Anda di halaman 1dari 16

SEJARAH SAINS ( ZAMAN KLASIK SAMPAI MODERN)

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah

ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN

Dosen pengampu:

Bahriyadi M.Ag.

Disusun oleh:

Kelompok 2 (2-B)

Sri Ayu Indah Lestari 11230380000029

Dimas Hendriansyah 11230380000051

PROGRAM STUDI ILMU TASAWUF

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2023/1445 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Swt., yang dengan limpahan rahmat dan
petunjuk-Nya, kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan judul “Sejarah Sain dari zaman
klasik, pertengahan, sampai modern”.

Ucapan terima kasih kami haturkan kepada yang terhormat bapak Bahriyadi M.Ag.
sebagai dosen pengampu mata kuliah "Islam dan Ilmu Pengetahuan" yang telah
memberikan kami arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.

Kami juga ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam penyusunan makalah ini. Dukungan dari berbagai pihak, baik secara
langsung maupun tidak langsung, telah menjadi pendorong utama kelancaran penulisan
makalah ini.

Sebagai penyusun, kami sadar akan adanya kekurangan dalam ini, baik dari
penyampaian materi maupun aspek teknis lainnya. Oleh karena itu, kami dengan tulus
menerima setiap saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca, sebagai bahan
perbaikan di masa mendatang.

Harapan kami, makalah ini dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam
tentang sejarah sains. Semoga hasil penulisan ini dapat memberikan manfaat, memahami
sejarah sains, dan menjadi referensi yang berguna untuk pembaca.

Ciputat, 14 Maret 2024

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di kalangan para ahli sejarah, banyak pendapat yang beragam, namun dapat disimpulkan
bahwa sejarah adalah kesinambungan atau rentetan suatu peristiwa/kejadian antara masa
lampau, masa sekarang dan masa depan. Yang bisa dilihat dengan kurun waktu dimana
sejarah itu terjadi.

Dalam setiap periode, sejarah perkembangan ilmu pengetahuan memiliki ciri khas atau
karakteristik tertentu. Tetapi dalam pembagian periodisasi perkembangan ilmu pengetahuan
ada perbedaan dalam berbagai literatur yang ada.

Sebenarnya kajian tentang sejarah perkembangan ilmu pengetahuan, cakupannya


sangatlah luas dan juga sangat panjang. Idealnya sejarah adalah rekam jejak tentang semua
rentetan peristiwa yang telah terjadi, namun dalam kenyataannya terkadang sejarah hanya
mengungkap sepenggal saja atau tidak utuh dari rentetan peristiwa tersebut dan tidak bisa
lepas sepenuhnya dari pengaruh-pengaruh kondisi sosial politik tertentu. Apalagi sejarah yang
dimaksud dalam pembahasan ini adalah sejarah atau periodisasi tentang perkembangan ilmu
pengetahuan yang merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia. Untuk itu, perlu
adanya upaya yang sungguh-sungguh dalam mengungkap fakta sejarah yang ada.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud sejarah sains?


2. Bagaimana perkembangan sains secara klasik hingga modern?
3. Siapa saja tokoh Muslim yg terlibat dalam sejarah sains?

C. Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini agar pembaca memahami sejarah sains dari zaman klasik,
pertengahan, dan modern. Serta beberapa tokoh Muslim di bidang sains.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pengertian Sains

a. Secara Etimologi
Sains menurut bahasa berasal dari bahasa Inggris science yang berarti pengetahuan
(knowledge), sedangkan kata science berasal dari bahasa Latin scientia. Yang berasal dari
kata scine yang artinya adalah mengetahui.

b. Secara Terminologi
Menurut beberapa ahli:

1. James Conan, sains sebagai deretan konsep yang berhubungan satu sama lain, dan
yang tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan observasi, serta berguna untuk diamati
dan diuji lebih lanjut.
2. Menurut Toharudin, et al.,(2011) ilmu pengetahuan alam sering pula disebut sains,
sains memiliki sifat dan karakteristik yang unik yang membedakannya dari ilmu
lainnya.
3. Sains merupakan tubuh dari pengetahuan (body of knowledge) yang dibentuk melalui
proses percobaan yang terus menerus (Fisher, 1975; Zuhdan dalam Istiyono, 2010).
4. Carin dan Sund (1989: 4) menyatakan bahwa “Science is the system of knowing about
the universe through data collected by observation and controlled experimentation.”
Jadi, definisi sains menurut Carin dan Sund yaitu sains adalah sebuah sistem untuk
mempelajari semesta melalui pengumpulan data dengan observasi atau eksperimen.

Dilihat dari sejarah sains yang terus berevolusi, sains terbagi menjadi tiga periode yakni:

1. Periode Klasik (650-1250 M)


Dalam Peninggalan Kuno Klasik, pencarian tentang cara kerja alam semesta terjadi untuk
tujuan praktis seperti membuat kalender yang dapat digunakan atau menentukan bagaimana
cara menyembuhkan berbagai penyakit, dan orang yang melakukan penyelidikan ini dikenal
sebagai filsafat alam.
Orang-orang kuno yang dianggap sebagai ilmuwan pertama mungkin menganggap diri
mereka sebagai filsuf alam, sebagai praktisi dari profesi terampil (misalnya, dokter) atau
sebagai pengikut tradisi keagamaan (misalnya, tabib, kuil).

Yunani kuno adalah tempat bersejarah di mana sebuah bangsa memiliki peradaban. Oleh
karenanya Yunani kuno sangat identik dengan filsafat yang merupakan induk dari ilmu
pengetahuan. Padahal filsafat dalam pengertian yang sederhana sudah berkembang jauh
sebelum para filosof klasik Yunani menekuni dan mengembangkannya. Filsafat di tangan
mereka menjadi sesuatu yang sangat berharga bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada
generasi-generasi setelahnya. Ia ibarat pembuka pintu-pintu aneka ragam disiplin ilmu yang
pengaruhnya terasa hingga sekarang.

Menurut Bertrand Russel, diantara semua sejarah, tak ada yang begitu mencengangkan
atau begitu sulit diterangkan selain lahirnya peradaban di Yunani secara mendadak. Memang
banyak unsur peradaban yang telah ada ribuan tahun di Mesir dan Mesopotamia. Namun
unsur-unsur tertentu belum utuh sampai kemudian bangsa Yunani lah yang
menyempurnakannya.1

Seiring dengan perkembangannya waktu, filsafat dijadikan sebagai landasan berfikir oleh
bangsa Yunani untuk menggali ilmu pengetahuan, sehingga berkembang pada generasi-
generasi setelahnya. Ini ibarat pembuka pintu-pintu aneka ragam disiplin ilmu yang
pengaruhnya terasa hingga sekarang. Karena itu, periode perkembangan filsafat Yunani
merupakan awal memasuki peradaban baru umat manusia. 2 Zaman ini berlangsung dari abad
6 SM sampai dengan sekitar abad 6 M. Zaman ini menggunakan sikap an inquiring attitude
(suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis), dan tidak menerima pengalaman
yang didasarkan pada sikap receptive attitude (sikap menerima begitu saja). Sehingga pada
zaman ini filsafat tumbuh dengan subur. Yunani mencapai puncak kejayaannya atau zaman
keemasannya.3

1 Lihat: Bertrand Russell, Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik dari
Zaman Kuno Hingga Sekarang (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), 3-4

2 Lihat: Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013 edisi revisi), hlm. 22

3 Lihat: Paul Strathern, 90 Menit Bersama Aristoteles, Jakarta:


Pada zaman ini banyak bermunculan ilmuwan yang terkemuka. Di antaranya adalah:

a. Thales (624-545 SM).


Kurang lebih enam ratus tahun sebelum Nabi Isa terlahir, muncul sosok pertama dari
tridente Miletus yaitu Thales yang menggebrak cara berpikir mitologis masyarakat Yunani
dalam menjelaskan segala sesuatu. Sebagai Saudagar-Filosof, Thales amat gemar melakukan
rihlah. Ia bahkan pernah melakukan lawatan ke Mesir. Thales adalah filsuf pertama sebelum
masa Socrates. Menurutnya zat utama yang menjadi dasar segala materi adalah air. Pada
masanya, ia menjadi filsuf yang mempertanyakan isi dasar alam.4

b. Pythagoras (580 SM–500 SM)


Pythagoras lahir di Samos (daerah Ioni), tetapi kemudian berada di Kroton (Italia Selatan).
Ia adalah seorang matematikawan dan filsuf Yunani yang paling dikenal melalui teoremanya.
Dikenal sebagai Bapak Bilangan, dan salah satu peninggalan Phytagoras yang terkenal adalah
teorema Pythagoras, yang menyatakan bahwa kuadrat hipotenusa dari suatu segitiga siku-siku
adalah sama dengan jumlah kuadrat dari kaki-kakinya (sisi-sisi siku-sikunya).

Walaupun fakta di dalam teorema ini telah banyak diketahui sebelum lahirnya Pythagoras,
namun teorema ini dipercaya untuk dilanjutkan kepada Pythagoras karena ia yang pertama
kali membuktikan pengamatan ini secara matematis. Pythagoras juga berhasil membuat
lembaga pendidikan yang disebut Pythagoras Society. Selain itu, dalam ilmu ukur dan
aritmatika ia berhasil menyumbang teori tentang bilangan, pembentukan benda, dan
menemukan hubungan antara nada dengan panjang dawai.5

c. Socrates (469 SM-399 SM)


Socrates lahir di Athena, dan merupakan generasi pertama dari tiga ahli filsafat besar dari
Yunani, yaitu Socrates, Plato dan Aristoteles. Socrates yang mengajar Plato, dan Plato pada

Erlangga, 2001). Lihat juga: http://sophiascientia.wordpress.com/kronologishistoris-sejarah-dan-


perkembangan-ilmu-pengetahuan/.

4 Harun Hadiwiyono, Sari Sejarah Filsafat Barat, (Yogyakarta: Kanisius, 1980), hlm. 19

5 W. Montgomery Watt, Islam dan Peradaban Dunia: Pengaruh Islam atas Eropa Abad Pertengahan,
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997), hlm. 60-61.
gilirannya juga mengajar Aristoteles. sumbangsih Socrates yang terpenting bagi pemikiran
Barat adalah metode penyelidikannya, yang dikenal sebagai metode elenchos, yang banyak
diterapkan untuk menguji konsep moral yang pokok.

Karena itu, Socrates dikenal sebagai bapak dan sumber etika atau filsafat moral, dan juga
filsafat secara umum.6 Periode setelah Socrates ini disebut dengan zaman keemasan keilmuan
bangsa Yunani, karena pada zaman ini kajian-kajian keilmuan yang muncul adalah
perpaduan antara filsafat alam dan filsafat tentang manusia. Tokoh yang sangat menonjol
adalah Plato (429-347 SM), yang sekaligus murid Socrates.7

d. Plato (427 SM-347 SM)


Ia adalah murid Socrates dan guru dari Aristoteles. Karyanya yang paling terkenal ialah
Republik (Politeia) di mana ia menguraikan garis besar pandangannya pada keadaan ideal.
Selain itu, ia juga menulis tentang Hukum dan banyak dialog di mana Socrates adalah peserta
utama. Sumbangsih Plato yang terpenting tentu saja adalah ilmunya mengenai ide.

Plato, yang hidup di awal abad ke-4 S.M., adalah seorang filsuf earliest (paling tua) yang
tulisan-tulisannya masih menghiasi dunia akademisi hingga saat ini. Karyanya Timaeus
merupakan karya yang sangat berpengaruh di zaman sebelumnya; dalam karya ini ia
membuat garis besar suatu kosmologi yang meliputi teori musik yang ditinjau dari sudut
perimbangan dan teori-teori fisika dan fisiologi yang diterima pada saat itu.11

e. Aristoteles (384 SM- 322 SM)


Aristoteles adalah seorang filsuf Yunani, murid dari Plato dan guru dari Alexander yang
Agung. Ia memberikan kontribusi di bidang Metafisika, Fisika, Etika, Politik, Ilmu
Kedokteran, dan Ilmu Alam. Di bidang ilmu alam, ia merupakan orang pertama yang
mengumpulkan dan mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis.

Dari kontribusinya, yang paling penting adalah masalah logika dan Teologi (Metafisika).
Logika Aristoteles adalah suatu sistem berpikir deduktif (deductive reasoning), yang bahkan
sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal.
Meskipun demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya observasi,
eksperimen dan berpikir induktif (inductive thinking). Logika yang digunakan untuk

6 Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, hlm. 30


7 Jerome R. Ravert , Filsafat Ilmu: Sejarah dan Ruang Lingkup Bahasan, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2004), cetakan ke-4, hlm. 10
menjelaskan cara menarik kesimpulan yang dikemukakan oleh Aristoteles didasarkan pada
susunan pikir.

Masa keemasan keilmuan bangsa Yunani terjadi pada masa Aristoteles (384-322 SM). Ia
berhasil menemukan pemecahan persoalan-persoalan besar filsafat yang dipersatukannya
dalam satu sistem: logika, matematika, fisika, dan metafisika. Logika Aristoteles berdasarkan
pada analisis bahasa yang disebut silogisme (syllogisme).12 Selain nama-nama di atas, masih
ada filosof-filosof seperti Anaximander (610 SM-546 SM), Anaximes (585-528 SM),
Xenophanes (580-470 SM), dan tokoh-tokoh filsuf lainnya.

Sebelum masuk periode Islam ada yang menyebut sebagai periode pertengahan. Zaman
ini masih berhubungan dengan zaman sebelumnya. Karena awal mula zaman ini pada abad 6
M sampai sekitar abad 14 M. Zaman ini disebut dengan zaman kegelapan (The Dark Ages).
Zaman ini ditandai dengan tampilnya para Theolog di lapangan ilmu pengetahuan. Sehingga
para ilmuwan yang ada pada zaman ini hampir semua adalah para Theolog. Begitu pula
dengan aktivitas keilmuan yang mereka lakukan harus berdasar atau mendukung kepada
agama. Ataupun dengan kata lain aktivitas ilmiah terkait erat dengan aktivitas keagamaan.
Pada zaman ini filsafat sering dikenal dengan sebagai Anchilla Theologiae (Pengabdi
Agama). Selain itu, yang menjadi ciri khas pada masa ini adalah dipakainya karya-karya
Aristoteles dan Kitab Suci sebagai pegangan.8

2. Sejarah sains Pada Abad Pertengahan (1250-1800 M)


Pengetahuan tentang zaman pertengahan yang berkaitan dengan perkembangan pengetahuan
adalah suatu periode panjang yang mulai dari jatuhnya kekaisaran Romawi Barat tahun 476 M
hingga timbulnya Renaissance di Italia. Zaman pertengahan (Middle age) ditandai dengan
pengaruh yang besar dari agama terhadap kekaisaran dan perkembangan kebudayaan pada
saat itu. Pada umumnya orang romawi sibuk dengan masalah keagamaan tanpa
memperhatikan masalah duniawi & ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu masa inilah dinamakan
masa kegelapan.

Ketika di barat ilmu pengetahuan dan filsafat begitu muram dan gelap, justru di dunia
Islam ilmu pengetahuan mengalami perkembangan yang luar biasa, banyak pemikir muslim
zaman ini yang mampu melahirkan karya karya fenomenal.

8 bid., hlm. 30
Semangat intelektualitas di dunia Islam ini berkembang pada saat Eropa dan Barat
mengalami titik kegelapan, Sebagaimana dikatakan oleh Joseph Schumpeter dalam buku
magnum opusnya yang menyatakan adanya great gap dalam sejarah pemikiran ekonomi
selama 500 tahun, yaitu masa yang dikenal sebagai dark ages. Masa kegelapan Barat itu
sebenarnya merupakan masa kegemilangan umat Islam, suatu hal yang berusaha
disembunyikan oleh Barat karena pemikiran ekonom Muslim pada masa inilah yang
kemudian banyak dicuri oleh para ekonom Barat.9

Pada saat itulah di Timur terutama di wilayah kekuasaan Islam terjadi perkembangan
ilmu pengetahuan yang pesat. Di saat Eropa pada zaman Pertengahan lebih berkutat pada isu-
isu keagamaan, maka peradaban dunia Islam melakukan penerjemahan besar-besaran
terhadap karya-karya filosof Yunani, dan berbagai temuan di lapangan ilmiah lainnya. 10

Kemajuan Sains Islam di Bidang Astronomi dan Matematika

Kemajuan di bidang astronomi dan matematika dalam Islam tidak terlepas dari
peranan bangsa terdahulu diantaranya: Yunani, Sasanian dan India. Tujuan dari para ilmuwan
muslim dalam bidang astronomi adalah mengungkap tabir pergerakan benda-benda langit
dengan sistem matematika (Turner, 1995, pp. 58, 61). Dari tujuan astronomisnya kita dapat
menemukan salah satu dari tujuan matematika yaitu sebagai sistem untuk menjawab persoalan
benda-benda langit. Secara historis semua usaha saintifik Islam dalam bidang astronomi dan
matematika dikerahkan untuk mengembangkan konsep-konsep yang telah ditemukan oleh

9 pergerakan ilmu pengetahuan. Hal ini dapat dilihat dari semboyan yang berlaku bagi ilmu pada masa
itu adalah ancillla theologia atau abdi agama. Atau dengan kata lain, kegiatan ilmiah tersebut
diarahkan untuk mendukung kebenaran agama. Agama Kristen menjadi problema kefilsafatan karena
mengajarkan bahwa wahyu Tuhanlah yang merupakan kebenaran sejati. Inilah yang dianggap sebagai
salah satu penyebab masa ini disebut dengan Abad gelap (dark age). Usaha-usaha menghidupkan
kembali keilmuan hanya sesekali dilakukan oleh raja-raja besar seperti Alfred dan Charlemagne.
Lihat: Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya Di Indonesia: Suatu Pengantar (Jakarta: Bumi
Aksara, 2007), hlm. 85. Lihat Juga: Jerome R. Ravert , Filsafat Ilmu : Sejarah dan Ruang Lingkup
Bahasan, hlm. 16

10 Lihat: Joseph A. Schumpeter, A History of Economic Analysis, (New york : Oxford University
Press, 1954), bandingkan dengan Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 2007), Edisi Ke-3, hlm 10-11
bangsa India, Sasanian dan Yunani. Tentu dalam proses pengembangan konsep-konsep
tersebut saintis Islam banyak menemukan teori-teori baru bahkan pada akhir pengembangan
di bidang astronomi. Islam pertama mendapatkan pengetahuan secara mendalam tentang
astronomi dan matematika melalui sekolah dan karya-karya ilmuwan India yang sejatinya
berasal dari teori-teori Yunani dan Babilonia.

Kedua gerbang tersebut melahirkan tokoh-tokoh berpengaruh dalam bidang astronomi


dan matematika seperti Habbas al-Hasib penyusun Table Ma’munic. Al Khawarizmi sebagai
penggabung dua tradisi matematika antara Yunani dan India dalam karyanya The Book of
Summary in the Process of Calculation for Compulsion and Equation, selain itu ia juga
banyak menghasilkan karya di bidang astronomi, al-Fraghani (al-Fragnus) pencetus karya
terkenal The Element of Astronomi dan al-Mahani sebagai pengembang teori Aljabar
sekaligus terkenal atas komentarnya terhadap permasalahan karya Archimedes (Nasr, 2001,
pp. 149, 169)

Pada abad kesepuluh dalam bidang Astronomi dilanjutkan oleh al-Rahman al-Sufi
dengan karya monumentalnya Figure of the Stars. Karya tersebut dikategorikan sebagai
masterpiece dari tiga karya peneliti bintang dalam Islam oleh sejarawan sains George Sarton.
Sedangkan dalam bidang matematika diwakili oleh Thabit Ibn Qurra sebagai penerjemah
beberapa karya penting Archimedes dan Nichomachus seperti: Connic of Apollonius dan
Introduction to Arithmetic. Ibn Sina meski dikategorikan sebagai filosof, ia juga berhak untuk
disebut sebagai matematikawan dengan bukti beberapa karyanya dalam menyelesaikan
masalah angka dan penentuan terhadap jarak radius bumi. (Nasr, 2001, pp. 149, 170)

Kemajuan Sains Islam di Bidang Fisika dan Kimia

Kemajuan di bidang fisika dan kimia tidak lepas dari peranan Aristoteles sebagai
orang yang memberikan konsep fisik sebagai gabungan antara materi dan forma. Walaupun
pada akhirnya mayoritas umat muslim lebih condong terhadap aliran teologi dibandingkan
Aristotelian (Nasr, 2001, p. 126). Beberapa umat muslim tetap mempertimbangkannya
sebagai pemberi pengaruh besar pada pengetahuan tentang fisik. Sedangkan Islam dalam
kimia sudah berkembang sejak masa kebangkitan Islam tepatnya pada abad ketujuh, dan
puncaknya ada pada sosok Jabir Ibn Hayyan yang diakui pengaruhnya baik di Timur maupun
di Barat. Dua keadaan ini tidak terlepas dari penerjemahan besar-besaran yang terjadi di
Gudinshapur.
Jabir Ibn Hayyan sangat dipertimbangkan sebagai kimiawan Islam terkenal. Karyanya
dalam berbagai bidang dikumpulkan dalam koleksi khusus (Jabirian Corpus). Selain itu Al-
Razi pada keahlian nya, proses-proses kimia dasar menjadi sangat tepat diungkap diantaranya:
distilasi, kalsinasi, kristalisasi, evaporasi, dan filtrasi, al-Iraqi dijuluki sebagai kimiawan abad
ketiga belas dengan karya gemilangnya The Cultivation of Gold.

Dalam bidang fisika Alhazen (Ibn al-Haitham) memberikan kontribusi besar pada
studi gerak dengan penemuannya mengenai prinsip inersia, dan pengetahuan statistik. Tak
hanya itu, ia juga dapat membagikannya ke dalam bidang optik, dan menjadikannya ilmu
pengetahuan baru. Al-Birruni dicatat sebagai seorang fisikawan independen atas karya
Aristoteles bahkan dalam beberapa aspek ia menjadi komentator pada konsep gerak, dan
tempat. Komentarnya berujung pada solusi rasional, bahkan pada beberapa aspek
menggunakan proses observasi. Al-Khazini meneruskan tradisi al-Birruni, ia ikut mengkritik
karya Aristoteles dalam konsep gerak, dan mengembangkan konsep hidrostatik serta mekanik
al-Birruni (Nasr, 2001, pp. 128, 244).

Kemajuan di bidang fisika dan kimia tidak lepas dari peranan Aristoteles sebagai orang yang
memberikan konsep fisik sebagai gabungan antara materi dan forma. Walaupun pada
akhirnya mayoritas umat muslim lebih condong terhadap aliran teologi dibandingkan
Aristotelian (Nasr, 2001, p. 126). Beberapa umat muslim tetap mempertimbangkannya
sebagai pemberi pengaruh besar pada pengetahuan tentang fisik. Sedangkan Islam dalam
kimia sudah berkembang sejak masa kebangkitan Islam tepatnya pada abad ketujuh, dan
puncaknya ada pada sosok Jabir Ibn Hayyan yang diakui pengaruhnya baik di Timur maupun
di Barat. Dua keadaan ini tidak terlepas dari penerjemahan besar-besaran yang terjadi di
Gudinshapur.

Jabir Ibn Hayyan sangat dipertimbangkan sebagai kimiawan Islam terkenal. Karyanya dalam
berbagai bidang dikumpulkan dalam koleksi khusus (Jabirian Corpus). Selain itu Al-Razi
pada tangannya proses-proses kimia dasar menjadi sangat tepat diungkap diantaranya:
distilasi, kalsinasi, kristalisasi, evaporasi, dan filtrasi, al-Iraqi dijuluki sebagai kimiawan abad
ketiga belas dengan karya gemilangnya The Cultivation of Gold. Dalam bidang fisika Alhazen
(Ibn al-Haitham) memberikan kontribusi besar pada studi gerak dengan penemuannya
mengenai prinsip inersia, dan pengetahuan statistik. Tak hanya itu, ia juga dapat
membagikannya ke dalam bidang optik, dan menjadikannya ilmu pengetahuan baru.
Al-Birruni dicatat sebagai seorang fisikawan independen atas karya Aristoteles bahkan dalam
beberapa aspek ia menjadi komentator pada konsep gerak, dan tempat. Komentarnya berujung
pada solusi rasional, bahkan pada beberapa aspek menggunakan proses observasi. Al-Khazini
meneruskan tradisi al-Birruni, ia ikut mengkritik karya Aristoteles dalam konsep gerak, dan
mengembangkan konsep hidrostatik serta mekanik al-Birruni (Nasr, 2001, pp. 128, 244).

Kemajuan Sains Islam di Bidang Kedokteran

Tokoh-tokoh dalam kedokteran Islam memberikan kontribusi yang besar bagi bangsa-
bangsa setelahnya. Mereka ahli dalam hal tulis menulis dan menghasilkan karya-karya di
bidang kedokteran. karya tersebut dimuat dalam ensiklopedia Tibb and Hikmah dan menjadi
teks standar kedokteran untuk beberapa abad kemudian, bahkan diterjemahkan ke dalam
berbagai bahasa dan menjadi basis bagi penemuan dalam bidang kedokteran.

Secara historis tokoh-tokoh berpengaruh tersebut antara lain: Ali Ibn Rabban Thabari
dengan karyanya Paradise of Wisdom (Firdaus al-Hikmah) sekaligus menjadi guru dari al-
Razi (Rhazes). Dan murid dari al-Razi menjadi seorang dokter terkemuka bahkan ia dipercaya
menjadi pemimpin di rumah sakit Baghdad, kontribusinya ada pada beberapa karyanya yang
secara khusus memberikan deskripsi perbedaan antara chickenpox (cacar air) dengan
smallpox (cacar) serta deskripsi mendalam tentang campak.

Al-Razi membuat sebuah karya berdasarkan observasi dan pengalamannya dengan


judul al Hawi. Karya ini merupakan sebuah ensiklopedia medis terkenal. Salinan karya ini
diletakan di Bethesda Maryland serta dikategorikan sebagai manuskrip medis tertua di dunia
hingga saat ini. Ibn Sina dikategorikan sebagai seorang dokter hebat. Kehebatan tersebut
dibuktikan atas karya-karyanya yang berjumlah sekitar 100 karya dengan 16 kategori karya
kedokteran serta Qonun fi l-tibb sebagai magnum opusnya dalam bidang ini. Dalam bidang
khusus anatomi Ibn Nafis dikategorikan sebagai orang yang memberikan kontribusi besar. Ia
menambahkan konsep baru yang merupakan revolusi dari konsep-konsep anatomi kuno
dengan penemuannya terhadap sirkulasi paru-paru (Selin, 2008, pp. 1544–1545).

Ali Ibn Isa (Jesu Haly) pada abad kesepuluh membuat risalah khusus tentang mata The Note
Book of Occulist dan diikuti oleh buku yang berjudul Book of Selection on the Treatment of
the Eye oleh Canamusali seorang dokter dari Mesir. Di abad keempat belas al-Akhfani dan
Sadaqah Ibn Ibrahim al-Shadhili menulis karya penting dalam bidang opthalmologi (studi
mengenai mata).
3. Sejarah sains Periode modern - sekarang
Sains abad modern merupakan akumulasi pergerakan Revolusi Sains (Scientific Revolution)
dan Abad Pencerahan (Enlightenment Age). Kedua hal ini menjadi awal mula bagi lahirnya
sains modern. Dua momen ini tidak terlepas dari interaksi yang terjadi antara pengetahuan
Barat dan Timur melalui penerjemahan yang terjadi di Spanyol, Sisilia dan Italia Utara.
ditemukannya beberapa karya yang bersifat kontra terhadap aliran Aristotelian.

Hal ini dapat dibuktikan dengan penemuan beberapa karya pada masa itu antara lain: The
Lives of the Philosopher oleh Diogenes Laertius dan On the Nature of the God oleh Cicero
(Henry, 2003, p. 11). Kedua karya ini membuka cara pandang baru terhadap alam semesta
dengan cara mengkritik aliran Aristoteles. Selain itu penghidupan kembali aliran skeptisisme
kuno juga memberikan andil besar bagi perubahan kurikulum filsafat alam pada masa itu,
sehingga filsafat alam mulai mendapatkan posisi serta cara pandang baru dalam memaknai
alam semesta dan mendapatkan pengetahuan mengenai alam semesta.

Keadaan tersebut menjadi awal kemunculan Abad Pembaharuan (Renaissance) dan


akhirnya usaha saintifik lebih mengarah pada metode observasional dan rasional, sehingga
munculah keadaan baru yang disebut sebagai The Age of Reason atau Enlightenment Age
sebagai sebuah pembaharuan cara pandang manusia menjadi lebih bebas dan rasional serta
menempatkan manusia sebagai ukuran dari alam semesta begitu kata Protagoras yang dinilai
sebagai inspirator masa itu.

Renaisans adalah periode perkembangan peradaban yang terletak di ujung atau


sesudah abad kegelapan sampai muncul abad modern. Renaisans merupakan era sejarah yang
penuh dengan kemajuan dan perubahan yang mengandung arti bagi perkembangan ilmu. Ciri
utama renaisans yaitu humanisme, individualisme, sekulerisme, empirisme, dan rasionalisme.
Ada beberapa orang menganggap bahwa zaman modern hanyalah perluasan dari zaman
renaisans.16

Pada Abad ke-20 teknologi-teknologi canggih, dan spesialisasi ilmu-ilmu sampai


sekarang, memiliki kemajuan tajam dan mendalam. Pada zaman ini bidang fisika menempati
kedudukan paling tinggi dan banyak dibicarakan oleh para filsuf. Sebagian besar aplikasi ilmu
dan teknologi di abad 21 merupakan hasil penemuan mutakhir di abad 20. Pada zaman ini,
ilmuwan yang menonjol dan banyak dibicarakan adalah fisikawan. Bidang fisika menjadi titik
pusat perkembangan ilmu pada masa ini. Fisikawan yang paling terkenal pada abad ke-20
adalah Albert Einstein. Ia lahir pada tanggal 14 Maret 1879 dan meninggal pada tanggal 18
April 1955 (umur 76 tahun). Albert Einstein adalah seorang ilmuwan fisika. Dia
mengemukakan teori relativitas dan juga banyak menyumbang bagi pengembangan mekanika
kuantum, mekanika statistik, dan kosmologi.17
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Karim, Abdul.2014. "SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN" Vol. 2, No.1.


IAIN KUDUS.
BAB III "SAINS DAN ISLAM"(hal. 27-28) repository UIN SUKA
Syaipul Hayat,Muhammad. "HAKIKAT SAINS DAN INKUIRI"
Karim, Abdul.2014. "SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN" Vol. 2, No.1.
Sejarah sains, "sejarah ilmu pengetahuan". Ensiklopedia dunia.
Umam,Khothibul.2020. Kalam Jurnal.. "SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU…" Volume 8
Nomor 2 ( 27-60).
Dr. Maksum, Ali, Pengantar Filsafat: dari masa klasik hingga… hal. 37-40. Yogyakarta: AR
RUZZ MEDIA
Rahman, F., & Amarulloh, A. (2019). "JUSPI (JURNAL SEJARAH PERADABAN
ISLAM)" dalam SAKRALITAS SAINS ISLAM… volume 3 nomor 1

Anda mungkin juga menyukai