Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

FILSAFAT DALAM ILMU PENGETAHUAN

Disusun Oleh
Nama : Sang Putu Gede Cahya Purnama
NIM : 2324131018
Kelas :B

PROGRAM STUDI MAGISTER DHARMA ACARYA


UNIVERSITAS HINDU NEGERI I GUSTI BAGUS SUGRIWA
TAHUN 2023

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas berkat rahmat
dan tuntunanya penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai “Filsafat dalam
Ilmu Pengetahuan” dengan tepat waktu.
Makalah ini berjudul“Filsafat dalam Ilmu Pengetahuan” disusun guna
memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu Program Studi Magister Dharma
Acarya Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar. Selain itu,
penulis berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca
mengenai kajian filsafat dalam ilmu pengetahuan selain itu tugas yang telah
diberikan ini juga dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang
ditekuni penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
dalam proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi
kesempurnaan makalah ini.

Denpasar, 25 November 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................4
2.1 Definisi Filsafat.......................................................................................4
2.2 Pengertian Filsafat Ilmu Pengetahuan.....................................................5
2.3 Objek Filsafat Ilmu Pengetahuan............................................................7
2.4 Manfaat Filsafat Ilmu Pengetahuan.........................................................7
2.5 Problematika Filsafat Ilmu Pengetahuan.................................................8
BAB III PENUTUP.........................................................................................10
3.1 Kesimpulan............................................................................................10
3.2 Saran......................................................................................................10
DAFTAR PSUTAKA......................................................................................11

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ditinjau dari segi historis, hubungan antara filsafat dan ilmu
pengetahuan mengalami perkembangan yang sangat menyolok. Pada
permulaan sejarah filsafat di Yunani, “philosophia” meliputi hampir seluruh
pemikiran teoritis. Tetapi dalam perkembangan ilmu pengetahuandikemudian
hari, ternyata juga kita lihat adanya kecenderungan yang lain.Filsafat Yunani
Kuno yang tadinya merupakan suatu kesatuan kemudianmenjadi terpecah-
pecah (Bertens, 1987, Nuchelmans, 1982).Lebih lanjut Nuchelmans (1982),
mengemukakan bahwa denganmunculnya ilmu pengetahuan alam pada abad
ke 17, maka mulailah terjadi perpisahan antara filsafat dan ilmu pengetahuan.
Dengan demikian dapatlahdikemukakan bahwa sebelum abad ke 17 tersebut
ilmu pengetahuan adalahidentik dengan filsafat. Pendapat tersebut sejalan
dengan pemikiran VanPeursen (1985), yang mengemukakan bahwa dahulu
ilmu merupakan bagian dari filsafat, sehingga definisi tentang ilmu
bergantung pada sistemfilsafat yang dianut.
Dalam perkembangan lebih lanjut menurut Koento Wibisono(1999),
filsafat itu sendiri telah mengantarkan adanya suatu konfigurasidengan
menunjukkan bagaimana “pohon ilmu pengetahuan” telah tumbuh mekar-
bercabang secara subur. Masing-masing cabang melepaskan diri dari batang
filsafatnya, berkembang mandiri dan masing-masing
mengikutimetodologinya sendiri-sendiri.Dengan demikian, perkembangan
ilmu pengetahuan semakin lamasemakin maju dengan munculnya ilmu-ilmu
baru yang pada akhirnyamemunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan baru
bahkan kearah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti spesialisasi-
spesialisasi. Oleh karena itu tepatlah apa yang dikemukakan oleh Van
Peursen (1985), bahwa ilmu pengetahuan dapat dilihat sebagai suatu sistem
yang jalitaat asas (konsisten) dari ungkapan-ungkapan yang sifat benar-
tidaknya dapat ditentukan. Terlepas dari berbagai macam pengelompokkan
atau pembagian dalam ilmu pengetahuan, sejak F.Bacon (1561-1626)

1
mengembangkan semboyannya “Knowledge Is Power”, kita dapat
mensinyalir bahwa peranan ilmu pengetahuan terhadap kehidupan manusia,
baik individualmaupun sosial menjadi sangat menentukan.
Karena itu implikasi yang timbul menurut Koento Wibisono (1984),
adalah bahwa ilmu yang satu sangat erat hubungannya dengan cabang ilmu
yang lain serta semakin kaburnya garis batas antara ilmu dasar-murni atau
teoritis dengan ilmu terapan atau praktis. Untuk mengatasi gap antara ilmu
yang satu dengan ilmu yanglainnya, dibutuhkan suatu bidang ilmu yang dapat
menjembatani serta mewadahi perbedaan yang muncul. Oleh karena itu, maka
bidang filsafatlah yang mampu mengatasi hal tersebut. Hal ini senada dengan
pendapat Immanuel kant (dalam kunto Wibisono dkk., 1997) yang
menyatakan bahwa filsafat merupakan disiplin ilmu yang mampu
menunjukkan batas- batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara
tepat. Oleh sebab ituFrancis bacon (dalam The Liang Gie, 1999) menyebut
filsafat sebagai ibu agung dari ilmu-ilmu (the great mother of the
sciences).Lebih lanjut Koento Wibisono dkk. (1997) menyatakan, karena
pengetahuan ilmiah atau ilmu merupakan “a higher level of knowledge”,maka
lahirlah filsafat ilmu sebagai penerusan pengembangan filsafat pengetahuan.
Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat menempatkan objeksasarannya: Ilmu
(Pengetahuan). Bidang garapan filsafat ilmu terutama diarahkan pada
komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu
yaitu: ontologi, epistemologi dan aksiologi. Hal ini didukung oleh Israel
Scheffler (dalam The Liang Gie, 1999), yang berpendapat bahwa filsafat ilmu
mencari pengetahuan umum tentang ilmu atau tentang dunia sebagaimana
ditunjukkan oleh ilmu.
Interaksi antara ilmu dan filsafat mengandung arti bahwa filsafatdewasa
ini tidak dapat berkembang dengan baik jika terpisah dari ilmu. Ilmutidak
dapat tumbuh dengan baik tanpa kritik dari filsafat. Dengan mengutip
ungkapan dari Michael Whiteman (dalam Koento Wibisono dkk.1997),
bahwa ilmu kealaman persoalannya dianggap bersifat ilmiah karena terlibat
dengan persoalan-persoalan filsafat sehingga memisahkan satu dari yang lain

2
tidak mungkin. Sebaliknya, banyak persoalan filsafat sekarang sangat
memerlukan landasan pengetahuan ilmiah supaya argumentasinya tidak salah.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana Definis dari Filsafat?
2. Pengertian Filsafat Ilmu Pengetahuan ?
3. Bagaimana Objek Filsafat Ilmu Pengetahuan?
4. Bagaimana Manfaat Filsafat Ilmu Pengetahuan?
5. Bagaimana Problematika Filsafat Ilmu Pengetahuan?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui Definisi dari Filsafat
2. Mengetahui Pengertian Filsafat Ilmu Pengetahuan
3. Mengetahui Objek Filsafat Ilmu Pengetahuan
4. Mengetahui Manfaat Filsafat Ilmu Pengetahuan
5. Mengetahui Problematika Filsafat Ilmu Pengetahuan

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Filsafat


Sebagian dari kita merasa sukar untuk menjawab tentang definisis
Filsafat, ini bukan dikarenakan sulitnya arti dari kata “Filsafat” itu sendiri,
tetapi karena banyaknya jawaban serta pendapat yang muncul untuk
mendefinisikan tentang apa itu filsafat. (Harun Hadiwijono 1980:7) Filsafat
memiliki banyak definisi – defini yang berbeda – beda dari tiap pakar,
diantara definisi yang ada, beberapa diantaranya memiliki pemahaman –
pemahaman yang sama maupun berbeda tentang apa itu definisi Filsafat.
Definisi dari filsafat tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
Istilah filsafat merupakan serapan dari bahasa Yunani: “Philosophia
(filosofia)”, berasal dari kata kerja (verb) “filosofein” yang berarti
“mencintai kebijaksanaan”, Philoshopia berasal dari gabungan kata
“Philein” yang berarti cinta dan “Shopia” yang berarti kebijaksanaan.
(Muhdi, Ali, dkk. 2012:240). Filsafat adalah sikap terhadap hidup dan alam
semesta (Philoshophy is an attitude toward life and universe). Filsafat
merupakan sikap berfikir yang melibatkan usaha dalam usaha memikirkan
masalah hidup dan alam semesta dari semua sisi yang meliputi kesiapan
menerima hidup dan alam semesta sebagaimana adanya dan mencoba untuk
melihatnya secara keseluruhan hubungan. Filsafat adalah suatu pengetahuan
metodis dan sistematis, yang melalui jalan refleksi hendak menangkap dan
mendapat makna yang hakiki dari hidup dan dari gejala-gejala hidup
sebagai bagian daripadanya. Filsafat adalah ilmu yang berupaya untuk
memahami hakikat alam dan realitas ada dengan mengendalikan akal budi.
Filsafat adalah memajukan pertanyaan tentang kenyataan seluruhnya atau
tentang hakikat, asas, prinsip dari kenyataan. Filsafat adalah sejarah
pemikiran-pemikiran tentang yang esensial (menyentuh hakikat
kenyataan), dan radikal (menyentuh akar kenyataan). Nasr & Leaman

4
(1996:288): Filsafat (teoritis) adalah tindakan pencarian kebenaran melalui
ilmu pengetahuan.
REMBRANDT, (1628) Filsafat adalah usaha – usaha bersama untuk
mencari suatu kebenaran. Sesuai dari beberapa definisi filsafat yang telah
disebutkan diatas, juga terdapat persamaan juga perbedaan dalam
pengemukaan definisinya, yaitu; filsafat sama – sama merupakan suatu
bentuk kegiatan, sikap serta usaha – usaha yang dilakukan oleh manusia
untuk bertanya, memperoleh, mendapatkan, mencapai suatu kebenaran
juga pengetahuan. Namun terdapat pula perbedaan diantara beberapa
penjelasan definisi filsafat diatas, seperti pengertian yang dikemukakan oleh
K. Bertens dalam bukunya Panorama Filsafat Modern yang menyatakan
bahwa filsafat tidak akan membuat pelakunya memperoleh pengetahuan,
namun hanya akan memperdalam ketidaktahuan manusia saja karena
manusia yang berfilsafat akan terus menerus mencari dan bertanya – tanya
tanpa kenal lelah untuk mendapatkan dan menunaikan segala misi
pertanyaan yang diproduksinya sehingga akan meningkatkan dan
memperdalam ketidaktahuan mereka saja.
Jadi, filsafat merupakan suatu bentuk tindakan, kegiatan, sikap yang
berusaha ingin mengetahui suatu hakikat kebenaran dengan bertanya –
bertanya tanpa lelah agar dapat memperoleh kebenaran tersebut. Pertanyaan
tersebut akan dikumpulkan hingga dapat membuat pelakunya hanya akan
memperdalam ketidaktahuannya saja, namun semakin banyaknya
ketidaktahuan yang mereka produksi dan kumpulkan, maka hal tersebut
akan membuatnya memperoleh banyak materi untuk bertanya secara filsafat
yang akan berusaha mencari tahu atas pertanyaan yang dikumpulkannya
hingga akhirnya para pelakunya memperoleh pengetahuan juga kebenaran.

2.2 Pengertian Filsafat Ilmu Pengetahuan


Untuk memahami pengertian tentang filsafat ilmu pengetahuan,
akan dibahas terlebih dahulu pengertian filsafat dalam arti terminologinya.
Pengertian filsafat sesuai dengan terminologinya yaitu:

5
1. Filsafat adalah upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan
sistematik serta lengkap tentang seluruh realitas.
2. Filsafat adalah upaya melukiskan hakikat realitas akhir dan dasar
serta nyata.
3. Filsafat adalah untuk menentukan batas batas dan jangkauan
pengetahuan: sumbernya, hakekatnya, keabsahannya, dan nilainya.
4. Filsafat adalah penyelidikan kritis atas pengandaian pengandaian dan
pernyataan pernyataan yang diajukan oleh berbagai bidang
pengetahuan.
5. Filsafat adalah berupaya untuk membantu melihat apa yang kita
katakan dan untuk mengatakan apa yang kita lihat.
Jadi, pengertian filsafat secara terminologinya di atas sangat
beragam baik dalam ungkapan maupun titik tekanannya. Bahkan
Mohammad Hatta seorang ahli filafat Indonesia, dan Langeveld
mengatakan bahwa definisi filsafat tidak perlu diberikan karena setiap
orang memiliki titik tekan sendiri dalam definisinya. Hal ini bisa
dimengerti, karena intisari berfilsafat itu terdapat dalam pembahasan
bukan pada definisi. Namun definisi filsafat untuk dijadikan patokan awal
diperlukan, karena untuk memberi arah dan cakupan objek yang dibahas,
terutama terkait dengan filsafat ilmu
Berikut akan dibahas tentang pengertian ilmu pengetahuan. Secara
etimologis bahwa ilmu dalam bahasa Inggris adalah science, yaitu berasal
dari bahasa Latin: scientia artinya pengetahuan, dan scire artinya
mengetahuai, dan sinonim yang paling dekat dengan bahasa Yunani adalah
episteme. Sedangkan ilmu yang berasal dari bahasa Arab adalah: ‘alima,
ya’lamu, dan ‘ilman, kesemua itu artinya mengerti dan memahami benar
benar. Dari beberapa istilah di atas, lalu pengertian ilmu dalam kamus
bahasa Indonesia adalah penegtahuan tentang suatu bidang yang disusun
secara bersistem, menurut metode metode tertentu, yang dapat digunakan
untuk menerangkan gejala gejala tertentu di bidang itu.
Ciri ciri utama ilmu pengetahuan sesuai dengan terminologinya
antara lain:

6
1) Ilmu pengetahuan adalah sebagian pengetahuan bersifat koheren,
empiris, sistematis, dapat diukur, dan dibuktikan. Hal ini beda
dengan iman, yaitu pengetahuan didasarkan atas keyakinan kepada
yang gaib dan pengahayatan serta pengalaman pribadi.
2) Ilmu pengetahuan berbeda dengan pengetahuan, sebab ilmu
pengetahuan tidak pernah mengartikan kepingan pengetahuan satu
putusan tersendiri, melainkan ilmu pengetahuan menandakan seluruh
kesatuan ide yang mengacu ke objek (alam objek) yang sama dan
saling berkaitan secara logis. Oleh sebab itu, koherensi sistematik
adalah hakikat ilmupengetahuan.
Setelah dipahami pengertian filsafat, pengertian ilmu
pengetahuan, dan pengertian Pengetahuan, maka dapat disimpulkan
bahwa Filsafat Ilmu pengetahuan adalah kajian menyeluruh dan
mendalam tentang substansi ilmu pengetahuan, sehingga filsafat ilmu
pengetahuan dapat menjawab beberapa persoalan

2.3 Objek Filsafat Ilmu Pengetahuan


Filsafat ilmu pengetahuan mempunyai objek yaitu: Objek material,
dan Objek formal.Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai objek materil
dan objek formal
1. Objek material, yaitu objek yang dijadikan sasaran penyelidikan,
oleh sebab ini objek material filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan
itu sendiri.
2. Objek formal, yaitu sudut pandang terhadap objek materialnya,
sehingga objek formalnya berupa hakekat ilmu pengetahuan,
artinya filsafat ilmu menaruh perhatian terhadap problem mendasar
ilmu pengetahuan.

7
2.4 Manfaat Filsafat Ilmu Pengetahuan
1. Mendalami unsur-unsur pokok ilmu pengetahuan, sehingga secara
menyeluruh dapat dipahami sumber-sumber, hakikat, dan tujuan
ilmu pengetahuan.
2. Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan, dan kemajuan
ilmu di berbagai bidang, sehingga didapat gambaran tentang proses
ilmu kontemporer secara historis.
3. Menjadi pedoman bagi para pendidik dan anak didik dalam
mendalami studi di perguruan tinggi, khususnya untuk membedakan
persoalan ilmiah dan non ilmiah.
4. Mendorong para calon ilmuwan untuk konsentrasi dalam mendalami
ilmu pengetahuan dan mengembangkannya.
5. Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu
pengetahuan dan agama tidak ada pertentangan (Amsal Bakhtiar,
2004: 20).

2.5 Problematika Filsafat Ilmu Pengetahuan


Pengertian ilmu pengetahuan secara umum adalah suatu sistem
yang terdiri dari pengetahuan (ilmiah) yang ditujukan untuk memperoleh
kebenaran (ilmiah) dan sedapat mungkin untuk mencapai kebahagiaan
umat manusia. Jenis dari ilmu pengetuan adalah sistemnya. Pembedanya
adalah kumpulan pengetahuan untuk memperoleh kebenaran dan sedapat
mungkin untuk kebahagiaan umat manusia.
Ilmu pengetahuan ditinjau dari unsur unsurnya, yaitu berupa:
a. Sistem
b. Pengetahuan (ilmiah)
c. Kebenaran
d. Kebahagiaan umat manusia

8
Jadi segi statika ilmu pengetahuan adalah suatu sistem tertentu
yang berupa pengetahuan (ilmiah), sedang segi dinamika ilmu
pengetahuan adalah:
1. Suatu usaha terus menerus untuk mencapai kebenaran ilmiah.
2. Kebahagiaan umat manusia.
Jadi bila orang menggunakan istilah dasar dasar yang statik dari
ilmu pengetahuan, maka seakan akan orang terpaku perhatiannya pada
suatu kerangka dasar yang mau tidak mau harus dibuktikan dalam
melakukan kegiatan ilmiah, sedang istilah dasar dasar dinamik dari ilmu
pengetahuan adalah pedoman pedoman yang ada di depannya agar supaya
orang tidak tersesat dalam melakukan kegiatan ilmiah. Sistem adalah suatu
keadaan atau barang sesuatu tertentu yang bagian bagiannya saling
berhubungan secara fungsional dalam rangka mencapai suatu tujuan
tertentu. Dasar dasar dinamik ilmu pengetahuan yang berupa:
a. Pedoman yang harus diikuti oleh seorang ilmuwan, dalam usahanya
untuk mencapai tujuan dari kegiatan ilmiah.
b. Tujuannya adalah kebenaran ilmiah yang sedapat mungkin untuk
mencapai kebahagiaan umat manusia.
Paham objektivisme mengatakan kebenaran adalah keadaan yang
menunjukkan kesesuaian antara pikiran manusia tentang objeknya dengan
keadaan yang senyatanya dari objek tersebut. Paham subjektivisme
mengatakan bahwa kebenaran adalah suatu proses yang menggambarkan
bahwa dalam keadaan terakhir yang menetukan kebenaran sesuatu
pendapat adalah si subjek itu sendiri. Paham objektivisme juga disebut
paham korespondensi tentang kebenaran. Sebab kebenaran adalah adanya
kesesuaian antara pikiran manusia tentang suatu objek tertentu dengan
keadaan tertentu dari objek itu.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Cakupan objek filsafat lebih luas dibanding dengan ilmu, sebab
ilmu hanya mencakup yang empiris saja, sedang filsafat tidak hanya yang
empiris saja. Secara historis ilmu adalah berasal dari kajian filsafat, sebab
awalnya filsafat yang melakukan pembahasan tentang yang ada secara
sistematis, rasional, logis dan empiris. Setelah berjalan, terkait dengan
yang empiris, maka semakin bercabang dan berkembang, sehingga
timbullah spesifikasi dan menampakkan kegunaan yang praktis. Inilah
proses terbentuknya ilmu secara berkesinambungan.
Hal ini seperti diibaratkan oleh Will Durant, bahwa filsafat
bagaikan Marinir yang merebut pantai untuk pendaratan pasukan Infantri.
Pasukan Infantri adalah sebagai pengetahuan yang di antaranya adalah
ilmu, Sedangkan filsafat yang menyediakan tempat berpijak bagi kegiatan
keilmuan (Sumber buku Filsafat Ilmu oleh: Amsal Bakhtiar, 2008, 2).
Setelah itu, ilmu berkembang sesuai dengan spesialisasi masing masing,
sehingga ilmulah secara praktis bagaikan membelah gunung, dan
merambah hutan. Sedangkan filsafat kembali ke laut lepas untuk
berspekulasi dan melakukan eksplorasi lebih jauh. Oleh sebab itu, filsafat
sering disebut sebagai induk/ ibu ilmu pengetahuan. Hal ini bisa
dimengerti, sebab dari filsafatlah, maka ilmu ilmu modern dan
kontemporer berkembang, sehingga manusia dapat menikmati ilmu dan
sekaligus buahnya, yaitu: teknologi.

3.2 Saran
Dalan penulisan ini, tentu terdapat banyak kekurangan baik itu
dalam materi maupun penulisan. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari

10
pembaca yang bersifat membangun guna kemajuan penulis dalam
perkembangan penulisan kedepannya

11
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Bustanuddin. 1999. Pengembangan Ilmu - Ilmu Sosial: Studi Banding
Antara Pandangan Ilmiah dan Ajaran Islam. Jakarta: Gema Insani Press.
Anatomie. 2010. Etimologi dari Aksiologi, Ontologi dan Epistimologi. Makalah
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Kependidikan (STKIP) Pasundan
Bagus, Lorens. 2005. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia. Berling, R.F. 1966.
Filsafat Dewasa Ini. Jakarta: Balai Pustaka. Bertens, K. 2005. Panorama
Filsafat Modern. Jakarta: Teraju.
Darmodiharjo, Darji, Shidarta. 1995. Pokok - Pokok Filsafat Hukum: Apa Dan
Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hamersma, Harry. 2008. Pintu Masuk ke Dunia Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.
Hanif, Muhammad, dkk. . Aliran – Aliran Filsafat Modern.
Makalah STAINU
Hardiman, F.Budi Hardiman. 2004. Filsafat Modern - Dari Machiavelli sampai
Nietzsche. Jakarta: Gramedia.
Huijbers, Theo. 1982. Fisafat dalam lintasan sejarah. Yogyakarta: Kanisius.
Keraf, A. Sonny & Mikhael Dua. 2001. Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan
Filosofis.
Magee, Bryan. 2008. The Story of Philoshopy: Edisi Indonesia. Yogyakarta:
Kanisius. Muhdi, Ali, dkk. 2012. Merevitalisasi Pendidikan Pancasila
Sebagai Pemandu
Purworejo
Qomar, Mujamil. 2006. Epistemologi Pendidikan Islam - Dari Metode Rasional
Hingga Metode Kritik. Jakarta: Erlangga.
Rahman, Fathur. 2011. Makalah Pengertian Epistemologi, Ontologi dan
Aksiologi. Makalah Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas
Tanjungpura Pontianak.
Rahman, M. T. (2020). Filsafat Ilmu Pengetahuan. Prodi S2 Studi Agama-Agama
UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Rapar, Jan Hendrik. 1996. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.
Reformasi. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press.

11
Setijo, Pandji. 2009. Pendidikan Pancasila Perspektif Sejarah Perjuangan
Bangsa: Dilengkapi dengan Undang-Undang Dasar 1945 Hasil
Amandemen. Jakarta: Grasindo.
Sholikhin, Muhammad. 2008. Filsafat dan Metafisika Dalam Islam. Yogyakarta:
Narasi.
Warsito, Loekisno Chairil, dkk. 2012. Pengantar Filsafat. Surabaya: IAIN Sunan
Ampel Press.
Wibowo, Ignatus dan B Herry Priyono. 2006. Sesudah Filsafat: Esai - Esai Untuk
Franz Magnis - Suseno. Yogyakarta: Kanisius.
Yogyakarta: Kanisius.

12

Anda mungkin juga menyukai