Penulis
Fanishal Akbar Fitratama (1813022023)
Khoirunisa Widyaningrum (1813022021)
Mery Anjasari (1853022003)
Roza Amalia (1813022025)
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat-Nya tulisan ini
dapat terselesaikan dengan baik. Tulisan ini berupa makalah tentang Memahami
Konsep Fisika Pada Masa Yunani Kuno. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas
mata kuliah Sejarah Perkembangan Fisika, Program Studi Pendidikan Fisika,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung. Dalam makalah ini
membahas tokoh-tokoh fisika pada masa Yunani kuno, bagaimana konsep fisika pada
masa Yunani kuno, bagaimana sejarah perkembangan fisika pada masa Yunani kuno
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
Cover.........................................................................................................................i
Kata Pengantar.........................................................................................................ii
Daftar Isi...................................................................................................................iii
Daftar Gambar.........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Tujuan ......................................................................................................2
1.3 Rumusan Masalah....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3
2.1 Perkembangan Ilmu Pada Masa Yunani Kuno.......................................3
2.2 Tokoh Utama Yang Berperan dalam Membangun Fondasi Fisika.........4
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................27
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.21 (Thales) ...........................................................................................5
Gambar 2.2.2 (Plato) .............................................................................................8
Gambar 2.2.3 (Aristotheles) ...............................................................................11
Gambar 2.2.4 (Phytagoras) ................................................................................14
Gambar 2.2.5 (Democritus) ................................................................................16
Gambar 2.2.6 (Euclid) .........................................................................................18
Gambar 2.2.7 (Archimedes) ...................................................................................22
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Fisika berasal dari bahasa yunani yang berarti alam, karena itu fisika adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari benda-benda di alam, gejala-gejala alam,
kejadian-kejadian alam, serta interaksi antara benda-benda tersebut. Gejala-gejala
ini pada mulanya adalah apa yang di alami oleh indra kita, misalnya penglihatan,
sehingga menemukan optika dan cahaya, pendengaran menemukan bunyi, dan
indra perasa menemukan panas. Sejarah Fisika di awali dari periode massa
Yunani Kuno. Yunani kuno sangat identik dengan filsafat. Ketika kata Yunani
disebutkan, maka yang terbesit di pikiran para peminat kajian keilmuan bisa
dipastikan adalah filsafat. Padahal filsafat dalam pengertian yang sederhana sudah
ada jauh sebelum para filosof klasik Yunani menekuni dan mengembangkannya.
Demikian halnya dengan perkembangan sejarah fisika, konsep fisika yang sampai
saat ini telah banyak dipergunakan dan berkembang sangat luas ini merupakan
pengaruh dari hasil pemikiran para ilmuan Yunani dalam menyempurnakan studi
fisika. Ada beberapa tokoh yang sangat berperan dalam membangun fondasi
fisika diantaranya Pythagoras, Euclid, Democritus, Archimedes, Aristoteles, dan
masih banyak lagi lainnya yang juga ikut berperan dalam membangun studi
fisika. Oleh karena itu, dibuat makalah ini bertujuan untuk mengetahui dan
memahami konsep fisika pada masa Yunani kuno.
2
1.2 Tujuan
Ilmu pengetahuan tidak diperoleh secara spontan, melainkan secara bertahap dan
proses tertentu untuk berkembang. Setiap periode memiliki ciri tahap dan proses
sendiri di setiap perkembangan ilmu di eranya. Untuk lebih memahami sejarah
pekembangan ilmu maka dilakukan klasifikasi secara periodik.
Periode Yunani kuno merupakan sebuah awal dari berkembangnya ilmu pengetahuan
modern seperti saat ini.Yang paling ekstensi dalam perkembangan ilmu pada era ini
adalah filsafat ,yang merupakan induk dari setiap ilmu pengatahuan. Zaman Yunani
kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada masa ini orang
memiliki kebebasan mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya. Bangsa Yunani tidak
menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap yang menerima begitu saja,
melainkan dengan sikap yang senang menganalisa atau mempelajari sesuatu secara
kritis.
Menurut Bertrand Russel, diantara semua sejarah, tak ada yang begitu
mencengangkan atau begitu sulit diterangkan selain lahirnya peradaban di Yunani
secara mendadak. Memang banyak unsur peradaban yang telah ada ribuan tahun di
Mesir dan Mesopotamia. Namun unsur-unsur tertentu belum utuh sampai kemudian
bangsa Yunanilah yang menyempurnakannya. Zaman ini berlangsung dari abad 6 SM
4
sampai dengan sekitar abad 6 M. Zaman ini menggunakan sikap an inquiring attitude
(suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis), dan tidak menerima
pengalaman yang didasarkan pada sikap receptive attitude (sikap menerima segitu
saja). Sehingga pada zaman ini filsafat tumbuh dengan subur. Kebudayaan Yunani
berjaya kira-kira antara 600 SM sampai dengan 200 M. Seluruh sejarah sains
tampaknya tidak bisa menghindar dari peradaban Yunani. Demikian pula dengan
sejarah perkembangan fisika. Meskipun fisika di zaman Yunani belum menjadi
cabang ilmu yangb terpisah karena masih menjadi bagian dari filsafat alam, serta
belum mampu melahirkan satu bangunan teori dan belum menjadi prisip-prinip
umum yang mampu menjelaskan semua fenomena alam, namun akar pemikiran fisika
Yunani memiliki pengaruh yang kuat hingga saat ini. Setidaknya ada tiga aktifitas
keilmuan Yunani yang berjasa bagi pertumbuhan sejarah fisika, yaitu matematika,
obserfasi astronomi, dan spekulasi-spekulasi filsafat Yunani. Geometri adalah salah
satu cabang terpentinng dari matematika yang pada zaman Yunani menjadi
instrument utama bagi kesempurnaan studi fisika, karena hukum gerak benda-benda
angkasa hanya dapat diekspresikan secara sempurna melalui geometri.
Thales lahir pada 624 SM, di kota kecil Miletus yang terletak di pantai barat Asia
Kecil, yang sekarang disebut Turki. Kota ini menjadi sebuah kota yang menjadi
pusat perdagangan. Kapal-kapal pedagang dengan mudah berlayar ke Nil di
Mesir., sedangkan caravan melakukan perjalanan lewat darat menuju kota di
Babylon. Penduduk Miletus sering melakukan kontak dagang dengan kota-kota di
Yunani dan warga Phonesia. Di kota ini juga merupakan tempat pertemuan dunia
Timur dan Barat, sehingga memungkinkan orang-orang yang saling bertemu
tersebut untuk mengisi waktu dengan berdiskusi, bertukar pandang dan pikiran,
serta berpikir tentang segala sesuatu. Hal itu merupakan awal dari kegiatan
berfilsafat, sehingga para filsuf Yunani pertama lahir di tempat ini.
Thales merupakan perintis matematika dan filsafat Yunani, beliau adalah seorang
filsuf yang mengawali sejarah filsafat Barat pada abad ke-6 SM. Thales mendapat
gelar “Bapak Filsafat” karena dia adalah orang yang mula-mula berfilsafat.
Sebelum Thales, pemikiran Yunani dikuasai dengan cara berfikir mitologis dalam
menjelaskan segala sesuatu. Pemikiran Thales dianggap sebagai kegiatan
berfilsafat pertama karena mencoba menjelaskan dunia dan segala gejala-gejala
yang ada di dalamnya tidak bersandar pada mitos melainkan pada rasio manusia.
6
Thales menyatakan bahwa air adalah prinsip dasar segala sesuatu. Air menjadi
pangkal, pokok, dan dasar dari segala-galanya yang ada di alam semesta. Berkat
kekuatan dan daya kreatifnya sendiri dan tanpa ada sebab-sebab di luar dirinya,
air mampu tampil dalam segala bentuk, bersifat mantap, dan tak terbinasakan.
Thales juga mengemukakan pandangan bahwa bumi terletak diatas air. Bumi
dipandang sebagai bahan yang satu kali keluar dari laut dan kemudian terapung-
apung di atasnya
1. Menurut Thales bahan dasar dari segala sesuatu adalah air, kabut memberi
kehidupan bagi segala sesuatu bahkan panas itu sendiri berasal dari
kelembaban
2. “segala macam benih memiliki kodrat kelembapan”
3. “Air merupakan asal dari hakekat benda-benda yang lembab”
7
Thales dari Miletus adalah seorang filsuf Yunani dan astronom pertama. Dia
adalah tokoh yang pertama yang mengembangkan konsep-konsep kosmologi
(paham tentang struktur alam semesta). Thales berhasil mengembangkan metode
survei dan trigonometri dari Bangsa Babilonia dan Mesir yang kemudian
diterapkan untuk benda-benda langit. Dia mengusulkan bahwa segala sesuatu
yang ada di alam semesta tersusun dari air dalam berbagai tingkat wujudnya
(cair, padat, dan gas). Dan dia juga mengusulkan bahwa alam semesta adalah
sebuah bola air raksasa tempat bumi berada di dalam gelembung. Bumi
mengambang di atas permukaan air, dan di atas bumi terdapat kumpulan air yang
menjadi sumber datangnya hujan yang menimpa bumi. Benda-benda langit
melayang di dalam air alam semesta dan bergerak sebagaimana dalam
pengamatan.
Nama Thales muncul atas penuturan sejarawan Herodatus pada abad ke-5 SM.
Thales sebagai salah satu dari tujuh orang yang bijaksana (Seven Wise Men of
Greece). Aristoteles memberikan gelar The Father of Filoshopy juga menjadi
penasihat teknis ke21 kota lonia. Salah satu jasanya yang besar adalah meramal
gerhana matahari pada tahun 585 SM.
Thales berpendapat bahwa dasar pertama atau intisari alam ialah air. Thales
mengembangkan filsafat alam kosmologi yang mempertanyakan asal mula, sifat
dasar dan struktur komposisi daria alam semesta. Sebagai ilmuwan pada masa itu
ia mempelajari magnetisme dan listrik yang merupakan pokok soal fisika. Juga
mengembangkan astronomi dan matematika dengan mengemukakan pendapat,
bahwa bulan bersinar karena memantulkan cahaya matahari. Dengan demikian,
8
Thales merupakan ahli matematika yang pertama dan juga The Father of
Deductive reasoning (bapak penalaran deduktif).
2. Plato
Plato adalah salah satu tokoh yamg berperan pula dalam perkembangan
kosmologi Yunani kuno. Plato berpendapat bahwa lingkaran dan bola adalah
bentuk geometri paling sempurna. Oleh sebab itu ia berpendirian bahwa semua
benda langit bergerak dalam lintasan berbentuk lingkaran karena mereka semua
diciptakan oleh makhluk yang paling sempurna, Tuhan. Menurutnya, semua
benda langit bergerak mengitari bumi yang bulat dalam lintasan berbentuk
lingkaran.
Ia adalah murid Socrates dan guru dari Aristoteles. Karyanya yang paling
terkenal ialah Republik (Politeia) di mana ia menguraikan garis besar
pandangannya pada keadaan ideal. Selain itu, ia juga menulis tentang Hukum dan
banyak dialog di mana Socrates adalah peserta utama. Sumbangsih Plato yang
terpenting tentu saja adalah ilmunya mengenai ide. Dunia fana ini tiada lain
hanyalah refleksi atau bayangan daripada dunia ideal. Di dunia ideal semuanya
sangat sempurna. Plato, yang hidup di awal abad ke-4 S.M., adalah seorang filsuf
earliest (paling tua) yang tulisan-tulisannya masih menghiasi dunia akademisi
hingga saat ini. Karyanya Timaeus merupakan karya yang sangat berpengaruh di
zaman sebelumnya; dalam karya ini ia membuat garis besar suatu kosmogoni
yang meliputi teori musik yang ditinjau dari sudut perimbangan dan teori-teori
fisika dan fisiologi yang diterima pada saat itu. (Karim, 2014)
Pemikiran Plato pun banyak dipengaruhi oleh Socrates. Plato berpendapat bahwa
lingkaran dan bola adalah bentuk geometri paling sempurna. Oleh sebab itu ia
berpendirian bahwa semua benda langit bergerak dalam lintasan berbentuk
lingkaran karena mereka semua diciptakan oleh makhluk yang paling sempurna,
Tuhan. Menurutnya, semua benda langit bergerak mengitari bumi yang bulat
dalam lintasan berbentuk lingkaran.
Dan memang betul, pada Oktober 2003, Jean-Pierre Luminet dan kolega-
koleganya di Paris Observatory mempublikasikan sebuah paper dalam sebuah
jurnal terpandang, Nature, dan menyatakan bahwa berdasarkan data-data yang
dikumpulkan oleh sebuah satelit bernama Wilkinson Microwave Anisotropy
Probe (WMAP): Alam semesta pada dasarnya adalah dodecahedron. (Hilal,
2011)
3. Aristoteles
11
Gambar 3. Aristoteles
(Sumber : https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/c/c0/Aristoteles.jpg)
Aristotle merupakan murid Plato, dia juga menyatakan bahwa bumi adalah pusat
alam semesta. Aristotle mendirikan sekolah yang diberi nama Lyceum yang
mengajarkan berbagai bidang ilmu khususnya biologi dan ilmu pengetahuan
alam. Dia adalah orang yang pertama kali melakukan klasifikasi terhadap
binatang dan tumbuhan.
Aristotle mengatakan bahwa alam semesta terdiri dari 55 buah bola sepusat, dan
setiap bola menjadi tempat kedudukan satu benda langit. Bola-bola ini masing-
masing berputar dengan kecepatan yang berbeda sehingga kadang-kadang ada
yang kelihatan bergerak mundur untuk kemudian maju lagi seperti yang diamati
pada Mars. Yang ini disebabkan karena kedudukan orbit Mars yang terletak di
luar orbit bumi. Bola terluar dari ke 55 buah bola ini merupakan kedudukan
bintang yang tetap diam.
raya atau lam semesta (geosentris). Sedangkan gerak alamiah di langit (alam
semesta bagian atas) adalah gerak melingkar, sempurna, kontinue, dan tidak
terbatas.
Pemikiran gerak abad yunani kuno dilanjutkan oleh Aristoteles (384 SM-322
SM) merupakan murid dari Plato. Ia Berpandangan gerak yang terus-menerus itu
tidak mungkin. Aristoteles meyakini bahwa gerak atau perubahan yang terjadi
pada sesuatu adalah perubahan bagian luar. Dengan kata lain, gerak selalu
disebabkan oleh gaya (berupa tarikan atau dorongan), gerobak bergerak karena
ditarik oleh seekor kuda, kapal layar bergerak karena didorong oleh angin. Jadi,
gerak selalu disebabkan oleh gaya luar yang bekerja pada benda Jika pada benda
yang bergerak sama sekali tidak ada gaya luar yang bekerja maka suatu waktu
benda akan kembali ke keadaan alaminya, yaitu diam. Benda tidak mungkin
bergerak karena dirinya sendiri. (Hendri, 2018)
Aristoteles, menyatakan bahwa benda yang berat jika dijatuhkan dengan benda
yang ringan akan bergerak lebih cepat daripada benda yang ringan. Pendapat
tersebut tanpa adanya suatu percobaan terlebih dahulu sehingga ditantang habis-
habisan oleh Galileo Galilei. (Tanelab 2015)
Aristoteles (384 SM – 322 SM) membagi gerak menjadi dua kelompok besar
yaitu : gerak alami (pure motion) dan gerak paksa (violent motion) (Stiyani, 2014
dalan jurnal Erwin 2017). Menurut Aristoteles gerak alami berkaitan dengan sifat
bawaan dari berbagai benda yang merupakan sifat intrinsik khusus dari benda itu
sendiri. Aristoteles menyifati berbagai benda menurut kedekatan sifat-sifatnya
terhdap elemen dasar benda itu. Misalnya jika benda bergerak sentripetal dan
gerak jatuh bebas merupakan gerak alamiah dari sifat air dan tanah (bumi).
13
Sedangkan benda yag bergerak sentrifugal dan loncatan ke atas merupakan sifat
alamiah api dan udara dan gerak sirkuler (melingkar) adalah gerak alamiah dari
sifat eter.
Gerak paksa menurut Aristoteles adalah gerak benda yang disebabkan adanya
pengaruh luar terhadap benda dan arahnya dapat ke sembarang arah seperti
dorongan dan tarikan yang berasal bukan dari benda itu sendiri. Lebih lanjut
Aristoteles juga menyatakan bahwa benda hanya akan bergerak apabila benda
tersebut diberi gaya, gerak benda akan berhenti apabila gaya dihilangkan, artinya
gerak paksa itu akan terjadi apabila benda tersebut diberikan gaya terus menerus.
Pemahaman Aristoteles mengenai percepatan benda didasarkan pada berat benda,
maksudnya benda yang memiliki berat yang lebih besar akan lebih cepat jatuh ke
tanah dibandingkan dengan benda yang lebih ringan. Dengan demikian
kecepatan jatuhnya benda merupakan proporsi dari berat bendanya. Contoh yang
diberikan untuk mendukung pemahaman Aristoteles ini adalah : apabila ada
benda yang beratnya sama dengan berat udara maka benda tersebut akan
melayang tidak jauh dan tidak naik, apabila benda beratnya lebih besar dari berat
udara maka benda akan jatuh, selanjutnya benda yang beratnya lebih kecil
daripada berat udara akan bergerak naik. Menurut pemahaman tersebut maka
berat benda mempengaruhi gerak jatuh benda. Berkaitan dengan pergerakan
benda-benda langit, Aristoteles menyatakan bahwa pergerakan benda-benda
langit itu sangat sempurna terus menerus karena adanya kekuatan yang diberikan
oleh sang pencipta. Aristoteles belum mengenal adanya gaya gravitasi, dan ia
percaya bahwa bumi merupakan pusat tata surya. (Erwin 2017)
4. Phytagoras
14
Gambar 4. Phytagoras
(Sumber : https://media.gettyimages.com/photos/pythagoras-of-samos-ionic-
greek-philosopher-mathematician-and-founder-picture-id590672525)
Pytagoras, terkenal sebagai ahli maternatika, dia percaya bahwa segala sesuatu
itu pada aturannya menurut bilangan tertentu. Sehubungan dengan hal itu,
Phytagoras berpendapat bahwa melalui pengetahuan tentang b ilangan, kita akan
memahami tentang kenyataan. (Sondarika, 2015)
Phytagoras berpendapat bahwa bilangan adalah unsur utama alam dan sekaligus
menjadi ukuran. Unsur-unsur bilangan itu adalah genap dan ganjil, terbatas dan
tidak terbatas. (Tanelab 2015)
5. Democritus
16
Gambar 5. Democritus
(Sumber : https://www.liberaldictionary.com/wp-
content/uploads/2019/02/democritus-1760.jpg)
Konsep dasar tentang atom sebenarnya sudah lama dikenal orang. Konsep
tersebut berasal dari pemikiran orang Yunani kuno yang dipelopori oleh
Democritus (460-370 SM) yang hidup pada akhir abad ke-4 dan awal abad ke-5
Sebelum Masehi.. Beliau menggambarkan atom sebagai materi terkecil yang
sedemikian kecilnya sehingga tidak dapat dibagi-bagi lagi. Kata atom berasal
dari bahasa Yunani yaitu ”atomos” yang berarti ”tidak dapat dibagi”. Inilah
konsep tentang atom pertama yang tercatat oleh sejarah ilmu pengetahuan.
Konsep tersebut lahir murni dari hasil pemikiran, dan bukan merupakan hasil
percobaan. Selain itu Beliau dikenal sebagai Bapak Atom pertama, karena
Demokritus inilah orang pertama kali yang memperkenalkan konsep atom.
Disebutkan bahwa alasan ini berasal dari observasi di mana butiran pasir dapat
bersama-sama membentuk sebuah pantai. Dalam analoginya, pasir adalah atom,
dan pantai adalah senyawa. Analogi ini kemudian dapat dihubungkan dengan
pengertian Democritus terhadap atom yang tidak bisa dibagi lagi walaupun
sebuah pantai dapat dibagi ke dalam butiran-butiran pasirnya, butiran pasir ini
tidak dapat dibagi. Democritus juga beralasan bahwa atom sepenuhnya padat,
17
dan tidak memiliki struktur internal. Dia juga berpikir harus ada ruang kosong
antar atom untuk memberikan ruang untuk pergerakannya (seperti pergerakan
dalam air dan udara, atau fleksibilitas benda padat). Sebagai tambahan,
Democritus juga menjelaskan bahwa untuk menjelaskan perbedaan sifat dari
material yang berbeda, atom dibedakan ke dalam bentuk, massa dan ukurannya.
Demokritus mengatakan bahwa atom-atom mempunyai “ukuran dan bilangan
yang tak terbatas”, tidak seluruh atom memiliki ukuran yang kecil tetapi terdapat
pula di antaranya yang berukuran sangat besar bahkan ada yang mencapai ukuran
alam semesta. Disamping itu bentuk atom selalu tidak sama. Tidak ada atom
yang memiliki bentuk yang sama. Demokritus memberikan ilustrasi bahwa:
1. Bentuk atom bermacam-macam, ada yang halus, kasar, siku-siku bahkan
ada yang berbentuk kurva.
2. Atom yang satu tidak berasal dari atom yang lainnya.
3. Atom-atom tidak dapat diubah bentuknya dari bentuk yang satu ke bentuk
yang lain.
4. Atom-atom tidak saling mempengaruhi dan dipengaruhi.
5. Atom-atom tidak memiliki sifat basah, kering, panas dan dingin.
6. Atom-atom memiliki gaya gerak yang mengakibatkan munculnya elemen
lain yaitu ruang kosong.
7. Karena ruang kosong itulah memungkinkan atom-atom bergerak dan
membentuk benda. (Lipu, 2011)
Teori Model Atom yaitu susunan zat sudah menjadi perhatian sejak 2500 tahun
yang lalu, yaitu sejak jaman yunani kuno. Pendapat ini lebih dikembangkan lagi
pada masa Leucippus dan Demokritus yang menyatakan bahwa sesuatu zat tidak
dapat dibelah terus menerus tanpa batas, ada bagian yang paling kecil yang tidak
dapat dibagi-bagi atau dibelah lagi, itu yang mereka sebut “atomos” yang artinya
yang tidak dapat dibagi-bagi lagi. Sebaliknya Aristoteles berpendapat partikel
dapat dibelah terus menerus tanpa batas.
18
6. Euclid
Gambar 6. Euclid
(Sumber : https://images.gr-assets.com/authors/1428310563p5/125792.jpg)
Arti penting buku “The Elements” tidaklah terletak pada pernyataan rumus-
rumus pribadi yang dilontarkannya. Hampir semua teori yang terdapat dalam
buku itu sudah pernah ditulis orang sebelumnya, dan juga sudah dapat dibuktikan
kebenarannya. Sumbangan Euclid terletak pada cara pengaturan dari bahan-
bahan dan permasalahan serta formulasinya secara menyeluruh dalam
perencanaan penyusunan buku. Di sini tersangkut, yang paling utama, pemilihan
dalil-dalil serta perhitungan-perhitungannya, misalnya tentang kemungkinan
menarik garis lurus diantara dua titik. Sesudah itu dengan cermat dan hati-hati
Euclid mengatur dalil sehingga mudah difahami oleh orang-orang sesudahnya.
Bilamana perlu, diseediakan petunjuk cara pemecahan hal-hal yang belum
terpecahkan dan mengembangkan percobaan-percobaan terhadap permasalahan
yang terlewatkan. Perlu dicatat bahwa buku The Elements selain terutama
merupakan pengembangan dari bidang geometri yang ketat, juga di samping itu
mengandung bagian-bagian soal aljabar yang luas berikut teori penjumlahan.
Buku “The Elements” merupakan buku pegangan baku matematika lebih dari
2000 tahun dan merupakan textbook yang paling sukses yang pernah disusun
manusia. Aslinya ditulis dalam bahasa Yunani, kemudian diterjemahkan ke
dalam berbagai bahasa. Terbitan pertama muncul tahun 1482, sekitar 30 tahun
sebelum penemuan mesin cetak oleh Gutenberg. Sejak penemuan mesin itu
dicetak dan diterbitkanlah dalam beribu-ribu edisi yang beragam corak. Sebagai
alat pelatih logika pikiran manusia, buku “The Elements” jauh lebih berpengaruh
ketimbang semua karya Aristoteles tentang logika. Buku itu merupakan contoh
yang komplit sekitar struktur deduktif dan sekaligus merupakan buah pikir yang
menakjubkan dari semua hasil kreasi otak manusia. Kita dapat mengatakan
bahwa buku Euclid merupakan faktor penting bagi pertumbuhan ilmu
pengetahuan modern. Ilmu pengetahuan bukanlah sekedar kumpulan dari
pengamatan-pengamatan yang cermat dan bukan pula sekedar generalisasi yang
tajam serta bijak. Hasil besar yang direnggut ilmu pengetahuan modern berasal
dari kombinasi antara kerja penyelidikan empiris dan percobaan-percobaan di
20
satu pihak, dengan analisa hati-hati dan kesimpulan yang punya dasar kuat di lain
pihak.
Kita masih bertanya-tanya apa sebab ilmu pengetahuan muncul di Eropa dan
bukan di Cina, tetapi rasanya aman jika kita menganggap bahwa hal itu bukanlah
semata-mata lantaran soal kebetulan. Memanglah, peranan yang digerakkan oleh
orang-orang brilian seperti Newton, Galileo dan Copernicus mempunyai makna
yang teramat penting. Tetapi, tentu ada sebab-musababnya mengapa orang-orang
ini muncul di Eropa. Mungkin sekali faktor historis yang paling menonjol apa
sebab mempengaruhi Eropa dalam segi ilmu pengetahuan adalah rasionalisme
Yunani, bersamaan dengan pengetahuan matematika yang diwariskan oleh
Yunani kepada Eropa. Patut kiranya dicatat bahwa Cina –meskipun berabad-abad
lamanya teknologinya jauh lebih maju ketimbang Eropa– tak pernah memiliki
struktur deduktif seperti halnya yang dipunyai Eropa. Tak ada seorang
matematikus Cina pun yang punya hubungan dengan Euclid. Orang-orang Cina
menguasai pengetahuan yang bagus tentang ilmu geometri praktis, tetapi
pengetahuan geometri mereka tak pernah dirumuskan dalam suatu skema yang
mengandung kesimpulan.
Pengaruh Euclid terhadap Sir Isaac Newton sangat kentara sekali, sejak Newton
menulis buku kesohornya “The Principia” dalam bentuk kegeometrian, mirip
dengan “The Elements”. Berbagai ilmuwan mencoba menyamakan diri dengan
Euclid dengan jalan memperlihatkan bagaimana semua kesimpulan mereka
21
secara logis berasal mula dari asumsi asli. Tak kecuali apa yang diperbuat oleh
ahli matematika seperti Russel, Whitehead dan filosof Spinoza.
Kini, para ahli matematika sudah memaklumi bahwa geometri Euclid . bukan
satu-satunya sistem geometri yang memang jadi pegangan pokok dan teguh serta
yang dapat direncanakan pula, mereka pun maklum bahwa selama 150 tahun
terakhir banyak orang yang merumuskan geometri bukan a la Euclid.
Sebenarnya, sejak teori relativitas Einstein diterima orang, para ilmuwan
menyadari bahwa geometri Euclid tidaklah selamanya benar dalam penerapan
masalah cakrawala yang sesungguhnya. Pada kedekatan sekitar “Lubang hitam”
dan bintang neutron –misalnya– dimana gayaberat berada dalam derajat tinggi,
geometri Euclid tidak memberi gambaran yang teliti tentang dunia, ataupun tidak
menunjukkan penjabaran yang tepat mengenai ruang angkasa secara keseluruhan.
Tetapi, contoh-contoh ini langka, karena dalam banyak hal pekerjaan Euclid
menyediakan kemungkinan perkiraan yang mendekati kenyataan. Kemajuan ilmu
pengetahuan manusia belakangan ini tidak mengurangi baik hasil upaya
intelektual Euclid maupun dari arti penting kedudukannya dalam sejarah.
(Gunawan 2012)
Euclid memiliki karya buku dengan jumlah 13 buku. Buku 1–6 menjelaskan
tentang geometri datar yang meliputi segitiga, segi empat, lingkaran, segi
22
7. Archimedes
Gambar 7. Archimedes
(Sumber :
https://vignette.wikia.nocookie.net/erbofsmoshery/images/9/98/Archimedes_In_
Battle.png/revision/latest/scale-to-width-down/340?cb=20170412151633)
“Eureka! Eureka!” yang artinya “Sudah kutemukan! Sudah kutemukan!” adalah
teriakan yang sangat terkenal yang mengingatkan orang pada tokoh penemu
Hukum Archimedes. Hukum yang mengabadikan nama penemunya ini, yakni
Archimedes, diperoleh ketika ia sedang berendam di bak mandinya. Selama
mandi rupanya ahli fisika Yunani Kuno ini sedang memikirkan pekerjaan rumah
yang diberikan Raja Syracaus, yaitu Herion II untuk menentukan mahkota raja
apakah terbuat dari emas murni atau emas campuran. Raja Herion II yang masih
kerabat Archimedes ini rupanya meragukan kejujuran seniman yang membuat
mahkota tersebut. Perbandingan berat mahkota dengan berat zat cair yang
dipindahkan saat benda itu benar-benar tenggelam memberi Archimedes ide
tentang apa yang kini dikenal dan disebut sebagai “berat jenis benda”.
23
Rumus yang diperoleh Archimedes di bak mandi itu sangat luar biasa perannya
hingga sekarang, terutama di bidang fisika. Pembuatan kapal laut, pesawat
terbang, dan apa saja yang berhubungan dengan massa jenis benda dalam proses
pembuatannya tentu tidak melupakan jasa Archimedes. (Zendrato 2017)
Archimedes lahir di Syracuse, ia adalah putra dari ahli astronomi Phidias dan
ketika dewasa menjadi sahabat baik Raja Hieron. Archimedes adalah orang yang
dikenal menemukan hukum apung atau lazim dikenal dengan prinsip
Archimedes.
Archimedes (287-213 BC) adalah salah satu filsuf yunani kuno yang dipandang
sebagai ilmuan hebat sebelum munculnya ilmu pengetahuan modern melalui
karya Issac Newton. Konon, pada waktu ia mandi menmukan rumus fisika yang
telah lama ia pikirkan dan kemudian berteriak, “ Eureka, eureka”. Archimedes
telah menemukan sebuah prinsip, bahwa tingkat kemurnian substasi adalah sama
di manapun substansi berada. Setiap penambahan kedalam substansi tersebut
akan mengubah berat keseluruhan. Tumpahan air merupakan cara sederhana
untuk mengetahui hal tersebut. Dengan mengetahui sejarah fisika maka sangat
memudahkan pendidik dalam mengajar, dan akan membuat pengetahuan peserta
didik bertambah bahkan memungkinkan bisa menemukan penemuan-penemuan
baru yang bisa memperbaiki penemuan sebelumnya. Karena perkem-bangan
24
konten fisika dari masa kemasa setelah mengikuti kegiatan sejarah fisika maka
kita akan mengetahui bahwa konten masing-masing ilmu fisika sangan berkaitan
dengan konten lainnya. (Sinensis 2017)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
mampu menjadi ahli pikir yang terkenal sepanjang masa yang hasil pemikirannya
memberikan dampak pada kehidupan kita sampai masa kini.
3.2 Saran
Mungkin dalam pembuatan makalah yang kami buat banyak kekurangan dan
kesalahan, maka dari itu penulis bersedia menerima saran maupun kritik demi
perbaikan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Burhanuddin, Afid. 2013. Perkembangan Ilmu Filsafat Pada Zaman Yunani Kuno.
Filsafat Ilmu.
Erwin, dkk. 2017. Epistemologi dan Keterbatasan Teori Gravitasi. Jurnal Ilmiah
Multi Sciences. Vol. IX No. 1 Halaman: 33 – 40.
Karim, Abdul. 2014. Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan. Fikrah, Vol. 2, No.
1. Hal 279-280.
Saputra, Hendri. 2018. Pemikiran Filsuf Barat Dan Islam Terhadap Konsep
Dinamika Gerak. Jurnal Filsafat Indonesia, Vol 1 No 1 Hal 59.
Sinensis, Arini Rosa. 2017. Sejarah Dan Filsafat Sains Sebagai Pendekatan Dalam
Pengajaran Fisika Pada Konsep Archimedes. Jurnal Inovasi Pendidikan
Fisika dan Riset Ilmiah. Vol. 1 No. 1 Hal 24.
28
Solikin, Agus. 2017. Konsep Kesejajaran Garis dalam Geometri Euclid dan Geometri
Riemann serta Aplikasinya dalam Kajian Ilmu Falak. Jurnal Journal Of
Mathematics Education, Science And Technology .Vol. 2, No. 2, Hal 244
Sondarika,Wulan. 2015. Peradaban Yunani Kuno. Jurnal Artefak. Vol. 3 No. 2 Hal
202.
Sujito, dkk. 2019. Paradigma teori atom lintas waktu. Jurnal Filsafat indonesia. Vol
2 no 1 hal 44.
Zendrato, F. 2017. Kisah Hidup Archimedes Sang Pemikir Hebat. Diakses dari
http://febrimanzendrato1.blogspot.com/2017/03/kisah-hidup-archimedes-
sang-pemikir.html pada tanggal 14 Maret 2020 pukul 16.30 WIB.