Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH DASAR-DASAR FILSAFAT

“SEJARAH DAN PERKEMBANGAN FILSAFAT”

KELOMPOK 3
Disusun oleh :
Gina Haridsyah Putri (21101156130003)
Wahyu Deffilia (21101156130013)
Kurniawan Widodo (21101156130014)

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA YPTK PADANG
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur tetap kita haturkan kepada Allah SWT. Karena atas ijin Dialah sehingga
pembuatan makalah ini dengan judul “Sejarah dan perkembangan Filsafat Ilmu” dapat
terselesaikan diselesaikan pada tepat waktunya. Filsafat dan ilmu adalah dua bidang pengetahuan
yang saling berhubungan dan banyak orang telah mendeskripsikan pengetahuan mereka tentang
Filsafat dan Ilmu. Namun juga banyak orang yang telah mempelajari tentang Filsafat dan Ilmu akan
tetapi mereka tidak mengetahui sejarah serta perkembangan filsafat dan ilmu itu sendiri. Oleh
karena itu, dalam penulisan makalah ini penulis akan menjelaskan mengenai sejarah perkembangan
filsafat ilmu.

Makalah ini didedikasikan kepada semua pembaca khusunya mahasiswa universitas


Muhammadiyah Kupang, Fakultas Agama Islam, Jurusan Tarbiyah. Sebagai penyusun, kami
menyadari banyak hal yang masih kurang. Dan jika dalam penulisan makalah ini terdapat banyak
kesalahan atau kekeliruan, mohon kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan.

Padang, 27 November 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….........................……..ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………......................... .……iii

BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………………............…………….1

A. Latar Belakang Masalah……………………………………………...........…….….1

B. Tujuan Penulisan………………………………………………………................…..1

BAB II. PEMBAHASAN…………………………………………………………............…........………2

A. Pra Yunani Kuno (abad 15-7 SM)………………………………………........…...2

B. Zaman Yunani kuno (abad-7-2 SM)……………………………………..….......2

C. Zaman Pertengahan (Abad 2- 14 SM)………………………………......….…..4

D. Masa Renaissance (14-17 M)……………………………………………..........….4

E. Perkembangan Filsafat Zaman Modern (17-19 M)…………………….…..4

F. Zaman Kontemporer……………………………………………….............……….5

BAB III. PENUTUP……………………………………………………………........................…..……7

A. Kesimpulan…………………………………………………………..….............…….…7

B. Saran……………………………………………….....................…………………….…7

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….…………………………..8

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Dalam kontek sejarah perlu kiranya mengetahui sejarah perkembanganilmu dan falsafahnya.
Sinergi dengan pernyataan tentang kesatuan sejarah,yang artinya bahwa pengetahuan harus
mengabdi pada umat dan manusia.Disinilah perlunya kita tinjau filsafat ilmu dan sejarah
perkembangannyasecara integral. Dalam mempelajari sejarah perkembangan ilmu tentu saja
kitatidak bisa berpaling dari asal filsafat itu sendiri yaitu Yunani, denganpembagian klasifikasi secara
periodik.Filsafat ilmu berkembang dari masa ke masa sejalan denganperkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta realitas sosial.

Dimulaidengan aliran rasionalisme-empirisme , kemudian kritisisme dan positivisme.Karena


setiap periode mempunyai ciri khas tertentu dalamperkembangan ilmu pengetahuan. Penemuan-
penemuan demi penemuan yangdiakukan oleh manusia hingga zaman sekarang ini tidaklah terpusat
di satutempat atau wilayah tertentu.

B. Tujuan Penulisan

Berdasarkan penjelasan dapat diambil suatu rumusan dari penulisanmakalah ini. Adapun yang
menjadi tujuan penulisan makalah ini yaitu:

a.Untuk mengetahui sejarah filsafat ilmu

b.Untuk mengetahui perkembangan filsafat ilmu

1
BAB II

PEMBAHASAN

Sebelum membahas sejarah perkembangan filsafat ilmu, sebagai penulis kiranya kami menjelaskan
beberapa hal yaitu betapa pentingnya atau manfaat dari mahasiswa untuk mempelajari filsafat ilmu,
dan manfaat-manfaat tersebut adalah sebagai berikut, antar lain:

1. Untuk semakin mempertegas dan memperdalam pengetahuan tentang filsafat ilmu.

2. Melatih diri dalam melakukan penelitian, pengkajian dan pengambilan kesimpulan

Terhadap suatu hal.

3. Menjadi acuan motivasi untuk lebih kritis terhadap ilmu pengetahuan.

Kata filsafat ilmu merupakan hal yang sangat penting utamanya dalam pengkajian ilmu
pengetahuan, karena filsafat ilmu merupakan keinginan mendalam untuk mengetahui sesuatu yang
tidak diketahui sebelumnya.berdasar kepada pengertian filsafat tersebut, dpat didefenisikan bahwa
filsafat itu memang sudah ada sejak adanya manusia pertama yaitu nabi adam AS. Berikut
periodesasi filsafat ilmu:

A. Pra Yunani Kuno (abad 15-7 SM)

Dalam sejarah perkembangan peradaban manusia. Yakni ketika belum mengenal peralatan seperti
yang dipakai sekarang ini. Pada masa itu manusia masih menggunakan batu sebagai peralatan. Masa
zaman batu berkisar antara 4 juta tahun sampai 20.000 tahun sebelum masehi. Sisa peradaban
manusia yang ditemukan pada masa ini antara lain: alat-alat dari batu, tulang belulang dari hewan,
sisa beberapa tanaman, gambar-gambar digua-gua, tempat-tempat penguburan, tulang belulang
manusia purba. Evolusi ilmu pengetahuan dapat diruntut melalui sejarah perkembangan pemikiran
yang terjadi di Yunani, Babilonia, Mesir, China, Timur Tengah dan Eropa.

B. Zaman Yunani kuno (abad-7-2 SM)

2
Zaman Yunani kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada masa ini orang
memiliki kebebasan untuk mengeluarkan ide-ide atau pendapatnya, Yunani pada masa itu dianggap
sebagai gudangnya ilmu dan filsafat. Bangsa Yunani juga tidak dapat menerima pengalaman-
pengalaman yang didasarkan pada sikap menerima saja (receptive attitude) tetapi menumbuhkan
anquiring attitude (senang menyelidiki secara kritis).

Sikap inilah yang menjadikan bangsa Yunani tampil sebagai ahli-ahli pikir yang terkenal sepanjang
masa.slaha satu tokoh Yunani yang terkenal pada waktu itu PARMENIDES dengan pendapatnya
”hanya yang ada itu ada” menides tidak mendefinisikan apa itu "yang ada", tetapi dia menyebutkan
beberapa sifatnya yang meliputi segala sesuatu. Menurutnya, "yang ada" itu tidak bergerak, tidak
berubah, dan tidak terhancurkan. "Yang ada" itu juga tidak tergoyahkan dan tidak dapat disangkal.
Kalau orang menyangkal bahwa "yang ada" itu tidak ada, dengan pernyataannya sendiri orang itu
mengakui bahwa "yang ada" itu ada. Sebab, kalau benar "yang ada" itu tidak ada, orang itu tidak
dapat menyangkal adanya "yang ada". Jadi, kenyataan bahwa "yang ada" itu dapat ditolak
keberadaannya menunjukkan "yang ada" itu memang ada, sedangkan "yang tidak ada" itu tidak ada!
Sesuatu "yang tidak ada" sama sekali tidak dapat dikatakan atau dipikirkan, apalagi didiskusikan
(disanggah atau diiyakan).

Sebaliknya, "yang ada" itu selalu dapat dikatakan, dipikirkan, dan didiskusikan. Oleh sebab itu, per-
nyataan Parmenides ini menjadi terkenal, "Ada dan pemikiran itu satu dan sama." Maksudnya, "yang
ada" itu selalu bisa dipikirkan, dan "yang dapat dipikirkan" selalu ada. Parmenides membuat suatu
pemisahan tajam antara apa yang kelak disebut "pengetahuan empiris", yakni pengetahuan yang
diperoleh berdasarkan pengalaman atau pencerapan indrawi (empeiria, Yunani), dengan
"pengetahuan akal budi" yang murni dan sejati. Jenis pengetahuan yang terakhir ini hanya diperoleh
berkat akal budi yang mampu menangkap "ada" yang bersifat satu dan tidak berubah, di balik segala
sesuatu yang bersifat indrawi melulu dan tidak mantap. Dengan gaya seorang penyair, Parmenides
menantang siapa pun untuk berani memakai daya akal budinya melawan arus pendapat umum,
"Jangan biarkan dirimu didesak ke jalan yang salah oleh kuatnya kebiasaan dan pandangan umum.
Jangan percaya pada penglihatan yang menyesatkan dan telinga yang hanya mengumpulkan bunyi-
bunyi. Juga jangan percaya pada lidah: hanya akal budi semata-mata hendaklah menjadi penguji dan
hakim segala sesuatu."

3
C. Zaman Pertengahan (Abad 2- 14 SM)

Zaman pertengahan (middle age) ditandai dengan para tampilnya theolog di lapangan ilmu
pengetahuan. Ilmuwan pada masa ini adalah hampir semuanya para theolog, sehingga aktivitas
ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Atau dengan kata lain kegiatan ilmiah diarahkan untuk
mendukung kebenaran agama. Semboyan pada masa ini adalah Anchila Theologia (abdi agama).
Peradaban dunia Islam terutama abad 7 yaitu Zaman bani Umayah telah menemukan suatu cara
pengamatan stronomi, 8 abad sebelum Galileo Galilie dan Copernicus. Sedangkan peradaban Islam
yang menaklukan Persia pada abad 8 Masehi, telah mendirikan Sekolah kedokteran dan Astronomi
di Jundishapur

D. Masa Renaissance (14-17 M)

Zaman Renaissance ditandai sebagai era kebangkitan kembali pemikiran yang bebas dari dogma-
dogma agama, Renaissanse adalah zaman peralihan ketika kebudayaan abad pertengahan mulai
berubah menjadi suatu kebudayaan modern. Tokoh-tokohnya adalah : Roger Bacon, Copernicus,
Tycho Brahe, yohanes Keppler, Galilio Galilei. Yang menarik disini adalah pendapat Roger Bacon, ia
berpendapat bahwa pengalaman empirik menjadi landasan utama bagi awal dan ujian akhir bagi
semua ilmu pengetahuan. Matematik merupakan syarat mutlak untuk mengolah semua
pengetahuan. Menurut Bacon, filsafat harus dipisahkan dari theologi. Agama yang lama masih juga
diterimanya. Ia berpendapat bahwa akal dapat membuktikan adanya Allah. Akan tetapi mengenai
hal-hal yang lain didalam theology hanya dikenal melalui wahyu. Menurut dia kemenangan iman
adalah besar, jika dogma-dogma tampak sebagai hal-hal yang tidak masuk akal sama sekali.

Sedangkan Copernicus adalah tokoh gereja ortodok, yang menerangkan bahwa matahari berada di
pusat jagat raya, dan bumi memiliki dua macam gerak, yaitu perputaran sehari-hari pada porosnya
dan gerakan tahunan mengelilingi matahari. Teori ini disebut Heliosentrisme. Namun teorinya
ditentang kalangan gereja yang mempertahankan prinsip Geosentrisme yang dianggap lebih benar
dari pada prinsip Heliosentrisme. Setiap siang kita melihat semua mengelilingi bumi. Hal ini
ditetapkan Tuhan, oleh agama, karena manusia menjadi pusat perhatian Tuhan, untuk manusialah
semuanya, paham demikian disebut Homosentrisme. dengan kata lain prinsip Geosentrisme tidak
dapat dipisahkan dari prinsip Homosentrisme.

E. Perkembangan Filsafat Zaman Modern (17-19 M)

4
Zaman ini ditandai dengan berbagai dalam bidang ilmiah, serta filsafat dari berbagai aliran muncul.
Pada dasarnya corak secara keseluruhan bercorak sufisme Yunani. Paham–paham yang muncul
dalam garis besarnya adalah Rasionalisme, Idialisme, dengan Empirisme. Paham Rasionalisme
mengajarkan bahwa akal itulah alat terpenting dalam memperoleh dan menguji pengetahuan. Ada
tiga tokoh penting pendukung rasionalisme, yaitu Descartes, Spinoza, dan Leibniz.

Sedangkan aliran Idialisme mengajarkan hakekat fisik adalah jiwa., spirit, Para pengikut aliran/paham
ini pada umumnya, sumber filsafatnya mengikuti filsafat kritisisismenya Immanuel Kant. Fitche
(1762-1814) yang dijuluki sebagai penganut Idealisme subyektif merupakan murid Kant. Sedangkan
Scelling, filsafatnya dikenal dengan filsafat Idealisme Objektif .Kedua Idealisme ini kemudian
disintesakan dalam Filsafat Idealisme Mutlak Hegel.

Pada Paham Empirisme mengajarkan bahwa tidak ada sesuatu dalam pikiran kita selain didahului
oleh pengalaman. ini bertolak belakang dengan paham rasionalisme. Mereka menentang para
penganut rasionalisme yang berdasarkan atas kepastian-kepastian yang bersifat apriori. Pelopor
aliran ini adalah Thomas Hobes Jonh locke,dan David Hume.

F. Zaman Kontemporer

Yang dimaksud dengan zaman kontemporer adalah dalam kontek ini adalah era tahun-tahun
terakhir yang kita jalani hingga saat sekarang. Hal yang membedakan pengamatan tentang ilmu pada
zaman sekarang adalah bahwa zaman modern adalah era perkembangan ilmu yang berawal sejak
sekitar abad ke-15, sedangkan kontemporer memfokuskan sorotannya pada berbagai
perkembangan terakhir yang terjadi hingga saat sekarang. Yakni dengan berkembang pesatnya ilmu
pengetahuan dalam berbagai bidang. Yang disebabkan oleh semakin kritisnya umat manusia era
sekarang yang di bantu oleh adanya alat-alat yang canggih. Pada periode ini berbagai kejadian dan
peristiwa yang sebelumnya mungkin dianggap sesuatu yang mustahil, namun berkat kemajuan ilmu
dan teknologi dapat berubah menjadi suatu kenyataan. Bagaimana pada waktu itu orang dibuat
tercengang dan terkagum-kagum, ketika Neil Amstrong benar-benar menjadi manusia pertama yang
berhasil menginjakkan kaki di Bulan. Begitu juga ketika manusia berhasil mengembangkan teori
rekayasa genetika dengan melakukan percobaan cloning pada kambing, atau mengembangkan cyber
technology, yang memungkinkan manusia untuk menjelajah dunia melalui internet. Belum lagi

5
keberhasilan manusia dalam mencetak berbagai produk nano technology, dalam bentuk mesin-
mesin micro-chip yang serba mini namun memiliki daya guna sangat luar biasa.

Semua keberhasilan ini kiranya semakin memperkokoh keyakinan manusia terhadap kebesaran ilmu
dan teknologi. Memang, tidak dipungkiri lagi bahwa positivisme-empirik yang serba matematik,
fisikal, reduktif dan free of value telah membuktikan kehebatan dan memperoleh kejayaannya, serta
memberikan kontribusi yang besar dalam membangun peradaban manusia seperti sekarang ini.

Namun, dibalik keberhasilan itu, ternyata telah memunculkan persoalan-persoalan baru yang tidak
sederhana, dalam bentuk kekacauan, krisis yang hampir terjadi di setiap belahan dunia ini. Alam
menjadi marah dan tidak ramah lagi terhadap manusia, karena manusia telah memperlakukan dan
mengexploitasinya tanpa memperhatikan keseimbangan dan kelestariannya. Berbagai gejolak sosial
hampir terjadi di mana-mana sebagai akibat dari benturan budaya yang tak terkendali.

Kesuksesan manusia dalam menciptakan teknologi-teknologi raksasa ternyata telah menjadi


bumerang bagi kehidupan manusia itu sendiri. Raksasa-raksasa teknologi yang diciptakan manusia
itu seakan-akan berbalik untuk menghantam dan menerkam si penciptanya sendiri, yaitu manusia.

Berbagai persoalan baru sebagai dampak dari kemajuan ilmu dan teknologi yang dikembangkan oleh
kaum positivisme-empirik, telah memunculkan berbagai kritik di kalangan ilmuwan tertentu. Kritik
yang sangat tajam muncul dari kalangan penganut “Teori Kritik Masyarakat”, sebagaimana diungkap
oleh Ridwan Al Makasary. Kritik terhadap positivisme, kurang lebih bertali temali dengan kritik
terhadap determinisme ekonomi, karena sebagian atau keseluruhan bangunan determinisme
ekonomi dipancangkan dari teori pengetahuan positivistik.

6
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Dari pembahasan Diatas maka dapat ditarik kesimpulan :

1. Bahwa filsafat ilmu mengalami sejarah yang panjang sejalan denganperkembangan ilmu
pengetahuan itu sendiri.

2. Bahwa perkembangan ilmu pengetahuan tidak bisa lepas dari perkembanganpemikiran secara
teoritis yaitu senantiasa mengacu kepada peradabanYunani .Oleh karena itu periodesasi
perkembangan ilmu disusun mulai dariperadaban Yunani kemudian diakhiri pada penemuan-
penemuan pada zaman kontemporer. Penemuan-penemuan yang spektakuler terjadi sepanjang
zaman dari masaPra Yunani kuno sampai pada masa kontemporer tentu saja sangatdipengaruhi oleh
tokoh pemikir (filosof) yang hidup pada zaman masing-masing dan menambah kekayaan khasanah
ilmu pengetahuan khususnyacabang filsafat yaitu filsafat ilmu.

B. Saran

Saran yang dapat kami sampaikan adalah:

Seharusnya kita sebagai calon pendidik haruslah banyak mengetahui tentang sejarah perkembangan
ilmu pengetahuan, dan siapa saja penemu yang berperan penting dalam kehidupan ini.

Sebagai umat yang beriman, kita seharusnya mengetahui batasan-bataan dalam pengembangan
ilmu itu sendiri.

Sebagai penyusun, kami menyadari banyak hal yang masih kurang. Dan jika dalam penulisan
makalah ini terdapat banyak kesalahan atau kekeliruan, mohon kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan.

7
DAFTAR PUSTAKA

Amien, Miska M. Epistemologi Islam: Pengantar Filsafat Pengetahuan Islam. Jakarta: UI Press, 1983

Anshari, Endang S. Ilmu, filsafat, dan Agama. Bina Ilmu: Surabaya, 1985

Hadiwijono, Harun. Sari Sejarah Filsafat Barat 2. Yogyakarta: Kanisius 1998

Sabri, Muhammad Dkk. Filsafat Ilmu. Makassar: Alauddin Press 2009

Raverts, Jerome R. Filsafat Ilmu.Yogyakarta: Pustaka Pelajar 1982

Anda mungkin juga menyukai