cek (check-list), skala bertingkat
(rating scale), catatan pengamatan.
1. Daftar Cek (Check-list)
Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar
cek (baik-tidak baik). Dengan menggunakan daftar cek, peserta didik
mendapat nilai bila kriteria penguasaan kompetensi tertentu dapat
diamati oleh penilai. Jika tidak dapat diamati, peserta didik tidak
memperoleh nilai. Kelemahan cara ini adalah penilai hanya
mempunyai dua pilihan mutlak, misal benar-salah, dapat diamati-
tidak dapat diamati, baik-tidak baik. Dengan demikian tidak terdapat
nilai tengah, namun daftar cek lebih praktis digunakan mengamati
subjek dalam jumlah besar.
2. Skala Penilaian (Rating Scale)
Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala penilaiamn
memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap penguasaan
kompetensi tertentu, karena pemberian nilai secara kontinu dimana
pilihan kategori nilai lebih dari dua.
Apabila RS dibuat dengan benar, maka RS akan memberikan
gambaran fungsi evaluasi penting :
- RS akan mengarahkan observaasi kearah aspek perilaku yang
spesifik.
- RS akan memberikan referensi untuk membandingkan semua siswa
pada beberapa macam karakteristik.
13

- RS akan memberikan metode yang baik untuk merekam penilaian


observasi (Tayibnapis, 2008:197 dalam Rosidin, 2017)
c. Penilaian Sikap
Penilaian sikap merupakan bagian dari pengukuran psikologi.
Karena menyangkut sikap manusia, maka hasil pengukuran tidak
pernah mencapai hasil yang sempurna. Pengukuran sikap sangat
sukar bahkan mungkin tidak pernah dapat dilakukan dengan
validitas, rehabilitas, dan objektifitas yang tinggi. Hal ini
dikarenakan : atribut psikologi bersifat tidak tampak, indikator-
indikator perilaku jumlahnya terbatas, respons dipengaruhi oleh
variabel-variabel tidak relevan seperti : suasana hati, konsidi dan
situasi sekitar, dan banyak sumber kesaahan, baik dari penilai, yang
dinilai, alat yang digunakan, dan cara analisis. (Rosidin, 2017)
d. Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas
yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas
tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan,
pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian
data.
Dalam penilaian proyek setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu
dipertimbangkan yaitu :
1. Kemampuan pengelolaan
Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi
dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
2. Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan
tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam
pembelajaran.
3. Keaslian
Proyek yayng dilakukan peserta didik harus merupakan hasil
karyanya dengan mempertimbangkan kontribusii guru berupa
petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta didik.
14

Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses


pengerjaan, sampai hasil akhir proyek. Laporan tugas atau hasil
penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan
penilaian dapat menggunakan alat/instrumen penilaian berupa daftar
cek ataupun skala penilaian. (Rosidin, 2017)
e. Penilaian Produk
Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan
kualitas suatu produk. Penilaian produk meliputi kemampuan peserta
didik membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti : makanan,
pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar), barang-barang
terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam.
Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.
1. Cara Holistik
Yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya
dilakukan hanya pada tahap penilaian produk (apprasial).
2. Cara Analitik
Yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap
semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses
pengembangan (tahap persiapan, pembuatan produk, dan penilaian
produk). (Rosidin, 2017)

f. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang
didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan
perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode
tertentu. Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya
siswa secara individu pada satu periode untuk suatu mata pelajaran.
Akhir suatu periode hasil karya tersebut dikumpulkan dan dinilai
oleh guru dan peserta didik sendiri. Berdasarkan informasi
perkembangan tersebut, guru dan peserta didik sendiri dapat menilai
perkembangan kemampuan peserta didik dan terus melakukan
perbaikan.
15

Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam


penggunaan penilaian portofolio di sekolah, antaralain :
1. Karya siswa adalah benar-benar karya peserta didik itu sendiri.
2. Saling percaya antara guru dan peserta didik.
3. Kerahasiaan bersama antara guru dan peserta didik.
4. Milik bersama (joint ownership) antara peserta didik dan guru.
5. Kepuasan.
6. Kesesuaian.
7. Penilaian proses dan hasil.
8. Penilaian dan pembelajaran.

g. Penilaian Diri (self assessment)


Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian dimanan peserta didik
diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses
dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata
pelajaran tertentu didasarkan atas kriteria atau acuan yang telah
disampaikan.
Adapun jenis penilaian diri, diantaranya :
1. Penilaian Langsung dan Spesifik, yaitu penilaian secara langsung,
pada saat atau setelah selesai melakukan tugas , untuk menilai aspek-
aspek kompetensi tertentu dari suatu mata pelajaran.
2. Penilaian Tidak Langsung dan Holistik, yaitu penilaian yang
dilakukan dalam kurun waktu yang panjang, untuk memberikan
penilaian secara keseluruhan.
3. Penilaian Sosio-Afektif, yaitu penilaian terhadap unsur-unsur afektif
atau emosional. Misalnya peserta didik dapat diminta untuk
membuat tulisan yang memuat curahan perasaannya terhadap suatu
objek tertentu.
(Rosidin, 2017)
16

II.3 Instrumen Asesmen


Instrumen asesmen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis
sehingga dapat digunakan dalam pelaksanaan tes dan evaluasi (Prasati, 2012).

II.3.1 Langkah-langkah Penyusunan Asesmen


Untuk mendapatkan data yang akurat dari siswa yang akan diases,
diperlukan instrument yang memadai. Berikut adalah langkah-
langkah penyusunan instrument asesmen .
a. Memahami aspek dan ruang lingkup yang akan diases
Untuk lebih memperjelas pembahasan mengenai ruang lingkup akan
diambil contoh salah satu ruang lingkup asesmen perkembangan, yaitu
keterampilan kognitif dasar. Untuk memahami aspek-aspek apa saja
yang termasuk dalam keterampilan kognitif dasar, maka guru harus
mengetahui kponsep atau pengertian keterampilan kognitif dasar itu
sendiri. Keterampilan kognitif dasar merupakan suatu keterampilan
prasyarat untuk mempelajari bidang akademik, khusunya dalam
aritmetika.
Guru/asesor dapat mempelajari masing-masing dari komponen
keterampilan kognitif dasar tersebut yang selanjutnya dari tiap-tiap
komponen dikembangkan menjadi sub-sub komponen. Dari setiap
subkomponen tersebut dapat dijabarkanlagi kedalam sub-sub
komponen yang lebih kecil yang memuat indicator-indikator yang
akan dijadikan landasan dalam pembuatan butir-butir soal dakam
instrument asesmen tersebut.
b. Menetapkan ruang lingkup
Menetapkan ruang lingkup yaitu memilih komponen mana dari bidang
yang akan diases. Setelah memilih ruang lingkup yang akan diases
langkah selanjutnya adalah memilih komponen/sub mana dari seluruh
komponen bidang tersebut untuk ditetapkan sebagai
komponen/subkomponen yang akan diaseskan. Apakah guru memilih
salah satu komponen dari bidang keterampilan kognitif dasar tersebut.
Setelah guru/asesor memilih komponen mana yang akan diases,
17

langkah selanjutnya adalah menyusun kisi-kisi instrument asesmen


tentang komponenyang dipilih/ditetapkan dari keseluruhan komponen
bidang yang diases.
c. Menyusun kisi-kisi instrument asesmen
Untuk menentukan instrument asesmen dari keterampilan/sub
keterampilan tertentu, guru/asesor seyogyanya membuat kisi-kisi
instrument. Kisi-kisi ini bertujuan untuk mempermudah dalam
membuat soal atau tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh siswa.
Yang paling penting dalam pembuatan kisi-kisi instrument ini adalah
pemahaman secara komprehensif tentang keterampilan/sub yang telah
dipilih/ditetapkan untuk diaseskan, baik pengertiannya maupun ruang
lingkupnya.
d. Mengembangkan butir soal berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat
Setelah menyusun kisi-kisi instrumen, langkah selanjutnya adalah
mengembangkan butir-butir soal tentang keterampilan/sub dari kisi-
kisi yang telah dibuat sebelumnya. Sama halnya dengan penyusunan
kisi-kisi, pengembangan butir soal dapat dibuat dalam bentuk daftar
atau table. Butir-butir soal dikembangkan berdasarkan indicator-
indikator yang telah dijabarkan dari subkomponen/subketerampilan
yang telah dipahami, baik pengertiannya maupun ruang lingkup.

II.3.2 Pengembangan Instrumen Asesmen


Ada beberapa prosedur atau strategi yang dapat dipilih dalam
mengembangkan instrumem asesmen yaitu asesmen formal dan
asesmen informal. Asesmen formal dilakukan dengan menggunakan
tes baku yang dilengkapi dengan petunjuk pelaksanaan tes, kunci
jawaban, cara menafsirkan hasil, dan alternative penanganan anak
yang bersangkutan. Penyusunan asesmen formal memerlukan
keahlian tinggi, waktu yang lama, dan biaya yang besar, karena
harus didasarkan atas validitas tertentu, memerlukan perhitungan
reliabilitas, dan tiap butir soal perlu dikalibrasi untuk mengetahui
daya pembeda dan derjat kesulitannya.
18

Berbeda dengan asesmen formal, asesmen informal lebih mudah


dilakukan. Adapun beberapa asesmen informal yang dapat
digunakan guru antara lain.
a. Observasi adalah suatu strategi pengukuran dengan cara melakukan
pengamatan langsung terhadap perilaku siswa. Teknik yang dapat
digunakan berupa event recording (catatan berdasarkan frekuensi
kejadian), duration recording (mencatat perilaku berdasarkan
lamanya kejadian), interval time sample recording (mencatat hasil
amatan berdasarkan interval waktu kejadian).agar pelaksanan
observasi ini efisien dan akurat, perlu diperhatikan hal-hal berikut: 1)
Tentukan perilaku yang akan diamati, 2) Perilaku harus dapat
diamati dan diukur, 3) Tentukan waktu dan tempat, 4) Sediakan form
catatan, dan cara pengukuran.
b. Analisi sample kerja, merupakan jenis pengukuran informal dengan
menggunakan sample pekerjaan siswa. Ada beberapa tipe analisi
sample kerja, yaitu analisi keslahan dari suatu tugas dan analisi
respons, baik respons yang benar maupun yang salah.
c. Inventori informal, biasanya digunakan untuk melihat prestasi siswa
dalm bidang akademik. Meskipun demikian, dapat pula digunakan
untuk mengukur aspek-aspek non akademik, seperti kebiasaan dan
perilaku sosial. Inventori informal memberikan jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya lebih umum.
d. Daftar cek, biasanya digunakan untuk meneliti perilaku siswa didalm
kelas atau patokan-patokan perkembangan. Daftar cek dapat juga
diguanakan untuk menetahui apa yang sudah dicapai pada masa lalu,
kinerja siswa diluar sekolah, kurikulum yang sudah dicapai, dan
sebagainya.
e. Skala penilaian, memungkinkan diperolehnya informasi tentang
opini dan penilaian, bukan perilaku yang dapat diamati.
f. Kuesioner, biasanya berupa instrumen tertulis, sedangkan
wawancara dilakukan secara lisan. Keduanya dapat disusun secara
sistematis atau secara terbuka. Wawancara dan kuesioner merupakan
19

g. salah satu teknik asesmen yang cukup tepat untuk menghimpun


informasi seseorang.
Adapun beberapa kriteria yang dapat digunakan sebagai acuan dalam
pengembangan skala pengukuran.
1) Aspek apa yang akan diukur
2) Rumuskan definisi konsep dan operasioanal
3) Sebutkan indicator dari aspek yang diukur
4) Susun daftar pertanyaan
5) Pilih teknik/strategi yang akan digunakan

II.3.3 Metode dan Teknik Pengembangan Asesmen


Adapun langkah-langkah dari metode pengembangan yang
dilakukan sebagai berikut.
a. Berdasarkan sintesis dari teori-teori yang dikaji tentang suatu konsep
dari variable yang hendak diukur, kemudian dirumuskan konstruk
dan variable tersebut.
b. Berdasarkan konstruk tersebut dikembangkan dimensi dan indikator
variable yang hendak diukur, yang sesungguhnya telah tertuang
secara eksplisit pada rumusan konstruk variable pada langkah 1.
c. Membuat kisi-kisi instrument dalam bentuk table spesifikasi yang
memuat dimensi, imdikator, nomir butir, dan jumlah butir untuk
setiap dimensi indikator.
d. Menetapkan besaran atau parameter yang bergerak dalam suatu
rentangan kontinum dari suatu kutub ke kutub lain yang berlawanan.
e. Menulis butir-butir instrument yang dapat berbentuk penyataan atau
pertanyaan.
f. Butir-butir yang telah ditulis merupakan konsep instrument yang
harus melalui proses validasi.
g. Tahap validasi pertama yang ditempuh adalah validasi teoretik.
h. Revisi atau perbaikan berdasarkan saran dari pakar atau berdasarkan
hasil panel.
20

i. Selanjutnya adalah pengadaan instrument secara terbatas untuk


keperluan uji coba.
j. Uji coba dilapangan merupakan bagian dari proses validasi empiric.
k. Pengujian validitas empiris dilakukan dengan menggunakan kriteria,
baik kriteria internal maupun kriteria eksternal.
l. Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh kesimpulan mengenai valid
atau tidaknya sebuah butir atau sebuah perangkat instrument.
m. Jika ada butir-butir yang tidak valid maka dikeluarkan atau
diperbaiki untuk diuji coba ulang, sedangkan butir-butir yang valid
dirakit kembali menjadi sebuah perangkat instrument untuk melihat
kembali validitas kontennya berdasarkan kisi-kisi.
n. Selanjutnya dihitung koefisien reliabilitas.
o. Perakitan butir-butir instrument yang valid untuk dijadikan
instrument final.

II.3.4 Pengembangan Asesmen Kognitif, Afektif, dan Psikomotor


a. Instrumen asesmen kognitif
Asesmen perkembangan kognitif dasar merupakan salah satu jenis
asesmen yang digunakan untuk menggali informasi tentang
keterampilan kognitif dasar yang harus dikuasai siswa sebelum siwa
yang bersangkutan mempelajari bidang akademik secara formal.
Untuk menentukan instrument asesmen keterampilan kognitif dasar,
guru/asesor seyogyanya membuat kisi-kisi instrument secara
menyeluruh. Kisi-kisi ini bertujuan untuk mempermudah dalam
membuat soal atau tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh siswa.
Setelah guru/asesor memahami secara komprehensif tentang
keterampilan kognitif dasar, baik pengertiannya maupun ruang
lingkupnya, maka dengan mudah guru/asesor membuat table kisi-
kisi yang berisi kolom-kolom: 1) Keterampilan; 2) Sub
keterampilan; dan 3) Indikator.
Berdasarkan butir-butir soal yang telah dikembangkan, guru/asesor
selanjutnya membuat Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS ini berisi
21

soal atau tugas-tugas yang harus dikerjakanoleh siswa yang akan


diases. Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam membuat
butir-butir soal ataupun LKS, diantaranya adalah pernyataan atau
tugas hendaknya diberikan dalam kalimat yang sederhana, jelas, dan
tidak berbelit-belit sehingga tidak membingungkan siswa yang
sedang diases.
b. Instrumen asesmen afektif
Dalam memilih karakteristik afektif untuk pengukur, para pengelola
pendidikan harus mempertimbangkan rasional teoritis dan program
sekolah. Maslah yang timbul adalah bagaimana ranah afektif akan
diukur. Isi dan validitas konstruk ranah afektif tergantung pada
definisi operasional yang secra langsung mengikuti definisi
konseptual.
Menurut Andersen (dalam Rosidin, 2017), ada dua metode yang
dapat digunakan untuk mengukur ranah afektif, yaitu metode
observasi dan metode laporan diri. Penggunaan metode observasi
berdasarkan pada asumsi bahwa karakteristik afektif dapat dilihat
dari perilaku atau perbuatan yang ditampilkan dan/atau reaksi
psikologi. Metode laporan diri berasumsibahwa yang mengetahui
keadaan afektif seseorang adalah dirinya sendiri.
Instrument penilaian afektif meliputi lembar pengamatan sikap,
minat, konsep diri, nilai, dan moral. Ada sebelas langkah dalam
mengembangkan instrument penilaian afektif, yaitu menentukan
spesifikasi instrument, menulis instrument, menentukan skala
instrumen, menentukan pedoman penskoran, menelaah instrument,
merakit instrument, melakukan uji coba, menganalisi hasil uji coba,
memperbaiki instrument, melaksanakan pengukuran, menafsirkan
hasil pengukuran.

Spesifikasi instrumen
Ditinjau dari tujuannya, ada lima macam instrumen pengukuran
ranah afektif yaitu.
22

a) Instrumen sikap
Definisi konseptual: sikap merupakan kecenderungan merespon
secara konsisten baik menyukai atau tidak menyukai suatu objek.
Instrumen sikap bertujuan untuk mengetahui sikap peserta didik
terhadap suatu objek. Definisi operasional: sikap adalah perasaan
positif atau negative terhadap suatu objek. Objek bias berupa
kegiatan atau mata pelajaran. Cara yang mudah untuk mengetahui
sikap peserta didik adalah melalui kuesioner. Pertanyaan tentang
sikap meminta responden menunjukkan perasaan yang positif atau
negatif terhadap suatu objek, atau suatu kebijakan.
b) Instrumen minat
Instrument minat bertujuan untuk memperoleh informasi tentang
minat peserta didik terhadap mata pelajaran, yang selanjutnya
digunakan untuk meningkatkan minat peserta didik terhadap mata
pelajaran. Definisi konseptual: minat adalah keinginan yang tersusun
melalui pengalaman yang mendorong individu mencari objek,
aktivitas, konsep, dan keterampilan untuk tujuan mendapatkan
perhatian atau penguasaan. Definisi operasional: minat adalah
keingintahuan seseorang tentang keadaan suatu objek.
c) Instrumen konsep diri
Instrument konsep diri bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan
kelemahan diri sendiri. Peserta didik melakukan evaluasi secara
objektif terhadap potensi yang ada dalam dirinya. Karakteristik
potensi peserta didik sangat penting untuk menentukan jenjang
karirnya. Informasi kekuatan dan kelemahan peserta didik digunakan
untuk menentukan program yang sebaiknya ditempuh.
Definisi konsep: konsep diri merupakan persepsi seseorang terhadap
dirinya sendiri yang menyangkut keunggulan dan kelemahannya.
Definisi operasional: konsep diri adalah pernyataan tentang
kemampuan diri sendiri yang menyangkut mata pelajaran.
23

d) Instrument nilai
Definisi konseptual: nilai adalah keyakinan terhadap suatu pendapat,
kegiatan, atau obyek. Definisi operasional nilai adalah keyakinan
seseorang tentang keadaan suatu objek atau kegiatan. Instrumen nilai
bertujuan untuk mengungkap nilai dan keyakinan peserta didik.
Informasi yang diperoleh berupa nilai dan keyakinan yang positif
dan yang negatif. Hal-hal yang besifat positif diperkuat, sedangkan
yang bersifat negatif dikurangi dan akhirnya dihilangkan.
e) Instrument moral
Instrument moral bertujuan untuk mengungkap moral. Informasi
moral seseorang diperoleh melalui pengamatan terhadap pembuatan
yang ditampilkan dan laporan diri melalui pengisian kuesioner. Hasil
pengamatan dan hasil kuesioner menjadi informasi tentang moral
seseorang.
Dalam penyusunan spesifikasi instrumen perlu memperhatikan
empat hal yaitu (1) tujuan pengukuran, (2) kisi-kisi instrument, (3)
bentuk dan format instrument, dan (4) panjang instrument. Untuk
skala yang sering digunakan dalam instrument penilaian afektif
adalah Skala Thurstone, Skala Likert, dan Skala Beda Semantik.
Penilaian ranah afektif peserta didik selain menggunakan kuesioner
juga bias dilakukan melalui observasi atau pengamatan. Prosedurnya
sama, yaitu dimulai dengan penentuan definisi konseptual dan
definisi operasional. Definisi konseptual kemudian kemudian
diturunkan menjadi sejumlah indikator. Indikator ini menjadi isi
pedoman observasi.

c. Instrument asesmen psikomotor


Sama halnya dengan ranah kognitif, ranah psikomotor harus
mengacu pada standar kompetensi yang dijabarkan menjadi
kemampuan dasar. Setiap butir kopetensi dijabarkan menjadi tiga
sampai enam butir kemampuan dasae, setiap kemampuan dasar dapat
24

dijabarkan menjadi tiga sampai enam indikator, dan setiap indikator


harus dapat dibuat lebih dari satu butir soal.
Instrument psikomotor terdiri dari dua macam, yaitu.
1) Penyusunan soal
Langkah pertama yang harus dilakukan oleh penulis soal ranah
psikomotor adalah mencermati kisi-kisi instrument psikomotor yang
tekah dibuat. Soal harus dijabarkan dari indikator dengan
memperhatikan materi pembelajaran dan pengalaman belajar.
2) Penyusunan lembar observasi dan lembar penilaian
Lembar observasi dan lembar penilaian harus mengacu pada soal.
Soal atau lembar tugas atau perintah kerja inilah yang selanjutnya
dijabarkan menjadi aspek-aspek keterampilan. Adapun cara
menuliskan lembar penilaian atau lembar observasinya adalah
sebagai berikut:
a) Mencermati soal.
b) Mengidentifikasi aspek-aspek keterampilan kunci dalam percobaan.
c) Mengidentifikasi aspek-aspek keterampilan yang ada tiap-tiap aspek
keterampilan kunci.
d) Menentukan jenis lembar untuk mengamati kemampuan siswa itu,
apakah lembar observasi atau lembar penilaian.
e) Menuliskan aspek-aspek keterampilan dalam bentuk
pertanyaan/pernyataan kedalam tabel.
f) Membaca berulang-ulang lembar penilaian atau lembar observasi
untuk meyakinkan bahwa instrumen yang ditulis sudah baik.
g) Meminta orang lain untuk membaca atau, menelaah instrument yang
kita tulis.
III. PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Instrumen secara umum diartikan sebagai alat yang digunakan untuk mengukur. Dalam lingkup evaluasi
berarti alat yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Instrument merupakan pokok penting
dalam pembelajaran, dimana baik evaluasi maupun asesmen memiliki instrumennya masing-masing.
Instrument evaluasi dapat berupa tes maupun nontes. Syarat bagi instrument evaluasi yang baikadalah :
validitas, reliabilitas, objektif, praktibilitas, ekonomis, taraf kesetaraan, dan daya pembeda. Untuk
membuat suatu instrument ada baiknya menyiapkan unit materi yang akan dievaluasi, merupuskan TPU
dan TPK, menyiapkan kisi-kisi dan membuat butir tes yang relevan. Untuk mengembangkan instrumen
dilakukan dengan beberapa langkah : menentukan spesifikasi instrumen, menulis instrument, menentukan
skala instrument, menentukan system penskoran, menelaah instrument, merakit instrument, melakukan
uji coba dan menganalisis hasilnya, memperbaiki instrument, melakukan pengukuran dan menafsirkan
hasil pengukuran.

Dalam asesmen juga dibutuhkan instrument yang memadai. Langkah-langkah penyusunan instrument
asesmen diantaranya : menetapkan aspek dan ruang lingkup yang akan diakses, menetapkan ruang
lingkup, menyusun kisi-kisi instrument asesmen, dan mengembangkan butir-butir sola berdasarkan kisi-
kisi. Pengembangan instrument asesmen terbagi menjadi asesmen formal dan nonformal, asesmen formal
dilakukan dengan tes baku sedangkan asesmen nonformal lebih mudah dilakukan, seperti observasi,
analisis sampel kerja, daftar cek, wawancara, kuesioner, dan lainnya. Pengembangan asesmen juga dapat
dipecah menjadi instrument asesmen kognitif (pengetahuan siswa), afektif (sikap) dan psikomotor
(keterampilan).

III.2
DAFTAR PUSTAKA

Alwi.2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Arifin, Z. 2011. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Djaali & Mulyono, Pudji. (2007). Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta:


Grasindo.

Hardjono, R. (2002). kamus popular inggris-indonesia. Jakarta: penerbit Gramedia


Pustaka Utama.

Hutapea, R. H. 2019. Instrumen Evaluasi Non-Tes dalam Penilaian Hasil Belajar


Ranah Afektif dan Psikomotorik. Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen
Kontekstual. Volume 2, No 2, Desember 2019; (151-165).

Prasasti, Yeni Ratna. 2012. Pengembangan Instrumen Asesmen Berpikir Kritis.


Melalui Membaca Untuk Siswa SD/MI.5. Diakses melalui http://karya-
ilmiah.um.ac.id/index.php/sastra-indonesia/article/view/21778. Pada tanggal
13 Maret 2020 pukul 00.28 WIB.

Prianto, Koko. 2015. Instrumen Evaluasi Jenis Non-Test. Diakses dari


https://belajarbersamakoko.wordpress.com/2015/05/29/instrumen-evaluasi-
jenis-non-test/ pada tanggal 10 Maret pukul 08.51 WIB.

Rosidin, Undang. 2017. Evaluasi dan Asesmen Pembelajaran. Media Akademi :


Yogyakarta.

Sukardi. 2008. Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta. Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai