Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

“FILSAFAT ILMU”

Tentang

“LANDASAN FILSAFAT ILMU”

Dosen pengampu: Dr. H. M. Salman, M.Pd.I

Disusun oleh: kelompok 3

Luvita Sari

M. Muhaimin Ishak

Nurjanah

Rita Muntafiah

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (V B)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AN-NADWAH KUALA TUNGKAL

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT, yang maha kuasa, yang
telah memberikan rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ilmiah dengan sebaik-baiknya,

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu krintik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan tugas ini.

Harapan kami tugas ini dapat bermanfaat untuk orang lain, kami mohon maaf
apabila ada kesalahan atau kekurangan dalam penulisan tugas yang kami buat ini. Atas
perhatiaanya kami ucapkan terima kasih.

Kuala Tungkal, November 2020

Penyusun,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................

DAFTAR ISI ............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..............................................................................................


B. Rumusan Masalah .........................................................................................
C. Tujuan ...........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian landasan filsafat ilmu ..................................................................

1. Landasan ontology ............................................................................


2. Landasan epistimelogy ......................................................................
3. Landasan aksiologi …………………………………………………

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................................
B. Saran ..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu menurut al-Gazali diartikan sebagai mengetahui sesuatu sebagaimana


sesuatu itu ( ma’rifah asy-sya’i  ‘ala ma huwa ) sedangkan falsafal berasal dari bahasa
yunani yaitu dari kata philosophia . philo berarti cinta , shopia berarti pengetahuan ,
kebijaksanaan . philosophia artinya cinta kebijaksanaan . Dalam mata kuliah falsafah
kesatuan ilmu terdapat tiga landasan filosofis yang perlu dikaji secara rinci .
Pemakalah akan mencoba menjelaskan dan mendiskusikannya secara mendalam
tentang ontologis , epistemologis , dan aksiologis .

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian landasan filsafat ilmu ?
2. apa landsan ontology ?
3. apa landasan epitemologi ?
4. apa landasan aksiologi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian landasan filsafat ilmu
2. Untuk mengertahui landasan ontology
3. Untuk mengetahui landasan epistemology
4. Untuk mengetahui landasan aksiologi
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian landasan filsafat ilmu

Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau


hakikat pendidikan, yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok seperti: Apakah
pendidikan itu ? Mengapa pendidikan itu diperlukan ? Apa yang seharusnya menjadi
tujuanya, dan sebagainya. Landasan filosofis adalah landasan yang berdasarkan atau
bersifat atau filsafat (falsafah, falsafah). Kata filsafat (philosophy) bersumber dari
bahasa Yunani, philien berarti mencintai, dan sophos atau sophis berarti hikmah, arif,
atau bijaksana. Filsafat menelaah sesuatu secara radikal, menyeluruh, dan konseptual
yang menghasilkan konsepsi-konsepsi mengenai kehidupan dan dunia.

Konsepsi-konsepsi filosofis tentang kehidupan manusia dan dunianya pada umumnya


bersumber dari dua faktor, yaitu :

Religi dan etika yang bertumpu pada keyakinan

Ilmu pengetahuan yang mengandalakan penelaran .

Filsafat berada  diantara keduanya : Kawasannya seluas dengan relegi, namun


lebih dekat dengan ilmu pengetahuan karena filsafat timbul dari keragua-raguan dank
arena mengandalkan akal manusia. Tinjauan filosofis tentang sesuatu, termasuk
pendidikan, berarti berpikir bebas serta merentang pikiran sampai sejauh-jauhnya
tentang sesuatu hal. Penggunaan istilah filsafat dapat diartikan dalam dua pendekatan,
yakni : Filsafat sebagai kelanjutan dari berpikir ilmiah, yang dapat dilakukan oleh
setiap orang serta sangat bermanfaat dalam member makna kepada ilmu penegatahuan
Filsafat sebagai kajian khusus yang formal, yang mencakup logika, epistimologi
(tantang benar atau salah), etika (tentang baik dan buruk), estetika (tentang indah dan
jelek), Metafisika (tentang hakikat yang ada, termasuk akal itu sendii), serta sosial dan
politik (filsafat pemerintah)
Jujun Suriasumantri berpendapat, bahwa semua pengetahuan apakah itu  ilmu,
seni atau pengetahuan apa saja pada  dasarnya memilki tiga landasan yaitu, ontologis,
epistimologis, dan aksiologis.

1. Landasan Ontologi

Secara etimologi kata ontoogi berasal dari bahasa yunani sebagaimana adib,
dalam dalam konteks ini dapat kita pahami bahwa ontology berasal dari kata ontos dan
logos, ontos memiliki makna suatu wujud sedangkan makna logos berarti ilmu.1
Sedangkan dalam sosanto dengan akar kata ‘’on’’ sama dengan ‘’being’’. Dan
‘’logos’’ sama dengan ‘’logic’’. Yang memiliki makna teori tentang ‘’keberadaan
tentang keberadaan’’ 2. Jadi, Ontologi berarti ilmu yang membahas tentang hakiket
sesuatu yang ada/berada atau dengan kata lain  artinya ilmu yang mempelajari tentang
“yang ada” atau dapat dikatakan berwujud dan berdasarkan pada logika.  Sedangkan, 
menurut istilah adalah ilmu yang membahas sesuatu yang telah ada, baik secara
jasmani maupun secara rohani. Disis lain, ontologi filsafat adalah cabang filsafat yang
membahas tentang prinsip yang paling dasar atau paling dalam dari sesuatu yang ada.
Objek kajian Ontologi disebut “ Ada” maksudnya berupa benda  yang terdiri dari alam
, manusia individu, umum, terbatas  dan tidak terbatas (jiwa). Di dalam ontologi juga
terdapat  aliran yaitu  aliran monoisme yaitu segala sesuatu yang ada berasal dari satu
sumber (1 hakekat). Dalam aspek Ontologi diperlukan landasan-landasan dari sebuah
pernyataan – pernyataan dalam sebuah  ilmu. Landasan-landasan itu biasanya kita
sebut dengan Metafisika. Metafisika merupakan cabang dari filsafat yang menyelidiki
gerakan atau perubahan yang berkaitan dengan yang ada (being).

Dalam hal ini, aspek Ontologi menguak beberapa hal, diantaranya:

1. Obyek apa yang telah ditelaah ilmu?

1 Mohammad adib, filsafat ilmu: ontology, epistemology, aksiologi, dan logika ilmu
pengetahuan (Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2011). Hlm, 69

2A. susanto, filsafat ilmu; suatu kajian dalam dimensi ontology, epistemology, dan aksioogi.
(Jakarta; Bumi Aksara, 2011) hlm. 91
2. Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut?
3. Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti
berpikir, merasa, dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan?
4. Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa
ilmu?
Aspek ontologi ilmu pengetahuan tertentu hendaknya diuraikan/ditelaah secara :

1. Metodis            : menggunakan cara ilmiah.


2. Sistematis         :saling berkaitan satu sama lain secara teratur  dalam satu
keseluruhan.
3. Koheren           : Unsur – unsur harus bertautan tidak boleh
mengandung uraian yang bertentangan.

1. Rasional           : Harus berdasarkan pada kaidah berfikir yang benar (logis)


2. Komprehensif  : Melihat obyek tidak hanya dari satu sisi/sudut pandang,
melainkan secara multidimensional atau secara keseluruhan.
3. Radikal            : Diuraikan sampai akar persoalan, atau esensinya.
4. Universal          : Muatan kebenaranya sampai tingkat umum  yang berlaku
dimana saja.
Hakikat dari Ontologi  Ilmu Pengetahuan

1. Ilmu berasal dari riset (penelitian)


2. Tidak ada konsep wahyu
3. Adanya konsep pengetahuan empiris
4. Pengetahuan rasional, bukan keyakinan
5. Pengetahuan metodologis
6. Pengetahuan observatif
7. Menghargai asas verifikasi (pembuktian)
8. Menghargai asas skeptisisme yang redikal.
Jadi, Ontologi pengetahuan filsafat adalah ilmu yang mempelajari suatu yang
ada atau berwujud berdasarkan logika sehigga dapat diterima oleh banyak orang yang
bersifat rasional dapat difikirkan dan sudah terbukti keabsahaanya. Ontologi
membahas tentang apa yang ingin diketahui atau dengan kata lain merupakan suatu
pengkajian mengenai teori tentang ada. Dasar ontologis dari ilmu berhubungan dengan
materi yang menjadi objek penelaahan ilmu.

Berdasarkan objek yang telah ditelaahnya, ilmu dapat disebut sebagai


pengetahuan empiris, karena objeknya adalah sesuatu yang berada dalam jangkauan
pengalaman manuskia yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh
panca indera manusia. Berlainan dengan agama atau bentuk-bentuk pengetahuan yang
lain, ilmu membatasi diri hanya kepada kejadian-kejadian yang empiris, selalu
berorientasi terhadap dunia empiris.

Dilihat dari landasan ontologi, maka ilmu akan berlainan dengan bentuk-
bentuk pengetahuan lainnya. Ilmu yang mengkaji problem-problem yang telah
diketahui atau yang ingin diketahui yang tidak terselesaikan dalam pengetahuan
sehari-hari. Masalah yang dihadapi adalah masalah nyata. Ilmu menjelaskan berbagai
fenomena yang memungkinkan manusia melakukan tindakan untuk menguasai
fenomena tersebut berdasarkan penjelasan yang ada.

Ilmu dimulai dari kesangsian atau keragu-raguan bukan dimulai dari kepastian,
sehingga berbeda dengan agama yang dimulai kepastian. Ilmu memulai dari keragu-
raguan akan objek yang berada dalam jangkauan pengalaman manusia. Objek
pengenalan ilmu mencakup kejadian-kejadian atau seluruh aspek kehidupan yang
dapat diuji oleh pengalaman manusia. Jadi ontologi ilmu adalah ciri-ciri yang essensial
dari objek ilmu yang berlaku umum, artinya dapat berlaku juga bagi cabang-cabang
ilmu yang lain. Ilmu berdasar beberapa asumsi dasar untuk mendapatkan pengetahuan
tentang fenomena yang menampak. Asumsi dasar ialah anggapan yang merupakan
dasar dan titik tolak bagi kegiatan setiap cabang ilmu pengetahuan. Asumsi dasar ini
menurut Endang Saifudin ada dua macam sumbernya:
Pertama, mengambil dari poslutat, yaitu kebenaran-kebenaran apriori, yaitu
dalil yang dianggap benar walaupun kebenarannya tidak dapat dibuktikan, kebenaran
yang sudah diterima sebelumnya secara mutlak. Kedua, mengambil dari teori sarjana
atau ahli yang lain terdahulu, yang kebenarannya disangsikan lagi oleh masyarakat,
terutama oleh si penyelidik itu sendiri. Megenai asumsi dasar dalam keilmuan,
Harsojo menybutkan tentang macamnya dalam karangan “apakah ilmu itu dan ilmu
gabungan tentang tingkah laku manusia” meliputi:

1. Dunia itu ada, dan kita dapat mengetahui bahwa dunia itu benar ada. Apakah benar
dunia ada? Pertanyaan itu bukanlah pertanyaan ilmiah, melainkan pertanyaan
filsafat. Oleh karena itu ilmu yang kita pelajari itu adalah ilmu pengetahuan
empiris, maka landasanya adalah dunia empiris itu sendiri, yang eksistensinya tidak
diragukan lagi. “Dunia itu ada” diterima oleh ilmu dengan begitu saja, dengan
apriori atau dengan kepercayaan. Setelah ilmu menerima kebenaran eksistensi
dunia empiris itu, barulah ilmu mengajukan pertanyaan-pertanyaan lebih lanjut,
seperti misalnya: Bagaimanakah dunia empiris alam dan social itu tersusun.
2. Dunia empiris itu dapat diketahui oleh manusia melalui pancaindera. Mungkin ada
jalan-jalan lain untuk mendapatkan pengetahuan mengenai dunia empiris itu, akan
tetapi bagi ilmu satu-satunya ialah jalan untuk mengetahui fakta ilmiah adalah
melalui pancaindera. Adanya penyempurnaan terhadap pancaindera manusia
dengan membuat alat-alat ekstension yang lebih halus … tidak mengurangi
kenyataan bahwa pengetahuan tentang dunia empiris itu diperoleh melalui
pancaindera. Ilmu bersandar kepada kemampuan pancaindera manusia beserta alat-
alat ekstentionnya.
3. Fenoma-fenomena yang terdapat di dunia ini berhubungan satu sama lain secara
kausal. Berdasarkan atas postulat bahwa fenomena-fenomena di dunia itu saling
berhubungan secara kausal, maka ilmu nencoba untuk mencari dan menemukan
sistem, struktur, organisasi, pola-pola dan kaidah-kaidah di belakang fenomena-
fenomena itu, dengn jalan menggunakan metode ilmiahnya.

2. Landasan Epistemologis
Sedangkan Runes dalam kamusnya yang dikutip oleh Ali Anwar dan Tono TP,
epistemology is the branch of philosophy which investigates the origin, structure,
metdhos, and and validity of knowledge. 3 Sedangkan dalam kaelan, epistemology
adalah salah satu cabang filsafat yang pokok. Epistemology berasal dari bahasa
yunani dari kata “episteme” yang berarti pengetahuan atau ilmu pengetahuan.
Sedangkan “logos” yang juga berarti pengetahuan. Pembahasan berikutnya
mengenai pengetahuan manusia, sebagaimana dijelaskan di awal bahwasanya
masalah epistemilogi hrus diletakkan dalam kerangka bangunan filsafat manusia.
Hal ini lebih mengarah kepada hakikat manusia yang terdiri dari bebrapa unsur,
diantaranya adalah mengenai ilmu pengetahuan. Maka berbicara tentang hakikat
manusia dalam kerangka ini maka mau tidak mau harus berbicara tentang upaya
manusia memperoleh ilmu pengetahuan.4 Epistimologi membahas secara mendalam
segenap proses yang terlibat dalam usaha untuk memperoleh pengetahuan. Dengan
kata lain, epistimologi adalah suatu teori pengetahuan. Ilmu merupakan
pengetahuan yang diperoleh melalui proses tertentu yang dinamakan metode
keilmuan. Kegiatan dalam mencari pengetahuan tentang apapun selama hal itu
terbatas pada objek empiris dan pengetahuan tersebut diperoleh dengan
menggunakan metode keilmuan, sah disebut keilmuan. Kata-kata sifat keilmuan
lebih mencerminkan hakikat ilmu daripada istilah ilmu sebagai kata benda. Hakikat
keilmuan ditentukan oleh cara berfikir yang dilakukan menurut syarat keilmuan
yaitu bersifat terbuka dan menjunjung kebenaran diatas segala-segalanya (Jujun S.
Suriasumantri, 1991, hal 9).

Epistemologi adalah bagian ilmu yang membahas pengetahuan manusia dalam


berbagai jenis dan ukuran kebenarannya. Karena itu dalam pembahasan
epistemologi biasanya berhubungan dengan apa itu pengetahuan? Apa yang dapat
kita ketahui? Bagaimana cara kita mengetahui sesuatu? Bagaimana relasi

3 Ali Anwar dan Tono TP, Rangkuman Ilmu Perbandingan Agama dan Filsafat (Bandung:
Pustaka Setia,2005), hal 33

4 Kaelan, filsafat pancasila; pandangan hidup bangsa Indonesia(Yogyakarta; Paradigma,


2002). Hal: 98-99
pengetahuan dengan kepercayaan, konsepsi, persepsi, intuisi, dan sebagainya?
sampai persoalan apa yang menjadi ukuran kebenaran bagi pengetahuan tersebut?.

Secara umum dipahami bahwa epistemologi menjadi landasan nalar filsafat,


untuk memberikan keteguhan dan kekukuhannya bahwa manusia dapat
memperoleh kebenaran dan pengetahuan. Di bawah ini, dapat disebutkan beberapa
nilai penting epistemologi, yaitu:

1. Epistemologi memberikan kepercayaan bahwa manusia mampu mencapai


pengetahuan. Kita ketahui bahwa pada masa Yunani Kuno, ada kelompok
sophis yang menggugat kemampuan manusia untuk memperoleh pengetahuan,
dan masa kini kelompok ini lebih dikenal dengan skeptisisme dan agnotisisme.
Kelompok ini menegaskan bahwa manusia tidak memiliki pengetahuan, karena
tidak ada fondasi yang pasti bagi pengetahuan kita. Untuk itulah, maka kajian
epistemologi penting guna mengupas problematika ini sehingga kita dapat
menyatakan bahwa manusia dapat memperoleh pengetahuan dan mendapatkan
kepastian.
2. Epistemologi memberikan manusia keyakinan yang kuat akan pandangan
dunia (world view) dan ideologi yang dianutnya. Agama berisi pandangan
dunia, pandangan dunia diperoleh melalui penalaran filsafat yang basisnya
epistemologi. Karena itu, jika epistemologinya kokoh, maka kajian filsafatnya
juga akan kokoh sehingga pandangan dunia dan ideologi, serta agama yang
dianut pun akan memiliki kekokohan dan keutuhan.
3. Di dunia ini banyak aliran pemikiran yang berkembang dan terus
disosialisasikan oleh para penganutnya. Karena setiap aliran pemikiran didapat
dari penyimpulan pengetahuan, ini berarti pemikiran juga berurusan dengan
epistemologi. Untuk itu, epistemologi akan memberikan kita kemampuan
untuk memilih dan memilah pemikiran yang berkembang dan membanding-
bandingkannya sehingga diketahui mana yang benar dan mana yang keliru.
4. Epistemologi mengukuhkan nilai dan kemampuan akal serta kebenaran dan
kesahihan metodenya dalam mendapatkan pengetahuan yang benar. Bagi
kalangan empirisme, indera merupakan jalan utama memperoleh pengetahuan.
Adapun akal, tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang dunia, karena
—seperti dikatakan David Hume—semua yang masuk akal tentang dunia
adalah bersifat induktif, dan pemikiran induktif tidak menjamin kebenaran
hasilnya. Jadi epistemologi akan mengkaji leshahihan metode akal atau pun
metode empiris.
5. Salah satu hal yang sering kita lakukan adalah tindakan akumulatif
pengetahuan. Artinya, manusia memiliki kemampuan untuk memperbanyak
pengetahuan dari berbagai hal yang umumnya telah kita ketahui terlebih
dahulu. Untuk itulah, epistemologi memberikan sarana bagi manusia untuk
melipatgandakan pengetahuannya dari bahan-bahan dasar yang telah ada dalam
mentalnya melalui teknik-teknik yang sistematis dan teratur. 

3. Landasan Aksiologis

Aksiologi berasaal dari bahasa yunani yaitu: axios yang berarti sesuai atau
wajar. Sedangkan logos berarti ilmu, akan tetapi aksiologi juga dapat disebut teori
nilai. Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang membicarakan tentang tujuan
ilmu pengetahuan itu sendiri dan bagaimana manusia menggunakan ilmu tersebut.
Dalam ha ini yang ingin dicapai oleh aksiologi adalah hakikat dan manfaat yang
terdapat dalam suatu pengetahuan, jadi aksiologi disini adalah menyangkut masalah
nilai kegunaan ilmu. Dewasa ini, axios=nilai dan logos=teori, istilah ini sebenarnya
lebih akrab dipakai dalam istilah filosofi.5 Adapun aksiologi dalam kamus besar
bahasa Indonesia aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan
manusia; atau kajian tentang nilai, khususnya etika.6 Dasar aksiologis ilmu
membahas tentang manfaat yang diperoleh manusia dari pengetahuan yang
didapatkannya. Tidak dapat dipungkiri bahawa ilmu telah memberikan kemudahan-
kemudahan bagi manusia dalam menegndalikan kekuatan-kekuatan alam. Dengan
mempelajari atom kita dapat memanfaatkannya untuk sumber energi bagi
keselamatan manusia, tetapi hal ini juga dapat menimbulkan malapetaka bagi

5 Tim penyusun, pengantar filsafat (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2011), hlm 92-93

6 KBBI-kamus Besar Bahasa Indonesia-digital


manusia, tetapi hal ini juga dapat menimbulkan malapetaka bagi manusia.
Penciptaan bom akan meningkatkan kualitas persenjataan dalam perang, sehingga
jika senjata itu dipergunakan akan mengancam keselamatan umat manusia.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pandangan para ilmuan tentang pentingnya pertimbangan nilai memang
dapat dibedakan menjadi dua kelompok, namun keduanya tidak saling
bertentangan. Pertimbangan nilai etik dan kemanfaatan tidak dimaksudkan
untuk mengubah ciri-ciri metode ilmiah, melainkan untuk menjamin
kepentingan masyarakat. Landasan ontologis dari ilmu pengetahuan adalah
analisi tentang objek materi dari ilmu pengetahuan. Objek materi ilmu
pengetahuan adalah hal-hal atau benda-benda empiris. Landasan epistemologis
dari ilmu pengetahuan adalah analisis tentang proses tersusunnya ilmu
pengetahuan. Ilmu pengetahuan disusun melalui proses yang disebut metode
Ilmiah (keilmuan). Landasan aksiologis dari ilmu pengetahuan adalah analisis
tentang penerapan hasil-hasil temuan ilmu pengetahuan. Penerapan ilmu
pengetahuan di maksudkan untuk memudahkan pemenuhan kebutuhan-
kebutuhan dan keluhuruan hidup manusia.

B. Saran

Pemakalah menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan,


untuk itu pemakalah memohon kritik dan saran dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini

DAFTAR PUSTAKA

Ali Anwar dan Tono TP, 2005. Rangkuman Ilmu Perbandingan Agama dan Filsafat
Bandung: Pustaka Setia
Kaelan,2002. filsafat pancasila; pandangan hidup bangsa Indonesia Yogyakarta;
Paradigma

Tim penyusun,2011. pengantar filsafat Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press

KBBI-kamus Besar Bahasa Indonesia-digital

Mohammad adib 2011, filsafat ilmu: ontology, epistemology, aksiologi, dan logika
ilmu pengetahuan . Yogyakarta; Pustaka Pelajar

A. susanto. 2011, filsafat ilmu; suatu kajian dalam dimensi ontology, epistemology,
dan aksioogi. Jakarta; Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai