Anda di halaman 1dari 14

PERKEMBANGAN FILSAFAT

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah


Filsafat Pendidikan
Dosen Pengampu : Ahmad Dini, M. Pd.I

Disusun oleh Kelompok 2:


Dani Aziz Pamungkas
Sari Nuriah

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL MAS’UDIYAH (STAIMAS)
SUKABUMI
2023
KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga
penyusun di beri kemudahan untuk menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya
dengan baik. Shalawat serta salam selalu terlimpah curahkan kepada baginda tercinta
kita yakni Nabi Muhammad SAW. Beserta keluarga dan sahabatnya, diiringi dengan
upaya meneladani akhlaknya yang mulia.
Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ahmad Dini, M. Pd.
selaku dosen mata kuliah “Filsafat Pendidikan” yang telah memberikan bimbingan
bagaimana cara agar kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai tuntunan. Makalah
ini di susun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Perkembangan Filsafat “.
Namun tidak lepas dari itu semua, penyusun menyadari sepenuhnya bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa, isi dan segi
lainnya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun
harapkan demi sempurnanya makalah ini. Harapan nya semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada
pembaca Terimakasih.
Wassalammu’alaikum warahmatullahhi wabarakatuh

Sukabumi, 14 September 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..............................................................................................................i
Daftar Isi.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................1
C. Tujuan...............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................2
A. Latar Belakang Lahirnya Filsafat.....................................................................2
B. Perkembangan Filsafat.....................................................................................4
C. Tokoh-Tokoh Filsafat.......................................................................................8
BAB III PENUTUP....................................................................................................10
A. Kesimpulan.......................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................11

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kontek sejarah perlu kiranya mengetahui sejarah perkembangan ilmu dan
falsafahnya. Sinergi dengan pernyataan tentang kesatuan sejarah, yang artinya bahwa
pengetahuan harus mengabdi pada umat dan manusia. Disinilah perlunya kita tinjau
filsafat ilmu dan sejarah perkembangannya secara integral. Dalam mempelajari sejarah
perkembangan ilmu tentu saja kita tidak bisa berpaling dari asal filsafat itu sendiri yaitu
Yunani, dengan pembagian klasifikasi secara periodik. Filsafat ilmu berkembang dari
masa ke masa sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta realitas
sosial. Dimulai dengan aliran rasionalisme-empirisme , kemudian kritisisme dan
positivisme. Karena setiap periode mempunyai ciri khas tertentu dalam perkembangan
ilmu pengetahuan. Penemuan-penemuan demi penemuan yang dilakukan oleh manusia
hingga zaman sekarang ini tidaklah terpusat di satu tempat atau wilayah tertentu.
Pada perkembangannya cara pandang terhadap filsafat tersebut mengalami banyak
pergeseran dan perubahan. Namun demikian sampai saat ini pun filsafat merupakan salah
satu bidang studi yang dikembangkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Peran filsafat
begitu besar dalam mempengaruhi suatu kepribadian, dalam arti filsafat mampu
mempengaruhi sikap hidup, cara berfikir, kepercayaan atau ideologi. Filsafat juga mampu
mewarisi subjek atau pribadi masing-masing individu dengan sedemikian kuatnya,
sehingga individu tersebut menjadi salah satu penganut paham filsafat.
. Mengenai perkembangan filsafat sangatlah penting perananya terhadap
perkembangan pemikiran manusia untuk kedepanya. Sebab, pembahasan tentang filsafat
akan menyelidiki, menggali dan menelusuri sedalam, sejauh, dan seluas mungkin semua
tentang hakikat hidup dan aspek di dalamnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang melatar belakangi lahirnya filsafat?
2. Bagaimana perkembangan filsafat?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami latar belakang lahirnya filsafat.
2. Untuk mengetahui dan memahami perkembangan filsafat

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar belakang lahirnya filsafat


Bila dicermati, sejumlah literatur yang membahas tentang filsafat menjelaskan
bahwa filsafat berkembang dari munculnya kesadaran manusia terhadap potensi dirinya,
khususnya akal budi. Awal pemikiran filsafat muncul sebagai reaksi keras terhadap kungkungan
mitologi. Manusia dibelenggu oleh kepercayaan bahwa kehidupan alam dikuasai oleh makhluk-
makhluk gaib yang dimunculkan oleh mitos. Kepercayaan mistis dekat dengan animisme, yaitu
kepercayaan akan adanya jiwa-jiwa, roh-roh yang mendiami dan menghidupi alam. Roh-roh ini
ditakuti, dihormati, diberi korban dan sesajen, dimintai permohohan berkat ( franz dahler dan
eka budianta, 2000:279). Menurut sejarah kelahiranya filsafat itu suatu sikap seseorang yang
cinta kebijaksanaan yang mendorong pikiran seseorang untuk terus menerus maju dan mencari
kepuasan pikiran, tidak merasa dirinya ahli, tidak menyerah kepada kemalasan, terus menerus
mengenmbangkan penalarannya untuk mendapatkan kebenaran. Sehingga timbulnya filsafat
karena manusia merasa kagum dan merasa heran. Pada tahap awalanya kekaguman atau
keheranan itu terarah pada gejala-gejala alam. Dalam perkembangan lanjut, karena persoalan
manusia makin kompleks. Sekalipun bertanya tentang seluruh realitas, filsafat selalu bersifat
“filsafat tentang” sesuatu: tentang manusia, tentang alam, tentang tuhan(akhirat), tentang
kebudayaan, kesenian, bahasa, hukum, agama, sejarah dll. Semua selalu dikembalikan ke empat
bidang induk:
1. Filsafat tentang pengetahuan:objek materialnya: pengetahuan( epitisme) dan kebenaran
epistemonologi: logika, dan kritik ilmu-ilmu.
2. Filsafat tentang seluruh keseluruhan kenyataan, objek materialnya: keberadaan dan hakekat.
3. Filsafat tentang nilai-nilai yang terdapat dalam sebuah tindakan: objek material: kebaikan
dan keindahan, estika dan estetika.
4. Sejarah filsafat: menyangkut dimensi ruang dan waktu dalam sebuah kajian.

2
Menurut Windelband, pada awal pemunculanya, kata filosofia mempunyai arti yang
tidak terbatas. Dimana filsafat mendorong penyelidikanya sampai kepada soal-soal yang paling
mendalam dari ekstitensi manusia. Sebagian dari soal-soal filsafat pada zaman dulu yang telah
terjawab dengan jawaban yang memuaskan kebanyakan ahli filsafat, namun banyak persoalan
dan probelema-probelema yang belum terjawab, dikarenakan dewasa ini manusia mulai hidup
dengan kebenaran agama yang perenunganya mengandalkan kemampuan akal(rasio) manusia
secara optimal. Tetapi berbanding terbalik dengan hal itu, yang jelas keinginan manusia untuk
mencari kebenaran dan itu tidak pernah berhenti, Terus berlangsung sepanjang sejarahnya.
Sedangkan menurut yakob sumardjo begitu manusia menemukan kesadaranya, dia menuntut
dirinya untuk hidup dalam apa yang disebutnya kebenaran. Apa yang benar bagi seseorang
adalah apa yang sesuai dengan kesadaranya, yang disetujuinya, yang dianggapnya baik, yang
dianggapnya punya nilai, dan yang dapat dijadikanya pegangan dalam bertindak. Kebenaran
adalah sesuatu yang kita katakan ya kepadanya selanjutnya di jelskan lagi bahwa manusia
ingin mengetahui siapa dan apa yang maha suci itu, dan ketika itulah dia menemukan tuhan,
dan sejak itulah dia berusaha berhubungan denganya,bahwa berusaha meneladani sifat-
sifatnya.Kepercayaan serupa itu menyebabkan manusia menempatkan dirinya Sebagai
“pengabdi” dan “pemuja” para makhluk rohaniah yang dianggap sebagai penguasa alam
dengan sebutan “dewa”. Begitu manusia menemukan kesadaranya,
Dia menuntut dirinya untuk hidup dalam apa yang disebutnya kebenaran. Apa yang
benar bagi seseorang adalah apa yang sesuai dengan kesadaranya, yang disetujuinya, yang
dianggapnya baik, Yang dianggapnya punya nilai, dan yang dapat dijadikan pegangan dalam
bertinak. Dalam sejarah umat manusia dikenal sejumblah lembaga dikembangkan dalam dan
kebenaran yang dikenal sebagai agama, ilmu, filsafat, dan seni. Keempat macam kebenaran itu
tidak bertentangan dan malahan sejalan, serta saling memperjelas sesamanya. Bahkan berbagai
penemuan ilmu, filsafat, dan seni mutakhir sering lebih memperjelas kebenaran agama.
Dalam perkembangan sementara pakar islam, agama diwahyukan tuhan, benihnya muncul
dari pengenalan dan pengalaman manusia pertama di pentas bumi. Di sini ia menemukan tiga
hal, yakni keindahan, kebenaran dan kebaikan. Gabungan dari ketiganya dinamai suci.
Dijelaskan, bahwa manusia ingin mengetahui siapa dan apa yang mahasuci itu. Ketika itulah
dia menemukan tuhan dan sejak itulah dia berusha berhubungan denganya, bahkan berusaha
untuk meneladani sifat-sifatnya, usaha itulah yang dinamai keberagamaan. Kebenaran agama
bersifat mutlak karena ia bersumber dari tuhan. Tentunya lain dengan kebenaran filsafat yang
bersumber dari tuhan. Tentunya lain dengan kebenaran yang direnungkan manusia.
Perenungan yang mengandalkan kemampuan akal manusia secara rasional. Demikian pula

3
halnya dengan kebenaran ilmu, serta kebenaran seni. Namun yang jelas keinginan manusia
untuk mencari dan menemukan kebenaran tidak pernah berhenti. Terus berlangsung sepanjang
sejarahnya. Dari kutipan panjang ini dapat kita ambil kesimpulan:
1. Pertama, filsafat itu menjelaskan bahwa filsafat berkembang dari munculnya kesadaran
manusia terhadap potensi dirinya. Yang mengutamakan akal manusia atau pemikiran
manusia itu yang dikuasai oleh kepercayaan bahwa kehidupan alam dikuasai oleh
makhluk-makhluk gaib yang dimunculkan oleh mitos.
2. Kedua, dengan banyaknya kepercayaan terutama yang menempatkan dirinya sebagai
“pengabdi’ menimbulkan keinginan pada orang untuk mengetahui rahasia tentang hal-hal
yang ghaib.
B. Perkembangan Filsafat
1. Pra Yunani (abad 15-7 SM)
Dalam sejarah perkembangan peradaban manusia. Yakni ketika belum mengenal peralatan
seperti yang dipakai sekarang ini. Pada masa itu manusia masih menggunakan batu sebagai
peralatan. Masa zaman batu berkisar antara 4 juta tahun sampai 20.000 tahun sebelum
masehi. Sisa peradaban manusia yang ditemukan pada masa ini antara lain: alat-alat dari batu,
tulang belulang dari hewan, sisa beberapa tanaman, gambar-gambar digua-gua, tempat-
tempat penguburan, tulang belulang manusia purba. Evolusi ilmu pengetahuan dapat diruntut
melalui sejarah perkembangan pemikiran yang terjadi di Yunani, Babilonia, Mesir, China,
Timur Tengah dan Eropa.
2. Zaman Yunani Kuno
Zaman Yunani kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada masa
ini orang memiliki kebebasan untuk mengeluarkan ide-ide atau pendapatnya, Yunani pada
masa itu dianggap sebagai gudangnya ilmu dan filsafat. Bangsa Yunani juga tidak dapat
menerima pengalaman-pengalaman yang didasarkan pada sikap menerima saja (receptive
attitude) tetapi menumbuhkan anquiring attitude (senang menyelidiki secara kritis).
Sikap inilah yang menjadikan bangsa Yunani tampil sebagai ahli-ahli pikir yang terkenal
sepanjang masa.slaha satu tokoh Yunani yang terkenal pada waktu itu PARMENIDES dengan
pendapatnya ”hanya yang ada itu ada” menides tidak mendefinisikan apa itu “yang ada”, tetapi
dia menyebutkan beberapa sifatnya yang meliputi segala sesuatu. Menurutnya, “yang ada” itu
tidak bergerak, tidak berubah, dan tidak terhancurkan. “Yang ada” itu juga tidak tergoyahkan
dan tidak dapat disangkal. Kalau orang menyangkal bahwa “yang ada” itu tidak ada, dengan
pernyataannya sendiri orang itu mengakui bahwa “yang ada” itu ada. Sebab, kalau benar “yang
ada” itu tidak ada, orang itu tidak dapat menyangkal adanya “yang ada”. Jadi, kenyataan

4
bahwa “yang ada” itu dapat ditolak keberadaannya menunjukkan “yang ada” itu memang ada,
sedangkan “yang tidak ada” itu tidak ada! Sesuatu “yang tidak ada” sama sekali tidak dapat
dikatakan atau dipikirkan, apalagi didiskusikan (disanggah atau diiyakan).
Sebaliknya, “yang ada” itu selalu dapat dikatakan, dipikirkan, dan didiskusikan. Oleh
sebab itu, pernyataan Parmenides ini menjadi terkenal, “Ada dan pemikiran itu satu dan sama.”
Maksudnya, “yang ada” itu selalu bisa dipikirkan, dan “yang dapat dipikirkan” selalu ada.
Parmenides membuat suatu pemisahan tajam antara apa yang kelak disebut “pengetahuan
empiris”, yakni pengetahuan yang diperoleh berdasarkan pengalaman atau pencerapan indrawi
(empeiria, Yunani), dengan “pengetahuan akal budi” yang murni dan sejati. Jenis pengetahuan
yang terakhir ini hanya diperoleh berkat akal budi yang mampu menangkap “ada” yang
bersifat satu dan tidak berubah, di balik segala sesuatu yang bersifat indrawi melulu dan tidak
mantap. Dengan gaya seorang penyair, Parmenides menantang siapa pun untuk berani
memakai daya akal budinya melawan arus pendapat umum, “Jangan biarkan dirimu didesak ke
jalan yang salah oleh kuatnya kebiasaan dan pandangan umum. Jangan percaya pada
penglihatan yang menyesatkan dan telinga yang hanya mengumpulkan bunyi-bunyi. Juga
jangan percaya pada lidah: hanya akal budi semata-mata hendaklah menjadi penguji dan hakim
segala sesuatu.”.
3. Zaman pertengahan
Zaman pertengahan (middle age) ditandai dengan para tampilnya theolog di lapangan
ilmu pengetahuan. Ilmuwan pada masa ini adalah hampir semuanya para theolog, sehingga
aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Atau dengan kata lain kegiatan ilmiah
diarahkan untuk mendukung kebenaran agama. Semboyan pada masa ini adalah Anchila
Theologia (abdi agama). Peradaban dunia Islam terutama abad 7 yaitu Zaman bani Umayah
telah menemukan suatu cara pengamatan stronomi, 8 abad sebelum Galileo Galilie dan
Copernicus. Sedangkan peradaban Islam yang menaklukan Persia pada abad 8 Masehi, telah
mendirikan Sekolah kedokteran dan Astronomi di Jundishapur
4. Masa Renaissance
Zaman Renaissance ditandai sebagai era kebangkitan kembali pemikiran yang bebas
dari dogma-dogma agama, Renaissanse adalah zaman peralihan ketika kebudayaan abad
pertengahan mulai berubah menjadi suatu kebudayaan modern. Tokoh-tokohnya adalah :
Roger Bacon, Copernicus, Tycho Brahe, yohanes Keppler, Galilio Galilei. Yang menarik
disini adalah pendapat Roger Bacon, ia berpendapat bahwa pengalaman empirik menjadi
landasan utama bagi awal dan ujian akhir bagi semua ilmu pengetahuan. Matematik
merupakan syarat mutlak untuk mengolah semua pengetahuan. Menurut Bacon, filsafat harus

5
dipisahkan dari theologi. Agama yang lama masih juga diterimanya. Ia berpendapat bahwa
akal dapat membuktikan adanya Allah. Akan tetapi mengenai hal-hal yang lain didalam
theology hanya dikenal melalui wahyu. Menurut dia kemenangan iman adalah besar, jika
dogma-dogma tampak sebagai hal-hal yang tidak masuk akal sama sekali.
Sedangkan Copernicus adalah tokoh gereja ortodok, yang menerangkan bahwa
matahari berada di pusat jagat raya, dan bumi memiliki dua macam gerak, yaitu perputaran
sehari-hari pada porosnya dan gerakan tahunan mengelilingi matahari. Teori ini disebut
Heliosentrisme. Namun teorinya ditentang kalangan gereja yang mempertahankan prinsip
Geosentrisme yang dianggap lebih benar dari pada prinsip Heliosentrisme. Setiap siang kita
melihat semua mengelilingi bumi. Hal ini ditetapkan Tuhan, oleh agama, karena manusia
menjadi pusat perhatian Tuhan, untuk manusialah semuanya, paham demikian disebut
Homosentrisme. Dengan kata lain prinsip Geosentrisme tidak dapat dipisahkan dari prinsip
Homosentrisme.
5. Zaman modern
Zaman ini ditandai dengan berbagai dalam bidang ilmiah, serta filsafat dari berbagai
aliran muncul. Pada dasarnya corak secara keseluruhan bercorak sufisme Yunani. Paham–
paham yang muncul dalam garis besarnya adalah Rasionalisme, Idialisme, dengan
Empirisme. Paham Rasionalisme mengajarkan bahwa akal itulah alat terpenting dalam
memperoleh dan menguji pengetahuan. Ada tiga tokoh penting pendukung rasionalisme,
yaitu Descartes, Spinoza, dan Leibniz.
Sedangkan aliran Idialisme mengajarkan hakekat fisik adalah jiwa., spirit, Para
pengikut aliran/paham ini pada umumnya, sumber filsafatnya mengikuti filsafat
kritisisismenya Immanuel Kant. Fitche (1762-1814) yang dijuluki sebagai penganut
Idealisme subyektif merupakan murid Kant. Sedangkan Scelling, filsafatnya dikenal dengan
filsafat Idealisme Objektif .Kedua Idealisme ini kemudian disintesakan dalam Filsafat
Idealisme Mutlak Hegel.
Pada Paham Empirisme mengajarkan bahwa tidak ada sesuatu dalam pikiran kita
selain didahului oleh pengalaman. Ini bertolak belakang dengan paham rasionalisme. Mereka
menentang para penganut rasionalisme yang berdasarkan atas kepastian-kepastian yang
bersifat apriori. Pelopor aliran ini adalah Thomas Hobes Jonh locke,dan David Hume.
6. Zaman kontemporer
Yang dimaksud dengan zaman kontemporer adalah dalam kontek ini adalah era
tahun-tahun terakhir yang kita jalani hingga saat sekarang. Hal yang membedakan
pengamatan tentang ilmu pada zaman sekarang adalah bahwa zaman modern adalah era

6
perkembangan ilmu yang berawal sejak sekitar abad ke-15, sedangkan kontemporer
memfokuskan sorotannya pada berbagai perkembangan terakhir yang terjadi hingga saat
sekarang. Yakni dengan berkembang pesatnya ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang.
Yang disebabkan oleh semakin kritisnya umat manusia era sekarang yang di bantu oleh
adanya alat-alat yang canggih. Pada periode ini berbagai kejadian dan peristiwa yang
sebelumnya mungkin dianggap sesuatu yang mustahil, namun berkat kemajuan ilmu dan
teknologi dapat berubah menjadi suatu kenyataan.
Bagaimana pada waktu itu orang dibuat tercengang dan terkagum-kagum, ketika Neil
Amstrong benar-benar menjadi manusia pertama yang berhasil menginjakkan kaki di Bulan.
Begitu juga ketika manusia berhasil mengembangkan teori rekayasa genetika dengan
melakukan percobaan cloning pada kambing, atau mengembangkan cyber technology, yang
memungkinkan manusia untuk menjelajah dunia melalui internet. Belum lagi keberhasilan
manusia dalam mencetak berbagai produk nano technology, dalam bentuk mesin-mesin
micro-chip yang serba mini namun memiliki daya guna sangat luar biasa.
Semua keberhasilan ini kiranya semakin memperkokoh keyakinan manusia terhadap
kebesaran ilmu dan teknologi. Memang, tidak dipungkiri lagi bahwa positivisme-empirik
yang serba matematik, fisikal, reduktif dan free of value telah membuktikan kehebatan dan
memperoleh kejayaannya, serta memberikan kontribusi yang besar dalam membangun
peradaban manusia seperti sekarang ini.
Namun, dibalik keberhasilan itu, ternyata telah memunculkan persoalan-persoalan
baru yang tidak sederhana, dalam bentuk kekacauan, krisis yang hampir terjadi di setiap
belahan dunia ini. Alam menjadi marah dan tidak ramah lagi terhadap manusia, karena
manusia telah memperlakukan dan mengexploitasinya tanpa memperhatikan keseimbangan
dan kelestariannya. Berbagai gejolak sosial hampir terjadi di mana-mana sebagai akibat dari
benturan budaya yang tak terkendali.
Kesuksesan manusia dalam menciptakan teknologi-teknologi raksasa ternyata telah
menjadi bumerang bagi kehidupan manusia itu sendiri. Raksasa-raksasa teknologi yang
diciptakan manusia itu seakan-akan berbalik untuk menghantam dan menerkam si
penciptanya sendiri, yaitu manusia.
Berbagai persoalan baru sebagai dampak dari kemajuan ilmu dan teknologi yang
dikembangkan oleh kaum positivisme-empirik, telah memunculkan berbagai kritik di
kalangan ilmuwan tertentu. Kritik yang sangat tajam muncul dari kalangan penganut “Teori
Kritik Masyarakat”, sebagaimana diungkap oleh Ridwan Al Makasary. Kritik terhadap
positivisme, kurang lebih bertali temali dengan kritik terhadap determinisme ekonomi, karena

7
sebagian atau keseluruhan bangunan determinisme ekonomi dipancangkan dari teori
pengetahuan positivistik.
Positivisme juga diserang oleh aliran kritik dari berbagai latar belakang dan didakwa
berkecenderungan meretifikasi dunia sosial. Pandangan teoritikus kritik dengan kekhususan
aktor, di mana mereka menolak ide bahwa aturan aturan umum ilmu dapat diterapkan tanpa
mempertanyakan tindakan manusia. Akhirnya “Teori Kritik Masyarakat” menganggap bahwa
positivisme dengan sendirinya konservatif, yang tidak kuasa menantang sistem yang eksis.
C. Tokoh-Tokoh Dalam Perkembangan Filsafat Ilmu
Ada banyak tokoh ternama dalam pengembangan filsafat ilmu yang telah memberikan
kontribusi berharga dalam pemahaman kita tentang sains, pengetahuan dan metodologi
penelitian. Berikut beberapa tokoh kunci dalam sejarah pengembangan filsafat ilmu:
1. Aristoteles (384-322 SM)
Aristoteles adalah salah satu filsuf yunani kuno yang memberikan kontribusi besar
dalam pemikiran ilmiah. Dia mengembangkan metode ilmiah dan memahami sains
sebagai usaha sistematis untuk memahami alam semesta.
2. Francis Bacon (1561-1626)
Bacon dianggap sebagai salah satu pendiri metode ilmiah modern. Dia mendukung
pendekatan empiris dan penelitian yang berdasarkan bukti, serta mengembangkan
metode ilmiah dengan observasi dan eksperimen.
3. Rene Descartes (1596-1650)
Descartes memberikan kontribusi dalam perkembangan metode deduktif dalam ilmu.
Pendekatannya ‘’Cogito, ergo sum’’ ( Saya berfikir, maka saya ada) adalah salah satu
titik awal dalam pemikiran epistimologi.
4. David Hume (1711-1776)
Hume adalah filsuf Skotlandia yang terkenal karena memepertanyakan dasar-dasar
pengetahuan manusia dan asal usul ide-ide. Dia merangsang perkembangan
epistimologi modern.
5. Immanuel Kant ( 1724-1804)
Kant memadukan pemikiran rasionalisme dan empirisme dalam karyanya, ‘’Kritik der
reinen vernunft’’ ( kritk pemikiran murni). Konsenya tentang kategori pengetahuan
berpengaruh dalam filsafat ilmu.
6. Karl Popper (1902-1994)
Popper adalah filsuf sains terkenal yang memperkenalkan ide falsifikasi sebagai dasar
untuk metode imiah. Dia juga mempertanyakan aspek-aspek falsifikabiltas dalam sains.

8
7. Thomas Kuhn (1922-1996)
Kuhn memperkenalkan konsep “paradigm” dalam pemahaman tentang perkembangan
sains. Karyanya “ The sectructure of Scientific Revolutions” ( Struktur revolusi ilmiah),
mengubah cara kita memandang evolusi pengetahuan imiah.
8. Paul Feyerabend ( 1924-1994)
Feyerabend mempertanyakan otoritas metode ilmiah tunggal dan mendorong
pluralisme metodologi dalam sains. Dia berpendapat bahwa tidak ada aturan tetap
dalam penelitian ilmiah.
9. Ludwig Wittgenstein ( 1889-1951)
Wittgenstein adalah filsuf Bahasa yang mempengaruhi pemahaman tentang bahasa dan
arti dalam konteks imiah. Karyanya merangsang kajian epistimologi dan filsafat
bahasa.
10. Thomas S Kuhn (1922-1966)
Kuhn dikenal atas konsep “paradigma ilmiah” dalam bukunya “ The Structure of
Scientific Revolutions” (1962), yang mempengaruhi cara kita memahami
perkembangan sains.
Setiap tokoh diatas memiliki pandangan yang unik dan kontribusi penting dalam
perkembangan filsafat ilmu.Mereka telah membentuk cara kita memahami sains, metode
penelitian dan pengetahuan manusia secara lebih luas.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bahwa filsafat ilmu mengalami sejarah yang panjang sejalan denganperkembangan
ilmu pengetahuan itu sendiri.
Bahwa perkembangan ilmu pengetahuan tidak bisa lepas dari
perkembanganpemikiran secara teoritis yaitu senantiasa mengacu kepada
peradabanYunani .Oleh karena itu periodesasi perkembangan ilmu disusun mulai
dariperadaban Yunani kemudian diakhiri pada penemuan-penemuan pada zaman
kontemporer. Penemuan-penemuan yang spektakuler terjadi sepanjang zaman dari masaPra
Yunani kuno sampai pada masa kontemporer tentu saja sangatdipengaruhi oleh tokoh pemikir
(filosof) yang hidup pada zaman masing-masing dan menambah kekayaan khasanah ilmu
pengetahuan khususnyacabang filsafat yaitu filsafat ilmu.

10
DAFTAR PUSTAKA
https://iandadonara.blogspot.com/2014/10/makalah-sejarah-dan-perkembangan.html?m=1
Sabri, Muhammad Dkk. Filsafat Ilmu. Makassar: Alauddin Press 2009
https://www.academia.edu/38021151/
LATAR_BELAKANG_LAHIRNYA_DAN_PERKEMBANGAN_FILSAFAT

11

Anda mungkin juga menyukai