Filsafat Ilmu
Riska Amelia :
Riadhus Solehah :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan limpahan kesehatan jasmani dan rohani serta rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dari mata
kuliah Filsafat Ilmu dengan judul “Ontologi Sain”,insyaallah telah
diselesaikan dengan baik.
Kelompok 5
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN........................................................................................11
B. SARAN....................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
A. Latar Belakang
Ontologi PENDAHULUAN
4
objeknya tidak dibatasi pada satu bidang kajian saja dan objeknya dibahas
secara filosofis atau reflektif rasional, karena filsafat mencari apa yang
hakikat. Apabila ilmu pengetahuan tujuannya memperoleh data secara rinci
untuk menemukan pola-polanya, maka filsafat tujuannya mencari hakiki,
untuk itu perlu pembahasan yang mendalam. Apabila ilmu pengetahuannya
datanya mendetail dan akurat tetapi tidak mendalam, maka filsafat datanya
tidak perlu mendetail dan akurat, karena yang dicari adalah hakekatnya, yang
penting data itu dianalisis secara mendalam.
Dari latar belakang tersebut, maka dalam makalah ini akan di bahas mengenai
Objek Ontologi Ilmu.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari ontologi sains?
2. Apakah pengertian ilmu?
3. Apa saja struktur ilmu sains
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian ontologi sains dalam filsafat ilmu.
2. Untuk mengetahui pengetian ilmu.
3. Untuk mengetahui struktur ilmu sain.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Sedangkan menurut Jujun S. Sulasumantri dalam pengantar ilmu dalam
perspektif mengatakan, ontology membahas apa yang ingin kita ketahui, seberapa
jauh kita ingin tahu, atau dengan perkataan lain, suatu pengkajian mengenai teori
tentang ada.3
2. Sains
Kata sains berasal dari bahasa latin scentia yang berarti pengetahuan. Jadi,
sains merupakan pengetahuan yang di peroleh melalui pembelajaran dan
pembuktian atau pengetahuan yang melingkupi suatu kebenaran umum dari
hukum- hukum alam yang terjadi misalnya, didapatkan dan di buktikan melalui
metode ilmiah. Sains dalam hal ini merujuk kepada sebuah system untuk
mendapatkan pengetahuan dengan menggunakan pengamatan dan eksperimen
untuk menggambarkan dan menjelaskan fenomena yang terjadi di alam.
3. Ontologi sains
Ontologi sains adalah pembahasan tentang hakikat dan struktur sains. Hakikat
sains menjawab apa itu sains sebenarnya, dan struktur sains menjeaskan cabang-
cabang sains. Hakikat sains ada dua pengetahuan yaitu:
a. Rasionalisme
3
Amsal Bakhtiar, Op. Cit, hlm.133.
7
b. Empirisme
B. Struktur Sains
Dalam garis besarnya sain dibagi dua, yaitu sain kealaman da sain sosial.
Contoh berikut menjelaskan struktur sain dalam bentuk nama-nama ilmu. Berikut
adalah beberapa diantaranya:
1. Sain Kealaman
Astronomi.
Fisika; mekanika, bunyi, cahaya dan optik, fisika nuklir.
Kimia; kimia organik, kimia tekhnik.
Ilmu Hayat; biofisika, botani, dan zoologi.
2. Sain Sosial
Sosiologi; sosiologi komunikasi, sosiologi politik, sosiologi
Pendidikan.
Antropologi; antropolog budaya, antropologi ekonomi, antrpologi
politik.
Psikologi; psikologi pendidikan, Psikologi anaak, Psikologgi
Abnormal.
Ekonomi; Ekonomi makro, ekonomi lingkungan, ekonomi pedesaan.
Politik; Politik dalam negeri, Politik Hukum, Politik Internasional
3. Humaniora
Seni; seni abstrak, seni grafika, seni pahat, seni tari.
Hukum; hukum pidana hukum tata usaha negara, hukum adat.
4
Keraf A. Sonny, Mikhael Duo. 2001. Ilmu Pengetahuan. Cet. XII Yogyakarta: Konisiushal. Hlm.78-
80.
8
Filsafat; loghika, ethika, estetika.
Bahasa; sastra.
Agama; Islam, Kristen, Confusius.
Sejarah; sejarah Indonesia, sejarah dunia.5
C. Karakteristik Sains
1. Hasil sains bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama, artinya hasil
sains yang lalu dapat digunakan untuk penyelidikan hal yang baru, dan
tidak memonopoli. Setiap orang dapat memanfaatkan hasil penemuan
orang lain.
2. Hasil sains kebenarannya tidak mutlak dan tidak terjadi kekeliruan karena
yang menyelidikinya adalah manusia.
3. Sains bersifat objektif, artinya prosedur kerja atau cara penggunaan
metode sains tidak tergantung kepada siapa yang menggunakan, tidak
tergantung pada pemahaman secara pribadi.
Selain itu ahli lain yaitu Ralph Ross dan Ernest Van den Haag mengemukakan
ciri-ciri sains, yaitu:
1. Bersifat rasional (hasil dari proses berfikir dengan menggunakan rasio atau
akal).
2. Bersifat empiris(pengalaman oleh panca indra)
3. Bersifat umum(hasil sains bisa digunakan oleh semua orang tanpa
terkecuali)
4. Bersifat akumulatif(hasil sains dapat dipergunakan untuk dijadikan objek
penelitian berikutnya)6
5
Ahmad Tafsir, 2010. Filsafat Ilmu,Bandung: PT Remaja Rosdakarya.hlm25
6
Surajia, 2005. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta:PT Bumi Aksara. Hlm.162
9
10