Anda di halaman 1dari 11

ONTOLOGI FILSAFAT

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Filsafat Dakwah

Oleh

Ahmad Sulthon Jamaluddin (04020221022)

Ahmad Faiz Makinun Amin (04020221021)

Risma Dwi Ayuningsih (04010221014)

Firyal Nafisah Setiawan (04020221036)

Dosen Pengampu
M. Yusuf, S.Sos, M.Pd
NIP. 20220131

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
MARET 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT. Atas rahmat Serta hidayah-Nya, penulis
dapat menuntaskan tugas makalah yang berjudul " Ontologi Filsafat" dengan tepat
waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Filsafat Dawah. Selain
itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan perihal Asal usulnya ilmu filsafat
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen Mata kuliah Filsafat


Dakwah. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh pihak yang telah
membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran serta kritik yang membangun diperlukan demi kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 25 Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
Latar Belakang .......................................................................................................... 1
Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1
Tujuan ........................................................................................................................ 1
BAB II ........................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ........................................................................................................... 2
Ontologi Filsafat ........................................................................................................ 2
BAB III ......................................................................................................................... 7
PENUTUP ..................................................................................................................... 7
Kesimpulan ................................................................................................................ 7
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 8

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada awalnya yang muncul adalah ilmu filsafat dan ilmu bagian-
bagian dari filsafat. Filsafat dikatakan sebagai induk ilmu dari semua ilmu.
Karena ilmu filsafat bersifat umum dan menyeluruh. Dalam
perkembangannya ilmu filafat tidak lagi dianggap sebagai induk ilmu. Tetapi
sudah dianggap sebagai bagian dari ilmu itu sendiri.
Filsafat mengalami spesialisasi kemudian terbagi menjadi filsafat
agama, filsafat hukum, dan filsafat ilmu. Hal itu merupakan bagian dari
perkembangan ilmu filsafat. Dalam konteks inilah ilmu filsafat relevan untuk
dikaji dan didalami. Meskipun pada akhirnya cabang-abang ilmu tersebut
memisahkan diri dari ilmu filsafat,hal ini tidak berpengauh terhadap
terputusnya ilmu-ilmu tersebut dengan filsafat.
Dengan ciri khas yang dimiliki oleh ilmu tesebut, hal ini menmbulkn
batas-batas diantara masing-masing ilmu. Dengan kata lain tiak ada bidang
yang menghubungkan ilmu-ilmu yang terpisah. Disinilah filsafat berusaha
mempadukan antar ilmu untuk bersatu. Tugas filsafat adalah untuk mengatasi
spesialisasi dan merumuskan suatu pandangan hidup yang didasarkan atas
pengalaman manusia yang luas.

B. Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud ontologi filsafat ?
C. Tujuan
Untuk mengetahui ontologi filsafat

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ontologi Filsafat

Kata filsafat berasal dari kata `philosophia` (bahasa Yunani), diartikan dengan
`mencintai kebijaksanaan`. Sedangkan dalam bahasa Inggris kata filsafat disebut
dengan istilah `philosophy`, dan dalam bahasa Arab disebut dengan istilah `falsafah`,
yang biasa diterjemahkan dengan `cinta kearifan`.

Istilah philosophia memiliki akar kata philien yang berarti mencintai dan
Sophos yang berarti bijaksana. Jadi, istilah philosophia berarti mencintai akan hal-hal
yang bersifat bijaksana. Sedangkan orang yang berusaha mencari kebijaksanaan atau
pecinta pengetahuan disebut dengan filsuf atau filosof.

Sumber dari filsafat adalah manusia, dalam hal ini kalbu manusia yang sehat
dan berusaha sehat dengan sungguh-sungguh untuk mencari kebenaran.

Proses mencari kebenaran itu melalui berbagai tahap.

1. Tahap pertama manusia berspekulasi dengan pemikiran


2. Tahap kedua, dari beberapa spekulasi diambil menjadi beberapa pikiran yang
dapat diandalkan
3. Tahap ketiga, pikiran tadi menjadi awal dari kebenaran, kemudian
berkembang sebagai ilmu pengetahuan, seperti matematika, fisika, hukum,
dan lain-lain.

Diantara para filsuf dan para ahli yang memberikan definisi filsafat itu adalah sebagai
berikut:

2
1. Pythagoras (572-497 SM). Dalam tradisi filsafat zaman Yunani Kuno, Pythagoras
adalah orang yang pertama diperkenalkan philosophia, yang kemudian dikenal
dengan istilah filsafat. Pythagoras mendefinisikan filsafat sebagai the love wisdom.
Manusia yang paling tinggi nilainya adalah manusai pencinta kebijakan, sedangkan
yang dimaksud wisdom ialah kegiatan melakukan perenungan terhadap Tuhan.
Pythagoras sendiri menganggap dirinya seorang philosophos (pecinta kebijakan),
baginya kebijakan yang sesungguhnya hanyalah dimiliki senata-mata oleh Tuhan.
2. Socrates (469-399). Ia adalah seorang filosof dalam bidang moral yang termuka
setelah Thales pada zaman Yunani Kuno. Socrates memahami bahwa filsafat adalah
suatu peninjauan diri yang bersifat reflektif atau perenungan terhadap asas-asas dari
kehidupan yang adil dan bahagia.
3. Aristoteles (384-332). Aristoteles adalah salah satu murid Plato yang termuka. Dalam
pandangannya sering kali Aristoteles bersebrangan dengan pendapat gurunya, namun
pada prinsipnya, aristoteles mengembangkan paham-paham yang dikemukakan oleh
gurunya tersebut. Berkenaan dengan pengertian filsafat, aristoteles mengemukakan
bahwa shopia (kearifan) merupakan kebijakan intelektual tertinggi. Sedangkan
philosopia merupakan padanan kata dari episteme dalam arti suatu kumpulan teratur
pengetahuan rasional mengenai suatu objek yang sesuai. Adapun pengertian filsafat
itu sendiri menurut Aristoteles adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran
yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika ekonomi,
politik dan estetika.
4. Al farabi salah satunya menurut Al Farabi yang mengartikan filsafat sebagai ilmu
tentang sifat yang mencoba untuk mengetahui sifat sebenarnya dari kebenaran.
5. Menurut Pudjawidjana, Pengetahuan memiliki Definisi sebagai reaksi dari
setiaporang dan di terima dengan rangsangan terhadap alat terkait kegiatan
inderapenginderaan jauh di objek tertentu.

3
A. Sammy Kenaf dan Mikhael Dua. Hal yang tidak kalah menariknya adalah
definisi dan komentar yang dikemukakan Sonny Keraf dan Mikhael Dual ini. Mereka
mengartikan ilmu filsafat sebagai ilmu tentang bertanya atau berpikir tentang segala
sesuatu (apa saja dan bahkan tentang pe mikiran itu sendiri) dari segala sudut
pandang, thinking about thinking. Atau pengertian lain sikap memperrannyakan
rentang segals sesuaru. Demikian Sonny dan Mikhael berkomentar menge nai definisi
filsafat.

Setiap filosof dari suatu aliran filsafat membuat perumusannya masing-masing


agar cocok dengan kesimpulannya sendiri. Berbagai perumusan itu tidak dapat
dikatakan bahwa yang satu salah dan yang lainnya benar. Nampaknya semua
perumusan itu sama benarnya karena masing-masing melihat dari salah satu pokok
persoalan, permasalahan, titik berar. Segi, tujuan atau metode yang dianut oleh
seorang filosof atau suatu aliran filsafat. Oleh karena itu, pantas kalau Abu Bakar
Atjeh dalam Ahmad Tafsir menyatakan baliwa perbedaan definisi dan rumusan
tentang filsafat ini disebabkan oleh berbedanya konotasi filsafat pada tokoh-tokoh itu
sendiri, karena perbedaan keyakinan hidup yang dianut mereka pun berbeda-beda.
Perbedaan itu juga dapat muncul karena perkembangan filsafat itu sendiri yang
menyebabkan beberapa pengetahuan khusus memisahkan diri dari filsafar.

Menurut Beni Ahmad Saebani (2009: 21) perbedaan definisi yung dikemukakan
oleh para tokoh tersebut disebabkan oleh beberapa hal, yaitu (a) setiap tokoh hidup
dalam kurun waktu yang berbeda; (b) setiap tokoh tumbuh dan berkembang dalam
lingkungan hidup yang berbeda; (c) setiap tokoh dengan kapasitas keilmuan dan lain-
lain memiliki konotasi dan kesan makna yang berbeda tentang definisi filsafat; (d)
karena perkembangan filsafat itu sendiri.

Menurut hemar penulis bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berupaya
mengkaji tentang masalah-masalah yang muncul dan berkenaan dengan segala
sesuatu, baik yang sifatnya materi maupun immateri secara sungguh-sungguh guna

4
menemukan hakikat sesuatu yang sebenarnya, mencari prinsip-prinsip kebenaran,
serta berpikir secara rasional logis, mendalam dan bebas, sehingga dapat
dimanfaatkan untuk membantu menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan
manusia.

Oleh sebab itu dengan bantuan ilmu filsafat, segala persoalan yang muncul dapat
dikaji lebih mendalam, utuh, sistematis, dan fleksibel, karena memang pada dasarnya
filsafat ingin menyelesaikan permasalahan secara lebih mendalam, kritis, rasional,
logis, dan tuntas sampai ke akar-akarnya (radikal).

Manusia sebagai makhluk istimewa yang diciptakan oleh Allah SWT., memiliki
potensi-potensi yang tidak dimiliki oleh makhluk lain, baik itu potensi yang berupa
fisik maupun nonfisik. Semua potensi fisik manusia memiliki fungsi yang sangat luar
biasa kegunaannya bagi keberlangsungan hidup manusia itu sendiri, begitu juga
dengan potensi nonfisik yang terdiri atas ruh, jiwa, akal, dan rasa, semuanya
menunjukkan manusia sebagai makhluk yang sempurna dan istimewa. Dengan
potensi ruh, jiwa, dan akalnya manusia mampu menjadi makh luk yang lebih mulia
kedudukannya dari makhluk lainnya.

Filsafat adalah ilmu yang menggunakan kenalaran untuk memecahkan suatu


isu. Nalar penting bagi sebuah ilmu. Manusia dapat mengembangkan pengetahuan
dikarenakan kenalarannya. Contoh ilmuwan Al-Khawarizmi yang mampu mnyusun
buku matematika, aljabar, dan aritmatika.Kemudian di Eropa digunakan sebagai alat
penulis angka desimal yang digunakan sebagai pengubah penulisan angka romawi.
Bapak ilmu kedokteran modern yang bernama Ibnu Sina. Buku-bukunya menjadi
rujukan pngetahuan para dokter. Ibnu al-Haitam yang merupakan cendekiawan
multidisiplin ilmu. Ibnu Ismail Al-Jaziri tokoh besar dalam bidang mekanik dan
industri.

Kecemerlangan nalarnya di dunia barat juga menghasilkan tokoh besar yang


berpengaruh di dunia. Contoh Newton yang teorinya tentang gravitasi bumi.

5
Alexander Abraham Bell yang menemukan telepon. Homas Alfa Edison penemu
lampu pijar. Wilhewm Konrad Roentgen yang menemukan sinar X ray yang kini
sangat penting di dunia medis untuk mengetahui kerusakan pada tulang atau organ
dalam lainnya.

Mereka bisa menjadi seperti itu karena dengan memaksimalkan potensi akal
yang diberikan oleh Tuhan. Dan salah satu ilmu yang dapat dipelajari untuk
memaksimalkan pemiiran akal dan nalarnya yaitu dengan ilmu filsafat. Filsafat
adalah disiplin ilmu yang mengunakan pemikiran logis dengan secara aktif
menggunakan intelek dan rasio.

Menurut Moh. Hatta, secara historis munculnya filsafat disebabkan oleh dua
hal yang pertama adalah dongeng yang dimiliki suatu daerah. Di dalam masyarakat
ada yang tidak mempercayai dongeng tersebut. Kemudian mereka kritis dan mencari
kebenaran cerita dongeng tersebut. Dari situlah muncul filsafat. Kedua yaitu
keindahan alam terutama pada malam hari. Orang Yunani ingin mengetahui dari
mana asal keindahan tersebut. Keingintahuan untuk mengetahui rahasia-rahasia alam
tersebut yang menimbulkan filsafat.

Menurut Beerling dalam Ahmad Tafsir menjelaskan bahwa rasa ketakjuban


orang Yunani itu yang menyebabkan filsafat. Ketakjuban yang mereka rasakan ini
yang mendorong mereka ingin mengetahui rahasi-rahasia alam. Menurut Plato dari
sikap takjub itu mnimbulkan pertanyaan-pertanyaan. Kemudian pertanyaan-
pertanyaan itu ditanyakan kembali. Karena mereka merasa belum puas dengan
jawaban yang mereka temukan saat itu.

Pertanyaan-pertanyaan yang menimbulkan filsafat bukan pertanyaan yang


sembarangan. Pertanyaannya yaitu tidak bisa dijawab oleh indera kita. Contoh
pertanyaan dari Thales, “Apa sebenarnya bahan alam semesta ini?”.. Jawaban dari
pertanyaan Thales itu membutukan pendalaman. Di zaman modern ini kemunculsan
filsafat dikarenakan adanya kesangsian. Sangsi adalah Setingkat di bawah percaya

6
dan setingkat di atas tidak percaya. Bisa dikatakan sangsi adalah diantara percaya
atau tidak suatu hal.. Sangsi menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yamng
menyebabkan pikiran bekerja. Pikiran bekerja itu menimbulkan filsafat.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Arti dari filsafat adalah cinta kebijakan. Sumber filsafat adalah
manusia. Proses mencari kebenaran ada tahapannya yaitu berspekulasi dengan
pemikiran, tahap kedua diambil menjadi pikiran yang bisa diandalkan, tahap
ketika menjadi ilm pengetahuan. Manusia sebagai ciptaan Allah SWT,
memiliki potensi yan tidak dimili oleh makhluk lain. Dari potensi ersebut
manusia menjadi lebih mulia. Karena kemampuan dari nalarnya manusia
dapat mengembangkan penetahuan dan rahasia-rahasia alam. Ilmuan-ilmuan
muslim juga sukses dalam bidangnya masing-masing. Selain ilmuan muslim
juga ada ilmuan dari barat. Semua ituterjadi karena memanfaatkan
kenalarannya untuk berpikir. Munculnya filsafat dipengaruhi oleh dongeng
yang ada di daerah setempat, rasa ingin tau, dan rasa ketakjuban dengan alam.
Orang-orang Yunani merasa takjub dengan isi alam. Hal inilah yang
menjadikan filsafat. Filsafat mengundang banyaknya pertanyaan yang tidak
bisa dijawab oleh indera kita, harus ada pemahaman yang mendalam untuk
menjelaskannya.

7
DAFTAR PUSTAKA

Susanto, A. Filsafat Ilmu: Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis,


Aksiolois. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2019

Anda mungkin juga menyukai