FILSAFAT IDEALISME
Dosen Pembina:
Dr. Sri Suyanta, M.Ag.
Di Susun Oleh:
Nurrizwani (210207062)
Puji syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telahmemberikan
Rahmat dan Karunia-NYA sehingga penyusun dapat menyelesaikanmakalah tentang “Filsafat
Idealisme”.
Adapun tujuan dari penyusun menyusun makalah ini adalah untukmemenuhi salah satu
mata kuliah Pengantar Filsafat di bidang agama khususnyadi kampus Universitas islam Ar-
raniry banda aceh dan agar penyusun mampumemahami dan menjelaskan perbedaan dan
hubungan antara filsafat, ilmu,agama, pengetahuan dan budaya.
Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyakkekurangan. Oleh
karena itu penyusun mohon maaf apabila dalam penyusunanmakalah Perbedaan dan Hubungan
Antara Filsafat, Ilmu,Agama,pengetahuandan budaya. ini terdapat kesalahan, karena penyusun
sendiri masih dalam tarafpembelajaran sehingga kami mengharap kritik dan saran yang
dapatmemperbaiki untuk penulisan makalah selanjutnya. Penyusun berharap semogamakalah
ini dapat bermanfaat dan memberikan wawasan yang lebih luas bagipembacanya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat berasal dari bahasa Yunani “philosophos”, philo berarti cinta dan
sophos berarti kebijaksanaan. Jadi, filsafat adalah cinta kebijaksanaan atau kebenaran.
Menurut bentuk kata, seorang philosphos adalah seorang pencinta kebijaksanaan.
Filsafat sering pula diartikan sebagai pandangan hidup. Filsafat merupakan induk atau
sumber dari segala ilmu karena filsafat mencakup segala sesuatu yang ada di alam
semesta ini.
Sesuai dengan pengertian di atas maka kita selaku masyarakat ilmiah
harus berfilsafat. Berfilsafat tidak sama dengan berpikir. Orang yang berpikir belum
tentu berfilsafat, tetapi orang yang berfilsafat sudah pasti berpikir. Berfilsafat
merupakan kegiatan berpikir yang disertai dengan analisis menggunakan rasio dalam
menemukan sebuah kebenaran sedangkan berpikir hanya merupakan kegiatan
memikirkan hal-hal tertentu yang belum tentu berakhir dengan penemuan sebuah
kebenaran.
Idealisme adalah salah satu aliran filsafat pendidikan yang berpaham
bahwa pengetahuan dan kebenaran tertinggi adalah ide. Semua bentuk realita adalah
manifestasi alam ide. Karena pandangannya yang idealis itulah idealisme sering
disebut sebagai lawan dari aliran realisme. Tetapi, aliran ini justru muncul atas feed
back realisme yang menganggap realitas sebagai kebenaran tertinggi.
Idealisme merupakan suatu aliran yang mengedepankan akal pikiran manusia.
Sehingga sesuatu itu bisa terwujud atas dasar pemikiran manusia. Dalam pendidikan,
idealisme merupakan suatu aliran yang berkontribusi besar demi kemajuan pendidikan. Hal
tersebut bisa dilihat pada metode dan kurikulum yang digunakan. Idealisme mengembangkan
pemikiran peserta didik sehingga menjadikan peserta didik mampu menggunakan akal pikiran
atau idenya dengan baik dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
Idealisme menganggap, bahwa yang konkret hanyalah bayang-bayang,
yang terdapat dalam akal pikiran manusia. Kaum idealisme sering menyebutnya
dengan ide atau gagasan. Seorang realisme tidak menyetujui pandangan tersebut.
Kaum realisme berpendapat bahwa yang ada itu adalah yang nyata, riil, empiris, bisa
dipegang, bisa diamati dan lain-lain. Dengan kata lain sesuatu yang nyata adalah
sesuatu yang bisa diindrakan (bisa diterima oleh panca indra).
4
Dalam konteks pendidikan, paham ini mencita-citakan pemikiran atau ide
tertinggi. Secara kelembagaan institusional, maka pendidikan akan didominasi oleh
fakultas atau jurusan filsafat dan pemikiran pendidikan. Di ranah pendidikan dasar,
akan didominasi oleh konsep-konsep dan pengertian-pengertian secara devinitif
tentang segala sesuatu. Tetapi, menurut psikologi perkembangan peserta didik
terdapat tahap-tahap perkembangan pemikiran siswa.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah filsafat idealisme?
2. Apa saja jenis-jenis filsafat idealisme?
3. Siapakah tokoh-tokoh filsafat idealisme?
4. Apa paradigma idealisme dalam menentukan kebenaran dan apa ide
tertinggi itu?
5
BAB II
PEMBAHASAN
7
Akal adalah yang melakukan persepsi. Segala yang riil adalah akal yang sadar atau
suatu persepsi atau ide yang dimiliki oleh akal tersebut.
Berkeley menyatakanbahwa ketertiban dan konsistensi alam adalah riil
disebabkan oleh akal yang aktif yaitu akal Tuhan, akal yang tertinggi, adalah pencipta
dan pengatur alam. Kehendak Tuhan adalah hukum alam. Tuhan menentukan urutan
dan susunan ide-ide. Berkeley menyatakanbahwa ketertiban dan konsistensi alam
adalah riil disebabkan oleh akal yang aktif yaitu akal Tuhan, akal yang tertinggi,
adalah pencipta dan pengatur alam. Kehendak Tuhan adalah hukum alam. Tuhan
menentukan urutan dan susunan ide-ide.Tak mungkin ada benda atau persepsi tanpa
seorang yang mengetahui benda atau persepsi tersebut, subyek (akal atau si yang tahu)
seakan-akan menciptakan obyeknya (apa yang disebut materi atau benda-benda)
bahwa apa yang riil itu adalah akal yang sadar atau persepsi yang dilakukan oleh akal
tersebut.
2. Idealisme Obyektif
Platomenamakan realitas yang fundamental dengan nama ide, tetapi baginya,
tidak seperti Berkeley, hal tersebut tidak berarti bahwa ide itu, untuk berada, harus
bersandar kepada suatu akal, apakah itu akal manusia atau akal Tuhan. Platopercaya
bahwa di belakang alam perubahan atau alam empiris, alam fenomena yang kita lihat
atau kita rasakan, terdapat dalam ideal, yaitu alam essensi, formatau ide.
Plato:dunia dibagi dalam dua bagian.
a)Pertama, dunia persepsi, dunia penglihatan, suara dan benda-benda
individual. Dunia seperti itu, yakni yang kongkrit, temporal dan rusak, bukanlah
dunia yang sesungguhnya, melainkan dunia penampakkan saja.
b)Kedua, terdapat alam di atas alam benda, yaitu alam konsep, ide, universal
atau essensiyang abadi. Konsep manusiamengandung realitasyang lebih besar
daripada yang dimiliki orang seorang. Dikenalnyabenda-benda individual karena
mengetahui konsep-konsep dari contoh-contoh yang abadi.
Ide-ide adalah contoh yang transenden dan asli, sedangkan persepsi dan
benda-benda individual adalah copyatau bayangandari ide-ide tersebut. Ide-ide yang
tidak berubah atau essensi yang sifatnya riil, diketahui manusia dengan perantaraan
akal. Jiwa manusia adalah essensi immaterial, dikurung dalam badan manusia untuk
sementara waktu. Dunia materi berubah, jika dipengaruhi rasa indra, hanya akan
memberikan opini dan bukan pengetahuan. Ide-ide adalah contoh yang transenden dan
8
asli, sedangkan persepsi dan benda-benda individual adalah copyatau bayangandari
ide-ide tersebut. Ide-ide yang tidak berubah atau essensi yang sifatnya riil, diketahui
manusia dengan perantaraan akal. Jiwa manusia adalah essensi immaterial, dikurung
dalam badan manusia untuk sementara waktu. Dunia materi berubah, jika dipengaruhi
rasa indra, hanya akan memberikan opini dan bukan pengetahuan. Kelompok idealis
obyektif modern berpendapat bahwa semua bagian alam tercakup dalam suatu tertib
yang meliputi segala sesuatu, dan mereka menghubungkan kesatuan tersebut kepada
ide dan maksud-maksud dari suatu akal yang mutlak (absolute mind).
Hegel (1770-1831) memaparkan satu dari sistem-sistem yang terbaik
dalam idealisme monistik ataumutlak(absolute). Pikiran adalah essensi dari alam dan
alam adalah keseluruhan jiwa yang diobyektifkan. Alam adalahAkal yang
Mutlak(absolute reason) yang mengekpresikan dirinya dalam bentuk
luar. Sejarahadalah cara zat Mutlak (absolute) itu menjelmadalam waktu dan
pengalaman manusia. Oleh karena alam itu satu, dan bersifat mempunyai maksud
serta berpikir, maka alam itu harus berwatak pikiran. Hegel membentangkan suatu
konsepsi yang dinamik tentang jiwa dan lingkungan; jiwa dan lingkungan itu adalah
begitu berkaitan sehingga tidak dapat mengadakan pembedaan yang jelas antara
keduanya. Jiwa mengalami realitas setiap waktu.
3. Idealisme Personal
Personalismemuncul sebagai protesterhadap meterialisme mekanik dan
idealisme monistik. Bagi seorang personalis, realitas dasar itu bukannya pemikiran
yang abstrak atau proses pemikiran yang khusus, akan tetapi seseorang, suatu jiwa
atau seorang pemikir. Realitas itu termasuk dalam personalitas yang sadar. Jiwa (self)
adalah satuan kehidupan yang tak dapat diperkecil lagi, dan hanya dapat dibagi dengan
cara abstraksi yang palsu. Kelompok personalis berpendapat bahwa perkembangan
terakhir dalam sains modern, termasuk di dalamnya formulasi teori realitas dan
pengakuan yang selau bertambah terhadap 'tempat berpijaknya si pengamat' telah
memperkuat sikap mereka. Realitasadalah suatu sistem jiwa personal, oleh karena itu
realitas bersifat pluralistik. Kelompok personalis menekankan realitas dan harga diri
dari orang-orang, nilai moral, dan kemerdekaan manusia. Bagi kelompok personalis,
alam adalah tata tertib yang obyektif, walaupun begitu alam tidak berada sendiri.
Manusia mengatasi alam jika ia mengadakan interpretasi terhadap alam ini. Sains
mengatasi materialnya melalui teori-teorinya; alam arti dan alam nilai menjangkau
lebih jauh daripada alam semesta sebagai penjelasan terakhir.Realitas adalah
9
masyarakat perseorangan yang juga mencakup Zat yang tidak diciptakan dan orang-
orang yang diciptakan Tuhan dalam masyarakat manusia. Alam diciptakan oleh
Tuhan, Akuyang Maha Tinggi dalam masyarakat individu. Terdapat suatu masyarakat
person atau aku-akuyang ada hubungannya dengan personalitas tertinggi.
Personalisme bersifat theistik(percaya pada adanya Tuhan), ia memberi dasar
metafisik kepada agama dan etika.
11
subjek, keduanya saling berkaitan. Dengan demikian yang mutlak itu tidak bisa
dikatakan hanya alam saja atau jiwa saja, melainkan antara keduanya.
12
Inti dari Idealisme adalah suatu penekanan pada realitas ide-gagasan, pemikiran, akal-pikir
atau kedirian daripada sebagai suatu penekanan pada objek-objek & daya-daya material.
Idealisme menekankan akal pikir (mind) sebagai hal dasar atau lebih dulu ada bagi materi, &
bahkan menganggap bahwa akal pikir adalah sesuatu yang nyata, sedangkan materi adalah
akibat yang ditimbulkan oleh akal-pikir atau jiwa (mind). Hal itu sangat berlawanan dengan
materialisme yang berpendapat bahwa materi adalah nyata ada, sedangkan akal-pikir (mind)
adalah sebuah fenomena pengiring.
Konsep filsafat menurut aliran idealisme adalah :
1) Ontologi-idealisme :
Aliran idealisme dinamakan juga spiritualisme. Idealisme berarti serba cita sedang
spiritualisme berarti serba ruh. Idealisme diambil dari kata “Idea”, yaitu sesuatu yang hadir
dalam jiwa. Aliran ini beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang beraneka ragam itu semua
berasal dari ruh (sukma) atau sejenis dengannya, yaitu sesuatu yang tidak berbentuk dan
menempati ruang. Materi atau zat itu hanyalah suatu jenis dari pada penjelmaan ruhani. Alasan
aliran ini yang menyatakan bahwa hakikat benda adalah ruhani, spirit atau sebangsanya adalah:
• Nilai ruh lebih tinggi daripada badan, lebih tinggi nilainya dari materi bagi kehidupoan
manusia. Ruh itu dianggap sebagai hakikat yang sebenarnya. Sehingga materi hanyalah
badannya bayangan atau penjelmaan.
• Manusia lebih dapat memahami dirinya daripada dunia luar dirinya.
• Materi ialah kumpulan energi yang menempati ruang. Benda tidak ada, yang ada energi itu
saja.
· Dalam perkembangannya, aliran ini ditemui pada ajaran plato (428-348 SM) dengan teori
idenya. Menurutnya, tiap-tiap yang ada di alam mesti ada idenya, yaitu konsep universal dari
tiap sesuatu. Alam nyata yang menempati ruangan ini hanyalah berupa bayangan saja dari alam
ide itu. Jadi idealah yang menjadi hakikat sesuatu, menjadi dasar wujud sesuatu.
George Knight mengemukakan bahwa realitas bagi idealism adalah dunia penampakan yang
ditangkap dengan panca indera dan dunia realitas yang ditangkap melalui kecerdasan akal
pikiran (mind). Dunia akal pikir terfokus pada ide gagasan yang lebih dulu ada dan
lebih penting daripada dunia empiris indrawi.8 Lebih lanjut ia mengemukakan bahwa ide
gagasan yang lebih dulu ada dibandingkan objek-objek material, dapat diilustrasikan dengan
kontruksi sebuah kursi. Para penganut idealisme berpandangan bahwa seseorang haruslah
telah mempunyai ide tentang kursi dalam akal pikirannya sebelum ia dapat membuat kursi
untuk diduduki. Metafisika idealisme nampaknya dapat dirumuskan sebagai sebuah dunia akal
pikir kejiwaan. Uraian di atas dapat dipahami bahwa meskipun idealism berpandangan yang
13
terfokus pada dunia ide yang bersifat abstrak, namun demikian ia tidak menafikan unsur materi
yang bersifat empiris indrawi. Pandangan idealisme tidak memisahkan antara sesuatu yang
bersifat abstrak yang ada dalam tataran ide dengan dunia materi. Namun menurutnya, yang
ditekankan adalah bahwa yang utama adalah dunia ide, karena dunia materi tidak akan pernah
ada tanpa terlebih dulu ada dalam tataran ide.
2) Epistimologi-idealisme:
Kunci untuk mengetahui epistemologi idealisme terletak pada metafisika mereka.
Ketika idealisme menekankan realitas dunia ide dan akal pikiran dan jiwa, maka dapat
diketahui bahwa teori mengetahui (epistemologi)nya pada dasarnya adalah suatu
penjelajahan secara mental mencerap ide-ide, gagasan dan konsep-konsep. Dalam
pandangannya, mengetahui realitas tidaklah melalui sebuah pengalaman melihat,
mendengar atau meraba, tetapi lebih sebagai tindakan menguasai ide sesuatu dan
memeliharanya dalam akal pikiran. Berdasarkan itu, maka dapat dipahami bahwa
pengetahuan itu tidak didasarkan pada sesuatu yang datang dari luar, tetapi pada sesuatu
yang telah diolah dalam ide dan pikiran. Berkaitan dengan ini Gerald Gutek mengatakan;
In idealism, the process of knowmg is that of recognition or remmisence of latent ideas
that are preformed and already present in the mind. By reminiscence, the human mind may
discover the ideas of the Macrocosmic Mind in one's own thoughts ..... Thus, knowing is
essentially a process of recognition, a recall and rethinking of ideas that are latently
present in the mind. What is to be known is already present in the mind.
Dari kutipan di atas, diketahui bahwa menurut idealisme, proses untuk mengetahui
dapat dilakukan dengan mengenal atau mengenang kembali ide-ide tersembunyi yang
telah terbentuk dan telah ada dalam pikiran. Dengan mengenang kembali, pikiran manusia
dapat menemukan ide-ide tentang pikiran makrokosmik dalam pikiran yang dimiliki
séseorang. Jadi, pada dasarnya mengetahui itu melalui proses mengenal atau mengingat,
memanggil dan memikirkan kembali ide-ide yang tersembunyi atau tersimpan yang
sebetulnya telah ada dalam pikiran. Apa yang akan diketahui sudah ada dalam pikiran.
Kebenaran itu berada pada dunia ide dan gagasan. Beberapa penganut idealisme
mempostulasikan adanya Akal Absolut atau Diri Absolut yang secara terus menerus
memikirkan ide-ide itu. Berkeley menyamakan konsep Diri Absolut dengan Tuhan.
Dengan demikian, banyak pemikir keagamaan mempunyai corak pemikiran demikian.
Kata kunci dalam epistemologi idealisme adalah konsistensi dan koherensi. Para penganut
idealisme memberikan perhatian besar pada upaya pengembangan suatu sistem kebenaran
14
yang mempunyai konsistensi logis. Sesuatu benar ketika ia selaras dengan keharmonisan
hakikat alam semesta. Segala sesuatu yang inkonsisten dengan struktur ideal alam semesta
harus ditolak karena sebagai sesuatu yang salah. Dalam idealisme, kebenaran adalah
sesuatu yang inheren dalam hakikat alam semesta, dan karena itu, Ia telah dulu ada dan
terlepas dari pengalaman. Dengan demikian, cara yang digunakan untuk meraih kebenaran
tidaklah bersifat empirik. Penganut idealisme mempercayai intuisi, wahyu dan rasio dalam
fungsinya meraih dan mengembangkan pengetahuan. Metode-metode inilah yang paling
tepat dalam menggumuli kebenaran sebagai ide gagasan, dimana ia merupakan pendidikan
epistemologi dasar dari idealisme.
3) Aksiologi-idealisme:
Aksiologi idealisme berakar kuat pada cara metafisisnya. Menurut George Knight,
jagat raya ini dapat dipikirkan dan direnungkan dalam kerangka makrokosmos (jagat
besar) dan mikrokosmos (jagat kecil). Dari sudut pandang ini, makrokosmos dipandang
sebagai dunia Akar Pikir Absolut, sementara bumi dan pengalaman-pengalaman sensori
dapat dipandang sebagai bayangan dari apa yang sejatinya ada. Dalam konsepsi demikian,
tentu akan terbukti bahwa baik kriteria etik maupun estetik dari kebaikan dan kemudahan
itu berada di luar diri manusia, berada pada hakikat realitas kebenaran itu sendiri dan
berdasarkan pada prinsip-prinsip yang abadi dan baku. Dalam pandangan idealisme,
kehidupan etik dapat direnungkan sebagi suatu kehidupan yang dijalani dalam
keharmonisan dengan alarm (universe). Jika Diri Absolut dilihat dalam kacamata
makrokosmos, maka diri individu manusia dapat diidentifikasi sebagai suatu diri
mikrokosmos. Dalam kerangka itu, peran dari individual akan bisa menjadi maksimal
mungkin mirip dengan Diri Absolut. Jika Yang Absolut dipandang sebagai hal yang paling
akhir dan paling etis dari segala sesuatu, atau sebagai Tuhan yang dirumuskan sebagai
yang sempurna sehingga sempurna pula dalam moral, maka lambang perilaku etis
penganut idealisme terletak pada "peniruan" Diri Absolut. Manusia adalah bermoral jika
ia selaras dengan Hukum Moral Universal yang merupakan suatu ekspresi sifat dari Zat
Absolut.
Uraian di atas memberikan pengertian bahwa nilai kebaikan dipandang dan sudut Diri
Absolut. Ketika manusia dapat menyeleraskan diri dan mampu mengejewantahkan diri
dengan Yang Absolut sebagai sumber moral etik, maka kehidupan etik telah
diperolehnya. Berkaitan dengan hal tersebut, Gutek mengemukakan bahwa pengalaman
yang punya nilai didasarkan pada kemampuan untuk meniru Tuhan sebagai sesuatu yang
15
Absolut, sehingga nilai etik itu sendiri merupakan sesuatu yang muttlak, abadi, tidak
berubah dan bersifat universal.
A. Kesimpulan
Berdasarkan paparan penulis di atas, dapat disimpulkan bahwa Idealisme merupakan
salah satu aliran filsafat yang mempunyai paham bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat
dipahami dalam kaitannya dengan jiwa dan roh. Tokoh –tokoh dalam idealisme diantaranya
yaitu: Rene Descartes (1596-1650), George Berkeley (1685-1753), Immanuel Kant (1724-
1804), F. W. S. Schelling (1775-1854), dan George W. F. Hegel (1770-1831). Seorang idealis
dalam pemikiran pendidikan yang paling berpengaruh di Amerika adalah William T. Haris
yang menggagas journal of speculative philosophy.
Implikasi filsafat idealisme dalam pendidikan adalah sebagai tujuan untuk membentuk
karakter, mengembangkan bakat atau kemampuan dasar, serta kebaikan sosial.Kurikulum,
pendidikan liberal untuk pengembangan kemampuan dan pendidikan praktis untuk
memperoleh pekerjaan. Metode, diutamakan metode dialektika (saling mengaitkan ilmu yang
satu dengan yang lain), tetapi metode lain yang efektif dapat dimanfaatkan. Peserta
didik bebas untuk mengembangkan kepribadian, bakat dan kemampuan
dasarnya.Pendidik bertanggungjawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan melalui
kerja sama dengan alam.
B. Saran
Penyusun mengakui makalah ini jauh dari kata sempurna oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dari dosen
pembimbing dan rekan-rekan supaya kami bisa lebih baik lagi,dan untuk
menambah pengetahuan kami tentunya.
17
DAFTAR PUSTAKA
18