Anda di halaman 1dari 18

Tugas Makalah Filsafat

“FILSAFAT DAN ILMU HUKUM”

OLEH

GALUH JANUAR MAH UTAMA


21809082

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI


FAKULTAS HUKUM
KELAS VII C
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah Filsafat tentang
“Filsafat dan Ilmu Hukum”.
Makalah ini merupakan salah satu Mata Kuliah yang terdapat pada
kurikulum yang wajib dilaksanakan oleh semua mahasiswa Fakultas Hukum,
Universitas Muhammadiyah Kendari.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
mengingat terbatasnya kemampuan serta ilmu yang dimiliki oleh penyusun. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan.
Akhirnya, semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi para
pembaca khususnya mahasiswa Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyah
Kendari.
Kendari, 1 Agustus 2021
Penyusun

Galuh Januar Mah Utama

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.....................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Bekang.........................................................................................2
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Manfaat.................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................4
A. Pengertian Filsafat................................................................................4
B. Pengertian Ilmu Hukum........................................................................5
C. Hubungan Filsafat dan Ilmu Hukum....................................................11
BAB III PENUTUP..........................................................................................14
A. Kesimpulan...........................................................................................14
B. Saran.....................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sebagai induk dari segala ilmu, filsafat telah berjasa dalam kelahiran
sebuah disiplin ilmu, kajian, gagasan, serta aliran pemikiran sampai ideology
hingga saat ini. Ada mulanya ilmu yang pertama kali muncul adalah filsafat
dan ilmu-ilmu khusus menjadi bagian dari filsafat, sehingga ada yang
mengatakan filsafat sebagai induk atau ibu ilmu pengetahuan, karena objek
material filsafat sangat umum yaitu seluruh kenyataan. Padahal ilmu-ilmu
membutuhkan objek material yang khusus, hal ini berakibat berpisahnya ilmu
dari filsafat. Meskipun dalam perkembangannya masing-masing ilmu
memisahkan diri dari filsafat, ini tidak berarti hubungan filsafat dengan ilmu-
ilmu khusus menjadi terputus. Disinilah filsafat berusaha untuk
menyatupadukan masing-masing ilmu. Tugas filsafat adalah mengatasi
spesialisasi dan merumuskan suatu pandangan hidup yang didasarkan atas
pengalaman kemanusiaan yang luas. Oleh karena itu filsafat merupakan salah
satu bagian dari proses pendidikan secara alami dari mahluk yang berfikir.
pemikir Inggris Francis Bacon menamakan filsafat ” induk agung dari ilmu-
ilmu”. Filsafat menagani semua pengetahuan sebagai bidangnya.
Menurut Henry Sidgwick, filsafat memeriksa pengertian-pengertian
khusus, azas-azas fundamental, metode yang tegas, dan kesimpulan-
kesimpulan utama dari suatu ilmu dengan maksud mengkoordinasikannya
dengan ilmu-ilmu yang lain, sehingga dari arti ini filsafat dapat dinamakan
ilmu dari ilmu-ilmu (scientia scientiarium) (The Liang Gie. 2007). Ada
hubungan timbal balik antara ilmu dengan filsafat. Banyak masalah filsafat
yang memerlukan landasan pada pengetahuan ilmiah apabila pembahasannya
tidak ingin dikatakan dangkal dan keliru. Ilmu dewasa ini dapat menyediakan
bagi filsafat sejumlah besar bahan yang berupa fakta-fakta yang sangat
penting bagi perkembangan ide-ide filsafat yang tepat sehingga sejalan

1
dengan pengetahuan ilmiah. Interaksi antara filsafat dan ilmu-ilmu khusus
juga menyangkut suatu tujuan yang lebih jauh dari filsafat.
Tafsir ( 2010), mengemukakan Filsafat berusaha untuk mengatur
hasil-hasil dari berbagai ilmu-ilmu khusus kedalam suatu pandangan hidup
dan pandangan dunia yang tersatupadukan, komprehensif dan konsisten.
Secara komprehensif artinya tidak ada sesuatu bidang yang berada luar
jangkauan filsafat. Secara konsisten artinya uraian kefilsafatan tidak
menyusun pendapat- pendapat yang saling berkontradiksi. Filsafat dan ilmu
pada dasarnya adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial
maupun historis, karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat.
Filsafat telah merubah pola pemikiran bangsa Yunani dan umat manusia dari
pandangan mitosentris menjadi logosentris. Perubahan pola pikir tersebut
membawa perubahan yang cukup besar dengan ditemukannya hukum-hukum
alam dan teori-teori ilmiah yang menjelaskan bagaimana perubahan-
perubahan itu terjadi, baik yang berkaitan dengan makro kosmos maupun
mikrokosmos.
Dari sinilah lahir ilmu-ilmu pengetahuan yang selanjutnya
berkembang menjadi lebih terspesialisasi dalam bentuk yang lebih kecil dan
sekaligus semakin aplikatif dan terasa manfaatnya. Filsafat sebagai induk dari
segala ilmu membangun kerangka berfikir dengan meletakkan tiga dasar
utama, yaitu ontologi, epistimologi dan axiology (Beni, 2009). Demikin
untuk mempermudah kita dalam memahami hukum yang satu dengan hukum
yang lainnya, maka patutlah kita mempelajari filsafat dan ilmu hukum segai
pintu segalah hukum. Yang terjadi pada masa lampau sampai sekarang dari
segalah bidang Hukum itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat di ambil rumusan masalah
diantaranya sebagai berikut :
1. Apa Pengertian filsafat ?
2. Apa Pengertian ilmu hukum?

2
3. Apa hubungan filsafat dan ilmu hukum ?

C. Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini diantaranya sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui pengertian filsafat
2. Dapat mengetahui pengertian ilmu hukum
3. Dapat mengetahui hubungan filsafat dan ilmu hukum

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN FILSAFAT

Perkataan Inggris philosophy yang berarti filsafat berasal dari kata


Yunani “philosophia” yang lazim diterjemahkan sebagai cinta kearifan. Akar
katanya ialah philos (philia, cinta) dan sophia (kearifan). Menurut
pengertiannya yang semula dari zaman Yunani Kuno itu filsafat berarti cinta
kearifan. Namun, cakupan pengertian sophia yang semula itu ternyata luas
sekali. Dahulu sophia tidak hanya berarti kearifan saja, melainkan meliputi
pula kebenaran pertama, pengetahuan luas, kebajikan intelektual,
pertimbangan sehat sampai kepandaian pengrajin dan bahkan kecerdikkan
dalam memutuskan soal-soal praktis (The Liang Gie, 1999)
Sebagian dari kita merasa sukar untuk menjawab tentang definisis
Filsafat, ini bukan dikarenakan sulitnya arti dari kata “Filsafat” itu sendiri,
tetapi karena banyaknya jawaban serta pendapat yang muncul untuk
mendefinisikan tentang apa itu filsafat. (Harun Hadiwijono1980:7)Filsafat
memiliki banyak definisi –defini yang berbeda –beda dari tiap pakar, diantara
definisiyang ada, beberapa diantaranya memiliki pemahaman –pemahaman
yang sama maupun berbeda tentang apa itu definisi Filsafat. Definisi dari
filsafat tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:Istilah filsafat merupakan
serapan dari bahasa Yunani: “Philosophia(filosofia)”, berasal dari kata kerja
(verb) “filosofein” yang berarti “mencintai kebijaksanaan”,
Philoshopiaberasal dari gabungan kata “Philein”yang berarti cinta dan
“Shopia”yang berarti kebijaksanaan. (Muhdi, Ali, dkk. 2012:240)a.Filsafat
adalah sikap terhadap hidup dan alam semesta (Philoshophy is an attitude
toward life and universe). Filsafat merupakan sikap berfikir yang melibatkan
usaha dalam usaha memikirkan masalah hidup dan alam semesta dari semua
sisi yang meliputi kesiapan menerima hidup dan alam semesta sebagaimana
adanya dan mencoba untuk melihatnya secara keseluruhan hubungan. Filsafat
adalah suatu pengetahuan metodis dan sistematis, yang melalui jalan refleksi

4
hendak menangkapdan mendapatmakna yang hakiki dari hidup dan dari
gejala-gejala hidup sebagai bagian daripadanya.
Sesuai dari beberapa definisi filsafat yang telah disebutkan diatas, juga
terdapat persamaan juga perbedaan dalam pengemukaan definisinya, yaitu;
filsafat sama –sama merupakan suatu bentuk kegiatan, sikap serta usaha –
usaha yang dilakukan oleh manusia untuk bertanya, memperoleh,
mendapatkan, mencapai suatu kebenaran juga pengetahuan.Namun terdapat
pula perbedaan diantara beberapa penjelasan definisi filsafat diatas, seperti
pengertian yang dikemukakan oleh K. Bertens dalam bukunya Panorama
Filsafat Modernyang menyatakan bahwa filsafat tidak akan membuat
pelakunya memperoleh pengetahuan, namun hanyaakan memperdalam
ketidaktahuan manusia sajakarena manusia yang berfilsafat akan terus
menerus mencari dan bertanya –tanya tanpa kenal lelah untuk mendapatkan
dan menunaikan segala misi pertanyaan yang diproduksinya sehingga akan
meningkatkan dan memperdalam ketidaktahuan mereka saja.\Jadi, filsafat
merupakan suatu bentuk tindakan, kegiatan, sikap yang berusaha ingin
mengetahui suatu hakikat kebenaran dengan bertanya –bertanya tanpa lelah
agar dapat memperoleh kebenaran tersebut. Pertanyaan tersebut akan
dikumpulkan hingga dapat membuat pelakunya hanya akan memperdalam
ketidaktahuannya saja, namun semakin banyaknya ketidaktahuan yang
mereka produksi dan kumpulkan, maka hal tersebut akan membuatnya
memperolehbanyak materi untuk bertanya secara filsafat yang akan berusaha
mencari tahu atas pertanyaan yang dikumpulkannya hingga akhirnya para
pelakunya memperoleh pengetahuan juga kebenaran.

B. PENGERTIAN ILMU HUKUM


1. Definisi Hukum
Menurut Prof. Mr. Dr. L.J. Van Apeldoorn dalam bukunya
berjudul “Inleiding tot de studie van het Nederlandse Recht” adalah
tidak mungkin memberikan suatu definisi tentang apakah yang disebut

5
hukum itu. Hampir semua sarjana hukum memberikan pembatasan
mengenai hukum yang berlainan.
Beberapa ahli seperti Aristoteles, Grotius, Hobbes, Philip S.
James, dan Van Vollenhoven memberikan definisi hukum yang berbeda-
beda. Misalnya menurut Immanuel Kant bahwa hukum adalah
keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini kehendak bebas dari orang
yang satu dapat menyesuaikan diri dengan kehendak bebas dari orang
lain, menuruti peraturan hukum tentang kemerdekaan. Menurut Ultrecht,
hukum adalah peraturan yang berisi perintah dan larangan yang mengatur
masyarakat, sehingga harus dipatuhi.
Menurut Kansil, hukum adalah peraturan hidup yang bersifat
memaksa. Kaidah atau norma hukum adalah peraturan mengenai tingkah
laku manusia dalam hidup bermasyarakat yang berasal dari hati sanubari
manusia.
Macam-macam norma:
1. Norma agama;
2. Norma kesusilaan;
3. Norma kesopanan;
4. Norma hukum.
Macam-macam kaidah:
1. Kaidah Agama Mengatur Hub. Antara Manusia dengan Tuhan Yang
menjadi Kepercayaannya, bisa berupa Larangan dan Anjuran Bagi
Pemeluknya.
2. Kaidah Kesusilaan bersumber Dari Hati Mengatur Hub.Manusia
dalam Hidup sosial agar Manusia itu Bersusila Sesuai dengan Tingkah
laku yg di inginkan Masyarakat.
3. Kaidah Kesopanan Mengatur Hub. Manusia dengan Manusia agar
tingkah laku manusia itu teratur dalam hub. Social di Masyarakat.
4. Kaidah Hukum Berasal Dari Hukum Positif yg ada di suatu negara.
Hokum ini bersifat Memaksa bagi Semua Individu yang tercakup

6
dalam negara, dan hukum di kenalkan pada umum melalui sosialisasi
terhadap Hukum itu.
Dan menurut Mochtar Kusumaatmadja, bahwa hukum yang
menandai tidak saja merupakan keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah
yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat. Melainkan juga
meliputi lembaga-lembaga dan proses yang mewujudkan kaidah-kaidah
itu dalam masyarakat.
Teori-teori tentang tujuan hukum:
1. Teori etika/ etis, yaitu tujuan hukum semata-mata untuk mencapai
keadilan.
2. Teori utilitas, yaitu hukum itu bertujuan untuk kemanfaatan/ faedah
orang terbanyak dalam masyarakat.
3. Teori campuran, teori ini merupakan gabungan antara teori etis
dengan teoriutilitas, yaitu tujuan hukum tidak hanya untuk keadilan
semata, tetapi juga untuk kemanfaatan orang banyak.
4. Teori terakhir, yaitu tujuan hukum itu semestinya ditekankan kepada
fungsi hukum yang menurutnya hanya untuk menjamin kepastian
hukum.
2. Unsur-unsur, Sifat, dan Tujuan Hukum
Agar dapat mengetahui dan mengenal apakah hukum itu,
sebelumnya harus dapat mengetahui ciri-ciri hukum, diantaranya adalah:
1. Adanya perintah dan/atau larangan.
2. Perintah dan/atau larangan itu harus dipatuhi oleh setiap orang.
Setiap orang wajib bertindak sedemikian rupa dalam masyarakat,
sehingga tata tertib dalam masyarakat itu tetap terpelihara dengan
sebaik-baiknya.
Dari beberapa perumusan tentang hukum yang telah diberikan
para Sarjana Hukum Indonesia, dapat diambil kesimpulan, bahwa hukum
itu meliputi beberapa unsur, yaitu:
1. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan
bermasyarakat.

7
2. Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib.
3. Peraturan itu bersifat memaksa.
4. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas.
5. Adanya proses untuk mewujudkan kaidah, dan asas yang tertulis/
tidak tertulis.
Dilihat dari unsur-unsurnya, maka sifat dari hukum adalah
mengatur dan memaksa. Ia merupakan peraturan-peraturan hidup
kemasyarakatan yang dapat memaksa orang supaya mentaati tata-tertib
dalam masyarakat. Selain itu juga memberikan sanksi yang tegas (berupa
hukuman) terhadap siapa saja yang tidak mau patuh mentaatinya.
Untuk menjaga agar peraturan-peraturan hukum itu dapat berlangsung
terus dan diterima oleh seluruh anggota masyarakat. Maka peraturan
hukum yang ada harus sesuai dan tidak boleh bertentangan dengan asas-
asas keadilan dari masyarakat tersebut. Dengan demikian, tujuan hukum
itu adalah menegakkan keadilan, membuat pedoman, dan bertujuan
menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat dan hukum itu
harus pula bersendikan pada keadilan. Selain itu, dapat pula disebutkan
bahwa hukum menjaga dan mencegah agar setiap orang tidak menjadi
hakim atas dirinya sendiri (eigenrichting is verboden), tidak mengadili
dan menjatuhi hukuman terhadap pelanggaran hukum terhadap dirinya.
Namun setiap perkara harus diselesaikan melalui proses pengadilan,
dengan perantara hakim berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku.

3. Sumber-sumber Hukum
Yang dimaksud dengan sumber hukum adalah segala apa yang
menimbulkan aturan-aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat
memaksa. Yaitu aturan yang kalau dilanggar akan mengakibatkan sanksi
yang tegas dan nyata. Sumber hukum dapat ditinjau dari segi material
dan segi formal
1. Sumber-sumber hukum material dapat ditinjau dari berbagai sudut,
misalnya dari sudut ekonomi, sejarah, sosiologi, filsafat, dsb.

8
2. Sumber-sumber hukum formal, antara lain adalah:
 Undang-undang (statute)
 Kebiasaan (costum)
 Traktat (treaty)
 Pendapat sarjana hukum (doktrin).
a. Penemuan Hukum
Akibat perkembangan masyarakat, maka perkembangan hukum
berjalan seiring sejalan. Hakim merupakan salah satu faktor
pembentukan hukum. Badan Legislatif menetapkan peraturan yang
berlaku sebagai peraturan umum, sedangkan pertimbangan dalam
pelaksanaan hal-hal konkret diserahkan kepada hakim, sebagai
pemegang kekuasaan Yudikatif. Yang dilakukan hakim yaitu:
1. Konstruksi hukum. Misalnya pada pasal 1576 tentang jual beli
“Koop Break Geen Huur”.
2. Penafsiran hukum. Ada beberapa metode penafsiran, yaitu:
o Penafsiran tata bahasa, yaitu penafsiran yang berdasarkan
ketentuan UU yang berpedoman pada perkataan.
o Penafsiran sahih, yaitu penafsiran yang pasti terhadap arti kata-
kata itu sebagaimana yang telah diberikan oleh pembentuk
UU.
o Penafsiran historis, yaitu penafsiran yang berdasarkan sejarah
hukum dan UU-nya.
o Penafsiran sistematis, yaitu penafsiran menilik susunan yang
berhubungan dengan bunyi pasal-pasal lainnya baik dalam UU
itu, maupun dengan UU yang lainnya.
o Penafsiran Nasional, yaitu penafsiran menilik sesuai tidaknya
dengan sistem hukum yang berlaku.
o Penafsiran teleologis, yaitu penafsiran dengan mengingat
maksud dan tujuan undang-undan itu.
o Penafsiran ekstensif, yaitu memberi tafsiran dengan
memperluas arti kata-kata dalam peraturan itu.

9
o Penafsiran restriktif, yaitu penafsiran dengan membatasi
(mempersempit) arti kata-kata dalam peraturan itu.
o Penafsiran analogis, yaitu memberi tafsiran pada suatu
peraturan hukumdengan memberi ibarat pada kata-kata
tersebut sesuai dengan asas hukumnya.
o Penafsiran a contrario, yaitu suatu cara menafsirkan undang-
undang yang didasarkan pada perlawanan pengertian antara
soal yang dihadapi dan soal yang diatur dalam suatu pasal
undang-undang.
4. Macam-macam Pembagian Hukum
1. Menurut sumbernya
 Hukum undang-undang;
 Hukum adat;
 Hukum traktat;
 Hukum jurisprudensi.
2. Menurut bentuknya
 Hukum tertulis;
 Hukum tidak tertulis (hukum kebiasaan).
3. Menurut tempat berlakunya
 Hukum nasional;
 Hukum internasional;
 Hukum asing;
 Hukum gereja.
4. Menurut waktu berlakunya
 Ius constitutum (hukum positif);
 Ius constituendum;
 Hukum asasi (hukum alam).
5. Menurut cara mempertahankannya
 Hukum material;
 Hukum formal.

10
6. Menurut sifatnya
 Hukum yang memaksa;
 Hukum yang mengatur.
7. Menurut wujudnya
 Hukum obyektif;
 Hukum subyektif.
8. Menurut isinya
 Hukum privat;
 Hukum publik.

C. HUBUNGAN FILSAFAT DAN ILMU HUKUM


Manusia dijadikan sebagai objek filsafat yang menelaahnya dari
berbagai segi, salah satu di antaranya mengenai tingkah laku manusia disebut
filsafat etika, sebagian dari tingkah laku ini kemudian diselidiki secara
mendalam oleh filsafat hukum. Filsafat itu tidak lain adalah hasil pemikiran
manusia tentang tempat sesuatu di alam semesta dan hubungannya dengan isi
alam semesta yang lainnya. Dengan demikian, yang menjadi objek filsafat itu
adalah berbagai hal yang ada di dunia nyata ini.
Hukum merupakan sesuatu yang berkenaan dengan manusia dalam
hubungannya dengan manusia lainnya dalam suatu pergaulan hidup yang
disebut masyarakat. Hukum berfungsi mengatur hubungan pergaulan hidup
antara manusia, namun demikian tidak semua perbuatan manusia itu
diperoleh pengaturannya. Hanya perbuatan atau tingkah laku yang
diklasifikasikan sebagai perbuatan hukum yang menjadi perhatiannya.
Filsafat merupakan karya manusia tentang hakikat sesuatu, sedangkan
hukum merupakan sesuatu yang berkenaan dengan manusia, keduanya
mempunyai objek yang sama, yaitu manusia. Ajaran filsafat mengharapkan
agar manusia berkarya berupa hakikat sesuatu, sedangkan jika sesuatu itu
yang dimaksud adalah hukum maka yang ditemukan adalah hakikat tentang
hukum, dengan demikian ketemulah hubungan filsafat dengan hukum itu.

11
Hubungan Filsafat dengan Filsafat Hukum adalah bahwa filsafat itu
terdiri dari beberapa bagian. Salah satu bagian utamanya adalah filsafat
moral, yang disebut juga etika. Objek dari bagian utama ini ialah tingkah laku
manusia dari segi baik dan buruk yang khas ditemukan dalam tingkah laku
manusia, yaitu baik atau buruk menurut kesusilaan.
Apabila dipelajari secara cermat, maka pada intinya adalah bahwa :
 Filsafat hukum itu merupakan cabang dari filsafat, yaitu filsafat etika
atau moral.
 Filsafat hukum yang menjadi objek pembahasannya adalah tentang
hakikat atau inti yang sedalam-dalamnya tentang hukum.
 Filsafat hukum merupakan suatu cabang ilmu yang mempelajari lebih
lanjut setiap hal yang tidak dapat dijawab oleh cabang ilmu hukum.
 Filsafat Hukum berusaha membuat dunia etis yang menjadi latar
belakangnya dan tidak bisa diraba oleh pancaindra manusia dalam
menggali ilmu hukum, filsafat hukum berusaha mencari sesuatu yang
dapat menjadi dasar hukum dan etis bagi berlakunya sistem hukum
positif.
 Filsafat hukum kemudian dijadikan ilmu yang bersifat normatif untuk
berlakunya hukum positif pada suatu masyarakat tertentu, sehingga
filsafat hukum menjadi bidang ilmu tersendiri yang mempelajari hakikat
hukum.
Hukum itu menjadi objek kajian filsafat, artinya bahwa dicari makna hukum
sebagaimana tampak dalam hidup kita, pertanyaan filsafat yang berbunyi :
Apa makna hukum, melihat segala yang ada ? Atau Apa makna hukum
sebagai hukum ? Dalam penyelidikan filsafat hukum agar lebih jelas lagi,
hukum dapat dipelajari pada dua tingkat, yaitu :
 Sebagai hukum yang berkaitan dengan manusia sebagai manusia.
Manusia yang dimaksud di sini adalah bukan manusia dalam arti abstrak
melainkan manusia secara konkret sebagai pribadi. Menyoroti hukum
dalam hubungannya dengan manusia secara demikian tampak bahwa
manusia itu merupakan subjek hukum.

12
 Sebagai hukum yang berkaitan dengan negara. Semula negara bukan
merupakan subjek hukum, melainkan sejak zaman modern negara
merupakan instansi yang tidak bersyarat bagi ditetapkannya dan
dipertahankannya hukum dalam arti yuridis.
Dengan memahami hukum sebagai aturan negara akan dapat memperoleh
kemampuan untuk menilai suatu sistem hukum tertentu di suatu negara,
dalam hal ini juga dapat menggabungkan filsafat hukum dengan ideologi
negara, contohnya Pancasila yang merupakan sumber dari segala sumber
hukum tertulis di Indonesia.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil pada makalah ini yang telah di
bahas pada BAB II adalah sebagai berikut :
1. filsafat berasal dari kata Yunani “philosophia” yang lazim diterjemahkan
sebagai cinta kearifan. Akar katanya ialah philos (philia, cinta) dan sophia
(kearifan). Menurut pengertiannya yang semula dari zaman Yunani Kuno
itu filsafat berarti cinta kearifan.
2. hukum adalah peraturan hidup yang bersifat memaksa. Kaidah atau norma
hukum adalah peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam hidup
bermasyarakat yang berasal dari hati sanubari manusia.
3. Hubungan Filsafat dengan Filsafat Hukum adalah bahwa filsafat itu terdiri
dari beberapa bagian. Salah satu bagian utamanya adalah filsafat moral,
yang disebut juga etika. Objek dari bagian utama ini ialah tingkah laku
manusia dari segi baik dan buruk yang khas ditemukan dalam tingkah laku
manusia, yaitu baik atau buruk menurut kesusilaan.

B. Saran
Saya sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali
kesalahan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus
memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.

14
DAFTAR PUSTAKA

Beni, Ahmad. 2009. Filsafat Ilmu. Bandung: Pustaka Setia Agung Hamersma.

Harry. 2006. Pintu masuk ke dunia filsafat. Yogyakarta: Kanisius Hardiman.

Huijbers, Theo. 1982. Fisafat dalam lintasan sejarah : Yogyakarta: Kanisius

Tafsir, Ahmad. 2010. Filsafat Ilmu. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset

The Liang Gie. 2007. Pengantar filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty 13

Warsito, Loekisno Chairil, dkk. 2012. Pengantar Filsafat. Surabaya: IAIN Sunan
Ampel Press. Hal.8

Internet

https://nurhibatullah.blogspot.com/2015/12/makalah-filsafat-ilmu.html

https://www.situshukum.com/2020/07/makalah-pengantar-ilmu-hukum.html

Anda mungkin juga menyukai