Oleh:
JANUARI 2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayahNya,
sehingga kami mampu untuk menyelesaikan makalah ini sebagai pemenuhan tugas
mata kuliah Bimbingan dan Konseling di SD dengan judul “Filsafat Sebagai
Sistem” dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga tetap terlimpahkan dan tercurahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah filsafat merupakan potret pergumulan para ahli pikir dalam
mencari kebenaran. Sedangkan filsafat sendiri memiliki pengertian usaha
manusia dengan akalnya untuk memperoleh suatu pandangan dunia dan
hidup yang memuaskan hati (Hadiwijono, 2000: 8-9). Namun
sesungguhnya definisi filsafat sangat beragam sesuai dengan karakter
filsafat rasional, yang berarti logis, sistematis, dan kritis (Rapar, 1996:15).
Menurut Mariyah et al., (2021) secara historis filsafat merupakan
induk ilmu, dalam perkembangannya ilmu makin terspesifikasi dan mandiri,
namun mengingat banyaknya masalah kehidupan yang tidak bisa dijawab
oleh ilmu, maka filsafat menjadi tumpuan untuk menjawabnya. Filsafat
memberi penjelasan atau jawaban substansial dan radikal atas masalah
tersebut. Sementara ilmu terus mengembangakan dirinya dalam batas-batas
wilayahnya, dengan tetap dikritisi secara radikal. Proses atau interaksi
tersebut pada dasarnya merupakan bidang kajian Filsafat Ilmu, oleh karena
itu filsafat ilmu dapat dipandang sebagai upaya menjembatani jurang
pemisah antara filsafat dengan ilmu, sehingga ilmu tidak menganggap
rendah pada filsafat, dan filsafat tidak memandang ilmu sebagai suatu
pemahaman atas alam secara dangkal.
Perkembangan sejarah filsafat di dunia dapat dibagi dalam empat
periodisasi. Periodisasi ini didasarkan atas ciri pemikiran yang dominan
pada waktu itu. Pertama, adalah zamanYunani Kuno (Abad 12-13 M), ciri
pemikiran filsafat adalah kosmosentris yakni para filosof masa ini
mempertanakan asal-usul alam semesta dan jagad raya. Kedua, adalah
zaman abad pertengahan (Abad 14-15 M), ciri pemikiran abad ini teosentris,
yakni para filosof pada masa ini memakai pemikiran filsafat untuk
memperkuat dogma-dogma agama Kristiani. Ketiga, adalah zaman Abad
Modern (Abad 16-18 M), para filosof menjadikan manusia sebagai pusat
analisis filsafat, yang disebut antroposentris. Dan Zaman Pos Modern (Abad
1
18-19) hingga saat ini, ciri pokok pemikiran zaman ini ialah logosentris,
artinya teks menjadi tema sentral pada diskusi para filosof.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah perkembangan filsafat zaman kuno?
2. Bagaimana sejarah perkembangan filsafat zaman pertengahan?
3. Bagaimana sejarah perkembangan filsafat zaman modern?
C. Tujuan
1. Menelaah sejarah perkembangan filsafat zaman kuno
2. Menelaah sejarah perkembangan filsafat zaman pertengahan
3. Menelaah sejarah perkembangan filsafat zaman modern
2
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Sejarah Perkembangan Filsafat Zaman Kuno
3
cara berfikir mitologis masyarakat Yunani dalam menjelaskan segala
sesuatu. Sebagai Saudagar-Filosof, Thales amat gemar melakukan rihlah. Ia
bahkan pernah melakukan lawatan ke Mesir. Thales adalah filsuf pertama
sebelum masa Socrates. Menurutnya zat utama yang menjadi dasar segala
materi adalah air. Pada masanya, ia menjadi filsuf yang mempertanyakan isi
dasar alam.
4
pada zaman ini kajian-kajian kelimuan yang muncul adalah perpaduan
antara filsafat alam dan filsafat tentang manusia. Tokoh yang sangat
menonjol adalah Plato (429-347 SM), yang sekaligus murid Socrates.
5
pentingnya observasi, eksperimen dan berpikir induktif (inductive
thinking). Logika yang digunakan untuk menjelaskan cara menarik
kesimpulan yang dikemukakan oleh Aristoteles didasarkan pada susunan
pikir. Masa keemasan kelimuan bangsa Yunani terjadi pada masa
Aristoteles (384-322 SM). Ia berhasil menemukan pemecahan persoalan-
persoalan besar filsafat yang dipersatukannya dalam satu sistem: logika,
matematika, fisika, dan metafisika. Logika Aristoteles berdasarkan pada
analisis bahasa yang disebut silogisme (syllogisme).
6
Ia adalah seorang ahli matematika, astronom, filsuf, fisikawan, dan
insinyur berbangsa Yunani. Archimedes dianggap sebagai salah satu
matematikawan terbesar sepanjang masa, hal ini didasarkan pada
temuannya berupa prinsip matematis tuas, sistem katrol (yang
didemonstrasikannya dengan menarik sebuah kapal sendirian saja), dan ulir
penak, yaitu rancangan model planetarium yang dapat menunjukkan gerak
matahari, bulan, planet-planet, dan kemungkinan konstelasi di langit. Dari
karya-karyanya yang bersifat eksperimental, ia kemudian dijuluki sebagai
Bapak IPA Eksperimental.
B. Sejarah Perkembangan Filsafat Zaman Pertengahan
Pengaruh tradisi rasional-empirik yang telah di bangun oleh
Plato dan kawan-kawannya di Yunani, telah mengubah dunia motos ke
dunia logos. Namun proses ini tidak bertahan lama. Mitos kembali
mengalahkan logos yang telah susah payah dikerjakan oleh para filosof-
filosof besar Yunani (Huda 2022).
Setelah Aristoteles meninggal, Filsafat Yunani kuno menjadi
ajaran praksis, bahkan mistis sebagaimana terlihat dalam ajaran Stoa,
Epicuri, dan Plotinus. Bersamaan dengan runtuhnya kekuasaan
Romawi,mengisyaratkan akan datangnya tahapan baru, yaitu filsafat
harus mengabdi kepada agama menjadi semakin nampak. Filsafat Yunani
yang sangat sekuler telah dicairkan dari antinominya dengan doktrik
Gerejani. Filsafat menjadi lebih bercorak teologis. (Cecep, 2004). Biara
tidak hanya tempat pusat kegiatan keagamaan, tetapi juga menjadi pusat
kegiatan intelektual. Sehingga ilmu pengetahuan dihubungkan dengan kitab
suci umat Kristiani dalam bentuk hubungan yang history of scientific
progress, yang mengakibatkan perkembangan ilmu pengetahuan tidak
fleksibel dan terkurung oleh doktrin agama.
Kondisi ajaran Kristiani yang menempatkan kitab sucinya dengan
ilmu pengetahuan dalam bentuk hubungan history of scientific progress ini.
Belakangan oleh pengikut agama Muhammad (Islam) menajdi ilham
penting, sehingga dalam pengikut ajaran agama terakhir ini, hubungan kitab
suci dengan ilmu pengetahuan ditempatkan dalam bentuk social psychology
7
(psykologi sosial) dan tidak history of scientific progress (sejarah
perkembangan ilmu pengetahuan). (Shihab,1992)
Pengikut Kristus yang fanatik terhadap mitologi menjadi penentang
yang sangat kuat terhadap perkembangan rasionalisme yang telah
dibangun oleeh filosof awal di Yunani. Pengikut Kristus sering
memperdebatkan hasil kajian ilmiah dan filsafat yang dibangun oleh
manusia pada masa sebelumnya. Sehingga dunia kembali mengalami
masa kegelapan dan masyarakat dunia kemabli dikalahkan oleh mite-mite.
Satu-satunya perpustakaan Iskandaria di bakar oleh orang-orang
yang sangat fanatik terhadap agama mitologis, yaitu kaum Nasrani yang
memiliki watak yang tidak imliah. Seorang wanita yang cantik dan cerdas
bernama Hypatia, harus rela menjadi korban kaum Gerjawan Kristen yang
sedang mengkonsolidasikan dirinya di Patikan untuk menolak dan
melawan paganism (sebagai sistem ritus). Hypatia dibunuh dengan
alasan karena menolak lamaran setiap laki-laki bangsawan dan kaum
Gerejawan. Penolakan Hypatia dilatarbelakangi keinginannya untuk
mencurakan segala pikirannya dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Ia
ingin menghabiskan waktunya di perpustakaan (Thoha 2013). Ia berdiri
di atas kuatnya masyarakat yang menolak terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan dan filsafat Yunani, hal ini dianggap dan disamakan dengan
paganism. Oleh karena itu, setiap orang yang mencari, dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dianggap mencari dan mengembangkan
paganisme.
Akhirnya pada sautu perjalanan menuju perpustakaan, Hypatia
dicegat oleh segerombolan kaum Gerejawan. Ia diturunkan dari kereta
kudanya dan dibunuh, kemudian dikelupasi dagingnya serta tualng-
tulangnya dibakar. Semua miliknya dimusnahkan dan karya-karyanya
dihancurkan serta namanya dilupakan. Sedangkan uskup agung Iskandaria
bernama Cryl yang memerintahkan untuk membunuh Hypatia diberi
kehormatan oleh gereja kristen sebagai orang suci atau santo. (cecep, 2004)
Ketika mayoritas masyarakat mengambil sikap pandang yang demikian
jauh dari filsafat, bukan berarti filsafat otomatis mati dan tidak
8
berkembang dalam lintasan sejarah dunia. Sejarah mencatat di masa
partistik ini muncul tokoh dan ilmuwan yang konsen terhadap persoalan
filsafat meskipun dalam jumlah yang sangat sedikit sekali dan hampir tidak
punya pengaruh terhadap kecenderungan masyarakat yang mitologis.
Tokoh filsafat masa pertengahan ini adalah PLITONUS (204-269 M)
dan Augustine (354-430 M) yang telah berpengaruh cukup signifikan
terhadap pemikiran-pemikiran filosofis masyarkat Muslim, khususnya
tentang ciri keesaan Tuhan. Pemikiran kedua tokoh ini juga sangat
mempengaruhi terhadap pemikiran filosofis yang dibangun oleh Anselm
(1033-2209 M) dan Thomas Aquinas (1225-1274 M) di abad pertengahan.
1. Augustine.
Augustine atau sering disebut Agustinus, waktu mudanya ia menyelami
filsafat yang bermacam-macam coraknya, dan dalam beragama ia juga
mengenal bemacam aliran. Pada usia 33 tahun ia menjadi Katolik. Buku-
buku karyanya tidak semata-mata memuat filsafat, tetapi juga meruapakan
perengangan agama.
Dalam logikanya Augustine memerangi skepsis. Skepsis itu mnurut
pendapatnya mengandung pertentangan, dan kemustahilan. Skepsis
mengajurkan keragu-raguan tentang segala-galanya. Menurutnya siapa
yang berpikir , tentulah ia ada, jadi ada kepastian padanya. (Poedjawijatna,
1990)
Dalam antropologia dan etika, Augustine berpendapat dengan
menjawab pertanyaan: Apakah manusia itu? Jawabnya : menurut badannya
manusia termasuk alam jasmani, tetapi karena jiwaanya ia termasuk
rohani. Oleh karena ia jasmani, maka terikatlah ia, harus mengalami
perubahan, sengsara dan terlibat dalam waktu. Sebalinya oleh karena ia
termasuk alam rohani, maka dengan budinya ia mencari kebenarana
yang baka, dan dengan kehendaknya mencari kebaikan yang sempurna.
Itulah sebabnya pada manusia terdapat pertentangan antara jasmani dan
rohani. Yang menjadi tugas manusia adalah menaklukkan yang jasmani
kepada rohani dengan mempergunakan kehendaknya yang merdeka.
Tetapi jnganlah mengira, bahwa yang jasmani itu jahat.
9
Kejahatan atau dosa terletak pada kehendak yang bebas. Jika kehendak
itu memilih yang jasmani serta dengan demikian memustahilkan jalanya
kepada Tuhan, maka berdosalah ia. Jadi dosa atau jahat itu berdasarkan atas
ketiadaan yang baik. Demikian pendapat augustine tentang antropogia dan
etika.
Bagaimana hubungan manusia dengan Tuhan?
Segala makhluk merupakan patisipasi (ikut serta) kepada idea-idea
Tuhan. Adapun partisipasi manusia berbeda dengan paerisipasi makhluk
lainnya. Makhluk lain partisipasinya pasif, sedangkan manusia
partisipasinya aktif. Keaktifan manusia pada Tuhannya adalah dengan
mengenal Tuhan dengan kasih mesra berdasarkan cinta. Adapun cinta
merupakan partisipasi kebaikan Tuhan. Ada Tuhan, terdapat pada ada
segala sesuatunya. Tuhan mengatur segala sesuatu yang ada dalam alam
ciptaannya.
2. Thomas Aquinas.
Thomas dilhirkan dekat kota Aquino, tahun 1225. Sebab itu ia sering
disebut Thomas Aquinas. Masa mudanya ia menajdi murid Albertus di
Paris. Kemudian ia mengukuti jejak gurunya dan menjadi pembesar pada
Ordonya di Jerman, dan mengajar di perguruan tinggi di sana.
Fisalfat Aristoteles direnungkan secara mendalam oleh Thomas
Aquinas, tanpa ragu-ragu ia mengambil filsafat Aristoteles sebagai dasar
dalam berfilsafat. Ia membuang hal-hal yang tidak pas dengan ajaran
kristiani dan menambahkan hal-hal baru, sehingga filsafatnya melahirkan
suatu aliran yang bercorak Thomisme, yang menjadi ciri khas filsafat pada
zaman pertengahan.
Thomas dalam hal terjadinya alam semesta menganut teori penciptaan,
artinya Tuhan menciptakan alam semesta. Dengan tindakan mencipta,
Tuhan menghasilkan menciptaan dari ketadaan. Karena segala sesuatu
timbul oleh penciptaan Tuhan, maka segala sesuatu juga ambil bagian
dalam kebaikan Tuhan. Selanjutnya penciptaan itu bukan merupakan
tindakan pada suatu saat tertentu, yang sesuad itu ciptaan tersebut utnuk
seterusnya dibiarkan mengadu nasibnya sendiri. Mencipta berarti secara
10
terus menerus menghasilkan dan memelihara ciptaan. (Rizal, 2003)
Tuhan menciptakan alam semesta serta waktu dari keabadian, gagasana
penciptaan tidak bertentangan dengan alam abadi. Kitab suci
mengajarkan bahwa alam semsta berawal mula, tetapi filsafat tidak
membuktikan hal itu, sepeti halnya juga filsafat tidak bisa membuktikan
bahwa alam semesta tidak berawal mula.
C. Sejarah Perkembangan Filsafat Zaman Modern
Untuk menentukan batas yang jelas mengenai akhir zaman
pertengahan dan awal abad modern bukanlah hal yang mudah. Hal ini di
sebabkan oleh perbedaan pandangan para ahli sejarah tentang peralihan
zaman pertengahan menjadi zaman modern. Sebagian ahli sejarah
berpendapat bahwa zaman pertengahan berakhir ketika Konstantinopel di
taklukan oleh Turki Usmani pada tahun 1453 M. Peristiwa tersebut
dianggap sebagai titik awal zaman modern dan berakimya zaman
pertengahan. Akan tetapi, mayoritas ahli sejarah mengatakan bahwa akhir
abad ke-14 sekaligus menjadi akhir zaman pertengahan yang ditandai oleh
gerakan yang disebut Renaisans pada abad ke-15 dan 16. (Muzairi
2009:123-124). Renaissance berasal dari bahasa Perancis, berarti lahir
kembali (rebirth). Istilah ini biasanya digunakan oleh sejarawan untuk
menunjukkan berbagai periode kebangkitan intelektual, khususnya yang
terjadi di Eropa. (Undang Ahmad kamaluddin 2012:39)
Perbedaan antara filsafat ini dengan filsafat zaman abad pertengahan
yaitu bahwa pada zaman pertengahan banyak perhatian pada hal-hal yang
bersifat abstrak dan hal yang bersifat konkrit banyak diabaikan. Sedangakan
pada masa Renaissance ini lebih berpikir secara bebas dan rasional tentang
alam semesta dan kenyataan yang ada. Pada masa ini ditemukan dua hal
yaitu dunia dalam arti luas dan dirinya sendiri yang tidak harus mengikuti
kepercayaan apapun.
Pada zaman ini, berbagai gerakan bersatu untuk menentang pola
pemikiran abad pertengahan yang dogmatis, sehingga melahirkan
perubahan revolusioner (Perubahan) dalam pemkiran manusia dan
membentuk pola fikir baru dalam filsafat. Zaman ini juga sering disebut
11
sebagai Zaman Humanione. Ciri utama Renaissance adalah Humanisme,
Individualisme yang lepas dari agama (tidak mau diatur oleh agama),
Empirisme, dan Rasionalisme. Filsafat berkembang bukan pada zaman
Renaissance, melainkan kelak pada zaman sesudahnya (zaman modern).
Pada zaman modern filsafat di dahului oleh zaman Renaissance. Tokoh
pertama filsafat modern adalah Descartes yang menghidupkan kembali
Rasionalisme Yunani, Individualisme, lepas dari pengaruh agama.
Sekalipun demikian, para ahli lebih senang menyebut Descartes sebagai
tokoh Rasionalisme. (Ahmad Tafsir 2002:126-127).
Pada zaman Renaissance ada banyak penemuan di bidang ilmu
pengetahuan. Di antara tokoh-tokohnya adalah:
1. Nicolaus Copernicus (1473-1543)
la dilahirkan di Torun, belajar di Universitas Cracow.
Walaupun ia tidak mengambil studi astronomi, namun ia
mempunyai koleksi buku-buku astronomi dan matematika. la sering
disebut sebagai Founder of Modern Astronomy (Pendiri astronomi
modern). la mengembangkan teori bahwa matahari adalah pusat
jagad raya dan bumi mempunyai dua macam gerak, yaitu perputaran
sehari-hari pada porosnya dan perputaran tahunan mengitari
matahari, teori itu disebut Heliocentric. Ini adalah perkembangan
besar, tetapi yang lebih penting adalah metode yang dipakai
Copernicus, yaitu metode mencakup penelitian terhadap benda-
benda langit dan kalkulasi matematika dari pergerakan benda-benda
tersebut.
2. Galileo Galilei (1564-1642)
Galileo Galilei adalah salah seorang penemu terbesar
dibidang ilmu pengetahuan. la menemukan bahwa sebuah peluru
yang ditembakkan membuat suatu gerak parabola, bukan gerak
horizontal yang kemudian berubah menjadi gerak vertical. la
menerima pandangan bahwa matahari adalah pusat jagad raya.
Dengan teleskopnya, ia mengamati jagad raya dan menemukan
bahwa bintang Bimasakti terdiri dari bintang-bintang yang banyak
12
sekali jumlahnya dan masing-masing berdiri sendiri. Selain itu, ia
juga berhasil mengamati bentuk Venus dan menemukan beberapa
satelit Jupiter.
3. Francis Bacon (1561-1626)
Francis Bacon adalah seorang filosof dan politikus Inggris.
la belajar di Cambridge University dan kemudian menduduki
jabatan penting dipemerintahan serta pernah terpilih menjadi
anggota parlemen. la adalah pendukung penggunaan Scientific
Methods (Metode Ilmiah), ia berpendapat bahwa pengakuan tentang
pengetahuan pada zaman dahulu kebanyakan salah, tetapi ia percaya
bahwa orang dapat mengungkapkan kebenaran dengan Inductive
Methods (Metode Penalaranya), tetapi lebih dahulu harus
membersihkan pikiran dari prasangka yang ia namakan idols (arca).
Aliran-aliran Dalam Filsafat Modern
Pada abad ke-17. pemikiran renaisans mencapai kesempurnaanya
pada diri beberapa tokoh besar. Pada abad ini tercapai kedewasaan
pemikiran, sehingga ada kesatuan yang memberi semangat pada abad-abad
berikutnya. Pada masa ini lahir berbagai aliran pemikiran:
a. Rasionalisme
Rasionalisme berasal dari dua suku kata yaitu rasio (akal/pikiran) dan
isme (pahan/pendapat). Rasionalisme merupakan suatu paham filsafat
yang mengatakan bahwa "Kebenaran tertinggi terletak dan bersumber
dari akal manusia". Menurut aliran rasionalisme akal adalah alat
terpenting untuk memperoleh suatu pengetahuan dengan cara berpikir.
Latar belakang munculnya rasionalisme adalah keinginan untuk
membebaskan diri dari segala pemikiran tradisional (scholastic), yang
pernah diterima, tetapi ternyata tidak mampu mengenai hasil-hasil ilmu
pengetahuan yang dihadapi. Pada aliran Rasionalisme tokohnya adalah
Descartes (1596- 1650 M). Spinoza (1632-1677 M), Gottfried Eilhelm
von Leibniz (1946). (Ahmad Tar 2002:128)
b. Empirisme
13
Istilah Empirisme diambil dari bahasa Yunani yaitu emperia yang
berarti pengalaman. Empirisme merupakan suatu aliran yang
berpendapat bahwa pengetahuan (kebenaran) yang sempurna tidak
diperoleh melalui akal, melainkan diperoleh melalui panca indra
manusia. Dengan kata lain, kebenaran adalah sesuatu yang sesuai
dengan pengalaman manusia. Sebagai tokohnya adalah Francis Bacon
Thomas Hobbes, John Locke', dan David Hume. Karena adanya
kemajuan ilmu pengetahuan dapat dirasakan manfaatnya, pandangan
orang terhadap filsafat mulai merosot. Hal itu terjadi karena filsafat
dianggap tidak berguna lagi bagi kehidupan. Pada sisi lain ilmu
pengetahuan yang bermanfaat, pasti, dan benar hanya diperoleh lewat
indra (empiri) dan empirilah satu-satunya sumber pengetahuan.
Pemikiran tersebut lahir dengan nama Empirisme. (Amsal bakhtiar
201398)
c. Kritisisme
Aliran ini muncul pada abad ke-18, suatu zaman baru dimana seorang
yang cerdas mencoba menyelesaikan pertentangan antara rasionalisme
dengan empirisme. Zaman baru ini disebut zaman Aufklarung. Seorang
filosof Jerman Immanuel Kant (1724-1804) menampilkan aliran ini
bertujuan untuk menjembatani pertentangan antara aliran rasional dan
empiris. Sebagai latar belakangnya, Kant melihat adanya kemajuan ilmu
pengetahuan (ilmu pasti, biologi, filsafat dan sejarah) telah mencapai
hasil yang menggembirakan.
d. Idealisme
Idealisme adalah aliran filsafat yang menjelaskan bahwa kebenaran
(pengetahuan) sesungguhnya bukan bersumber dari rasio atau empiri,
melainkan dari gambaran manusia tentang sesuatu pengamatan. Setelah
Kant mengatakan tentang kemampuan akal manusia, maka para murid
Kant tidak puas terhadap batas kemampuan akal, alasnya karena akal
murni tidak akan dapat mengenal hal yang berada di luar pengalaman.
Untuk itu dicarinya suatu dasar, yaitu suatu system metafisika (bahwa
realitas dasar terdiri atas, adanya hubungan erat dengan ide, pikiran atau
14
jiwa). Tokoh-tokoh aliran ini adalah, JG Fichte (1762-1814), F.W.J.
Scheling (1775- 1854), G.W.F Hegel (1770-1831), Schopenhauer
(1788-1860),
e. Positivisme
Aliran filsafat ini lahir pada abad ke-19. Titik tolak pemikirannya, apa
yang telah diketahui adalah yang faktual dan yang positif, sehingga
metafisika ditolaknya. Maksudnya, positif adalah segala hal yang
nampak seperti apa adanya, sebatas pengalaman-pengalaman objektif.
Jadi, setelah fakta diperolehnya fakta-fakta tersebut kita atur dapat
memberikan semacam asumsi ke masa depan. Menurut aliran ini,
pemikiran manusia mengalami perkembangan, mulai dari yang sangat
sederhana sampai yang modern, yaitu positif. Pada tahap ini manusia
hanya mempercayai yang ril saja berdasarkan ilmu positif (science
positive) yang didasarkan pada pengamatan (observasi) dan percobaan
langsung (eksperimen). Melalui dua pembuktian ini, segala yang berbau
metafisis dibuang, karena tidak bisa dibuktikan dengan dua pendekatan
tersebut. Salah satu tokoh aliran ini adalah August Conte, la lahir di
Montpeller, Prancis. Selain August Comte tokoh lainnya adalah Jhon S.
Mill (1806-1873), Herbert Spencer (1820-1903). (Asmoro Achmadi
2012:121).
f. Evolusionisme
Pengertian Evolusi secara harfiah berarti keadaan berkembang atau
tumbuh. Teori evolusi adalah hasil dari falsafah matereals yang
dibayangi oleh falsafah materealistic dan mulai tersebar pada abad ke-
19. Aliran ini dipelopori oleh seorang Zoologi yang mempunyai
pengaruh sampai saat ini yaitu, Charles Robert Darwin (1809-1882)
yang mendominasi filsafat abad ke-19. Dalam pemikirannya, ia
mengajukan konsep perkembangan tentang segala sesuatu termasuk
manusia yang diatur oleh hukum-hukum mekanik, yaitu survival of the
fittest dan struggel for life(Perjuangan Untuk Hidup). Pada hakekatnya
antara binatang dan manusia serta benda apapun tidak ada bedanya.
Dimungkinkan terdapat perkembangan manusia yang akan datang lebih
15
sempurna. Dalam pemikirannya, Darwin tidak melahirkan sistem
filsafat, tetapi pada ahli pikir berikutnya, Herbert Spencer yang
berfilsafat berdasarkan pada evolusionisme. (Asmoro achmadi
2012:122) 7).
g. Materialisme
Materialisme adalah aliran filsafat yang pandangannya bertitik tolak
dari materi (benda). Materialisme memandang bahwa benda itu primer
sedangkan ide di sekundernya. Aliran ini memandang bahwa realitas
seluruhnya adalah materi belaka. Tokoh-tokoh aliran ini adalah: Julien
de Lamettrie (1709-1751), Ludwing Feuerbach (1804-1872), Karl Marx
(1818-1883). Menurut pendapat Karl Marx, tugas seorang filosof adalah
bukan untuk menerangkan dunia, tetapi untuk mengubah dunia. Hidup
manusia itu ditentukan oleh keadaan ekonomi. Dari segala hasil
tindakannya; ilmu, seni, agama, kesusilaan, hukum politik, semuanya
itu hanya endapan dari keadaan, sedangkan keadaan itu sendiri
ditemukan dalam sejarah.
h. Neo-Kantianisme
Aliran ini merupakan aliran filsafat yang muncul di Jerman pada tahun
1860-an (abad 19). Nama aliran ini berasal dari dua kata yaitu "neo"
yang berarti baru dan "kan" berarti nama Imanuel Kant. Dari
penggabungan dua kata tersebut Neo-Kantianisme berarti kembali
kepada Kant yaitu mengembangkan kembali unsur idealisme, metafisi,
dan dialektika. Aliran ini muncul karena banyak filosof jerman yang
tidak puas terhadap materialisme, Positifisme, dan Idealisme. Mereka
ingin kembali ke filsafat kritis dan gerakan ini disebut Neo-
Kantianisme. Tokohnya antara lain Wilhelm Windelband (1848-1915),
Herman Cohen (1842-1918),Paul Natrop (1854-1924), Heinrich
Reichart (1963-1939).
i. Pragmatisme
Pragmatisme berasal dari kata pragma yang artinya guna. Maka
pragmatisme adalah suatu aliran membuktikan dirinya sebagai yang
benar dengan akibat-akibat yang bermanfaat secara praktis. Permikiran
16
filsafat ini lahir karena adanya konflik antara pandangan ilmu
pengetahuan dengan pandangan agama. Tokohnya Willam james (1842-
1910) lahir di New York, memperkenalkan ide-idennya tentang
pragmatisme kepada dunia. la ahli dalam bidang seni, psikolog anatomi
fisiologi dan filsafat. Kelompok pragmatisme bersikap kritis terhadap
sistem-sistem filsafat sebelumnya seperti bentuk-bentuk aliran
materialisme, idealisme dan realisme. Mereka mengatakan bahwa pada
masa lalu filsafat telah keliru karena mencari hal-hal mutlak, yang
ultimate, substansi, prinsip yang tetap dan sistem kelompok empiris,
dunia yang berubah serta problem-problemanya, dan alam sebagai
sesuatu dan manusia tidak dapat melangkah keluar daripadanya.
(asmoro achmadi 2012:125)
j. Filsafat Hidup
Tokohnya adalah Henry Bergson (1859-1941). Pada mulanya ia belajar
matematika, dan fisika tapi ia juga terjun ke dalam bidang filsafat.
Pemikirannya, alam semesta ini merupakan suatu organisme yang
kreatif, tetapi perkembangannya tidak sesuai dengan implikasi logis.
Pemikiran filsafat Henry Bergson ini sebagai reaksi dari positivisme,
materialisme, subjektivisme, dan Realtivisme bahwa tugas filsafat
adalah memberikan pengaruh dalam tindakan hidup manusia. Untuk itu,
filsafat tidak boleh berada dalam pemikiran metafisika yang tidak ada
manfaatnya. Dengan demikian, filsafat harus berasaskan pada
pengalaman, kemudian mengadakan penyelidikan, mampu memberikan
suatu system norma-norma dan nilai-nilai (asmoro achmadi 2012:126)
k. Fenomenologi
Fenomenologi berasal dari kata Fenomen yang artinya gejala, yaitu
suatu hal yang tidak nyata dan semu. Perbedaan yang dibawakan oleh
Kant antara fhenomenon atau penampakkan realitas kepada kesadaran,
dan noumenon atau wujud dari realitas itu sendiri yaitu problema untuk
mengompromikan realitas dengan fikiran tentang realitas menjadi lebih
sulit karena tidak dapat mengetahui realitas tanpa hubungan dengan
kesadaran, dan tidak dapat mengetahui kesadaran tanpa hubungan
17
dengan realitas. Seorang filosof itu mengabdikan diri untuk menembus
rahasia, filosof fenomenologi berusaha untuk memecahkan dualisme
itu. la memulai tugasnya dengan mengatakan: jika memang ada
pemecahan soal maka pemecahan tersebut berbunyi "hanya
fenomenologi yang tersajikan kepada kita dan oleh karena itu kita harus
melihatnya". Sebagaimana yang telah dituliskan oleh Maurice Merleau-
Ponty, "Fenomena adalah daflar-kesadaran-kesadaran sebagai
tempatnya alam" Dan yang lebih penting dalam filsafat fenomenologi
sebagai sumber berpikir yang kritis. Tokohnya Edmund Husserl (1839-
1939), dan pengikutnya max Scheler (1874-1928).
l. Eksistensialisme
Kata eksistensialisme berasal dari kata eks yaitu ke luar, dan xistensi
atau sisto yaitu berdiri, menempatkan. Eksistensialisme merupakan
aliran filsafat yang memandang berbagai gejala dengan berdasar
eksistensinya. Artinya, bagaimana manusia berada (bereksistensi)
dalam dunia. Pelopornya adalah Soren Kierkegaard (1831-1855),
Martin Heidegger, J.P.Sarte, Karl Japers, Gabriel Marcel.
Eksistensialisme, mengatakan bahwa yang menjadi tujuan utama
pendidikan bukan agar anak didik dibantu mempelajari bagaimana
menanggulangi masalah-masalah eksistensial mereka, melainkan agar
dapat mengalami secara penuh eksistensi mereka. Para pendidik
eksistensialis akan mengkur hasil pendidikan bukan semata-mata pada
apa yang telah dipelajari dan diketahui oleh anak didik, tetapi yang lebih
penting adalah apa yang mampu mereka ketahui dan alami. Oleh karena
itu mereka menolak pendidikan dengan sistem indoktrinasi.
m. Neo-Thomisme
Pada pertengahan abad ke-19, Gereja katolik banyak penganut paham
Thomisme. Pada mulanya di kalangan gereja terdapat keharusan untuk
mempelajari ajaran tersebut. Kemudian akhirnya menjadi suatu paham
Thomas, yaitu: pertama: paham yang menganggap bahwa tujuan
Thomas sudah sempurna. Sebagai tugas kita adalah memberikan tafsir
sesuai dengan keadaan zaman. Kedua paham yang menganggap bahwa
18
walaupun ajaran Thomas telah sempurna akan tetapi masih terdapat hal-
hal yang pada suatu saat belum dibahas. Sehingga sekarang perlu
diadakan penyesuaian sehubungan dengan pekembangan ilmu
pengetahuan Thomas harus dikuti akan tetapi tidak boleh beranggapan
bahwa ajaran betul-betul sempurna. Ketiga paham yang menganggap
bahwa ajaran Thomas harus dikuti. (asmoro achmadi 2012:128).
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seiring dengan berkembangannya waktu, filsafat dijadikan sebagai
landasan berfikir oleh bangsa Yunani untuk menggali ilmu pengetahuan,
sehingga berkembang pada generasi-generasi setelahnya. Itu ibarat
pembuka pintu-pintu aneka ragam disiplin ilmu yang pengaruhnya terasa
hingga sekarang. Karena itu, periode perkembangan filsafat Yunani
merupakan entri poin untuk memasuki peradaban baru umat manusia.
Zaman Yunani Kuno berlangsung dari abad 6 SM sampai dengan sekitar
abad 6 M. Zaman ini menggunakan sikap an inquiring attitude (suatu
sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis), dan tidak menerima
pengalaman yang didasarkan pada sikap receptive attitude (sikap menerima
segitu saja). Sehingga pada zaman ini filsafat tumbuh dengan subur. Yunani
mencapai puncak kejayaannya atau zaman keemasannya.
Ketika mayoritas masyarakat mengambil sikap pandang yang
demikian jauh dari filsafat, bukan berarti filsafat otomatis mati dan
tidak berkembang dalam lintasan sejarah dunia. Sejarah mencatat di masa
partistik ini muncul tokoh dan ilmuwan yang konsen terhadap persoalan
filsafat meskipun dalam jumlah yang sangat sedikit sekali dan hampir tidak
punya pengaruh terhadap kecenderungan masyarakat yang mitologis.
Tokoh filsafat masa pertengahan ini adalah PLITONUS (204-269 M)
dan Augustine (354-430 M) yang telah berpengaruh cukup signifikan
terhadap pemikiran-pemikiran filosofis masyarkat Muslim, khususnya
tentang ciri keesaan Tuhan. Pemikiran kedua tokoh ini juga sangat
mempengaruhi terhadap pemikiran filosofis yang dibangun oleh Anselm
(1033-2209 M) dan Thomas Aquinas (1225-1274 M) di abad pertengahan.
Pada zaman modern, berbagai gerakan bersatu untuk menentang
pola pemikiran abad pertengahan yang dogmatis, sehingga melahirkan
perubahan revolusioner (Perubahan) dalam pemkiran manusia dan
membentuk pola fikir baru dalam filsafat. Zaman ini juga sering disebut
sebagai Zaman Humanione. Ciri utama Renaissance adalah Humanisme,
20
Individualisme yang lepas dari agama (tidak mau diatur oleh agama),
Empirisme, dan Rasionalisme. Filsafat berkembang bukan pada zaman
Renaissance, melainkan kelak pada zaman sesudahnya (zaman modern).
Pada zaman modern filsafat di dahului oleh zaman Renaissance. Tokoh
pertama filsafat modern adalah Descartes yang menghidupkan kembali
Rasionalisme Yunani, Individualisme, lepas dari pengaruh agama.
Sekalipun demikian, para ahli lebih senang menyebut Descartes sebagai
tokoh Rasionalisme. (Ahmad Tafsir 2002:126-127).
B. Saran
Sebagai calon pendidik dalam dunia pendidikan hendaknya mampu
memahami filsafat pendidikan sebagai sistem. Hal tersebut sebagai upaya
untuk menyelesaikan permasalahan pendidikan dan pengetahuan moral.
Selain itu, calon pendidik juga mampu memahami sejarah perkembangan
pemikiran filsafat dari zaman kuno hingga modern saat ini.
21
DAFTAR PUSTAKA
Cecep Sumarna, (2004),, Filsafat Ilmu: Dari Hakekat menujuNilai, Bandung:Pustaka
Bani Quraisy, Cet I, h. 6
Hanurawan, F. (2012).Filsafat Ilmu Psikologi. Malang: Fakultas Pendidikan Psikologi:
Universitas Negeri Malang,
Huda, N. N. (2022, January). Analisis Sistematis Corak-corak Tafsir Periode Pertengahan
antara Masa Klasik dan Modern-Kontemporer. InGunung Djati Conference
Series(Vol. 8, pp. 142-153).
Hariyati, M., & Fistiyanti, I. (2017). Sejarah klasifikasi ilmu-ilmu keislaman dan
perkembangannya dalam Ilmu Perpustakaan.Pustakaloka Jurnal Kajian Informasi
dan PerpustakaanSTAIN Ponorogo,9(1), 147-164.
Ismaun. (2011). Filsafat Ilmu.Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Mariyah, S., Syukri, A., Badarussyamsi, B., & Fadhil Rizki, A. (2021). Filsafat
dan Sejarah Perkembangan Ilmu. Jurnal Filsafat Indonesia, 4(3), 242.
https://doi.org/10.23887/jfi.v4i3.36413
Moch. Khafidz Fuad Raya. 2016. Konsep Dasar Ilmu (Kajian dalam Filsafat Yunani,
Filsafat Islam, dan Filsafat Modern). Jurnal Studi Keislaman, 7(2)
Musakkir. 2021. Filsafat Modern Dan Perkembangannya. Jurnal Pemikiran Keislaman dan
Kemanusiaan, 5(1).
22
GLOSARIUM
Doktrin :sebuah ajaran pada suatu aliran politik dan keagamaan
serta pendirian segolongan ahli ilmu
Fanatic : amarah atau gangguan jiwa
Fleksibel : berhubungan dengan kebiasaan keluwesan seseorang
Logos : konsep atau kunci dalam agama kristen
Mitologis : ilmu tentang bentuk sastra yang mengandung konsepsi dan
dongeng suci mengenai kehidupan dewa dan makhluk halus
dalam suatu kebudayaan
Mistis : hal hal gaib
Motos : kisah berlatar masa lampau, mengandung penafsiran
tentang alam semesta
Ordo : suatu tingat atau takson antara kelas dengan familia
Pasif : konstruksi suara gramatikal yang ditemukan dalam banyak
bahasa
Praksis : pendekatan terhadap teologi kontekstual
Rasional empiric : ilmu pengetahuan yang didasarkan pada kenyataan, cara-
cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indra manusia
Signifikan : sesuatu yang dapat memberkan pengaruh
Skepsis : suatu komplikasi infeksi yang dapat mengancam jiwa
Indoktrinasi : sebuah proses yang dilakukan berdasarkan satu sistem nilai
untuk menanamkan gagasan, sikap, sistem berpikir, perilaku
dan kepercayaan tertentu
23
Politikus : seseorang yang terlibat dalam politik, dan juga termasuk
para ahli politik.
24