“FILSAFAT ILMU”
Tentang
Luvita Sari
M. Muhaimin Ishak
Nurjanah
Rita Muntafiah
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT, yang maha kuasa, yang
telah memberikan rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ilmiah dengan sebaik-baiknya,
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu krintik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan tugas ini.
Harapan kami tugas ini dapat bermanfaat untuk orang lain, kami mohon maaf
apabila ada kesalahan atau kekurangan dalam penulisan tugas yang kami buat ini. Atas
perhatiaanya kami ucapkan terima kasih.
Penyusun,
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Kesimpulan ...................................................................................................
B. Saran ..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian landasan filsafat ilmu ?
2. apa landsan ontology ?
3. apa landasan epitemologi ?
4. apa landasan aksiologi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian landasan filsafat ilmu
2. Untuk mengertahui landasan ontology
3. Untuk mengetahui landasan epistemology
4. Untuk mengetahui landasan aksiologi
BAB II
PEMBAHASAN
1. Landasan Ontologi
Secara etimologi kata ontoogi berasal dari bahasa yunani sebagaimana adib,
dalam dalam konteks ini dapat kita pahami bahwa ontology berasal dari kata ontos dan
logos, ontos memiliki makna suatu wujud sedangkan makna logos berarti ilmu.1
Sedangkan dalam sosanto dengan akar kata ‘’on’’ sama dengan ‘’being’’. Dan
‘’logos’’ sama dengan ‘’logic’’. Yang memiliki makna teori tentang ‘’keberadaan
tentang keberadaan’’ 2. Jadi, Ontologi berarti ilmu yang membahas tentang hakiket
sesuatu yang ada/berada atau dengan kata lain artinya ilmu yang mempelajari tentang
“yang ada” atau dapat dikatakan berwujud dan berdasarkan pada logika. Sedangkan,
menurut istilah adalah ilmu yang membahas sesuatu yang telah ada, baik secara
jasmani maupun secara rohani. Disis lain, ontologi filsafat adalah cabang filsafat yang
membahas tentang prinsip yang paling dasar atau paling dalam dari sesuatu yang ada.
Objek kajian Ontologi disebut “ Ada” maksudnya berupa benda yang terdiri dari alam
, manusia individu, umum, terbatas dan tidak terbatas (jiwa). Di dalam ontologi juga
terdapat aliran yaitu aliran monoisme yaitu segala sesuatu yang ada berasal dari satu
sumber (1 hakekat). Dalam aspek Ontologi diperlukan landasan-landasan dari sebuah
pernyataan – pernyataan dalam sebuah ilmu. Landasan-landasan itu biasanya kita
sebut dengan Metafisika. Metafisika merupakan cabang dari filsafat yang menyelidiki
gerakan atau perubahan yang berkaitan dengan yang ada (being).
1 Mohammad adib, filsafat ilmu: ontology, epistemology, aksiologi, dan logika ilmu
pengetahuan (Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2011). Hlm, 69
2A. susanto, filsafat ilmu; suatu kajian dalam dimensi ontology, epistemology, dan aksioogi.
(Jakarta; Bumi Aksara, 2011) hlm. 91
2. Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut?
3. Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti
berpikir, merasa, dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan?
4. Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa
ilmu?
Aspek ontologi ilmu pengetahuan tertentu hendaknya diuraikan/ditelaah secara :
Dilihat dari landasan ontologi, maka ilmu akan berlainan dengan bentuk-
bentuk pengetahuan lainnya. Ilmu yang mengkaji problem-problem yang telah
diketahui atau yang ingin diketahui yang tidak terselesaikan dalam pengetahuan
sehari-hari. Masalah yang dihadapi adalah masalah nyata. Ilmu menjelaskan berbagai
fenomena yang memungkinkan manusia melakukan tindakan untuk menguasai
fenomena tersebut berdasarkan penjelasan yang ada.
Ilmu dimulai dari kesangsian atau keragu-raguan bukan dimulai dari kepastian,
sehingga berbeda dengan agama yang dimulai kepastian. Ilmu memulai dari keragu-
raguan akan objek yang berada dalam jangkauan pengalaman manusia. Objek
pengenalan ilmu mencakup kejadian-kejadian atau seluruh aspek kehidupan yang
dapat diuji oleh pengalaman manusia. Jadi ontologi ilmu adalah ciri-ciri yang essensial
dari objek ilmu yang berlaku umum, artinya dapat berlaku juga bagi cabang-cabang
ilmu yang lain. Ilmu berdasar beberapa asumsi dasar untuk mendapatkan pengetahuan
tentang fenomena yang menampak. Asumsi dasar ialah anggapan yang merupakan
dasar dan titik tolak bagi kegiatan setiap cabang ilmu pengetahuan. Asumsi dasar ini
menurut Endang Saifudin ada dua macam sumbernya:
Pertama, mengambil dari poslutat, yaitu kebenaran-kebenaran apriori, yaitu
dalil yang dianggap benar walaupun kebenarannya tidak dapat dibuktikan, kebenaran
yang sudah diterima sebelumnya secara mutlak. Kedua, mengambil dari teori sarjana
atau ahli yang lain terdahulu, yang kebenarannya disangsikan lagi oleh masyarakat,
terutama oleh si penyelidik itu sendiri. Megenai asumsi dasar dalam keilmuan,
Harsojo menybutkan tentang macamnya dalam karangan “apakah ilmu itu dan ilmu
gabungan tentang tingkah laku manusia” meliputi:
1. Dunia itu ada, dan kita dapat mengetahui bahwa dunia itu benar ada. Apakah benar
dunia ada? Pertanyaan itu bukanlah pertanyaan ilmiah, melainkan pertanyaan
filsafat. Oleh karena itu ilmu yang kita pelajari itu adalah ilmu pengetahuan
empiris, maka landasanya adalah dunia empiris itu sendiri, yang eksistensinya tidak
diragukan lagi. “Dunia itu ada” diterima oleh ilmu dengan begitu saja, dengan
apriori atau dengan kepercayaan. Setelah ilmu menerima kebenaran eksistensi
dunia empiris itu, barulah ilmu mengajukan pertanyaan-pertanyaan lebih lanjut,
seperti misalnya: Bagaimanakah dunia empiris alam dan social itu tersusun.
2. Dunia empiris itu dapat diketahui oleh manusia melalui pancaindera. Mungkin ada
jalan-jalan lain untuk mendapatkan pengetahuan mengenai dunia empiris itu, akan
tetapi bagi ilmu satu-satunya ialah jalan untuk mengetahui fakta ilmiah adalah
melalui pancaindera. Adanya penyempurnaan terhadap pancaindera manusia
dengan membuat alat-alat ekstension yang lebih halus … tidak mengurangi
kenyataan bahwa pengetahuan tentang dunia empiris itu diperoleh melalui
pancaindera. Ilmu bersandar kepada kemampuan pancaindera manusia beserta alat-
alat ekstentionnya.
3. Fenoma-fenomena yang terdapat di dunia ini berhubungan satu sama lain secara
kausal. Berdasarkan atas postulat bahwa fenomena-fenomena di dunia itu saling
berhubungan secara kausal, maka ilmu nencoba untuk mencari dan menemukan
sistem, struktur, organisasi, pola-pola dan kaidah-kaidah di belakang fenomena-
fenomena itu, dengn jalan menggunakan metode ilmiahnya.
2. Landasan Epistemologis
Sedangkan Runes dalam kamusnya yang dikutip oleh Ali Anwar dan Tono TP,
epistemology is the branch of philosophy which investigates the origin, structure,
metdhos, and and validity of knowledge. 3 Sedangkan dalam kaelan, epistemology
adalah salah satu cabang filsafat yang pokok. Epistemology berasal dari bahasa
yunani dari kata “episteme” yang berarti pengetahuan atau ilmu pengetahuan.
Sedangkan “logos” yang juga berarti pengetahuan. Pembahasan berikutnya
mengenai pengetahuan manusia, sebagaimana dijelaskan di awal bahwasanya
masalah epistemilogi hrus diletakkan dalam kerangka bangunan filsafat manusia.
Hal ini lebih mengarah kepada hakikat manusia yang terdiri dari bebrapa unsur,
diantaranya adalah mengenai ilmu pengetahuan. Maka berbicara tentang hakikat
manusia dalam kerangka ini maka mau tidak mau harus berbicara tentang upaya
manusia memperoleh ilmu pengetahuan.4 Epistimologi membahas secara mendalam
segenap proses yang terlibat dalam usaha untuk memperoleh pengetahuan. Dengan
kata lain, epistimologi adalah suatu teori pengetahuan. Ilmu merupakan
pengetahuan yang diperoleh melalui proses tertentu yang dinamakan metode
keilmuan. Kegiatan dalam mencari pengetahuan tentang apapun selama hal itu
terbatas pada objek empiris dan pengetahuan tersebut diperoleh dengan
menggunakan metode keilmuan, sah disebut keilmuan. Kata-kata sifat keilmuan
lebih mencerminkan hakikat ilmu daripada istilah ilmu sebagai kata benda. Hakikat
keilmuan ditentukan oleh cara berfikir yang dilakukan menurut syarat keilmuan
yaitu bersifat terbuka dan menjunjung kebenaran diatas segala-segalanya (Jujun S.
Suriasumantri, 1991, hal 9).
3 Ali Anwar dan Tono TP, Rangkuman Ilmu Perbandingan Agama dan Filsafat (Bandung:
Pustaka Setia,2005), hal 33
3. Landasan Aksiologis
Aksiologi berasaal dari bahasa yunani yaitu: axios yang berarti sesuai atau
wajar. Sedangkan logos berarti ilmu, akan tetapi aksiologi juga dapat disebut teori
nilai. Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang membicarakan tentang tujuan
ilmu pengetahuan itu sendiri dan bagaimana manusia menggunakan ilmu tersebut.
Dalam ha ini yang ingin dicapai oleh aksiologi adalah hakikat dan manfaat yang
terdapat dalam suatu pengetahuan, jadi aksiologi disini adalah menyangkut masalah
nilai kegunaan ilmu. Dewasa ini, axios=nilai dan logos=teori, istilah ini sebenarnya
lebih akrab dipakai dalam istilah filosofi.5 Adapun aksiologi dalam kamus besar
bahasa Indonesia aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan
manusia; atau kajian tentang nilai, khususnya etika.6 Dasar aksiologis ilmu
membahas tentang manfaat yang diperoleh manusia dari pengetahuan yang
didapatkannya. Tidak dapat dipungkiri bahawa ilmu telah memberikan kemudahan-
kemudahan bagi manusia dalam menegndalikan kekuatan-kekuatan alam. Dengan
mempelajari atom kita dapat memanfaatkannya untuk sumber energi bagi
keselamatan manusia, tetapi hal ini juga dapat menimbulkan malapetaka bagi
5 Tim penyusun, pengantar filsafat (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2011), hlm 92-93
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pandangan para ilmuan tentang pentingnya pertimbangan nilai memang
dapat dibedakan menjadi dua kelompok, namun keduanya tidak saling
bertentangan. Pertimbangan nilai etik dan kemanfaatan tidak dimaksudkan
untuk mengubah ciri-ciri metode ilmiah, melainkan untuk menjamin
kepentingan masyarakat. Landasan ontologis dari ilmu pengetahuan adalah
analisi tentang objek materi dari ilmu pengetahuan. Objek materi ilmu
pengetahuan adalah hal-hal atau benda-benda empiris. Landasan epistemologis
dari ilmu pengetahuan adalah analisis tentang proses tersusunnya ilmu
pengetahuan. Ilmu pengetahuan disusun melalui proses yang disebut metode
Ilmiah (keilmuan). Landasan aksiologis dari ilmu pengetahuan adalah analisis
tentang penerapan hasil-hasil temuan ilmu pengetahuan. Penerapan ilmu
pengetahuan di maksudkan untuk memudahkan pemenuhan kebutuhan-
kebutuhan dan keluhuruan hidup manusia.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ali Anwar dan Tono TP, 2005. Rangkuman Ilmu Perbandingan Agama dan Filsafat
Bandung: Pustaka Setia
Kaelan,2002. filsafat pancasila; pandangan hidup bangsa Indonesia Yogyakarta;
Paradigma
Mohammad adib 2011, filsafat ilmu: ontology, epistemology, aksiologi, dan logika
ilmu pengetahuan . Yogyakarta; Pustaka Pelajar
A. susanto. 2011, filsafat ilmu; suatu kajian dalam dimensi ontology, epistemology,
dan aksioogi. Jakarta; Bumi Aksara