Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah filsafat Ilmu Pengetahun

Dosen Pengampu : Bapak Sigit Wahyono S.Pd.I, M.Pd

DISUSUN OLEH :

1.Syifa Auliya Zahrani

2.Zuyinatul Kamila

INSTITUT AGAMA ISLAM KHOZINNATUL ULUM BLORA


CABANG VII PANDANHARUM GABUS
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa memberi nikmat iman, islam, juga ihsan.
Serta tidak lupa pula sholawat serta salam senantiasa kamihaturkan kepada baginda nabi
Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya dari zaman jahiliyyah ke zaman terang
benderang seperti saat ini..

Alhamdulillah kami haturkan atas selesainya makalah yang berjudul filsafat ilmu
pengetahuan. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Hadits.

Penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami sebagai
penulis meminta kritik dan saran dari kalian semua demi perbaikan makalah mendatang.
Semoga makalah yang sudah kami susun ini dapat memberikan manfaat buat kalian semua.

Gabus, 22 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………………….…………………………ii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………...iii

BAB 1 PENDAHULUAN ………………...………………...…………………….……1

A. Latar Belakang ……………………….………………..………………..……….1

B. Rumusan Masalah …………………….……………...………………………….2

C. Tujuan Makalah ………………………………………………………………….2

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………..3

A. Pengertian Filsafat Ilmu Pengetahuan …………………………………………..3

B. Kedudukan Ilmu Pengetahuan Dalam Kehidupan ………………………………6

BAB III PENUTUPAN …………………………………………………………………10

A. Kesimpulan …………………………………………………………………........10

B. Saran ………………………………………...…………………………………..11

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………….......12

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ditinjau dari segi historis, hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan
mengalami perkembangan yang sangat menyolok. Pada permulaan sejarah filsafat di
Yunani, “philosophia” meliputi hampir seluruh pemikiran teoritis. Tetapi dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dikemudian hari, ternyata juga kita lihat adanya
kecenderungan yang lain. Filsafat Yunani Kuno yang tadinya merupakan suatu kesatuan
kemudian menjadi terpecah-pecah. Dengan munculnya Ilmu Pengetahuan Alam pada
abad ke 17, mulai terjadi perpisahan antara filsafat dan ilmu pengetahuan. Dengan
demikian dapatlah dikemukakan bahwa sebelum abad ke 17 tersebut ilmu pengetahuan
adalah identik dengan filsafat.

Dalam perkembangan lebih lanjut menurut Koento Wibisono (1999), filsafat itu
sendiri telah mengantarkan adanya suatu konfigurasi dengan menunjukkan bagaimana
“pohon ilmu pengetahuan” telah tumbuh mekar- bercabang secara subur. Masing-masing
cabang melepaskan diri dari batang filsafatnya, berkembang mandiri dan masing-masing
mengikuti metodologinya sendiri-sendiri.

Dengan demikian perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju


dengan munculnya ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu
pengetahuan baru bahkan ke arah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti
spesialisasi-spesialisasi. Oleh karena itu sangat tepat bahwa ilmu pengetahuan dapat
dilihat sebagai suatu sistem yang jalin menjalin dan taat asas (konsisten) dari ungkapan-
ungkapan yang sifat benar-tidaknya dapat ditentukan.

Terlepas dari berbagai macam pengelompokkan atau pembagian dalam ilmu


pengetahuan, sejak F.Bacon (1561-1626) mengembangkan semboyannya “Knowledge Is
Power”, kita dapat mensinyalir bahwa peranan ilmu pengetahuan terhadap kehidupan
manusia, baik individual maupun sosial menjadi sangat menentukan.

1
Karena itu implikasi yang timbul menurut Koento Wibisono (1984), adalah
bahwa ilmu yang satu sangat erat hubungannya dengan cabang ilmu yang lain serta
semakin kaburnya garis batas antara ilmu dasar-murni atau teoritis dengan ilmu terapan
atau praktis.Untuk mengatasi gap antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya,
dibutuhkan suatu bidang ilmu yang dapat menjembatani serta mewadahi perbedaan yang
muncul. Oleh karenanya, maka bidang filsafatlah yang mampu mengatasi hal tersebut.
Hal ini senada dengan pendapat Immanuel Kant (dalam Kunto Wibisono dkk., 1997)
yang menyatakan bahwa filsafat merupakan disiplin ilmu yang mampu menunjukkan
batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat. Oleh sebab itu Francis
Bacon (dalam The Liang Gie, 1999) menyebut filsafat sebagai ibu agung dari ilmu-ilmu
(the great mother of the sciences). Lebih lanjut Koento Wibisono dkk. (1997)
menyatakan, karena pengetahuan ilmiah atau ilmu merupakan “a higher level of
knowledge”, maka lahirlah filsafat ilmu sebagai penerusan pengembangan filsafat
pengetahuan. Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat menempatkan objek sasarannya: Ilmu
(Pengetahuan).

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan filsafat ilmu pengetahuan?

2. Bagaimana kedudukan ilmu pengetahuan dalam kehidupan?

C. Tujuan Makalah

1. Mengetahui yang dimaksut filsafat

2. Mengetahui kedudukan ilmu pengetahuan dalam kehidupan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat Ilmu Pengetahuan

Ilmu berasal dari bahasa arab yaitu alima – ya’lamu – ‘ilman dengan
wazan fa’ala – yaf’alu – fi’lan yang berarti mengerti, memahami benar-benar.
Ilmu dalam kamus Indonesia adalah pengetahuan suatu bidang yang disusun
secara konsisten menurut metode-metode tertentu, juga dapat digunakan untuk
menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu.

Ilmu merupakan terjemahan kata science (sain) yaitu pengetahuan yang


rasional dan didukung dengan bukti empiris. Dalam bentuk yang baku,
pengetahuan ilmu itu mempunyai paradigma dan metode tertentu. Paradigmanya
disebut paradigma ilmu dan metodenya disebut metode ilmiah. Formula utama
dalam pengetahuan ilmu (science) adalah buktikan bahwa itu rasional dan
tunjukkan bukti empirisnya. Jadi pengetahuan dapat berkembang menjadi ilmu
apabila memenuhi kriteria antara lain; mempunyai obyek kajian mempunyai
metode pendekatan, dan bersifat universal.

Ilmu merupakan sistem dari dari berbagai pengetahuan yang masing-


masing mengenai suatu pengalaman tertentu yang disusun melalui sistem tertentu,
sehingga menjadi suatu kesatuan, atau merupakan suatu sistem dari pengetahuan
yang masing-masing diperoleh sebagai hasil pemeriksaan yang dilakukan secara
teliti dengan memahami metode-metode tertentu yaitu induksi (kesimpulan yang
dimulai dari kasus perkasus) dan deduksi (kesimpulan yang dimulai dari
pernyataan umum.

Pengertian Pengetahuan

Ditinjau dari segi etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa
Inggris, yaitu Knowledge. Dalam Encyclopedia of philosophy dijelaskan bahwa
definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar. Sedangkan dari segi

3
terminology menurut Sidi Gazalba dalam kitab Sistematika Filsafat Pengetahuan
adalah sesuatu yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut
adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Pengetahuan itu adalah
semua milik pukiran. Dengan demikian pengetahuan adalah merupakan hasil
proses dari usaha manusia untuk tahu.

Pengetahuan adalah suatu istilah yang digunakan untuk menuturkan


apabila seseorang mengenal tentang sesuatu. Suatu hal yang menjadi
pengetahuannya adalah selalu terdiri atas unsur yang mengetahui dan yang
diketahui serta kesadaran mengenai hal yang ingin diketahuinya itu. Oleh Karena
itu pengetahuan selalu menuntut adanya subyek yang mempunyai kesadaran
untuk mengetahui tentang sesuatu dan obyek yang merupakan sesuatu yang
dihadapinya sebagai hal yang ingin diketahuinya. Jadi bisa dikatakan pengetahuan
adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk
memahami suatu obyek yang dihadapinya, atau hasil usaha manusia untuk
memahami suatu obyek tertentu.

Di sini yang menjadi sumbernya adalah hasil penyelidikan dengan


pengalaman (empirik) dan percobaan (eksperimen) yang kemudian diolah dengan
pikiran. Nilai kebenarannya adalah positif, sepanjang positifnya peralatan yang
digunakan dalam penyelidikannya, yaitu indera, pengalaman dan percobaannya,
maka ilmu pengetahuan selalu siap untuk diuji lagi kebenarannya, karenanya
kebenaran ilmu pengetahuan tetap diakui sebagai benar sampai ada pembuktian
dengan bukti yang lebih kuat.

Jadi pengetahuan dapat berkembang menjadi ilmu , apabila memenuhi


criteria antara lain; mempunyai obyek kajian, mempunyai metode pendekatan dan
bersifat universal.

Pengertian Filsafat

4
Dalam perkembangan sejarah ilmu filsafat, antara satu ahli filsafat dengan
ahli filsafat lainnya selalu berbeda seiring banyaknya ahli filsafat itu sendiri.
Pengertian filsafat dapat ditinjau secara etimologi dan terminology.

Arti Secara Etimologi

Kata Filsafat yang dalam bahasa Arab falsafah dan bahasa inggrisnya
dikenal dengan istilah Philosophy adalah berasal dari bahasa Yunani yaitu
Philosopic. Kata Philosophic terdiri dari kata Philein yang berarti cinta (Love) dan
sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom), sehingga secara etimologi filsafat
berarti cinta kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti yang sedalam-dalamnya.
Seorang filsuf adalah pecinta atau pencari kebijaksanaan.

Menurut Cicero, penulis Romawi (106-43 SM) kata filsafat pertama kali
digunakan oleh Pythagoras (497 SM), sebagai reaksi terhadap orang-orang
cendekiawan pada masanya yang menamakan dirinya “ahli pengetahuan”.

Arti filsafat saat itu belum begitu jelas, kemudian pengertian filsafat itu
diperjelas seperti halnya yang banyak dipakai sekarang ini oleh para kaum
sophist.

Arti secara terminology

Secara terminologi, para filsuf berbeda-beda pendapat dalam memberikan


definisi, sehingga dalam makalah ini penulis cukuplah memaparkan tiga definisi,
sebagai berikut :

1). Menurut Plato Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha meraih
kebenaran yang asli dan murni. Plato juga mengatakan bahwa filsafat adalah
penyelidikan tentang sebab-sebab dan asas yang paling akhir dari segala sesuatu
yang ada.

2. Menurut Al farabi, filsafat adalah ilmu yang menyelidiki hakikat yang


sebenarnya dari segala yang ada.

5
3. Sedangkan menurut Sidi Gazalba, filsafat adalah system kebenaran tentang
segala sesuatu yang dipersoalkan sebagai hasil dari berpikir secara radikal,
sistematis dan universal.

Karena memperhatikan berbagai batasan, tentunya masih banyak yang


belum dicantumkan. Namun dari yang terurai di atas dapatlah ditarik benang
merah sebagai kesimpulan bahwa fisafat adalah ilmu pngetahuan yang
menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam dengan mempergunakan
akal sampai pada hakikatnya. Filsafat bukannya mempersoalkan gejala-gejala
atau fenomena, tetapi yang dicari adalah hakekat dari fenomena.

B. Kedudukan Ilmu Pengetahuan Dalam Kehidupan

Ilmu sebagai proses ( kegiatan penelitian)

Ilmu pengetahuan sebagai proses juga dinamakan suatu aktifitas


penelitian. Ilmu secara nyata dan khas adalah suatu aktifitas manusia yakni
perbuatan melakukan sesuatu yang dilakukan oleh manusia. Ilmu tidak hanya satu
aktifitas saja, melainkan suatu rangkaian aktifitas sehingga merupakan sebuah
proses. Rangkaian aktifitas itu bersifat rasional, kognitif dan teologis.

Ilmu pengetahuan sebagai proses artinya kegiatan kemasyarakatan yang


dilakukan demi penemuan dan pemahaman dunia alami sebagaaimana adanya,
bukan sebagaimana yang kita kehendaki. Metode ilmiah yang khas dipakai dalam
proses ini adalah anatis rasionalis, obyektif, sejauh mungkin “ impersonal” dari
masalah yang didasarkan pada percobaan dan data yang dapat di amati.

Dari dua pendapat di atas, menyebabkan adanya seseorang yang


melaksanakan rangkaian aktifitas penelitian dalam bidang keilmuan, dan sekarang
lazim dinamakan ilmuwan (scientis)

Ilmu sebagai prosedur (Metode ilmiah)

6
Untuk memperjelas pengertian ilmu sebagai aktifitas penelitian, maka
harus diuraikan lebih lanjut dan lengkap mengenai cara dan langkah menuju hasil
ilmiah. Penelitian sebagai serangkaian aktifitas mengandung prosedur tertentu,
yakni serangkaian cara dan langkah tertib yang mewujudkan pola tetap.
Rangkaian cara dan langkah ini dalam dunia keilmuan disebut metode.. Untuk
lebih jelasnya dipakai istilah ‘metode ilmiah’ (scientific method).

Secara lebih khusus archie J. Bahm dalam bukunya “What in Science?”


menjelaskan bahwa metode ilmiah meliputi 5 langkah yaitu :

Menyadari akan masalah.

Menguji masalah.

Mengusulkan solusi.

Menguji usulan atau proposal masalah/pengujian hipotesa.

Memecahkan masalah.

Ilmu sebagai Produk (pengetahuan sistematis)

Dari pengertian ilmu sebagai proses yang merupakan penelitian ilmiah dan
prosedur yang mewujudkan metode ilmiah di atas, pada akhirnya keluarlah
produk berupa pengetahuan ilmiah (scientific knowledge). Ini merupakan
pengertian dan posisi ilmu yang ketiga.

Menurut Daoed Joesoef (1987) ilmu pengetahuan sebagai produk


pengetahuan yang telah diketahui dan diakui kebenarannya oleh masyarakat
ilmuwan. Pengetahuan dalam hal ini terbatas pada kenyataan yang mengandung
kemungkinan untuk disepakati dan terbuka untuk diteliti, diuji, dan dibantah oleh
seseorang.

Pengetahuan ilmiah dapat dibaca dalam buku-buku pelajaran, majalah-


majalah dan bahan-bahan bacaan lainnya yang ada dalam halaman- halaman

7
bacaan itu. Pengetahuan ilmiah dapat juga diserap dari pernyataan-pernyataan
yang diucapkan oleh seseorang dalam mimbar kuliah atau pertemuan.

Dari uraian-uraian pendapat di atas, menjelaskan bahwa ilmu merupakan


pengetahuan. Pengetahuan secara sederhana pada dasarnya adalah keseluruhan
keterangan dan ide yang terkandung dalam pernyataan-pernyataan yang dibuat
mengenai sesuatu gejala-peristiwa baik yang bersifat alamiah, social maupun
keorangan. Jadi pengetahuan menunjuk pada sesuatu yang merupakan isi (fakta)
substantive yang terkandung dalam ilmu

Tujuan ilmu terdapat bermacam-macam versi sesuai dengan apa yang


diharapkan oleh masing-masing ilmuwan. Di antara pendapat-pendapat ilmuwan
tersebut adalah :

Pendapat Robert Ackerman :

“ It is sometimes said that the aim science is to control nature, and


sometimes thst it is to understand nature”

(Kadang-kadang dikatakan bahwa tujuan ilmu ialah mengendalikan alam,


dan kadang-kadang untuk memahami alam)

Francis Bacon berpendapat bahwa “ The real end legitimate goal of the
sciences is the endowment of human life with new inventions and riches”

(Tujuan sah dan senyatanya dari ilmu-ilmu adalah sumbangan terhadap


hidup manusia dengan ciptaan-ciptaan baru dan kekayaan)

Pendapat Mario Bronowski

“The end Of scienceis to discover what true about the world. The activity
of science is directed to seek the truth, and it is judged by the criterion of being
true to the fact”

8
(Tujuan ilmu adalah menemukan apa yang benar mengenai dunia ini.
Aktivitas ilmu diarahkan untuk mencari kebenaran, dan ini dinilai dengan ukuran
apakah benar terhadap fakta-fakta)

Pendapat Mario Bunge

“Primarily to increase our knowledge (intrinsic or cognitive goal);


derivatively, to increase our welfare and power (extrinsic or utilitarian goals)”

(pertama-tama, meningkatkan pengetahuan kita (tujuan intrisik atau


kognitif); kelanjutannya meningkatkan kesejahteraan dan kekuasaan kita (tujuan
ektrinsik atau kemanfaatan)

Dari kutipan beberapa pendapat di atas ternyata ilmu mengarah pada


berbagai tujuan yang ingin dicapai atau dilaksanakan, dapat dirinci sebagai
berikut:

Pengetahuan (knowledge)

Kebenaran (truth)

Pemahaman (understanding, comprehension, insigt)

Penjelasan (explanation)

Peramalan (prediction)

Pengendalian (control)

Penerapan (application, invention, production)

Ilmu dikembangkan oleh para ilmuwan untuk mencapai kebenaran atau


memperoleh pengetahuan. Dari kedua hal itu ilmu diharapkan dapat pula
mendatangkan pemahaman kepada manusia mengenai alam semestanya, dunia
sekelilingnya, atau sekarang bahkan juga mengenai masyarakat lingkungannya

9
dan dirinya sendiri. Berdasarkan pemahaman itu ilmu dapat memberikan
penjelasan tentang gejala alam, peristiwa masyarakat, atau perilaku manusia yang
perlu Dijelaskan. Penjelasan dapat menjadi landasan untuk peramalan yang
selanjutnya bias merupakan pangkal bagi pengendalian terhadap sesuatu hal.
Akhirnya ilmu juga diarahkan pada tujuan penerapan yaitu untuk membuat aneka
sarana yang akan membantu manusia mengendalikan alam atau mencapai tujuan
praktis apapun. Dengan demikian ilmu tidak mengarah pada tujuan tunggal yang
terbatas melainkan pada macam-macam tujuan yang tampaknya dapat
berkembang terus sejalan dengan pemikiran para ilmuwan.

10
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Dari uraian makalah di atas dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu :

Ilmu berasal dari bahasa arab yaitu alima – ya’lamu – ‘ilman dengan
wazan fa’ala – yaf’alu – fi’lan yang berarti mengerti, memahami benar-benar.
Ilmu adalah kumpulan pengetahuan yang mengenai suatu kenyataan yang
tersusun sistematis, dari usaha manusia yang dilakukan dengan penyelidikan,
pengalaman dan percobaan-percobaan.

Ditinjau dari segi etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa
Inggris, yaitu Knowledge. Dalam Encyclopedia of philosophy dijelaskan bahwa
definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar. Sedangkan dari segi
terminology menurut Sidi Gazalba dalam kitab Sistematika Filsafat Pengetahuan
adalah sesuatu yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut
adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Pengetahuan itu adalah
semua milik pukiran. Dengan demikian pengetahuan adalah merupakan hasil
proses dari usaha manusia untuk tahu.

Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang


ada secara mendalam dengan mempergunakan akal sampai pada hakekatnya.
Filsafat bukannya mempersoalkan gejala-gejala atau fenomena, tetapi yang dicari
adalah hakikat dari suatu fenomena.

Posisi ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia adalah : a. ilmu


sebagai proses (aktivitas penelitian), b. Ilmu sebagai prosedur (metode ilmiah)
dan c. ilmu sebagai produk(pengetahuan sistematis)

Tujuan-tujuan ilmu oleh para ilmuwan dan filsuf antara lain adalah bahwa
ilmu itu bertujuan untuk mencapai kebenaran atau memperoleh pengetahuan. Dari
kedua hal itu ilmu diharapkan dapat pula mendatangkan pemahaman kepada
11
manusia mengenai alam semestanya, dunia sekelilingnya, atau sekarang bahkan
juga mengenai masyarakat lingkungannya dan dirinya sendiri.

B. Saran

12
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad hanafi, MA, Pengantar Filsafat Islam, (jakarta: Bulan Bintang, 1990)

Ahmad, Syadali, Mudzakir, Filsafat Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 1999)

Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu, Mengurai ontology, epistemology, dan Aksiologi


Pengetahuan (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006)

A. Khozin Afandi, Filsafat Ilmu dan beberapa pokok Ajaran Fenomenologi (tt, tt, 1997)

Amtsal, Bakhtir, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004)

Ananda, Santoso, Priyanti S, Kamus Lengkap bahasa Indonesia, (Surabaya : Kartika,


2005)

Ali Maksum, Pengantar Filsafat dari Masa klasik Hingga Postmodernisme, (Yogyakarta,
Ar Ruzz Media, 2008)

Asmoro Ahmadi, Filsafat Umum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada)

Daoed Joesoef, Pancasila kebudayaan dan ilmu pengetahuan’dalam Pancasila sebagai


Orientasi Pengembangan Ilmu, editor: Soeroso Prawiharjo dkk, Yogyakarta: Badan
Penerbit Kedaulatan Rakyat)

Hasan, Bakti, Nasution, Filsafat Umum, (Jakarta : Gaya Media Pratama, 2001)

Lasiyo dan Yuwono, Pengantar Ilmu Filsafat, (Yogyakarta: Liberty, 1985)

Muhammad Muslih, Filsafat Ilmu Kajian atas Asumsi Dasar Paradigma dan Kerangka
Teori Ilmu Pengetahuan, Yogyakarta: Belukar, 2006)

Rone, “Filsafat ilmu Pengetahuan”, dalam http ://blog.unila.ac.id , tt

Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2008)

13
The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu, Edisi Kedua Cetakan Ketujuh (Yogyakaarta:
Liberty, 2007)

14

Anda mungkin juga menyukai