Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

FILSAFAT SEJARAH
Mata Kuliah : Filsafat Umum

Dosen Pengampu :
Ria Maharani, S.Pd.I., M.Pd.I

Penyusun :
Bagas Pranata Wijaya
2122000587

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MA’ARIF JAMBI


TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul "Filsafat Sejarah" dengan tepat waktu. Makalah disusun untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Filsafat Umum. Selain itu, makalah ini
bertujuan menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ria Maharani, S.Pd.I.,


M.Pd.I. selaku dosen pengampu di mata kuliah ini . Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya
makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Jambi, April 2022

Bagas Pranata Wijaya

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
BAB I ................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 1
BAB II ................................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 2
A. Sejarah Filsafat........................................................................................................ 2
B. Pengertian Filsafat Sejarah ..................................................................................... 6
C. Konsefsi Filsafat Sejarah ........................................................................................ 10
D. Ide – Ide Pokok Filsafat Sejarah ............................................................................. 11
BAB III ............................................................................................................................... 15
PENUTUP........................................................................................................................... 15
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 15
B. Saran ....................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sejarah filsafat merupakan potret pergumulan para ahli pikir dalam
mencari kebenaran. Sedangkan filsafat sendiri memiliki pengertian usaha
manusia dengan akalnya untuk memperoleh suatu pandangan dunia dan
hidup yang memuaskan hati (Hadiwijono, 2000:8-9).
Namun sesungguhnya definisi filsafat sangat beragam sesuai dengan
karakter filsafat rasional, yang berarti logis, sistematis, dan kritis (Rapar,
1996:15) Sebagai sebuah kajian, filsafat merupakan sesuatu yang menarik
sekaligus cukup membuat orang yang mempelajarinya frustasi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah filsafat ?
2. Apa pengertian filsafat sejarah ?
3. Bagaimana konsefsi filsafat sejarah ?
4. Apa saja ide-ide pokok filsafat sejarah ?

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH FILSAFAT

Berbicara tentang kelahiran dan perkembangan filsafat, pada awal


kelahirannya tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan (ilmu)
pengetahuan yang muncul pada masa peradaban Kuno (masa Yunani).
Pada tahun 2000 SM, bangsa Babylon yang hidup di lembah Sungai Nil
(Mesir) dan Sungai Efrat telah mengenal alat pengukur berat, tabel
bilangan berpangkat, tabel perkalian menggunakan sepuluh jari.
1. Masa Yunani
Periode filsafat Yunani merupakan periode sangat penting dalam
sejarah peradaban manusia karena saat itu terjadi perubahan pola pikir
manusia dari mitosentris menjadi logo-sentris. Pola pikir mitosentris
adalah pola pikir masyarakat yang sangat mengenal mitos untuk
menjelaskan fenomena alam, seperti gempa bumi dan pelangi.
Dalam sistem kepercayaan natural religius ini manusia terikat oleh
tradisionalisme. Sementara dalam sistem kepercayaan kultural religius
memungkinkan manusia mengembangkan potensi dan budayanya
dengar bebas, sekaligus dapat mengembangkan pemikirannya untuk
menghadapai dar memecahkan berbagai kehidupan alam dengan akal
pikiran.
Ahli pikir pertama kali yang muncul adalah Thales (625-545 SM) yang
berhasil mengembangkan geometri dan matematika. Likipos dan
Democrito mengembangkan teori materi, Hipocrates mengembangkan
ilmu kedokteran, Euclid mengembangkan geometri edukatif, Socrates
mengembangkar teori tentang moral, Plato mengembangkan teori
tentang ide, Aristoteles mengembangkan teori tentang dunia dan benda

2
3

serta berhasil mengumpulkan data 500 jenis binatang (ilmu biologi).


Suatu keberhasilan yang luar biasa dar Aristoteles adalah menemukan
sistem pengaturan pemikiran (logika formal) yang sampai sekarang
masih terkenal.
2. Masa Abad Pertengahan
Masa ini diawali dengan lahirnya filsafat Eropa. Sebagaimana halnya
dengan filsafat Yunani yang dipengaruhi oleh kepercayaan, maka
filsafat atau pemikiran pada abad pertengahan pun dipengaruhi oleh
kepercayaan Kristen. Artinya pemikiran filsafat abad pertengahan
didominasi oleh agama. Pemecahan semua persoalan selalu didasarkan
atas agama sehingga corak pemikiran kefilsafatannya bersifat
teosentris.
Baru pada abad ke-6 Masehi, setelah mendapatkan dukungan dari Kare
Agung, didirikanlah sekolah-sekolah yang memberi pelajaran
gramatika, dialektika, geometri, aritmatika, astronomi dan musik.
Keadaan tersebut akan mendorong perkembangan pemikiran filsafat
pada abad ke-13 yang ditandai berdirinya universitas-universitas dan
ordo-ordo. Dalam ordo inilah merek mengabdikan dirinya untuk
kemajuan ilmu dan agama, seperti Anselmu (1033–1109), Abaelardus
(1079–1143) dan Thomas Aquinas (1225–1274). D kalangan para ahli
pikir Islam (periode filsafat Skolastik Islam), muncul al-Kindi, al-
Farabi, Ibnu Sina, al-Ghazali, Ibnu Bajah, Ibnu Tufail dan Ibnu Rusyd.
Periode skolastik Islam ini berlangsung tahun 850–1200. Pada masa
itulah kejayaan Islam berlangsung dan ilmu pengetahuan berkembang
dengan pesat. Akan tetapi, setelah jatuhnya Kerajaan Islam di Granada,
Spanyol tahun 149 mulailah kekuasaan politik barat menjarah ke timur.
Suatu prestasi yang paling besar dalam kegiatan ilmu pengetahuan
terutama dalam bidang filsafat. Di sini mereka merupakan mata rantai
yang mentransfer filsafat Yunani, sebagaimana yang dilakukan oleh
4

sarjana-sarjana Islam di timur terhadap Eropa dengan menambah


pikiran-pikiran Islam sendiri. Para filsuf Islam sendiri sebagian
menganggap bahwa filsafat Aristoteles adalah benar, Plato dan Al-
Qur'an adalah benar, mereka mengadakan perpaduan serta sinkretisme
antara agama dan filsafat.
3. Masa Abad Modern
Pada masa abad modern ini pemikiran filsafat berhasil menempatkan
manusia pada tempat yang sentral dalam pandangan kehidupan,
sehingga corak pemikirannnya antroposentris, yaitu pemikiran filsafat
mendasarkan pada akal pikir dan pengalaman.
Sebelumnya telah dikemukakan bahwa munculnya Renaisance dan
Humanisme sebagai awal masa abad modern, di mana para ahli (filsuf)
menjadi pelopor perkembangan filsafat (kalau pada abad pertengahan
yang menjadi pelopor perkembangan filsafat adalah para pemuka
agama).
Pemikiran filsafat masa abad modern ini berusaha meletakkan dasar-
dasar bagi metode logis ilmiah. Pemikiran filsafat diupayakan lebih
bersifat praktis, artinya pemikiran filsafat diarahkan pada upaya
manusia agar dapat menguasai lingkungan alam menggunakan
berbagai penemuan ilmiah.
Rene Descartes (1596-1650) sebagai bapak filsafat modern yang
berhasil melahirkan suatu konsep dari perpaduan antara metode ilmu
alam dan ilmu pasti ke dalam pemikiran filsafat. Upaya ini
dimaksudkan agar kebenaran dan kenyataan filsafat juga sebagai
kebenaran serta kenyataan yang jelas dan terang.
Pada abad ke-18, perkembangan pemikiran filsafat mengarah pada
filsafat ilmu pengetahuan, di mana pemikiran filsafat diisi dengan
upaya manusia, bagaimana cara/sarana apa yang dipakai untuk mencari
kebenaran dan kenyataan. Sebagai tokohnya adalah George Berkeley
5

(1685–1753), David Hume (1711-1776) dan Rousseau (1722-1778). Di


Jerman, muncul Christian Wolft (1679–1754) dan Immanuel Kant
(1724–1804) yang mengupayakan agar filsafat menjadi ilmu
pengetahuan yang pasti dan berguna, yaitu dengan cara membentuk
pengertian-pengertian yang jelas dan bukti kuat.
Abad ke-19, perkembangan pemikiran filsafat terpecah belah.
Pemikiran filsafat pada saat itu telah mampu membentuk suatu
kepribadian tiap-tiap bangsa dengan pengertian dan caranya sendiri.
Ada filsafat Amerika, filsafat Perancis, filsafat Inggris dan filasafat
Jerman. Tokoh-tokohnya adalah Hegel (1770-1831), Karl Marx (1818-
1883), August Comte (1798-1857), JS. Mill (1806–1873), John Dewey
(1858–1952). Akhirnya, dengan munculnya pemikiran filsafat yang
bermacam-macam ini berakibat tidak terdapat lagi pemikiran filsafat
yang mendominasi. Giliran selanjutnya lahirlah filsafat kontemporer
atau filsafat dewasa ini.
4. Masa Abad Dewasa Ini
Filsafat dewasa ini atau filsafat abad ke-20 juga disebut filsafat
kontemporer yang merupakan ciri khas pemikiran filsafat adalah
desentralisasi manusia karena pemikiran filsafat abad ke-20 ini
memberikan perhatian yang khusus pada bidang bahasa dan etika
sosial. Dalam bidang bahasa terdapat pokok-pokok masalah; arti kata-
kata dan arti pernyataan-pernyataan.
Masalah ini muncul karena realitas saat ini banyak bermunculan
berbagai istilah, di mana cara pemakaiannya sering tidak dipikirkan
secara mendalam sehingga menimbulkan tafsir yang berbeda-beda
(bermakna ganda).
Oleh karena itu, timbulah filsafat analitika yang di dalamnya
membahas tentang cara berpikir untuk mengatur pemakaian kata-
kata/istilah-istilah yang menimbulkan kerancauan, sekaligus dapat
6

menunjukkan bahaya-bahaya yang terdapat di dalamnya. Karena


bahasa sebagai objek terpenting dalam pemikiran filsafat, para ahli
pikir menyebut sebagai logosentris. Dalam bidang etika sosial memuat
pokok-pokok masalah apakah yang hendak kita perbuat di dalam
masyarakat dewasa ini.
Kemudian, pada paruh pertama abad ke-20 ini timbul aliran-aliran
kefilsafatan seperti Neo-Thomisme, Neo-Kantianisme, Neo-
Hegelianisme, Kritika Ilmu, Historisme, Irasionalisme, Neo-Vitalisme,
Spiritualisme dan Neo-Positivisme. Aliran-aliran tersebut sampai
sekarang hanya sedikit yang masih bertahan. Sementara pada awal
belahan akhir abad ke-20 muncul aliran kefilsafatan yang lebih dapat
memberikan corak pemikiran, seperti Filsafat Analitik, Filsafat
Eksistensi, Strukturalisme, dan Kritikan Sosial. 1

B. PENGERTIAN FILSAFAT SEJARAH


Bahasan tentang pengertian filsafat sejarah akan memaparkan
perbedaan pokok antara ilmu sejarah, filsafat ilmu sejarah dan filsafat
sejarah spekulatif. Penegasan ini diperlukan agar tidak terjadi kerancuan
dalam penafsiran tentang filsafat sejarah sebagai bahasan pokok.
Murtadha Muthahhari (1992:65-67) dalam bukunya Society and
Ilistory (Masyarakat dan Sejarah), mendefinisikan sejarah berdasarkan tiga
disiplin kesejarahan.
1. Sejarah sebagai pengetahuan tentang kejadian-kejadian, peristiwa-
peristiwa dan keadaan-keadaan kemanusiaan pada masa lampau dalam
kaitannya dengan keadaan-keadaan masa kini.
2. Sejarah merupakan pengetahuan tentang hukum-hukum yang tampak
menguasai kehidupan masa lampau, yang diperoleh melalui
penyelidikan dan analisis atas peristiwa-peristiwa masa lampau.

1 Suaedi, Pengantar Filsafat Ilmu ( Bogor, PT Penerbit IPB Press : 2016 ), hlm . 1-5
7

3. Falsafah kesejarahan didasarkan pada pengetahuan tentang perubahan-


perubahan bertahap yang membawa masyarakat dari satu tahap ke
tahap yang lain. Falsafah kesejarahan membahas hukum-hukum yang
menguasai perubahan-perubahan yang bertahap itu.
Definisi Murtadha Muthahhari membedakan secara tegas
pengertian sejarah sebagai ilmu yang mempelajari tentang peristiwa-
peristiwa masa lampau dengan pengertian filsafat sejarah sebagai refleksi
filsulis terhadap perubahan-perubahan dan hukum-hukum dalam
perkembangan sejarah. Refleksi filsufis terhadap sejarah yang disebut
sebagai filsafat sejarah menitikberatkan kajiannya tentang hubungan antara
masa lampau, masa kini, dan masa depan.
Ankersmit (987. 244) dalam bukunya Denken over Geschiedenis
(Refleksi tentang Sejarah) mengatakan bahwa filsafat sejarah terdiri atas
tiga unsur :
1. Historiografi, yaitu penelitian yang mendeskripsikan tentang masa
lampau maupun masa kini dengan melihat perkembangan (evolusi)
dari abad ke abad.
2. Filsafat sejarah kritis yang meneliti sarana-sarana yang dipergunakan
oleh seorang ahli sejarah dalam melukiskan masa silam dengan cara
yang dapat dipertanggungjawabkan, yang disebut juga dengan filsafat
scjarah analitis,
3. Filsafat sejarah spekulatif yang memandang arus sejarah faktual dalam
keseluruhannya dan berusaha untuk menemukan suatu struktur dasar
dalam arus itu.
Sejarah dalam pandangan Smith merupakan kajian terhadap
peristiwaperistiwa masa lampau yang lazim disebut dengan ilmu sejarah.
Kajian kritis terhadap metode yang digunakan oleh para sejarawan dalam
melukiskan masa lampau biasanya disebut dengan filsafat sejarah kritis.
Filsafat sejarah spekulatif mengacu pada penggambaran sejarah manusia
8

secara menyeluruh yang mencakup masa lampau, masa kini, dan


kemungkinan yang terjadi pada masa depan oleh para filsuf filsafat
sejarah.
Gottschalk (1975: 184) dalam bukunya Understanding History
(Mengerti Sejarah) mengaitkan sejarah dengan pengertian-pengertian
ilmu-ilmu sosial. Seorang sejarawan dalam memahami sejarah berusaha
untuk:
1. Menemukan kasus-kasus tunggal yang akan memberikan ilustrasi pada
generalisasi ilmu sosial.
2. Menemukan kasus-kasus tunggal yang akan membantah suatu
generalisasi ilmu sosial, dan
3. Menerapkan sebuah generalisasi ilmu sosial pada suatu kecenderungan
sejarah atau serial dari peristiwa-peristiwa yang bersamaan.
Sejarawan dengan bantuan ilmu-ilmu sosial berusaha untuk
mengubah, memperkuat, atau mengajukan perkecualian terhadap suatu
gagasan umum yang dipinjam dari disiplin ilmu-ilmu sosial dengan
harapan bahwa dalil ilmu sosial akan membantu sejarawan dalam
menemukan hubungan kausal di antara gejala-gejala sejarah.
Agnes Heller (1982: 3-7) dalam bukunya A Theon of History
mengatakan bahwa: "Filsafat sejarah berkaitan dengan imajinasi tentang
masa depan, juga mengacu pada tindakan-tindakan dan tipe-tipe dari
tingkah laku pada masa sekarang”. Pengertian ini mengacu pada
pengertian sejarah sebagai refleksi filsufis terhadap perkembangan sejarah.
Filsafat sejarah merupakan upaya manusia untuk menggambarkan masa
depan dengan berdasarkan hal-hal yang dapat dilakukan oleh manusia
pada masa sekarang.
G.J. Renier (1997: 240) dalam bukunya History its Purpose and
Method (Metode dan Manfaat Ilmu Sejarah) mengatakan bahwa “Filsafat
sejarah mengandung suatu kepercayaan bahwa sesuatu yang terjadi dalam
9

alam manusia dengan beberapa macam sifat yang beraturan." Pengertian


filsafat sejarah Reiner mengacu pada filsafat ilmu sejarah.
Pandangan utama tentang kehidupan manusia dalam perspektif
filsafat sejarah tentang masa depan berdasarkan aliran tersebut dapat
dikelompokkan menjadi dua aliran utama. Pertama adalah aliran
determinisme yang berpandangan bahwa masa depan manusia dapat
ditentukan arahnya dengan pasti. Kedua adalah aliran indeterminisme yang
berpandangan bahwa masa depan yang pasti tidak ditentukan, tetapi
manusia hanya dapat mempersiapkan dirinya pada sekarang untuk
menghadapi masa depannya.
John Edward Sullivan (1970: 21) dalam buku The Prophets of the
West mengatakan bahwa salah satu sumbangan terpenting dari pemikiran
zaman modern terhadap pemahaman manusia tentang perkembangan
pemikiran filsafat sejarah adalah teori tentang kemajuan manusia dalam
sejarah. Voltaire adalah filsuf modern yang menegaskan bahwa filsafat
sejarah (the philosophy of history) dapat juga disebut sebagai filsafat
tentang kemajuan (the philosophy of progress). Kemajuan merupakan
tema sentral dalam perbincangan filsafat sejarah. Arti ide tentang
kemajuan merupakan inti filsafat sejarah.
Berdasarkan pendapat-pendapat yang dikemukakan sebelumnya,
terdapat perbedaan yang jelas antara sejarah (ilmu sejarah), filsafat ilmu
sejarah, dan filsafat sejarah spekulatif. Sejarah (ilmu sejarah) mengkaji
tentang peristiwa-peristiwa masa lampau dengan memakui metode
tertentu. Filsafat ilmu sejarah membahas tentang persoalan-persoalan
keabsahan metodologi dalam ilmu sejarah. Sementara itu, filsafat sejarah
spekulatif mengkaji tentang masa depan. 2
Sejarah dunia berkembang dari Timur ke Barat: Asia merupakan
permulaan sejarah dunia; dan Eropa sebagai akhirnya. Dalam Sejarah

2 Misnal Munir, Filsafat Sejarah ( Yogyakarta, Gajah Mada University Press : 2014 ), hlm. 1-
2, 6
10

Dunia, ada Timur yang absolut, yang memiliki keutamaan atau


keunggulan yang sama (istilah geografis “Timur” itu sendiri secara
keseluruhan, relatif, atau nisbi); meskipun bumi merupakan sebuah
lingkaran, tetapi sejarah tidak mengitari lingkaran tersebut. Sebaliknya,
sejarah memiliki definisi tertentu yaitu, TimurAsia. Di sinilah secara fisik
matahari muncul terbit dan terbenam di Barat; dan untuk alasan yang sama
berada di Barat yang merupakan pokok Matahari (cahaya) kesadaran
pribadi terbit dan memancarkan sinar, menjadi sebuah bayangan yang
agung dan cemerlang.
Sejarah dunia adalah proses dengan mana kehendak secara alamiah
tidak terkontrol dan diterbitkan dengan petunjuk yang universal, petunjuk
kebebasan subjektif. Orang Timur mengetahui (dan mengenal) hanya
seorang pribadi yang bebas; orang Yunani dan Romawi yang mengetahui
bahwa beberapa orang yang bebas; sementara orang Jerman (Eropa)
mengetahui bahwa semua orang bebas (sebagaimana seseorang).
Berdasarkan bentuk politik yang harus dilihat di dalam sejarah dunia
adalah melalui Dipotisme; kemudian diikuti oleh Demokrasi dan
Aristokrasi, sedangkan yang terakhir Monarki. 3

C. KONSEPSI FILSAFAT SEJARAH


Kata kunci konsepsi Ibnu Khaldun tentang Filsafat sejarah adalah
“Ibrar”, yang berarti contoh atau pelajaran moral yang berguna. Kata itu
pula yang kemudian digunakan Khaldun sebagai judul buku, yang
didalamnya ia menuliskan seluruh pikirannya tentang sejarah. Secara
terminologis, Ibrar, dalam pengertian seluruh bahasa Semit, berarti
melalui, melampaui, menyebrang, atau melanggar perbatasan.
Kelompok sufi menggunakan kata itu sebagai alat untuk
pengembangan dunia batin mereka. Dalam pengertian, untuk melukiskan

3 Hegel, Filsafat Sejarah ( Yogyakarta, Panta Rhei Books : 2014 ), hlm. 157-158
11

fungsi spiritual dari semua ungkapan mistik yang lebih jauh (to the world
beyond). Untuk mengetahui posisi sejarah dalam teori Ibnu Khaldun,
penting dipahami definisi sejarah yang diberikannya.
Khaldun melihat dua sisi dalam bangunan sejarah, yaitu sisi luar
dan sisi dalam. Dari sisi luar, sejarah tak lebih dari rekaman siklus periode
dan kekuasaan masa lampau, tetapi jika dilihat secara lebih mendalam,
sejarah merupakan penalaran kritis (nadhar) dan usaha cermat untuk
mencari kebenaran.
Sejarah merupakan penjelasan cerdas tentang sebab-sebab dan
asal-usul segala sesuatu. Ia merupakan pengetahuan mendalam tentang
bagaimana dan mengapa suatu peristiwa itu terjadi. Definisi sejarah
tentang demikian membawa Khaldun untuk berpendapat bahwa sejarah itu
berakar dalam filsafat (hikmah). Oleh karenanya, Ia pantas dipandang
sebagai bagian dari filsafat itu sendiri. 4

D. IDE-IDE POKOK FILSAFAT SEJARAH


Heraclitus mengatakan bahwa kenyataan itu selalu berubah, tidak
ada sesuatu pun yang tetap, semuanya berubah terus-menerus dan tidak
memiliki identitas diri. Pantha rhei kai ouden menei (semuanya mengalir
dan tidak ada sesuatu menetap). Heraclitus mengatakan bahwa seseorang
tidak dapat mandi dua kali di air sungai yang sama, bahkan satu kali pun
tidak bisa (Bakker, 1990:82).
Pendapat Heraclitus ini mengindikasikan bahwa realitas itu selalu
bergerak ke arah kemajuan (progress), dan pandangan ini menjadi dasar
bagi perkembangan pemikiran dalam kajian filsafat sejarah spekulatif yang
dikembangkan oleh G.W.F. Hegel, Karl Marx, Auguste Comte, dan tokoh-
tokoh filsafat sejarah spekulatif lainnya. Perkembangan dalam pengertian

4 Jurnal Budi Sujati, Konsepsi Pemikiran Filsafat Sejarah Dan Sejarah Menurut Ibnu
Khaldun (Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung : Tamaddun Vol. 6, No. 2, Juli -
Desember 2018 ), hlm. 134
12

yang bernada "optimistic mendapat konotasi sebagai dalam pandangan


G.W.F. Hegel mengajarkan bahwa perkembangan akan menuju ke arah
kemajuan filsafat Barat telah menunjukkan (progress)", itu tercermin yang
positif dalam perkembangan kemajuan atau progress.
Hal ini tercermin Hegel, Karl Marx, Auguste Comte, yang jiwa
atau sejarah umat manusia (Koento-Wibisono, 1983:98). Sejarah bahwa
dalam ide tentang "kemajuan keyakinan manusia Barat akan perubahan
manusia dan masyarakat.
1. Ide Tentang Kemajuan
Ide tentang kemajuan manusia dalam sejarah kehidupan kemajuan itu
telah mengubah makna untuk dihuni. Robert Nisbet Progress,
menyatakan, merupakan hal yang tidak dapat dipisah manusia.
Manusia dengan ide tentang dunia alamiahnya menjadi lebihnya.
dalam bukunya History of the idea Of Progress menyatakan;
"We find in the history of idea of progress centers upon man's
moral or spiritual condition on earth, his happiness, his
freedom from forment of nature and society: and above all
his serenity or tranquility. The goal of progress or advanced
is mankind's eventual achievement, on earth, of these
spiritual and moral virtes, thus leading toward ever-greater
perfection of human nature" (Nisbet, 1980:5).
Bagi Nisbet, sejarah tentang ide kemajuan berpusat pada moral atau
kondisi spiritual manusia di bumi, kebahagiaannya, kebebasannya dari
kesengsaraan alam dan masyarakat, dan yang terpenting ketentraman
atau ketenangan. Tujuan kemajuan atau peningkatan adalah pada
akhirnya pencapaiannya di bumi, dalam hal ini adalah kebajikan
spiritual dan kebajikan moral, yang akhirnya mengarah pada
kesempurnaan yang lebih agung yang pernah dicapai manusia.
13

2. Ide Tentang Waktu


Historisitas mengandaikan bahwa eksistensi manusia dijalankan dalam
waktu, atau dirumuskan dengan cara lain, eksistensi manusia menurut
kodratnya mempunyai struktur temporal (Bertens, 2005: 243).
Manusia dalam menjalani kehidupannya mengalami tiga dimensi
waktu, yaitu: waktu lampau, waktu sekarang dan waktu yang akan
datang. Di antara ketiga waktu itu, waktu sekarang menempati tempat
istimewa, sebab waktu yang sebenarnya adalah waktu yang sekarang.
Waktu sekarang adalah kehadiran yang nyata dan sedang dihayati.
Berdyaev, salah seorang filsuf sejarah, mengatakan bahwa manusia
dalam menyejarah menghayati waktu dalam tiga bentuk penghayatan.
a. Waktu kosmis yang dihadapi manusia dalan bentuk pergantian
siang dan malam. Waktu kosmis adalah waktu yang dapat dihitung
secara matematis dalam bentuk detik, menit, jam, hari, minggu,
bulan dan tahun. Waktu kosmis ini tergantung pada proses
kosmologis dan merupakan suatu tanda yang selalu berulang.
b. Waktu kesejarahan yang merentang antara masa lampau, sekarang
dan masa yang akan datang. Di dalam waktu kesejarahan ada
perubahan yang menuju kepada pembaruan atau sesuatu yang baru.
Waktu kesejarahan juga dapat dihitung secara matematis. Rentang
waktu kesejarahan dapat dihitung dalam dekade, abad, ataupun
milenium. Walaupun waktu kesejarahan dapat dihitung secara mate
matis, tetapi setiap peristiwa dalam waktu kesejarahan tidak pernah
terulang kembali.
c. Waktu eksistensial, yaitu waktu yang tidak terpengaruh oleh
perhitungan matematis. Waktu eksistensial ditentukan oleh
intensitas penghayatan manusia atas penderitaan dan kebahagiaan.
Makna kesejarahan hanya dapat dipahami melalui penghayatan
waktu eksistensial. Manusia melalui penghayatan waktu
14

eksistensial menghayati makna penderitaan dan kebahagiaan


(Berdyaev, 1957:206).
3. Ide Tentang Kebebasan
Kebebasan merupakan masalah khusus dalam sejarah, Hans Meyerhoff
dalam pengantar buku The Philosophy of History in Our Time,
mengatakan;
"Freedom is a special problem for history. There may not be
any historheal necessity, but, no doubt, there is a necessity of
nature, environment, heredity, conditioned reflex, social
pressure, legal restrictions, and perhaps even unconscious
motivations. Yet there must be a sense of freedom; otherwise
the behaviour of human beings transcending these objective
limits does not make any sense"(Meyerhoff, 1959:21).
Manusia dalam menjalani hidup kesejarahannya memiliki suatu modal
yang utama, yaitu kebebasan. Bagi para filsuf, kebebasan tidak berarti
kebebasan politik, ekonomi atau fisik, akan tetapi kemampuan untuk
memilih secara merdeka (Titus dkk., 1984:97). Manusia dengan
kebebasannya itu menciptakan dirinya secara terus-menerus. Manusia
bukanlah hewan yang menerima begitu saja "nasibnya”, namun ia
adalah “pencipta” yang dapat mengubah dirinya dan lingkungannya.
Manusia tidak pernah puas dengan keadaan alamiahnya. 5

5 Jurnal Misnal Munir , Ide-ide Pokok Dalam Filsafat Sejarah ( Jurnal filsafat vol . 22, nomor
3, Desember 2013 ) , hlm. 274-275, 290-291
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa; Para ahli filsafat
sejarah spekulatif berpendapat bahwa makna sejarah terdapat dalam
kemampuan manusia untuk meramalkan masa depan. Artinya
perbuatan manusia yang saling mengait antara masa lampau, masa
kini, ditujukan untuk menuju ke masa depan yang dicita citakan
(Ankersmit, 1987: 372). Makna sejarah lalu berarti bahwa proses
sejarah merupakan jalan agar pada akhirnya tujuan luhur yang dicita-
citakan terwujud. Para filsuf sejarah ini juga berpendapat bahwa makna
sejarah terdapat dalam kemampuan manusia untuk mempersiapkan
masa depan.
Keunikan realitas sosial/masyarakat, baik masyarakat dalam
bentuk masa kini maupun penjelmaan di masa lampau adalah realitas,
itu mempunyai sifat taktisitas objektif dari kenyataan sosial dan
sekaligus makna subjektil dari masyarakat itu. Oleh karena itu
berbicara tentang sejarah, tidak cukup hanya dengan mengatakan
bahwa semua yang ada pada masyarakat berakar pada masa lampau.

B. SARAN
Dalam penulisan ini jika terdapat banyak kesalahan, penulis
mohon maaf dengan sebesar-besarnya, dan dalam penulisan makalah
ini kritik dan saran sangat penulis harapkan dari audiensi sekalian
untuk penulisan makalah yang lebih baik lagi kedepannya, terimakasih.

15
DAFTAR PUSTAKA

Hegel, Filsafat Sejarah ( Yogyakarta , Panta Rhei Books : 2014)


Jurnal Misnal Munir , Ide-ide Pokok Dalam Filsafat Sejarah ( Jurnal filsafat
vol . 22, nomor 3, Desember 2013 )
Jurnal Budi Sujati, Konsepsi Pemikiran Filsafat Sejarah Dan Sejarah Menurut
Ibnu Khaldun (Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung :
Tamaddun Vol. 6 , No. 2, Juli - Desember 2018 )
Misnal Munir , Filsafat Sejarah ( Yogyakarta , Gajah Mada University Press :
2014 )
Suaedi , Pengantar Filsafat Ilmu ( Bogor, PT Penerbit IPB Press : 2016 )

16

Anda mungkin juga menyukai