Anda di halaman 1dari 10

ONTOLOGI SAINS

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah

Filsafat Ilmu

Dosen Pengampu :Luqi Syafi`ani, M. Pd. I

Di Susun Oleh kelompok 5 :

Diah Ayu Pratiwi : 1811010217

Riska Amelia :

Riadhus Solehah :

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM/ K/ SEMESTER 2
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan limpahan kesehatan jasmani dan rohani serta rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dari mata
kuliah Filsafat Ilmu dengan judul “Ontologi Sain”,insyaallah telah
diselesaikan dengan baik.

Kemudian shalawat beserta salam semoga selalu terlimpah curahkan


kepada baginda tercinta Nabi Muhammad Shalallahu`alaihi wassalam yang
mudah-mudahan kita selaku umat-Nya mendapat syafa’atul ‘uzma-Nya dihari
kiamat kelak. Atas tersusunnya makalah ini, kami ucapkan terima kasih
kepada selaku dosen kami Ibu Luqi Syafi`ani, M.Pd.I.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terlalu


banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami harap kritik dan saran yang
membangun agar sekiranya penyusunan makalah ini kurang baik akan bisa
menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang
membaca, memahami dan mengamalkannya.

Bandar Lampung, 24 Februari 2019

Kelompok 5

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.............................................................................1


B. Rumusan Masalah......................................................................................1
C. Tujuan penulisan........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Ontologi Sains..........................................................................3


B. ....................................................................................................................4
C. ....................................................................................................................5

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN........................................................................................11
B. SARAN....................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
A. Latar Belakang
Ontologi PENDAHULUAN

merupakan salah satu kajian filsafat. Studi tersebut membahas keberadaan


sesuatu yang bersifat konkret. Ontologi membahas realitas atau suatu entitas
dengan apa adanya. Pembahasan mengenai ontologi berarti membahas
kebenaran suatu fakta. Untuk mendapatkan kebenaran itu, ontologi
memerlukan proses bagaimana realitas tersebut dapat diakui kebenarannya.
Untuk itu proses tersebut memerlukan dasar pola berfikir, dan pola berfikir
didasarkan pada bagaimana ilmu pengetahuan digunakan sebagai dasar
pembahasan realitas.
Ilmu merupakan kegiatan untuk mencari suatu pengetahuan dengan jalan
melakukan pengamatan atau pun penelitian, kemudian peneliti atau pengamat
tersebut berusaha membuat penjelasan mengenai hasil pengamatan atau
penelitiannya tersebut. Dengan demikian, ilmu merupakan suatu kegiatan
yang sifatnya operasional. Jadi terdapat runtut yang jelas dari mana suatu ilmu
pengetahuan berasal. Karena sifat yang operasional tersebut, ilmu
pengetahuan tidak dapat menempatkan diri dengan mengambil bagian dalam
pengkajiannya.
Filsafat adalah refleksi kritis yang radikal. Refleksi adalah upaya
memperoleh pengetahuan yang mendasar atau unsur-unsur yang hakiki atau
inti. Apabila ilmu pengetahuan mengumpulkan data empiris atau data fisis
melalui observasi atau eksperimen, kemudian dianalisis agar dapat ditemukan
hukum-hukumnya yang bersifat universal. Oleh filsafat hukum-hukum yang
bersifat universal tersebut direfleksikan atau dipikir secara kritis dengan tujuan
untuk mendapatkan unsur-unsur yang hakiki, sehingga dihasilkan pemahaman
yang mendalam.
Kemudian apa perbedaan Ilmu Pengetahuan dengan Filsafat. Apabila ilmu
pengetahuan sifatnya taat fakta, objektif dan ilmiah, maka filsafat sifatnya
mempertemukan berbagai aspek kehidupan di samping membuka dan
memperdalam pengetahuan. Apabila ilmu pengetahuan objeknya dibatasi,
misalnya Psikologi objeknya dibatasi pada perilaku manusia saja, filsafat

4
objeknya tidak dibatasi pada satu bidang kajian saja dan objeknya dibahas
secara filosofis atau reflektif rasional, karena filsafat mencari apa yang
hakikat. Apabila ilmu pengetahuan tujuannya memperoleh data secara rinci
untuk menemukan pola-polanya, maka filsafat tujuannya mencari hakiki,
untuk itu perlu pembahasan yang mendalam. Apabila ilmu pengetahuannya
datanya mendetail dan akurat tetapi tidak mendalam, maka filsafat datanya
tidak perlu mendetail dan akurat, karena yang dicari adalah hakekatnya, yang
penting data itu dianalisis secara mendalam.
Dari latar belakang tersebut, maka dalam makalah ini akan di bahas mengenai
Objek Ontologi Ilmu.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari ontologi sains?
2. Apakah pengertian ilmu?
3. Apa saja struktur ilmu sains

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian ontologi sains dalam filsafat ilmu.
2. Untuk mengetahui pengetian ilmu.
3. Untuk mengetahui struktur ilmu sain.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ontologi Sain


1. Ontologi

Ontologi merupakan salah satu diantara lapangan penyelidikan kefilsafatan


yang paling kuno. Awal mula alam pikiran Yunani tidak menunjukan munculnya
perenungan dibidang Ontoligi. Paling tua diantara segenap filsafat Yunani yang
kita kenal adalah thales.

Dalam persoalan ontologi orang menghadapi persoalan bagaimana kita


menerangkan hakikat dari segala yang ada ini. Pertama kali orang dihadapkan
pada adanya dua macam kenyataan. Kenyataan yang berupa materi dan kenyataan
yang berupa Rohani.
Tokoh yang membuat istilah Ontologi adalah Christian Wolff (1679-17140).
Istilah Ontologi berasal dari bahasa yunani yaitu `ta onta` berarti yang berada dan
`logos` yang berarti ilmu pengetahuan atau ajaran. Dengan demikian Ontologi
adalah Ilmu Pengetahuan atau ajaran tentang yang berada.
Dalam kaitannya dengan ilmu pengrtahuan, maka ontologi adalah kajian
filosof tentang hakikat keberadaan ilmu pengetahuan, apa dan bagaimana
sebenarnya ilmu pengetahuan yang ada itu. Secara ontologis ilmu membatasi
lingkup penelaahan keilmuannya hanya pada daerah yang berada dalam jangkauan
pengalaman manusia dan terbatas pada hal yang sesuai dengan akal manusia.1
Menurut Dr. Imam Khanafie Al-Jauharie, M.Ag dalam bukunya yang
berjudul ``Filsafat Islam Pendekatan Tematik ``ontologi yaitu pertanyaan-
pertanyaan yang berkenaan dengan eksistensi keberadaan atau wujud segala
sesuatu sampai pada aspek hakikat, realitas yang sejati dari sesuatu, dengan kata
lain ontologi merupakan sarana untuk menjawab pertanyaan apa.2
1
Maksum Ali,2016. Pengantar Filsafat Dari Masa Klasik Hingga postmodernisme. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media. Hlm.118
2
Imam Khanafie Al-Jauharie,2010, Filsafat Islam (pendekatan tematik). Pekalongan: STAIN
Pekalongan press. Hlm.3

6
Sedangkan menurut Jujun S. Sulasumantri dalam pengantar ilmu dalam
perspektif mengatakan, ontology membahas apa yang ingin kita ketahui, seberapa
jauh kita ingin tahu, atau dengan perkataan lain, suatu pengkajian mengenai teori
tentang ada.3
2. Sains

Kata sains berasal dari bahasa latin scentia yang berarti pengetahuan. Jadi,
sains merupakan pengetahuan yang di peroleh melalui pembelajaran dan
pembuktian atau pengetahuan yang melingkupi suatu kebenaran umum dari
hukum- hukum alam yang terjadi misalnya, didapatkan dan di buktikan melalui
metode ilmiah. Sains dalam hal ini merujuk kepada sebuah system untuk
mendapatkan pengetahuan dengan menggunakan pengamatan dan eksperimen
untuk menggambarkan dan menjelaskan fenomena yang terjadi di alam.

Ilmu sedikit berbeda dengan pengetauhuan, ilmu tidak memmerlukan


kepastian kepingan-kepingan pengetahuan berdasarkan saru putusan tersendiri,
ilmu justru menandakan adanya satu keseluruhan ide yang mngacu kepada objek
yang sama saling berkaitan secara logis. Ilmu menuntut pengamatan dan kerangka
berfikir metodik secara tertata rapi. Alat bantu metodologis yang penting dalam
konteks ilmu adalah terminologi ilmiah.

3. Ontologi sains

Ontologi sains adalah pembahasan tentang hakikat dan struktur sains. Hakikat
sains menjawab apa itu sains sebenarnya, dan struktur sains menjeaskan cabang-
cabang sains. Hakikat sains ada dua pengetahuan yaitu:

a. Rasionalisme

Inti dari pandangan rasionalisme adalah bahwa hanya dengan


menggunakan prosedur tertentu dari akal saja kita bisa sampai pada
pengetahuan yang sebenarnya, yaitu pengetahuan yang tidak mungkin salah.
Tokoh rasionalisme adalah Des Cartes (1596-1677 M), Spinoza (1632-1677
M) dan Leibniz (1646-1716 M).

3
Amsal Bakhtiar, Op. Cit, hlm.133.

7
b. Empirisme

Aliran empirisme berpendapat bahwa pengetahuan bersumber dari


pengalaman, sehingga pengenalan indrawi merupakan pengenalan yang paling
jelas dan sempurna.

Francus Bacon (1210-1292 M) berpendapat pengetahuan yang sebenarnya


adalah pengetahuan yang diterima oran melalui persentuhan indrawi dengan
dunia fakta.4

B. Struktur Sains

Dalam garis besarnya sain dibagi dua, yaitu sain kealaman da sain sosial.
Contoh berikut menjelaskan struktur sain dalam bentuk nama-nama ilmu. Berikut
adalah beberapa diantaranya:

1. Sain Kealaman
 Astronomi.
 Fisika; mekanika, bunyi, cahaya dan optik, fisika nuklir.
 Kimia; kimia organik, kimia tekhnik.
 Ilmu Hayat; biofisika, botani, dan zoologi.
2. Sain Sosial
 Sosiologi; sosiologi komunikasi, sosiologi politik, sosiologi
Pendidikan.
 Antropologi; antropolog budaya, antropologi ekonomi, antrpologi
politik.
 Psikologi; psikologi pendidikan, Psikologi anaak, Psikologgi
Abnormal.
 Ekonomi; Ekonomi makro, ekonomi lingkungan, ekonomi pedesaan.
 Politik; Politik dalam negeri, Politik Hukum, Politik Internasional
3. Humaniora
 Seni; seni abstrak, seni grafika, seni pahat, seni tari.
 Hukum; hukum pidana hukum tata usaha negara, hukum adat.

4
Keraf A. Sonny, Mikhael Duo. 2001. Ilmu Pengetahuan. Cet. XII Yogyakarta: Konisiushal. Hlm.78-
80.

8
 Filsafat; loghika, ethika, estetika.
 Bahasa; sastra.
 Agama; Islam, Kristen, Confusius.
 Sejarah; sejarah Indonesia, sejarah dunia.5
C. Karakteristik Sains

Ada beberapa ahli menjelaskan tentang karakteristik dari sains diantaranya


Randall dan Buchker mengemukakan beberapa ciri umum sains antara lain:

1. Hasil sains bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama, artinya hasil
sains yang lalu dapat digunakan untuk penyelidikan hal yang baru, dan
tidak memonopoli. Setiap orang dapat memanfaatkan hasil penemuan
orang lain.
2. Hasil sains kebenarannya tidak mutlak dan tidak terjadi kekeliruan karena
yang menyelidikinya adalah manusia.
3. Sains bersifat objektif, artinya prosedur kerja atau cara penggunaan
metode sains tidak tergantung kepada siapa yang menggunakan, tidak
tergantung pada pemahaman secara pribadi.

Selain itu ahli lain yaitu Ralph Ross dan Ernest Van den Haag mengemukakan
ciri-ciri sains, yaitu:

1. Bersifat rasional (hasil dari proses berfikir dengan menggunakan rasio atau
akal).
2. Bersifat empiris(pengalaman oleh panca indra)
3. Bersifat umum(hasil sains bisa digunakan oleh semua orang tanpa
terkecuali)
4. Bersifat akumulatif(hasil sains dapat dipergunakan untuk dijadikan objek
penelitian berikutnya)6

5
Ahmad Tafsir, 2010. Filsafat Ilmu,Bandung: PT Remaja Rosdakarya.hlm25
6
Surajia, 2005. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta:PT Bumi Aksara. Hlm.162

9
10

Anda mungkin juga menyukai